//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kicauan BlacqueJacque  (Read 34603 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: persepsi yg sama dgn sih nenek!
« Reply #30 on: 22 September 2011, 08:40:33 AM »
apakah berbohong utk penyamaan persepsi supaya sih nenek mau nyumbang ?
apakah statement ini supaya cepat akrab dgn si nenek ?
apakah bro melihat Theravada (mereka) cenderung menjatuhkan aliran lain ?
   adakah contoh konkritnya ?
Bisa kasih contoh menjatuhkan agama lain spt apa ya ?

melihatnya dimana ya ? nahhh  ;D



Nenek : Theravada itu cenderung fanatik..
J : apa yg membuat nenek bisa berpendapatan begitu ?
Nenek : ______________________

1. Tidak. Saya lebih senang untuk menolak pemberian dana yang diberikan hanya karena di-SODOR-kan. Dan terus terang, Nenek tersebut lebih bijaksana ketimbang saya, ia lebih mengerti dan paham mengenai berdana. Tidak sebatas teori.
2. Statement tersebut sebatas pembicaraan dari hati saya.
3. Theravada ? tidak.. Umat nya? iya.. Kebetulan dari berbagai orang yang saya temui, ada kecenderungan seperti itu. Bahkan ada pula yang beranggapan dirinya bukan theravada, saya hanya umat.. saya hanya buddhist..
Iya indah memang kalau kalimat tersebut benar sesuai dari hati. Namun, di lapangan banyak pula yang akhirnya malah terpeleset... Karena di dalam pikirannya ia sendiri menggenggam hanya theravada yang benar..
 Contoh konkrit : yah rasanya bila melihat sebagian member disini, bisa saya katakan seperti itu kepada diri saya.


Tidak bisa seratus persen beranggapan bahwa pandangan nenek tersebut ada salah dari pihak nenek tersebut. Mungkin saja ia memang salah, namun mungkin pula, umat theravada dalam sistem pengajarannya ditambahkan bumbu-bumbu yang tidak perlu yang pada akhirnya menjurus ke fanatisme pandangan.

Tidak mungkin? Good kalau memang begitu..

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #31 on: 22 September 2011, 08:55:35 AM »
istilahnya, orang itu tidak mempunyai pandangan terhadap agama2, hanya ingin mengetahui seperti apakah agama itu.

sry bro ryu, kemarin sudah reply tapi ternyata tulisannya jadi kehapus karena salah tekan tombol.
Kedua kalinya saya coba tuliskan, saya tersibukkan hal lain.

Tidak tahu apakah yang ketiga kalinya ini sukses tidaknya..

Secara terus terang, dalam pandangan saya tidak ada yang tidak memiliki pandangan terhadap agama2 kecuali ia telah mencapai keseimbangan batin sehingga dapat memposisikan diri betul-betul di garis netral.

Ingin mengetahui itu sendiri memiliki 2 arti om ryu..
arti pertama :
Ingin mengetahui dalam artian belajar, belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan diri demi tujuan peningkatan kualitas diri.
Dalam proses ingin mengetahui belajar, ia betul-betul mengakui di dalam dirinya bahwa ia memang belum tahu dan ingin mempelajari hal yang baru. Ia tidak memiliki stigma apapun ke dalam jawaban ya/tidak. Karena ia sendiri belum mengetahui.
Soal diterima atau tidaknya pengetahuan tersebut setelah ia mengetahui, itu urusan pribadi masing-masing.
Contoh : Pak, kemarin ini ada pembicaraan di TV mengenai karma, saya ingin mengetahui, apa yang dimaksudkan dengan karma itu?

Namun ada pula artian kedua dari ingin mengetahui :
Ingin mengetahui dalam artian menguji.
Menguji dalam artian kritis itu masih lumayan. Namun jangan sampai menguji ini masuk ke ranah menantang.
Ingin mengetahui yang kedua ini, ia sebetulnya sudah mengetahui apa yang dibahas dan sudah memiliki penilaian tersendiri di dalamnya.
Contoh : Pak, itu di tv kemarin ada yang berbicara mengenai karma. Saya ingin mengetahui pandangan bapak dalam hal ini? Darimana bisa sih karma itu berjalan seperti itu? Itu tidak masuk akal?
Perbincangan-demi-perbincangan dilakukan.. tetap saja penilaian nya dipertahankan ke dalam posisi pandangannya sendiri. Kalau memang sudah punya penilaian tersendiri, apa yang ingin diketahui?






Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #32 on: 22 September 2011, 08:58:49 AM »
semua agama juga ada fanatiknya. yang sesat juga ada fanatiknya.


Saya sependapat.

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #33 on: 22 September 2011, 09:00:13 AM »
mau mengomentari yang poin 3

bisa saja karma buruk si nenek itu berbuah karena telah di tipu.

tentu, itu tetap saja suatu kemungkinan.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #34 on: 22 September 2011, 09:09:53 AM »
Amatiran non-pakar ijin nongkrong lagi.

sry bro ryu, kemarin sudah reply tapi ternyata tulisannya jadi kehapus karena salah tekan tombol.
Kedua kalinya saya coba tuliskan, saya tersibukkan hal lain.

Tidak tahu apakah yang ketiga kalinya ini sukses tidaknya..

Secara terus terang, dalam pandangan saya tidak ada yang tidak memiliki pandangan terhadap agama2 kecuali ia telah mencapai keseimbangan batin sehingga dapat memposisikan diri betul-betul di garis netral.

Ingin mengetahui itu sendiri memiliki 2 arti om ryu..
arti pertama :
Ingin mengetahui dalam artian belajar, belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan diri demi tujuan peningkatan kualitas diri.
Dalam proses ingin mengetahui belajar, ia betul-betul mengakui di dalam dirinya bahwa ia memang belum tahu dan ingin mempelajari hal yang baru. Ia tidak memiliki stigma apapun ke dalam jawaban ya/tidak. Karena ia sendiri belum mengetahui.
Soal diterima atau tidaknya pengetahuan tersebut setelah ia mengetahui, itu urusan pribadi masing-masing.
Contoh : Pak, kemarin ini ada pembicaraan di TV mengenai karma, saya ingin mengetahui, apa yang dimaksudkan dengan karma itu?

Namun ada pula artian kedua dari ingin mengetahui :
Ingin mengetahui dalam artian menguji.
Menguji dalam artian kritis itu masih lumayan. Namun jangan sampai menguji ini masuk ke ranah menantang.
Ingin mengetahui yang kedua ini, ia sebetulnya sudah mengetahui apa yang dibahas dan sudah memiliki penilaian tersendiri di dalamnya.
Contoh : Pak, itu di tv kemarin ada yang berbicara mengenai karma. Saya ingin mengetahui pandangan bapak dalam hal ini? Darimana bisa sih karma itu berjalan seperti itu? Itu tidak masuk akal?
Perbincangan-demi-perbincangan dilakukan.. tetap saja penilaian nya dipertahankan ke dalam posisi pandangannya sendiri. Kalau memang sudah punya penilaian tersendiri, apa yang ingin diketahui?

Misalnya ada seseorang klaim agamanya begini-begitu, lalu ada seorang skeptik dengan basic ilmiah-logis datang menguji kebenarannya, bukan untuk belajar, apakah si penguji bisa dibilang sebagai fanatik?




Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #35 on: 22 September 2011, 10:03:13 AM »
Amatiran non-pakar ijin nongkrong lagi.

Saya juga amatir. Masih banyak yang jauh lebih berkemampuan dibanding saya.
jadi tujuan nongkrongnya ini apa karena sudah menemukan fakta untuk dijadikan bukti?


Quote
Misalnya ada seseorang klaim agamanya begini-begitu, lalu ada seorang skeptik dengan basic ilmiah-logis datang menguji kebenarannya, bukan untuk belajar, apakah si penguji bisa dibilang sebagai fanatik?

Bolehkah saya asumsikan pertanyaan ini timbul dari seorang amatir yang ingin belajar?
ataukah cukup saya anggap pertanyaan ujian dari ahli yang mengaku amatir?

Fanatik itu sendiri memiliki tingkat-2 dari yang halus sampai ekstrem.
Seperti halnya tingkat kekeruhan air. air yang tercampur oli minyak ( hee maaf yah contohnya menggunakan oli minyak) dengan takaran melebihi 50% dapat lebih jelas terlihat dibandingkan air yang tercampur oli dengan takaran 1%.
Sulitnya adalah melihat yang tercampur 1%...


Nahh... (seperti kebiasaan seseorang yang nampaknya senang untuk menanti point kesalahan orang lain)
Kalau bukan untuk belajar, apa yang perlu diuji?
Yang diuji itu kebenarannya atau menguji orangnya?

Maksudnya begini, seorang skeptic tersebut, ia datang untuk menguji seperti yang om bilang.
Tujuan pengujian itu sendiri apa?
Apakah ia ingin menguji kebenaran tersebut untuk ia gunakan mendukung project-penelitian yang ia jalankan? its ok, ini pembelajaran..
Atau ia sendiri sudah pernah menguji kebenaran tersebut namun ia ingin mengujikannya ke orang yang ia kunjungi? hati2 dalam hal ini karena anda dapat justru terjerumus ke dalam liang

Tidak dapat saya katakan Pastilah ia seorang fanatik... atau ia pastilah bukan seorang fanatik.. Karena dapat saja dalam suatu pandangan tertentu ia bersikap fanatik, dan bisa juga dalam pandangan tertentu ia bersikap toleransi. Hanya, kadar kefanatikannya itu lebih banyak mendatangkan kerugian atau lebih banyak mendatangkan manfaat...
Kalau memang lebih banyak manfaatnya, manfaatnya itu untuk bersama, atau hanya untuk satu pihak saja...
maaf om kainyn, tidak semudah itu menjudge orang hanya dari sisi tertentu.


Dan om kainyn.. sekali lagi saya utarakan, bila fakta sudah ditemukan oleh anda, silakan ajukan. Barangkali fakta tersebut dapat menyelesaikan kicauan-kicauan ini..


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #36 on: 22 September 2011, 10:05:20 AM »
Amatiran non-pakar ijin nongkrong lagi.
Misalnya ada seseorang klaim agamanya begini-begitu, lalu ada seorang skeptik dengan basic ilmiah-logis datang menguji kebenarannya, bukan untuk belajar, apakah si penguji bisa dibilang sebagai fanatik?
penonton amatiran non-pakar mau ikutan....

tentunya si skeptik tidak bisa dikatakan fanatik.
dalam hal ini apabila dia benar2 skeptik terhadap semua kepercayaan, bukan skeptik pada kepercayaan A tapi manggut2 kalo mengenai kepercayaan B.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #37 on: 22 September 2011, 10:25:05 AM »
penonton amatiran non-pakar mau ikutan....

tentunya si skeptik tidak bisa dikatakan fanatik.
dalam hal ini apabila dia benar2 skeptik terhadap semua kepercayaan, bukan skeptik pada kepercayaan A tapi manggut2 kalo mengenai kepercayaan B.
semisalnya, kata si A, membunuh itu benar trus skeptik, kemudian si B membunuh itu tidak benar, harus skeptik juga?

atau harus manggut2 pada si A sama si B, gak boleh tanya?
« Last Edit: 22 September 2011, 10:31:12 AM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #38 on: 22 September 2011, 10:28:05 AM »
sry bro ryu, kemarin sudah reply tapi ternyata tulisannya jadi kehapus karena salah tekan tombol.
Kedua kalinya saya coba tuliskan, saya tersibukkan hal lain.

Tidak tahu apakah yang ketiga kalinya ini sukses tidaknya..

Secara terus terang, dalam pandangan saya tidak ada yang tidak memiliki pandangan terhadap agama2 kecuali ia telah mencapai keseimbangan batin sehingga dapat memposisikan diri betul-betul di garis netral.

Ingin mengetahui itu sendiri memiliki 2 arti om ryu..
arti pertama :
Ingin mengetahui dalam artian belajar, belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan diri demi tujuan peningkatan kualitas diri.
Dalam proses ingin mengetahui belajar, ia betul-betul mengakui di dalam dirinya bahwa ia memang belum tahu dan ingin mempelajari hal yang baru. Ia tidak memiliki stigma apapun ke dalam jawaban ya/tidak. Karena ia sendiri belum mengetahui.
Soal diterima atau tidaknya pengetahuan tersebut setelah ia mengetahui, itu urusan pribadi masing-masing.
Contoh : Pak, kemarin ini ada pembicaraan di TV mengenai karma, saya ingin mengetahui, apa yang dimaksudkan dengan karma itu?

Namun ada pula artian kedua dari ingin mengetahui :
Ingin mengetahui dalam artian menguji.
Menguji dalam artian kritis itu masih lumayan. Namun jangan sampai menguji ini masuk ke ranah menantang.
Ingin mengetahui yang kedua ini, ia sebetulnya sudah mengetahui apa yang dibahas dan sudah memiliki penilaian tersendiri di dalamnya.
Contoh : Pak, itu di tv kemarin ada yang berbicara mengenai karma. Saya ingin mengetahui pandangan bapak dalam hal ini? Darimana bisa sih karma itu berjalan seperti itu? Itu tidak masuk akal?
Perbincangan-demi-perbincangan dilakukan.. tetap saja penilaian nya dipertahankan ke dalam posisi pandangannya sendiri. Kalau memang sudah punya penilaian tersendiri, apa yang ingin diketahui?






setidaknya seseorang sudah memiliki suatu pandangan yang masuk dari pengalaman2, bacaan2, untuk mengetahui suatu kebenaran maka pengujian itu emas asli atau palsu pasti dilakukan, kalau intinya jadi ke "kepercayaan Supermen" yang tidak bisa di uji maka ya itu bukan suatu kebenaran, tapi suatu kepercayaan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #39 on: 22 September 2011, 10:43:43 AM »
setidaknya seseorang sudah memiliki suatu pandangan yang masuk dari pengalaman2, bacaan2, untuk mengetahui suatu kebenaran maka pengujian itu emas asli atau palsu pasti dilakukan, kalau intinya jadi ke "kepercayaan Supermen" yang tidak bisa di uji maka ya itu bukan suatu kebenaran, tapi suatu kepercayaan.

Kicauan yang menarik...
Jadi tujuan sbelumnya bertanya itu menurut anda masuk ke katagori mana?   :)

Ingin mengetahui atau ingin menguji?  :x

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #40 on: 22 September 2011, 10:45:47 AM »
semisalnya, kata si A, membunuh itu benar trus skeptik, kemudian si B membunuh itu tidak benar, harus skeptik juga?

atau harus manggut2 pada si A sama si B, gak boleh tanya?
bukan.
maksud saya, "skeptik" manusia kebal racun di A, manggut2 kebal racun di B.
atau "skeptik" minta pertolongan mahluk anu di A, tapi manggut2 minta pertolongan mahluk anu buat ngusir setan di B.

ps: hanya ilustrasi, bukan kejadian sebenarnya. kesamaan nama dan kasus hanyalah kebetulan belaka. jadi jangan dibahas...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #41 on: 22 September 2011, 11:19:28 AM »

Saya juga amatir. Masih banyak yang jauh lebih berkemampuan dibanding saya.
jadi tujuan nongkrongnya ini apa karena sudah menemukan fakta untuk dijadikan bukti?
Bukan, sebab kalau dilihat dari perkembangannya, fakta pun terlalu kabur bagi orang yang dipenuhi kebencian dan prasangka. Jadi saya pikir sah-sah saja kita main opini, dalam batasan tertentu, pastinya.

Quote
Bolehkah saya asumsikan pertanyaan ini timbul dari seorang amatir yang ingin belajar?
ataukah cukup saya anggap pertanyaan ujian dari ahli yang mengaku amatir?
Silahkan asumsikan apa yang menurut anda sesuai.

Quote
Fanatik itu sendiri memiliki tingkat-2 dari yang halus sampai ekstrem.
Seperti halnya tingkat kekeruhan air. air yang tercampur oli minyak ( hee maaf yah contohnya menggunakan oli minyak) dengan takaran melebihi 50% dapat lebih jelas terlihat dibandingkan air yang tercampur oli dengan takaran 1%.
Sulitnya adalah melihat yang tercampur 1%...


Nahh... (seperti kebiasaan seseorang yang nampaknya senang untuk menanti point kesalahan orang lain)
Kalau bukan untuk belajar, apa yang perlu diuji?
Yang diuji itu kebenarannya atau menguji orangnya?
Kebenaran dari setiap orang berbeda. Seandainya saya menguji kebenaran dari seorang Theravadin, maka kebenarannya bisa berbeda dengan kebenaran (versi) Theravadin lainnya. Tidak ada satu orang yang saya anggap mewakili satu ajaran, kecuali kalau memang dia pendiri ajaran tersebut.

Oleh karena itu, kalau ditanya "Yang diuji itu kebenarannya atau menguji orangnya?", maka jawabannya bukan salah-satunya, sebab keduanya tak terpisahkan.

Quote
Maksudnya begini, seorang skeptic tersebut, ia datang untuk menguji seperti yang om bilang.
Tujuan pengujian itu sendiri apa?
Apakah ia ingin menguji kebenaran tersebut untuk ia gunakan mendukung project-penelitian yang ia jalankan? its ok, ini pembelajaran..
Atau ia sendiri sudah pernah menguji kebenaran tersebut namun ia ingin mengujikannya ke orang yang ia kunjungi? hati2 dalam hal ini karena anda dapat justru terjerumus ke dalam liang
Misalkan ada seseorang bertanya pada anda, "jalan menuju ke alamat X yang mana yah?" Apakah kemudian jawaban anda ini berubah-ubah tergantung motif si penanya? Misalnya kalau dia memang tidak tahu, maka kita jawab satu hal, kalau memang orang itu hanya memastikan, kita jawab berbeda, kalau orang itu kita curigai sebagai menguji, kita jawab yang aneh-aneh? Sebegitu ribetnyakah menjawab apa adanya?

Quote
Tidak dapat saya katakan Pastilah ia seorang fanatik... atau ia pastilah bukan seorang fanatik.. Karena dapat saja dalam suatu pandangan tertentu ia bersikap fanatik, dan bisa juga dalam pandangan tertentu ia bersikap toleransi. Hanya, kadar kefanatikannya itu lebih banyak mendatangkan kerugian atau lebih banyak mendatangkan manfaat...
Kalau memang lebih banyak manfaatnya, manfaatnya itu untuk bersama, atau hanya untuk satu pihak saja...
maaf om kainyn, tidak semudah itu menjudge orang hanya dari sisi tertentu.
Manfaat ini menurut ukuran siapa?
Saya beri dua kasus. Yang pertama, ada seorang dosen biologi (sebut saja si A) memegang satu teori tertentu dan mengajarkannya selama belasan tahun. Kemudian satu kali, ada seorang dosen dari luar negeri (sebut saja si B) datang ke universitasnya memberikan seminar yang membuktikan teori si A salah sama sekali, beserta buktinya. Kemudian setelah seminar selesai, si A bergegas mengejar si B, menangkapnya, dan menjabat tangannya sambil berkata: "lebih dari 10 tahun saya memegang ajaran yang salah, terima kasih telah memberikan kebenaran."

Kasus ke dua, ada seorang yang bekerja sebagai Graphologist ('penafsir' karakter orang melalui tulisan) di perusahaan besar. Lalu datanglah penguji yang ingin membuktikan keakuratan Graphology tersebut. Si Graphologist diberikan beberapa tulisan tangan dari beberapa profesional di bidangnya, lalu diminta penjelasan karakter dan profesi bersangkutan apa yang ditekuninya. Dari hasil test tersebut, graphology (setidaknya yang dilakukan oleh orang tersebut) tidaklah tepat. Maka orang tersebut bersedih karena kehilangan pekerjaan.

Dua kasus, intinya orang memegang satu pandangan, diberikan pandangan lain yang menggugurkan pandangan awalnya. Namun kondisi dan sikap si subjek bisa berbeda. Lalu darimana kita menilai yang satu bermanfaat, satu lagi tidak bermanfaat menurut bro BlacqueJacque?

Quote
Dan om kainyn.. sekali lagi saya utarakan, bila fakta sudah ditemukan oleh anda, silakan ajukan. Barangkali fakta tersebut dapat menyelesaikan kicauan-kicauan ini..
Fakta apa yang dicari? ;D
Lagipula saya tidak berniat menghentikan 'kicauan-kicauan' ini. Biarlah berjalan dengan baik dan semoga memberikan manfaat.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #42 on: 22 September 2011, 11:29:42 AM »
penonton amatiran non-pakar mau ikutan....

tentunya si skeptik tidak bisa dikatakan fanatik.
dalam hal ini apabila dia benar2 skeptik terhadap semua kepercayaan, bukan skeptik pada kepercayaan A tapi manggut2 kalo mengenai kepercayaan B.
OK, ini saya setuju sepenuhnya.

Tapi saya punya kasus lain, mau tanya bro morph.
Ada 2 orang percaya sama Batman. Yang satu punya pandangan Batman yah di Gotham, ga bisa ke sini. Satu lagi punya pandangan Batman bisa ke mana saja, maka setiap dia punya masalah, dia menyalakan Bat Signal di atas atap rumahnya. Kalau menurut bro moprh, apakah karena keduanya punya 'kepercayaan' akan Batman yang tidak bisa dibuktikan, maka kedua kepercayaan ini sama saja dalam segi manfaatnya dan pengaruhnya pada kehidupan?



Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #43 on: 22 September 2011, 11:38:56 AM »
Bukan, sebab kalau dilihat dari perkembangannya, fakta pun terlalu kabur bagi orang yang dipenuhi kebencian dan prasangka. Jadi saya pikir sah-sah saja kita main opini, dalam batasan tertentu, pastinya.
Silahkan asumsikan apa yang menurut anda sesuai.
Kebenaran dari setiap orang berbeda. Seandainya saya menguji kebenaran dari seorang Theravadin, maka kebenarannya bisa berbeda dengan kebenaran (versi) Theravadin lainnya. Tidak ada satu orang yang saya anggap mewakili satu ajaran, kecuali kalau memang dia pendiri ajaran tersebut.

Oleh karena itu, kalau ditanya "Yang diuji itu kebenarannya atau menguji orangnya?", maka jawabannya bukan salah-satunya, sebab keduanya tak terpisahkan.
Misalkan ada seseorang bertanya pada anda, "jalan menuju ke alamat X yang mana yah?" Apakah kemudian jawaban anda ini berubah-ubah tergantung motif si penanya? Misalnya kalau dia memang tidak tahu, maka kita jawab satu hal, kalau memang orang itu hanya memastikan, kita jawab berbeda, kalau orang itu kita curigai sebagai menguji, kita jawab yang aneh-aneh? Sebegitu ribetnyakah menjawab apa adanya?
Manfaat ini menurut ukuran siapa?
Saya beri dua kasus. Yang pertama, ada seorang dosen biologi (sebut saja si A) memegang satu teori tertentu dan mengajarkannya selama belasan tahun. Kemudian satu kali, ada seorang dosen dari luar negeri (sebut saja si B) datang ke universitasnya memberikan seminar yang membuktikan teori si A salah sama sekali, beserta buktinya. Kemudian setelah seminar selesai, si A bergegas mengejar si B, menangkapnya, dan menjabat tangannya sambil berkata: "lebih dari 10 tahun saya memegang ajaran yang salah, terima kasih telah memberikan kebenaran."

Kasus ke dua, ada seorang yang bekerja sebagai Graphologist ('penafsir' karakter orang melalui tulisan) di perusahaan besar. Lalu datanglah penguji yang ingin membuktikan keakuratan Graphology tersebut. Si Graphologist diberikan beberapa tulisan tangan dari beberapa profesional di bidangnya, lalu diminta penjelasan karakter dan profesi bersangkutan apa yang ditekuninya. Dari hasil test tersebut, graphology (setidaknya yang dilakukan oleh orang tersebut) tidaklah tepat. Maka orang tersebut bersedih karena kehilangan pekerjaan.

Dua kasus, intinya orang memegang satu pandangan, diberikan pandangan lain yang menggugurkan pandangan awalnya. Namun kondisi dan sikap si subjek bisa berbeda. Lalu darimana kita menilai yang satu bermanfaat, satu lagi tidak bermanfaat menurut bro BlacqueJacque?
Fakta apa yang dicari? ;D
Lagipula saya tidak berniat menghentikan 'kicauan-kicauan' ini. Biarlah berjalan dengan baik dan semoga memberikan manfaat.

Andai saya bisa menjawab apa adanya di forum ini, sedari awal saya sudah lakukan. ^^

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Kicauan BlacqueJacque
« Reply #44 on: 22 September 2011, 11:42:50 AM »
Andai saya bisa menjawab apa adanya di forum ini, sedari awal saya sudah lakukan. ^^


Apa yang anda takutkan bro?... ungkapkan saja apa yg mau diungkapkan....

 

anything