//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - SUGI THEN

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 21
91
Mahayana / Re: Bhiksu/Suhu in China Got Talent
« on: 31 March 2012, 11:02:14 AM »
kata siapa seorang bhiksu mahayana diperbolehkan menyanyi ataupun menari ataupun memainkan alat music untuk memuaskan nafsu keinginan sesungguhnya didalam tradisi vinaya mahayana juga ada larangan tersebut cuma mereka sekarang ini para bhiksu mahayana lebih banyak menutup mata yang paling mudah dan yang sudah kelihatan kebanyakan para bhiksu mahayana makan lewat tengah hari makan sore ataupun makan malam itu saja sudah melanggar didalam peraturan mahayana karena saya pernah ikut pabaja sramanera mahayana seorang bhiksu dan seorang sramanera dilarang makan lewat dari jam 1 siang tetapi mereka tetap saja makan dengan alasan mereka bukan makan nasi tetapi makan obat sakit maag itulah alasan mereka tradisi mahayana untuk sekarang ini sudah tercemar gara-gara ulah para bhiksu yang tidak bertanggung jawab!

lalu para bhiksu yang suka atraksi kungfu shaolin mereka itu bukanlah seorang bhiksu mereka datang kekuil shaolin hanya untuk belajar kungfu setelah mereka bisa mereka akan keluar dan bekerja dibagian security jadi keamanan pemerintah seperti polisi atau keamanan swasta seperti satpam. silakan saja nonton di national geograpic tentang biara shaolin disana juga diulas tentang hal ini atau tanyakan langsung kepada para bhiksu mahayana yang senior mereka akan menjelaskannya!

92
Maksudnya bodhisatva sila itu vinaya untuk biksu?

Atau sila untuk semua yg memgambil ikrar bodhisatva, termasuk umat awam dan biksu,

Dan ada peraturan: "menolak pemberian emas" adalah pelanggaran. Artinya harus menerima pemberian emas, tidak boleh ditolak?

Dan di dalam bodhisatva sila ini banyak peraturan ttg tidak boleh mencela mahayana, tidak boleh meninggalkan mahayana,dll. Pada zaman sang buddha masih hidup tidak ada istilah mahayana, hinanaya. Jadi bodhisatva sila ini ada sejak zaman apa?

Terima kasih atas jawabannya

Bodhisattva sila adalah sila tambahan bagi para bhiksu mahayana, para bhiksu mahayana menjalankan 2 sila sekaligus yaitu pratimoksa sila dan bodhisattva sila untuk bodhisattva sila umat boleh juga mengambilnya

maksudnya menolak pemberian emas adalah menolak pembayaran atas pembabaran dharma atau perbuatan kebajikan lainnya karena zaman dahulu alat pembayaran masih menggunakan emas

kata dasar mahayana ada didalam kitab saddharmapundarika kata dasar pengertian mahayana sama dengan kata dasar arti bodhisattva itu sendiri saya sudah postingkan sedikit tentang hal itu diforum DC sebelumnya silakan baca!

93
membangkitkan SRADDHA umat Buddha Mahayana terhadap ajaran Buddha  ;)

94
Shandy8487 "CAPE DEH" gara-gara postingan kamu sutranya jadi kepotong jadinya  :'( :'( :'( padahal udah tinggal dikit lagi  :( admin/moderator bisa dibantu ga postingan yang dibawah bisa dinaikin lagi agar terlihat menyatu sutra tersebut???  ^:)^

95
Panglima Yaksa dan Janjinya
   
Pada saat itu di dalam persamuwan terdapat dua belas panglima besar yaksa yang duduk bersama.  Nama mereka adalah; Kumbhira, Vajra, Mihira, Andira, Anila, Sandila, Indra, Pajra, Makura, Kinnara, Catura, dan Vikarala.  Masing-masing panglima yaksa ini mempunyai pasukan sebanyak tujuh ribu yaksa.
   
Mereka bersuara serentak dan berkata pada Sang Buddha, “O Junjungan, sesudah menerima kekuatan yang mengagumkan dari Sang Buddha, dan telah diberikan kesempatan mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Paduka Guru Penyembuhan, kami tidak akan pernah merasa takut terjatuh ke dalam kehidupan menyedihkan lagi.  Kami semuanya mempunyai pikiran yang sama untuk berlindung sepenuhnya kepada Buddha, Dharma, dan Sangha.  Kami beraspirasi untuk memikul  tanggung jawab melakukan perbuatan bermanfaat yang benar, memperkaya, memberi kedamaian dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup, tanpa memandang desa, kota, ibukota, atau hutan kecil tempat tinggal mereka.”
   
“Berkenaan dengan mereka yang mengedarkan Sutra ini atau yang kemudian menerima dan mempertahankan nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, menyembah dan memuji-Nya, kami akan mengusahakan agar mereka terbebas dari semua penderitaan dan kesulitan.  Semua keinginan dari orang ini akan terpenuhi.  Mereka yang ingin terbebas dari penderitaan penyakit juga harus membaca dan mengucapkan Sutra ini.  Dengan menggunakan tali lima warna sebanyak dua belas utas, mereka harus mengikat simpul dengan nama kami, dan membuka simpulnya bila keinginan sudah terpenuhi.”
   
Pada saat itu Sang Junjungan memuji semua Panglima Yaksa dengan berkata; “Bagus, bagus, Panglima Yaksa besar !  Bila engkau berpikir ingin membalas kemurahan hati berkah Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, engkau harus selalu melayani semua makhluk hidup dengan cara yang baru saja engkau katakan, dengan memberikan berkah dan manfaat, kedamaian dan kegembiraan.”

Memberi Nama Sutra dan Kesimpulan
   
Kemudian Ananda bertanya pada Sang Buddha; “O Junjungan, nama apa yang harus diberikan pada ajaran ini, dan bagaimana kami seharusnya menjunjungnya ?”
   
Sang Buddha memberitahukan kepada Ananda; “Nama Ajaran ini adalah ‘Pahala  / Kebajikan dari Ikrar Utama Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan.’  Juga disebut ‘Mantra Suci dari Ikrar Mengikat keduabelas Panglima Yaksa untuk Membantu Semua Makhluk Hidup.’  Juga disebut ‘Merenggut Semua Selubung Karma.’  Dengan cara ini engkau harus menjunjung-Nya.”
   
Sesudah Sang Junjungan selesai berkata, semua Bodhisattva Mahasattva, sravaka agung, raja-raja negeri, menteri utama, brahmana, umat awam terpelajar, dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, dan makhluk manusia maupun bukan, semua yang berada di dalam persamuwan besar yang mendengar ajaran Sang Buddha bersuka cita.  Mereka menerima dan mempraktekkan dengan tulus Ajaran “Sutra Terhadap Kebajikan / Pahala Ikrar Utama Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan” ini.


SEMOGA BERMANFAAT DAN SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA.

SARVE SATTVA BHAVANTU SUKHINAH  _/\_

96
Pentingnya Keyakinan
   
Pada saat itu Sang Junjungan memberitahukan Ananda; “Semua pahala dari Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, sebagaimana aku telah memujinya barusan, adalah ( aspek dari ) jangkauan Dharma yang paling praktis dan luas dari Sang Buddha, sekalipun begitu kesemua itu sangat sulit dipahami oleh para umat. Apakah engkau mempunyai keyakinan di dalamnya atau tidak ?”
   
Ananda menjawab;“O Junjungan dengan Kebajikan Agung, aku tidak mempunyai keraguan terhadap Vaipulya Sutra yang dibicarakan oleh Tathagata. Mengapa begitu? Karena karma yang timbul oleh perbuatan, kata-kata dan pikiran semua Tathagatha adalah murni seluruhnya. O Junjungan, cakrama sang surya dan rembulan bisa dijatuhkan, raja gunung yang tinggi dan agung ( Gunung Semeru ) bisa dibuat bergetar, tetapi kata-kata Sang Buddha tidak pernah berubah.”
   
“Yang Dijunjungi, akar keyakinan dari makhluk hidup adalah tidak sempurna. Sekalipun mereka mendengar gambaran tentang jangkauan kegiatan spirituil ( perilaku dan hasil kerja ) yang luas dari berbagai Buddha, makhluk dengan keyakinan tidak sempurna itu mungkin akan berpikir, ‘Bagaimana mungkin kita, hanya dengan berkonsentrasi pada nama seorang Buddha, Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, akan memperoleh pahala yang demikian mulia ?’   Karena kekurangan keyakinan ini, selanjutnya akan timbul menjelekkan dan memfitnah.  Seterusnya makhluk ini kehilangan kegembiraan dan kebahagiaan seperti malam yang gelap dan panjang, terbenam ke dalam kehidupan yang menyedihkan, terjeblos ke dalam samsara tanpa akhir.”
   
Sang Buddha memberitahu Ananda; “Jika makhluk ini mendengar nama Tathagata Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan dan dengan ketulusan yang dalam menerima dan mempertahankannya tanpa keraguan, maka mereka tidak akan terjatuh dalam kehidupan menyedihkan.”
   
“Ananda, memang sukar untuk memiliki keyakinan dan memahami perbuatan luhur dari para Buddha. Sekarang engkau bisa menerimanya dan perlu engkau ketahui bahwa hal ini disebabkan oleh kekuatan yang  mengagumkan dari Tathagata itu. Ananda, para sravaka, pratekyabuddha, bodhisattva yang belum memasuki tahap ( bhumi ), dan semua lainnya tidak mempunyai keyakinan di dalamnya dan memahaminya dengan ketulusan demikian, kecuali Bodhisattva dengan satu kelahiran lagi ( Ekajatiprati-prabaddha ) ( yang bisa demikian ).”
   
“Ananda, kelahiran sebagai manusia sulit diperoleh, sekalipun tubuh manusia sudah diperoleh juga sulit untuk menumbuhkan keyakinan, memuja, menjunjung dan menghormati Triratna.  Bahkan lebih sulit lagi adalah diberi kesempatan mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan.  Ananda, seandainya aku menceritakan praktek Bodhisattva yang tak terbatas, cara unggul dan bijaksana ( upaya ) yang tak terhingga, dan ikrar agung dan luhur tak terhitung dari Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu – sekalipun Aku menceritakannya untuk satu kalpa ataupun lebih lama, masa itu akan berlalu, tetapi perbuatan, ikrar, dan cara bijaksana yang unggul ( upaya ) dari Buddha itu adalah tak habis-habisnya ( diceritakan ).”

Menyelamatkan Mereka yang Terancam Kematian atau Bahaya
   
Pada saat itu di dalam persamuwan ada seorang Bodhisattva yang bernama ‘Menolong dan Menyelamatkan’. Dia bangkit dari tempat duduknya dan mengelilingi Sang Buddha, membetulkan letak bajunya. Berlutut dengan kaki kanannya, dia menyembah dengan tangan dirangkap dan berkata kepada Sang Buddha, “O Junjungan dengan kebajikan agung, di dalam Ajaran Duplikat akan ada makhluk hidup yang diganggu oleh berbagai penderitaan, kurus kering oleh penyakit menahun. Tidak bisa makan dan minum, tenggorokannya mengering dan bibirnya pecah, setiap penjuru kelihatan gelap olehnya. Tanda kematian pun muncul dan orang tua, famili, teman, dan kenalan, berkumpul di sekeliling orang ini dengan ratap dan tangisan.”
   
“Kemudian, selagi tubuhnya terbaring di tempat semula dan dia direnggut oleh utusan Yama yang membawa arwahnya ke hadapan Raja Akhirat. Kesadaran pembawaan ( vijnana-alaya ) yang melekat pada semua makhluk hidup, yang mencatat semua perbuatan baik maupun jahat masing-masing makhluk itu, akan menyerahkan catatan ini seluruhnya kepada Yama, Raja Akhirat. Kemudian, Sang Raja akan menginterogasi orang itu dan menjumlahkan perbuatan-perbuatan orang itu. Sesuai dengan karma positif dan negatif, dia akan mengadili orang itu.”
   
“Jika famili, teman dekat, dan kenalan orang sakit itu bisa berlindung kepada Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, demi  kepentingan orang itu, dan jika mereka meminta persamuwan bhiksu untuk mengucapkan sutra ini, menyalakan lampu tujuh tingkat dan menggantungkan panji untuk memperpanjang umur dari lima warna – maka roh orang itu mungkin dikembalikan ke tubuhnya segera.  Dia akan  mengingat dengan jelas apa yang dialaminya bagaikan di dalam mimpi. Jika kesadarannya kembali sesudah melewati tujuh, dua puluh satu, tiga puluh lima, dan empat puluh sembilan hari, dia akan merasa bagaikan terbangun dari tidurnya, dan dia akan mengingat bahwa dia telah menerima pahala dan pembalasan dari karma baik dan buruknya.  Karena dia sendiri menyaksikan dan mengalami pahala dan pembalasan dari karmanya, dan disebabkan dia memperoleh kembali kehidupan ini dengan susah, dia tidak akan lagi berbuat karma buruk bagi dirinya ( di masa yang akan datang).”
   
“Oleh sebab itu, putra dan putri baik dengan keyakinan murni, kalian semua harus menerima dan mempertahankan nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, dan memuja imagenya dengan semangat dan usaha yang sepenuhnya.”
   
Kemudian  Ananda bertanya kepada Bodhisattva Menolong dan Menyelamatkan,”Orang bajik, tolong jelaskan bagaimana seseorang harus menyembah dan menuja Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu?  Bagaimana caranya membuat panji memperpanjang umur dan lampu?”
   
Bodhisattva Menolong dan Menyelamatkan menjawab; “O Orang Bajik, jika engkau ingin menolong orang sakit dari penderitaannya, demi orang itu engkau harus menerima dan menjalankan Asta Sila selama tujuh hari dan tujuh malam. Engkau harus mengumpulkan makanan, minuman, dan harta lainnya, dan sesuai dengan kemampuanmu, mengadakan persembahan kepada Sangha. Engkau harus melakukan upacara memuja Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, enam kali dalam satu hari dan satu malam. Membaca dan mengucapkan sutra ini empat puluh sembilan kali. Nyalakan empat puluh sembilan lampu dan buatlah tujuh buah image dari bentuk Tathagata ini. Di depan setiap image nyalakanlah tujuh buah lampu.  Buatlah masing-masing lampu sebesar roda kereta, dan selama empat puluh sembilan hari biarkanlah cahayanya menyala terus-menerus.  Buatlah suatu panji yang beraneka ragam dari lima warna setinggi empat puluh sembilan depa. Engkau harus melepaskan empat puluh sembilan makhluk hidup berbagai jenis. Maka orang sakit itu akan bisa meelwati bahaya ini, dan dia akan terbebas dari cengkraman iblis jahat.”
   
“Selain itu, Ananda, dalam kasus di mana seorang raja ksatria yang dinobatkan dengan layak melalui upacara  abhiseka, jika bencana dan kesusahan timbul – seperti wabah penyakit di antara penduduk, serbuan negeri lain, pemberontakan dalam negeri, perjalanan bintang yang menyimpang, gerhana matahari atau bulan, angin dan hujan di luar musim dan kurangnya hujan pada musimnya – demi menghilangkan bencana-bencana tersebut sang raja harus menumbuhkan rasa belas kasihan dan simpatik terhadap semua makhluk hidup. Dia harus memberikan pengampunan kepada semua yang dipenjara. Mengandalkan metode puja yang diungkapkan di atas, dia harus memuja Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan.”
   
“Dikarenakan kekuatan dan pahala ikrar utama dari Sang Tathagatha, negerinya akan menjadi tenang. Angin dan hujan akan turun pada musimnya, dan panen akan berhasil.  Semua makhluk hidup akan menjadi sehat, bergembira dan senang. Di dalam negerinya tidak akan ada yaksa tiran, maupun makhluk hidup dengan berbagai kesusahan spiritual. Semua pertanda buruk akan hilang, dan sang raja ksatria akan berumur panjang, memiliki keindahan tubuh dan vitalitas yang terbebas dari penyakit. Pemerintahannya yang berdaulat akan menjadi makmur.”
   
“Ananda, jika sang raja, ratu dan selir, pewaris tahta dan pangeran lain, menteri utama, para abdi istana dan dayang, pejabat propinsi dan penduduk, mengalami penderitaan oleh penyakit dan bencana lain, mereka juga harus membuat dan mendirikan panji dari lima warna dan menyalakan lampu sambil menjaganya agar terus menyala. Mereka harus melepaskan berbagai makhluk hidup, menebarkan bunga berbagai warna, dan membakar berbagai dupa terkenal. Maka mereka akan terbebas dari semua penyakit dan kesulitan.”
   
Pada saat itu Ananda bertanya kepada Bodhisattva Menolong dan Menyelamatkan; “Orang Bajik, bagaimana caranya memperpanjang umur seseorang yang telah berakhir?”
   
Bodhisattva Menolong dan Menyelamatkan menjawab; “O Orang Bajik, apakah engkau belum pernah mendengar Sang Tathagata menjelaskan sembilan kematian sebelum waktunya? Itulah sebabnya aku mendorong engkau membuat panji memperpanjang umur dan lampu, dan mengembangkan berbagai kebajikan yang menguntungkan. Dengan mengembangkan yang bermanfaat, seseorang akan hidup sepenuhnya sampai akhir usianya dan tidak mengalami penderitaan dan kesusahan apapun.”
   
Ananda bertanya; “Apakah kesembilan kematian sebelum waktunya itu?”
   
Bodhisattva Menolong dan Menyelamatkan menjawab; “Mungkin ada makhluk hidup yang mengidap penyakit – yang walaupun ringan – tetapi tidak diobati karena kekurangan obat atau dokter. Atau orang seperti ini mungkin bertemu dengan dokter yang memberinya obat yang salah. Orang ini sebenarnya belum saatnya meninggal, tetapi dibuat meninggal sebelum waktunya. Selain itu, ada orang yang percaya pada penganut aliran sesat yang materialistis dan jahat, guru ilmu hitam. Mereka akan memberikan ramalan bencana dan berkah palsu yang menyebabkan kegelisahan dan ketakutan dalam pikirannya. Karena orang ( yang disesatkan ini ) tidak bisa membedakan dengan tepat dengan hatinya, dia mengajukan pertanyaan sekitar nasibnya dalam mencari kekayaan, dan dia membunuh berbagai jenis makhluk hidup untuk menyenangkan ( kekuatan ) ini.  Dia mengundang roh halus untuk meminta berkah, guna memperpanjang hidupnya. Bodoh dan kebingungan, percaya pada pandangan menyimpang dan tidak benar – akhirnya orang ini akan mengalami kematian sebelum waktunya dan masuk neraka tanpa bisa keluar dalam waktu tertentu.  Inilah yang dikenal sebagai kematian sebelum waktu yang pertama.”
   
“Kematian sebelum waktu yang kedua adalah melalui hukuman oleh undang-undang Negara. Yang ketiga adalah, seseorang, yang suka berburu atau berpelesir, terlibat makan minum berlebihan dan bermabuk-mabukan melebihi batas. Kekuatan vitalnya dirampas oleh makhluk halus ( jahat ), dengan demikian menyebabkan kematian sebelum waktunya. Kematian sebelum waktunya yang keempat adalah terbakar api, yang kelima adalah tenggelam di air.”
   
“Ada yang ditelan binatang buas, dengan demikian menjadi kematian sebelum waktunya yang keenam.  Yang ketujuh adalah terjatuh dari tebing gunung. Yang kedelapan kematian oleh tanaman beracun, ditenung, dan mantera sihir untuk membangkitkan mayat, setan, dan lainnya. Yang kesembilan disebabkan kelaparan dan kehausan karena tidak memperoleh makanan dan minuman.”
   
“Inilah penjelasan singkat dari Tathagata tentang kesembilan jenis kematian sebelum waktunya. Di samping itu pada hakikatnya terdapat bencana dan kematian yang tak terhitung dalam kehidupan di dunia ini untuk diungkapkan semuanya.”
   
“Kemudian, Ananda, Raja Yama itu berkuasa atas pencatatan nama semua orang di dunia. Jika ada makhluk hidup yang tidak berbakti, yang telah melakukan lima karma berat, yang telah melanggar dan mencemarkan Triratna, yang telah melanggar undang-undang kerajaan, dan yang memfitnah keyakinan terhadap Sila, maka Raja Akhirat, Yama akan menghukum mereka sesuai dengan beratnya pelanggaran dari pemeriksaan-Nya. Itulah sebabnya sekarang aku mendorong semua makhluk hidup untuk menyalakan lampu, membuat panji, dan mengembangkan hal-hal yang bermanfaat. Ini akan menyebabkan makhluk hidup melewati penderitaan dan kesusahan, terhindar dari berbagai jenis kesulitan.”

97
Suatu Formula Mistik untuk Mengusir Penyakit dan Penderitaan
   
“Kemudian, Manjusri, sewaktu Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan ini mencapai penerangan, disebabkan kekuatan ikrar utama-Nya, Beliau selalu mengawasi semua makhluk hidup dan melihat mereka menderita berbagai penyakit dan kurus kering, demam, sakit kuning, dan sebagainya; yang lainnya menderita kejang oleh racun jahat setan yang menjijikkan; selain itu ada yang ( ditakdirkan ) berumur pendek atau terancam kematian sebelum waktunya.  Untuk mengakhiri semua penyakit dan penderitaan sekalian makhluk hidup ini, dan memenuhi semua keinginan mereka, seketika itu Sang Junjungan memasuki samadhi yang disebut “Penghapus Penderitaan Semua Makhluk Hidup.”  Begitu memasuki samadhi ini, seberkas cahaya yang sangat terang memancar dari urna di antara alis-Nya dan daripadanya suatu dharani agung berkumandang;”

Namo Bhaisajyguru-Vaidurya Prabha-Rajaya Tathagathaya Arhate Samyak-Sambuddhaya Tadyatha.  Om Bhaisajye Bhaisajye Bhaisajya-Samudgate Svaha
   
“Kemudian, sesudah dharani ini dikumandangkan, di antara cahaya ini terdengar suara gemuruh dan bergetarnya bumi yang hebat di alam Buddha tersebut dan seberkas cahaya  terang memancar keluar sehingga segala penyakit dan kesengsaraan terhapus dari semua makhluk hidup, dan mereka semua menjadi tenteram dan bergembira.”
   
“O Manjusri, jika ada putra atau putri baik yang menderita sakit, demi orang itu engkau harus membersihkan dan memandikannya secara teratur dengan sepenuh hati.  Engkau harus memberinya makan, obat, dan air ( yang telah disaring agar bersih dari semua serangga ) sesudah mengucapkan dharani sebanyak seratus delapan kali atas bahan-bahan itu.  Sesudah menelannya, semua penderitaan dan penyakitnya akan terhapus.  Jika orang ini menginginkan sesuatu, dia harus mengingat dharani ini dan mengucapkannya dengan ketulusan yang dalam.  Dengan cara ini dia akan memperoleh apa yang diinginkannya, terbebas dari penyakit dan panjang umur.  Pada akhir kehidupannya, orang ini akan terlahir di negeri Buddha ( Penyembuhan ).  Dia akan mencapai keadaan tanpa kemunduran ( avaivartika ) dan mendapat penerangan kemudian.”
   
“Manjusri, itulah sebabnya putra dan putri baik harus rajin menyembah dan memuja Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan dengan ketulusan yang dalam dan mereka harus selalu memegang dharani ini tanpa membiarkannya terhilang.”
   
“Kemudian, Manjusri, putra atau putri dengan keyakinan murni yang mendengar semua nama dari Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, Arahat, Yang Mendapat Penerangan Sempurna, sesudah mendengarnya harus  mengucapkan dan mempertahankannya.  Pada waktu subuh mereka harus  membersihkan gigi, mandi, dan mensucikan diri.  Dengan berbagai bunga harum, dupa, minyak wangi, dan musik dari berbagai instrumen, mereka harus memperbanyak sutra ini atau melalui orang lain.  Dan mereka harus menerima, menyimpan, dan mendalami prinsip-prinsipnya dengan sepenuh hati.  Mereka harus memberikan persembahan kepada guru agama ( yang membabarkan prinsip-prinsip sutra ini ) dan menyediakan segala kebutuhan hidupnya tanpa membiarkannya mengalami kekurangan apapun.  Sesudah berbuat begitu perilaku mereka pasti akan diketahui dan dicatat oleh para Buddha.  Apa yang mereka inginkan akan terpenuhi, dan mereka akan secepatnya mencapai penerangan.”

Pemujaan Sang Buddha Penyembuhan dan Manfaatnya
   
Kemudian Bodhisattva Manjusri memberi hormat pada Sang Buddha dan berkata, “O Paduka, aku beraspirasi bahwa pada zaman Ajaran Duplikat, dengan segala cara aku akan menyebabkan putra dan putri dengan keyakinan murni untuk mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan ini.  Bahkan di dalam tidurnya aku akan membisikkan ke telinganya nama Sang Buddha.”
   
“Yang Dijunjungi, mereka harus menerima dan mempertahankan sutra ini, membaca dan mengucapkannya.  Selain itu mereka harus membabarkan dan menjelaskan isinya kepada orang lain.  Mereka sendiri harus memperbanyak sutra ini atau menganjurkan orang lain melakukannya, memuja dan menghormati sutra dengan berbagai jenis bunga harum, minyak wangi, dupa bubuk, dupa bakar, karangan bunga, kalung, panji, kanopi, beduk dan musik, dan mereka harus menggosok lantai, mencipratkan air murni untuk memurnikan tempat itu, kemudian mendirikan altar tinggi dan menaruh sutra ini dengan baik di atasnya.  Pada saat itu keempat Raja Dewa beserta pengikutnya yang berjumlah beratus-ratusan ribu di dalam persamuwan dewa akan pergi ke tempat puja itu untuk menjaga dan melindunginya.”
   
“Yang Dijunjungi, jika di tempat di mana sutra ini dihargai dan dikenal, ada yang bisa menerima dan mempertahankannya, maka disebabkan  oleh pahala ikrar utama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan dan dengan mendengar nama-Nya, ketahuilah bahwa di tempat ini tidak ada lagi kematian sebelum waktunya.  Juga, di tempat ini tidak akan pernah lagi hantu dan iblis jahat mencuri tenaga vital manusia.  Mereka yang sudah mengalami penderitaan demikian akan mendapatkan kembali ketentraman dan kegembiraan sebelumnya atas badan dan pikiran.”
   
Sang Buddha memberitahukan Manjusri, “Demikianlah, demikianlah ( itu akan terjadi ) tepat seperti yang engkau  katakan, Manjusri.  Jika ada putra dan putrid baik dengan keyakinan murni  ingin memuja Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, pertama-tama mereka harus membuat suatu image dari wujud Buddha itu, mendirikan suatu altar murni dan menempatkan image itu dengan baik di atasnya.  Mereka harus menaburkan berbagai jenis bunga disana, membakar berbagai dupa dan menghiasi meriah tempat itu dengan berbagai panji dan spanduk.  Selama tujuh hari dan tujuh malam mereka harus menerima dan menjalankan Asta Sila, makan makanan murni, mandi dengan air murni dan wangi, dan memakai baju baru dan bersih.  Mereka harus menjaga kebersihan dan keutuhan pikiran, tanpa pikiran marah atau menyakiti makhluk lain.  Terhadap sesama makhluk hidup mereka harus menumbuhkan pikiran memberikan berkah dan manfaat, kedamaian, cinta kasih, kegembiraan, simpatik, dan keseimbangan.  Mereka harus memainkan alat musik dan menyanyikan pujian sambil mengelilingi dari sisi kanan image Sang Buddha.  Selain itu, mereka harus merenungkan pahala ikrar utama dari Sang Tathagata, mempelajari dan mengucapkan sutra ini.  Mereka haruslah meresapi prinsip-prinsipnya saja dan membabarkan sutra ini, sambil menjelaskan isinya yang utama kepada orang lain.”
   
“Selanjutnya semua hal menyenangkan yang diidamkan akan terkabul.  Jika usia panjang yang diinginkan, maka panjang umur akan diberikan.  Jika kekayaan dan kemewahan yang diinginkan, maka kemakmuran itu akan diperoleh.  Jika posisi pejabat yang diinginkan, maka itu akan tercapai, dan jika anak laki-laki atau perempuan yang diinginkan, maka anak itu akan dilahirkan.”
   
“Selain itu, jika ada seseorang yang bermimpi buruk, yang melihat semua bentuk roh halus, atau melihat burung menakutkan yang berkelompok memasuki rumahnya, atau jika ratusan pertanda buruk muncul di rumahnya – jika orang itu menggunakan semua keperluan bagus dan mewah untuk melakukan upacara pemujaan kepada Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, maka mimpi buruk , roh halus, dan semua pertanda buruk akan menghilang tanpa menimbulkan kerugian apa-apa.”
   
“Jika ada seseorang yang terancam oleh bahaya air, api, pisau, racun, tergantung di tebing, gajah liar, singa, harimau, srigala, babi hutan, ular beracun, kalajengking, kelabang, milipede, atau nyamuk, jika orang ini bisa mengingat Sang Buddha dengan ketulusan yang sempurna dan memujanya dengan hormat, dia akan terbebas dari semua hal yang menakutkan ini.  Jika ada negeri lain menyerbu dan mengganggu kedamaian, atau jika perampok dan pencuri membuat kerusuhan, orang yang mengingat dan memuja Tathagata itu dengan hormat juga akan terbebas ( dari gangguan ini ).”
   
“Kemudian Manjusri, mungkin ada putra dan putri baik dengan keyakinan murni yang – sampai akhir kehidupannya – belum pernah melayani ( memuja ) dewa manapun dan telah berlindung dengan sepenuh hati kepada Buddha, Dharma, Sangha, menerima dan memegang sila, entah pancasila larangan, dasasila, atau dua ratus lima puluh sila bagi bhiksu, atau lima ratus sila bagi bhiksuni.  Namun barangkali orang ini takut bahwa dia akan terjatuh ke dalam alam kehidupan menyedihkan karena pernah melakukan pelanggaran sila yang diterimanya.  Jika orang ini bisa berkonsentrasi sepenuhnya pada nama Sang Buddha tersebut dan memujanya dengan hormat, maka dia pasti tidak akan mengalami kelahiran di dalam ketiga kehidupan menyedihkan itu.”
   
“Jika ada perempuan yang akan melahirkan menderita kesakitan yang hebat, dan jikalau dia bisa memuja nama dan dengan hormat dan ketulusan yang dalam memuja image Tathagatha itu, maka semua sakitnya akan hilang dan anaknya akan terlahir tanpa cacat.  Rupa anaknya akan sempurna dan semua yang melihatnya akan berseru kegirangan. Dia jarang menderita sakit dan makhluk halus tidak akan pernah mencuri kekuatan vitalnya.”

98
“Manjusri, inilah kedua belas ikrar besar ( Maha Pranidana ), mulia dan unggul, yang diucapkan oleh Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan itu, sewaktu Beliau menapak Jalan Bodhisattva, mengenai pahala dan hiasan gemilang dari Tanah Buddha-Nya, sekalipun Aku mencoba menceritakannya selama satu kalpa ataupun lebih lama, hal itu tidak akan terungkapkan sepenuhnya.  Tanah Buddha Raja Guru Penyembuhan  sampai sekarang masih luar biasa murninya   , dan di situ tidak ada godaan   , tidak ada kehidupan yang menyedihkan   , dan tidak ada ratapan penderitaan.  Tanahnya terdiri dari lazuardi dan pinggir jalannya dibatasi emas.  Tembok dan gerbang, istana dan pavilyun, balkon dan jendela, gorden dan tirai, semuanya terbuat dari tujuh permata mulia   .  Tempat itu menyerupai Tanah Sukhavati di sebelah Barat, pahala dan hiasannya tidak berbeda.”
   
“Di negeri ini terdapat dua Bodhisattva Mahasattva yaitu Suryaprabhasana dan Candraprabhasana.  Mereka merupakan pemimpin dari kumpulan Bodhisattva yang tak terbatas dan tak terhingga di sana.  Mereka  sudah mampu mempertahankan dan membabarkan ajaran murni Tathagatha Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan.”
   
“Untuk itu, Manjusri, semua putra – putri ( dari keluarga Buddhist ) yang memiliki keyakinan haruslah mempunyai aspirasi untuk menitis di Tanah Buddha itu.”

Sang Buddha Membantu Mereka yang Karmanya telah Membawa Kesengsaraan
   
Yang Dijunjungi kemudian berkata pada pemuda Manjusri ; “Manjusri, ada makhluk yang tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang hanya menyukai ketamakan dan kekikiran.  Mereka tidak tahu apa-apa  tentang  menyebarkan amal, dan buah dan pahala dari beramal.  Bodoh dan bebal, mereka tidak memiliki kebijaksanaan dan kurang akar keyakinan.  Mengumpulkan harta dan permata, mereka menjaga dan melindungi ( timbunan harta ) nya siang – malam.  Bila mereka melihat seorang pengemis datang, mereka menjadi tidak senang, dan jika mereka tidak berhasil melindungi diri dan terpaksa memberi, mereka menyimpan kekesalan yang dalam dan menyakitkan seolah-olah bagian tubuh mereka terpotong.”
   
“Selain itu, ada makhluk hidup yang kikir dan tamaknya tak terhingga.  Mereka mengumpulkan kekayaan, dan karena mereka bahkan tidak menikmatinya sendiri, bagaimana mungkin mereka bisa memberikan kepada orang tuanya, istri dan anak-anak, pembantu, kuli, atau kepada pengemis.  Pada akhir dari kehidupannya ini, makhluk ini akan terlahir kembali sebagai setan kelaparan atau binatang.  Jika di dalam kehidupan sebelumnya sebagai manusia, makhluk ini pernah mendengar sepintas nama ‘Tathagata Cahaya Lazuardi’, ‘Guru Penyembuhan’, dan di dalam alam kehidupan menyedihkan ini dia masih teringat nama Tathagata ini.  Sewaktu dia merenung kembali nama Tathagatha ini, dia akan menghilang dari tempat itu dan terlahir lagi di dunia manusia. Memperoleh pengetahuan tentang kehidupan masa lalunya dan takut ( kembali ) ke alam  menyedihkan, dia tidak akan menikmati kesenangan duniawi lagi.  Dia akan cenderung mempraktekkan perbuatan yang bermanfaat, dia akan memuji mereka yang suka memberi, dan dia tidak akan terikat pada miliknya dengan serakah.  Satu persatu dengan menggunakan kepala, mata, tangan, kaki, darah, daging, dan potongan badannya, dia akan bisa membagi-bagikan amal bagi siapa saja yang datang memintanya.  Apalagi untuk membagikan kekayaannya yang lain.”
   
“Kemudian, Manjusri, ada makhluk hidup yang telah melanggar larangan kemurnian moral ( sila ) walaupun mereka telah menerima berbagai isi ajaran Tathagata.  Mungkin ada yang walaupun tidak melakukan pelanggaran, telah melanggar aturan Sangha.  Mungkin ada yang, walaupun telah mematuhi larangan dan aturan dalam sikap yang benar, telah menganut pandangan menyimpang.  Juga, mungkin ada yang, walaupun menganut pandangan yang benar, telah meninggalkan kegiatan belajar.  Dengan demikian, mereka tidak berhasil memahami prinsip yang dalam dari sutra yang diajarkan Sang Buddha.  Mungkin ada yang, walaupun terpelajar, tapi menjadi congkak, dan karena pikiran mereka ditutupi keangkuhan, berpendapat bahwa mereka benar dan orang lain salah.  Mereka sampai menghna dan membenci ajaran murni, menjadi teman dan sekutu Mara.  Dengan cara begini orang bodoh ini sendiri mempraktekkan pandangan menyimpang.  Mereka berulang mendorong jutaan makhluk hidup ke dalam jurang bahaya.  Orang begini akan terjatuh ke alam neraka, binatang, maupun alam setan, menetap selamanya di dalam samsara.”
   
“Jika mereka mendengar nama Tathagata Lazuardi, Guru Penyembuhan, mereka akan meninggalkan jalan sesat ( negative practice ), mengembangkan dan mempraktekkan ajaran yang bermanfaat.  Mereka tidak akan terjatuh ke alam kehidupan menyedihkan.  Tetapi jika mereka tidak bisa meninggalkan jalan sesat, tidak mengembangkan dan mempraktekkan ajaran bermanfaat, maka mereka akan ( terus-menerus ) terbenam ke dalam kehidupan menyedihkan.  Karena kekuatan yang menakjubkan dari ikrar utama yang dibuat oleh Tathagata ini, makhluk begini akan dibangunkan dari keadaannya yang sekarang agar mendengar nama Sang Buddha untuk sekejab.  Kemudian, sesudah berakhir kehidupannya, mereka akan terlahir kembali sebagai manusia.  Mereka akan memperoleh pandangan yang benar, dan dengan berusaha, mereka akan menguasai keinginan pikirannya.  Selain itu, mereka akan bisa menolak ikatan duniawi dengan berlindung kepada ajaran Tathagata.  Mereka akan menerima dan memegang inti ajaran dan tidak berbuat sesuatupun yang ofensif dan melanggar larangan.  Dengan berpegangan pada pandangan yang benar, mereka akan menjadi terpelajar dan memahami arti yang dalam dari sutra.  Terbebas dari kebanggaan diri, mereka tidak akan lagi menghina ajaran murni.  Mereka tidak akan menjadi teman Mara.  Perlahan-lahan mereka akan mengembangkan dan mempraktekkan berbagai aspek dari Jalan Bodhisatva dan akhirnya mereka akan bisa mencapai kesempurnaan Jalan.”
   
“Kemudian, Manjusri, mungkin ada makluk hidup yang kikir dan tamak, iri dan cemburu, yang memuji diri sendiri dan menjelekkan orang lain.  Makhluk ini akan terjatuh ke dalam ketiga alam kehidupan menyedihkan.  Mereka akan menderita berbagai jenis kesengsaraan selama beribu-ribu tahun.  Bila mereka telah mengalami kesengsaraan ini, barulah mereka terlahir di dunia ini sebagai kerbau atau kuda, unta atau keledai.  Dipecut berulang-ulang, terganggu dan tersiksa oleh lapar dan haus, mereka akan selalu dibebani muatan berat di punggung dan menempuh perjalanan sepanjang waktu.  Jika mereka terlahir sebagai manusia, maka itu akan berupa pekerja di rumah orang lain, sebagai budak laki atau perempuan yang selalu diperintah untuk mengerjakan pekerjaan kasar bagi orang lain.  Orang  seperti ini tidak akan pernah bebas.”
   
“Jika di dalam kehidupan yang lalu sebagai manusia orang seperti ini pernah mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, dikarenakan penyebab baik ini, dia akan dibimbing untuk mengingatnya, dan dia akan berlindung pada Sang Buddha dengan ketulusan yang dalam.  Melalui kekuatan spirituil Sang Buddha, dia akan dibebaskan dari segala penderitaannya.  Dia akan mendapat indera yang tanggap dan tajam, menjadi penuh kebijaksanaan dan terpelajar, dia akan selalu mencari ajaran yang luhur, selalu bertemu dengan teman ( spirituil ) yang baik.  Dia akan memutuskan ikatannya dengan Mara selama-lamanya, menembus selubung ketidaktahuan.  Sungai penderitaan akan mengering dan dia akan terbebas dari kesedihan dan penderitaan kelahiran, ketuaan, penyakit, dan kematian.”
   
“Kemudian, Manjusri, ada makhluk hidup yang menyenangi perselisihan, yang bertengkar dan menyebabkan kekesalan di antara mereka dan orang lain, dan melalui perbuatan, kata-kata dan pikiran, mereka menciptakan, menambah dan memperpanjang semua jenis karma negatif, ada yang mengundang jin penunggu hutan, gunung, atau kuburan, ada yang membunuh makhluk hidup untuk mendapatkan darah dan dagingnya guna dijadikan persembahan kepada yaksa dan iblis raksasa atau lainnya, ada yang menuliskan nama orang untuk dikutuk, membuat image mereka dan dengan magic hitam untuk memanggil arwah guna mengakhiri kehidupan musuhnya dan menghancurkan tubuhnya – jika ada di antara makhluk hidup ini yang mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, mereka tidak akan bisa mencelakai orang dengan berbagai cara jahat tersebut.  Di dalam setiap kilasan pikiran mereka akan timbul rasa cinta kasih.  Mereka akan memikirkan manfaat bagi orang lain, tentang kedamaian dan kegembiraan, dan mereka tidak akan mempunyai pikiran menyiksa atau membenci.  Masing-masing akan senang dengan apa yang didapatnya, dan dia akan menjadi puas.  Makhluk ini tidak akan melanggar hak atau menganiaya orang lain, melainkan berusaha untuk menguntungkan satu sama lainnya.”
   
“Kemudian, Manjusri, mungkin ada di antara keempat kelompok bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika, di antara putra – putri dengan keyakinan murni, yang bisa menerima dan mempertahankan ikrar delapan rangkap ( Asta Sila )  , mematuhi semua aspeknya selama setahun atau tiga bulan.  Melalui akar perbuatan yang baik ini mereka berharap akan diberikan kesempatan untuk menitis di alam Sukhavatinya Buddha Amitabha di sebelah Barat.  Akan tetapi, sekalipun mereka sudah mendengar ajaran murni, mereka belum dimantapkan di dalamnya.  Jika mereka mendengar nama Tathagata Cahaya  Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, dan merenungkannya selalu, maka menjelang akhir kehidupannya, delapan Bodhisattva agung akan turun dari langit untuk menunjukkan arah ( ke Tanah Suci Barat ),   mereka akan terlahir dengan sendiri di dalam bunga teratai permata berwarna-warni.”
   
“Jika ada yang – sekalipun terlahir di alam surgawi dan telah membina akar kebajikan di dalam kehidupan yang lalu, tetapi masih belum mengakhiri ( karmanya ).  Oleh karena mereka telah terlahir di alam surgawi ini, mereka tidak akan lagi terlahir di alam kesedihan manapun.  Bila masa kehidupan mereka di alam surgawi mencapai akhirnya, orang seperti ini akan terlahir di alam manusia sebaga seorang maharaja ‘pemutar roda’ yang akan memerintah di keempat kontinen.  Dengan mengandalkan kewibawaan dan kebajikannya yang mengagumkan, dia akan membimbing dan menempatkan makhluk hidup tak terhitung dengan aman di Jalan Sepuluh Larangan Bermanfaat ( Dasa Kusala ).”
   
“Atau, orang seperti ini akan terlahir di dalam suatu keluarga Ksatria ( bangsawan ) besar, Brahmana, atau umat awam terpelajar, dengan kekayaan, permata, lumbung, dan gudang berlimpah ruah.  Rupanya akan begitu agung dan dia akan memiliki pengikut dan sanak saudara yang banyak.  Dia akan menjadi pintar dan bijaksana, berani dan kuat, mengagumkan dan hebat bagaikan seorang mahaguru beladiri.”
   
“Atau, jikalau orang seperti ini terlahir sebagai perempuan, bila dia mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, dan dengan segala ketulusan yang dalam menerima dan mempertahankannya, maka pada kehidupan selanjutnya orang ini tidak akan pernah lagi terlahir sebagai seorang perempuan.”

99

SUTRA TENTANG KEBAJIKAN / PAHALA IKRAR UTAMA TATHAGATHA CAHAYA LAZUARDI,GURU PENYEMBUHAN 

( Yau-Shih Liu-Li-Kuang Ju-Lai Pen-Yuan Kung-Te Ching)

Dari Versi China oleh Tripitaka Master Hsuan Tsang ( T’ang 650 C.E )

Om, kami berlindung kepada Yang Maha Tahu, kami berlindung kepada Tathagata Raja Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan. 
   
Demikian telah kudengar;  Pada suatu saat, sewaktu Sang Junjungan sedang bepergian ke berbagai negeri untuk mengajar dan merubah penduduknya, Beliau tiba di Vaisali.  Di situ Beliau berdiam di bawah pohon di mana musik berkumandang.  Bersama Beliau terdapat persamuan besar bhiksu berjumlah  delapan ribu orang.  Hadir pula tiga puluh enam ribu Bodhisattva Mahasattva, para raja dengan menteri utamanya, Brahmana, umat terpelajar, dewa, naga, yaksha, dan makhluk-makhluk ini mengelilingi Sang Buddha dengan hormat, dan Sang Buddha kemudian membabarkan ajaran-Nya kepada mereka.
   
Pangeran Dharma Manjusri yang menerima kekuatan spirituil yang luhur dari Sang Buddha melalui inspirasi, bangkit dari duduknya, membetulkan letak bajunya dan berlutut dengan kaki kanannya.  Sambil memberikan penghormatan dengan merangkapkan kedua tangannya, Manjusri menyapa Beliau dengan berkata; “O Paduka, dengan tulus aku memohon agar Engkau membabarkan tentang bentuk dan keanekaragaman nama semua Buddha, tentang pahala langka dari ikrar utama agung Mereka ( yang dibuat pertama kali sewaktu mereka menapak Jalan Bodhisattva ).  Agar semua yang mendengarkan ini akan dibersihkan dari rintangan karmanya sehingga mereka bisa memberikan manfaat dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup di zaman Ajaran ( Dharma ) Duplikat ( dimana yang tertinggal dari ajaran spirituil adalah bentuk daripada isinya ).”
   
Kemudian Sang Buddha memuji pemuda ( kumara ) Manjusri sambil berkata; “Bagus, bagus, Manjusri.  Disebabkan welas asihmu yang besar engkau telah memohon kepada-Ku agar membabarkan nama semua Buddha dan pahala dari ikrar utama Mereka, untuk merenggut rintangan karma yang mengikat semua makhluk hidup dan memberi manfaat, memperkaya, memberikan kedamaian dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup di zaman ajaran duplikat.  Dengarkan baik-baik dan renungkan dengan baik apa yang akan Kuberitahukan.”
   
Manjusri berkata; “Dengan setulusnya aku memohon Engkau berbicara dan kami semua akan mendengarkan penjelasan-Mu dengan penuh kegembiraan.”

Sang Buddha Penyembuhan : Keduabelas Ikrar-Nya dan Tanah Suci-Nya di Sebelah Timur
   
Sang Buddha berkata  pada Manjusri; “Jika engkau pergi  ke arah Timur melewati tanah Buddha sebanyak sepuluh kali jumlah butiran pasir di Sungai Gangga, engkau akan menemukan suatu negeri yang dikenal sebagai ‘Lazuardi Murni.’  Buddhanya dikenal sebagai Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, Arahat, Yang Mencapai Penerangan Sempurna ( Samyaksambuddha ), Yang Memiliki Pikiran dan Perbuatan Sempurna ( Vidya Carana Sampanna ), Yang telah Menempuh Jalan Mulia ( Sugata ), Dia Yang Mengenal Segenap Dunia ( Lokavid ), Makhluk Tiada Tandingan ( Anuttara ), Penjinak Nafsu ( Purusa Damya Sarathi ), Guru dewa dan manusia ( Sasta Deva Manusyanam ), Beliau Yang Sadar ( Buddha Lokanatha ), dan Beliau Yang Luhur ( Bhagavan ).  Manjusri, sewaktu Sang Buddha Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, pertama kali menapak Jalan Bodhisattva, Beliau membuat duabelas ikrar yang memungkinkan semua makhluk hidup untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.”
   
Ikrar Agung I ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan sempurna tak tertandingi ( Anuttara Samyak Sambodhi ) di masa yang akan datang, suatu cahaya gemilang akan memancar dari tubuKu untuk menerangi dengan cemerlang negeri yang tak terhingga, tak terhitung, dan tak terbatas.  Tubuh ini akan dihiasi dengan sempurna oleh tiga puluh dua ciri manusia unggul dan delapan puluh tanda tambahan.  Aku akan mengusahakan agar semua makhluk hidup menyerupaiku secara keseluruhan.
   
Ikrar Agung ke II ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, tubuh-Ku akan bagaikan lazuardi dari dalam maupun dari luar, bersinar dengan kemurnian yang tajam dan tak bernoda.  Cahayanya akan benar-benar memberi manfaat yang besar dan mengagumkan.  Negeri-Ku akan menjadi tempat kediaman yang unggul dari hening, dihiasi dengan jaringan cahaya ( bagaikan suatu aurora ) yang terangnya melebihi sang surya dan rembulan.  Aku akan menunjukkan fajar kepada makhluk hidup yang tertutup seluruhnya oleh kegelapan, agar mereka bisa bertindak sesuai dengan jalan yang mereka sukai.
   
Ikrar Agung ke III ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, dengan kebijaksanaan dan cara-Ku yang tak terhingga dan tak terbatas, Aku akan mengusahakan agar semua makhluk mendapatkan segala apa yang mereka perlukan sehingga mereka tidak akan mengalami kekurangan ( kebutuhan hidup ).
   
Ikrar Agung ke IV ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang, Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan penerangan.  Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratekyabuddha, mereka akan dimantapkan dalam Jalan Besar ( Mahayana ).
   
Ikrar Agung ke V ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang tak terhingga dan tak terbatas yang mengembangkan dan mempraktekkan perbuatan murni dari ajaran-Ku, Aku akan mengusahakan agar mereka semua agar dapat menjalankan dengan baik tata perilaku dan ketiga Sila Murni.    Mereka yang menghujat dan melanggar, sesudah mendengar nama-Ku, merenung dan memujanya dengan tulus, akan memperoleh kembali kemurnian dan tidak akan terjatuh ke dalam kehidupan yang menyedihkan.
   
Ikrar Agung ke VI ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang badannya tidak sempurna, cacat organ inderanya, jelek, bodoh, tuli, buta, bisu, lumpuh dan pincang, bongkok, sakit lepra, kejang, gila, atau dihinggapi berbagai penyakit dan penderitaan, makhluk seperti ini, bila mereka mendengar nama-Ku, menyebut dan merenungnya dengan tulus, mereka akan memperoleh rupa yang bagus dan kecerdasan praktis.  Semua organ indera mereka akan disempurnakan dan mereka tidak akan dihinggapi penyakit maupun penderitaan.
   
Ikrar Agung ke VII ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk yang menderita sakit atau tertindas, yang tidak punya tempat berlindung dan kediaman, yang tidak mendapatkan dokter maupun obat, tanpa sanak saudara, yang melarat dan berat penderitaannya, segera setelah nama-Ku terdengar dan disebut oleh mereka, segala penyakit mereka  akan disembuhkan dan mereka akan merasakan ketentraman dan kegembiraan di dalam badan dan pikiran.  Mereka akan mendapat keluarga dan kebutuhan yang berlimpah, dan mereka sendiri akan mengalami penerangan sempurna di kemudian hari.
   
Ikrar Agung ke VIII ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada perempuan yang menderita salah satu dari ratusan kesengsaraan yang dialami perempuan, yang pada akhir kehidupannya tidak ingin terlahir dengan tubuh perempuan lagi – bila perempuan ini mendengar nama-Ku, menyebut dan merenungkannya, mereka semua akan memperoleh fisik laki-laki dengan dilengkapi ciri-ciri bagus dalam penitisan yang akan datang.  Mereka semua akan mengalami penerangan sempurna di kemudian hari.
   
Ikrar Agung ke IX ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, Aku akan mengusahakan agar semua makhluk hidup terlepas dari jaring Mara.  Mereka akan dibebaskan dari belenggu segala jalan menyimpang.  Jika ada yang telah terseret ke dalam berbagai pandangan keliru yang tebalnya bagaikan hutan, Aku akan menarik dan menempatkan mereka ke dalam pandangan yang benar.  Aku akan mengusahakan agar mereka perlahan-lahan mengembangkan dan mempelajari semua praktek Bodhisattva sehingga mereka akan mengalami penerangan sempurna di kemudian hari.
   
Ikrar Agung ke X ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika – sesuai dengan yang tertulis di dalam undang-undang negara – ada makhluk hidup yang dirantai dan dicambuk, dibelenggu dan dijebloskan ke dalam penjara, atau yang akan dijatuhi hukuman mati; dan kepada siapa yang mengalami kesulitan, bencana / petaka tidak habis-habisnya yang amat memalukan, menyedihkan, dan menyusahkan, badan dan pikiran mereka menderita kegetiran ini – jika orang seperti ini mendengar nama-Ku dan merenungkannya, diberkahi oleh kekuatan spirituil yang mengagumkan dan pahala kebajikan-Ku, mereka akan dibebaskan dari segala kesedihan dan penderitaan.
   
Ikrar Agung ke XI ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang tersiksa oleh lapar dan haus dan yang menciptakan karma buruk di dalam ( keputus-asaan ) mencari penghidupan, jika mereka mendengar nama-Ku, merenung dan mempertahankannya selalu di dalam pikiran mereka, maka Aku akan memberi makanan dan minuman enak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dulu.  Sesudah itu, dengan memberi santapan Ajaran Dhamma, mereka akan menjadi tenteram dan bergembira pada akhirnya dan dimantapkan di dalamnya.
   
Ikrar Agung ke XII ;
   
Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang miskin dan tidak memiliki baju; terganggu dan tersiksa siang malam oleh lalat dan nyamuk, panas dan dingin – bila mereka mendengar nama-Ku, merenung dan mempertahankannya selalu di dalam pikiran, mereka akan memperoleh segala macam baju bagus dan indah sesuai dengan keinginan mereka.  Mereka juga akan memperoleh segala macam perhiasan mahal, karangan bunga, serbuk dupa wangi, musik dan ( kenikmatan ) berbagai pertunjukan kesenian.  Aku akan membuat mereka mendapatkan berlimpah-limpah apa yang mereka inginkan.

100


PENDAHULUAN

Buddha Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata ) adalah salah satu dari ketiga Buddha utama dalam objek pemujaan Mahayana dan merupakan seorang Buddha dari masa lalu.  Lebih dikenal sebagai Buddha Pengobatan atau Guru Penyembuhan, Beliau sangat dekat di hati pemuja-Nya karena banyak di antara mereka yang benar-benar telah menerima berkah-Nya dalam bentuk penyembuhan ajaib dari berbagai penyakit.
   
Kemanjuran dari Sang Buddha dalam mencegah bencana dan memberikan pengikut dan pemuja yang cukup besar sejak dinasti C’hin Timur ( AD 317 – 420 ) sampai sekarang.  Sutra Buddha Pengobatan ( Bhaisajya Sutra ) yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa China pada masa itu, memberikan gambaran yang lengkap tentang Buddha tanpa bandingan itu, tanah Buddha dan kedua belas ikrar Agungnya.  Sekalipun demikian, sutra yang diterjemahkan oleh Guru Tripitaka Hsuan Tsang ( bhiksu yang terkenal dari dinasti T’ang ) kemudian dan dikenal sebagai Sutra Guru Penyembuhan ( Bhaisajyaguru-Vaidurya-Prabhasa-Tathagata ) menjadi lebih terkenal dan dibaca oleh kebanyakan orang di masa ini.
   
Selain menyembuhkan penyakit, melindungi dari bencana seperti kelaparan, kekeringan dan wabah, memberikan panjang umur dan membantu yang meninggal, Sang Buddha dikenal telah memberikan berbagai manfaat  duniawi kepada mereka yang bersujud kepada-Nya.   Di dalam vihara Buddha-ruphang-Nya biasanya  diketemukan sebagai tiga serangkai dengan Buddha Sakyamuni dan Buddha Amitabha ( Sakyamuni di tengah, Bhaisajya di sebelah kanan-Nya, dan Amitabha di sebelah kiri-Nya ).  Bila digambarkan sendiri, Beliau memegang simbol-Nya ( mangkok berisi obat ) dengan tangan kiri-Nya dan biasanya diikuti kedua siswa-Nya, yaitu Bodhisattva Cahaya Surya dan Bodhisattva Cahaya Rembulan.
Sewaktu masih menjadi Bodhisattva, Beliau membuat dua belas ikrar agung untuk membebaskan makhluk hidup dari belenggu karma.  Beliau berikrar untuk melindungi kemajuan mereka ke arah penerangan, membantu mereka memegang larangan, membebaskan mereka dari perangkap praktek keagamaan yang menyimpang dan doktrin palsu, memberikan makanan dan minuman kepada mereka yang lapar, memulihkan tubuh yang cacat, menolong mereka yang akan dihukum mati dan membimbing mereka ke arah kehidupan yang tenang dan berbahagia.  Dari kedua belas ikrar-Nya, ikrar ketujuh secara khusus menjamin untuk membebaskan manusia dari penyakit badaniah dan mengusir kebingungan spirituil sehingga Beliau dijuluki sebagai “Tabib Jiwa.”
   
Disebabkan oleh akar kebajikan dari kehidupan di masa lampau, anda sekarang memiliki kesempatan yang langka untuk menumbuhkan dan mengembangkan karma baik untuk masa yang akan datang.  Agar bisa begitu, anda hanya perlu menjunjung nama Guru Penyembuhan ini dengan tulus dan tanpa keraguan.  Sehari-hari anda harus merenungkan ikrar atau wujud-Nya, mengucapkan nama-Nya, dan memberikan persembahan dengan apapun yang bisa diberikan.  Bagi mereka yang mengalami banyak kesusahan, sakit-sakitan, penderitaan, bencana, dalam keluarga banyak perselisihan dan sebagainya dapat melakukan pengucapan nama Buddha ini untuk menghilangkan segala macam kesulitan, pengucapan selengkapnya adalah; “Namo Siao-Zai Yen-Shou Yao-She-Fuo” dalam bahasa Mandarin, atau “Nambu Siao-Zai Yang-Siu Yok-She Hud” dalam Hokkian, atau “Namo Siao-Zai Yang-Shiu Yok-She-Hud” dalam logat Teochew, atau “Namo Bhaisajyaguru Buddha” dalam Sansekerta.
   
Di dalam Sutra Guru Penyembuhan, Sang Buddha ( Sakyamuni ) juga mengungkapkan kepada Bodhisattva Manjusri suatu dharani agung yng harus diucapkan seseorang guna menolong makhluk hidup dari penyakit dan kesusahan.
   
Sewaktu mengucapkan dharani atau nama Sang Buddha, seseorang harus membayangkan Buddha-ruphang Buddha tersebut, maka dia akan memasuki suatu keadaan ‘samadhi pengucapan Buddha,  di mana seseorang mengucap tetapi tidak mengucap dan tidak mengucap tetapi mengucap.  Satu hal penting yang perlu diperhatikan agar bisa mendapatkan manfaat dan hasil sebesar-besarnya, baik dari pengucapan ( recitation ) dharani, nama Buddha maupun Sutra itu sendiri adalah sangat diperlukan keyakinan dan ketekunan yang tidak surut di dalam melaksanakannya.
   
Akhir kata perlu diketahui bahwa peringatan ulang tahun Sang Buddha Bhaisajyaguru jatuh pada tanggal 30 bulan 9 penanggalan Chandrasangkala ( Lunar Calendar ).  Semoga segenap makhluk hidup bisa mendengar, membaca, mengerti, menerima, mempertahankan, dan menyebarluaskan sutra ini sehingga dengan demikian memperoleh berkah, manfaat, perlindungan, kedamaian, dan kegembiraan bagi mereka sendiri maupun makhluk lainnya.

101


{BODHISATTVA SILA}


{DELAPAN BELAS PELANGGARAN UTAMA/BESAR (PARAJJIKA) IKRAR BODHISATTVA SILA}

1. Memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain.
2. Tidak memberi harta benda atau Dharma.
3. Menolak permintaan maaf seseorang.
4. Meninggalkan Mahayana.
5. Mengambil milik Triratna.
6. Meninggalkan Dharma.
7. Melepas jubah seseorang.
8. Melakukan lima perbuatan terburuk.
9. Berpandangan salah.
10. Menghancurkan desa atau kota.
11. Menjelaskan sunyata kepada mereka yang mungkin akan salah mengerti.
12. Menyebabkan orang lain meninggalkan Mahayana.
13. Menyebabkan orang lain meninggalkan Pratimoksha.
14. Merendahkan Hinayana.
15. Mengaku telah mencapai realisasi, misalnya sunyata.
16. Menerima sesuatu yang di curi dari Triratna.
17. Membuat peraturan yang menyusahkan.
18. Meninggalkan Bodhicitta.


{EMPAT PULUH ENAM PELANGGARAN BIASA/KECIL (SANGHADISESA) IKRAR BODHISATTVA SILA}

Tujuh pelanggaran yang berkaitan dengan Dana Paramita

1. Tidak melakukan persembahan kepada Hyang Triratna setiap hari.
2. Menuruti keinginan pikiran karena keterikatan.
3. Tidak menghormati mereka yang telah mengangkat ikrar Bodhisattva lebih dulu.
4. Tidak menjawab pertanyaan tulus orang lain.
5. Menolak undangan.
6. Menolak pemberian emas.
7. Tidak memberi Dharma kepada mereka yang menginginkannya.

Sembilan Pelanggaran yang berkaitan dengan Sila Paramita

8. Tidak membantu mereka yang melanggar ikrarnya.
9. Tidak berbuat sesuatu sehingga orang lain bangkit keyakinannya.
10. Hanya melakukan sedikit hal demi kebahagiaan makhluk lain.
11. Dengan belaskasih tidak melakukan perbuatan yang menyakiti.
12. Mencari ketenaran dan kekayaan dengan jalan yang salah.
13. Tertarik pada pertunjukan-pertunjukan.
14. Menganggap bahwa Bodhisattva tidak perlu meninggalkan samsara.
15. Tidak menghindari sebab nama buruk.
16. Tidak membantu orang lain menghindari ketidak bajikan.

Empat pelanggaran yang berkaitan dengan KshantiParamita

17. Membalas mencaci atau menyakiti.
18. Mengabaikan mereka yang marah.
19. Menolak permintaan maaf orang lain.
20. Menuruti serta tidak mengendalikan kemarahan kita.

Tiga pelanggaran yang berkaitan dengan Virya Paramita

21. Mencari murid karena menginginkan keuntungan dan penghormatan
22. Tidak berusaha mengatasi kemarahan.
23. Tidak meninggalkan pembicaraan yang tak berguna karena keterikatan.

Tiga pelanggaran yang berkaitan dengan Dhyana Paramita

24. Mengabaikan latihan samatha.
25. Tidak berusaha mengatasi rintangan samatha.
26. Hanyut dalam kenikmatan samadhi.

Delapan pelanggaran yang berkaitan dengan Prajna Paramita

27. Meninggalkan Sravakayana.
28. Mempelajari Sravakayana mengorbankan Mahayana.
29. Mempelajari ajaran bukan Dharma dengan mengorbankan Mahayana.
30. Menyenangi ajaran bukan Dharma.
31. Mencela ajaran Mahayana.
32. Memuji diri sendiri dan meremehkan orang lain.
33. Tidak menghadiri acara pembabaran Dharma.
34. Lebih bergantung pada buku dari pada Guru atau mengabaikan Guru.

Dua belas pelanggaran yang berkaitan dengan ikrar melakukan kebajikan demi semua makhluk

35. Tidak memberi pertolongan kepada yang membutuhkan.
36. Menolak menolong orang yang sakit.
37. Tidak berusaha mengatasi penderitaan orang lain.
38. Tidak mengajarkan ajaran yang sesuai dengan pendengarnya.
39. Tidak membalas kebajikan mereka yang telah berbuat baik kepada kita.
40. Tidak memperberat perasaan sedih orang lain.
41. Tidak memberikan bantuan materi kepada mereka yang menginginkannya.
42. Tidak memperlakukan secara khusus pada para siswa.
43. Tidak melakukan yang di inginkan orang lain.
44. Tidak memuji kebajikan orang lain.
45. Tidak berbuat sesuatu pada saat di butuhkan.
46. Tidak menggunakan abhijnana.

Selesai.

SEMOGA BERMANFAAT DAN SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA.

SARVE SATTVA BHAVANTU SUKHINAH  _/\_

102


{TINGKATAN SEORANG BODHISATTVA DALAM PANDANGAN MAHAYANA}


Dasabhumi merupakan tingkatan-tingkatan yang ditempuh oleh Bodhisatva melalui paramita menuju Samyak Sambodhi. Kesepuluh tingkat dasabhumi ini adalah:

1. Pramudita (kebahagiaan)
Ketika seorang Bodhisatva menyadari bahwa ia telah melaksanakan dana paramita dan juga telah menyadari kekosongan dari Sang Aku (pudgala nairatmya) dan juga kekosongan dari setiap dharma (dharma nairatmya).

2. Vimala (murni bersih)
Ketika seorang Bodhisatva telah terbebas dari karma-karma buruk dengan melaksanakan sila paramita dan telah mengukuhkan kusala-mula (akar baik). Pikirannya telah terbebas dari segala kemelekatan. Dengan giat melaksanakan dhyana samadhi.

3. Prabhakari (cemerlang)
Seorang Bodhisatva memancarkan cahaya di dalam ksanti paramita karena ia telah tidak memiliki rasa marah dan dendam. Ia juga telah melaksanakan keempat dhyana dan hasilnya serta memperoleh Panca Abhijna. Ia telah terlepas dari raga, dvesa dan moha.

4. Arismati (menyala berkobar-kobar)
Seorang Bodhisatva dengan melaksanakan virya paramita akan banyak membantu ia dalam kemajuan batin menuju bodhi (37 bodhipaksiya dharma).

5. Sudurjaya (tak terkalahkan)
Seorang Bodhisatva dengan melaksanakan dhyana paramita mengembangkan prajna dan merealisasikan aryasatya dan menembusi hakekat samvrti satya dan paramartha satya.

6. Abhimukti (menuju bodhi)
Seorang Bodhisatva pada tingkat tersebut menyelami arti dari pratitya samutpada. Prajna telah diperoleh berkat pengertian mengenai sunyata.

7. Durangama (berjalan jauh)
Dalam tingkat ini seorang Bodhisatva mengembangkan karuna, pengetahuan tentang panca skanda, menuju bodhi dan memiliki virya paramita. Dari sravakayana menuju Mahayana dengan upaya kausalya (usaha yang bijak dan sesuai) dan akhirnya bodhi.

8. Acala (teguh/kokoh)
Seorang Bodhisatva membuat kemajuan yang pasti dan mengetahui kapan ia menjadi Budha berkat vyakarana (petunjuk).

9. Sadhumati (pikiran baik)
Seorang Bodhisatva melengkapi perbuatannya di dalam bala paramita yaitu dengan dasabala (sepuluh kekuatan) Sang Budha. Sekarang ia memiliki kebijaksanaan sempurna dan siap membimbing setiap makhluk menuju Nirvana.

10. Dharmamegha (mega dharma)
Pada tingkat ini seorang Bodhisatva mencapai dhyana paramita dan pengetahuan sempurna. Ia telah sampai pada tingkat calon Budha. Ia juga telah menerimaabhiseka dari para Budha mengenai Kebuddhaan. Tubuh dharmakayanya sekarang telah sempurna dan ia dapat menunjukkan kemukjizatan. Dengan demikian selesailah karya seorang Bodhisatva dalam dasabhumi.


(Kutipan dari karya Prof. Nalinaksha Dutt "Mahayana Buddhism")

103


"MENGENAL LEBIH DEKAT SOSOK AVALOKITESVARA BODHISATTVA"

Avalokitesvara (Sanskerta: अवलोकितेश्वर , Bengali: অবলোকিতেশ্বর, arti. "Tuan yang melihat ke bawah", bahasa China: 觀世音) adalah Bodhisattva yang merupakan perwujudan sifat welas asih dari semua Buddha. Ia adalah Bodhisattva yang paling dimuliakan dalam tradisi Buddha Mahayana. Di China dan ranah yang dipengaruhi budaya China, Avalokitesvara seringkali digambarkan sebagai seorang Dewi yang dikenal sebagai Dewi Kwan Im. (Akan tetapi, dalam mitologi Tao, asal mula Kwan Im memiliki kisah yang berbeda dan tidak ada sangkut pautnya dengan Avalokitesvara.

Di India, Avalokitesvara juga dimuliakan dengan sebutan Padmapāni ("Pemegang bunga teratai"), Lokesvara ("Tuan di Dunia") atau Tara. Dalam Bahasa Tibet, Avalokitesvara dikenal sebagai Chenrezig, སྤྱན་རས་གཟིགས་ (Wylie: spyan ras gzigs), dan dipercaya sebagai reinkarnasi Dalai Lama, Karmapa dan para Lhama terkemuka lainnya. Di Mongolia, ia dikenal sebagai Megjid Janraisig, Xongsim Bodisadv-a, atau Nidüber Üjegči.

Dalam bahasa Jepang, Kwan Im disebut Kannon' (観音) atau secara resmi Kanzeon (観世音). Dalam bahasa Korea disebut Gwan-eum atau Gwanse-eum, dan dalam bahasa Vietnam Quán Âm atau Quan Thế Âm Bồ Tát.

Avalokitesvara sendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki di India, begitu pula pada masa menjelang dan selama Dinasti Tang (tahun 618-907). Namun pada awal Dinasti Song (960-1279), berkisar pada abad ke 11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman. Perwujudan Kwan Im sebagai sosok wanita lebih jelas pada masa Dinasti Yuan (1206-1368). Sejak masa Dinasti Ming, atau berkisar pada abad ke 15, Kwan Im secara menyeluruh dikenal sebagai wanita.

Kwan Im pertama diperkenalkan ke China pada abad pertama SM, bersamaan dengan masuknya agama Buddha. Pada abad ke-7, Kwan Im mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. Pada masa yang sama, Tibet juga mulai mengenal Kwan Im dan menyebutnya dengan nama Chenrezig. Dalai Lama sering dianggap sebagai emanasi dari Avalokitesvara di dunia.

Jauh sebelum masuknya agama Buddha menjelang akhir Dinasti Han, Kwan Im Pho Sat telah dikenal di Tiongkok purba dengan sebutan Pek Ie Tai Su atau Pek Ie Nio Nio dalam bahasa hokkien yaitu Dewi Berbaju Putih Yang Welas Asih ("Dewi Welas Asih"). Di kemudian hari, Dewi Kwan Im identik dengan perwujudan dari Buddha Avalokitesvara. Pengertian Avalokitesvara Bodhisatva dalam bahasa Sanskerta adalah:

"Avalokita" (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna Melihat ke Bawah atau Mendengarkan ke Bawah (“Bawah” disini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (Sanskerta:lokita/loka).
Kata "Isvara" (Im / Yin), berarti suara (suara jeritan mahluk atas penderitaan yang mereka alami).

Kwan Im sebagai seorang Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang. Di negara Jepang, Kwan Im Pho Sat terkenal dengan nama Dewi Kanon. Dalam perwujudannya sebagai pria, Kwan Im disebut Kwan Sie Im Pho Sat. Dalam Sutra Saddharma Pundarika Sutra (Miau Fa Lien Hua Cing) disebutkan ada 33 (tiga puluh tiga) penjelmaan Kwan Im Pho Sat. Sedangkan dalam Maha Karuna Dharani (Tay Pi Ciu / Ta Pei Cou / Ta Pei Shen Cou) ada 84 (delapan puluh empat) perwujudan Kwan Im Pho Sat sebagai simbol dari Bodhisattva yang mempunyai kekuasaan besar.

Altar utama di Kuil Pho Jee Sie (Phu Tho San) di persembahkan kepada Kwan Im Pho Sat dengan perwujudan emanasi sebagai “Buddha vairocana”, dan di sisi kiri atau kanan berjajar 16 (enam belas) perwujudan lainnya. Perwujudan Kwan Im di altar utama Kim Tek Ie/Jing De Yuan, salah satu Klenteng tertua di jakarta Indonesia adalah King Cee Kwan Im (Kwan Im Membawa Sutra Memberi Pelajaran Buddha Dharma Kepada Umat Manusia). Disamping itu, terdapat pula wujud Kwan Im Pho Sat dalam Chien Chiu Kwan Im / Jeng Jiu Kwan Im / Qian Shou Guan Yin. (Kwan Im Seribu Lengan / Tangan) sebagai perwujudan Kwan Im yang selalu bersedia mengabulkan permohonan perlindungan yang tulus dari umatnya.

Ketika agama Buddha memasuki Tiongkok (Masa Dinasti Han), pada mulanya Avalokitesvara Bodhisattva bersosok pria. Seiring dengan berjalannya waktu, dan pengaruh ajaran Taoisme serta Kong Hu Cu, menjelang era Dinasti Tang, profil Avalokitesvara Bodhisattva berubah dan ditampilkan dalam sosok wanita.

Dari pengaruh ajaran Tao, probabilita perubahan ini terjadi karena jauh sebelum mereka mengenal Avalokitesvara Bodhisattva, kaum Taois telah memuja Dewi Tao yang disebut “Niang-Niang” (Probabilitas adalah Dewi Wang Mu Niang-Niang). Sehubungan dengan adanya legenda Puteri Miao Shan yang sangat terkenal, mereka memunculkan tokoh wanita yang disebut “Guan Yin Niang Niang”, sebagai penganti Avalokitesvara Bodhisattva pria.

Lambat laun tokoh Avalokitesvara Bodhisattva pria dilupakan orang dan tokoh Guan Yin Niang-Niang menggantikan posisinya dengan sebutan Guan Yin Phu Sa. Dari pengaruh ajaran Kong Hu Cu, mereka menilai kurang layak apabila kaum wanita memohon anak pada seorang Dewa. Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sesuai dengan keinginan Kwan Im sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai seorang wanita, agar lebih leluasa untuk menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolongan.

Dari sini jelas bahwa tokoh Avalokitesvara Bodhisattva berasal dari India dan tokoh Guan Yin Phu Sa berasal dari Tiongkok. Avalokitesvara Bodhisattva memiliki tempat suci di gunung Potalaka, sedangkan Kwan Im Pho Sat memiliki tempat suci di gunung Phu Tho Shan di kepulauan Zhou Shan, China. Kesimpulan atas hal ini adalah tokoh Avalokitesvara Bodhisatva merupakan stimulus awal munculnya Kwan Im Pho Sat.

104


Bahkan seekor burung perkutut saja tidak meragukan kebesaran Buddha Amitabha kenapa kita sebagai seorang manusia meragukan kebesaran Buddha Amitabha ini foto asli bukan photoshop loh terlihat tanggal, bulan, tahun dan jam pemotretan sewaktu diambil foto tersebut!

Namo Sukhavati loka Maha Maitri Maha Karuna Amitabha Buddha  _/\_

105
Sutra Mahayana / Re: Maha Karuna Dharani Sutra
« on: 30 March 2012, 05:47:46 AM »
Banyak sutra-sutra mahayana yang rusak gara-gara oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab!!! sangat tragis!!!

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 21
anything