Harapan saya sich sama teman-teman sedharma klo post di forum-forum budhis dipikir-pikir dlo, karena tindakan anda melibatkan banyak orang dalam sebuah komunitas, selain itu saya juga berharap sesama pemeluk yang sama-sama menghormati Buddha sebagai guru junjungan klo bisa akur jangan saling menjelek-jelekan dibelakang, klo memang tidak setuju, dan berkenan terhadap sesuatu baeknya dipertemukan, dan berunding secara baik-baik.
Saya rasa dengan mengejek, menjelek-jelekan, dan menghina agama lain tidak akan membuat agama Buddha satu aliran terlihat mulia, dan terlihat yang paling benar.
Klo saya sebagai umat Buddha sich merasa malu, dan bersedih saja dengan tindakan, dan kehadiran kalian.
Tambahan juga orang yang melihat-lihat, dan membaca posting belum tentu dalam kondisi sedang melatih diri, bermeditasi, dan sudah sempurna dalam pelatihanya. Kadang mereka justru sedang mencari informasi-informasi yang menyenangkan, enak didengar, dan menghibur batinnya.
Ya. Semoga jangan ada lagi yang mengumbar SARA.
Ok kembali lagi ketopik, menanggapi saudara Upasaka yang terlihat bersemangat, dan menggebu-gebu menanggapi posting saya.
Bener ga ni saudara upasaka adalah upasaka beneran, hehehehheeee met kenal ya . . . . .
Salam kenal juga.
Gini lo Saudara, sebelomnya saya mau menjelaskan terlebih dahulu posting yang saya tulis, dalam topik yang sedang di bahas.
Posting saya sedang membahas seseorang yang mengucapkan, atau mengharapkan kebahagiaan semua mahluk, atau seseorang yang mengucapkan sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Tidak menuntut orang lain untuk bervegetarian, atau mengharuskannya.
Seperti yang telah saya tulis :
Menurut saya sabbe satta bhavantu sukkhitattha yang dalam terjemahan Indonesianya secara umum berarti semoga semua mahluk berbahagia mengandung pengertian sebuah harapan agar kehidupan semua mahluk hidup berbahagia.
Dan menurut saya lagi agar tercapai sebuah harapan tersebut harus disertai cara, dan jalan.
bukan terikat oleh kata mahluk hidup, atau mahluk yang mati
Menurut saya lagi untuk yg kesekian kalinya seseorang yang tidak bersungguh-sungguh berusaha menjalankan, dan memikirkan cara apa yang menjadi harapan baiknya yang sering di ucapkan adalah
seseorang yang tidak tahu, dan mengerti apa yang di ucapkan, atau
seseorang yang munafik, dan malas
Klo saudara upasaka mencoba memahami, dan sedikit mencerna tulisan saya diatas, tulisan saya mengarah pada diri sendiri, bukan orang lain atau mahluk lain.
Untuk penjelasan detailnya adalah seseorang yang “berusaha“ mencintai dan membahagiakan semua mahluk, bukan seseorang yang memaksa orang lain atau hewan lain untuk mencintai mahluk lain karena kita mengucapkan kata-kata tersebut.
Pertama-tama, saya ingin menjelaskan bahwa komentar saya sebelumnya bukan untuk menentang komentar Anda. Saya hanya menjawab undangan Anda untuk bertukar pikiran. Dari diskusi ini, justru kita dan teman-teman yang lain akan bisa melihat pembahasan yang menarik. Karena setiap komentar yang diresponi akan menguji seberapa valid bobotnya. Bila suatu komentar tidak cukup berbobot, maka komentar itu akan terjatuh ketika dihadapkan dengan komentar lainnya. Oleh karena itu, mari kita saling menguji komentar kita masing-masing.
Saya mengerti maksud Anda. Saya hanya memberikan pemahaman dari sisi lain mengenai aktivitas 'memakan daging'.
Saya menghargai usaha Anda untuk menghindari makanan hewani. Anda melihat bahwa orang yang mengharapkan kebahagiaan semua makhluk, seharusnya tidak memakan daging. Apabila Anda ingin mengharapkan semua makhluk berbahagia, maka Anda sebaiknya tidak memakan daging. Ini motivasi Anda. Betul?
Karena itulah, saya menjelaskan dari sisi lain bahwa Anda tidak bisa menggeneralisasi bahwa 'memakan daging' artinya tidak selaras dengan 'semoga semua makhluk berbahagia'. Karena jika kita mengharapkan semua makhluk hidup berbahagia, maka kita juga mengharapkan makhluk-makhluk yang memakan daging juga ikut berbahagia. Jika Anda tetap bersikukuh bahwa vegetarian itu selaras dengan 'semoga semua makhluk berbahagia', maka secara tidak langsung Anda menyatakan bahwa makhluk-makhluk yang masih memakan daging sebagai seorang yang tidak tahu dan tidak mengerti apa yang diucapkan, atau seseorang yang munafik, dan seorang yang malas.
Saya jawab singkat-singkat saja ya, mengenai memakan sayuran. Sebelom saya lanjut lagi, saya minta pada saudara sebelum menanggapi tulisan saya ada baiknya saudara memahami dulu tulisan saya. Inti dari perbedaan orang yang memakan sayuran dan sepotong daging adalah ketika seseorang mengingikan melangsungkan dan menopang kehidupannya dengan membeli sayur dia menginginkan, dan membeli sesuatu yang pada awalnya tidak berjiwa, dan ada usaha menghindari makanan yang diperoleh dari pelanggaran sila pertama.
Selanjutnya saya juga kurang setuju dengan pernyataan saudara atau mungkin aliran Theravada yang mengatakan tumbuhan bukan mahluk hidup atau mahluk yang hidup.
Hasil pertanian juga didapatkan melalui proses yang melanggar sila pertama. Ini sebenarnya masalah klise. Orang-orang yang bervegetarian, menganggap memakan daging sebagai pembunuhan, karena melihat bahwa daging sebagai bagian tubuh dari makhluk yang 'bergerak'. Sedangkan tumbuhan, karena 'diam' makanya dianggap tidak berjiwa. Tapi tetap saja, sayuran hasil pertanian pun memakan korban hewan-hewan. Mungkin pemahaman kata "jiwa" bagi Anda bisa diperjelas?
Lagipula, jika memang mengharapkan semua makhluk berbahagia, seharusnya biarkan saja semua hama menggerogoti tumbuhan. Jangan diusir maupun dibasmi. Tapi kenyataannya tidak. Orang yang memakan sayuran pun mendapatkan makanannya dengan cara merugikan makhluk lain. Hanya saja ketika disajikan di atas piring, yang terlihat adalah benda mati yang 'tidak bergerak'.
Bisa kemukakan alasan kenapa Anda tidak setuju dengan pernyataan saya bahwa tumbuhan bukan termasuk makhluk hidup?
Trus mengenai baik buruknya daging, dan global warming saudara bisa baca-baca dlo artikel-artikel, buku-buku ilmiah mengenai baik buruknya makanan daging untuk kesehatan, luas lahan, perbandingan hasil yang diperoleh untuk mendapatkan sepotong daging dibanding sayur, atau gandum, pembusukan daging, dibanding pembusukan sayur, dll. (jangan dilihat dari 1 sumber yang mendukung salah satunya, pilih keduanya dan pertimbangkan)
Saya sudah baca. Usaha peternakan dan daging lebih memberi dampak negatif. Tetapi daging dan sayuran sama-sama memiliki dampak negatif.
Selanjutnya saya juga tidak begitu setuju apabila anda menjadikan kalimat ini sebagai alasan untuk memakan segala sesuatu
“Bagi seorang yang melatih diri dalam penembusan Kebijaksanaan, ia akan mengerti bahwa makanan hanyalah penunjang kebugaran dan kelangsungan hidup. Tidak lebih dan tidak kurang. Oleh karena itu, ia tidak akan tertarik ataupun menolak pada jenis makanan apapun yang diberikan orang lain; daging, sayuran, makanan basi, kotoran, dsb.”
Oleh karena makanan merupakan penunjang kebugaran, dan faktor untuk kelangsungan hidup, maka kita harus menyadari, dan bijaksana dalam memilih makanan apa yang kita santap. Daging, makanan basi, kotoran, makanan beracun, termasuk sayuran sendiri yang mengandung bakteri, dan racun yang dapat mengurangi, dan menghentikan kehidupan kita seharusnya tidak dimakan.
Tidak tertarik ataupun menolak makanan yang diberikan, bukan berarti memakan pemberian yang mengandung sesuatu hal yang merugikan. Dia tidak tertarik karena sedang melatih diri atau sudah terbebas dari keserakahan, tidak menolak pemberian bukan berarti harus dimakan.
Selain itu apabila saya mencoba memahami sila ke lima pancasila buddhis makanan, atau minuman yang kita makan “dapat” mempengaruhi tingkah laku, dan kepribadian kita.
Betul. Orang bijaksana tidak akan memakan racun untuk membuat perut kenyang. Sebagai seorang perumah tangga, kita sebaiknya menyiapkan makanan sendiri. Selama kita tidak turut serta dalam proses pembunuhan hewan, kita tidak melakukan pelanggaran sila. Tidak ada masalah, tapi kaum vegetarian tetap mempermasalahkan hal ini.
Sedangkan untuk seorang petapa, ia sebaiknya tidak menyiapkan makanan sendiri. Ia hanya hidup dari apa yang diberikan, dan makan hanya untuk melangsungkan kehidupan. Oleh karena itu, ia sebaiknya tidak menolak ataupun tertarik pada makanan apapun yang diberikan. Dahulu kala, Sang Buddha dan murid-murid-Nya bertahan hidup satu masa vassa hanya dengan memakan gabah. Bisa coba Anda renungkan. Kalau belum paham maksudnya, silakan Anda tanya lagi.
Makanan hanya sebagian faktor yang mengondisikan kehidupan kita. Minuman beralkohol memang bisa mengganggu kesadaran kita. Mengonsumsi minuman beralkohol dinyatakan melanggar sila kelima karena bisa mengakibatkan lemahnya kesadaran. Ketika kesadaran melemah, konsentrasi dan perhatian akan menurun. Ketika konsentrasi dan perhatian menurun, maka moralitas dan kebijaksanaan tidak bisa dikembangkan. Inilah alasan ditetapkannya sila kelima. Makanan seperti daging dan olahan hewani lainnya tidak membuat kesadaran menjadi lemah. Makanan seperti bawang hanya memicu aktifnya hormon sehingga bisa membuat birahi seseorang lebih kuat. Tapi semuanya tidak membuat kesadaran melemah. Karena itu, tidak relevan apabila menyatakan secara implisit bahwa daging dan bawang itu objek di sila kelima.
Kalau Anda berkilah bahwa daging dan bawang bisa memicu emosi dan nafsu, maka coba pertimbangkan bahwa film, buku, lagu, dsb. juga bisa memicu emosi dan nafsu.
Setahu saya vegetarian adalah sebuah “jalan” atau cara mengembangkan rasa cinta kasih yang dapat memunculkan sifat manusiawi, perbuatan baik, dll.
Tetapi anda juga jangan salah mengerti dengan bervegetarian bukan berarti rasa (hal-hal baik) langsung ada, dan timbul begitu saja, karena seorang yang bervegetarian juga harus selalu di sertai kesadaran, dan pelatihan diri.
Sang Buddha pernah menyatakan bahwa dalam sebuah cawan berisi air, ada 84.000 makhluk di dalamnya. Dewasa ini, semua orang yang sudah meneliti dan mengetahui hasil uji sampel air di bawah mikroskop pasti tahu; bahwa ada banyak sekali mikroorganisme dan jasad renik di dalam air. Kalau Anda memang tidak ingin membunuh makhluk hidup, mungkin Anda bisa coba tidak meminum ataupun memasak air terlebih dahulu.
Sebelum jauh-jauh mengambil jalan bervegetarian, jika Anda memang ingin menebarkan cinta-kasih kepada semua makhluk, cobalah jangan lagi memakai kertas, pakaian, bahan bakar untuk kendaraan, menyalakan lilin, dsb. Cobalah pelajari darimana dan bagaimana caranya untuk mendapatkan semua barang-barang itu.
Menurut saya, bervegetarian adalah satu bentuk cinta-kasih kepada hewan. Tapi hal itu tidak menjadi poin penting dalam penembusan Kebijaksanaan. Karena untuk bisa menembus Kebijaksanaan, semua persepsi dan kemelekatan tentang konsep harus dilepas. Setelah saya menguraikan penjelasan singkat di atas, tidak ada komentar mutlak yang menunjukkan bahwa memakan makanan hewani (daging) adalah kesalahan; dan memakan sayuran (vegetarian) adalah tanpa kesalahan. Jika keduanya relatif, maka keduanya bukanlah hal penting yang harus dipilih untuk bisa melatih diri guna menembus Kebijaksanaan. Yang penting adalah pandangan kita terhadap apa itu daging dan apa itu sayuran.
Anda sekalian juga jangan salah mengerti posting saya tidak menuntut, dan memaksa agar saudara-saudari bervegetarian. Posting yang saya tulis bertujuan meramaikan, menjelaskan arti kata sabbe satta bhavantu sukkhitattha menurut versi saya, menanggapi seputar vegetarian, makanan dll yang menyenggol- nyenggol.
Saya paham Anda tidak menuntut siapapun untuk menjalani pola vegetarian. Tapi semua teman-teman di sini tentunya paham dengan maksud halus Anda, yang menyatakan bahwa:
menjadi seorang yang bervegetarian, maka menjadi seorang yang selaras dengan "sabbe satta bhavantu sukkhitatta".