Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
Maaf kepada kainyn, ijinkan saya turut bebas posting apa yang saya ketahui berdasarkan pengalaman pribadi saya.
Dalam konteks sah-tidak sah, memang benar bahwa ia bebas menuliskan apa saja apalagi bila anda masukkan tulisan tersebut ke sub Jurnal Pribadi.
Namun, tujuan anda memindahkan tulisan tersebut pun bila saya tidak salah menerka, adalah karena anda sendiri tidak melihat kesesuaian tulisan tersebut dengan "Pembahasan Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
Dan tujuan si penulis tulisan tersebut adalah bukan sebagai jurnal pribadi ataupun "Curhat" sehingga saya pun memiliki ke-sah-an untuk menyanggah tulisan tersebut.
Bila tulisan tersebut ditujukan untuk curhat/jurnal pribadi, maka adalah aneh bila menggunakan judul "Jangan Meremehkan pengalaman bertemu Yesus". Karena disini yang menjadi permasalahan adalah ia menggunakan kata "Jangan", yang dapat berarti Imbauan Keras untuk tidak melakukan.
Dengan imbauan jangan ini, maka tentunya akan lebih baik bila imbauan tersebut diberikan untuk menasehati/mengingatkan pembacanya untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik seperti meremehkan itu sendiri. Bagi saya sendiri memang betul bahwa tindakan meremehkan adalah kurang baik. Namun setelah memperhatikan tulisannya, ternyata saya menemui maksud dan tujuan penulis bukan di "jangan meremehkan" akan "pengalaman bertemu itu". Karena itu saya coba selidiki apa sebetulnya tujuan dan manfaat apa yang dilihat oleh si penulis pada saat ia menuliskannya dengan jalan bertanya untuk memastikan dugaan saya. Namun ketika ia tidak bersedia menjelaskannya dengan alasan yang mungkin beberapa member disini mengetahuinya, maka semakin kuat lah dugaan dan prasangka buruk saya.
Prasangka buruk tersebut membawa ke maksud dan tujuan dari tulisan tersebut. yang bila mau diakui, tujuannya adalah untuk "meminta" kepada para pembacanya untuk tidak meremehkan si penulis yang memiliki pengalaman lebih darinya. Tanpa menjelaskan manfaat apa yang diterima bagi SI PELAKSANA (pembaca) untuk tidak meremehkan, dengan kata lain bila saya memperhatikan tulisannya, maka judul yang lebih tepat akan menjadi "jangan meremehkan saya yang memiliki pengalaman bertemu Yesus".
Baiklah, tentu saja hal itu tidak masalah, bila sebatas bercerita pengalaman. Namun, nampaknya disini bukan masuk dalam konteks berbagi pengalaman, namun lebih kepada penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan pembacanya mengenai betapa beruntungnya sang penulis bahwa ia lah yang dipilih untuk ditemui oleh sosok suci Yesus dan bukannya anda-anda sekalian termasuk saya.
Ok.. sampai di titik ini, bebas2 saja berpendapat seperti itu. Namun, ketika saya melihat bahaya dari perbuatan tersebut, maka dengan sukarela saya menyumbang pendapat disini, barangkali dapat meredam ataupun meminimalisir efek yang timbul karenanya meskipun hal ini belum tentu dapat mengakhiri khayalan tersebut. ( Bila khayalan ini hanya menjadi konsumsi pribadi, maka hal ini tidak memberikan bahaya bagi lingkungannya seperti halnya pemabuk yang hanya minum-minum di kamarnya sendiri. Tapi bila pemabuk ini turun ke jalanan dalam kondisi mabuknya maka ia hanya akan menebarkan bahaya dan perasaan tidak aman ke orang lain. Pemabuk seperti ini adalah pemabuk yang berbahaya. )
Saya pribadi, dalam hal ini berpandangan netral saja sekaitan kebenaran perjumpaan tersebut.
Adalah suatu hal yang baik bila seseorang dapat berjumpa dengan sosok suci, karena sosok yang suci, mereka mengajarkan pengembangan diri sekaitan dengan Pelepasan kejahatan dan Keburukan Batin.
Bila perjumpaan tersebut memberikan manfaat sebaliknya, maka patut diteliti kembali, apakah Amanah dari sosok suci yang disalahartikan oleh yang bertemu, ataukah pertemuan tersebut hanya merupakan keinginan terpendam yang terbawa ke alam mimpi. Apalagi, dalam sebuah mimpi, kesadaran anda tidak sepenuhnya bekerja disana. Anda dapat menimpali dan bercerita sedang memakan SATE Kambing padahal ternyata, sesungguhnya dalam mimpi tersebut sedang makan Sate Ayam.
Amatlah sulit membedakan kenyataan alam mimpi. Dan terus terang saja, saya punya pengalaman bertemu dengan Sang Buddha Gautama dalam mimpi. Dan terus terang saja, itu hanya mimpi saya.
Untuk mengurangi pula efek-efek dugaan yang dapat timbul karenanya, maka ijinkan saya menambahkan bagian kecil di tulisan saya yang tidak bermutu ini :
1. Tulisan ini tidak dibuat dengan melihat sudut agama .
2. Tulisan ini tidak dibuat dengan melihat faktor agama mana yang dipeluk oleh penulis.
3. Tulisan ini tidak dibuat dengan dasar untuk menghina sang penulis.
4. Tulisan ini tidak dibuat dengan dasar ketidaktahuan-minimnya pengalaman bertemu sosok suci.
5. Tulisan ini tidak dibuat bukan untuk menyudutkan siapapun dalam hal ini, melainkan untuk membuka mata bagi yang belum melihatnya.
Semoga manfaat dapat dilihat oleh mereka yang tidak mampu melihatnya. Semoga ketenangan batin yang didapatkan. Semoga Mereka hidup berbahagia.
Sadhu..Sadhu.. Sadhu..