//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cuap-cuap aa'tono  (Read 47195 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Cuap-cuap aa'tono
« on: 21 June 2009, 12:59:29 PM »
aa'tono baru tau di forum ini ternyata ada thread tuk jurnal pribadi, jd aa ikut2 jg, tp apa yg mau diposting, ehm... ehm... kali aja isi blog aa yg dituangkan ke sini, krn kan ga boleh posting alamat blog, ya ga ??

NB. bro momod, klo ga di ijinkan, langsung di delete aja thread "Cuap-cuap aa'tono" ok...

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #1 on: 21 June 2009, 01:01:03 PM »
Rejeki / Keberuntungan ?

Saya punya seorang teman, 10 tahun yang lalu ia sangat kokoh memegang konsep Agamanya dan juga menjalankan setiap kegiatan dan ritual Agamanya. Setelah lama tidak bertemu, ternyata ia telah pindah ke Agama lain karena ia dituntut oleh pacarnya untuk masuk ke agama pacarnya, koq segampang itu ? padahal sebelumnya dia memegang konsep Agamanya cukup kuat.

Selain itu dia dan keluarganya memiliki masalah ekonomi yang kurang baik juga, bangku kuliah ia tinggal kan dan memilih untuk bekerja sebagai sales MLM, namun setelah menjalankan beberapa tahun, juga tidak ada hasil yang memuaskan. Saat ini ia hanya berprofesi sebagai pengajar les untuk siswa-siswi SMP-SMU dan memiliki penghasilan yang lumayan. Namun dia beranggapan bahwa Tuhan di Agama yang baru-nya lah memberikan dia rejeki/keberuntungan dibandingkan Tuhan di Agama sebelumnya. Apakah benar demikian ?

Saya teringat, bahwa Wakil Presiden kita seorang Muslim memperoleh rejeki/keberuntungan yang sangat berlimpah-limpah, bukan karena ia seorang Wakil Presiden, tapi sebelumnya ia adalah seorang pengusaha yang sukses.

Perusahaan property Ciputra adalah seorang Nasrani yang memperoleh rejeki/keberuntungan yang besar juga, ia memiliki aset property yang sangat banyak dan dapat menikmati kemewahan.

Owner salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia adalah seorang Buddhist yang memperoleh rejeki/keberuntungan yang besar, sehingga ia dapat menikmati segala kemewahan.

Di Denpasar ada seorang pengusaha garmen yang sukses adalah seorang Hindust, juga memperoleh rejeki/keberuntungan yang besar, sehingga ia dan keluarganya pun dapat menikmati kemewahan.

Jadi Tuhan yang mana yang memberikan rejeki/keberuntungan ? jika ada yang mengatakan bahwa Tuhan dari Agama nya la yang memberikan rejeki/keberuntungan, maka bisa dikatakan ia berpikiran sempit karena pengertian dia hanya terbatas pada pemahaman Agama yang ia pelajari.

Jika hanya Tuhan dari Agama tertentu saja yang memberikan rejeki/keberuntungan, tentunya hanya manusia yang mempercayai Tuhan dari Agama itu saja yang memperoleh rejeki/keberuntungan, sedangkan manusia lainnya tidak akan pernah memperoleh rejeki/keberuntungan. Tetapi kenyataan/realitas di dunia menyatakan hal lain, bahwa setiap orang memiliki rejeki/keberuntungan nya masing-masing.

Apakah masih ada egoisme pribadi terhadap dogma Agama ?
« Last Edit: 21 June 2009, 01:02:45 PM by dhanuttono »

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #2 on: 21 June 2009, 01:02:16 PM »
Doa Anak Kecil yang Autis

Beberapa hari yang lalu saya pergi ke toko lampu, setelah membeli sebuah lampu saya langsung menaiki kendaraan saya yang diparkir didepan toko. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan tingkah seorang anak kecil yang berusia kira-kira 12 tahun, dia berdiri hampir ditengah jalan lalu menggangkat kedua tangannya sambil menatap langit dan berdoa... "Ya Tuhan... bla... bla...". Setelah selesai doa, dia melihat sekitarnya lalu tersenyum tanpa rasa malu, ternyata dia seorang anak kecil yang autis.

Saya sempat berpikir, apakah doa anak kecil yang autis tersebut didengar dan ditanggapi oleh Tuhan juga ?

Bukankah kita selama ini disusupi pengertian bahwa doa kita pasti didengar oleh Tuhan, hanya kita yang tidak tau apa yang direncanakan oleh Tuhan terhadap doa kita dan kita tidak pernah tau apakah doa kita dikabulkan atau tidak. Tapi apakah ada pengecualian bahwa hanya doa dari manusia yang waras secara mental saja yang didengar dan ditanggapi oleh Tuhan ?

Bukankah doa itu bersifat tulus yang muncul dari dalam diri kita secara spontan ketika kita membutuhkan bantuan kepada Tuhan. Saya rasa begitu pula doa anak kecil yang autis tersebut, tanpa dibuat-buat, ia membutuhkan bantuan kepada Tuhan walaupun ia akan dianggap orang lain sebagai orang yang kurang beres mentalnya. Hal yang pasti kita ketahui, bahwa tidak ada satu orang pun yang mau mengalami dan terlahir dalam kondisi autis, jadi apakah seorang yang autis tidak mendapat hak yang sama dimata Tuhan ?

Jadi apa kriteria agar doa dari seseorang itu bisa didengar dan ditanggapi oleh Tuhan ?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #3 on: 21 June 2009, 04:35:50 PM »
Diri Sendiri

Sejak kita dilahirkan, kita mengalami/menjalani suatu proses belajar, dimana diri kita sendiri yang mengalami/menjalani proses tersebut, walaupun ada bantuan dari luar seperti orang tua dan saudara.

Sejak kita masuk ke bangku sekolah sampai tingkat universitas, kita juga mengalami/menjalani proses belajar tingkat lanjut, dimana masih tetap diri kita sendiri yang menjalani proses tersebut, walau ada bantuan dari guru dan teman sekolah.

Setiap tindakan baik dan buruk yang pernah kita lakukan juga tetap diri kita sendiri yang mengalami/menjalani nya walaupun ada bantuan dari orang lain. Jadi kita pasti mengalami suatu proses belajar untuk tingkat selanjutnya dimana pasti diri kita sendiri lah yang mengalami/menjalani proses tersebut.

Apakah berarti kita egois dan sombong, koq sampai diri kita sendiri yang melakukan semua proses belajar tersebut. Apakah bisa ada orang lain yang melakukan proses belajar tersebut untuk kita, dimana kita tidak perlu capek-capek untuk melalui proses belajar dan hasil yang diperoleh oleh orang lain yang menjalani proses tersebut juga kita peroleh, walau kita tidak mengalami/menjalani proses belajar tersebut ?

Bantuan dari luar diri kita memang ada, dalam semua hal tidak bisa dipungkiri kita mungkin membutuhkan bantuan orang lain dalam mengalami/menjalani proses belajar tersebut, tapi tetap saja kita sendiri lah yang menjalani dan melalui suatu proses itu.

Singkatnya kita lah pelaku/subject dari setiap proses, sedangkan bantuan dari orang lain hanya tambahan yang kadang kita perlukan dalam proses belajar kita dan tidak ada orang yang dapat mengantikan posisi kita dalam menjalani proses tersebut.

Semua perbuatan kita (baik dan buruk) merupakan hasil dari pikiran kita/apa yang kita inginkan/kehendaki dan kita lah subject dari pelaku perbuatan yang akan atau telah kita lakukan. Diri kita adalah musuh kita sendiri, jika musuh tersebut tidak dikalahkan maka diri kita akan menjalani proses yang negatif seperti melakukan hal buruk, malas-malasan dan tidak bersemangat. Tetapi jika kita bisa mengalahkan diri kita sendiri maka diri kita menjadi sahabat yang baik untuk kita.

Kita adalah pelaku dari perbuatan kita sendiri.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #4 on: 21 June 2009, 04:36:18 PM »
Aji Mumpung

Diantara kita pasti pernah mengalami kecelakaan lalu lintas baik kesalahan pribadi maupun dari kesalahan orang lain, hal itu mengakibatkan kerugian bagi kita seperti luka, cacat fisik, cacat permanen belum lagi kita mengalami kerugian materi untuk biaya pengobatan dan biaya perbaikan kendaraan kita yang rusak. Kita semua pasti tidak mau mengalami hal seperti itu, tapi tetap saja kesialan tidak dapat kita prediksi kedatangnya.

Beberapa hari yang lalu ada seorang ibu yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami luka parah didaerah kepala sampai sempat koma beberapa hari. Untungnya nyawa ibu tersebut masih tertolong, hanya didaerah wajah mengalami luka dan lembab tapi tidak sampai menyebabkan geger otak.

Apakah hal tersebut bisa dikatakan mukjijat ? Apakah karena ada mahluk Adi Kuasa yang menolong si ibu tersebut ketika mengalami kecelakaan ?

Aji mumpung digunakan oleh beberapa pemeluk Agama dengan tujuan pribadi (kebanggaan pribadi dan meyakinkan dirinya bahwa Agamanya benar) maupun dengan tujuan kelompok (Agama) dengan berspekulasi terhadap suatu peristiwa/kejadian yang dialami manusia dikait-kaitkan dengan dogma Agama mereka.

Seperti ibu tersebut, dikatakan untung tidak sampai mengalami geger otak dan masih bisa hidup sampai saat ini adalah mukjijat, karena Tuhan menolongnya. Apakah masih ada kata "untung" dalam setiap peristiwa/kejadian yang tidak menyenangkan seperti itu ? Jika memang mukjijat itu benar, kenapa datangnya setelah suatu peristiwa/kejadian itu terjadi ?

Kenapa pertolongan tersebut tidak datang sebelum peristiwa/kejadian tersebut terjadi ? sehingga tidak ada kecelakaan yang terjadi, karena telah ditolong terlebih dahulu sebelum peristiwa/kejadian yang tidak menyenangkan terjadi.

Jangan mengatakan bahwa mukjijat dan pertolongan itu baru datang setelah suatu peristiwa/kejadian, karena jika tidak ada peristiwa/kejadian bagaimana mungkin Tuhan bisa menyatakan mukjijat dan pertolongannya.

Ini malah menyatakan bahwa Tuhan adalah orang iseng dan jahat, karena sampai mengorbankan seseorang untuk mewujudkan keinginan kecilnya dan menyatakan eksistensinya.

Semua itu adalah Aji Mumpung yang digunakan oleh beberapa umat Agama yang fanatik dan berpikir pendek dengan tujuan mempromosikan Agama dan Tuhannya, apakah ini tindakan yang pantas untuk dilakukan oleh seseorang yang bijaksana ?

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #5 on: 21 June 2009, 07:25:33 PM »
Rejeki / Keberuntungan ?


telah diselidiki seorang Dr. ... dlm buku berjudul "luck factor"

jadi rejeki itu tergantung dari 4  hal :

1. memperbesar kesempatan (network) dgn banyak orang dan merawat network tsb.
2. menginginkan/mengharapkan keberuntungan
3. memiliki intuisi utk keberuntungan
4. mengubah kejadian sial menjadi keberuntungan yg positif.

kira2 begitulah bro AA tuun

bagaimana menurut yg lain?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #6 on: 27 June 2009, 05:32:16 PM »
Beragama dan Beriman

Dulu guru pelajaran Katholik saya pernah mengatakan "Lebih baik kita beriman dari pada beragama", jika saya tidak salah pernyataan tersebut berasal dari pernyataan Romo Manggun (Alm) . Awalnya saya tidak terlalu memahami apa makna dari pernyataan tersebut, sampai akhirnya saya berkutat dalam diskusi maya mengenai Agama.

Pernyataan itu memiliki arti yang cukup dalam, beragama (kearah luar, jasmani) belum berarti kita beriman, beragama bisa menyatakan identitas seseorang dimana ia menggunakan atribut yang dapat menyatakan Agamanya, misalkan menggunakan kalung salib, menggunakan jilbab, membawa kitab suci. Sedangkan beriman (kearah dalam, bathin), seseorang tidak perlu menunjukkan Agamanya beserta atributnya tetapi pikiran, ucapan dan perbuatannya terjaga baik sesuai dengan ajaran Agamanya.

Ini lah yang kita perlukan dalam masyarakat heterogen, untuk apa kita menunjukan ke-agama-an kita, sementara hal tersebut dapat menimbulkan perselisihan dan permusuhan. Agama yang dianut seseorang merupakan suatu pilihan yang diambil karena kecocokannya dengan suatu ajaran Agama, tanpa paksaan dan desakkan. Ajaran Agama tersebut selanjutnya dianalisa dan dijalankan sehingga membentuk manusia yang bernilai karena pikiran, ucapan dan perbuatannya terjaga baik dengan atau tanpa atribut keagamaan.

Orang beragama juga lebih mementingkan ego terhadap Agama, sehingga biasanya lebih mudah marah dan tersinggung ketika Agamanya mendapat kritikan dan sindiran. Orang beragama juga lebih senang menunjukan identitas keagamaannya, sementara pikiran, ucapan dan perbuatan tidak sesuai dengan ajaran Agamanya.

Ada seorang wanita yang baru menikah, namun si suami berprofesi sebagai awak kapal, sehingga sering meninggalkan istrinya karena pekerjaan. Wanita ini suka menggunakan jilbab jika keluar dari rumah dan terlihat sangat sopan santun, tapi belakangan ia ketahuan selingkuh dengan pria lain. Wanita ini lebih menunjukan bahwa ia adalah seseorang yang beragama bukan seseorang yang beriman.

Dimana posisi kita, beragama ataukah beriman ?
« Last Edit: 27 June 2009, 05:34:37 PM by dhanuttono »

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #7 on: 27 June 2009, 05:33:06 PM »
Pertolongan Tuhan ?

Ketika seseorang mengalami suatu permasalahan/penderitaan, secara otomatis dia akan berdoa meminta pertolongan dari Tuhan dalam mengatasi dan menghadapi permasalahan/penderitaan tersebut. Tapi sering kali seseorang kecewa, karena kadang pertolongan tak kunjung tiba dan kadang permasalahan yg dihadapi semakin bertambah pelik.

Bukankah Tuhan selalu di klaim Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Murah Hati, tapi apakah Tuhan terlewat sibuk, sehingga kadang lupa memberikan pertolongan kepada seseorang ketika berharap pertolongan dalam menghadapi permasalahan/penderitaannya.

Namun hal ini tidak selalu diangkat ke permukaan, hanya sebagai konsumsi pribadi. Jika pun di nyatakan, tentu ada pembelaan terhadap hal tersebut. Lain halnya jika seseorang terbebas dari permasalahan/penderitaan yang dialami nya, tentu hal ini langsung di klaim bahwa Tuhan itu sungguh baik, penuh dengan kasih bahkan hal ini langsung di publikasikan seluas mungkin.

Kenapa semua ini terjadi ? Apakah ada yang salah sehingga suatu doa kadang tidak ditanggapi ?

Ada yang patut dipertanyakan "Kenapa pertolongan itu datang setelah suatu permasalahan/penderitaan muncul atau setelah seseorang meminta pertolongan kepada Tuhan ?" Ada pernyataan : jika tidak ada yang meminta, bagaimana Tuhan bisa mengetahui apakah seseorang membutuhkan pertolongan atau tidak, ini justru bertolak belakang dengan kemampuan dari Tuhan sendiri yaitu sebagai Maha Mengetahui.

Dimana kita bisa memperoleh pertolongan yang sejati ?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #8 on: 27 June 2009, 05:33:49 PM »
Fenomena Ponari

Anak kecil yang bernama Ponari langsung naik daun setelah ia mendapatkan "batu petir" yang katanya dapat menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang. Ponari seakan memperoleh kemampuan untuk menyembuhkan penyakit dan hanya dari mulut ke mulut, kemampuan Ponari menjadi tersebar, dikenal orang banyak dan dipercaya bisa menyembuhkan.

Sempat terpikir oleh saya, jika Ponari ini lahir 1500 atau 2000 tahun yang lalu, kemungkinan besar saat ini kita akan mengenal seorang sosok "Tuhan"/"Anak Tuhan" yang mempunyai kemampuan menyembuhkan dengan simbol "Batu", betul ?

Hal ini bisa menjadi candaan bagi manusia saat ini, tapi ia tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh kemampuan Ponari saat ini saja dan berapa banyak orang mempercayai nya serta berapa banyak pula orang yang mencela nya.

Seperti itu pula lah, gambaran sosok manusia yang dianggap sebagai "Tuhan"/"Anak Tuhan"/"Nabi"/"Utusan" yang kita kenal saat ini, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dan tersebar luas menjadi suatu batu loncatan untuk menjadi sosok baru, setelah itu akan dikenang orang setelah sosok itu tiada, bahkan cerita kehidupan bisa menjadi dramatis dan mengagumkan...

Ada teman saya mengatakan "Itu kan tahayul, masa batu bisa menyembuhkan, toh ada juga yang ga sembuh". Dia bisa mengatakan demikian karena ia mempercayai hal yang sama tapi berbeda sosok (seorang nasrani). Apakah konsep kesembuhan ilahi yang di elu-elu kan kalangan Gereja memberikan jaminan bahwa "pasti sembuh", siapa yang berani menyatakan hal itu dan siapa berani memberi jaminan kepastian tersebut ?

Tuhan yang ada, juga merupakan sosok yang diciptakan dari generasi ke generasi untuk menjawab kekaguman dan ketidaktahuan atas apa yang ada dialam semesta, siapa yang bisa memberikan jaminan bahwa Tuhan itu ada ? Jika segala sesuatu itu ada, karena pasti diciptakan, berarti itu juga menyatakan bahwa Tuhan juga ada yang menciptakan, tidak ada kekhususan disini.

Apakah tindakan Ponari salah ? tidak, saya bisa menspekulasi dengan mengatakan bahwa tindakan dia merupakan perwujudan "Kasih"/"Cinta Kasih" nya kepada manusia, bahkan Ponari mengorbankan masa kecilnya untuk menyembuhkan orang banyak, keringat bercucuran, kurang tidur sampai sakit karena kelelahan menolong orang lain dan yang lebih penting, Ponari melakukan hal mulia ini sejak ia berusia belia (bandingkan dengan kuasa manusia keturunan yahudi yang dikenal sebagai "Anak Tuhan" yang tiba-tiba memperoleh title nya tersebut setelah menghilang 8 tahun dan melakukan karya nya setelah usia kepala 3)

Masih kah kita mau terkukung dalam permainan kata-kata, sensasi dan kekaguman yang nampak seakan nyata didepan kita tanpa sikap kritis akan kebenaran ?

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #9 on: 27 June 2009, 08:59:50 PM »
Bro Dhanuttono saya minta izin komentar dikit ya :)

Yang Rejeki / Keberuntungan ? sebenarnya sih agama mereka lebih kompak (menurut saya). saya ada 1 kawan yang beragama lain, sebelumnya agama buddha usaha dia sepi dan susah maju nya, tetapi semenjak bergabung dengan agama lain usaha dia menjadi makmur dan banyak pelanggan.. nah pelanggan dia adalah umat dari agama yang dia anut sekarang :) walaupun mahal dikit tapi tidak apa-apa yang penting bisa memajukan ekonomi sesama umat (prinsip mereka).

jika ada kesalahan saya mohon maaf ya :) itu sekedar opini saya _/\_
Smile Forever :)

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #10 on: 01 July 2009, 11:12:45 AM »
betul, sistem kekeluargaan di kelompok mereka sangat bagus, yang terpenting dapat memajukan/membantu sesama umat... krn mereka merasa bersatu dalam tuhan mereka, sy akui masalah itu.

tp yg sy uraikan dalam tulisan sy, kedewasaan berpikir, bahwa rejeki itu ternyata bukan mutlak sebagai pemberian/kebaikan hati dari seorang adi kuasa dari suatu agama tertentu. ternyata dari agama lain pun jg ada umat yg kaya/sukses, begitu pula di agama nasrani pun jg ada umat yg sangat miskin/terpuruk ekonomi nya.

klo pendapat sy pribadi : dalam dunia bisnis jika mau menerapkan sistem "untung sebanyak-banyaknya dengan harga yg tinggi dr harga pasaran" tidak akan bertahan lama, walau di awal mungkin ia di bantu oleh umat dr kelompok agama nya tp tidak mungkin selama nya umat dr kelompok agama itu bisa loyal setiap saat, kecuali memang harga dengan kualitas setara disertai service yg memuaskan... itu pemikiran realistis dan berlaku untuk setiap orang yg memeluk agama apa pun.

terima kasih atas komentar nya bro  _/\_

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #11 on: 04 July 2009, 07:34:11 PM »
Seberkas Cahaya, Secerca Harapan

Kita tentu sering mendengar kata "Seberkas Cahaya, Secerca Harapan" awalnya saya tidak terlalu memahami arti dari kata tersebut, namun ketika saya menghadapi suatu persoalan pelik saya dapat memahami arti kata itu dan saya rasa semua orang pun pernah mengalami suatu persoalan pelik yang sangat berat untuk dihadapi.

Ketika persoalan pelik itu muncul kepermukaan, rasa bimbang, kacau, cemas, takut, gundah, marah, benci muncul silih berganti sambil berharap dan menanti datangnya suatu bantuan dan hilangnya permasalahan, dimana pertolongan tersebut sangat berarti melebihi nilai jual emas.

Pertolongan itu dapat membantu kita bangkit dari suatu keterpurukan, berusaha keluar dari permasalahan yang kita hadapi dan menjadi pemenang. Namun kita kadang tidak mengetahui dimana dan darimana kita bisa memperoleh pertolongan tersebut.

Permasalahan yang saya hadapi membuat saya masuk dalam kondisi gelap tanpa arah, yang saya ingin kan hanya lah suatu penyelesaian, dimana saya terus cari dan mencari cara bagaimana saya dapat keluar dari kondisi gelap tersebut. Tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya, ketika permasalahan belum dapat saya selesaikan, kritikan dan permasalahan lain turut datang mengganggu sepanjang hari. Tapi suatu dorongan/support dari keluarga, memberikan suatu kekuatan dimana saya merasa yakin untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan ya... permasalahan dapat saya selesaikan.

Memang permasalahan itu tidak pernah habis/lenyap dari kehidupan kita selama kita masih bernafas, tapi yang menjadi pointnya adalah darimana permasalahan itu muncul ?

Efek psikologi nya, saya merasa keluarga saya lah yang menjadi penolong saya... namun saya tidak menyadari, bahwa bantuan yang saya peroleh hanya dorongan/support untuk menghadapi permasalahan. Namun itu lah yang menjadi kekuatan berupa rasa percaya diri untuk dapat menyelesaikan persoalan, dimana pikiran saya dituntut untuk dapat memberikan suatu solusi yang dapat saya lakukan untuk keluar dari permasalahan.

Begitu pula dengan efek pertolongan yang dirasakan oleh umat beragama, ketika mereka menghadapi suatu permasalahan yang pelik, bantuan itu sangat-sangat diperlukan, namun yang terjadi mereka mencari pertolongan dari luar diri mereka (Tuhan/Dewa-Dewi) dan berharap "Sim Salabim..." permasalahan selesai.

Jika kita mau jujur, berapa banyak umat beragama yang mengalami permasalahan yang pelik namun dapat diselesaikan dengan pertolongan dari luar diri mereka dibandingkan dengan umat beragama yang mengalami permasalahan yang pelik namun tidak pernah dapat terselesaikan oleh pertolongan dari luar diri mereka, bahkan terkadang permasalahan yang dihadapi malah bertambah besar.

Pertolongan dari luar diri kita (Tuhan/Dewa-Dewi) maupun dorongan/support dari luar diri kita (Keluarga/Teman) merupakan Seberkas Cahaya yang menjadi suatu Harapan untuk keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi, namun jika tidak ada usaha dari kita sendiri untuk mau keluar dari permasalahan, maka selama itu pula kita tidak akan pernah terlepas dari permasalahan yang sedang kita hadapi.

Banyak orang mengatakan bahwa kita harus lah dapat menerima semua permasalahan yang sedang kita hadapi, maka disitu pikiran kita menjadi lebih tenang dari sebelumnya, sehingga harapan yang kita peroleh menjadi berarti dalam usaha untuk terlepas dari suatu permasalahan yang sedang kita hadapi.

Jadi, sudah kah kita memperoleh Secerca Harapan dalam menghadapi permasalahan kita ?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #12 on: 04 July 2009, 07:35:02 PM »
Kesempitan Berpikir

Baru-baru ini acara Talkshow Kick Andy menampilkan Karmaka Surjaudaja yang notabene seorang Nasrani dan acara tersebut ditulis di beberapa surat kabar. Entah ada tujuan apa dibalik penulisan itu yang berulang kali menyebutkan ada kuasa Tuhan didalam hidup Karmaka Surjaudaja sehingga ia menjadi "Bos Seumur Hidup Bank NISP"

Teman dekat saya, tiba-tiba membahas tulisan itu setelah membaca di salah satu surat kabar, dia mengatakan "tuh kisah Karmaka Surjaudaja bagus, dia menjadi orang besar dan sukses setelah ia kembali ke jalan Tuhan". Wah... saya sedikit bingung dengan pola pikir orang-orang Nasrani.

Apa hubungannya antara jalan Tuhan dengan kesuksesan yang diraih seseorang ? Apakah orang sukses karena ia percaya Tuhan nya ? Apakah kesuksesan hanya akan di peroleh seseorang pada Agama tertentu ? Apakah tidak ada kesuksesan bagi orang dari Agama lain dan percaya Tuhan lain selain Tuhan nya ?

Jika hal itu benar, maka sudah bisa dipastikan bahwa tidak ada orang yang akan sukses selain dari umat Agama tertentu dan tentunya umat dari Agama tertentu itu semua nya adalah orang sukses, orang kaya... tapi kenyataannya, setiap Agama memiliki umatnya yang kaya dan umatnya yang miskin.

Kenapa kesempitan berpikir seperti ini masih ada didalam pikiran orang Nasrani yang cenderung mempromosikan Agama nya untuk menunjukan kehebatan dari Agama nya ? Setiap ada cerita kesuksesan, kesembuhan, keselamatan dan kejayaan dari umatnya, maka cerita itu dengan cepat menyebar dan di eksposes dimana-mana, untuk menunjukan kehebatan dari Agama dan Tuhan mereka. Namun sebaliknya, jika ada kegagalan, kematian karena penyakit dan penderitaan karena kehancuran tidak pernah di eksposes ke permukaan bahkan terkesan di tutup-tutupi, kenapa ?

Dan yang terparah, kegagalan, kematian karena penyakit dan penderitaan karena kehancuran lebih banyak di alami oleh umat Agama daripada umat yang mendapatkan kesuksesan, kesembuhan, keselamatan dan kejayaan. Apakah semua hal tersebut hanya terjadi pada salah satu Agama saja ? Tidak ! Didalam semua Agama, hal-hal tersebut terjadi tanpa kecuali. Apa yang bisa kita tangkap dalam hal itu ? Setiap orang (tanpa peduli Agama dan Tuhan nya) memiliki keberuntungan nya masing-masing, istilah umumnya setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri. Hal ini yang menjawab kenapa di dalam setiap Agama tanpa kecuali, ada umatnya yang kaya dan ada juga umatnya yang miskin.

Sebenarnya apa yang bisa kita ambil dari beberapa acara Talkshow mengenai kesuksesan yang diraih seseorang adalah semangat dan kegigihan seseorang untuk dapat hidup lebih baik daripada sebelumnya, sehingga ia akan berjuang semaksimal mungkin untuk mencapai keinginannya yaitu hidup dalam kesuksesan materi. Bukan untuk melihat bahwa ada peranan Agama dan Tuhan tertentu dalam cerita kesuksesan tersebut, itu lah yang saya sebut sebagai kesempitan berpikir.

Apakah kita masih mau terkukung dalam kesempitan berpikir seperti itu ?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #13 on: 04 July 2009, 07:35:51 PM »
Shio Yesus

Loh koq ada "shio Yesus", kan shio cuma ada 12 macam dan setiap shio disimbolkan dengan seekor binatang, dhanu koq suka menghina ?

Sebenarnya hal itu bukan suatu penghinaan, bukan suatu yang sengaja saya buat-buat, tapi pernyataan mengenai "shio Yesus" muncul dari kalangan Nasrani sendiri. Beberapa orang Nasrani terutama dari kalangan kr****n terlihat sungguh anti terhadap simbol-simbol dan unsur-unsur Chinese yang erat kaitannya dengan Agama Kong Hu Cu. Mereka sebisa mungkin menghindari hal-hal tersebut, karena Agama Kong Hu Cu dianggap Agama sesat oleh mereka.

Bagi saya pemikiran seperti ini sungguh naif dan picik, kenapa ? karena mereka sebisa mungkin menarik umat Agama Kong Hu Cu dengan menggunakan kata sesat dan menawarkan janji-janji keselamatan oleh Yesus, sehingga mau menerima Agama Nasrani. Karena itu mereka menolak semua simbol-simbol dan unsur-unsur chinese tersebut.

Saat ini pemerintah Indonesia mulai menerima budaya Chinese yang erat kaitannya dengan Agama Kong Hu Cu, bahkan Ajaran Kong Hu Cu sudah diterima sebagai salah satu Agama di Indonesia dan hari Imlek dianggap sebagai hari raya dari Agama Kong Hu Cu, hal ini menyebabkan budaya Chinese yang dulu nya sempat dilarang sekarang bisa dilakukan dengan bebas seperti atraksi Barongsai dan diperbolehkan pelajaran Bahasa Mandarin di sekolah-sekolahan.

Lucunya beberapa simbol dan unsur Chinese yang saat ini menjadi tren di kalangan Chinese mulai di terima kalangan Nasrani, walau sebelumnya sempat dilarang dan dianggap sesat oleh pihak Nasrani. Jangan heran jika saat ini, kita bisa menyaksikan suasana Imlek, tarian Barongsai dan penggunaan Bahasa Mandarin di Gereja. Hal ini digunakan untuk menarik minat warga keturunan Chinese agar dapat menerima Agama Nasrani dan menunjukan bahwa di Gereja pun budaya Chinese bisa dilakukan.

Nah ternyata penyakit lama dikalangan Nasrani masih ada, sehingga muncul pernyataan "shio Yesus" hanya karena mereka sebisa mungkin menolak pemahaman tentang shio dan tidak mau disamakan dengan sifat-sifat binatang, wah pemikiran yang sungguh sempit.

Apakah pengelompokan tahun kelahiran seseorang dalam shio berarti sesat dan berhala ? Apakah pengelompokan tahun kelahiran seseorang dalam shio berarti menyamakan seseorang dengan sifat binatang ?

Bagaimana dengan pandangan orang Nasrani terhadap pengelompokan bulan kelahiran seseorang dalam zodiak ? Zodiak sendiri berasal dari budaya Yunani dan menggunakan simbol-simbol Dewa-Dewi, apakah juga dianggap sesat dan berhala ?

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Cuap-cuap aa'tono
« Reply #14 on: 04 July 2009, 07:38:59 PM »
Logis ? Suatu Hal yang Mustahil Bagi Nasrani !

Beberapa minggu lalu ada kenalan saya yang menjalani operasi jantung by pass, kebetulan operasinya berjalan lancar. Saat ini kondisi badan drop dan kalo berjalan sangat pelan. Namun ada hal yang mengejutkan, dia mengatakan bahwa istri nya berdoa tiap hari di Gereja, sehingga operasinya berjalan lancar dan dia masih hidup, wow spektakuler... kesannya demikian, tapi ada hal yang ganjil.

Jika si istri berdoa kepada Tuhan nya dan merasa doa nya terkabulkan dimana operasi suami nya berjalan lancar, sehingga suaminya masih hidup sampai sekarang, Maka itu menyatakan Tuhan nya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan tentunya sebelum si suami di operasi, si istri pasti juga berdoa berharap kesembuhan, seharusnya kesembuhan itu bisa terjadi sebelum si suami di operasi... ingat tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan Tuhan nya memiliki kuasa penyembuhan.

Hal yang patut di pikir kan juga, segala sesuatu ada karena ada yang menciptakan, pertanyaannya dari mana penyakit itu ada dan berasal ? Hal yang berlawanan, siapa yang bisa menyembuhkan penyakit itu ? Dokter ? Dokter pun dikatakan perpanjangan tanggan dari Tuhan... ehm... ada sandiwara dan permainan tingkat tinggi...

Hal yang menjadi pertanyaan, kenapa pertolongan itu seakan datang setelah operasi terjadi ? Singkatnya, kenapa pertolongan Tuhan datangnya selalu terlambat ? walau sebenarnya itu adalah usaha dari para dokter yang mengoperasi jantung si suami. Namun hal itu masih bisa ditepis dengan mengatakan bahwa Tuhan nya meminjam tanggan si dokter untuk menyembuhkan si suami, wow spektakuler... kesannya demikian lagi, walau si dokter bukan seorang Nasrani bahkan tidak mempercayai Tuhan Nasrani... ehm...

Tuhan seharusnya tau yang terbaik dan tentunya hal terbaik dalam hal ini adalah hilangkan penyakit jantung, jauhkan dari kuasa gelap dan bebaskan si suami dari penyakit yang dapat menyebabkan kematian tersebut, tentunya hal itu bisa terjadi sebelum operasi dilakukan, karena kenalan saya tersebut menghabiskan 200 juta untuk biaya operasi, itu pun dia meminjam bantuan (utang) dari perusahaan dimana dia bekerja... ehm apakah ada rencana Tuhan dibalik kejadian itu ?

Seperti yang sering kita dengar dalam setiap acara kesaksian dimana orang-orang Nasrani mengaku dia terbebas dari suatu penyakit, karena adanya kuasa penyembuhan dari Tuhan. Tapi koq si suami justru mengalami penyembuhan dari Tuhan setelah operasi dilakukan ? Apakah ini menunjukan si Tuhan tidak mampu untuk menyembuhkan sebelum operasi ?

Tadi saya membahas masalah ini dengan orang Nasrani, tiba-tiba ia melakukan pembelaan dengan mengatakan bahwa memang seharusnya orang itu harus di operasi, bukan masalah cepat atau lambatnya pertolongan, ehm... jika setelah operasi saja Tuhan bisa menyembuhkan, tentunya sebelum operasi Tuhan juga bisa bukan ? Kenapa tidak dilakukan oleh Tuhan ?

Oh Tuhan punya rencana atas semua itu... ehm... saya jadi usil, dari mana kamu tau bahwa Tuhan punya rencana atas semua itu ? Jika kamu mengetahui bahwa itu adalah bagian dari rencana Tuhan, maka apa rencana nya ? Ia hanya diam...

Banyak orang Nasrani seakan tau mana kejadian yang merupakan bagian dari rencana Tuhan dan mana yang bukan, tentunya mereka juga tau apa isi dari rencana Tuhan nya, itu seharusnya... ya ga tau lagi kalo ucapan itu keluar hanya untuk membuat sensasi agar menimbulkan perasaan bangga, kagum dan takjub terhadap cerita-cerita yang beredar atas Tuhannya...

Saya lalu teringat, ada seorang ibu dari keluarga yang berada dan beragama Kong Hu Cu yang juga menderita penyakit jantung, ibu ini sudah pernah di operasi by pass bahkan jantungnya sudah bukan jantung asli, tapi menggunakan jantung buatan. Yang mengejutkan ibu ini hidup lebih dari 10 tahun sejak di operasi... kalo begini, Tuhan siapa yang menyembuhkan dan Tuhan mana yang meminjam tanggan si dokter ?

Apakah ada Tuhan yang lebih hebat dari pada Tuhan dari Nasrani ? Atau hal itu cuma kebetulan ? Atau mungkin itu kerjaan Setan/Iblis ? (seperti yang selama ini dituduhkan ke pihak Agama lain bahwa Agama selain Nasrani adalah Sesat dan penganut Setan/Iblis) Lalu jawaban mana yang lebih logis ??