//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: me my mine  (Read 161698 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #210 on: 24 July 2011, 03:30:23 PM »
Kerincing2

Sabtu malam, di tengah hiruk pikuk kota Makassar, menelusuri jalan yang cukup padat menuju suatu tempat demi sebuah misi :). Malam itu saya sempat ragu untuk berangkat, dengan pertimbangan bahwa saya sedang menjalankan uposatha sila, apakah tidak buruk jika mengunjungi tempat demikian. Tapi akhirnya rasa ragu itu tertangguhkan juga, dengan mencoba perlahan2 mengarahkan pikiran pada niat yang baik. Malam ini saya pergi untuk menghadiri acara penggalangan dana yang akan diberikan kepada anak2 jalanan. Terlepas dari walaupun dengan atau tanpa saya acara itu tetap akan berjalan dengan baik, saya pribadi ingin berbuat sesuatu tindakan nyata yang dapat memberikan dampak positif bagi anak2 jalanan di luar sana :).

Setelah sampai di tempat yang dituju, saya kemudian bingung. hehehhehe... dibagian mana yah acaranya? soalnya konyol juga sih saya datang tanpa tau dengan jelas dimana posisi teman2 yang baru pertama kali saya ketemui malam itu ;D.
Setelah mencari2, akhirnya ketemu juga, nah ini dia, kebetulan ada satu orang teman yang sudah saya kenali sebelumnya, anak KPAJ (Komunitas Pecinta Anak Jalanan). Maka saya yang datang berdua dengan teman saya pun duduk sambil melihat ke sekeliling kami yang kenyataannya adalah orang2 baru yang belum kami kenal ;D. Seperti gambaran saya sebelumnya, tempatnya ternyata remang2, sampai akhirnya lampu dinyalakan dan cahaya menjadi cukup untuk kami melihat tampang2 baru yang belum kami kenal :).

Tertangkap suasana yang cukup hangat dari teman2 baru yang walaupun belum saling mengenal namun menerima kami dengan baik :). Mungkin karena kami punya misi yang sama malam itu, mengumpulkan koin sebanyak2nya demi sahabat2 kami diluar sana, anak2 jalanan.
Sambil menunggu teman2 yang sedang mempersiapkan acara puncak, saya duduk dengan manis sambil melihat sekeliling. Pemandangan apakah yang terlihat? Banyak orang pada malam itu sedang asik menikmati kehidupan mereka, dengan menyantap makanan2 yang nikmat dan minuman yang menyegarkan, sambil menikmati indahnya hingar bingar kehidupan malam minggu. Dan saya seperti seorang pengamat sedang melihat mereka, sambil tersenyum :).
Ada perasaan lega ketika mengetahui bahwa saya tidak terlibat dengan apa yang sedang mereka lakukan, walaupun kami berada di tempat yang sama, tapi kami datang dengan tujuan yang berbeda tentunya.

Pengamatan terhenti disaat acara puncak hampir saja dimulai, pemutaran film dokumenter oleh teman2 Makassar Coin A Chance. Dan pada kesempatan itu, setelah diajak berfoto bersama, bahagia rasanya karna saya dan teman saya juga diberikan kesempatan untuk ikut mengedarkan celengan dan selebaran ditengah kerumunan pengunjung kampoeng popza malam itu. Wah... luar biasa, untuk pertama kalinya saya bakal bilang "Pak.. Bu.. minta koinnya Pak... Sudah tiga hari kami belum makan Bu.." :)). Ditengah pengumpulan koin, kami berjalan sambil menawarkan celengan untuk diisi kerincing2 kecil yang bermanfaat besar, tentunya sambil memberikan senyuman terindah biar menggoda dan dikasi koin yang banyak ;D. hihihihihihi...  Tapi tanpa perlu dipaksa, malam itu senyum kami terasa sangat ringan :).

Kerincing2 kecil yang tentu tak ada harganya bagi pengunjung kampoeng popza, namun sangat berharga bagi anak2 diluar sana, yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan demi mengais rejeki. Di tengah pengumpulan dana itu saya menangkap basah ada orang yang dengan rela segera merogoh kantongnya dan mengeluarkan beberapa uang receh, ada juga yang menambahkannya dengan beberapa lembar uang kertas. Bahkan pelayan2 court disanapun ikut menyumbang, terharunya diriku :(. Pecahan uang terbesar pada malam itu diberikan oleh seorang tourist, selembar I Gusti Ngurah Rai dimasukkan ke dalam celengan kerincing yang diedarkan ;D.

Kesempatan untuk berbuat baik jangan disia2kan, kami hanya meminta kerincing2 koin, jika anda memberikan selebar kertas dari dompet anda, maka itu pun adalah tabungan untuk diri anda. Acara pada malam itu berakhir dengan perhitungan jumlah koin yang berhasil terkumpul. :)

Spoiler: ShowHide
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: me my mine
« Reply #211 on: 24 July 2011, 03:45:24 PM »
ijin share ya cc :)
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #212 on: 24 July 2011, 03:54:46 PM »
ijin share ya cc :)
silahkan om..
tapi celengan koin om wang boleh untuk anak2 jalanan ya..  ^-^
« Last Edit: 24 July 2011, 04:04:49 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: me my mine
« Reply #213 on: 24 July 2011, 03:57:56 PM »
silahkan om..
tapi celengan koin om wang oleh untuk anak2 jalanan ya..  ^-^

semoga bisa membantu cc _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #214 on: 24 August 2011, 10:17:23 PM »
tepat sebulan sejak posting yang terakhir  ;D
hening bening nih jurnalnya.
semoga gpp jika saya post materi kelas dhamma yang pernah saya ikuti  :)
kebetulan pembahasannya tentang sila.

Sila

Ciri dari sila ---> ketertiban dan ketenangan.
Orang yang melaksanakan sila maka akan tertib dan tenang.
Silahkan baca Kisah Raja Ajatasatu dalam Samanaphala Sutta.


Fungsi (Rasa) dari sila :
1.  menghancurkan kelakuan yang salah (dussiliya)
2.  menjaga seseorang agar tetap tidak bersalah (anavajja)
atau secara ringkas adalah:
(-) mencegah perbuatan jahat yang belum muncul
(-) mengurangi perbuatan jahat yang telah ada
(+) memunculkan perbuatan baik yang belum muncul
(+) mengembangkan perbuatan baik yang telah ada
Wujud dari sila adalah kesucian (soceyya).
Baca Rathavinita Sutta tentang 7 tingkat kesucian.

Sebab terdekat yang menimbulkan sila atau hal-hal yang langsung dapat membantu terwujudnya sila adalah hiri dan ottappa. Hiri adalah rasa malu untuk berbuat jahat dan ottappa adalah rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat. Silahkan baca Kisah Pelaksanaan Sila dalam Cakkavati Sihanada Sutta.

Pelaksanaan sila :
1.  Dengan pengendalian diri (samvara)
    Patimokkha Samvara (peraturan bagi para bhikkhu / bhikkhuni)
    Sati Samvara (perhatian dengan pengertian benar)
    -  tahu mana yang baik / tidak
    -  tahu mana yang merugikan orang lain / diri sendiri
    Nana Samvara (pengetahuan-pengetahuan dhamma)
    misalnya : mengetahui Hukum Kamma, Tilakkhana, dll
    Khanti Samvara (kesabaran)
    Khanti paramam tapo titikha - Ovada Patimokha (Kesabaran adalah cara membina diri yang paling baik)
    Viriya Samvara (semangat)

Tiga cara  untuk mengendalikan diri :
1.  Sikkhapada :  melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri
2.  Carita sila    :  melaksanakan hal-hal yang baik
3.  Varitta sila   :  menghindari hal-hal yang tidak baik
2.  Dengan pantangan (viratti)
    Sampatti Viratti :  Pantangan seketika, tanpa perencanaan walaupun kesempatan ada
    Samadana Viratti :  Pantangan karena janji
    Samucchena Viratti  :  Pantangan mutlak, pantangan melalui penghancuran semua sebab yang akan membawa pada pelanggaran. (hanya dilakukan oleh ariya puggala)

Ciri-ciri orang yang melaksanakan sila :
    sikap dan tingkah lakunya sopan
    bisa melihat ke dalam diri sendiri, apakah diri sendiri ini berhasil / tidak dalam menjalankan atau melatih sila

Pembagian sila :
1.  Menurut jenis
    Pannati sila  :  melatih mengendalikan diri dengan jalan menaati / patuh terhadap peraturan-peraturan dari luar, misalnya : Undang-Undang, dsb.
    Pakati sila  :  sila alamiah, yaitu cara pengendalian diri yang dipakai untuk membersihkan batin, seperti sila dalam Jalan Mulia Berunsur delapan.
2. Menurut besar - kecil tujuan / maknanya
    Hina sila  :  sila yang dilaksanakan dengan mengharapkan pengikut, kedudukan, dll  --->  dengan pamrih atau iming-iming.
    Majjhima sila  :  sila yang dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan (upa parami).
    Panita sila :  sila yang dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang benar-benar patut dilaksanakan.
                         (sila yang dilaksanakan oleh bodhisatta, dengan tekad yang besar, semata-mata demi pencapaian Samma Sambuddha)
3. Menurut penggolongan umat Buddha
    Bhikkhu sila  (patimokha 227 sila)
    Bhikkhuni sila (patimokha 311 sila)
    Anusampanna sila, sila untuk samanera, terdiri dari dasasila (10) + 75 sekhiya
    Gahattha sila, sila untuk perumah tangga, terdiri dari pancasila (5) dan Atthangasila (8)

Mengapa sila setiap orang berbeda???
Salah satu alasan ialah ada manusia yang tidak mempunyai 4 macam roda (cakka 4) :
    Patirupadesavasa    :  bertempat tinggal di tempat yang sesuai
    Sappurisupassaya   :  bergaul dengan orang yang baik
    Attasammapanidhi   :  memahami apa yang berguna bagi diri sendiri
    Pubbekatapunnata  :  memiliki simpanan perbuatan-perbuatan baik, dengan kata lain banyak berbuat kebajikan di masa yang lalu
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #215 on: 25 August 2011, 05:38:18 PM »
SUSIKKHITA VINAYA
Terlatih Baik Dalam Tata Tertib

Bagaikan bunga berwarna-warni yang dapat terangkai dengan indah karena benang pengikatnya, demikian pula umat manusia yang beraneka sifat, perangai, dan latar belakang dapat hidup bersama dengan teratur dan rukun karena adanya tata-tertib. Tanpa adanya tata-tertib, kehidupan umat manusia niscaya akan sama kacaunya dengan kehidupan binatang-binatang liar. Sesungguhnya, tata-tertib dalam Agama Buddha ditetapkan tidaklah semata-mata untuk menciptakan kedamaian dalam masyarakat saja, tetapi lebih daripada itu ialah demi perkembangan batin orang yang melatih serta melaksanakannya itu sendiri. Tata-tertib yang terlatih dengan baik adalah landasan mapan bagi peraihan Jalan Mulia yang membawa pada Pembebasan Sejati. Sang Buddha Gotama bersabda, "Terlatih Baik dalam Tata-tertib" adalah suatu Mangala, suatu Berkah Utama.


SILA I. PANATIPATA

Pana = Makhluk / Kehidupan
Atipata = Lepas dengan cepat
Gabungan kedua kosakata itu bermakna membuat suatu makhluk atau kehidupan mati / meninggal sebelum waktunya. Jadi 'panatipata' dalat diterkemahkan secara ringkas sebagai pembunuhan.


Ada lima faktor agar suatu perbuatan dapat disebut membunuh :
1. adanya makhluk hidup (pano)
2. mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup (panasannita)
3. berpikir untuk membunuhnya (vadhakacittam)
4. berusaha untuk membunuhnya (upakkamo)
5. makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tersebut (tena maranam)

Mengetahui Besar Kecil Kesalahan
1. bergantung  pada besar kecilnya tubuh (sarira)
        apabila makhluk besar seperti gajah, kuda, kerbau, maka akan menghasilkan akibat yang berat (mahasavajja)
        apabila makhluk kecil seperti nyamuk, lalat, semut, maka akan menghasilkan akibat yang ringan (appasavajja)
2. bergantung pada kebajikan makhluk itu (guna)
        misalnya pembunuhan manusia lebih berat dibanding pembunuhan binatang
3. bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
        penyiksaan sebelum dibunuh
        mis : membawa binatang dengan posisi terbalik
4. bergantung pada tebal dan tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya
        mis : pemburu yang menangkap buaya dengan bantuan monyet yang dipotong tangannya
       
>> jika seseorang tidak mengetahui suatu perbuatan  adalah melanggar sila, maka perbuatan itu akan menghasilkan akibat yang lebih berat karena akan terus diulang-ulang (micchaditthi = pandangan salah)

Objek dari Pelanggaran Sila Pertama
1. manusia (bermoral / tidak bermoral)
2. binatang
    - binatang berguna
    - binatang tidak berguna (yang merugikan / yang tidak merugikan)

Maksud (motif) dari Pelanggaran Sila Pertama
1. direncanakan (sengaja)
        - mis : perampokan, pembalasan dendam
2. tidak direncanakan sebelumnya > dorongan sesaat (mendadak)
        - mis : dua orang bertengkar, hingga ada yang terbunuh
3. mempertahankan diri > kecelakaan
        - mis : anak yang setelah dimarahi lalu lompat dari jendela

Usaha dari Pelanggaran Sila Pertama
1. dikerjakan dengan tangan sendiri (sahatthika)
2. dengan tak langsung
        - perintah atau suruhan (anattika)
        - pelontaran (dengan menggunakan senjata (nisaggiya))
        - berdiri diam (dengan perangkap permanen (thavara))
        - jampi-jampi (vijjamaya)
        - ilmu gaib (iddhimaya)

Hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila pertama yang harus kita hindari
1. membunuh manusia dan hewan
2. menyiksa manusia dan hewan
3. menyakiti jasmani manusia dan hewan

Akibat Melanggar Sila Pertama
1. lahir kembali dalam keadaan cacat
2. mempunyai wajah yang buruk
3. mempunyai perawakan yang jelek
4. berbadan lemah, berpenyakitan
5. tidak begitu cerdas
6. selalu khawatir / cemas, takut
7. dimusuhi dan dibenci banyak orang, tidak mempunyai pengikut
8. terpisahkan dari orang yang dicintai
9. berusia pendek
10. mati dibunuh orang lain

Apakah bunuh diri termasuk pelanggaran sila???
Beberapa penafsir, penulis kitab Saratthadipani Tika dan Vimuttivinodani Tika  mengatakan bahwa faktor pembunuhan kedua (pasannita) hanya mengacu pada makhluk lain, bukan diri sendiri.
Dalam buku Pancasila Pancadhamma, Somdet Vajrananavarorasa berpendapat bahwa sasaran pembunuhan itu selain mengacu pada makhluk lain juga mencakup diri sendiri.
Dalam Jataka Atthakatha : "Makhluk- makhluk hidup yang membunuh dirinya sendiri dengan senjata, minum racun, gantung leher, terjun ke tebing dengan didasari oleh kemarahan, niscaya akan terlahirkan kembali di Alam Neraka, dan sebagainya."
« Last Edit: 25 August 2011, 05:41:08 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: me my mine
« Reply #216 on: 25 August 2011, 05:48:37 PM »
Kerincing2

Sabtu malam, di tengah hiruk pikuk kota Makassar, menelusuri jalan yang cukup padat menuju suatu tempat demi sebuah misi :). Malam itu saya sempat ragu untuk berangkat, dengan pertimbangan bahwa saya sedang menjalankan uposatha sila, apakah tidak buruk jika mengunjungi tempat demikian. Tapi akhirnya rasa ragu itu tertangguhkan juga, dengan mencoba perlahan2 mengarahkan pikiran pada niat yang baik. Malam ini saya pergi untuk menghadiri acara penggalangan dana yang akan diberikan kepada anak2 jalanan. Terlepas dari walaupun dengan atau tanpa saya acara itu tetap akan berjalan dengan baik, saya pribadi ingin berbuat sesuatu tindakan nyata yang dapat memberikan dampak positif bagi anak2 jalanan di luar sana :).

Setelah sampai di tempat yang dituju, saya kemudian bingung. hehehhehe... dibagian mana yah acaranya? soalnya konyol juga sih saya datang tanpa tau dengan jelas dimana posisi teman2 yang baru pertama kali saya ketemui malam itu ;D.
Setelah mencari2, akhirnya ketemu juga, nah ini dia, kebetulan ada satu orang teman yang sudah saya kenali sebelumnya, anak KPAJ (Komunitas Pecinta Anak Jalanan). Maka saya yang datang berdua dengan teman saya pun duduk sambil melihat ke sekeliling kami yang kenyataannya adalah orang2 baru yang belum kami kenal ;D. Seperti gambaran saya sebelumnya, tempatnya ternyata remang2, sampai akhirnya lampu dinyalakan dan cahaya menjadi cukup untuk kami melihat tampang2 baru yang belum kami kenal :).

Tertangkap suasana yang cukup hangat dari teman2 baru yang walaupun belum saling mengenal namun menerima kami dengan baik :). Mungkin karena kami punya misi yang sama malam itu, mengumpulkan koin sebanyak2nya demi sahabat2 kami diluar sana, anak2 jalanan.
Sambil menunggu teman2 yang sedang mempersiapkan acara puncak, saya duduk dengan manis sambil melihat sekeliling. Pemandangan apakah yang terlihat? Banyak orang pada malam itu sedang asik menikmati kehidupan mereka, dengan menyantap makanan2 yang nikmat dan minuman yang menyegarkan, sambil menikmati indahnya hingar bingar kehidupan malam minggu. Dan saya seperti seorang pengamat sedang melihat mereka, sambil tersenyum :).
Ada perasaan lega ketika mengetahui bahwa saya tidak terlibat dengan apa yang sedang mereka lakukan, walaupun kami berada di tempat yang sama, tapi kami datang dengan tujuan yang berbeda tentunya.

Pengamatan terhenti disaat acara puncak hampir saja dimulai, pemutaran film dokumenter oleh teman2 Makassar Coin A Chance. Dan pada kesempatan itu, setelah diajak berfoto bersama, bahagia rasanya karna saya dan teman saya juga diberikan kesempatan untuk ikut mengedarkan celengan dan selebaran ditengah kerumunan pengunjung kampoeng popza malam itu. Wah... luar biasa, untuk pertama kalinya saya bakal bilang "Pak.. Bu.. minta koinnya Pak... Sudah tiga hari kami belum makan Bu.." :)). Ditengah pengumpulan koin, kami berjalan sambil menawarkan celengan untuk diisi kerincing2 kecil yang bermanfaat besar, tentunya sambil memberikan senyuman terindah biar menggoda dan dikasi koin yang banyak ;D. hihihihihihi...  Tapi tanpa perlu dipaksa, malam itu senyum kami terasa sangat ringan :).

Kerincing2 kecil yang tentu tak ada harganya bagi pengunjung kampoeng popza, namun sangat berharga bagi anak2 diluar sana, yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan demi mengais rejeki. Di tengah pengumpulan dana itu saya menangkap basah ada orang yang dengan rela segera merogoh kantongnya dan mengeluarkan beberapa uang receh, ada juga yang menambahkannya dengan beberapa lembar uang kertas. Bahkan pelayan2 court disanapun ikut menyumbang, terharunya diriku :(. Pecahan uang terbesar pada malam itu diberikan oleh seorang tourist, selembar I Gusti Ngurah Rai dimasukkan ke dalam celengan kerincing yang diedarkan ;D.

Kesempatan untuk berbuat baik jangan disia2kan, kami hanya meminta kerincing2 koin, jika anda memberikan selebar kertas dari dompet anda, maka itu pun adalah tabungan untuk diri anda. Acara pada malam itu berakhir dengan perhitungan jumlah koin yang berhasil terkumpul. :)

Spoiler: ShowHide

Saya tertarik post ini. Apakah ada kegiatan untuk memberdayakan anak jalanan seperti mengajar baca-tulis atau mengajarkan keterampilan tertentu?

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #217 on: 25 August 2011, 05:55:01 PM »
Saya tertarik post ini. Apakah ada kegiatan untuk memberdayakan anak jalanan seperti mengajar baca-tulis atau mengajarkan keterampilan tertentu?
kalau di tempat saya ada om, sejenis rumah singgah begitu, namanya KPAJ (Komunitas Pecinta Anak Jalanan) yang juga bekerja sama dengan penyelenggara acara krincing2 itu.
Makassar Coin A Chance itu juga percabangan dari organisasi pusatnya yang ada di jakarta kalo g salah.
nanti saya coba cari infonya lagi.  :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: me my mine
« Reply #218 on: 25 August 2011, 06:19:45 PM »
kalau di tempat saya ada om, sejenis rumah singgah begitu, namanya KPAJ (Komunitas Pecinta Anak Jalanan) yang juga bekerja sama dengan penyelenggara acara krincing2 itu.
Makassar Coin A Chance itu juga percabangan dari organisasi pusatnya yang ada di jakarta kalo g salah.
nanti saya coba cari infonya lagi.  :)
Iya, maksud saya seperti Rumah Singgah begitu. Thanks in advance untuk infonya, Sis hema. :)

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #219 on: 26 August 2011, 10:04:40 AM »
Iya, maksud saya seperti Rumah Singgah begitu. Thanks in advance untuk infonya, Sis hema. :)
iya sama2 om.  :)
ini udah dapat infonya om, kalo untuk rumah singgah yang di jakarta, om kainyn bisa cek ke FBnya dulu, ini ada linknya

terus untuk yang coin2 itu bisa cek ke coinachance.com
maaf hanya bisa kasi linknya om, soalnya alamat pastinya juga saya g dikasi om, disuruh cek ke sana saja katanya.
mungkin dari link itu om kainyn bisa dapat info lebih banyak  :)
semoga bermanfaat.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: me my mine
« Reply #220 on: 26 August 2011, 10:10:21 AM »
iya sama2 om.  :)
ini udah dapat infonya om, kalo untuk rumah singgah yang di jakarta, om kainyn bisa cek ke FBnya dulu, ini ada linknya

terus untuk yang coin2 itu bisa cek ke coinachance.com
maaf hanya bisa kasi linknya om, soalnya alamat pastinya juga saya g dikasi om, disuruh cek ke sana saja katanya.
mungkin dari link itu om kainyn bisa dapat info lebih banyak  :)
semoga bermanfaat.
Thanks, Sis Hema. Sudah cukup kok infonya. :)

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #221 on: 26 August 2011, 10:35:18 AM »
Thanks, Sis Hema. Sudah cukup kok infonya. :)
sama2 om kainyn.. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #222 on: 13 September 2011, 09:36:24 PM »
Kantuk dan rasa sakit

Seperti biasa uposatha sila selalu mewarnai hari uposatha, kewaspadaan mulai ditingkatkan, aktifitas yang tidak perlu mulai dikurangi. Dan justru karna itulah, selalu saja timbul rasa malas karena tak tau harus melakukan apa, sering tidur menjadi pilihan yang paling menyenangkan, tapi sepertinya ini bukanlah kebiasaan yang baik.  ;D

Kebetulan kemarin juga adalah hari uposatha, sekilas tidak ada yang spesial tapi sepertinya banyak pengalaman berharga. Setelah bersih2 rumah, saya lalu duduk membaca buku yang kebetulan pada saat itu adalah Samyutta Nikaya. Awal membaca masih fokus, tapi tak lama berselang, didukung oleh angin sepoi2 mulailah mata ini terasa berat dan “ngantuk”. Sekilas melirik ke arah jam dinding, ternyata masih pukul 10.00 wita, matilah saya, apapula ini masih pagi sudah mengantuk, walau kemarin bangun lebih awal tapi sepertinya ini agak tidak wajar.

Hmmm… maka terlintaslah peristiwa beberapa tahun yang lalu ketika saya dan teman2 sedang mengikuti rangkaian ospek di kampus, pada waktu kami harus bertahan melawan kantuk, sebab baru diperbolehkan tidur pada pukul 02.00 subuh, selain juga didukung oleh materi2 yang membosankan..hoooammm.. tapi apa yang kami lakukan pada saat itu adalah cubit2an. Sepertinya cukup manjur juga, tapi membawa dampak merugikan. Hehehe.
Saya pun mulai mencoba trik ini untuk menghilangkan rasa kantuk saya, saya mulai mencubit dan memukul2 kaki dan tangan saya, sedikit membantu karena ketika rasa sakit itu muncul, rasa kantuk mulai terabaikan. Tapi ketika rasa sakit hilang, maka rasa kantuk kembali muncul, begitu seterusnya sampai tangan dan kaki saya mulai memerah, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti membaca.
Apa gunanya membaca sambil memukul dan mencubit kaki dan tangan saya, seperti orang yang tidak waras.  :|

Perjuangan menahan kantuk tidak berhenti sampai disitu, saya tau bahwa saat2 siang itu merupakan saat2 dimana harus berjuang lebih keras untuk tidak terkalahkan oleh rasa kantuk ini, apalagi setelah perut terisi penuh. Dan ternyata dugaan saya tidak salah. Siang hari ketika saya kembali duduk membaca, rasa kantuk itu kembali datang, tapi saya tidak boleh tidur, tidak boleh. Akhirnya setelah disekitar saya sudah mulai sepi, saya mencoba untuk meditasi sejenak (soalnya kalo ada yang liat saya maluu.. :-[ ), meluruskan badan dan mulai memejamkan mata, sejenak, sepertinya hanya 3-4 menit, setelah itu saya membuka mata dan wow magic… hahahha.. rasa kantuknya malah hilang, padahal biasanya kalo udah pejam mata, wah tunggu aja pasti pindah ke alam lain (alam mimpi).
Setelah rasa kantuk mulai hilang, saya kembali melanjutkan membaca, sambil sesekali berdiri dan jalan2 ke balkon. Selesai… saya berhasil melewati satu tahap rasa ngantuk. Tanpa tidur siang.  :|

Setelah selesai mandi, terasa lebih segar dan seperti biasa tempat yang paling aman dan nyaman pada malam hari ketika sedang uposatha sila adalah balkonnnnnn. Sambil membaca tinda di atas kertas (hahahha,, jadi ingat om djoe), angin sepot2 menerpa, bulan yang bulat sempurna, suara masjid yang tak kalah kerasnya (maklum, beginilah berkah tinggal di samping masjid), dannnnnn “ngantuk lagi deh”, hahhahha. Biasanya saya bisa bertahan sampai pukul 22.00, tapi kali ini kenapa begitu cepat mata saya ingin tertutup, ohhhh..mungkin saja karna hari ini saya tidak tidur siang.

Sikat gigi, cuci muka, cuci tangan dan cuci kaki, lalu masuk kamar, niatnya sih pegen tidur, tapi pas liat altar jadi terpikir untuk meditasi. Cuma g langsung, bimbang dulu, hehehhhe... meditasi… ngak usah… meditasi saja… g usah deh, udah ngantuk… meditasii.. malasss.. meditasii..!
Jadilah akhirnya meditasi juga, pasang alarm 30 menit, duduk yang manis, mata dipejamkan, dan perhatikan napas, tapi pikirannya kabur kesana-kemari. Sampe akhirnya terasa pas menit2 terakhir kaki mulai keram, aduhhhh…sakitttt!! Bertahan..bertahan..bertahan… kembali ke napas, sakittt!! G tahan..!!
bagaimana caranya, pokoknya g boleh bergerak, g boleh ganti posisi, harus bisa.. Untuk menyemangati diri akhirnya saya mulai membayangkan ketika saya berhasil melewati ini, saya akan berseru “yeahh.. berhasill!”, harus bisa, bertahan..bertahan… kalo sudah begini modelnya, pasti konsentrasinya kacau balau. Hahhahahha.. lagi berperang melawan rasa sakit. Akhirnya terjadi adegan ini, napas masuk..napas keluar.. (semangat!), napas masuk..napas keluar.. (semangat!), napas masuk..napas keluar.. (semangat!). tidak berhasil juga, rasa sakitnya semakin menjadi2, sudahlah..bergerak saja sedikit, jangan..g boleh..bergeraklah, sedikit saja (sambil terbayang ini kalo udah gerak sedikit pasti udah aman deh rasa sakitnya akan berkurang), tapi masih bertahan juga. Sampai akhirnya, terusan2 begitu, dan saya kalah.. saya lalu membuka mata tapi belum bergerak, lalu melihat jam di handphone saya, 21.11. Ya ampunnn..bodoh sekali, alarm ini akan berbunyi tepat pukul 21.12. satu menit lagi, bodoh..bodoh.. padahal sedikit lagi. Saya kembali menutup mata dan beberapa detik kemudian alarm berbunyi. Walau belum berganti posisi, tapi tetap saja gagal. Saya sudah membuka mata saya. Kecewaaa berattt…! Ini sudah yang kesekian kali saya gagal.

Saya lalu teringat satu pelajaran yang di kelas dhamma beberapa hari yang lalu, kebetulan pembahasan tentang uposatha sila. Waktu itu saya sempat bertanya bagaimana kalau seandainya seseorang pada hari uposatha merasa malas dan lalai, kemudian tidak menjalankan uposatha sila, padahal sebelum2nya latihan ini selalu ia laksanakan. Setelah hari itu berlalu, kemudian timbul penyesalan dalam dirinya. Apa yang harus ia lakukan?. Jawaban yang singkat “segera bertekad untuk menjalankan uposatha sila pada hari itu” (hari dimana penyesalan itu muncul). Hari ini saya gagal dalam meditasi, dan saya kecewa, apakah artinya? “segera laksanakan lagi”. Yah..kali ini lebih semangat, setelah gagal di 30 menit pertama, saya kembali memulai 30 menit kedua. (tidak biasanya saya seperti ini, biasanya kalo sudah ya sudah, tidur sajalah lebih baik. Hahahha..)

30 menit kedua dimulai. Saya sadar bahwa pikiran saya lari kemana-mana, berantakan, fokus sama sekali “tidak”. Sampai akhirnya kaki kiri saya mulai terasa keram lagi, nah baru sadar saya kalo ternyata saya lagi meditasi. Hahaha.. tadi sudah gagal, kali ini harus bisa. Sekarang saya mencoba untuk mengarahkan seluruh perhatian saya ke napas, hanya napas, tidak ada yang lain. Saya tidak lagi mencoba untuk menyemangati diri saya untuk bertahan seperti pada 30 menit yang pertama. Kali ini, konsentrasi hanya ke napas, saya tidak bisa memungkiri bahwa sekuat apapun saya mengarahkan pikiran saya ke napas, rasa sakit itu masih tetap saya rasakan. Disertai rasa takut, saya mulai mengarahkan sedikit perhatian saya ke rasa sakit itu, lalu kembali lagi ke napas, sambil masih merasakan sakit. Tidak berapa lama kemudian, saya mulai merasakan seolah2 ada sebongkah batu besar yang berada di atas pangkuan saya, menekan kaki, tangan yang saya letakkan diatas pangkuan, dan juga menekan bagian depan tubuh saya (mungkin ini hanya imajinasi saja), ketika perasaan itu muncul, rasa sakit dikaki mulai terabaikan. Pada saat itu saya mulai menyadari saat ini saya sedang duduk meditasi, kaki saya sakit, dan saya lagi berusaha berhadapan dengan rasa sakit itu. Saya tidak mencoba untuk memikirkan tentang masa depan ketika nanti saya berhasil melewati 30 menit ini, juga tidak sama sekali bahkan sangat menghindari untuk berpikir tentang berganti posisi. Saya menghindari pemikiran2 demikian, mencoba untuk mengarahkan semua perhatian saya pada saat ini, hanya pada saat ini, saat saya dimana saya sedang duduk meditasi, kaki saya sakit, dan saya lagi berusaha berhadapan dengan rasa sakit itu, dengan tetap mengarahkan perhatian saya pada napas. Pada saat itu muncul setitik ketenangan, saya merasa sedikit tenang walau rasa sakit itu masih ada, perhatian napas menjadi lebih terasa. Tapi sayangnya perasaan itu tidak berlangsung lama, rasa sakit kembali muncul, saya kembali mencoba cara yang tadi, fokus ke napas, hanya napas, hanya saat ini, dan perasaan tenang itu kembali muncul, tapi hanya beberapa detik saja, namun cukup membantu saya untuk tetap bertahan dan fokus ke napas. Setidaknya walau rasa sakit itu masih ada tapi saya dapat tetap bertahan dan fokus ke napas menjadi lebih kuat pada saat itu. Begitu seterusnya sampai akhirnya tanpa terasa alarm berbunyi, dannn 30 menit kedua berhasil dilalui tanpa penyesalan.
Semoga ini menjadi usaha yang tidak sia2, setidaknya sekarang saya tau bagaimana caranya menghadapi rasa sakit dengan lebih baik.  :)
« Last Edit: 13 September 2011, 09:44:09 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #223 on: 15 September 2011, 08:15:33 AM »
SN 1.41 Āditta Sutta (Terbakar)

“Ketika rumah seseorang terbakar
Peti yang dibawa keluar
Adalah yang berguna,
Bukan yang terbakar di dalam.

“Maka ketika dunia terbakar
Oleh [api] usia tua dan kematian,
Seseorang harus mengeluarkan [kekayaannya] dengan memberi:
Apa yang diberikan akan terselamatkan dengan baik.

“Apa yang diberikan menghasilkan buah yang menyenangkan,
Tetapi tidak demikian dengan apa yang tidak diberikan.
Pencuri mengambilnya, atau raja,
Terbakar oleh api atau hilang.

“Kemudian pada akhirnya seseorang meninggalkan jasmani ini, bersama dengan harta miliknya.
Setelah memahami hal ini, orang bijaksana
Harus bersenang-senang tetapi juga memberi.
Setelah memberi dan menikmati sesuai keinginannya,
Tanpa cela ia pergi menuju alam surga.”
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: me my mine
« Reply #224 on: 15 September 2011, 04:16:23 PM »
Menanggapi postingan #223 tentang "Kantuk dan Rasa Sakit". Kebetulan saya pernah baca penjelasan Ajahn Chah.

Quote
Dalam meditasi, hal-hal yang biasanya tidak salah dapat menjadi salah. Sebagai contoh, kita duduk bersila dengan bertekad-bulat: “Baik! Tidak akan ada gerakan apapun saat ini. Saya akan memusatkan pikiran. Lihat saja.” Cara seperti ini tidak akan jalan! Setiap kali mencoba seperti itu, meditasi saya tidak berkembang. Menurut pengamatan saya, meditasi itu akan berkembang dengan lajunya sendiri.

Dulu, sering sore-sore saya duduk bermeditasi, dengan pikiran: “ Baiklah! Malam ini saya tidak akan bergerak dari titik ini sampai jam satu dini hari.” Tapi belum lama setelah itu seluruh badan saya diserang rasa sakit, membanjiri saya hingga rasanya mau mati. Bagaimanapun, meditasi yang berjalan dengan baik adalah saat kita tidak menentukan batasan lamanya kita duduk. Saya tidak menetapkan sasaran di jam 07:00, 08:00, 09:00, atau apapun; tetapi sekedar duduklah, lanjutkan dengan mantap. Jangan memburu meditasi, jangan menafsir-nafsirkan apa yang sedang terjadi. Jangan mendesak bathin anda dengan tuntutan yang tidak realistik agar ia memasuki keadaan samadhi — atau apapun, yang akan membuat anda malah gelisah dan tidak karuan dibanding biasanya.

Mengenai kantuk, selain karena kelelahan fisik, atau ngantuk setelah makan, ngantuk juga bisa disebabkan karena objek meditasinya membosankan bagi kita. Karena bosan, pikiran melamun. Lalu ketika lingkungannya tenang/adem, lama-lama bisa ngantuk. Ngantuk karena ketumpulan-perhatian ini adalah rintangan dalam meditasi.

Kalau lelah fisik, memang agak sulit. Saat pulang kerja/beraktivitas, kita mungkin merasa terlalu lelah untuk meditasi. Saat meditasi, ada dua kemungkinan yang mungkin terjadi. Pertama, kita tertidur. Kedua, dengan memperhatikan ngantuk itu, lama-lama ngantuk itu bisa hilang. Tapi apapun kemungkinan yang terjadi, saya pernah dinasihatkan untuk rutin bermeditasi.

Saya sering membaca tentang tidak membenci atau melawan apa pun itu, entah rasa ngantuk atau rasa sakit. Tapi adalah kurang tepat juga memiliki keinginan untuk tidak membenci. Agak sedikit membingungkan memang, dan rahasia-umum ini hanya bisa kita pahami sendiri-sendiri nantinya.
« Last Edit: 15 September 2011, 04:28:45 PM by Mayvise »