//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Paradox dlm teori karma  (Read 11018 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline WhiteTara2009

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 18
  • Reputasi: 1
Paradox dlm teori karma
« on: 22 September 2009, 03:38:48 PM »
Apakah kejadian buruk yg menimpa seseorang selalu disebabkan adanya karma buruk orang tsb ?
Soalnya begini.  Kalo spt itu, bukankah hukum karma akan selalu membutuhkan seorang EXECUTIONER thdp karma buruk orang lain ?
Jika tidak ada executioner, hukum karma tidak mungkin bisa menjalankan aturannya.
Disini terjadi paradox, bahwa seolah2 karma buruk seseorang sebenarnya tidak pernah terhapus, tapi hanya berputar/berpindah kepada orang lain  (yaitu kepada si executioner).

Misal: 
A membunuh B.  Jika B harus mengalami pembunuhan dirinya akibat karma buruk dimasa lampaunya, maka seharusnya A tidak bisa dianggap menghasilkan karma buruk membunuh karena dia hanyalah seorang executioner karma.   
Tapi jika A dalam proses pembayaran karma si-B dianggap juga menghasilkan karma buruk membunuh, bukankah berarti karma buruk si B sebenarnya hanya berpindah tangan kepada si A  (karena dialah yg dipiilh sbg executioner) ?



Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #1 on: 22 September 2009, 09:50:16 PM »
apakah tiada habisnya? tidak ada yg pernah tahu...

apakah buah karma buruk selalu butuh executioner? belum tentu..
misal: tsunami, badai, gunung meletus, dll
kan tidak ada yg "pelaku" yg mengatur bencana alam seperti itu..
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Ario_botax

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 4
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #2 on: 22 September 2009, 10:27:47 PM »
Apakah kejadian buruk yg menimpa seseorang selalu disebabkan adanya karma buruk orang tsb ?
Soalnya begini.  Kalo spt itu, bukankah hukum karma akan selalu membutuhkan seorang EXECUTIONER thdp karma buruk orang lain ?
Jika tidak ada executioner, hukum karma tidak mungkin bisa menjalankan aturannya.
Disini terjadi paradox, bahwa seolah2 karma buruk seseorang sebenarnya tidak pernah terhapus, tapi hanya berputar/berpindah kepada orang lain  (yaitu kepada si executioner).

Misal: 
A membunuh B.  Jika B harus mengalami pembunuhan dirinya akibat karma buruk dimasa lampaunya, maka seharusnya A tidak bisa dianggap menghasilkan karma buruk membunuh karena dia hanyalah seorang executioner karma.   
Tapi jika A dalam proses pembayaran karma si-B dianggap juga menghasilkan karma buruk membunuh, bukankah berarti karma buruk si B sebenarnya hanya berpindah tangan kepada si A  (karena dialah yg dipiilh sbg executioner) ?


hmm.. maw sumbang saran aja ^^

hukum kamma itu termasuk dalam 5 tertib kosmis kan?

begini loch.. menurut tertib kosmis.. tidak dikenal siapa buruk siapa baik.. atau mana yang buruk, mana yang baik.. semuanya netral..

lalu.. yang kita anggap kamma baik.. kamma buruk..??

menurut saya itu adalah label yang kita berikan terhadap buah kamma yang kita peroleh..

mengenai kasus yang diberikan..
si A itu membunuh B.. maka tetap si A melakukan kamma yang kita sebut membunuh dan si B mendapatkan buah kamma yaitu dibunuh..

dan memang prosesnya kalo ga di stop akan terus menerus berputar-putar.. hal inilah yang disebut samsara, dukkha kehidupan yang ingin harusnya kita hentikan.. demikianlah kira-kira sudut pandang Dukkha menurut saya.

Kita terlindung oleh kamma kita sendiri, berhubungan dengan kamma sendiri, terlahir dari kamma sendiri, mewarisi kamma kita sendiri.. apapun yang kita perbuat itulah yang akan kita warisi ^^ dan kita terima sendiri..

Terima Kasih dan Terima Kamma mu sendiri ( ucapan yang biasa dikeluarkan oleh Bhante Kamsay) ^^

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #3 on: 22 September 2009, 10:48:22 PM »
apakah cara kerja hukum kamma pasti seperti itu ?

jika sebelumnya B pernah membunuh X dan dikatakan di kehidupan selanjutnya A membunuh B sebagai buah kamma buruk B membunuh X, pertanyaan nya muncul apakah suatu perbuatan "membunuh" selalu berbuah "dibunuh" di kehidupan selanjutnya ? belum tentu, bisa saja berbuah umur pendek, sakit-sakitan (dr berbagai referensi yg sy peroleh)

ada lain kasus, jika A membunuh B, maka dikehidupan selanjutnya B membunuh A dan seterusnya bergantian... menurut cerita buddhist, emang bs terjadi demikian dengan catatan "pembunuhan itu ditekadkan" sebelumnya atau dengan kata lain adanya "niat untuk membalas" di kehidupan selanjutnya... tp jika niat tersebut tidak dilakukan, apakah mungkin hal berulang tersebut terjadi ?

jika sebelumnya A melakukan pembunuhan, tp di kehidupan sekarang, ia mengenal dan menjalankan suatu ajaran yg menuntun A untuk selalu melakukan perbuatan baik, bukan kah itu jg dapat mengecilkan efek dr buah yg akan berbuah, jd belum tentu A akan meninggal dgn cara dibunuh oleh Y

menurut sy, sistem kerja kamma tidak semudah apa yg kita bayangkan... tp yg pasti adalah adanya sebab-akibat, hanya saja akibat tidak selalu berasal dr 1 sebab/sumber sj, akibat bisa berasal dr berbagai/gabungan beberapa sebab/sumber...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #4 on: 22 September 2009, 10:50:19 PM »
Apakah kejadian buruk yg menimpa seseorang selalu disebabkan adanya karma buruk orang tsb ?
 tidak pernah terhapus, tapi hanya berputar/berpindah kepada orang lain  (yaitu kepada si executioner).
misi numpang lewat + ikut jawab

karena kuasa Tuhan.... (pengen liat gerakan batinnya org buddha ktika liat tulisan ini..  wkwkwk)

makanya d namakan lingkaran setan!!

dan makanya pula d ajaran sang BHAGAVA

jangan buat jaat
tambah kebaikan
SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN

coba liat juga paticasamupada...
Samma Vayama

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #5 on: 22 September 2009, 10:54:42 PM »
kasus pemerkosaan, si W yg mengalami kerugian dan penderitaan, bisa jd hal tersebut terjadi sebagai buah perbuatan buruknya (entah apakah itu, belum tentu dulu si W memperkosa P bukan ?) tp si P (pemerkosa) yg mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan sesaat krn hubungan sex gratis, apakah karena buah perbuatan baiknya ?

jd ka chow klo ada yg menjawab "iya itu buah perbuatan baiknya si P", menurut sy si P adalah si creator "kamma baru" yg bersifat buruk, apakah akibatnya dikehidupan mendatang si P akan diperkosa si X ? belum tentu, perbuatan buruk tersebut bs berbuah dalam hal apa pun yg kurang menyenangkan (penderitaan) yg bs sj berasal dr berbagai sebab...

jika kita selalu makan, maka kita akan selalu membuang kotoran, tp jika kita menghentikan usaha untuk memakan, maka tentunya kita berhenti membuang kotoran... bs kah kita lakukan itu ? :D

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #6 on: 22 September 2009, 11:47:07 PM »
Quote
Kalo spt itu, bukankah hukum karma akan selalu membutuhkan seorang EXECUTIONER thdp karma buruk orang lain ?

Nahhhh kalau sewaktu jalan kepleset sebab sambil ngelirik-lirik cewek cakep...

itu salah sendiri atau salah ceweknya ?

mohon jawaban yg jujur!
 ;D  _/\_
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #7 on: 23 September 2009, 01:42:11 AM »
Apakah kejadian buruk yg menimpa seseorang selalu disebabkan adanya karma buruk orang tsb ?
Soalnya begini.  Kalo spt itu, bukankah hukum karma akan selalu membutuhkan seorang EXECUTIONER thdp karma buruk orang lain ?
Jika tidak ada executioner, hukum karma tidak mungkin bisa menjalankan aturannya.
Disini terjadi paradox, bahwa seolah2 karma buruk seseorang sebenarnya tidak pernah terhapus, tapi hanya berputar/berpindah kepada orang lain  (yaitu kepada si executioner).

Misal: 
A membunuh B.  Jika B harus mengalami pembunuhan dirinya akibat karma buruk dimasa lampaunya, maka seharusnya A tidak bisa dianggap menghasilkan karma buruk membunuh karena dia hanyalah seorang executioner karma.   
Tapi jika A dalam proses pembayaran karma si-B dianggap juga menghasilkan karma buruk membunuh, bukankah berarti karma buruk si B sebenarnya hanya berpindah tangan kepada si A  (karena dialah yg dipiilh sbg executioner) ?

Benar. Semua kejadian baik maupun buruk yang terjadi dalam kehidupan seseorang, disebabkan oleh perbuatan-perbuatan orang itu sendiri.

Hukum Kamma adalah hukum sebab-akibat perbuatan. Setiap orang yang berbuat suatu hal, akan mendapatkan buahnya kelak; cepat atau lambat. Hukum Kamma bukanlah hukum balasan. Bila seseorang telah membunuh, maka tidak selalu kelak akan dibalas dengan dibunuh. Hukum Kamma hanyalah satu hukum keseimbangan, yang dikondisikan oleh perbuatan.

Ketika seseorang melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan ini akan menjadi sebab bagi kejadian yang akan terjadi kelak. Kelak kejadian itu bisa terjadi apabila kondisinya sesuai. Bila kondisinya tidak terpenuhi, maka buah akibat itu belum muncul.

Ini perlu dipahami dengan jelas! Setiap oranglah yang merancang nasibnya sendiri. Seumpamanya karena Si A telah membunuh Si B, sehingga kelak Si A akhirnya dibunuh, maka itu disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Si A telah mengondisikan hidupnya sehingga ada kesempatan bagi orang lain untuk membunuhnya. Dan orang lain (sebut saja Si C) yang telah membunuh Si A ini, ia sendiri juga telah melakukan perbuatan yang akan membuahkan akibatnya kelak. Semuanya hanyalah sebuah rantai konsekuensi.

Karena itulah, bagi Umat Buddha yang baik, mereka tidak akan menyalahkan orang lain sebagai penyebab penderitaannya. Bila kita memang dicelakai oleh orang lain, pahamilah bahwa kitalah yang telah mengondisikan hidup kita sehingga membuka kesempatan bagi orang lain untuk mencelakai kita.

Bila kita sering dicela dan dihina orang lain, pahamilah bahwa kita mengondisikan hidup kita sehingga membuka kesempatan bagi orang lain untuk mencela dan menghina kita. Setelah menerima kenyataan ini dengan lapang dada, maka kita harus membenahinya. Ini juga perlu dipahami dengan jelas! Setiap oranglah yang merancang nasibnya sendiri. Bila kita sering dicela dan dihina oleh orang lain, jangan pernah mengeluarkan kalimat pasrah bahwa ini adalah kamma. Hukum Kamma dengan jelas menyatakan bahwa perbuatan kita adalah sebuah konsekuensi. Maka dari itu, kita punya wewenang untuk mengubah perbuatan kita. Kita bisa memperbaiki diri sehingga memunculkan citra yang baik agar kelak tidak lagi dicela dan dihina.

Itu adalah contoh sederhananya...

Lalu bagaimana kisah dari orang yang menjadi "executioner" dalam hidup kita?

Setiap orang punya peluang untuk menjadi orang baik atau orang yang belum baik. Bila mereka mencelakai kita, itu merupakan keputusannya dalam menjalani hidup. Mereka tentu juga akan menerima akibat perbuatannya kelak. Oleh karena itu, yang terpenting adalah menata hidup kita sendiri terlebih dahulu. Setelah hidup kita tertata dengan baik, nilai positif dari diri kita akan menular ke orang sekitar. Dan seumpamanya kita masih dicelakai oleh orang lain, yakinlah bahwa saat itu kita sudah lebih tenang dan anggun dalam menghadapinya.

Offline WhiteTara2009

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 18
  • Reputasi: 1
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #8 on: 23 September 2009, 03:43:12 AM »
Memang karma membunuh belum tentu berarti membuahkan karma terbunuh.
Tapi terus terang dalam implementasinya terdapat keganjilan/paradox yg sukar dimengerti.
Paradox ini terjadi karena karma sendiri membutuhkan seorang executioner dlm proses nya, kecuali jika dianggap "Sang Executioner" tsb bisa berupa pihak lain yg sifatnya netral (bebas karma), misalnya Tuhan, alam atau ditebus di alam neraka.

Anggaplah jika kita bisa meng-isolasi-kan 10 orang sepanjang hidupnya dalam sebuah rumah.
Dan anggaplah salah seorang memiliki karma tertentu yg harus dibayarnya, misalnya dibunuh atau dibacok.
Lalu bagaimanakah cara Hukum Karma menjalankan aturannya tanpa memaksakan penciptaan karma buruk baru pada manusia lainnya di rumah tsb ?
Jika salah seorang terpilih utk membacok/membunuh orang tsb sebagai pelaksanaan hukum karma, bukankah disini berarti orang tsb "dipaksa" atau "dikondisikan sedemikian rupa" agar pelaksanaan karma terjadi, walaupun dlm prosesnya dia berarti juga "dipaksa" menciptakan karma baru buat dirinya sendiri.   Hal ini jadi semacam sebuah siklus yg berputar yg tidak pernah berhenti, karena berarti jumlah karma buruk di dunia ini seolah2  "dipertahanan" terus oleh hukum karma sendiri, dan mustahil musnah dengan sendirinya tanpa adanya seorang executioner yg sifatnya netral (bebas karma).   Dengan begitu, pencerahan dunia mustahil dilakukan karena terhalang oleh sifat hukum karma sendiri yg membutuhkan pihak lain sebagai sang executioner.

Disini kadang saya berpikir bahwa faktor adanya "Tuhan" & neraka (spt di agama kr****n) menjadi sesuatu yg logis., karena Tuhan lah yg akan berfungsi sebagai Sang Executioner.  Atau Tuhan  misalnya sebagai Penebus, sebagai pihak yg memutuskan rantai karma yg tidak mungkin habis dengan sendirinya.   

Note:  Saya sendiri bukan kr****n yach...jadi jgn salah paham.  Tapi logika adanya seorang Penebus Dosa, atau Tuhan & Neraka menjadi sebuah hal yg masuk akal  dalam situasi paradox diatas.

Offline WhiteTara2009

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 18
  • Reputasi: 1
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #9 on: 23 September 2009, 03:50:13 AM »
Oh yach saya tambahkan lagi.
Pertanyaan ini sebenarnya sudah sering saya tanyakan di berbagai forum agama, dan terus terang saya agak kecewa, karena sampai saat ini belum ada satupun jawaban yg memuaskan.   Jawaban2 yg saya terima lebih cenderung bersifat menetralkan atau "menjawab tetapi tidak menjawab" karena intinya orang juga cenderung bingung bagaimana memecahkan paradox tsb tanpa melibatkan adanya Tuhan dan neraka (sbg tempat penebusan).
Walaupun saya sendiri seorang Buddhist, tetapi 1 pertanyaan ini terus mengganjal di hati saya.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #10 on: 23 September 2009, 03:56:59 AM »
Sdr. WhiteTara, apakah anda setuju bahwa Tuhan atau Sang Executioner telah mengeksekusi jutaan orang yang terkena bencana alam, kerusuhan, penyakit, dll?

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #11 on: 23 September 2009, 05:47:07 AM »
Quote
Note:  Saya sendiri bukan kr****n yach...jadi jgn salah paham.  Tapi logika adanya seorang Penebus Dosa, atau Tuhan & Neraka menjadi sebuah hal yg masuk akal  dalam situasi paradox diatas.

biasanya penganut agama "berTuhan" logikanya lebih cocok dgn
penjelasan/skenario "berTuhan". Yg juga konon merupakan "rencana TUHAN".

Kalau saya termasuk hobby video game. Selalu ada kesempatan memainkan game berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya.

Bayangkan saja kalau bro hanya diberi kesempatan main SATU game aja dan kalau gagal selamanya tidak boleh main GAME lagi gimana ? Bukankah juga merupakan sesuatu PARADOX, padahal GAME diciptakan adalah utk MENYENANGKAN bagi sipemain ?  :'(


Sega TV Racer lumayan lho ada BUSTERnya.
 _/\_ :x
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #12 on: 23 September 2009, 06:07:20 AM »
sudah 2 mobil hancur karna ditimpa pohon besar!

gak ada hujan, gak ada angin. Kenapa bisa begitu?

oh ada kontraktor menggali utk pembuatan jalan.

Pohon nya sih tidak jatuh langsung. Tetapi jatuh
beberapa saat (ataupun hari) kemudian.

Ada yg terluka, ada yg mobilnya hancur. Tetapi
juga sangat mungkin bisa ada yg meninggal.

Yg bisa membunuh orang, bukan saja orang. Tetapi
bisa juga "KEBODOHAN" penggalian, cuaca, jalan yg rusak,
angin, pasir, minyak, maupun terlalu banyak makan soto babat.

atau makan durian beberapa biji dengar minuman keras.

note : Wowor Cornellis pernah menulis buku berjudul KARMA.
mungkin ada yg baca dan bisa beri masukan ?
(karna itu penulis yg kritis dan analitis lho)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #13 on: 23 September 2009, 07:55:12 AM »
Memang karma membunuh belum tentu berarti membuahkan karma terbunuh.
Tapi terus terang dalam implementasinya terdapat keganjilan/paradox yg sukar dimengerti.
Paradox ini terjadi karena karma sendiri membutuhkan seorang executioner dlm proses nya, kecuali jika dianggap "Sang Executioner" tsb bisa berupa pihak lain yg sifatnya netral (bebas karma), misalnya Tuhan, alam atau ditebus di alam neraka.

Sebenarnya anda sudah menjawabnya sendiri. Ada "Sang Executioner" yaitu ALAM. Yang namanya alam itu terdiri dari semua yang ada di semesta ini, bisa itu manusia, hewan, gunung meletus, bahkan meteor jatuh bisa membunuh kita.


Quote
Anggaplah jika kita bisa meng-isolasi-kan 10 orang sepanjang hidupnya dalam sebuah rumah.
Dan anggaplah salah seorang memiliki karma tertentu yg harus dibayarnya, misalnya dibunuh atau dibacok.
Lalu bagaimanakah cara Hukum Karma menjalankan aturannya tanpa memaksakan penciptaan karma buruk baru pada manusia lainnya di rumah tsb ?

Bisa saja, kenapa tidak? Orang itu bisa terpeleset di kamar mandi, jatuh terbentur, gegar otak terus mati. Tidak butuh seseorang, dan tidak keluar rumah. Beres kan. ^-^

Quote
Jika salah seorang terpilih utk membacok/membunuh orang tsb sebagai pelaksanaan hukum karma, bukankah disini berarti orang tsb "dipaksa" atau "dikondisikan sedemikian rupa" agar pelaksanaan karma terjadi, walaupun dlm prosesnya dia berarti juga "dipaksa" menciptakan karma baru buat dirinya sendiri.   Hal ini jadi semacam sebuah siklus yg berputar yg tidak pernah berhenti, karena berarti jumlah karma buruk di dunia ini seolah2  "dipertahanan" terus oleh hukum karma sendiri, dan mustahil musnah dengan sendirinya tanpa adanya seorang executioner yg sifatnya netral (bebas karma).   Dengan begitu, pencerahan dunia mustahil dilakukan karena terhalang oleh sifat hukum karma sendiri yg membutuhkan pihak lain sebagai sang executioner.

Satu hal yang perlu kita catat dan garis bawahi sebagai sesuatu yang penting dan mungkin dilupakan oleh umat Buddha sendiri adalah karma masa kehidupan lampau BUKAN-lah PENENTU apa yang akan kita lakukan dan apa yang kita alami. Pandangan bahwa karma kehidupan masa lampau adalah penentu apa yang akan kita lakukan, apa yang kita alami adalah PANDANGAN KELIRU

Dalam Tittha Sutta, Anguttara Nikaya 3.61, Sang Buddha menjelaskan bahwa karma masa kehidupan lampau BUKAN PENENTU apa yang akan kita lakukan dan apa yang kita alami

Karma kehidupan masa lalu bukanlah penentu seseorang membunuh orang lain.

Jadi, perumpamaan Sdr. Tara tidak bisa diimplementasikan dalam kehidupan karena memang tidak ada yang seperti itu, dan ajaran Sang Buddha tidak seperti itu.
« Last Edit: 23 September 2009, 07:57:39 AM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline hardymika

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 43
  • Reputasi: 3
Re: Paradox dlm teori karma
« Reply #14 on: 23 September 2009, 09:59:20 AM »
sebenarnya saya dulu juga sempat bertanya-tanya mengenai masalah ini. dan memang benar sampai saat ini juga, belum ada jawaban yang benar benar pasti.

kenapa tidak pasti, krn menurut saya hukum karma itu cara kerjanya sangat rumit. tentunya tidak mudah bagi seorang manusia biasa untuk memahami cara kerja karma.

ada beberapa pendapat yang pernah saya dengar sbb :
1. EXECUTIONER adalah netral seperti misalnya alam.
2. Karma jahat yang saling bertemu. Misalnya A membunuh B, dan karena hal tersebut A 'ditakdirkan' untuk bertemu dengan C dan pada akhirnya dibunuh C, yang mana C ini memang punya sifat jahat dan kecenderungan berbuat jahat, termasuk membunuh.
3. Aspirasi jahat yang menyebar. Karena A membunuh B, niat jahatnya sudah menjadi semacam pemicu bagi seorang makhluk diluar sana yang masih tertutup kekotoran batin dan kebodohan untuk melakukan perbuatan jahat serupa.
Jika ingin ditelusuri asal usulnya dari mana awal dari segala kejahatan ini berasal sangatlah tidak mungkin, karena rantai karma ini sangatlah panjang dan rumit dan mungkin memang tidak ada awalnya.

Teori 2 dan 3 hampir mirip, namun bagaimanapun juga ketiga teori ini belum pasti benar, dan oleh karena itu jgn langsung diterima begitu saja.
Tapi saya percaya bahwa kita bisa menentukan nasib kita sendiri.
Dan lagi, jika memang karma buruk adalah seperti proses yang tidak ada habisnya ('lingkaran setan'), tentunya karma baik juga memiliki sifat yang sama kan?
Dimana keseimbangan itu bertemu, kita mungkin akan sulit untuk menemukan jawabannya.

Dan mungkin juga benar apa yang pernah dikatakan oleh salah satu teman saya: orang berbuat jahat mempengaruhi orang lain untuk ikut berbuat jahat. Orang berbuat baik akan mempengaruhi orang lain untuk ikut berbuat baik.
Ini mungkin disebabkan karena kebanyakan manusia seperti kertas putih yang mudah 'diwarnai' oleh lingkungannya; karena masih adanya kekotoran batin yg tidak bisa melihat sesuatu dalam arti yang sebenarnya sehingga manusia menjadi mudah terpengaruh.
« Last Edit: 23 September 2009, 10:27:06 AM by hardymika »
AaAAAaaaAHhHHHHHHHHH