//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - dhammadinna

Pages: 1 ... 5 6 7 8 9 10 11 [12] 13 14 15 16 17 18 19 ... 176
166
Pengalaman Pribadi / Re: Perjalanan menjadi seorang Buddhist
« on: 12 May 2014, 05:30:30 PM »
setelah membaca sutta sakkapanha saya sih memahami,tp bukan bgt sih caranya mereka.

cara?

Kutipan tsb secara bebas sih begini ya:

Ada banyak paham/pandangan/agama yang berbeda-beda.
Makhluk-makhluk melekati salah satunya, menyukainya, dan menganggapnya sebagai kebenaran (dan paham yang lain adalah salah).

kita juga kan ya...  hehe..

167
Pojok Seni / Re: Lagu Mandarin / Indonesia utk wedding
« on: 12 May 2014, 04:20:34 PM »
Janji Suci - Yovie & Nuno

Aku Bahagia - Nina (Warna)

By My Side - Maudy Ayunda --> campuran Inggris dan Indonesia

Cinta Pertama dan Terakhir - Sherina

168
Pengalaman Pribadi / Re: Perjalanan menjadi seorang Buddhist
« on: 10 May 2014, 10:01:29 AM »
 [at] ardb:

Waktu sodara saya mau persiapan lamaran, itu kan masih pakai tradisi gitu, misalnya buah buahan jumlahnya serba 12, atau bisa juga 18, dst. Selain itu juga siapkan permen, misoa, kaki babi, dst.

Lalu ada yang bilang: "kami sih sudah masuk kr!sten, tidak melakukan hal hal seperti itu lagi."

Hmm.. memprihatinkan. Dia kira itu ajaran agama Buddha.

Kadang saya mikir, apa akses ke ajaran Buddha begitu sulitnya? Apa mereka yang kurang usaha? kok mereka tidak tau apa-apa, dan merasa begitu yakinnya?

Atau memang mereka tidak cocok dengan buddhism? Karena sebagian orang yang saya liat, sudah ketemu ajaran Buddha pun, masih tidak nyambung. Saya jadi ingat kutipan yang tidak saya spoiler berikut ini. Kalau mau baca lebih lengkapnya, bisa buka spoiler atau meluncur ke link sutta-nya:

Spoiler: ShowHide
1.13. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: ‘Sakka telah menjalani kehidupan murni sejak waktu yang lama. Pertanyaan apa pun yang ia tanyakan pasti langsung pada intinya dan bukan basa-basi, dan ia akan cepat memahami jawaban-Ku.’ Maka Sang Bhagavā menjawab Sakka dalam syair ini:

‘Tanyakanlah, Sakka, semua yang engkau inginkan! Dan pada setiap pertanyaanmu, Aku akan menenangkan pikiranmu.’
[Akhir dari bagian pembacaan pertama] [276]

2.1. Setelah diundang demikian, Sakka, raja para dewa, mengajukan pertanyaan pertama kepada Sang Bhagavā: ‘Dengan belenggu apakah, Yang Mulia,[23] makhluk-makhluk terikat – dewa, manusia, asura, nāga, gandhabba, dan jenis apa pun yang ada – yang mana, walaupun mereka ingin hidup tanpa kebencian, menyakiti satu sama lain, bermusuhan, dan memfitnah, dan dalam kedamaian, tetapi mereka masih tetap hidup dalam kebencian, menyakiti satu sama lain, bermusuhan dan memfitnah?’ Ini adalah pertanyaan pertama Sakka kepada Sang Bhagavā, dan Sang Bhagavā menjawab: ‘Raja para Dewa, adalah belenggu kecemburuan dan ketamakan[24] yang membelenggu makhluk-makhluk sehingga, walaupun mereka ingin hidup tanpa kebencian ... tetapi mereka masih tetap hidup dalam kebencian, menyakiti satu sama lain, bermusuhan dan memfitnah.’ Ini adalah jawaban Sang Bhagavā, dan Sakka gembira, berseru: ‘Jadi, demikian, Bhagavā. Jadi, demikian, Yang Sempurna menempuh Sang Jalan! Melalui jawaban Bhagavā, aku telah mengatasi keraguanku dan melenyapkan keraguanku!’

2.2. Kemudian Sakka, setelah [277] mengungkapkan penghargaannya, menanyakan pertanyaan selanjutnya: ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang memunculkan kecemburuan dan ketamakan, apakah asal-mulanya, bagaimanakah hal itu muncul? Karena adanya apakah, hal-hal tersebut muncul, karena tidak adanya apakah, hal-hal tersebut tidak muncul?’ ‘Kecemburuan dan ketamakan, Raja para Dewa, muncul dari rasa suka dan tidak suka,[25] ini adalah asal-mula, inilah bagaimana hal-hal tersebut muncul, ketika suka dan tidak suka ini muncul, maka muncullah kecemburuan dan ketamakan, ketika suka dan tidak suka tidak ada, maka kecemburuan dan ketamakan tidak muncul.’ ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang menimbulkan suka dan tidak suka? ... karena adanya apakah, hal-hal tersebut muncul, karena tidak adanya apakah, hal-hal tersebut tidak muncul?’ ‘Hal-hal tersebut muncul, Raja para Dewa, dari keinginan[26] ... karena ada keinginan, maka hal-hal tersebut muncul, karena tidak adanya keinginan, maka hal-hal tersebut tidak muncul.’ ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang menimbulkan keinginan? ....’ ‘Keinginan, Raja para Dewa, muncul dari pemikiran[27] ... ketika pikiran memikirkan sesuatu, maka keinginan muncul; ketika pikiran tidak memikirkan apa-apa, maka keinginan tidak muncul.’ ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang menimbulkan pemikiran? ....’ ‘Pemikiran, Raja para Dewa, muncul dari kecenderungan untuk mendapatkan lebih banyak[28] ... ketika kecenderungan ini ada, maka pemikiran muncul, ketika kecenderungan ini tidak ada, maka pemikiran tidak muncul.’

2.3. ‘Jadi, Yang Mulia, praktik apakah yang telah dijalankan oleh bhikkhu itu,[29] yang telah mencapai jalan benar yang diperlukan yang menuju kepada lenyapnya kecenderungan untuk mendapatkan lebih banyak?’ [278]

‘Raja para Dewa, Aku menyatakan ada dua jenis kebahagiaan:[30] jenis yang harus dikejar, dan jenis yang harus dihindari. Hal yang sama berlaku bagi ketidakbahagiaan[31] dan keseimbangan.[32] Mengapakah Aku menyatakan hal ini sehubungan dengan kebahagiaan? Beginilah Aku memahami kebahagiaan: Ketika Aku mengamati bahwa dalam mengejar kebahagiaan demikian, faktor-faktor tidak baik meningkat dan faktor-faktor yang baik berkurang, maka kebahagiaan demikian harus dihindari. Dan ketika Aku mengamati bahwa dalam mengejar kebahagiaan demikian, faktor-faktor tidak baik berkurang dan faktor-faktor yang baik meningkat, maka kebahagiaan demikian harus dikejar. Sekarang, kebahagiaan demikian yang disertai awal-pikiran dan kelangsungan-pikiran,[33] dan yang tidak disertai awal-pikiran dan kelangsungan-pikiran, yang ke dua adalah lebih luhur. Hal yang sama berlaku bagi ketidakbahagiaan dan [279] keseimbangan. Dan ini, Raja para Dewa, adalah praktik yang dijalankan oleh bhikkhu itu yang telah mencapai jalan benar ... menuju kepada lenyapnya kecenderungan untuk mendapatkan lebih banyak.’ Dan Sakka mengungkapkan kegembiraannya atas jawaban Sang Bhagavā.

2.4. Kemudian Sakka, setelah mengungkapkan penghargaannya, menanyakan pertanyaan selanjutnya: ‘Yang Mulia, praktik apakah yang telah dijalankan oleh bhikkhu itu, yang telah mencapai pengendalian yang diharuskan oleh peraturan?’[34]

‘Raja para Dewa, Aku menyatakan ada dua jenis perbuatan jasmani: jenis yang harus dikejar, dan jenis yang harus dihindari. Hal yang sama berlaku bagi ucapan dan dalam mengejar tujuan. [280] Mengapakah Aku menyatakan hal ini sehubungan dengan perbuatan jasmani? Beginilah Aku memahami perbuatan jasmani: Ketika Aku mengamati bahwa dengan melakukan suatu perbuatan tertentu, faktor-faktor tidak baik meningkat dan faktor-faktor yang baik berkurang, maka perbuatan jasmani demikian harus dihindari. Dan ketika Aku mengamati bahwa dengan melakukan suatu perbuatan tertentu, faktor-faktor tidak baik berkurang dan faktor-faktor yang baik meningkat, maka perbuatan jasmani demikian harus diikuti. Itulah sebabnya, Aku membuat perbedaan ini. Hal yang sama berlaku untuk ucapan dan dalam mengejar tujuan. [281] Dan ini, Raja para Dewa, adalah praktik yang telah dijalankan oleh bhikkhu itu, yang telah mencapai pengendalian yang diharuskan oleh peraturan.’ Dan Sakka mengungkapkan kegembiraannya atas jawaban Sang Bhagavā.

2.5. Kemudian Sakka mengajukan pertanyaan selanjutnya: ‘Yang Mulia, praktik apakah yang telah dijalankan oleh bhikkhu itu, yang telah mencapai pengendalian atas indria-indrianya?’

‘Raja para Dewa, Aku menyatakan hal-hal yang terlihat oleh mata ada dua jenis: jenis yang harus dikejar, dan jenis yang harus dihindari. Hal yang sama berlaku untuk hal-hal yang dikenali oleh telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran.’ Sampai di sini, Sakka berkata: ‘Bhagavā, aku mengerti makna selengkapnya dari apa yang Bhagavā sampaikan secara singkat. Bhagavā, objek apa pun yang dilihat oleh mata, jika pengejaran ini mengarah pada meningkatnya faktor-faktor tidak baik dan berkurangnya faktor-faktor baik, maka ini sebaiknya tidak dikejar; jika pengejaran ini mengarah pada berkurangnya faktor-faktor tidak baik dan meningkatnya faktor-faktor baik, maka objek ini [282] sebaiknya dikejar. Hal yang sama berlaku untuk hal-hal yang dikenali oleh telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran. Demikianlah aku mengerti makna selengkapnya dari apa yang Bhagavā sampaikan secara singkat, dan dengan demikian melalui jawaban Bhagavā, aku telah mengatasi keragu-raguanku dan menyingkirkan keraguanku.’


2.6. Kemudian Sakka mengajukan pertanyaan selanjutnya: ‘Yang Mulia, apakah semua petapa dan Brāhmaṇa mengajarkan ajaran yang sama, mempraktikkan disiplin yang sama? Menginginkan hal yang sama[35] dan mengejar tujuan yang sama?’ ‘Tidak, Raja para Dewa.’ ‘Tetapi, mengapakah, Yang Mulia, mereka tidak melakukan hal yang sama?’ ‘Dunia ini, Raja para Dewa, terdiri dari banyak unsur. Karena itu, makhluk-makhluk melekat pada satu atau lainnya dari berbagai unsur ini, dan apa pun yang mereka lekati, mereka menjadi sangat menyukainya, dan menyatakan: ‘Ini adalah kebenaran, semua yang lain adalah salah!’ Oleh karena itu, tidak semuanya mereka mengajarkan ajaran yang sama, mempraktikkan disiplin yang sama, menginginkan hal yang sama, dan mengejar tujuan yang sama.’

sumber:

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_21:_Sakkapanha_Sutta

______________________

intinya, saat saya berpikir bahwa toh makhluk terdiri dari unsur yang berbeda-beda, yang melekat pada unsur tertentu, saya jadi maklum (saya pun begitu). Masing-masing menjalani apa yang cocok baginya.

Tapi karena tidak tau hal ini, orang memaksakan orang lain untuk melekat di unsur yang ia lekati.

169
Humor / Re: Joke campuran
« on: 08 May 2014, 08:16:28 PM »

170
dhammadinna:
kalau boleh suggest topik...

* Nibbana >< Nihilism / Eternalism
* Kamma - Vipaka >< Balas dendam / Hukuman / Bayar Hutang

bro menyan, pertanyaannya bisa diperpanjang?  ;D

kalau yang sering keliru sih biasanya antara kamma >< vipaka ya.. Ada yang lain lagi?

atau pandangan tentang kamma itu sendiri? yaitu kamma menurut sutta versus sumber lain (non-sutta)? tapi lumayan luas cakupannya... (saya sendiri tidak terlalu menguasai, cuma tau garis besarnya saja).

171
Humor / Re: Joke campuran
« on: 04 May 2014, 10:38:31 AM »
Mr X: Kemaren jumat saya lihat kamu ke masjid sekarang minggu pagi kamu ke gereja, agamamu sebenarnya apa sih? Jangan mbingungi orang...

Mr Y: Saya ini jualan bakso, Mas..

172
Jurnal Pribadi / Re: note
« on: 30 April 2014, 01:10:01 PM »
^ ^ ^

 [at] shasika: makasih...  :)
______________________

Sebetulnya bingung juga "manusia" seperti ini bagusnya diapain. Dan karena dia tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri (baca: tidak bisa mengendalikan anu-nya), maka sebaiknya dikurung selama mungkin untuk mencegah jatuhnya korban selanjutnya.

Ini ada satu petisi lagi. Intinya sih membuat daftar pelaku kejahatan di bidang ini. Jadi kelak kalo "manusia" ini lepas, kita masih bisa mengenalinya.

http://www.change.org/id/petisi/buat-daftar-nasional-predator-seksual

Dipertimbangkan saja, kalo menurut kalian perlu, silakan sign....

173
dhammadinna:
kalau boleh suggest topik...

* Nibbana >< Nihilism / Eternalism

saya bahas yang dibold dulu, berdasarkan yang saya pahami yaa. Kalau salah atau kurang, silakan diperbaiki...

Eternalisme = suatu pandangan bahwa ada diri yang kekal, berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya.

Referensi Eternalisme (Digha Nikaya Pandangan salah ke-1 sampai ke-4):
Brahmajala Sutta
__________________

Nihilisme = suatu pandangan bahwa diri ini musnah ketika mati.

Referensi Nihilisme (Digha Nikaya Pandangan salah ke-51 sampai ke-57):
Brahmajala Sutta
__________________

Sedangkan di dalam Dhamma, kedua pandangan tesebut adalah pandangan salah. Tidak ada diri yang tetap. Yang ada adalah perpaduan hal-hal terkondisi, yang terus berlanjut dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya selama sebab-sebabnya masih ada.

Quote
Dengan kebodohan sebagai kondisi, bentukan-bentukan kehendak [muncul]; dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi, kesadaran [muncul]; dengan kesadaran sebagai kondisi, nama-dan-bentuk [muncul]; dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi, enam landasan indria [muncul]; dengan enam landasan indria sebagai kondisi, kontak [muncul]; dengan kontak sebagai kondisi, perasaan [muncul]; dengan perasaan sebagai kondisi, keinginan [muncul]; dengan keinginan sebagai kondisi, kemelekatan [muncul]; dengan kemelekatan sebagai kondisi, penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, kelahiran [muncul]; dengan kelahiran sebagai kondisi, penuaan dan kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan muncul.

Samyutta Nikaya 12:15 (Buku 2, Nidana Vagga)

174
Jurnal Pribadi / Re: note
« on: 29 April 2014, 05:16:55 PM »
^ ^

pm alamat email dan kode posnya, nanti saya bantu sign

*bagi yang mengalami kasus serupa, PM saya saja

175
Jurnal Pribadi / [Cuplikan Metro TV] Pendidikan Seks Usia Dini
« on: 28 April 2014, 03:14:44 PM »
Simak penjelasan Kak Seto, baguss..


176
Jurnal Pribadi / [animasi] my body belongs to me
« on: 28 April 2014, 02:40:00 PM »
&feature=share


177
Jurnal Pribadi / Re: note
« on: 28 April 2014, 02:20:30 PM »
^ ^ ^

 [at] Forte: coba lagi ya, seharusnya ga ada masalah. Tapi kalau tetap ga bisa, ya udah rapopo

178
Buddhisme untuk Pemula / Re: Jalan mana yang benar ?
« on: 25 April 2014, 10:50:51 AM »
Kemungkinan di aliran medhoyana, ada bergitar benar juga dong.. hehe..

Kalau yang saya tangkap (walaupun belum terang), sila samadhi panna lebih luas karena penjelasan definitif JMB8 tidak mencakup keluasan sila samadhi panna. Cmiiw.

179
Buddhisme untuk Pemula / Re: Jalan mana yang benar ?
« on: 24 April 2014, 11:25:22 PM »
Berarti sila-samadhi-panna lebih luas dari JMB8?

Apa ya, yang bukan merupakan JMB8 tapi merupakan kategori sila-samadhi-panna?

180
Jurnal Pribadi / Re: note
« on: 24 April 2014, 12:21:01 PM »
Mas tidar, makasih..

Forte: hmm.. hari sabtu saya cek deh..  :-?

Pages: 1 ... 5 6 7 8 9 10 11 [12] 13 14 15 16 17 18 19 ... 176
anything