Apakah kejadian buruk yg menimpa seseorang selalu disebabkan adanya karma buruk orang tsb ?
Soalnya begini. Kalo spt itu, bukankah hukum karma akan selalu membutuhkan seorang EXECUTIONER thdp karma buruk orang lain ?
Jika tidak ada executioner, hukum karma tidak mungkin bisa menjalankan aturannya.
Disini terjadi paradox, bahwa seolah2 karma buruk seseorang sebenarnya tidak pernah terhapus, tapi hanya berputar/berpindah kepada orang lain (yaitu kepada si executioner).
Misal:
A membunuh B. Jika B harus mengalami pembunuhan dirinya akibat karma buruk dimasa lampaunya, maka seharusnya A tidak bisa dianggap menghasilkan karma buruk membunuh karena dia hanyalah seorang executioner karma.
Tapi jika A dalam proses pembayaran karma si-B dianggap juga menghasilkan karma buruk membunuh, bukankah berarti karma buruk si B sebenarnya hanya berpindah tangan kepada si A (karena dialah yg dipiilh sbg executioner) ?
Benar. Semua kejadian baik maupun buruk yang terjadi dalam kehidupan seseorang, disebabkan oleh perbuatan-perbuatan orang itu sendiri.
Hukum Kamma adalah hukum sebab-akibat perbuatan. Setiap orang yang berbuat suatu hal, akan mendapatkan buahnya kelak; cepat atau lambat. Hukum Kamma bukanlah hukum balasan. Bila seseorang telah membunuh, maka tidak selalu kelak akan dibalas dengan dibunuh. Hukum Kamma hanyalah satu hukum keseimbangan, yang dikondisikan oleh perbuatan.
Ketika seseorang melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan ini akan menjadi sebab bagi kejadian yang akan terjadi kelak. Kelak kejadian itu bisa terjadi apabila kondisinya sesuai. Bila kondisinya tidak terpenuhi, maka buah akibat itu belum muncul.
Ini perlu dipahami dengan jelas! Setiap oranglah yang merancang nasibnya sendiri. Seumpamanya karena Si A telah membunuh Si B, sehingga kelak Si A akhirnya dibunuh, maka itu disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Si A telah mengondisikan hidupnya sehingga ada kesempatan bagi orang lain untuk membunuhnya. Dan orang lain (sebut saja Si C) yang telah membunuh Si A ini, ia sendiri juga telah melakukan perbuatan yang akan membuahkan akibatnya kelak. Semuanya hanyalah sebuah rantai konsekuensi.
Karena itulah, bagi Umat Buddha yang baik, mereka tidak akan menyalahkan orang lain sebagai penyebab penderitaannya. Bila kita memang dicelakai oleh orang lain, pahamilah bahwa kitalah yang telah mengondisikan hidup kita sehingga membuka kesempatan bagi orang lain untuk mencelakai kita.
Bila kita sering dicela dan dihina orang lain, pahamilah bahwa kita mengondisikan hidup kita sehingga membuka kesempatan bagi orang lain untuk mencela dan menghina kita. Setelah menerima kenyataan ini dengan lapang dada, maka kita harus membenahinya. Ini juga perlu dipahami dengan jelas! Setiap oranglah yang merancang nasibnya sendiri. Bila kita sering dicela dan dihina oleh orang lain, jangan pernah mengeluarkan kalimat pasrah bahwa ini adalah kamma. Hukum Kamma dengan jelas menyatakan bahwa perbuatan kita adalah sebuah konsekuensi. Maka dari itu, kita punya wewenang untuk mengubah perbuatan kita. Kita bisa memperbaiki diri sehingga memunculkan citra yang baik agar kelak tidak lagi dicela dan dihina.
Itu adalah contoh sederhananya...
Lalu bagaimana kisah dari orang yang menjadi "executioner" dalam hidup kita?
Setiap orang punya peluang untuk menjadi orang baik atau orang yang belum baik. Bila mereka mencelakai kita, itu merupakan keputusannya dalam menjalani hidup. Mereka tentu juga akan menerima akibat perbuatannya kelak. Oleh karena itu, yang terpenting adalah menata hidup kita sendiri terlebih dahulu. Setelah hidup kita tertata dengan baik, nilai positif dari diri kita akan menular ke orang sekitar. Dan seumpamanya kita masih dicelakai oleh orang lain, yakinlah bahwa saat itu kita sudah lebih tenang dan anggun dalam menghadapinya.