Teman-teman sekalian, ijinkan saya sharing sedikit.
Sang Buddha pernah berkhotbah, ada 4 jenis mahluk yang harus diperlakukan dengan hati-hati walaupun masih muda karena berbahaya (lupa nama suttanya), yaitu:
1. Ular, karena ular walaupun masih muda sudah memiliki bisa, patukannya bisa mematikan
2. Pangeran, pangeran walaupun masih muda harus diperlakukan dengan hati-hati karena sesudah dewasa bisa saja ia memangku tahta dan bisa menghukum kita.
3. Yang satu ini lupa.......
4. Bhikkhu, karena Bhikkhu walaupun masih muda bisa saja ia telah Ariya. Sehingga kata-kata tak pantas yang kita lontarkan bisa berakibat sangat buruk.
Bahaya akan lebih besar bila Bhikkhu tersebut mengajarkan pengembangan batin (Bhavana) karena kemungkinan ia telah Ariya lebih besar bila dibandingkan jika Bhikkhu tersebut bukan meditator.
Kita ingat kisah Cula Panthaka yang di kehidupan lampau mengolok-olok seorang Bhikkhu yang agak lambat belajar Sutta, akibatnya beliau seperti itu. Padahal Bhikkhu yang diolok-olok tersebut (kemungkinan) bukan meditator.
Sebenarnya saya juga kurang setuju dengan cara Ehipassiko yang kadang rada nyeleneh.
Saya rasa kita tak perlu "membumikan sesuatu yang di awang" dan tak perlu "meng-awangkan sesuatu yang di bumi". Tempatkanlah sesuatu sesuai pada tempatnya, bila memang demikian.
Tradisi beranjali bukanlah tradisi yang destruktif atau yang merusak atau yang tak bermanfaat, tradisi anjali adalah tradisi "menghormat seseorang yang patut dihormat", yang sejalan dengan Mahamanggala Sutta. Yang jelas bermanfaat bagi kita untuk melatih sifat-sifat mulia, menghormati orang lain.
Tak perlu kita mengikuti budaya barat yang tak baik. Budaya barat cenderung kurang memberi hormat kepada yang lebih tua atau kepada pemimpin spiritual, karena mereka dipengaruhi ajaran Keristen, yang menganggap bahwa manusia diciptakan sama dan sederajat. Sehingga pada beberapa kasus aliran Keristen tertentu anak-anak bahkan memanggil "nama" kepada orang tua mereka, bukan memanggil "ayah" atau "ibu" karena persamaan derajat tersebut.
Tepuk tangan bila kita memuji masih masuk akal sebagai suatu norma yang sudah terlanjur kita terima dari kecil.
Tapi anjali juga sebaiknya jangan ditinggalkan, karena itu adalah suatu bentuk penghormatan.
Saya kok merasa Bhikkhu diperlakukan sebagai "anak wayang" bila diberi tepuk tangan tanpa anjali.
Mettacittena,