//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 585715 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #315 on: 28 December 2009, 11:19:10 AM »
akan = maksudnya perjalanan itu tidak mudah... dan akan menderita...
           prosesnya tentu "menderita"... tapi hasilnya...

pertanyaan begini ini lebih pas bro Kainyn_Kutho yg menjawab saja....
gw masih harus banyak belajar sama MOD2 disini....

Bro johan, kita di sini sebetulnya saling mengajar dan belajar, bukan belajar pada orang/pihak tertentu. Moderator tugasnya adalah memoderasi diskusi agar berjalan sehat, tetapi sama sekali bukan berarti lebih benar dari member biasa. :)


Thanks bro Kainyn_Kutho atas penjelasannya....
dlm terminology  ...  saling belajar

pingin tanya bro Kainyn_Kutho,

dlm ajaran Buddhist tidak dianjurkan mengkonsumsi hal2 yg menurunkan kewaspadaan...

nah dalam hal "sedikit" alkohol dlm :
   1. masakan
   2. es cream
   3. chocolate, dll..........
   4. tape umbi, tape ketan hitam

Apakah juga dihindarin ? Apakah sedikit percikan alkohol menjadi permasalahan ?
bagaimana juga dgn vegetarian dimasak dari bekas kwali yg baru selesai goreng sio bak tapi tidak dicuci ?

Apakah penerapan ajaran mempermasalahkan hal2 "kecil" ?

thanks sebelumnya.

Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #316 on: 28 December 2009, 02:26:34 PM »
dlm ajaran Buddhist tidak dianjurkan mengkonsumsi hal2 yg menurunkan kewaspadaan...

nah dalam hal "sedikit" alkohol dlm :
   1. masakan
   2. es cream
   3. chocolate, dll..........
   4. tape umbi, tape ketan hitam

Apakah juga dihindarin ? Apakah sedikit percikan alkohol menjadi permasalahan ?
Kalau saya pribadi lebih menekankan pada tujuan/niat dari konsumsi zat tersebut. Yang dihindari adalah sikap yang mencari "mabuk-mabukan"-nya, bukan mempermasalahkan zat-nya. Ada makanan dan minuman yang memang dibuat dengan tujuan memabukkan, maka memiliki kadar alkohol atau zat lain yang tinggi sehingga konsumsi dalam jumlah normal saja cukup untuk membuat mabuk. Makanan/minuman seperti ini sebaiknya dihindari, tidak dimakan walaupun dalam jumlah sedikit atau tidak memabukkan. Kecuali terpaksa misalnya dalam kasus kelaparan setengah mati dan hanya itu yang tersedia.

Mengenai makanan lain yang mengandung alkohol dalam kadar sangat rendah, saya rasa itu memang tidak dibuat untuk mabuk-mabukan. Dikonsumsi dalam jumlah dikit atau pun banyak tidak menyebabkan mabuk. Oleh karena itu saya rasa tidak masalah untuk dikonsumsi.


Quote
bagaimana juga dgn vegetarian dimasak dari bekas kwali yg baru selesai goreng sio bak tapi tidak dicuci ?

Apakah penerapan ajaran mempermasalahkan hal2 "kecil" ?
Saya tidak begitu tahu masalah vegetarian, jadi tidak tahu aturan2nya. Soal "hal-hal kecil" tersebut, tentu saja tergantung "ajaran" dan orang yang menyikapi "ajaran" tersebut. Kadang hal-hal kecil bagi orang tertentu bisa jadi hal besar, dan di lain pihak hal-hal besar bagi orang tertentu bisa dianggap tidak ada.

Kembali ke pendapat saya pribadi, yang penting adalah kuali tersebut bersih dan higienis. Bekas dipakai untuk apa saja tidak mengurangi atau menambah nilai kuali tersebut. Namun dalam kehidupan sosial, kita mempertimbangkan orang lain, jadi ada kalanya kita perlu mengurusi "hal-hal kecil" tersebut sekadar untuk menghormati orang lain.


Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #317 on: 28 December 2009, 03:54:55 PM »
lalu bagaimana dengan pesan YM Ajahn Chah mengenai penderitaan,
"Jangan menjadi Bodhisatta,jangan menjadi Arahat,jangan menjadi apapun juga.
Bila Anda seorang Bodhisatta, Anda akan menderita;
bila Anda seorang Arahat, Anda akan menderita;
bila Anda menjadi apapun juga, Anda akan menderita."


bagaimana menurut om joh dan om kainyt?
Apakah keinginan menjadi makhluk suci juga termasuk dukkha?
Ato
mungkin maksud Ajahn Chah jangan [menjadi]melekat pada Label makhluk suci?

Mohon pencerahannya

Terus terang saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan Ajahn Chah karena saya juga tidak pernah tahu tentangnya. Tetapi saya menafsirkan perkataan tersebut adalah ketika kita mengejar "status" tersebut, maka tetap tidak akan bahagia.
Mungkin kalau "versi" saya seperti "mencari cinta sejati". Ketika seseorang mencari "cinta sejati" yang konon tidak berkondisi, maka ia akan menderita. Ia tidak akan menemukannya dan akan jatuh pada kemelekatan konsep "cinta sejati". Sebaliknya kalau orang berusaha menyadari dan membuang semua kebencian yang timbul, maka ia tidak memandang segala sesuatu dengan kebencian lagi. Itulah yang bisa disebut "cinta sejati".

Jadi menurut saya, maksud hal itu adalah ketika orang mengejar pencapaian (apakah Bodhisatta, Arahat, dll) maka ia tidak akan mencapainya. Ketika orang bisa "melupakan" konsep tersebut, menyadari penderitaan sebagaimana adanya, maka baru ia bisa bahagia.

Mungkin yg dimaksud oleh Ajahn Chah adalah salah satu jenis dari nafsu keinginan atau tanha, yaitu Bhavatanha,
nafsu keinginan untuk menjadi.....
Menjadi apapun merupakan penderitaan.
Tidak menjadi......, dikarenakan pada hakikatnya tidak ada substansi apa2.....apa lagi yg dapat menderitakan...??
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #318 on: 28 December 2009, 04:55:05 PM »
Mungkin yg dimaksud oleh Ajahn Chah adalah salah satu jenis dari nafsu keinginan atau tanha, yaitu Bhavatanha,
nafsu keinginan untuk menjadi.....
Menjadi apapun merupakan penderitaan.
Tidak menjadi......, dikarenakan pada hakikatnya tidak ada substansi apa2.....apa lagi yg dapat menderitakan...??

Mungkin begitu. Selama orang mau "menjadi" sesuatu, maka otomatis melekat pada "atta", maka jadilah penderitaan.
Secara pastinya mungkin harus ditanyakan ke orang yang lebih kenal Ajahn Chah.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #319 on: 28 December 2009, 05:05:04 PM »
Mungkin yg dimaksud oleh Ajahn Chah adalah salah satu jenis dari nafsu keinginan atau tanha, yaitu Bhavatanha,
nafsu keinginan untuk menjadi.....
Menjadi apapun merupakan penderitaan.
Tidak menjadi......, dikarenakan pada hakikatnya tidak ada substansi apa2.....apa lagi yg dapat menderitakan...??

Mungkin begitu. Selama orang mau "menjadi" sesuatu, maka otomatis melekat pada "atta", maka jadilah penderitaan.
Secara pastinya mungkin harus ditanyakan ke orang yang lebih kenal Ajahn Chah.

                                              Masalahnya adalah,
            Ajahn Chah sendiri di dalam banyak dokumen ceramahnya mengatakan bahwa....
                                            "tidak ada hal yg pasti."
                                                        ~o)
yaa... gitu deh

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #320 on: 06 January 2010, 10:35:06 PM »
Om kainyt mau tahu pendapat om lg ;D

kita tahu di agama tetangga sebagian umatnya akan rela mati demi mempertahankan/membela agama yg di anutnya..
Pertanyaanya utk om kainy dan rekan2 ;
bagaimana sikap umat buddha yg bijak Andai dipaksa(oleh penguasa) untuk  meninggalkan keyakinannya..

thank

;D

*edit,baru ingat bhante Uttamo pernah ngomong "agama untuk hidup,bukan hidup untuk agama"
silahkan di tambahkan om ;D
« Last Edit: 06 January 2010, 10:46:58 PM by Mr.Jhonz »
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #321 on: 07 January 2010, 09:56:14 AM »
Om kainyt mau tahu pendapat om lg ;D

kita tahu di agama tetangga sebagian umatnya akan rela mati demi mempertahankan/membela agama yg di anutnya..
Pertanyaanya utk om kainy dan rekan2 ;
bagaimana sikap umat buddha yg bijak Andai dipaksa(oleh penguasa) untuk  meninggalkan keyakinannya..

thank

;D

*edit,baru ingat bhante Uttamo pernah ngomong "agama untuk hidup,bukan hidup untuk agama"
silahkan di tambahkan om ;D
Nah, ini menarik. :) Kalau menurut saya, tidak mungkin seseorang "memaksakan kepercayaan" pada orang lain, karena itu sifatnya pribadi. Paling yang bisa dilakukan adalah memaksa orang agar "tampilan luarnya" seperti beragama tertentu.
Kalau muncul penguasa yang lalim demikian, maka tentu daerah kekuasaannya bukanlah tempat yang cocok untuk ditinggali. Kita lihat semua pemimpin agama apa pun yang berkuasa, tidak akan berjaya jika tidak memiliki toleransi. Karena itu, yang terbaik adalah mencari cara untuk pergi dari sana.

Saya tidak tahu bagaimana seharusnya Umat Buddha bersikap, bagaimana ketentuannya, tetapi kalau saya pribadi, jika memang "terperangkap" di sana, maka tidak masalah pindah "agama" selama yang dijalankan memang tidak bertentangan dengan moralitas. Kalau kita menyia-nyiakan hidup hanya karena tampilan agama, rasanya tidak penting.


Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #322 on: 07 January 2010, 09:46:06 PM »
Thank jawabannya om ;D
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #323 on: 08 January 2010, 10:41:29 AM »
Sama-sama, Mr.Jhonz. :)

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #324 on: 08 January 2010, 12:22:19 PM »
nambahin ya, kalau gak salah Sang Buddha mengajarkan ada 4 jenis daerah tempat tinggal,
daerah yang bhikkhu hidupnya tidak sulit mendapat dana, dan menunjang latihan.
deerah yang bhikkhu hidupnya sulit mendapat dana, tapi cocok untuk latihan
daerah yang bhikkhu hidupnya tidak sulit mendapat dana, tapi tidak menunjang latihan
daerah yang bhikkhu hidupnya udah sulit dapat dana, dan tidak cocok untuk latihan pula

kalau yang pertama sebaiknya bhikkhu menetap di situ
kalau yang kedua, diusahakan menetap di situ sebisa mungkin
kalau yang ketiga, sebaiknya ditinggalkan
kalau yang keempat, langsung ditinggalkan

kalau kasus penguasa lalim, mungkin termasuk daerah yang tidak cocok untuk berlatih, dan paling nggak sebaiknya ditinggalkan
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #325 on: 08 January 2010, 01:25:35 PM »
nambahin ya, kalau gak salah Sang Buddha mengajarkan ada 4 jenis daerah tempat tinggal,
daerah yang bhikkhu hidupnya tidak sulit mendapat dana, dan menunjang latihan.
deerah yang bhikkhu hidupnya sulit mendapat dana, tapi cocok untuk latihan
daerah yang bhikkhu hidupnya tidak sulit mendapat dana, tapi tidak menunjang latihan
daerah yang bhikkhu hidupnya udah sulit dapat dana, dan tidak cocok untuk latihan pula

kalau yang pertama sebaiknya bhikkhu menetap di situ
kalau yang kedua, diusahakan menetap di situ sebisa mungkin
kalau yang ketiga, sebaiknya ditinggalkan
kalau yang keempat, langsung ditinggalkan

kalau kasus penguasa lalim, mungkin termasuk daerah yang tidak cocok untuk berlatih, dan paling nggak sebaiknya ditinggalkan

Ya, betul. Sesuai dengan Vanapattha Sutta (Majjhima Nikaya 17). Thx buat infonya!

Dalam kasus penguasa lalim, boro-boro menunjang latihan, tidak dibunuh saja sudah bagus. Misalnya pada abad pertengahan, bagi yang mengenal istilah "inquisition" pasti paham itu adalah masa yang sulit dan serba salah.


Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #326 on: 08 January 2010, 02:05:47 PM »
Om kainyt mau tahu pendapat om lg ;D

kita tahu di agama tetangga sebagian umatnya akan rela mati demi mempertahankan/membela agama yg di anutnya..
Pertanyaanya utk om kainy dan rekan2 ;
bagaimana sikap umat buddha yg bijak Andai dipaksa(oleh penguasa) untuk  meninggalkan keyakinannya..

thank

;D

*edit,baru ingat bhante Uttamo pernah ngomong "agama untuk hidup,bukan hidup untuk agama"
silahkan di tambahkan om ;D
Nah, ini menarik. :) Kalau menurut saya, tidak mungkin seseorang "memaksakan kepercayaan" pada orang lain, karena itu sifatnya pribadi. Paling yang bisa dilakukan adalah memaksa orang agar "tampilan luarnya" seperti beragama tertentu.
Kalau muncul penguasa yang lalim demikian, maka tentu daerah kekuasaannya bukanlah tempat yang cocok untuk ditinggali. Kita lihat semua pemimpin agama apa pun yang berkuasa, tidak akan berjaya jika tidak memiliki toleransi. Karena itu, yang terbaik adalah mencari cara untuk pergi dari sana.

Saya tidak tahu bagaimana seharusnya Umat Buddha bersikap, bagaimana ketentuannya, tetapi kalau saya pribadi, jika memang "terperangkap" di sana, maka tidak masalah pindah "agama" selama yang dijalankan memang tidak bertentangan dengan moralitas. Kalau kita menyia-nyiakan hidup hanya karena tampilan agama, rasanya tidak penting.

IMHO
Selama pola pandang kita berpatokan pada ajaran "Dhamma", dalam situasi demikian memang terpaksa kita pindah keyakinan terlebih dahulu, ibarat kata.. raga boleh agama lain, tetapi pikiran dan pola pandang tetap mengacu pada "Buddha Dhamma", inilah yang mereka tidak bisa curi dari diri kita..

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #327 on: 08 January 2010, 02:15:00 PM »
maaaap nyelak tolong ada yg bisa bantu ga kenapa BUDDHA BAR MASIH BEROPERASI ??? padhal yang da g denger da ga boleh n menang kasusnya.
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #328 on: 08 January 2010, 02:20:36 PM »
IMHO
Selama pola pandang kita berpatokan pada ajaran "Dhamma", dalam situasi demikian memang terpaksa kita pindah keyakinan terlebih dahulu, ibarat kata.. raga boleh agama lain, tetapi pikiran dan pola pandang tetap mengacu pada "Buddha Dhamma", inilah yang mereka tidak bisa curi dari diri kita..

Ya, betul sekali. Menurut saya, orang bertemu dan menjalani Ajaran Buddha adalah orang yang sangat beruntung karena diajarkan bahwa yang terpenting adalah pikiran. Boleh badan kita dipaksa membungkuk menyembah batu. Boleh juga kita dipaksa mengucapkan doa/mantra bentuk apa pun, tetapi selama kita berpikiran sesuai dengan jalan dhamma, maka pikiran kita terlepas total dari perasaan bersalah.

Keuntungan ke dua dalam hal ini adalah Ajaran Buddha sudah mengajarkan bahwa "ritual" tidak berarti apa pun. Jadi juga terbebas dari ketakutan jika misalnya, terpaksa "di-visuddhi" di agama lain.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #329 on: 08 January 2010, 02:22:04 PM »
maaaap nyelak tolong ada yg bisa bantu ga kenapa BUDDHA BAR MASIH BEROPERASI ??? padhal yang da g denger da ga boleh n menang kasusnya.

Numpang tanya lagi, kalau Buddha Bar beroperasi, memang apa pengaruhnya sih buat Umat dan Ajaran Buddha?