Saya coba ilustrasikan mengenai hal ini dengan perumpamaan :
Pada saat ibu mau memasak, baru ingat minyak telah habis, kemudian menyuruh anaknya untuk membeli, pada saat membeli membawa pulang botol penuh minyak, karena ketidak hati-hatian, akhirnya dia menjatuhkan seluruhnya ( terjatuh ke dalam parit yang dalam ). Kemudian ia menemui ibunya dengan menangis dan berkata, Ibuuu…. Minyak tumpah seluruhnya. Tanpa sempat dimarahi, anak itu segera lari kekamar dan menutup pintu dan tidak melakukan apapun. Karena ketakutan atas kemarahan ibunya, anak tersebut menghindar dan tidak melakukan apapun. Dan pasrah menerima kondisi ini.
Kemudian ibu menyuruh seorang anaknya yang lain botol penuh minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh rupee. Kemudian anak itu pergi membeli apa yang diperintahkan ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia terjatuh. Minyak yang ada di dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis, "Ooo... saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak setengah botol!" Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya ia memandang kejadian itu secara negatif dan bersikap pesimis.
Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee lagi. Kemudian anaknya pergi. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya tumpah. Ia memungut botol dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Ia pulang dengan wajah berbahagia. Ia berkata pada ibunya, "Ooo... ibu saya tadi terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan separuh minyak." Anak itu tidak bersedih hati, malah ia tampak berbahagia. Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya.
Sekali lagi, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee. Anaknya yang ketiga pergi membeli minyak. Sekali lagi, anak itu terjatuh dan minyaknya tumpah. Ia memungut botol yang berisi minyak separuh dan mendatangi ibunya dengan sangat bahagia. Ia berkata, "Ibu, saya menyelamatkan separuh minyak."
Tapi anaknya yang ketiga ini bukan hanya seorang anak yang optimis. Ia juga seorang anak yang realistis. Dia memahami bahwa separuh minyak telah tumpah, dan separuh minyak bisa diselamatkan. Maka dengan mantap ia berkata pada ibunya, "Ibu, aku akan pergi ke pasar untuk bekerja keras sepanjang hari agar bisa mendapatkan lima rupee untuk membeli minyak setengah botol yang tumpah. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu."
~~~
Kita bisa memandang hidup dengan kacamata buram, atau dengan kacamata yang terang. Namun, semua itu tidak bermanfaat jika kita tidak bersikap realistis dan mewujudkannya dalam bentuk PERJUANGAN.
Catatan :
Jika harus dipilih, maka sebenarnya pilihannya adalah Perubahan Pola Pikir dalam menghadapi masalah. Karena setiap orang akan menerima satu dari empat kemungkinan tersebut dalam waktu yang berbeda. Karena hidup dan kehidupan adalah PROSES, kita tidak selalu berada pada posisi ATAS ( penuh ) atau posis BAWAH ( kosong ), KANAN atau KIRI ( setengah penuh atau kosong ), semua tergantung bagaimana kita MENYIKAPINYA secara keseluruhan. Semuanya harus dilakukan dengan mengambil TITIK TENGAH sebagai acuan melihat permasalahan. Contoh dalam perilaku, pada saat posisi penuh atau setengah penuh, berarti kecenderungan menunjukkan mencapai kepenuhan dalam berbagai bidang misalnya materi dll, maka kita diharapkan TIDAK SOMBONG, demikian juga pada saat berada pada posisi setengah kosong atau kosong, tidak perlu terlalu RENDAH DIRI. Karena dua-duanya merupakan titik ekstrim. Jadi semuanya kembali pada perubahan pola pikir. Dan membuat perubahan ini adalah suatu bentuk perjuangan.
Jika dipandang dalam sudut yang lain diluar penjabaran yang diatas, maka muncul pertanyaan :
Jika kita melihat dari sisi seorang ibu ( sebagai diri kita sendiri ), maka apakah yang dilakukan ibu tersebut sudah cukup bijaksana, karena melakukan EMPAT KALI suatu pekerjaan yang sama untuk usaha yang sama ?