OGYAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia jauh terlambat merespons isu tentang vegetarian jika dibanding negara-negara maju. Di sana, sudah muncul kesadaran pentingnya bervegetarian, dengan isu yang diangkat berhubungan dengan lingkungan.
Di Gent, salah satu kota di Belgia misalnya, sejak Mei 2009, pemerintah setempat mengimbau warganya tidak menyantap daging sehari dalam sepekan. Sedangkan di Inggris (United Kingdom), sedang digodok pembahasan tentang memasukkan menu makan ke semua rumah sakit.
Harga daging, di negara-negara Eropa sudah dibanderol mahal karena dikenakan tambahan biaya (pajak) sebagai konsekuensi dampak lingkungan yang ditimbulkan. Daging yang dihasilkan dari industri peternakan, seperti diketahui memang menyumbang pencemaran tanah, air, dan udara (pemanasan global).
"Tentu ada alasan sangat kuat mengapa kebijakan-kebijaka n itu dilakukan, yang mestinya ditelaah Indonesia. Itu tak lahir begitu saja, tanpa pemikiran mendalam," ujar Chindy Tanjung, Koodinator Indonesia Vegetarian Society (IVS) DIY-Jawa Tengah, yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Info Vegetarian.
Menurut dia, itu bukan semata tentang vegetarian saja, namun juga apakah manusia mau tahu apa akar permasalahan kerusakan lingkungan dan mengapa terjadi penurunan derajat kesehatan manusia. Manusia jarang mau legowo dan menggunakan nurani dan logika ketika berbicara tentang daging dan dampaknya.
"Misalnya, ketika kita kecil, kita diarahkan untuk sayang sapi, kambing, dan ayam. Tapi kita memakan daging mereka. Daging dikatakan sumber protein, tapi di usia menuju tua, dokter mengultimatum kita tidak boleh kebanyakan daging. Kita sedih kala melihat hewan disembelih dan kesakitan, tapi kok tetap tega menyantap soto dan sate?" katanya.
Ada dua hal yang berbenturan-antara sayang pada hewan, serta masih terus menyantap daging-yang selalu dan seharusnya ada di benak manusia. Namun manusia jarang mau mengaitkannya.
Memang, memakan daging dan tidak memakan daging adalah pilihan. Orang punya keyakinan sendiri-sendiri yang sangat tidak bisa disalahkan, seperti bahwa makan daging tak dilarang agama. Agama jelas tak bisa disalahkan. Namun fakta, juga sebuah kebenaran, ujarnya.
Dari sisi vegetarian, tidak memandang dari sisi agama semata, tapi bahwa pilihan makan daging mengandung banyak konsekuesi, dari masalah kesehatan a-z, hingga kerusakan lingkungan.