//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - aryaputra

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 11
16
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 26 April 2012, 05:43:43 PM »
apakah menganggap puthujjana berarti tidak menghormat?
apakah menganggap arahat berarti menghormat?

Dalam hal yg sedang kita perbincangkan jawabannya, ya.


parinirwana tidak sama dengan parinibbana ya  !
kok gampang benar ! mengumbar kata parinibbana kepada umat puthujana.
memang tim marketing yang hebat !
Apakah pernyataan ini diucapkan berdasarkan pikiran menghormati?
Apakah pernyataan ini diucapkan berdasarkan pikiran tidak menghormati?
Yang dapat menjawab adalah yg melontarkan jawaban ini. Jika jawaban sejujurnya berdasarkan Sila Keempat Pancasila Buddhist dari bro Adi bahwa dia mengucapkan pernyataan ini tanpa dipenuhi ataupun tidak ada sedikitpun perasaan tidak menghormati, maka saya akan meminta maaf atas apa yg saya tangkap dari pernyataan ini bahwa bro Adi mengucapkan ini berdasarkan perasaan tidak hormat.
Saya tunggu jawabannya.

Jika menganggap Bhikkhu yg telah meninggal sebagai sudah parinibbana, walaupun kita tidak tahu bagi saya itu sebagai penghormatan. Saya tidak mengatakan setuju pernyataan itu, tetapi saya menghormati orang yg menghormati orang yg lain. Karena demikianlah yg saya dapat dari ajaran Sang Buddha. Bagi saya, jika sama2 tidak tahu, lebih baik saya menghormati seseorang dari pada tidak menghormatinya.  _/\_

17
Berbicara sangat besar nilainya karena melalui kata2 kita dapat berbagi pemikiran dan ide2 kita dengan orang lain.
Dalam berbicara sebaiknya kita tidak dikuasai pikiran2 seperti kemarahan, kebencian, dendam, kecemburuan, kesombongan dan egoisme.

Sang Buddha berkata: "Para Bhikkhu, terdapat kerugian dan bahaya dalam ucapan yg salah, pembicara yg selip lidah mengeluarkan kata2 dusta, fitnah, berbicara kasar dan omong kosong, setelah meninggal dunia nanti akan dilahirkan kembali di alam kehidupan yg menyedihkan"

Ucapan yg benar adalah menghindari  bicara dusta dan berbicara jujur
Jangan mengfitnah  dan bergunjing. Mengfitnah orang lain sangat kejam karena fitnah menghasilkan pernyataan yg tidak benar yg dimaksud untuk merusak nama baik seseorang. Memfitnah dapat didasari dengan mengatakan apa yg tidak benar karena pengetahuannya yg keliru, atau memang niat menjelek2kan orang.
Ucapan yg benar sebaiknya menghindari kata2 yg kasar, berbicara lembut dan sopan. Apa yg kita katakan dapat menimbulkan kegembiraan atau kesedihan, pujian atau celaan, nama baik atau nama buruk.
Kata2 yg lembut dapat meluluhkan hati yg keras, kata2 kasar dapat menyebabkan penderitaan tidak terkira. Sering kali kata2 yg diucapkan seseorang mencerminkan sifatnya.
Ucapan yg benar sebaiknya menghindari kata2 yg tidak berguna, bergunjing yg tidak menguntungkan siapapun. Jangan mengucapkan omong kosong atau memperolok-olok orang dengan kejam.

Sang Buddha menolak omong kosong, skandal dan desas desus, karena semuanya mengganggu ketenanangan dan konsentrasi.
"Daripada seribu kalimat yg tak berarti, lebih baik sepatah kata yg bermanfaat yg dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya"  _/\_


18
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 25 April 2012, 10:07:12 PM »
kalau saya anggap sukong itu masih puthujana, karena ...  :)
Apakah ada ajaran asli Sang Buddha yg memperbolehkan / menganjurkan kita untuk tidak menghormati guru agama yg tidak sealiran / sependapat dengan kita?

Apakah ada ajaran guru yang menganut ajaran asli Sang Buddha yg memperbolehkan / menganjurkan kita untuk tidak menghormati guru agama yg tidak sealiran / sependapat dengan kita?

Apakah ada umat Buddha yang karena mengikuti ajaran asli Sang Buddha atau mengikuti ajaran guru yg menganut ajaran asli Sang Buddha yg memperbolehkan / menganjurkan kita untuk tidak menghormati guru agama yg tidak sealiran / sependapat dengan kita?
Jika ada, saya mohon petunjuk atas dasar  Sutta mana Sang Buddha mengajarkan itu atau atas ajaran guru siapa  hal itu diperbolehkan?  _/\_

19
bebas memilih apa saja dan dipilih oleh siapa saja, memang semboyan demokrasi dan adalah hal biasa.
bebas dari kekotoran batin adalah hal yang luar biasa.
Dan tujuan ajaran sang Buddha adalah secepatnya bebas dari kekotoran batin, bukan bebas dipilih dan memilih dalam hal demokrasi.

Jika demokrasi dipahami dalam pengertian yg dalam dan luas, maka demokrasi dapat dimasukkan dalam lingkup pemikiran mengenai kebebasan berpikir.
Ajaran Buddha mengenai toleransi, pemikiran mengenai diskusi, kebebasan memilih yg luar biasa, persamaan, tanpa kekerasan, ketidak kekalan. Pemikiran tersebut mengandung sifat demokrasi menyangkut isi dan maksudnya.
 _/\_

20
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 25 April 2012, 09:04:28 PM »
Kalau anda membaca secara teliti, dari awal saya sudah mengatakan tidak mau komentar, karena saya tidak tahu. Tetapi bahwa anda menolak pernyataan "sudah parinibbana" dengan pernyataan "masih putthujana" berarti sama2 menganggap. Jika anda menganggap pernyataan yg satu membohongi dan membodohi, berarti pernyataan anda juga membohongi dan membodohi. Bagi saya jika harus memilih antara menghormati Bhikkhu yg tidak sealiran dengan kita atau tidak hormat kepadfa Bhikkhu yg tidak sealiran dengan kita, ya tetap saja, saya memilih menghormati Bhiikhu semua aliran. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, selama dia belum mencapai tingkat arahat. Untuk apa kita sibuk2 menilai orang yg belum tentu kita ketahui secara benar, apalagi jika didasari antipati, bukankah itu akan menambah kekotoran batin kita?  _/\_

21
Menurut saya, pada Kalama Sutta mempunyai maksud bahwa kita mempunyai kebebasan untuk menyelidiki dan menilai   mana yg benar menurut kita sebelum menentukan ajaran/ agama yg akan kita anut.
Dalam Dhammapada 165 juga menyatakan kebebasan pilihan pikiran kita untuk menentukan hendak menempuh hidup suci atau tidak.
Dalam Udumbarika-Sihanada Sutta, Sang Buddha tidak berharap untuk mengubah cara hidup atau menjadikan mengubah  pandangan murid dan gurunya yg lama. Tetapi Beliau mengajarkan Dharma yg akan menyingkirkan kotoran batin dan menimbulkan kesucian, itu menunjukkan kebebasan pikiran untuk memilih.
Saya berpendapat bahwa ajaran Sang Buddha dalam kebebasan selain:
Kebebasan yg dimaksud dalam Buddhisme, yg saya pahami dari sutta2 adalah bermakna kebebasan dari penderitaan, kebebasan dari noda-noda LDM, kebebasan dari samsara. bukan dalam makna demokrasi.
  Juga tentang kebebasan kita untuk memlih / menentukan pilihan kita _/\_

22
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 25 April 2012, 07:28:45 PM »
jadinya karena penghormatan terdahulu, diperbolehkan membohongi atau membodohi orang lain, begitukah maksud bro arya ?
Sayang sekali anda tidak memahami pernyataan saya, karena ketidak pahaman akhirnya suatu masalah akan melebar, yg saya nyatakan adalah bahwa menganggap "sudah Parinibbana dgn masih umat putthujjana itu" sama2 menganggap, cuma yg satu konotasinya menghormati pendahulunya, yg lain tidak menghormati pendahulunya. Jika yg anda maksud bahwa menganggap "sudah Parinibbana" adalah membohongi atau membodohi orang lain, bukankan pernyataan anda "masih umat putthujjana" juga membohongi dan membodohi orang lain? Karena anda mengakui bahwa anda juga hanya menganggap sama seperti pernyataan yg anda sanggah?  _/\_

23
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 25 April 2012, 07:20:40 PM »
relik adalah sisa dari hasil per-abuan... di-Thailand banyak dijual "relik2" di pinggir jalan... supaya untuk tidak menimbulkan spekulasi dan di dalam sutta juga tidak disebutkan bahwa yang meninggalkan relik adalah pasti seorang yang mencapai tingkat kesucian... maka dalam hal ini, TERM adanya relik tidak bisa digunakan sebagai justifikasi bahwa yang meninggal itu sudah mencapai tingkat kesucian tertentu...
Apakah ada penjelasan mengapa Sang Buddha atau orang/Bhikkhu yg dikremasi ada yg meninggalkan relik atau ada yg tidak meninggalkan relik? Dan bagaimana menurut agama Buddha fenomena tersebut?  _/\_

24
Jika demokrasi dipahami dalam pengertian yg dalam dan luas, maka demokrasi dapat dimasukkan dalam lingkup pemikiran mengenai kebebasan berpikir.
Ajaran Buddha mengenai toleransi, pemikiran mengenai diskusi, kebebasan memilih yg luar biasa, persamaan, tanpa kekerasan, ketidak kekalan. Pemikiran tersebut mengandung sifat demokrasi menyangkut isi dan maksudnya.

Saat mengajarkan hal yg dapat mencegah kemerosotan kepada kaum Vajji, Sang Buddha berkata kepada Ananda,
"Ananda, apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyarawaratan?"
"Demikianlah yang telah saya dengar Yang Mulia."
"Ananda, selama kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyawaratan, mereka diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot. Apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji berkumpul dan bubar secara damai dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun?"
"Demikianlah yang telah saya dengar Yang Mulia."
"Ananda, selama kaum Vajji berkumpul dengan rukun, bubar dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun, mereka dapat diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot"

Agama Buddha banyak membicarakan kebebasan berpikir.

Buddha berkata," Aku telah mengarahkanmu pada kebebasan, kebenaran itu harus direalisasi sendiri. Para Buddha hanya menunjukkan jalannya."

Ajaran ini hanya mengandung satu rasa, yaitu kekebasan.

 _/\_



25
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 24 April 2012, 08:23:09 AM »
karena kapasitasnya sebagai wakil ketua Pemuda Theosofi.
Tee Boan An didukung oleh kalangan Teosofi, orang2 Jawa dan Sam Kauw.


Benar, sejarah mengatakan bahwa awal2 perkembangan agama Buddha di Indonesia turut didukung Kalangan Teosofi dan Sam Kauw yg bukan hanya menganut ajaran Buddha saja. Penganut ajaran agama Buddha yg murni boleh dibilang belum berperan.

Setelah Bhikkhu Ashin Jinarakhita kembali dr Burma sebagai Bhikkhu Theravada maka baru ajaran Theravada dikembangkan di Indonesia. Akhirnya beberapa murid Bhikkhu Ashin Jinarakhita membentuk Sangha Theravada, sebagai cikal bakal aliran Theravada yg dikenal sekarang.

Bukan hanya di Indonesia Perkumpulan Teosofi membantu perkembangan agama Buddha.
Bahkan sebelum agama Buddha diperkenalkan di Amerika Serikat, Kolonel Henry Teele Olcott yg berkebangsaan Amerika  bersama Madame Helena P. Blavatsky membangun Perkumpulan Teosofi dan bekerja demi kebangkitan agama Buddha dan kebudayaan serta pendidikan Buddhis yg seolah menghilang selama berabad-abad.  _/\_

26
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
« on: 23 April 2012, 11:04:19 PM »
Apakah ada pengetahuan dalam ajaran Buddha bahwa tubuh seorang yg telah mencapai kesucian bila dikremasi akan meninggalkan relik? Apakah timbulnya relik adalah tanda bahwa orang itu suci? Karena ketika Sang Buddha dikremasi menurut cerita meninggalkan relik yg dibagi-bagi ke beberapa tempat.  _/\_

27
kalau apa yang anda tulis "benar", seharusnya "kefanatikan buta" itu tidak ada
pada umat buddhis, nyatanya kefanatikan dapat dengan terang benderang dilihat

so klaim anda FAIL,!

Mohon dibedakan antara agama dengan umatnya. Agama yg ajarannya baik belum tentu umatnya baik. Semua tergantung pada kemampuan pemahaman dan sifat masing2.
Sebagian umat Buddha  percaya karena atau pada taraf, mengetahui dan menghafal. Belum menelaah, belum mengerti, belum meyakini, belum mempraktekkan. Pada taraf itu maka kepercayaannya sama dengan agama bertuhan. Umat demikian tidak akan menerima bila menemui pendapat yg  berbeda dgn ajaran yg diketahui dan dihafalnya.
Tetapi bila sudah pada taraf menelaah, mengerti, meyakini , mempraktekkan maka umat tersebut akan lebih bijaksana, mengetahui apa inti yg terkandung dalam ajaran Buddha.
Ajaran adalah teori. Teori harus ditelaah, dimengerti, diyakini, dipraktekkan. Tanpa ditelaah, dimengeti, diyakini, dipraktekkan maka teori hanyalah pengetahuan belaka. Tentu berbeda secara terbalik dengan Sang Buddha. Berdasarkan pengalamanNya, maka Beliau membabarkan Dharmanya.  _/\_

28
Buddhisme untuk Pemula / Dua Cara Memuja
« on: 23 April 2012, 10:08:09 PM »
Ada dua cara memuja:
Amisa puja - memuja secara materi
Paptpatti puja - memuja secara praktek
Sang Buddha tidak melarang amisa - puja seperti mempersembahkan bunga2, buah2, dupa dsbnya.
Namun yg lebih baik adalah memuja dengan cara mempraktekkan ajaran yg Buddha
Sang Buddha berkata sebelum meninggal dunia:
"Pohon Sala kembar di kiri kanan ini penuh dengan bunga2an walaupun bukan musimnya dan mereka jatuh serta menaburi ke atas tubuh Tathagata. Tetapi Ananda, bukan dengan cara demikian Tathagata dihormati dan dipuja secara benar. Seorang bhikkhu, bhikkuni atau seorang umat awam, pria atau wanita, yang menjalankan tugas2itugas dengan pantas, penuh tanggung jawab dan bijaksana adalah dikatakan telah menghormati, memuja dan menyembah Tathagata dengan bentuk pemujaan yg tertinggi atau patipatti puja"  _/\_

29
Agama Buddha menolak paham Atheis yg mana menganggap dunia hanyalah dunia materi dan kehidupan yg kita jalani sekarang hanya satu kali saja. Tidak ada kehidupan setelah kematian. Itulah paham Atheis yg dikenal masyarakat umum, yg dianut kaum komunis.

Agama Buddha mempunyai pandangan:
Dunia tidak mempunyai awal dan akhir yg diketahui dan tanpa sebab utama (diciptakan). Jika ada sebab utama (Pencipta), bagaimana menjelaskan, "Bagaimana sebab utama (Pencipta) ada pada awalnya. Siapa yg menciptakan sebab utama (Pencipta) itu sendiri?" Karena segala sesuatu mempunyai sebab dan akibat. Bukankah sekarang ajaran tentang penciptaan selama 6 hari telah terbukti salah .
Kehidupan makhluk telah berlangsung terus menerus melalui siklus kelahiran dan kematian sampai makhluk itu mencapai Kebebasan Mutlak (Nibbana). Ada 12 Sebab Musabab Yang Bergantungan yg menjelaskan mengapa terjadinya siklus tumimbal lahir.
Segala yg terjadi pada kehidupan manusia adalah karena hasil Karma perbuatannya, baik kehidupan lampau ataupun sekarang. Tidak ada Mahkhluk Yang Kuasa yg mengatur nasib kita. Kita tidak perlu menyalahkan mahkhluk lain yg menyebabkan musibah yg menimpa kita.

Agama Buddha mempunyai ajaran Empat Kesunyataan Mulia, Delapan Ruas Jalan Utama, Karma, Tumimbal Lahir, Hukum Sebab Musabab Yang Saling Bergantung, Nibbana yg membuat paham Theis ataupun Atheis tidak mempengaruhi praktek umat Buddha untuk mencapai keselamatan berupa pencapaian Nibbana

Itulah menurut pendapat saya mengenai pandangan Agama Buddha terhadap Atheis.  _/\_


30
Menurut saya,
Agama Buddha:
Keyakinan didapat  melalui proses mempelajari, menelaah, mengerti, dari situ baru meyakini. Keyakinan kita lebih memakai logika. Setelah menelaah ada bagian yg tidak dimengerti kita boleh mempertanyakannya agar mengerti, baru meyakini.  Itulah yg tertuang dalam Kalama Sutta yg bukan mengajarkan umat Buddha untuk tidak percaya segala sesuatu, tetapi pengertiannya adalah jangan sampai kita percaya secara membabi buta, namun harus terlebih dahulu dipelajari, ditelaah, dan dimengerti baru diyakini.
Keyakinan juga dapat timbul setelah kita pelajari, telaah dan mengerti, kemudian kita praktekkan / latih, dari situ timbul keyakinan.

Agama lain :
Keyakinan adalah suatu kepercayaan yang mutlak tentang apa yg dikatakan kitab suci dan  tuhan dimana sering tidak boleh dipertanyakan karena itu adalah kehendak tuhan. Jika kita menelaah dan mempertanyakan maka berarti keyakinan kita tidak kuat / goyah.
Keyakinan dapat timbul karena sebab luar yg tidak dapat kita mengerti (kuasa tuhan)  _/\_

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 11
anything