//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - SUGI THEN

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 21
106
Mahayana / APAKAH YANG DIMAKSUD "MAHAYANA" ITU?
« on: 29 March 2012, 06:16:51 PM »


APAKAH YANG DIMAKSUD "MAHAYANA" ITU?

Banyak umat Buddha yang tidak memahami apa arti dari kata Mahayana itu sendiri, banyak umat Buddha beranggapan bahwa Mahayana itu adalah sebuah tradisi aliran dalam Buddhistme, apakah Sang Buddha pernah membuat aliran tradisi Mahayana? apabila anda berpikiran demikian anda termasuk yang memiliki pandangan keliru atas dasar kata dari Mahayana itu sendiri, Terciptanya kata Mahayana bukanlah untuk merujuk kepada sebuah tradisi aliran dalam Buddhistme tetapi adalah sebuah "KONSEP" sebuah cara berpikir yang disebut Konsep Bodhisattva atau Konsep Bersama yaitu sebuah konsep atau sebuah cara berpikir untuk saling berbagi, saling tolong menolong antar sesama mahluk hidup, saling bergotong royong, saling mengasah, saling mengasih dan saling mengasuh itulah konsep dasar dari kata Mahayana itu sendiri.

Apabila anda mengikuti tradisi aliran Mahayana tetapi tidak saling berbagi hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tidak saling tolong menolong hanya berpikir untuk menolong dirinya sendiri, tidak saling bergotong royong tetapi hanya mengutamakan dirinya sendiri, tidak saling mengasah hanya perduli dirinya sendiri, tidak saling mengasih hanya berpikir untuk dirinya sendiri, dan tidak saling mengasuh hanya ingin mengasuh dirinya sendiri tandanya anda bukanlah seorang Mahayana, anda hanya memiliki pikiran yang sangat sempit, tidak bisa disebut seorang "MAHA" yang berarti luas dan besar.

Sebaliknya apabila anda bukan pengikut tradisi Mahayana tetapi berpikiran sebaliknya selalu berpikir untuk kebahagian mahluk lain, selalu ingin berbagi, selalu ingin menolong kepada semua mahluk hidup, saling bergotong royong, saling mengasah, saling mengasih, dan saling mengasuh sesungguhnya andalah seorang Mahayana itu sendiri meskipun anda bukanlah pengikut dari tradisi aliran Mahayana.

Maka itu Sang Buddha Sakyamuni bersabda demikian :

舍利弗,若有眾生,內有智性,從佛世尊聞法信受,殷勤精進,欲速出三界,自求涅槃,是名聲聞乘,如彼諸子為求羊車、出於火宅。
"Sariputra, bila ada insan yang mempunyai kebijaksanaan, ia mendengarkan Dharma dari seorang Buddha, meyakini dan mengamalkannya dengan tekun, bertekad untuk segera terbebas dari triloka, ia mengejar Nirvana bagi dirinya sendiri, dinamakan SRAVAKA yana.
Diumpamakan bagaikan seorang anak yang meloloskan diri dari rumah berapi demi sebuah kereta yang ditarik oleh kambing.

若有眾生,從佛世尊聞法信受,殷勤精進,求自然慧,樂獨善寂,深知諸法因緣,是名辟支佛乘,如彼諸子為求鹿車、出於火宅。
Bila ada insan, mendengarkan Dharma dari Buddha Bhagavan, meyakini dan dengan tekun melaksanakannya, berusaha untuk memperoleh Prajna alamiah, gemar berlatih seorang diri , dengan mendalam memahami nidana sarva dharma, dinamakan PRATYEKABUDDHA yana.
Diumpamakan bagai seorang anak yang meloloskan diri dari rumah berapi demi sebuah kereta yang ditarik oleh rusa.

若有眾生,從佛世尊聞法信受,勤修精進,求一切智、佛智、自然智、無師智、如來知見、力、無所畏,愍念、安樂無量眾生,利益天人,度脫一切,是名大乘,菩薩求此乘故,名為摩訶薩,如彼諸子為求牛車、出於火宅。
Bila ada insan, yang mendengarkan Dharma dari Buddha Bhagavan, meyakini dan dengan tekun mengamalkannya, demi memperoleh Sarvajna (berbagai macam kebijaksanaan), Buddhajna, Jnana alamiah, Jnana yang diperoleh tanpa seorang pembimbing, avatarana , kekuatan, abhaya (tiada rasa takut), belas kasih, tekad untuk memberikan ketenteraman bagi para insan, memberi manfaat bagi Dewa dan manusia, membebaskan semua, dinamakan "MAHAYANA", oleh karena Bodhisattva menekuni kendaraan ini, maka dinamakan Mahasattva.
Diumpamakan anak yang meloloskan diri dari rumah berapi demi sebuah kendaraan yang ditarik oleh lembu

Sumber : Saddharma pundarika sutra bab 3 perumpamaan.

Sang Buddha pun melakukan hal yang sama sewaktu beliau mencapai penerangan sempurna beliau berbagi ilmu pengetahuannya tidak untuk sendiri, beliau menolong semua mahluk dengan pembabaran Dharmanya tidak hanya menolong dirinya sendiri, mengajarkan untuk saling bergotong royong, saling mengasah saling mengasih dan saling mengasuh terhadap siswa-siswinya, semoga kita bisa menjadi seorang Mahayana yang baik, baik dalam berpikir, baik dalam berucap dan baik dalam berprilaku.

Semoga bermanfaat dan semoga semua mahluk hidup berbahagia.

Sarve Sattva Bhavantu Sukhinah.  _/\_

107
{108 Kata Perenungan Oleh Master Cheng Yen}


1. Orang bodoh membangun tembok pemisah dalam hatinya, orang bijaksana merobohkan tembok pemisah tersebut dan hidup berdampingan secara damai dengan orang lain.

2. Kesuksesan yang paling besar dalam hidup adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.

3. Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan: berbakti kepada orangtua dan melakukan kebajikan.

4. Jika ingin meningkatkan kebijaksanaan, kita mesti membebaskan diri dari sifat kemelekatan dan keraguan.

5. Cita-cita boleh saja tinggi dan jauh kedepan, namun langkah yang diperlukan untuk itu, harus diterapkan sejak sekarang.

6. Jangan mengenang terus jasa yang telah diberikan, jangan melupakan kesalahan yang pernah dibuat. Lupakanlah dendam yang ada di dalam hati, namun jangan melupakan budi baik yang pernah diterima.

7. Keinginan yang belebihan, selain mendatangkan penderitaan juga sering menggiring orang melakukan perbuatan yang mendatangkan karma buruk.

8. Jangan takut terdorong oleh orang-orang yang lebih mampu dari kita. Karena dorongan tersebut akan memberi semangat untuk terus maju.

9. Orang tidak mempunyai hak milik atas nyawanya, melainkan hanya memiliki hak untuk menggunakannya.

10. Tetesan air dapat membentuk sebuah sungai, kumpulan butiran beras bisa memenuhi lumbung. Jangan meremehkan hati nurani sendiri, lakukankalh perbuatan baik meskipun kecil.

11. Lahan batin manusia bagaikan sepetak sawah, bila tidak ditanami dengan bibit yang baik, tidak akan bisa menuai hasil yang baik.

12. Orang berbudi luhur mempunyai tujuan hidup, sedang orang yang berpikiran sempit menganggap hidup sebagai tujuan.

13. Sertakan saya dalam perbuatan baik, jangan libatkan saya dalam perbuatan jahat.

14. Anggaplah segala permasalahan sebagai pelajaran, pujian sebagai peringatan untuk mawas diri.

15. Dengan memiliki keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.

16. Orang harus menyayangi diri sendiri baru dapat mencintai orang di seluruh dunia.

17. Dalam mengatasi berbagai masalah hendaknya berhati-hati, cermat, namun jangan berpikiran sempit.

18. Tidak perlu merasa khawatir atas banyaknya masalah, yang perlu dikhawatirkan hanya masalah yang sengaja dicari-cari.

19. Hendaknya kita menyadari, mensyukuri, dan membalas budi orangtua.

20. Jika enggan mengerjakan hal kecil, maka kita pun akan sulit menyelesaikan tugas yang besar.

21. Ikrar harus luhur, tekad harus kokoh, kepribadian harus lemah lembut, dan hati harus peka.

22. Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.

23. Keserakahan, kebencian, dan kebodohan merupakan 3 racun dalam kehidupan manusia. Atasi keserakahan dengan berdana, kebencian dengan hati yang welas asih, dan atasi kebodohan dengan kebijaksanaan.

24. Penyesalan adalah pengakuan dari hati nurani, dan dapat juga dikatakan sebagai pembersihan terhadap kekotoran batin.

25. Berdana bukanlah hak khusus yang dimiliki orang kaya, melainkan merupakan perwujudan dari sebuah cinta kasih yang tulus.

26. Hidup manusia tidak kekal. Bersumbangsihlah pada saat Anda dibutuhkan, dan lakukanlah selama Anda masih bisa melakukannya.

27. Jadilah orang yang tidak mengandalkan kekuasaan, status social, dan harta kekayaan dalam menjalani hidup.

28. Malapetaka dan bencana yang melandai dunia, sebagian besar merupakan hasil perbuatan orang-orang yang sehat jasmaninya, namun cacat rohaninya.

29. Memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri.

30. Ada tiga “tiada” di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, dan tiada orang yang tidak bisa saya maafkan.

31. Pikiran dan perilaku kita sendiri yang menciptakan dan menentukan surga dan neraka.

32. Sumber penderitaan manusia ada 3, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kebodohan.

33. Penyakit pada tubuh tidaklah menakutkan, batin yang sakit justru lebih mengerikan.

34. Kebijaksanaan diperoleh dari bagaimana seseorang menghadapi masalah dalam hidupnya. Apabila ia menghindar dari masalah yang ada, maka ia pun tidak akan dapat mengembangkan kebijaksanaannya.

35. Sumber dari kerisauan hati adalah keinginan manusia untuk selalu “memiliki”.

36. Ada sebagain orang yang sering merasa risau, akibat perkataan buruk orang lain yang sebenarnya tidak perlu dihiraukan.

37. “Keserakahan”, selain membawa penderitaan, juga akan menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan.

38. Sebelum mengkritik orang lain, pikirkan dahulu apakah kita sendiri telah sempurna dan bebas dari kesalahan.

39. Setiap hari merupakan lembaran baru dalam hidup kita, setiap orang dan setiap hal yang ada di dalamnya merupakan kisah-kisah yang menarik.

40. Bila kita selalu ragu dan tidak memiliki tekad yang kuat, walaupun jalan yang benar telah terbentang di depan mata, kita tetap tidak akan pernah sampai ke tempat tujuan.

41. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang penuh dengan cinta kasih.

42. Dengan menjaga tutur kata dan bersikap dengan baik, maka kita akan menjadi orang yang disenangi dan dicintai orang lain.

43. Mengernyitkan dahi dan tersenyum, keduanya sama-sama merupakan sebuah ekspresi, mengapa tidak tersenyum saja?

44. Hati hendaknya bagaikan bulan purnama yang bersinar terang. Hati hendaknya juga seperti cakrawala luas dengan langit yang cerah.

45. Niat baik yang tidak dilaksanakan sama halnya seperti bertani tanpa menebarkan benih. Hal ini hanya menyia-nyiakan kesempatan baik yang ada.

46. Setiap hari kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada orangtua dan semua makhluk. Jangan melakukan sesuatu yang mengecewakan mereka.

47. Memberi dan melayani jauh lebih berharga dan membahagiakan daripada diberi dan dilayani.

48. Tidak peduli seberapa jauh jalan yang harus ditempuh dan selalu berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki, inilah yang disebut dengan keuletan.

49. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang mampu mencintai dan dicintai orang lain.

50. Sebaik apa pun hati seseorang, bila tabiat dan tutur katanya tidak baik, maka ia tidak dapat dianggap sebagai orang baik.

51. Kasih sayang yang mengharapkan pamrih tidak akan bertahan lama. Yang akan bertahan selamanya adalah kasih sayang yang tak berwujud, tak ternoda, dan tanpa pamrih.

52. Cinta kasih harus bagaikan seduhan the wangi dengan komposisi yang pas. Bila terlalu pekat akan terasa pahit dan kita tidak dapat meminumnya.

53. Hadiah paling berharga di dunia ini adalah hadiah berbentuk maaf.

54. Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik dan lakukanlah perbuatan baik.

55. Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga.

56. Kesuksesan hidup selama puluhan tahun merupakan akumulasi perilaku setiap hari, maka setiap hari kita harus menjaga perilaku dengan sebaik-baiknya.

57. Semua manusia takut mati, takut menderita, apakah makhluk hidup lain tidak merasa takut juga? Oleh karena itu, kita harus melindungi semua makhluk hidup dan menghargai kehidupan.

58. Marah adalah menghukum diri sendiri atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.

59. Hendaknya kita bersaing untuk menjadi siapa yang lebih dicintai, bukan siapa yang lebih ditakuti.

60. Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.

61. Bekerja untuk hidup sangat menyiksa, hidup untuk bekerja sangat menyenangkan.

62. Sumber penderitaan manusia adalah nafsu keserakahan untuk memiliki. Bila tidak bisa memperoleh yang diingankannya, dia akan menderita, namun bila telah memperolehnya, dia juga akan menderita karena takut kehilangan.

63. Kesederhanaan adalah keindahan, keserasian adalah keanggunan.

64. Hakekat terpenting dari pendidikan adalah pewarisan cinta kasih dan rasa syukur, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

65. Kita hendaknya bersyukur kepada bumi yang menyediakan sumber daya alam sehingga kita dapat melanjutkan kehidupan, dan bersyukur kepada leluhur yang telah menyediakan lahan dan mengajarkan kita bagaimana cara untuk bertahan hidup.

66. Hati yang dipenuhi rasa syukur akan membangkitkan rasa haru. Rasa haru merupakan dorongan untuk melakukan kebajikan.

67. Bila dituduh orang lain, terimalah dengan rasa syukur. Bila menemukan kesalahan orang lain, sadarkan dengan sikap menghargai.

68. Bersyukurlah kepada orang yang menerima bantuan kita, karena mereka memberikan kesempatan baik bagi tercapainya pembinaan rasa cinta kasih kita.

69. Merupakan suatu berkah apabila sesama manusia dapat saling menghargai dan saling bersyukur.

70. Dengan berjiwa besar, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan di dunia ini. Bila berjiwa sempit, walaupun kesenangan berlimpah, kita akan tetap merasa menderita.

71. Mengurangi nafsu keinginan dan memperluas cinta kasih, kehidupan akan dilalui dengan gembira, nyaman dan bebas tanpa beban.

72. Pandai menempatkan diri dan berpikir demi orang lain adalah sikap orang yang penuh pengertian.

73. Pada umumnya orang lebih dapat menanggung beban kerja yang berat daripada menanggung kebencian, namun orang yang berkepribadian mulia adalah orang yang dapat melupakan kebencian.

74. Cara berterima kasih dan membalas budi kepada bumi adalah dengan terus mempertahankan konsep pelestarian lingkungan.

75. Intropeksi dirilah bila mendapat kritikan orang lain. Jika salah harus diperbaiki; bila tidak bersalah, cobalah untuk menerimanya dengan lapang dada.

76. Berjiwa besar menerima kekurangan orang lain merupakan suatu hal yang luar biasa di tengah hal yang biasa.

77. Binalah cinta kasih yang tulus dan murni. Hati tidak akan risau bila tidak mengharapkan pamrih atau merasa rugi dalam memberikan cinta kasih.

78. Menghibur orang dengan kata-kata yang baik dan lembut, melerai perselisihan dengan kata-kata bijaksana dan membantu kesulitan orang lain dengan tindakan nyata, inilah yang dinamakan berdana.

79. Selalu mengejar kenikmatan materi adalah sumber penderitaan manusia. Menderita bila tak bisa memperolehnya, dan bila bisa memperolehnya akan merasa belum puas. Semuanya merupakan penderitaan yang tak akan pernah berakhir.

80. Mampu merasakan kebahagiaan orang lain seperti kebahagiaan sendiri adalah kehidupan yang penuh dengan kepuasan dan paling kaya akan makna.

81. Jangan menganggap enteng perbuatan baik sekecil apa pun, karena bila terhimpun menjadi satu merupakan bantuan yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain.

82. Seulas senyuman mampu mendamaikan hati yang gelisah.

83. Kehidupan kita bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain.

84. Jangan mencemaskan beban yang berat, asalkan tetap berjalan di arah yang benar, pasti akan samapi ke tujuan.

85. Orang yang selalu mengasah orang lain, dirinya sendiri akan terasah, namun bagi orang yang selalu diasah, selain tidak rusak, malah akan lebih bersinar cemerlang, bagaikan berlian yang sesungguhnya.

86. Prinsip penting mencapai keselarasan dalam penyelesaian masalah adalah menyadari kapan saatnya maju dan kapan saatnya mengalah.

87. Dengan bersabar dan mengalah, hidup akan damai dan tenteram; saling bersitegang akan mendatangkan malapetaka.

88. Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Bila hanya menunggu, kesempatan itu akan berlalu dan semuanya sudah terlambat.

89. Mampu mematuhi tata tertib dalam berorganisasi, berpadu hati, ramah tamah, saling mengasihi, dan bergotong royong, berarti sebuah kemajuan yang telah dicapai dalam melatih diri yang dilakukan dengan penuh konsentrasi.

90. Jangan menyia-nyiakan waktu; lakukan hal yang bermanfaat dengan langkah yang mantap.

91. Tak ada yang tidak dapat diatasi dalam hidup ini; dengan adanya tekad, maka segalanya akan dapat diatasi.

92. Jangan pusingkan apakah orang akan memperbaiki perilaku atau sikap buruknya, yang terpenting adalah kita tetap melatih diri dengan sebaik mungkin.

93. Bila cermin dalam hati dapat selalu dibersihkan, maka dapat secara jelas membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah.

94. Jadikan batin kita sebagai tempat pelatihan diri dan hargailah semua orang dengan sikap kesetaraan.

95. Sebuah tindakan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan ribuan ucapan.

96. Walaupun memiliki impian dan harapan pada masa berabad-abad kedepan, namun jangan sampai mengabaikan hal yang ada pada saat sekarang.

97. Kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan mana yang menguntungkan dan merugikan. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah.

98. Jangan meremehkan kemampuan sendiri, karenanya mulailah dengan mengubah kondisi hati kita barulah dapat mengubah dunia agar menjadi lebih baik.

99. Lebih baik belajar dari kelebihan orang lain daripada mencari kelemahan dan kesalahan orang lain.

100. Hadapilah kesalahan orang lain dengan lapang dada dan lemah lembut.

101. Iblis yang ada di luar diri kita tidaklah menakutkan, yang mengerikan adalah iblis yang terdapat di dalam hati.

102. Kehidupan manusia bagaikan meniti kawat baja. Bila kita tidak bersungguh-sungguh melihat ke depan, malah sebaliknya selalu menoleh ke belakang, kita pasti akan terjatuh.

103. Faktor pemersatu dalam organisasi adalah toleransi dan tenggang rasa terhadap pendapat yang berbeda.

104. Berbakti adalah sikap yang bersedia berkorban pada saat dibutuhkan oleh orangtua.

105. Kebiasaan buruk bagaikan virus yang menyerang batin manusia, harus dicegah jangan sampai berkembang.

106. Berdana ada 3 macam, memberi bantuan makanan dan pakaian, memberikan nasehat bagi orang yang hatinya sedang hampa, dan memberikan kedamaian kepada orang yang panic dan ketakutan.

107. Masalah di dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk dapat menyelesaikan.

108. Orang yang mau mengakui kesalahan dan memperbaikinya dengan rendah hati akan dapat meningkatkan kebijaksanaanya.

108
"Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi"



Keterangan Gambar: Inilah tempat Master Cheng Yen membina ajaran Buddha dan hidup prihatin di tahun itu, sekaligus merupakan tempat asal berkembangnya Dunia Tzu Chi sekarang.


Keterangan Gambar: Keadaan Griya Perenungan dalam taraf pembangunan di tahun 1968, di sekitarnya masih sepi dan gersang.



Suatu hari di tahun 1966, Master Cheng Yen bersama beberapa pengikutnya datang ke suatu balai pengobatan di Fenglin untuk mengunjungi salah seorang umat yang menjalani operasi akibat pendarahan lambung. Ketika keluar dari kamar pasien, beliau melihat bercak darah di atas lantai tetapi tidak tampak adanya pasien. Dari informasi yang didapat diketahui bahwa darah tersebut milik seorang wanita penduduk asli asal Gunung Fengbin yang mengalami keguguran. Karena tidak mampu membayar NT$ 8.000 (sekitar Rp 2,4 juta), wanita tersebut tidak bisa berobat dan terpaksa harus dibawa pulang.

Mendengar hal ini, perasaan Master Cheng Yen sangat terguncang. Seketika itu beliau memutuskan hendak berusaha mengumpulkan dana amal untuk menolong orang dan menyumbangkan semua kemampuan yang ada pada dirinya untuk menolong orang yang menderita sakit dan kemiskinan di Taiwan bagian timur.

Karena ada jalinan jodoh, di saat itu kebetulan sekali tiga orang suster K*tolik dari Sekolah Menengah Hualien datang berkunjung untuk menemui Master Cheng Yen. Suster bertanya, "Agama K*tolik kami telah membangun rumah sakit, mendirikan sekolah, dan mengelola panti jompo untuk membagi kasih sayang kepada semua umat manusia, walaupun Buddha juga menyebut menolong dunia dengan welas asih, tetapi mohon tanya, agama Buddha mempersembahkan apa untuk masyarakat?" Kata-kata ini sangat menyentuh hati Master Cheng Yen. Sebenarnya waktu itu umat Buddha juga menjalankan kebajikan dan beramal, namun tanpa mementingkan namanya. Dari situ membuktikan bahwa semua umat Buddha memiliki rasa cinta kasih yang dalam, hanya saja terpencar dan kurang koordinasi serta kurang terkelola. Master Cheng Yen bertekad untuk menghimpun potensi ini dengan diawali dari mengulurkan tangan mendahulukan bantuan kemanusiaan.


"Cikal Bakal Tzu Chi Dimulai dari Celengan Bambu"


Kegiatan kemanusiaan Tzu Chi untuk kaum fakir miskin diawali dari 6 ibu rumah tangga yang setiap hari, masing-masing individu, merajut sepasang sepatu bayi.
Di samping itu, setiap anggota diberi sebuah celengan bambu oleh Master Cheng Yen, agar para ibu rumah tangga setiap pagi sebelum pergi berbelanja ke pasar, menghemat dan menabung 50 sen ke dalam celengan bambu. Dari 30 anggota bisa terkumpul 450 dolar setiap bulan, ditambah hasil pembuatan sepatu bayi 720 dolar, maka setiap bulan bisa terkumpul sebanyak 1.170 dolar sebagai dana bantuan untuk kaum fakir miskin.

Kabar ini dengan cepat tersebar luas ke berbagai tempat di Hualien, dan orang yang ingin turut bergabung semakin banyak. Pada tanggal 14 Mei 1966, Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi secara resmi terbentuk.

Pada awal masa pembentukan Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi, Master Cheng Yen bersama para pengikut mengambil tempat sempit yang tidak lebih dari 20 m2 di Vihara Pu Ming, sambil berupaya menghasilkan produk untuk mendukung kehidupan, sambil mengurus jalannya organisasi. Pada musim gugur tahun 1967, ibunda Master Cheng Yen membelikannya sebidang tanah yang sekarang dimanfaatkan untuk bangunan Griya Perenungan. Walaupun demikian, Master Cheng Yen beserta para pengikut masih tetap mempertahankan prinsip hidup mandiri. Biaya perluasan seluruh proyek Griya Perenungan, selain mengandalkan pinjaman uang dari bank atas dasar hipotik hak kepemilikan tanah tersebut, juga dari hasil usaha kerajinan tangan. Sampai kini pun, Master Cheng Yen dan para pengikutnya tetap hidup mandiri dengan bercocok tanam ataupun menjalankan industri rumah tangga. Mereka tidak mau menerima sumbangan untuk kepentingan pribadinya.



Keterangan Gambar: Jauh di awal tahun 1970, sewaktu anggota komite Tzu Chi mengunjungi kaum fakir miskin di Fenglin, kendaraan yang mereka gunakan mengalami masalah, dengan spontan menggelorakan semangat [Bersatu-hati; Harmonis; Saling menyayangi; Bergotong-royong] untuk menegakkan teladan Bodhisattva dunia, sehingga bisa menjalankan apa yang sulit dilaksanakan bagi orang awam dan bisa sabar atas segala sesuatu yang sulit bagi orang awam.


109


"Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"

Master Cheng Yen dilahirkan pada tanggal 14 Mei 1937, di Desa Qingsui, Kabupaten Taichung, Taiwan. Sewaktu masih kecil, beliau diangkat pamannya menjadi anak dan menetap di Desa Fengyuan, Taichung bersama paman dan bibinya. Ayah angkatnya memiliki usaha bioskop di beberapa kota, seperti Taichung, Feng Yuan, Qingshui, Tanzi, dan tempat lainnya. Sebagai putri sulung, dan juga otaknya yang cerdas, maka meski belum genap berusia 20 tahun, beliau sudah sanggup membantu pekerjaan ayahnya, disamping juga membantu mengurus pekerjaan rumah tangga.

"Jodoh Dengan Buddha"

Master memiliki kodrat luwes dan tulus serta berbakti. Di tahun 1952, saat beliau berumur 15 tahun, Ibunya menderita acute gastric perforation (luka lambung akut) yang perlu dioperasi. Pada zaman itu, pembedahan merupakan tindakan yang sangat membahayakan. Oleh karena itu, Master Cheng Yen senantiasa berdoa demi kesehatan Ibunya, dan dengan tulus mengucapkan nama Bodhisattva Avalokitesvara, bahkan berikrar, "Asalkan Ibu dapat disembuhkan, umurku rela dikurangi 12 tahun dan akan mulai menjalankan hidup bervegetarian.” Tekad ini dilakukan beliau agar umur ibunya bisa bertambah panjang. Karena sikap baktinya pada orangtua yang besar dan juga ketekunan dari Master Cheng Yen dalam merawat, penyakit ibunya bisa sembuh tanpa harus dioperasi—seperti mukjizat. Maka sejak itu, Master Cheng Yen pun mulai bervegetarian untuk memenuhi ikrarnya.

Bulan Juni 1960, ayahnya yang masih produktif dan merupakan sosok yang sangat penting baginya, mendadak meninggal dunia karena terserang penyakit. Dari mulai terjangkitnya penyakit hingga meninggal dunia tidak memakan waktu lebih dari 24 jam (1 hari). Hal ini memberi pukulan batin yang sangat hebat baginya. Beliau bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya hakikat kehidupan ini? Datang dari mana dan setelah meninggal akan menuju ke mana? Pertanyaan ini membuka titik perubahan kehidupan yang dicari-cari, sehingga beliau seringkali mengunjungi Vihara Ci Yun untuk mempelajari ajaran Buddha.

Justru pada kurun waktu itu, Master Cheng Yen menyadari bahwa kehidupan sebagai seorang wanita yang bisa berbelanja dan berkuasa mengatur uang belum bisa disebut bahagia. Beliau menganggap, sebagai seorang wanita, bila mampu memikul tanggung jawab di masyarakat, itu sama halnya seperti tanggung jawab seorang pria. Memperluas kasih sayang, memberi kepedulian kepada masyarakat, dan meluas kepada setiap umat manusia hingga menjadi menyayangi masyarakat dan semua makhluk, inilah kebahagiaan sejati.

Niat Master Cheng Yen dalam upaya melepaskan diri dari kehidupan duniawi sempat beberapa kali mengalami kegagalan. Pada tahun 1961, kebetulan di suatu kesempatan yang sangat berjodoh, beliau memutuskan meninggalkan keluarga dan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Beliau bersama seorang guru datang ke sebuah Vihara Wangmu yang sangat bersahaja serta bobrok di Gunung Luye di Kabupaten Taidong—tanpa mencukur rambut, membina diri dalam ajaran Buddha. Di atas gunung, tanpa air, listrik, beras, minyak, dan juga tanpa bantuan dari penduduk desa.

Pada siang hari, mereka berdua pergi ke ladang memungut kacang tanah dan sayur yang tercecer dari hasil panen para petani untuk dimasak dengan air tawar sebagai lauk makanan. Malam harinya, mereka mengajar penduduk desa membaca sutra. Di kala cuaca dingin, tidak ada baju mantel untuk mereka menahan terpaan hawa yang menggigilkan, selimut tidurpun sudah usang dan banyak lubang bekas sobek, mereka melewati hari dengan susah dan penuh keprihatinan. Kendati demikian, tekad Master untuk mempelajari dan memperdalam ajaran Buddha sedikitpun tak luntur. Kemudian suatu ketika beliau meninggalkan Luye dan beberapa kali mengalami kesulitan juga, yang pada akhirnya beliau datang dan berdiam di Hua-lian, terjalinlah tali persahabatan dengan biarawan tua setempat bernama Xu Cong Min. Kala itu Master berusia 25 tahun dan berhubung tidak ada guru yang memangkas rambutnya, maka Beliau memotongnya sendiri. Saat Vihara Lingji Taipei menyelenggarakan mimbar sila-sila ajaran Buddha di bulan Februari 1963, Master memohon Guru Dharma Yin Sun agar menerimanya sebagai murid, Guru Dharma berpesan kepada Master: "Sesudah menjadi Biksuni, anda harus senantiasa bertindak demi Buddha dan semua makhluk!", Master dianugrahi nama Buddhis [Cheng Yen] dengan nama kecilnya [Hui Zhang].



Setelah mendapat gemblengan kehidupan biksuni selama 32 hari dan kembali ke Hualian, Master menetap dalam sebuah rumah papan kecil yg berukuran kurang-lebih 4 meter persegi di belakang Vihara Puming dekat desa Jiamin, Beliau mulai menekuni dan mempelajari makna ajaran Sutra Lotus serta menghafal isi kitab tersebut setiap hari, beliau menyalin satu bagian dari isi Sutra Lotus itu setiap bulan, kemudian disebarkan kepada semua orang. Karena tidak menerima bantuan, maka penghidupan yang dihadapi cukup sulit, oleh karena itu, setiap kali bersembahyang, tiada sajian buah-buahan ataupun bunga, kendati demikian, beliau tetap saja bangun jam satu setiap pagi untuk mempelajarinya dan hasil yang didapatnya disebarkan waktu sembahyang bulanan.

Bulan Oktober 1963, Master pindah ke Vihara Cishan di Hualian memberikan ceramah Sutra Ksitigarbha selama sekitar 8 bulan, ternyata menarik banyak peminat, banyak murid seniornya yang berada di Griya Perenungan sekarang merupakan pengikut yang berjalin jodoh dengan Master di waktu itu. Kemudian, Master mengajak beberapa muridnya ini kembali mondok di Vihara Puming, sambil melatih diri di ruang belakang. Waktu itu sudah masuk musim gugur di tahun 1964, Master dan para muridnya menetapkan ketentuan pelatihan, antara lain :
1. Tidak mengadakan acara pembacaan doa untuk pihak luar;
2. Tidak mengadakan acara dharma untk pihak luar,
3. Tidak meminta sumbangan, semuanya diusahakan secara mandiri.

Sampai saat ini, biaya pengeluaran Griya Perenungan masih seperti semula yaitu dari hasil pendapatan kerajinan tangan para murid dan sama sekali tidak menyentuh atau mengunakan dana Tzu Chi satu senpun.

Tahun 1966, Guru Dharma Yin Sun atas undangan Universitas Kebudayaan Taipei untuk memberikan ceramah, waktu itu tempat ibadah Miao yunlan di desa Jiayi tidak ada colon pengurus yang tepat, maka Guru Dharma mengharapkan Master bisa mengajak para murid ke Jiayi untuk menetap di sana.

Namun, Master sudah bertahun-tahun menetap di Hualian sehingga membuat kedua orang lanjut usia dan 30 orang pengikutnya yang biasa mendampingi beliau melatih diri merasa berat berpisah dengannya, mereka mengajukan permohonan kepada Guru Dharma agar bisa tetap tinggal bersama Master. Beliau menghadapi dilema tetapi berkat adanya ikatan jodoh, akhirnya Beliau tetap tinggal di Hualian.

110
Tibetan / "FOTO BHIKSU TIBET MEMBAKAR DIRI SAMPAI HANGUS"
« on: 20 March 2012, 01:20:19 AM »
"HARGA MAHAL DEMI SEBUAH KEMERDEKAAN"



111
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: HidupLebihMulia.com
« on: 01 March 2012, 06:30:53 AM »
Xenocross (((Saya menggunakan kekuatan belas kasihan suci saya untuk menyediakan kepada anda daging ilusi untuk memuaskan seleramu.)))
mohon dijelaskan maksud dari kata ini apakah sang buddha membuat/menciptakan daging ilusi apakah yang dimaksud dari daging ilusi itu terima kasih!

112
Kesehatan / Orang Religius Lebih Sehat Dan Bahagia
« on: 28 February 2012, 08:44:01 AM »
"Orang Religius Lebih Sehat"



Ghiboo.com - Acap kali orang religius dianggap kolot. Namun, penelitian terbaru menunjukkan menjadi orang religius memiliki status kesehatan yang lebih baik.

Sebuah riset dilakukan oleh perusahaan Gallup terhadap 676 ribu orang Amerika. Para peneliti melakukan survei melalui wawancara telepon untuk menilai atau menggambarkan seberapa sehat masyarakat, yang dibagi berdasarkan beberapa kategori, seperti kualitas hidup, kesehatan emosional, kesehatan fisik, kebiasaan perilaku sehat, kepuasan kerja, akses ke dokter dan sumber daya kesehatan lainnya.

Setiap tanggapan dari partisipan akan diberikan skor dengan skala 0-100. Dalam wawancara tersebut, partisipan juga diminta untuk menyebutkan agama mereka (jika ada).

Survei yang dilakukan sejak awal Januari 2010 ini menunjukkan orang yang beragama memiliki nilai lebih tinggi dalam skor kesehatan dan kesejahteraan secara umum dibandingkan orang yang kurang atau tidak religius. Namun, orang yang kurang atau tidak religius memiliki skor tertinggi dalam kesehatan fisik.

Dalam penelitian, peneliti mencatat bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk usia, jenis kelamin dan ras/etnis, dimana orang tersebut hidup dalam sebuah negara, kelas, dan status pernikahan.

Peneliti beranggapan bahwa ibadah dalam sebuah agama membuat seseorang mengalami interaksi sosial dan persahabatan dengan orang lain. Sebuah agama juga bisa menjadi sarana 'meditasi' dan menyediakan mekanisme untuk mengatasi masalah hidup, seperti berdoa, sehingga bisa mengurangi stres, depresi, kekhawatiran serta meningkatkan kebahagiaan. Akibatnya, orang yang religius lebih dapat hidup lebih lama.

Penelitian ini turut mendukung bahwa unsur religius menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Riset lain yang dilakukan National Institutes of Health menemukan bahwa orang yang berdoa setiap hari terbukti memiliki risiko 40 persen lebih rendah terkena hipertensi dibandingkan dengan mereka yang jarang berdoa.



"Berdoa = Meditasi = Cara Sehat dan Bahagia"



Dan pertanyaan mudah itu lah yang membuat Richard Davidson memutuskan untuk membuat sebuah pusat penelitian Center for Investigating Healthy Minds, dimana belasan peneliti mempelajari apa yang bisa menimbulkan hal positif pada pikiran.

Hasil yang didapat menunjukkan kalau meditasi bisa memperbaiki empati, belas kasih, kebaikan dan perhatian. Bahkan temuan lebih lanjut dari tim tersebut adalah sebuah konsep bahwa otak orang dewasa bisa diubah lewat berbagai latihan. Penelitian memang banyak menunjukkan kalau meditasi berhubungan dengan perubahan metabolisme, tekanan darah, aktivitas otak, dan proses fungsi tubuh lainnya. Meditasi juga sering digunakan untuk mengatasi stres dan mengurangi rasa sakit.

Meditasi memang identik dengan praktek agama Buddha. Tapi setiap agama sebenarnya juga melakukan praktek meditasi pada pelaksanaan doa dan ibadahnya. Karena meditasi menuntut kita untuk berkonsentrasi mengosongkan pikiran dan mencapai ketenangan batin. Dan bukankah itu yang kita dapatkan dari berdoa dan beribadah, selain menunaikan kewajiban kita pada agama yang kita anut?

Bagaimana menurutmu? Jika memang semudah itu, nggak ada salahnya untuk dicoba, kan?

113
Diskusi Umum / Usaha Supremasi China Atas Dunia Buddhist
« on: 24 February 2012, 01:27:42 PM »
"Usaha Supremasi China Atas Dunia Buddhist"


Buddhistzone.com | Bodh Gaya, India – Agama sebagai geopolitik. Situs suci Buddhis Bodh Gaya di India dan Lumbini di Nepal merupakan dua lokasi ziarah agama yang sangat suci telah menjadi dua pusat Permainan Besar antara India dan China.

Bodh Gaya merupakan jantung dari dunia Buddhis yang tidak terbantahkan. Namun, kemuliaan Bodh Gaya sedang ditantang oleh Yayasan Pertukaran dan Kerja Sama Asia Pasifik (Asia Pacific Exchange and Co-operation Foundation -APCEF) dari Hong Kong, yang menyokong Lumbini sebagai tempat kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama.

Wakil ketua eksekutif yayasan tersebut, Xiao Wunan kelahiran Beijing, telah menjelaskan pengembangan Lumbini menjadi sebuah ‘Mekkah’ sebagai bagian dari rencana investasi China sebesar 3 milyar Dolar Amerika Serikat di Nepal.

Selama ratusan tahun para umat berdatangan ke Bodh Gaya, sebuah kota kecil sekitar 100 kilometer sebelah selatan Patna, ibukota Bihar – India bagian Timur Laut yang berbatasan dengan pegunungan Himalaya. Pada masa kehidupan Sang Buddha dikenal dengan nama Uruvela, tepat dimana Petapa Gautama mencapai pencerahan.

Di sinilah Pangeran Siddhartha Gautama dikatakan duduk di bawah sebuah pohon ara suci (Inggris: sacred fig – ed) dan masuk ke dalam meditasi yang mendalam menjadi Buddha, setelah sebelumnya selama enam tahun mengembara. Pohon ara suci, sebuah spesies dari pohon ara, kemudian dikenal sebagai pohon Bodhi (Bo – pencerahan). Kini pohon yang berada di situs tersebut dikatakan merupakan keturunan dari pohon Bodhi yang asli. Bagi beberapa umat, sebuah lempengan batu pasir merah yang menandai tempat meditasi pertama Sang Buddha dikatakan menjadi pusat dunia.

Berkembangnya pengaruh China merupakan sesuatu yang diakui dan ditakuti oleh New Delhi juga Moskow. Ketidaksenangan China sudah cukup untuk memaksa membatalkan rencana pidato Perdana Menteri India, Manmohan Singh di konferensi Kongregasi Buddhis Global di Delhi pada November 2011 (bersama dengan seluruh anggota Parlemen India), meskipun Delhi menggaris bawahi bahwa pembatalan acara tersebut sama sekali bukan merupakan apa yang Beijing benar-benar inginkan.

Lumbini, 171 km, di tenggara Kathmandu, merupakan sebuah komponen kunci dalam tujuan China untuk mengeluarkan Nepal dari kekuasaan India sebagai sebuah “negara satelit”. Investasi China tersebut didesain untuk mengubah kota yang kini tertidur tersebut menjadi sebuah tujuan wisata kelas satu termasuk sebuah bandar udara dan jalan bebas hambatan baru, hotel-hotel, sebuah pusat konvensi, sebuah universitas Buddhis, dan tempat ziarah bagi umat Buddha dari seluruh dunia.

Menurut Xinhua News Agency, pada bulan Juli 2011, Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nations Industrial Development Organization) dan Yayasan Pertukaran dan Kerja Sama Asia Pasifik menandatangi sebuah nota kesepahaman di Beijing untuk memulai pengembangan Lumbini.

Pemerintah Nepal yang merasa terganggu karena hal tersebut tidak dikonsultasikan, akhirnya mendesak Beijing untuk menyangkal laporan-laporan dalam media massa di Nepal atas sebuah fakta rahasia dengan unsur-unsur kelompok Maois (kaum komunis di Nepal) negara tersebut dan sebagai gantinya mengatakan bahwa mereka telah menandatangani nota kesepahaman dengan Khagda Bahadur (menteri pariwisata), juga dengan seorang pemimpin Maois, Pushpa Kamal, yang memiliki nama perang Prachanda (salah seorang wakil ketua APECF) bersama dengan Steven Clark Rockefeller Jr (anggota keluarga Rockefeller generasi kelima), Jack Rosen (ketua Kongres Yahudi Amerika), dan Leon Charney (taipan real estate dan mantan penasihat kepresidenan Amerika Serikat).

Wakil ketua eksekutif Xiao mengatakan secara terbuka bahwa ia berharap Lumbini akan mempertemukan semua tradisi Buddhis – Mahayana yang di praktikan di China, jepang, dan Korea Selatan dengan non-Mahayana yang dipraktikkan di Asia Tenggara, dan Buddhisme Tibet.

Tampaknya, bagaimana juga, menurut laporan media, salah seorang Buddhis yang menjadi tujuan Beijing yang tidak ada hubungannya dengan proyek Lumbini yang mungkin paling berpengaruh di dunia saat ini adalah Dalai Lama, pemimpin Tibet di pengasingan yang mengepalai Buddhisme tradisi Tibet (Vajrayana) aliran Gelug atau Topi Kuning. Nampaknya tak seorang pun yang berhubungan dengan proyek Lumbini tersebut telah menghubungi Dharmasala (Dharlamsala), kantor pimpinan Buddhis tersebut di India untuk mengundang beliau ikut berpartisipasi. China menganggap beliau sebagai seorang pelanggar hukum dan pemberontak yang memicu pemberontakan di Tibet.

Setelah puluhan tahun mengakui atheisme sebagai kebijakan resmi negara oleh Partai Komunis, yang sikap resminya menyatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, Presiden Hu Jintao menyatakan sebuah kebijakan “kehidupan sosial yang harmonis” pada tahun 2006. Sejak saat itu, pengaruh China dalam agama kian berkembang, dengan catatan bahwa Beijing secara efektif dapat memilih para pemimpin agama tersebut, seperti yang terjadi dengan cabang Gereja ka****k di China.

Dengan demikian, pengaruh Beijing dalam urusan-urusan Buddhis pada khususnya telah berkembang. Partai Komunis telah memilih sendiri Panchen Lama (jabatan tertinggi kedua di Buddhisme tradisi Tibet), setelah menyingkirkan anak kelahiran kembali dari tokoh agama Tibet tersebut, dan dengan sia-sia mencoba untuk mendidik Karmapa Lama dengan doktrin sosialis sampai akhirnya ia melakukan pelarian diri yang dramatis dari China dan bergabung bersama Dalai Lama di India.

Ini merupakan sebuah asas pasca Revolusi Kebudayaan, sebuah asas penyelamatan ‘muka’ untuk bersekutu dengan Beijing, maka anda akan menikmati kebebasan dan manfaat. Hal ini berhasil diterapkan pada sebagian besar organisasi Buddhis di China.

Tawar-menawar untuk mengooptasi keyakinan Buddhis dianggap sebagai bagian dari penguasaan terhadap wilayah Himalaya yang dianggap penting bagi Beijing jika China terus mengambil keuntungan dari pengaruhnya atas Organisasi Kerjasama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization – SCO), sebuah organisasi keamanan bersama yang didirikan tahun 2001 oleh China, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan. Meskipun secara nominal Rusia merupakan anggota yang setara, Moskow khawatir kehilangan daya tarik ekonomi sekali waktu dan soft power-nya[1].

Hal ini terjadi secara khusus dengan berdirinya Institusi Konfusius di banyak negara Asia Tengah kecuali Tajikistan, dan melatih para kaum muda yang cerdas dan menjanjikan di negara-negara tersebut berbahasa Mandarin. Dalam kilas balik pada masa dominasi Dinasti Han dan Tang terhadap Jalur Sutra dan imperialis Qing, pengaruh pembangkit listrik tenaga air dari manufaktur China di negara-negara pasca bubarnya Soviet mendorong Rusia untuk menarik perhatian kembali terhadap kekuatan blok-blok Asia Tengah dan Eropa Timur.

Bersama negara-negara Asia Tengah, China menikmati keuntungan dari menyanggah zona miskin Xinjiang yang sepertinya akan bergejolak secara politik pada masa yang akan datang karena pencampuran antara Buddhis Tibet dan Muslim Uighur (pasukan elit anti-pemberontakan China, Snow Leopard, saat ini digelar di daerah tersebut).

Buddhisme juga membentuk bagian depan kedua dari diplomasi keagamaan antara China dan sebuah blok kekuasaan yang berbeda, yaitu blok Pasifik-Atlantik (negara adidaya Amerika Serikat). Sejak pendudukan China terhadap Tibet, Dalai Lama telah menjadi promoter bagi nilai-nilai “universal” – sebuah kata yang diterjemahkan oleh penguasa Beijing sebagai “Dunia Barat” atau “Amerika”.

Hal ini telah mengasilkan sebuah skenario buruk bagi umat Buddha di China juga masyarakat China yang mempraktikkan Buddhisme Tibet, yaitu: harus memilih antara mengecam seorang pemimpin keagamaan Tibet yang sangat sah atau jatuh pada perangkap media yang menyebut Tibet sebagai sebuah Shangri-la[2] yang tercerahkan dengan para bodhisattva-nya sebelum pendudukan Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army – PLA).

Pilihan ini berkembang menjadi lebih menyakitkan dengan adanya warga Tibet yang membakar dirinya sendiri. Setelah mengangkat Panchen Lama-nya sendiri, sekarang seluruh kelahiran kembali para pemimpin Buddhis Tibet harus disetujui oleh pemerintah China, yang menambah kekhawatiran bahwa ini berarti Dalai Lama yang akan datang harus dipilih oleh Beijing.

Dari sisi pihak Tibet, kisah ini tentu saja jauh lebih kompleks dan bersifat pribadi, dan Dalai Lama jauh lebih berpikir jangka panjang daripada kemauan Beijing terhadap diri beliau.

Dilihat dari sudut ini, paranoia China terhadap Tibet bukan merupakan pilihan yang dipikirkan dengan tidak baik tetapi sebuah keengganan dan keraguan yang dibuat oleh pihaknya meskipun tahu hal tersebut membuat mereka terlihat tidak dewasa dan tidak mencerminkan kebenaran. Hal ini cukup sesuai dengan gambaran yang lebih besar yang dapat kita lihat di abad ini.

Permainan catur yang aneh ini telah membawa sebuah pengamatan ironis dari saya pada konferensi Kongregasi Buddhis Global di Delhi yang berusaha dihentikan oleh China, dimana banyak Buddhis dari Taiwan juga ada dari Malaysia, Siangapura, dll., hampir semua dari mereka adalah Buddhis etnis Tionghoa, namun hampir tidak ada satu pun Buddhis dari China daratan. Saya adalah salah satu dari sedikit Buddhis dari Hong Kong.

Institusi vihara – sangha – berada di atas nasib yang selalu berfluktuasi dari dunia politik sekuler. Mengawasi makhluk hidup selama 2600 tahun adalah apa yang akan Sangha lakukan untuk selamanya. Sementara itu, bagaimana pun juga, orang-orang tak bersalah telah mati sebagai korban dalam Permainan Besar negara-negara adidaya. Umat Buddha berjuang sebesar umat lainnya untuk menemukan solusi, menjadi bidak-bidak diplomatik yang bisa menyekakmat sang raja atau setidaknya memerangkap sang ratu.

[1]soft power: kekuatan lunak – kemampuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan melalui daya tarik daripada melalui paksaan – Joseph S. Nye.

[2]Shangri-la: dalam istilah modern mengacu pada Shambhala, sebuah kerajaan mistis dalam tradisi Tibet.

Sumber : Bhagavant (Ed : Buddhistzone.com)

114
Diskusi Umum / Bhiksu Asing Gadungan Dibekuk Imigrasi
« on: 24 February 2012, 01:18:50 PM »
"Bhiksu Asing Gadungan Dibekuk Imigrasi"


Buddhistzone.com | Jakarta, Indonesia – Tiga orang bhiksu asing gadungan dibekuk oleh petugas imigrasi Jakarta Barat. Dengan menyamar menjadi bhiksu, tiga orang warga negara asal China menyalahgunakan visa kunjungan ke Indonesia dan melakukan kegiatan mengemis di jalan-jalan dan di seputar kompleks perumahan di Jakarta Barat.

Seperti yang dilaporkan oleh Republika, ketiganya ditangkap oleh petugas imigrasi Jakarta Barat pada Rabu (22/2).

Bermula dengan ditangkapnya Wang Xian Xiang oleh petugas imigrasi pada Rabu siang, saat pria asing berusia 40 tahun tersebut sedang mengemis di seputar kompleks Taman Palem, Jakarta Barat. Dengan mengenakan jubah bhiksu, Wang Xian melakukan kegiatan meminta-minta di kompleks perumahan.

Berdasarkan paspor yang dibawa oleh Wan Xian, petugas imigrasi menelusuri kediaman sementara pria tersebut yang berlokasi di daerah Mangga Besar. Di sebuah rumah kos tempat tinggal sementara Wan Xian, petugas menemukan dua orang pria asal China lainnya, yaitu Bai De Huai yang berusia 42 tahun dan Wang Bu Shi yang berusia 40 tahun. Saat para petugas melakukan penggeledahan, mereka juga menemukan jubah bhiksu.

Meskipun pada dasarnya keberadaan bhiksu asing gadungan bukanlah hal yang sama sekali baru terjadi, nampaknya pihak imigrasi khususnya Imigrasi Jakarta Barat baru menyadari hal ini.

Diwakili oleh Kepala Seksi Penindakan Keimigrasian Jakarta Barat, Muhammad Reza Al-Kahf, pihak imigrasi baru menyadari modus warga negara asing yang menyalahgunakan visa kunjungan dengan menyamar menjadi bhiksu untuk mencari nafkah, dan menganggapnya sebagai modus baru.

Bagi kalangan umat Buddha Indonesia, keberadaan bhiksu-bhiksu atau bhikkhu-bhikkhu asing gadungan bukanlah hal yang baru. Para bhiksu/bhikkhu gadungan tersebut diperkirakan beroperasi di kawasan-kawasan pecinan di Jakarta maupun di daerah lain seperti di Pontianak, Kalimantan Barat, yang mereka anggap sebagai kantung-kantung umat Buddha.

Selain mengemis, tidak jarang pula ada yang menjajakan pernak-pernik Buddhis yang mereka klaim sebagai jimat keberuntungan, beberapa ada yang menjajakannya dengan sedikit memaksa. Di antara mereka mempergunakan bahasa asal mereka untuk menjajakan barang dagangannya.

Fenomena bhiksu/bhikkhu gadungan ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara lain seperti di Malaysia dan Singapura. Bahkan, di negara yang mayoritas masyarakatnya adalah umat Buddha seperti Thailand, di mana jumlah bhiksu/bhikkhu-nya melimpah, juga tidak luput dari fenomena bhiksu/bhikkhu gadungan ini.

Keberadaan para bhiksu/bhikkhu gadungan tersebut jelas merugikan masyarakat khususnya umat Buddha, dan terutama mencoreng komunitas para bhiksu/bhikkhu. Bagi mereka, khususnya non-Buddhis yang tidak mengetahui dan tidak bisa membedakan antara para bhiksu/bhikkhu gadungan ini dengan yang sebenarnya, tentu akan mencibir atau setidaknya mengernyitkan mata mereka terhadap pemuka agama Buddha.

Sebagai salah satu usaha untuk meredam fenomena bhiksu/bhikkhu gadungan ini, sekelompok Buddhis di Malaysia, tahun lalu mendirikan sebuah korps yang mereka sebut dengan Sentra Penjaga Kesucian Sangha (The Sangha Sanctity Protection Centre– SSPC ) yang bertugas sebagai “Polisi Sangha” untuk menghentikan operasi para bhiksu/bhikkhu gadungan yang diperkirakan memiliki jaringan atau sindikat.

115
Hobi dan Kegiatan Ektrakulikuler / Re: Seputar cesar millan
« on: 24 February 2012, 09:29:06 AM »
Dia seorang Buddhist sewaktu acara "DOG WHISPERER" sewaktu tamunya datang kerumahnya untuk melihat anjing peliharaannya yang sedang direhabilitasi dirumah dia tanpa sengaja kamera tersebut menyorot altar Buddha dirumahnya rupang Buddhanya terbuat dari batu.

116
Diskusi Umum / ABORSI MENDATANGKAN MALAPETAKA
« on: 20 February 2012, 08:03:31 PM »
KISAH NYATA
PEKERJA ABORSI DAN AKIBATNYA

oleh : Bhante Wongsin Labhiko

Ayat Dhammapada syair ke-17 berbunyi :

"Di dunia ini Ia menderita, Di dunia sana Ia menderita. Perilaku kejahatan menderita di kedua dunia itu, Ia meratap ketika berpikir, "Aku telah berbuat jahat", dan Ia akan lebih menderita lagi ketika berada di alam sengsara."

Ada sebuah kisah nyata, yang terjadi sekitar 46 tahun yang lalu (sebelum Bhante Wongsin menjadi Bhikkhu). Di Thailand terdapat sebuah vihara yang jauh dari orang desa maupun kota. Di lingkungan Vihara, ada pohon bodhi yang sangat besar, umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun.

Pada hari itu Bhante Wongsin dan gurunya (Luangpi Jagaro) yang pada waktu itu menjadi kepala vihara di sana menunjukkan kepada Bhante Wongsin seorang wanita yang sedang menari-nari sambil bertepuk tangan dan berteriak,"Selamat jalan anakku, selamat jalan anakku, kita tidak lama akan bertemu lagi."

Terus berulang-ulang ia ucapkan. Ya... wanita tersebut memang terganggu jiwanya. Wanita tersebut bernama Duen yang artinya bulan. Bhante Wongsin bertanya pada gurunya, "Apa yang menyebabkan wanita itu menjadi gila?" Lalu Luangpu Jagaro mulai menceritakan kehidupan wanita itu.

Sekitar 45 tahun yang lalu, kehidupan wanita itu amatlah jaya. Itu disebabkan karena ia berhasil dalam pekerjaannya, tapi sayangnya pekerjaan itu amatlah bertentangan dengan Dhamma & Vinaya. Pekerjaannya sebagai penggugur kandungan atau aborsi.

Sebelumnya wanita itu sering dinasehati oleh para Bhikkhu bahwa pekerjaan itu tidak baik, disarankan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, yaitu pekerjaan yang tidak melanggar sila. Karena bila hal itu terus dilakukan akan mengakibatkan penderitaan di masa yang akan datang.

Tapi wanita itu menjawab,"Bhante, saya ingin mencari uang yang cukup banyak, setelah cukup maka saya akan berhenti, saya sanggup menanggung semua resiko bahkan yang terburuk sekali pun."

Dari pekerjaannya menggugurkan kandungan, ia mendapat banyak uang. Penghasilannya bisa mencapai 500 sampai 100 baht per harinya, maka tidak heran ia bisa membangun rumah yang sangat besar dan mewah. Kemudian ia menikah dengan seorang laki-laki pilihannya.

Namun, dua bulan kemudian rumahnya yang megah itu habis terbakar, ia menjadi miskin dan kehidupannya kembali seperti dulu, menjalankan pekerjaannnya sebagai penggugur kandungan. Tetapi pasiennya tidaklah sebanyak dulu. Kian hari pasiennya kian sedikit. Satu tahun kemudian wanita tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki yang gemuk, manis dan sangat lucu. Kehadirannya membawa kebahagiaan bagi sepasang suami istri itu.

Kini mereka sekeluarga tinggal di sebuah gubuk yang sangat sederhana. Karena kesederhanaannya itu, banyak anjing yang dapat keluar masuk dengan mudah ke gubuk tersebut, lalu memakan beras milik si wanita. Beras yang dengan susah paya ia dapat kian hari kain berkurang, sehingga membuatnya jengkel.

Suami istri itu kemudian menyiapkan rencana untuk membalas dendam kepada anjing-anjing itu bila mereka datang kembali.

Menjelang larut malam saat suami istri itu tertidur, terdengar suara mencurigakan. Si istri terbangun kemudia membangunkan suaminya untuk menjalankan rencana buruk mereka. Mereka siap mengayunkan pedang yang sudah di asah, secepat kilat sang suami mengayunkan pedang ke arah suara yang mencurigakan dan ..... kreekkk!! Sekali penggal, tidak terdengar lagi suara apapun, setelah itu dengan geram dipotong-potongnya tubuh itu menjadi 12 bagian. Lalu setelah selesai, suami istri itu bergegas menyalakan pelita.

Namin betapa terkejutnya pasangan suami istri itu, setelah mengetahui apa yang telah mereka lakukan. Makhluk yang telah dibunuhnya ternyata bayinya sendiri yang dikira seekor anjing yang sering mencuri beras. Bayi yang sangat disayanginya telah penuh dengan lumuran darah dan sudah tidak berbentuk, yang terlihat cuma potongan-potongan daging akibat sabetan pedang. Suami istri itu tidak percaya akan apa yang dilihatnya, semuanya sudah terlanjur, ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya sambil berteriak-teriak hingga akhirnya ia pingsan.

Keesokan harinya setelah mayat bayi mereka dikremasi, suaminya ditangkap dan ditahan karena dituduh telah membunuh secara keji dan terencana. Sedangkan Duen, sang istri kehilangan kesadarannya akibat penyesalan dan kesedihan yang teramat sangat.

Mungkin inilah akibat dari perbuatan yang telah ia lakukan karena menekuni pekerjaan yang salah yaitu membantu orang lain menghilangkan nyawa makhluk lain.

Walaupun makhluk tersebut mungkin masih berupa gumpalan darah atau belum berwujud manusia, namun di dalamnya telah terdapat unsur kehidupan, sehingga jika unsur itu dihilangkan, maka ia telah melakukan pembunuhan.

Dan hal ini telah ia lakukan secara berulang-ulang tanpa merasa takut ataupun menyesal sehingga bila saatnya tiba maka sesal pun akan datang, namun sayang penyesalan selalu datang terlambat.

Oleh sebab itu maka kita seharusnya senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan senantiasa mengingat akan ajaran Sang Buddha karena perbuatan buruk yang ditanam akan menghasilkan akibat yang buruk pula jika dilaksanakan. Ini adalah hukum yang abadi dan akan berlalu sampai kapan pun juga.

Dikutip dari Majalah Vipassana tahun ke-9/Mei 2001

{Sahabat Sedharma yang berbahagia janganlah kita melakukan hubungan yang tidak aman apabila anda tidak berniat memiliki keturunan jangan karena kesalahan kita mengakibatkan nyawa seorang bayi hilang begitu saja sebaiknya hindarilah hubungan di luar nikah apabila anda sudah menikah gunakanlah pengaman seaman-aman mungkin}



117
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 21 January 2012, 07:33:19 PM »
GandalfTheElder Bolehkah saya tau dari sutra mana yang menjelaskan 33 alam versi mahayana tolong dibantu ya karena saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang 33 alam versi mahayana kalau tidak ada sutranya saya agak kurang yakin soalnya terima kasih sebelumnya!

118
Sekolah Buddhis dan Sekolah Minggu / Re: Non-Buddhis mau tanya2
« on: 21 January 2012, 01:41:08 PM »
Biasanya divihara-vihara tertentu seperti vihara buddha sasana didaerah kelapa gading yang anda datangi suka mengadakan acara dharma talk dan vihara dhammacakka sunter suka mengadakan dhamma class dan abhidhamma class anda bisa mengikutinya ini sama seperti katekumen karena acara tersebut diadakan bertahap setiap minggu nya coba saja anda datangi vihara dhammacakka sunter untuk bertanya-tanya kapan ada jadwal dhamma class atau abhidhamma class!

119
Kafe Jongkok / Re: Ancaman Yang Sangat Menakutkan Kaum Karesten
« on: 19 January 2012, 06:56:58 PM »
om ada 3 aliran besar om dan di akui, mahayana, theravada , dan tantrayana  ^-^


sebenarnya ajaran buddha hanya terdiri dari 2 aliran besar yaitu tradisi utara mahayana dan tradisi selatan theravada sedangkan tantrayana adalah bagian dari mahayana itu sendiri cuma karena terlihat berbeda makanya seakan-akan berdiri sendiri, tantra vajrayana yang suka disebut mahayana tibetan menurut world buddhist sangha council dimasukan sebagai sub bagian dari tradisi mahayana!

120
Kafe Jongkok / Re: Foto ini dimana ya ?
« on: 19 January 2012, 06:44:59 PM »
kalau dilihat dari rupangnya itu gaya myanmar karena rupang gaya myanmar yang menggunakan seperti mahkota didepan rambutnya sedangkan kalau gaya thailand menggunakan topi lancip atau diatas rambut sang buddha ada lancipan memang itu ciri khas thailand sedangkan ciri khas chiness buddhanya agak gemuk melambangkan kemakmuran

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 21
anything