Umat kr****n meyakini bahwa Yesus dapat bertemu dan berbicara secara langsung pada umatnya. Kejadian mistic tersebut umumnya menjadi sebab seseorang pemeluk agama non kr****n memutuskan untuk memeluk agama kr****n. Bahkan hal-hal seperti itu di alami oleh para tokoh-tokoh dan pemuka agama-agama lain. Bagi mereka, pengalaman berjumpa dengan Yesus merupakan pengalaman yang luar biasa, pencerahan dan kebahagiaan yang tiada bandingannya.
Sudah sering kita mendengar ada beberapa kisah perjalanan iman dari agama "A" ke agama kr****n, dan yg mengejutkan, tidak sedikit dr kisah2 tsb yang bermimpi bertemu yesus atau bahkan makan bareng (roti).. dan tidak jarang seorang Muslim yg sering ikut diskusi Islam-kr****n pernah bermimpi bertemu yesus bahkan ada kesaksian dari teman myQuran (Jhana) yg pernah mendengar suara yesus ketika sadar...
Seperti yg kita ketahui, Kisah "bertemu Yesus" dijadikan alasan beberapa org untuk berpindah keimanan menuju agama kr****n, dan mimpi bertemu Yesus sendiri dianggap sebagai sesuatu yg istimewa dan TANDA bahwa yg diajak bicara akan menerima Kristus dan memang telah berbicara kpd "Tuhan"
Kendatipun sebenarnya, diantara sepuluh juta orang manusia, mungkin hanya satu orang yang mengalami berjumpa langsung dengan Yesus, tapi bila jumlah itu dikumpulkan, maka telah banyak kasus yang terjadi dari berbagai belahan dunia. Umat kr****n sendiri banyak yang sangat menginginkan berjumpa dengan yesus baik dalam mimpi maupun secara langsung, tapi tidak semua orang beruntung dapat berjumpa dengan Yesus. Akan tetapi kesaksian orang-orang yang berjumpa dengan Yesus secara langsung menjadi penguat keimanan mereka dan daya tarik bagi umat kr****n maupun non kr****n.
Walaupun demikian, sebagian orang mencoba menganalisis pengalaman mistik orang lain tersebut dari sisi psikologi :
Itu mah efek placebo.... Karena terobsesi atau karena terlalu sering memikirkan suatu obyek, alam bawah sadar kemudian mengasosiasikan simbol2 yang sering kita pikirkan kemudian menciptakan kisah tersendiri dalam mimpi.
mereka sangat tidak percaya, atau menganggap orang yang mengaku bertemu Yesus itu pengkhayal, mengidap gangguan psikologi dll. sebagian orang menyangkal soal perjumpaan dengan Yesus melalui teori Filsafatnya :
Tuhan yang mengadakan 'mana' (ruang dan tempat) oleh karenanya 'mana' tidak berarti bagi-Nya. Ia sangat tinggi untuk diliputi ruang dan tempat, dia ada di segala ruang tanpa bersentuhan dan bergandengan. Dia mengetahui segala yg ada padanya. Tidak ada sesuatupun yg lepas dari pengawasan-Nya. Itulah sebenar-benarnya Tuhan. So jika anda bermimpi bertemu Tuhan, maka sebenarnya itu adalah setan yg menjelma atau hanya sekadar bunga mimpi.
Tidak akan ada yang benar-benar memahami bagaimana dahsyatnya pengalaman batin yang dialami saat berjumpa dengan Yesus, selain orang yang mengalaminya sendiri. Mereka yang tidak pernah mengalaminya cenderung akan menilai dan menyimpulkan dengan cara “yang tidak mengena”, penilaian-penialain serta analisis mereka akan menjadi “jauh api dari pada panggang”.
Kendatipun demikian, saya ingin mencoba melukiskan suatu alasan, mengapa kita tidak boleh meremehkan pengalaman mistik soal perjumpaan dengan Yesus.
Manusia dimanapun berada, dan apapun yang mereka lakukan, mereka mengharapkan kebahagiaan sebesar-besarnya, dan berharap jauh dari penderitaan dan kesengsaraan hidup. Saat berjumpa dengan Yesus, kebahagiaan yang di dambakan selama itu hidup menjadi tercapai. Tiada kebahagiaan yang lebih besar yang bisa dirasakan oleh seseorang selain ketika berjumpa dengan Yesus. Ada berbagai jenis kebahagiaan, mulai dari bentuk-bentuk kebahagiaan duniawi hingga kebahagiaan spiritual seperti yang bisa diperoleh melalui tarekat dan suluk, kebahagiaan meditatif, kebahagiaan samadhi, kebahagiaan pencerahan, kebahagiaan intelektual, tapi kebahagiaan saat berjumpa dengan Yesus itu melampaui semua bentuk kebahagiaan tersebut, itu adalah kebahagiaan yang muncul karena kasihnya.
Sesungguhnya, manusia itu begitu damba akan kasih sayang. Kita telah merasakan bagaimana bahagianya kita karena kita tau ibu bapak kita begitu kasih dan sayangnya kepada kita. Tetapi kata orang, yang lebih besar dari kasih ibu bapak itu adalah kasih Tuhan. Di dalam agama manapun, kecuali agama Buddha, kita diajarkan bahwa Tuhan itu adalah Maha Pengasih. Semua orang percaya dan yakin, walaupun sebenarnya belum benar-benar merasakan bagaimana seseorang atau sesuatu begitu besar dalam mengasihi dirinya. Sampai saat berjumpa dengan Yesus, ia barulah menyadari bahwa ia telah menemukan sebuah kasih yang tiada bandingannya, yang menimbulkan kebahagiaan yang tiada bandingannya.
Sebelum orang lain menyangkal peristiwa mistik “berjumpa dengan Yesus” yang dialami seseorang, dia sendiri telah mencoba menyangkal sekeras-kerasnya akan kenyataan itu. Apalagi bila sebelumnya tertanam kuat di dalam keyakinannya bahwa “Yesus adalah nabi Isa a.s, hanya hamba Allah dan mustahil merupakan Firman Tuhan Yang Maha Suci.” atau dengan doktrin, “kr****nism adalah sesat”. Ia akan menyangkal perjumpaan itu dengan “ilmu tauhid”yang telah ia pelajari. Akan tetapi ajaibnya, Yesus menjawab “segala tanya” dan “segala sangkalan” tersebut. Mungkin ia akan mendebat Yesus, tetapi Yesus dengan penuh kasih sayang akan mematahkan segala argumentasinya. Orang lain tidak mendengar dan tidak melihat, bagaimana ketka dia bercakap-cakap dengan Yesus, tidak melihat bagaimana Yesus dengan kasih sayang telah mematahkan seluruh argumentasinya. Oleh karena itu, orang lain dengan mudah saja menuduh pada orang ini sebagai “pengkhayal” atau terkena gangguan psikologi. Menurut saya, itu sebuah penilaian yang gegabah, sewenang-wenang dan tidak berperasaan.
Tidaklah mudah untuk menggambarkan kepada sesama manusia “berita apa” yang dibawa oleh Yesus kepada seseorang yang dipilih Yesus untuk dijumpainya. Karena Yesus telah menjelaskan dengan kasih yang sempurna yang dengan kesempurnaan kasihnya itu sampai merasuk ke dalam dada orang itu, yang dengan itu kebenaran dapat dilihat dan diterima. Dan orang itu telah kehabisan argumen untuk membantah kasih Yesus, sehingga ia tidak melihat sesuatupun yang dapat menjadi alasan untuk dirinya “berserah” kepada kasih Yesus.
Apabila orang itu terus membantah kebenaran yang diberikan oleh Yesus, maka orang itu akan menjadi bingung. Kenapa? Karena dia seperti menyangkal dirinya sendiri. Seperti bila ia berkata kepada dirinya “ini adalah tangan kiriku” namun dalam waktu yang bersamaan iapun membantah, “bukan, ini bukan tangan kiriku, ini adalah tangan kananku.” Ia akan bingung, menderita dan merasa seakan hendak gila. Ia tidak akan sanggup membantah nurani yang telah melihat kebenaran. Hal-hal seperti ini, umat kr****n sendiri terlalu banyak yang tidak sanggup untuk memahaminya, maka demikian pula umat non kr****n.
Dan yang mengabarkan tentang semua ini saat ini di sini adalah saya, seorang muslim bukan dari kalangan awam, karena merupakan lulusan sebuah pesantren, aktif di berbagai organisasi keislaman, serta menyelami segenap mazhab Islam yang ada seperti salafi, LDII, Tarekat, hinnga ke syiah. Dan 7 tahun terakhir, saya menjadi santri majelis taklim Syiah, yang dalam hal ini pandangan ulama-ulama syiah terhadap pengalaman mistik bertemu Yesus juga tak jauh beda dengan pandangan ulama salafi. Bahkan adik ulama syiah yang menjadi guru saya telah masuk kr****n karena pengalaman mistiknya berjumpa Yesus, sampai-sampai guru saya itu menyangka bahwa para pendeta telah melakukan praktik sihir terhadap adiknya. Adalah bukan pilihan saya, bila kemudian Yesus menemui saya dan berbicara kepada saya. Padahal, saya tidak pernah ada ketertarikan sedikitpun terhadap kr****n. Seandainya ada ketertarikan terhadap agama lain, saya lebih tertarik dengan Agama Buddha. Dan saya tau betul pengalaman-pengalaman pencerahan samatha-vippasana buddhisme karena saya mengalaminya secara langsung melalui ketekunan praktik meditasi Buddhisme yang saya jalani. Tetapi kedatangan Yesus kepada saya adalah tanpa terduga sama sekali, dan tanpa diharap-harapkan. Entahlah mengapa, justru mereka yang sangat berharap-harap berjumpa Yesus, sampai saat ini masih belum dapat berjumpa dengannya. Bahkan, seumur hidup saya mendambakan ingin berjumpa dengan Rasulullah saw, kendatipun hanya dalam mimpi, tapi harapan ini tidak pernah terjadi, mengapa justru Isa a.s yang datang kepadaku dalam keadaan jaga, bukan dalam tidur, bukan dalam mimpi.
Jangan menyangka bahwa saya telah meninggalkan Islam, menjadi buddhis atau kr****n. Sampai saat ini, saya masih seorang muslim yang senantiasa menjalankan shalat 5 waktu, berpuasa pada bulan ramadhan dan menunaikan zakat. Kemana-mana saya membawa Quran dan menghafalnya. Yesus yang berjumpa dengan saya, ia tidak mengatakan “keluarlah dari Islam, dan masuklah ke dalam kr****n.” tidak, dia tidak mengatakan demikian sama sekali. Dia hanya berkata, “Bila hati mu lembut, maka kebenaran akan kau terima (dariku).”
[mod]Jurnal pribadi adalah semacam thread pribadi atau catatan harian. Satu orang, satu jurnal. Jadi berbagai jurnal dari orang yang sama, saya merge. -KK-[/mod]