Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Pengalaman Pribadi => Jurnal Pribadi => Topic started by: Satria on 21 June 2011, 04:09:21 PM

Title: Jurnal Satria
Post by: Satria on 21 June 2011, 04:09:21 PM
Umat kr****n meyakini bahwa Yesus dapat bertemu dan berbicara secara langsung pada umatnya. Kejadian mistic tersebut umumnya menjadi sebab seseorang pemeluk agama non  kr****n memutuskan untuk memeluk agama kr****n. Bahkan hal-hal seperti itu di alami oleh para tokoh-tokoh dan pemuka agama-agama lain. Bagi mereka, pengalaman berjumpa dengan Yesus merupakan pengalaman yang luar biasa, pencerahan dan kebahagiaan yang tiada bandingannya.


Quote from: Gi bor Neshamah
Sudah sering kita mendengar ada beberapa kisah perjalanan iman dari agama "A" ke agama kr****n, dan yg mengejutkan, tidak sedikit dr kisah2 tsb yang bermimpi bertemu yesus atau bahkan makan bareng (roti).. dan tidak jarang seorang Muslim yg sering ikut diskusi Islam-kr****n pernah bermimpi bertemu yesus bahkan ada kesaksian dari teman myQuran (Jhana) yg pernah mendengar suara yesus ketika sadar...

Seperti yg kita ketahui, Kisah "bertemu Yesus" dijadikan alasan beberapa org untuk berpindah keimanan menuju agama kr****n, dan mimpi bertemu Yesus sendiri dianggap sebagai sesuatu yg istimewa dan TANDA bahwa yg diajak bicara akan menerima Kristus dan memang telah berbicara kpd "Tuhan"

Kendatipun sebenarnya, diantara sepuluh juta orang manusia, mungkin hanya satu orang yang mengalami berjumpa langsung dengan Yesus, tapi bila jumlah itu dikumpulkan, maka telah banyak kasus yang terjadi dari berbagai belahan dunia. Umat kr****n sendiri banyak yang sangat menginginkan berjumpa dengan yesus baik dalam mimpi maupun secara langsung, tapi tidak semua orang beruntung dapat berjumpa dengan Yesus. Akan tetapi kesaksian orang-orang yang berjumpa dengan Yesus secara langsung menjadi penguat keimanan mereka dan daya tarik bagi umat kr****n maupun non kr****n.

Walaupun demikian, sebagian orang mencoba menganalisis pengalaman mistik orang lain tersebut dari sisi psikologi :

Quote from: LittleMiaw
Itu mah efek placebo.... Karena terobsesi atau karena terlalu sering memikirkan suatu obyek, alam bawah sadar kemudian mengasosiasikan simbol2 yang sering kita pikirkan kemudian menciptakan kisah tersendiri dalam mimpi.

mereka sangat tidak percaya, atau menganggap orang yang mengaku bertemu Yesus itu pengkhayal, mengidap gangguan psikologi dll. sebagian orang menyangkal soal perjumpaan dengan Yesus melalui teori Filsafatnya :

Quote from: Argan Ali
Tuhan yang mengadakan 'mana' (ruang dan tempat) oleh karenanya 'mana' tidak berarti bagi-Nya. Ia sangat tinggi untuk diliputi ruang dan tempat, dia ada di segala ruang tanpa bersentuhan dan bergandengan. Dia mengetahui segala yg ada padanya. Tidak ada sesuatupun yg lepas dari pengawasan-Nya. Itulah sebenar-benarnya Tuhan. So jika anda bermimpi bertemu Tuhan, maka sebenarnya itu adalah setan yg menjelma atau hanya sekadar bunga mimpi.

Tidak akan ada yang benar-benar memahami bagaimana dahsyatnya pengalaman batin yang dialami saat berjumpa dengan Yesus, selain orang yang mengalaminya sendiri. Mereka yang tidak pernah mengalaminya cenderung akan menilai dan menyimpulkan dengan cara “yang tidak mengena”, penilaian-penialain serta analisis mereka akan menjadi “jauh api dari pada panggang”.


Kendatipun demikian, saya ingin mencoba melukiskan suatu alasan, mengapa kita tidak boleh meremehkan pengalaman mistik soal perjumpaan dengan Yesus.

Manusia dimanapun berada, dan apapun yang mereka lakukan, mereka mengharapkan kebahagiaan sebesar-besarnya, dan berharap jauh dari penderitaan dan kesengsaraan hidup. Saat berjumpa dengan Yesus, kebahagiaan yang di dambakan selama itu hidup menjadi tercapai. Tiada kebahagiaan yang lebih besar yang bisa dirasakan oleh seseorang selain ketika berjumpa dengan Yesus. Ada berbagai jenis kebahagiaan, mulai dari bentuk-bentuk kebahagiaan duniawi hingga kebahagiaan spiritual seperti yang bisa diperoleh melalui tarekat dan suluk, kebahagiaan meditatif, kebahagiaan samadhi, kebahagiaan pencerahan, kebahagiaan intelektual, tapi kebahagiaan saat berjumpa dengan Yesus itu melampaui semua bentuk kebahagiaan tersebut, itu adalah kebahagiaan yang muncul karena kasihnya.

Sesungguhnya, manusia itu begitu damba akan kasih sayang. Kita telah merasakan bagaimana bahagianya kita karena kita tau ibu bapak kita begitu kasih dan sayangnya kepada kita. Tetapi kata orang, yang lebih besar dari kasih ibu bapak itu adalah kasih Tuhan. Di dalam agama manapun, kecuali agama Buddha, kita diajarkan bahwa Tuhan itu adalah Maha Pengasih. Semua orang percaya dan yakin, walaupun sebenarnya belum benar-benar merasakan bagaimana seseorang atau sesuatu begitu besar dalam mengasihi dirinya. Sampai saat berjumpa dengan Yesus, ia barulah menyadari bahwa ia telah menemukan sebuah kasih yang tiada bandingannya, yang menimbulkan kebahagiaan yang tiada bandingannya.


Sebelum orang lain menyangkal peristiwa mistik “berjumpa dengan Yesus” yang dialami seseorang, dia sendiri telah mencoba menyangkal sekeras-kerasnya akan kenyataan itu. Apalagi bila sebelumnya tertanam kuat di dalam keyakinannya bahwa “Yesus adalah nabi Isa a.s, hanya hamba Allah dan mustahil merupakan Firman Tuhan Yang Maha Suci.” atau dengan doktrin, “kr****nism adalah sesat”. Ia akan menyangkal perjumpaan itu dengan “ilmu tauhid”yang telah ia pelajari. Akan tetapi ajaibnya, Yesus menjawab “segala tanya” dan “segala sangkalan” tersebut. Mungkin ia akan mendebat Yesus, tetapi Yesus dengan penuh kasih sayang akan mematahkan segala argumentasinya. Orang lain tidak mendengar dan tidak melihat, bagaimana ketka dia bercakap-cakap dengan Yesus, tidak melihat bagaimana Yesus dengan kasih sayang telah mematahkan seluruh argumentasinya. Oleh karena itu, orang lain dengan mudah saja menuduh pada orang ini sebagai “pengkhayal” atau terkena gangguan psikologi. Menurut saya, itu sebuah penilaian yang gegabah, sewenang-wenang dan tidak berperasaan.

Tidaklah mudah untuk menggambarkan kepada sesama manusia “berita apa” yang dibawa oleh Yesus kepada seseorang yang dipilih Yesus untuk dijumpainya. Karena Yesus telah menjelaskan dengan kasih yang sempurna yang dengan kesempurnaan kasihnya itu sampai merasuk ke dalam dada orang itu, yang dengan itu kebenaran dapat dilihat dan diterima. Dan orang itu telah kehabisan argumen untuk membantah kasih Yesus, sehingga ia tidak melihat sesuatupun yang dapat menjadi alasan untuk dirinya “berserah” kepada kasih Yesus.

Apabila orang itu terus membantah kebenaran yang diberikan oleh Yesus, maka orang itu akan menjadi bingung. Kenapa? Karena dia seperti menyangkal dirinya sendiri. Seperti bila ia berkata kepada dirinya “ini adalah tangan kiriku” namun dalam waktu yang bersamaan iapun membantah, “bukan, ini bukan tangan kiriku, ini adalah tangan kananku.” Ia akan bingung, menderita dan merasa seakan hendak gila. Ia tidak akan sanggup membantah nurani yang telah melihat kebenaran. Hal-hal seperti ini, umat kr****n sendiri terlalu banyak yang tidak sanggup untuk memahaminya, maka demikian pula umat non kr****n.

Dan yang mengabarkan tentang semua ini saat ini di sini adalah saya, seorang muslim bukan dari kalangan awam, karena merupakan lulusan sebuah pesantren, aktif di berbagai organisasi keislaman, serta menyelami segenap mazhab Islam yang ada seperti salafi, LDII, Tarekat, hinnga ke syiah. Dan 7 tahun terakhir, saya menjadi santri majelis taklim Syiah, yang dalam hal ini pandangan ulama-ulama syiah terhadap pengalaman mistik bertemu Yesus juga tak jauh beda dengan pandangan ulama salafi. Bahkan adik ulama syiah yang menjadi guru saya telah masuk kr****n karena pengalaman mistiknya berjumpa Yesus, sampai-sampai guru saya itu menyangka bahwa para pendeta telah melakukan praktik sihir terhadap adiknya. Adalah bukan pilihan saya, bila kemudian Yesus menemui saya dan berbicara kepada saya. Padahal, saya tidak pernah ada ketertarikan sedikitpun terhadap kr****n. Seandainya ada ketertarikan terhadap agama lain, saya lebih tertarik dengan Agama Buddha. Dan saya tau betul pengalaman-pengalaman pencerahan samatha-vippasana buddhisme karena saya mengalaminya secara langsung melalui ketekunan praktik meditasi Buddhisme yang saya jalani. Tetapi kedatangan Yesus kepada saya adalah tanpa terduga sama sekali, dan tanpa diharap-harapkan. Entahlah mengapa, justru mereka yang sangat berharap-harap berjumpa Yesus, sampai saat ini masih belum dapat berjumpa dengannya. Bahkan, seumur hidup saya mendambakan ingin berjumpa dengan Rasulullah saw, kendatipun hanya dalam mimpi, tapi harapan ini tidak pernah terjadi, mengapa justru Isa a.s yang datang kepadaku dalam keadaan jaga, bukan dalam tidur, bukan dalam mimpi.

Jangan menyangka bahwa saya telah meninggalkan Islam, menjadi buddhis atau kr****n. Sampai saat ini, saya masih seorang muslim yang senantiasa menjalankan shalat 5 waktu, berpuasa pada bulan ramadhan dan menunaikan zakat. Kemana-mana saya membawa Quran dan menghafalnya. Yesus yang berjumpa dengan saya, ia tidak mengatakan “keluarlah dari Islam, dan masuklah ke dalam kr****n.” tidak, dia tidak mengatakan demikian sama sekali. Dia hanya berkata, “Bila hati mu lembut, maka kebenaran akan kau terima (dariku).”

[mod]Jurnal pribadi adalah semacam thread pribadi atau catatan harian. Satu orang, satu jurnal. Jadi berbagai jurnal dari orang yang sama, saya merge. -KK-[/mod]
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Sostradanie on 21 June 2011, 04:30:40 PM


Jangan menyangka bahwa saya telah meninggalkan Islam, menjadi buddhis atau kr****n. Sampai saat ini, saya masih seorang muslim yang senantiasa menjalankan shalat 5 waktu, berpuasa pada bulan ramadhan dan menunaikan zakat. Kemana-mana saya membawa Quran dan menghafalnya. Yesus yang berjumpa dengan saya, ia tidak mengatakan “keluarlah dari Islam, dan masuklah ke dalam kr****n.” tidak, dia tidak mengatakan demikian sama sekali. Dia hanya berkata, “Bila hati mu lembut, maka kebenaran akan kau terima (dariku).”

 
Sekarang tulisan Islam tidak jadi bintang-bintang lagi .
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Ruenis on 21 June 2011, 04:39:57 PM
Lalu apa alasan tidak boleh meremahkan,toh saya juga belum dikunjungi Yesus :)

Dari tulisan diatas,diketahui bahwa tidak semua orang punya pengalaman bertemu yesus,ini berarti tidak semua orang beruntung dan punya kesempatan yang sama,jikapun pengalaman bertemu Yesus adalah Baik maka lagi2 sungguh kasihan mereka yang terlahir dan hidup sebelum Yesus muncul,

Saya harus mengatakan bahwa saya manusia yang cukup beruntung mengenal Buddhisme dan dapat memahami sedikit ajarannya dan ternyata baik untuk semua.Saya tidak akan bangga atau terkejut jika saya bermimpi bertemu Buddha,namun saya cukup bangga pernah belajar ajarannya dan menjadi manusia baik dan benar.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 04:44:21 PM
Lalu apa alasan tidak boleh meremahkan,toh saya juga belum dikunjungi Yesus :)

Dari tulisan diatas,diketahui bahwa tidak semua orang punya pengalaman bertemu yesus,ini berarti tidak semua orang beruntung dan punya kesempatan yang sama,jikapun pengalaman bertemu Yesus adalah Baik maka lagi2 sungguh kasihan mereka yang terlahir dan hidup sebelum Yesus muncul,

Saya harus mengatakan bahwa saya manusia yang cukup beruntung mengenal Buddhisme dan dapat memahami sedikit ajarannya dan ternyata baik untuk semua.Saya tidak akan bangga atau terkejut jika saya bermimpi bertemu Buddha,namun saya cukup bangga pernah belajar ajarannya dan menjadi manusia baik dan benar.

apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Blacquejacque on 21 June 2011, 04:51:47 PM
 :))    :))    :))     :))


( apakah tertawa merupakan spam? )
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: William_phang on 21 June 2011, 04:53:55 PM
apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?

Butuh parami dan usaha yang keras juga untuk bisa mencapai kesucian, tidak hanya diajarin saja tetapi harus berlatih...kecuali punya parami yg sgt bagus sehingga cuma mendengarkan ajaran saja sudah bisa mencapai kesucian...
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 04:54:48 PM
maaf bro, saya balik lagi ....

dan mohon izin kepada admin dan moderator untuk membuat aturan game di thread ini. Mudah-mudahan ada kawan mau berpartisipasi!

sejak semula, saya datang ke sini dengan niat untuk belajar. Sekarang, saya mencoba belajar dengan cara berbeda. saya tidak akan berdiskusi, apalagi berdebat, tapi saya mencoba belajar dengan cara membuat "game" tanya-jawab-tanya".

:|
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:04:44 PM
Butuh parami dan usaha yang keras juga untuk bisa mencapai kesucian, tidak hanya diajarin saja tetapi harus berlatih...kecuali punya parami yg sgt bagus sehingga cuma mendengarkan ajaran saja sudah bisa mencapai kesucian...

saya tidak akan berdebat, berdiskusi, menilai dan menyangkal pernyataan siapapun, kecuali dalam rangka maksudnya bertanya.

berikut inilah yang ingin saya tanyakan :

jika seseorang memiliki parami yang sangat bagus, maka masihkan ia membutuhkan seseorang untuk mengajarinya mencapai pencerahan?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 05:06:59 PM
saya tidak akan berdebat, berdiskusi, menilai dan menyangkal pernyataan siapapun, kecuali dalam rangka maksudnya bertanya.

berikut inilah yang ingin saya tanyakan :

jika seseorang memiliki parami yang sangat bagus, maka masihkan ia membutuhkan seseorang untuk mengajarinya mencapai pencerahan?

diskusi terjadi karena ada penanya dan penjawab... termasuk bahan diskusi yang ada dalam suatu pertanyaan atau pernyataan, apa bedanya dengan diskusi kalau begitu :-?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:12:09 PM
diskusi terjadi karena ada penanya dan penjawab... termasuk bahan diskusi yang ada dalam suatu pertanyaan atau pernyataan, apa bedanya dengan diskusi kalau begitu :-?

apakah anda tidak dapat membedakan antara diskusi dan tanya jawab?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Blacquejacque on 21 June 2011, 05:13:25 PM
Bila pengalaman perjumpaan dengan seorang suci dapat membimbing diri untuk mengurangi sifat2 negatif dalam dirinya dan dapat meningkatkan sifat2 baik dalam dirinya.. maka pertemuan itu memberikan kebahagiaan bagi dirinya dan orang-orang sekitarnya.

Bila pengalaman perjumpaan dengan seorang suci memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi dirinya, maka hal bermanfaat itu baik untuk diajarkan pada yang lain.

Bila pengalaman tersebut hanya memberikan manfaat bagi dirinya, dan tidak memberikan manfaat bagi yang lain, maka bukankah lebih baik bila disimpan sebagai pengalaman pribadi saja :p Apalagi bila manfaat yang ingin dibagikan hanyalah untuk "tidak meremehkan perjumpaan" Apa manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang sekaitan peningkatan kualitas batinnya?

"apa bila tulisan ini dianggap sebagai bagian dari meremehkan pengalaman mistik tersebut, maka hal ini akan saya serahkan kepada penilaian pribadi masing-2 untuk menilai
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 05:14:44 PM
waduh saya lupa....saya sudah berilusi...... jadi ilusi debat gini ya... :))

wah saya lupa pakai logika kalau hari ini saya harus mandi , makan dan ... online lagi   :D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 05:16:02 PM
apakah anda tidak dapat membedakan antara diskusi dan tanya jawab?

share dong ilmunya secara logika dan ilusi   :D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:18:11 PM
Bila pengalaman perjumpaan dengan seorang suci dapat membimbing diri untuk mengurangi sifat2 negatif dalam dirinya dan dapat meningkatkan sifat2 baik dalam dirinya.. maka pertemuan itu memberikan kebahagiaan bagi dirinya dan orang-orang sekitarnya.

Bila pengalaman perjumpaan dengan seorang suci memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi dirinya, maka hal bermanfaat itu baik untuk diajarkan pada yang lain.

Bila pengalaman tersebut hanya memberikan manfaat bagi dirinya, dan tidak memberikan manfaat bagi yang lain, maka bukankah lebih baik bila disimpan sebagai pengalaman pribadi saja :p Apalagi bila manfaat yang ingin dibagikan hanyalah untuk "tidak meremehkan perjumpaan" Apa manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang sekaitan peningkatan kualitas batinnya?

"apa bila tulisan ini dianggap sebagai bagian dari meremehkan pengalaman mistik tersebut, maka hal ini akan saya serahkan kepada penilaian pribadi masing-2 untuk menilai


kata orang, orang bijaksana itu selalu dapat mengambil pelajaran bermanfaat dari segala sesuatu.

adakah pelejaran bermanfaat yang dapat anda ambil dari artikel di atas?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:19:03 PM
share dong ilmunya secara logika dan ilusi   :D

boleh, tapi mungkin anda harus menjelaskan dulu, apa yang anda maksud dengan logika? dan apa yang anda maksud ilusi?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 05:21:25 PM
waduh maaf saya lupa... tidak saja ya  ^-^

Quote
saya tidak akan berdiskusi, apalagi berdebat
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Blacquejacque on 21 June 2011, 05:23:23 PM
kata orang, orang bijaksana itu selalu dapat mengambil pelajaran bermanfaat dari segala sesuatu.

adakah pelejaran bermanfaat yang dapat anda ambil dari artikel di atas?

Yang dapat saya petik adalah.. Kesombongan dan Khayalan yang bercampur aduk ditambah dengan bumbu ketidaktahuan.
Pelajaran bermanfaatnya bagi saya adalah, saya dapat melihat contoh dari anak kecil yang heboh dengan pengalaman sehari2. Di mata saya hal tersebut adalah hal yang lumrah terjadi dan tidak perlu dibesar-2kan.

dengan bangga saya katakan bahwa saya bukan orang bijaksana sehingga anda bebas berpendapat bahwa saya tidak mampu mengambil manfaatnya.

Bila anda sendiri menilai ada manfaatnya, saya mohon pendapatnya :
1. Manfaat apa yang dapat dipetik oleh orang umum yang membaca tulisan anda?
2. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu mengikis sifat2 negatif seseorang?
3. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu meningkatkan kualitas kebaikan seseorang?
4. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu menyadarkan ketidaktahuan seseorang?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:23:38 PM
waduh maaf saya lupa... tidak saja ya  ^-^


apakah menurut anda, sekarang saya masih berdebat?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:25:51 PM
Yang dapat saya petik adalah.. Kesombongan dan Khayalan yang bercampur aduk ditambah dengan bumbu ketidaktahuan.
Pelajaran bermanfaatnya bagi saya adalah, saya dapat melihat contoh dari anak kecil yang heboh dengan pengalaman sehari2. Di mata saya hal tersebut adalah hal yang lumrah terjadi dan tidak perlu dibesar-2kan.

dengan bangga saya katakan bahwa saya bukan orang bijaksana sehingga anda bebas berpendapat bahwa saya tidak mampu mengambil manfaatnya.

Bila anda sendiri menilai ada manfaatnya, saya mohon pendapatnya :
1. Manfaat apa yang dapat dipetik oleh orang umum yang membaca tulisan anda?
2. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu mengikis sifat2 negatif seseorang?
3. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu meningkatkan kualitas kebaikan seseorang?
4. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu menyadarkan ketidaktahuan seseorang?


justru saya ingin menanyakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada anda. saya hanya manusia bodoh. jadi bisakah anda membantu mencerdaskan saya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Blacquejacque on 21 June 2011, 05:28:00 PM
justru saya ingin menanyakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada anda. saya hanya manusia bodoh. jadi bisakah anda membantu mencerdaskan saya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut?

Loh... jadi tulisan tersebut dibuat bukan karena anda pikir dapat memberikan manfaat? 
Jadi memang pada saat anda menulisnya cuma asal nulis aja?

kalau anda memang tidak tahu manfaat2nya buat apa anda nulis? Curhatkah?

Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: K.K. on 21 June 2011, 05:34:55 PM
Loh... jadi tulisan tersebut dibuat bukan karena anda pikir dapat memberikan manfaat? 
Jadi memang pada saat anda menulisnya cuma asal nulis aja?

kalau anda memang tidak tahu manfaat2nya buat apa anda nulis? Curhatkah?


Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:40:05 PM
Loh... jadi tulisan tersebut dibuat bukan karena anda pikir dapat memberikan manfaat? 
Jadi memang pada saat anda menulisnya cuma asal nulis aja?

saya menulisnya atas dasar manfaat. tapi saya tidak mengetahui pendapat "orang-orang yang lebih tau hal yang benar" yaitu anda semuanya, apakah memang itu atas dasar manfaat atau tidak? jadi, saya berpikir pendapat saya tentang manfaat itu tidak perlu diungkapkan. manfaat atau tidaknya itu terserah keputusan para hakim yang bijaksana, yaitu anda semuanya.

jadi, apakah boleh saya untuk tidak memilih dan memutuskan sendiri,  pendapat mana yang akan saya kemukakan dan mana yang tidak akan saya kemukakan?


Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Nevada on 21 June 2011, 05:40:08 PM
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.

Bagaimana bila pengalaman pribadi bertemu Daniel Nevada?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: K.K. on 21 June 2011, 05:42:41 PM
Bagaimana bila pengalaman pribadi bertemu Daniel Nevada?
Kalau 'Kamen Rider' boleh, masa' "Daniel Nevada' tidak boleh? 
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 05:43:57 PM
Kalau 'Kamen Rider' boleh, masa' "Daniel Nevada' tidak boleh?

miyabi juga boleh ya om, andai ....bisa ketemu miyabi  :hammer:
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Indra on 21 June 2011, 05:45:50 PM
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.

"setiap orang bebas posting", apakah ini berarti bebas ngejunk juga di sini?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Nevada on 21 June 2011, 05:47:00 PM
Kalau 'Kamen Rider' boleh, masa' "Daniel Nevada' tidak boleh? 

Bagaimana kalau rangkap dua: "Pengalaman pribadi bertemu Daniel Nevada dan Indra Anggara?"
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Nevada on 21 June 2011, 05:47:20 PM
miyabi juga boleh ya om, andai ....bisa ketemu miyabi  :hammer:

Mendingan Kirara Asuka deh.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Nevada on 21 June 2011, 05:47:43 PM
"setiap orang bebas posting", apakah ini berarti bebas ngejunk juga di sini?

Memang, what do you think I am doing now?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: K.K. on 21 June 2011, 05:47:52 PM
miyabi juga boleh ya om, andai ....bisa ketemu miyabi  :hammer:
Jika ada member yang melalui 'meditasi' bisa bertemu sosok tertentu yang normalnya tidak mungkin ditemui, mengapa anda berkecil hati mengatakan tidak bisa 'meditasi' dan bertemu Miyabi?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Indra on 21 June 2011, 05:48:41 PM
Memang, what do you think I am doing now?

let's rock
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Nevada on 21 June 2011, 05:49:49 PM
let's rock

How about "Rock and Roll"?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Indra on 21 June 2011, 05:51:16 PM
How about "Rock and Roll"?

tell me about "elvis presley"
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: K.K. on 21 June 2011, 05:51:40 PM
"setiap orang bebas posting", apakah ini berarti bebas ngejunk juga di sini?
Menurut saya, sebaiknya tidak nge-junk, namun postinglah sesuai cara TS posting, dengan tolok ukur TS, dengan pola pikir TS juga, agar nyambung.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Indra on 21 June 2011, 05:52:13 PM
Menurut saya, sebaiknya tidak nge-junk, namun postinglah sesuai cara TS posting, dengan tolok ukur TS, dengan pola pikir TS juga, agar nyambung.

too late, tapi baiklah

"saya bermimpi bertemu elvis presley, dan dia bernyanyi dan menari rock and roll, kemudian berkata "jangan meremehkan pengalaman bertemu dengan elvis presley"
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 05:52:21 PM
let's rock

rock n'roll atau rock bawah om  ^-^

Jika ada member yang melalui 'meditasi' bisa bertemu sosok tertentu yang normalnya tidak mungkin ditemui, mengapa anda berkecil hati mengatakan tidak bisa 'meditasi' dan bertemu Miyabi?

o..iya om... lupa saya, miyabi bisa saya jadikan objek juga dalam meditasi saya  ;D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Satria on 21 June 2011, 05:53:33 PM
Pertanyaannya, orang yang biasanya menganggap remeh peristiwa perjumpaan dengan Yesus, apakah masih akan dianggap remeh juga ketika hal itu dialami oleh istrinya, atau anaknya sampai istri atau anaknya itu sangat berkeinginan menjadi penganut kr****n, berhenti ke vihara dan jadi rajin ke gereja?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: johan3000 on 21 June 2011, 06:04:20 PM
kalau ada yg bisa ketemu, bicara dgn YESUS, bagus sekali....

tinggal buatkan thread... spt FREE SMS INTERNATIONAL... FSI

bila ada yg ingin bicara bisa melalui FSI ini... dan 100% harus free gak boleh pungut biaya...


boleh tolong tanyakan kalau IKAN juga bisa sakit mag gak ? soalnya kelihatannya mereka sering telat makannya lho!....

trims atas jawaban yg cepat ya... dan jangan bilang ini jokes... ini pertanyaan serius brooo
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: dilbert on 21 June 2011, 06:06:32 PM
Pertanyaannya, orang yang biasanya menganggap remeh peristiwa perjumpaan dengan Yesus, apakah masih akan dianggap remeh juga ketika hal itu dialami oleh istrinya, atau anaknya sampai istri atau anaknya itu sangat berkeinginan menjadi penganut kr****n, berhenti ke vihara dan jadi rajin ke gereja?

Kalau dalam konsep Theravada, kalau masih bisa "ketemu-ketemu-an" berarti masih di dalam ruang lingkup 31 alam.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: The Ronald on 21 June 2011, 06:15:29 PM
bertemu yesus ya.. ya pintar2 org ngasih pengarahan kepada yg mimpi atau berkahyal atau laennya

yesus adalah salah 1 objek ...
bisa saja ketemu artis, cewe, sodara sendiri ato dewa2..ato yg lainnya.... tp ga usah terobsesilah

bermimpi atau meditasi atau berkhayal..or laennya bertemu cewe yg kmu pernah lihat sekilas... atau ga kenal juga..atau bahkan yg udah kenal.. belom tentu dia bakal jdian or suka sama kmu

lah skrg yesus..yah kurang lebih sama sajalah...
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Ruenis on 21 June 2011, 06:55:48 PM
apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?
bahagia sendiri merupakan bagian dari pendritaan ,jika saya bertemu dengan seorang arahat namun saya tidak tercerahkan,saya jadi mendrita dunk?

jadi pengalaman bertemu Yesus memberikan pencerahan begitu saja?tolong di share
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Ruenis on 21 June 2011, 07:03:08 PM
Pertanyaannya, orang yang biasanya menganggap remeh peristiwa perjumpaan dengan Yesus, apakah masih akan dianggap remeh juga ketika hal itu dialami oleh istrinya, atau anaknya sampai istri atau anaknya itu sangat berkeinginan menjadi penganut kr****n, berhenti ke vihara dan jadi rajin ke gereja?

Jika memang demikian maunya Yesus,saya mengizinkan semua orang terdekat saya dan seluruh umat Buddha pindah keyakinan ke Agama kr****n :)
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: dipasena on 21 June 2011, 07:09:21 PM
maaf, sekali lg maaf... dato' cm menerka-nerka, ni satria ada 2 kemungkinan
1. orang kanesten yg mengaku sebagai seorang muslim dan menyenangi kegiatan meditasi/bertapa, karena lebih terkesan kagum terhadap sosok yosua/ daripada sosok alloh wak bor...

2. dia orang muslim yg terkagum-kagum dengan sosok yosua, tapi secara tidak sadar, dia lebih mengagungkan yosua daripada alloh wak bor nya...

klo dato' pribadi, tidak tertarik bertemu dengan tuh buddha, krn dato' tau buddha bukan lah mahluk halus yg bergentayangan yg bisa menampakkan diri nya pada orang2 tertentu dengan cara2 tertentu, termasuk salah satu nya di alam mimpi (mimpi pun di yakin sebagai kebenaran/kenyataan, jika dato' bermimpi lagi ML ma anak gadis satria, apakah itu pengalaman mistik juga ? wow... maap, ni dato' lg pengen nge-junk n usil, kalo ada yg kebakaran jenggot dato' +seneng)

cilaka nya lagi, yosua identik dengan mahluk halus yg bergentayangan itu, kenapa ? karena dia selalu bergentayangan karena tidak di terima di kerajaan alloh babe, sehingga berkeliaran di alam manusia, menampakkan diri nya layaknya seorang kuntilanak berjambang (red : baca berewok)

klo emang yosua adalah mahluk hebat, kenapa malu-malu kucing untuk menampakkan dirinya ? koq harus dengan cara bergentayangan sampe-sampe si satria menuliskan dengan kata "mistik" wow... kayak bertemu nyai roro kidul, mantappp...

dato' yakin, jika yosua berani menyatakan diri nya layaknya dato' menampakkan diri didepan beberapa umat kanesten dan pendeta kanesten, maka mereka yakin bahwa dato' adalah nabe dhanuttono s.a.w sejati, begitu pula si yosua tentunya seluruh manusia didunia, pasti yakin seyakin yakinnya kepada yosua n mengikuti jalan nya untuk main tampar-tamparan... jika ente tampar pipi kiri ku, maka berikanlah pipi kanan mu untuk dato' tampar...

apakah yosua itu adalah mahluk adi kodrati/gusti/tuhan ? masa iya ? di all-kita-bias saja tidak pernah menyatakan secara explisit tentang status yosua sebagai tuhan, jadi jika yosua bukan tuhan, apakah yosua anak alloh babe ? pertanyaan selanjutnya, apakah alloh babe selingkuh ma mario bross ? oh sungguh memalukan ya... jika tidak, maka tentunya yosua bukan lah anak alloh babe, so siapakah yosua yg bs menyatakan/menampakkan diri nya secara khusus kepada orang khusus pula ? tentunya pasti lah mahluk halus yg bergentayangan "konco-ne" nyai roro kidul...

betul ?

demikian lah penerawangan dato' jika ada orang secara mistik bertemu ma gusti brewok n makan roti sama2, maka dato' kemarin barusan minum kopi tubruk sama2 gusti alloh babe s.a.w di alam mimpi... itu lah pengalaman mistik dato'

=))

dato' tidak menyukai debat, tp jika ma ludruk disini, ayo dah... dato' ikut main... ;D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Wolvie on 21 June 2011, 07:15:45 PM
kebetulan figur Yesus itu dikenal/ berasosiasi dengan agama Karesten sih (ikutan gaya bro danutono, hehe). Coba klo pas ketemunya figur laen, ya ga ada kepikiran pindah agama, misalnya ketemu Jackson gitu, ato Napoleon Bonaparte..

eh, malahan baru mimpiin Yesus doang ya, lebay deh, gitu aja pindah agama..
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: dipasena on 21 June 2011, 07:38:18 PM
kebetulan figur Yesus itu dikenal/ berasosiasi dengan agama Karesten sih (ikutan gaya bro danutono, hehe). Coba klo pas ketemunya figur laen, ya ga ada kepikiran pindah agama, misalnya ketemu Jackson gitu, ato Napoleon Bonaparte..

eh, malahan baru mimpiin Yesus doang ya, lebay deh, gitu aja pindah agama..

plagiat gaya... hukuman kudu ngasih +GRP ke dato', jika tidak maka dosa masuk ke neraka adalah hukumannya... =))

wolvie tau pokari sweet ? eh salah... maap... maap... si ponari maksudnya... nah itu si ponari, waktu lg heboh2 nya, dianggap seabgai dukun cilik, ponari tu klo idup dijaman yosua dulu kira2 1000 taon lalu, maka ponari bs di anggap gusti cilik tuh... tergantung pengikut n murid nya, pandai marketing n mempopulerkan ga ? jk ponari jd gusti layaknya yosua brewok, maka tentunya umat kanesten tidak menyembah saleb, tp batu ajib...n tentunya lage, si satria pasti akan menulis "Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Ponari"

=)) kocak... kocak... ya begini lah agama ibrani yg dato' denger dr gusti babe waktu minum kopi luwak ma dato' ;D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Wolvie on 21 June 2011, 07:50:50 PM
plagiat gaya... hukuman kudu ngasih +GRP ke dato', jika tidak maka dosa masuk ke neraka adalah hukumannya... =))

wolvie tau pokari sweet ? eh salah... maap... maap... si ponari maksudnya... nah itu si ponari, waktu lg heboh2 nya, dianggap seabgai dukun cilik, ponari tu klo idup dijaman yosua dulu kira2 1000 taon lalu, maka ponari bs di anggap gusti cilik tuh... tergantung pengikut n murid nya, pandai marketing n mempopulerkan ga ? jk ponari jd gusti layaknya yosua brewok, maka tentunya umat kanesten tidak menyembah saleb, tp batu ajib...n tentunya lage, si satria pasti akan menulis "Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Ponari"

=)) kocak... kocak... ya begini lah agama ibrani yg dato' denger dr gusti babe waktu minum kopi luwak ma dato' ;D

wekekekek, ngasih GRP itu gimana caranya ya? :-? sementara blom ngerti sy kasih thanks dulu aja bro ;D

oh si ponari mah tau dong, kan heboh =))

eh, ngomong2 soal mimpi , gueh juga punya ga kalah keren sama mimpine ketemu Jises (ada tuh dulu family kr****n fanatik, klo nyebut Yesus sok inggris, Jises), pernah mimpi gw dateng ke gereja ka****k, trus masup ikut misane, malah sempet cocol jari dulu di tempat aer sucinya, selama misa gw malah mondar mandir dalam gereja, nah anehnya doa penutupnya misa trus umat2 pada baca Usnisa Vijaya Dharani.. Nah pas baca itu, sy ga mondar mandir lagi tapi ikutan baca..

hahaha, bener2 aneh,  namanya juga mimpi, anything can happen while dreaming ;D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 08:03:30 PM
plagiat gaya... hukuman kudu ngasih +GRP ke dato', jika tidak maka dosa masuk ke neraka adalah hukumannya... =))

wolvie tau pokari sweet ? eh salah... maap... maap... si ponari maksudnya... nah itu si ponari, waktu lg heboh2 nya, dianggap seabgai dukun cilik, ponari tu klo idup dijaman yosua dulu kira2 1000 taon lalu, maka ponari bs di anggap gusti cilik tuh... tergantung pengikut n murid nya, pandai marketing n mempopulerkan ga ? jk ponari jd gusti layaknya yosua brewok, maka tentunya umat kanesten tidak menyembah saleb, tp batu ajib...n tentunya lage, si satria pasti akan menulis "Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Ponari"

=)) kocak... kocak... ya begini lah agama ibrani yg dato' denger dr gusti babe waktu minum kopi luwak ma dato' ;D

maaf no +GRP karena kamma anda terlalu banyak... apa kamma anda, meninggalkan umat nya sehingga tidak dapat mencapai pencerahan dalam kegelapan.... kemana saja nabeeeee..... baru keliatan.. dari pertapaan mana, atau habis minum kopi bareng gusti brewok  :))

btw, ponari cewe atau ponari yang mana nih... :P
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: dipasena on 21 June 2011, 08:45:10 PM
^
dato' baru "cia caffe" ma gusti brewok n "cia lontong" ma gusti wak bor... seru atuh, walau banyak obrolan yg dodol...

=))
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 21 June 2011, 08:52:19 PM
^
dato' baru "cia caffe" ma gusti brewok n "cia lontong" ma gusti wak bor... seru atuh, walau banyak obrolan yg dodol...

=))
wah bagaimana saya mau nambah dosa kalau nabenya malah asik2 an cia caffe sama lontong =))
di tempat yang biasa atau pindah nabe aa tono?
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: dipasena on 21 June 2011, 08:56:09 PM
^
ditempat biasa, syur-go tingkat 17 n ditempat lain juga, neraka jahanam tinggal 66 ya seru la, ngobrol sambil "cia coffe luwak" n "cia lontong"... mau ikutan ? wkwkwk... =))
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: kullatiro on 21 June 2011, 09:54:54 PM
pengen tahu ketemu yesus seperti apa gambaran nya/ wajahnya, apa seperti gambar yang selama ini banyak beredar? atau yesus versi orang jawa, afro amerika dll?

(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/27/Turin_plasch.jpg)

(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/dd/Mellan_Sudarium_of_Saint_Veronica.jpg/220px-Mellan_Sudarium_of_Saint_Veronica.jpg)
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Mr.Jhonz on 21 June 2011, 09:56:17 PM
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
Kenapa om jadi sangat netral disini..:))
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: adi lim on 22 June 2011, 06:29:41 AM
apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?

bisa bertemu Arahat adalah Kebahagiaan  _/\_
bertemu yesus biasa2 aja, karena yesus bukan Arahat  ^-^
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: ryu on 22 June 2011, 07:17:21 AM
bentar lagi menuju tingkat yang lebih tinggi nih, ngopi bareng LSY =))
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 22 June 2011, 08:20:09 AM
bentar lagi menuju tingkat yang lebih tinggi nih, ngopi bareng LSY =))

sekalian jangan lupa , bawakan gitar bro  :))

btw belum tidur bro? perasaan dari jam 4 udah standbye dah  :o
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: hendrako on 22 June 2011, 09:19:37 AM
Penjelasan beraroma Buddhist tentang penampakan para "mahluk suci" yang ane dapetken, adalah mahluk yang ditemui sebenarnya sosok mahluk dari alam dewa yang menolong seseorang yang mempunyai hubungan kamma dengannya, hanya saja orang yang melihat mahluk dewa ini akan melihat sosok orang yang dihormati pada saat itu.

Hal diatas menjawab keheranan ane terhadap beberapa kasus, 2 orang yang ane kenal mengaku bertemu Yesus yang menyelamatkan mereka dari usaha bunuh diri (kejadiannya terpisah). Seorang lainnya bertemu dengan Kuan Kong yang menendang bokongnya hingga sadar dari keadaan koma berhari-hari akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Dan ada kisah seorang wanita paruh baya yang diselamatkan seorang Bhikku dari batu besar yang nyaris jatuh ke kepalanya dengan kebasan jubah, sementara Bhikku yang bersangkutan sedang berada di luar negri, yang mana wanita tsb pada saat itu memang sedang serius menjalankan meditasi dengan instruksi dari Bhikku yang bersangkutan.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: ryu on 22 June 2011, 09:39:31 AM
sekalian jangan lupa , bawakan gitar bro  :))

btw belum tidur bro? perasaan dari jam 4 udah standbye dah  :o
id aye mah selalu mantau, tapi ayenya sudah ada di jhana 100 ;D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Wijayananda on 22 June 2011, 10:51:37 AM
id aye mah selalu mantau, tapi ayenya sudah ada di jhana 100 ;D
Wah pernyataan ini hrs dikonfirm dulu ama master jhana satria :D
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: wang ai lie on 22 June 2011, 10:53:44 AM
id aye mah selalu mantau, tapi ayenya sudah ada di jhana 100 ;D


=)) sampe muncrat saya.... jhana 100 bro... wuiiiiiiiiiiiih....  :))
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: Blacquejacque on 22 June 2011, 11:08:49 AM
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.

Maaf kepada kainyn, ijinkan saya turut bebas posting apa yang saya ketahui berdasarkan pengalaman pribadi saya.

Dalam konteks sah-tidak sah, memang benar bahwa ia bebas menuliskan apa saja apalagi bila anda masukkan tulisan tersebut ke sub Jurnal Pribadi.
Namun, tujuan anda memindahkan tulisan tersebut pun bila saya tidak salah menerka, adalah karena anda sendiri tidak melihat kesesuaian tulisan tersebut dengan "Pembahasan Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
Dan tujuan si penulis tulisan tersebut adalah bukan sebagai jurnal pribadi ataupun "Curhat" sehingga saya pun memiliki ke-sah-an untuk menyanggah tulisan tersebut.

Bila tulisan tersebut ditujukan untuk curhat/jurnal pribadi, maka adalah aneh bila menggunakan judul "Jangan Meremehkan pengalaman bertemu Yesus". Karena disini yang menjadi permasalahan adalah ia menggunakan kata "Jangan", yang dapat berarti Imbauan Keras untuk tidak melakukan.

Dengan imbauan jangan ini, maka tentunya akan lebih baik bila imbauan tersebut diberikan untuk menasehati/mengingatkan pembacanya untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik seperti meremehkan itu sendiri. Bagi saya sendiri memang betul bahwa tindakan meremehkan adalah kurang baik. Namun setelah memperhatikan tulisannya, ternyata saya menemui maksud dan tujuan penulis bukan di "jangan meremehkan" akan "pengalaman bertemu itu". Karena itu saya coba selidiki apa sebetulnya tujuan dan manfaat apa yang dilihat oleh si penulis pada saat ia menuliskannya dengan jalan bertanya untuk memastikan dugaan saya. Namun ketika ia tidak bersedia menjelaskannya dengan alasan yang mungkin beberapa member disini mengetahuinya, maka semakin kuat lah dugaan dan prasangka buruk saya.

Prasangka buruk tersebut membawa ke maksud dan tujuan dari tulisan tersebut. yang bila mau diakui, tujuannya adalah untuk "meminta" kepada para pembacanya untuk tidak meremehkan si penulis yang memiliki pengalaman lebih darinya.  Tanpa menjelaskan manfaat apa yang diterima bagi SI PELAKSANA (pembaca) untuk tidak meremehkan, dengan kata lain bila saya memperhatikan tulisannya, maka judul yang lebih tepat akan menjadi "jangan meremehkan saya yang memiliki pengalaman bertemu Yesus".

Baiklah, tentu saja hal itu tidak masalah, bila sebatas bercerita pengalaman. Namun, nampaknya disini bukan masuk dalam konteks berbagi pengalaman, namun lebih kepada penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan pembacanya mengenai betapa beruntungnya sang penulis bahwa ia lah yang dipilih untuk ditemui oleh sosok suci Yesus dan bukannya anda-anda sekalian termasuk saya.

Ok.. sampai di titik ini, bebas2 saja berpendapat seperti itu. Namun, ketika saya melihat bahaya dari perbuatan tersebut, maka dengan sukarela saya menyumbang pendapat disini, barangkali dapat meredam ataupun meminimalisir efek yang timbul karenanya meskipun hal ini belum tentu dapat mengakhiri khayalan tersebut. ( Bila khayalan ini hanya menjadi konsumsi pribadi, maka hal ini tidak memberikan bahaya bagi lingkungannya seperti halnya pemabuk yang hanya minum-minum di kamarnya sendiri. Tapi bila pemabuk ini turun ke jalanan dalam kondisi mabuknya maka ia hanya akan menebarkan bahaya dan perasaan tidak aman ke orang lain. Pemabuk seperti ini adalah pemabuk yang berbahaya. )

Saya pribadi, dalam hal ini berpandangan netral saja sekaitan kebenaran perjumpaan tersebut.
Adalah suatu hal yang baik bila seseorang dapat berjumpa dengan sosok suci, karena sosok yang suci, mereka mengajarkan pengembangan diri sekaitan dengan Pelepasan kejahatan dan Keburukan Batin. 

Bila perjumpaan tersebut memberikan manfaat sebaliknya, maka patut diteliti kembali, apakah Amanah dari sosok suci yang disalahartikan oleh yang bertemu, ataukah pertemuan tersebut hanya merupakan keinginan terpendam yang terbawa ke alam mimpi. Apalagi, dalam sebuah mimpi, kesadaran anda tidak sepenuhnya bekerja disana. Anda dapat menimpali dan bercerita sedang memakan SATE Kambing padahal ternyata, sesungguhnya dalam mimpi tersebut sedang makan Sate Ayam.

Amatlah sulit membedakan kenyataan alam mimpi. Dan terus terang saja, saya punya pengalaman bertemu dengan Sang Buddha Gautama dalam mimpi. Dan terus terang saja, itu hanya mimpi saya.



Untuk mengurangi pula efek-efek dugaan yang dapat timbul karenanya, maka ijinkan saya menambahkan bagian kecil di tulisan saya yang tidak bermutu ini :
1.   Tulisan ini tidak dibuat dengan melihat sudut agama   .
2. Tulisan ini tidak dibuat dengan melihat faktor agama mana yang dipeluk oleh penulis.
3. Tulisan ini tidak dibuat dengan dasar untuk menghina sang penulis.
4. Tulisan ini tidak dibuat dengan dasar ketidaktahuan-minimnya pengalaman bertemu sosok suci.
5. Tulisan ini tidak dibuat bukan untuk menyudutkan siapapun dalam hal ini, melainkan untuk membuka mata bagi yang belum melihatnya.


Semoga manfaat dapat dilihat oleh mereka yang tidak mampu melihatnya.  Semoga ketenangan batin yang didapatkan. Semoga Mereka hidup berbahagia.
Sadhu..Sadhu.. Sadhu..



Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: K.K. on 22 June 2011, 11:44:10 AM
 [at]  Blacquejacque

Tidak ada yang perlu 'dimaafkan'. Seperti saya bilang, bebas saja orang posting, dan bebas pula orang lain menimpali juga sesuai pengalamannya. Dan benar, saya memindahkannya karena alasan tersebut.
Title: Re: Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Yesus
Post by: hatRed on 22 June 2011, 12:12:45 PM
Yesusnya botak gak?
Title: Jurnal Satria
Post by: Satria on 16 July 2011, 10:39:43 PM
Seperti biasa, senja hari ini aku bersiap-siap mengenakan kaos kaki dan sepatu hendak berolahraga lari ke bukit Gandola. Rencananya nanti di sana, aku akan bermeditasi sambil melepas lelah. Ini merupakan aktifitas yang sudah berlangsung lama secara rutin aku lakukan.

Lari merupakan olahraga yang juga meditasi bagiku. Karena di dalamnya terdapat unsur latihan pengendalian tubuh dan pikiran. Dengan bergerak lari, saya meneguhkan tekad untuk sejenak “lari” dari kehidupan yang menggelisahkan. Dengan mengatasi kemalasan, dan memperkuat Viriya (semangat) aku terus melesat menembus angin, belari sekecang yang aku dapat.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak problematika hidup yang aku pikirkan, termasuk problem “perang pikiran” yang kulakukan di forum-forum. Masalah hidup memang bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi. Walaupun demikian, aku harus memberi waktu kepada pikiran untuk beristirahat. Oleh karena itu dengan olahraga lari, aku lari dari kehidupan untuk memberi waktu istirahat sejenak kepada pikiran.   

Dengan memusatkan perhatian kepada objek nafas sebagai objek utama, serta menyadari seluruh gerakan tubuh, demikianlah hal yang aku praktikan dalam berlari. Setiap tarikan dan hembusan nafas, menjadi daya magnet yang menarik pikiran untuk senantiasa memperhatikan.

Mula-mula, di dalam pikiran ini masih begitu berkecamuk berbagai problem kehidupan. Pikiran melayang ke sana kemari. Tetapi seiring dengan langkahnya kaki, pikiran itu terpikat oleh nafas yang keluar masuk dengan tersengal-sengal. Ini membuat pikiran tidak terlalu melayang-layang lagi. Tetapi seringkali pikiran masih terganggu oleh objek-objek indah yang ditemui selama perjalanan.

Seiring dengan jarak yang ditempuh, batinpun berkembang. Kini pikiranku lebih fokus kepada keluar masuknya nafas dan tidak tertarik lagi dengan objek indah apapun yang tampak di perjalanan. Setiap kali ada objek indah yang muncul, seperti misalnya ada perempuan cantik dan seksi yang begitu menggoda untuk dipandang, maka segera aku tundukan wajah, karena aku tahu kecantikan perempuan itu bisa mengganggu kosentrasi dan melenyapkan rasa suka yang muncul dari sifat konsentrasi itu. Setelah keadaan ini dipertahankan beberapa lama, perasaan menyenangkan yang muncul akibat perhatian terhadap nafas yang teguh menjadi semakin kuat, dan aku semakin tidak tertarik dengan objek apapun di luar sana.

Sesampainya di bukit Gandola, aku membeli air minum sekedar untuk menghilangkan rasa dahaga. Kemudian aku memilih tempat yang kupikir cocok untuk beristirahat dan bermeditasi. Uh segarnya, duduk dibukit hijau setelah lelah berkeringat diterpa angin sepoi-sepoi. Air minumpun rasanya 7 kali lebih nikmat dari biasanya.

Dari bukti Gandola, luasnya kota Bandung terliha dengan jelas. Gedung-degung tinggi terlihat menjadi kecil-kecil sekali. Lengkungan bumi di sana terlihat menakjubkan. Aku merasa berada di atas awan. Lalu aku mulai memejamkan mata, meninggalkan segala keindahan itu, menegakan punggung dan merapakan kaki untuk mulai bermeditasi.

Uh, ternyata meditasi itu tidak mudah. Sudah lama aku memusatkan perhatian kepada nafas, keluar masuk, keluar masuk dan terus begitu, tapi rasanya tidak ada hasil memuaskan yang bisa didapatkan. Pikiranku sulit sekali menyatu dan sering dihinggapi dengan berbagai bayangan dan pemikiran. Tak jarang, aku teringat kepada perdebatan-perdebatan sengit yang aku lakukan di forum-forum diskusi. Oh, ternyata perdebatan-perdebatan seperti itu membuatku menempuh jalan yang sulit di dalam meditasi. Tapi aku tidak berputus asa, dengan harapan mencapai pencerahan, aku lanjutkan bermeditasi.

Alam semesta tampak meredup. Matahari tampak mulai terbenam di ufuk barat mengingatkan aku pada umur yang tak lama lagi juga akan terbenam seperti matahari tersebut. Betapa cepat waktu berlalu, kini aku semakin tua. Orang tuaku juga semakin tua, membutuhkan perlindungan dan perawatan dariku sebagai anaknya, tapi aku masih terlalu sibuk dengan urusanku sendiri dan keluarga. Anak-anakku butuh waktu untuk bermain dan belajar bersamaku, tapi aku telah menghabiskan waktu untuk terus bekerja. Sementara ditempat kerjaku, seringkali aku diperlakukan tidak adil oleh teman dan atasanku. Semua perenungan ini akhirnya menimbulkan rasa kemendesakan (samvega) bagi diriku untuk segera mencari jalan keselamatan. Maka aku bertekad, tak akan berhenti bermeditasi sebelum sampai pada pencerahan yang aku harapkan.

Matahari beberapa detik lagi akan tenggelam sepenuhnya dan aku masih belum mencapai pencerahan, maka akankan aku mati sebelum sampai pada kebahagiaan hidup yang sejati? Alam menjadi gelap. Dilangit tak kulihat bintang-bintang. Hanya di bawah sana, bintang-bintang lampu perkotaan yang berkelap kelip. Dan di salah satu sudut kota, tampak meluncur keangkasa kembang api yang berwarna-warni. Sejenak kunikmati indahnya kota Bandung di malam hari, sebelum kulanjutkan meditasi.

Suara adzan berkumandang, seharusnya aku segera berwudhlu untuk menunaikan shalat. Tapi aku tak ingin beranjak dari meditasiku sebelum sampai pada pencerahan yang aku harapkan. Aku berhenti sejenak dari meditasi untuk mendengarkan suara adzan. Setelah itu aku lanjutkan bermeditasi. Dalam setiap tarikan nafas, aku membaca subhanallah. Dan pada setiap hembusan nafas, aku membaca alhamdulillah. Hal ini juga  pernah disarankan kepadaku, oleh umat buddhis, kawan diskusiku di forum DC.

Sebenarnya semangat meditasiku tidak sekuat dulu lagi, sejak banyak umat buddhis di forum-forum buddhis yang berdebat dengaku, mempersalahkan dan mengejekku, aku menjadi tidak terlalu bersemangat lagi bermeditasi. Tapi aku sadar, bahwa itu semua akibat persepsiku yang keliru saja. Ajaran sang Buddha ditebarkan untuk siapa saja, bukan hanya milik mereka yang mengaku diri umat Buddha. Oleh karena itu, dengan melupakan segenap perdebatan, dan berbagai gejolak pikiran, aku meneruskan meditasi.

Malam semakin kelam dan sepi. Tadi di ujung sana masih ada dua orang muda mudi yang sedang pacaran, kini mereka telah beranjak pergi. Kini, tinggal aku sendiri dibukit ini yang dengan susah payah terus berjuang untuk mencapai pencerahan spiritual.

Bandanku terasa sakit. Mungkin juga karena masuk angin, karena sehabis berkeringat kemudian berangin-angin ditengah perbukitan, diterpa udara tanpa tedeng aling-aling. Nyamuk-nyamuk mulai menggigit, tapi aku berusaha bertahan pada posisiku, tidak bergerak. Kadang-kadang muncul gangguan pikiran, “nyamuk-nyamuk ini menggigiti aku, bagaimana kalau aku nanti terkena penyakit DBD?” tapi segera kualihkan perhatian kepada nafas, “masuk, masuk, masuk”, “keluar, keluar, keluar”, meninggalkan segala pikiran. Maka dari itu, aku tak peduli dibukit itu sendiri, tak peduli gelap malam, tak peduli kalau kiranya ada ular atau hantu jahat berkeliaran, karena setelah memaksakan diri memusatkan perhatian terhadap nafas, aku menjadi tidak peduli pada apapun termasuk kesehatan diriku sendiri.

Bukannya pencerahan yang kudapatkan, meditasi malah semakin membosankan. Sekarang aku mencoba mengganti teknik meditasi. Tadi aku mencoba mengembangkan konsentrasi dengan teknik meditasi samatha. Mungkin aku tidak terlalu mahir dengan teknik meditasi tersebut. Jadi, kini aku mencoba menggantinya dengan meditasi Kracht. Dengan meletingkan punggung, dengan menggerakan otot (kontraksi), serta menekankannya pada cakra, aku mengembangkan konsentrasi. Dengan cara ini, ternyata konsentrasi lebih mudah berkembang.

Setelah konsentrasi cukup berkembang, aku kembali kepada teknik meditasi samatha + vipasana. Aku mulai mengamati seluruh fenomena yang muncul dan lenyap di dalam tubuh mentalku. Ketika itu, tiba-tiba “plak” serasa tanganku ada yang memukul. Aku membuka mata, tak kulihat sesuatupun. “oh, sepertinya itu tadi makhluk halus yang mencoba menggangguku.” Demikian gumamku dalam hati. “oh, tapi saat ini batinku belum cukup kuat untuk bisa melihat, wujud makhluk yang memukul lengaku tadi. Tunggulah sebentar lagi, bila aku berhasil membuka indra keenam ku, maka kau akan dapat kulihat, wahai makhluk halus.” Demikian gerutuku dalam hati. Lalu kulanjutkan bermeditasi.

Aduh..capek juga ngetiknya … bersambung aja ah ….

Bang Medho, tolong thread ku ini jangan dihapus, belum kelar nih!
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Satria on 17 July 2011, 11:27:03 AM
^duh kok gak bisa diedit lagi ya?
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Sunyata on 17 July 2011, 04:11:18 PM
Setau saya om, itu karena masa waktu editnya uda abis. Makanya gak bisa diedit lagi.
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Satria on 17 July 2011, 07:31:54 PM
saya bikin cerpen tapi aga cerpan, jadi bersambung. eh mau diterusin malah tombol editnya ilang. ???????? :?
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: bluppy on 17 July 2011, 08:31:50 PM
kalau tidak salah
15 menit pertama bisa diedit
seterusnya sudah tidak bisa
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Satria on 18 July 2011, 10:48:45 PM
kalau tidak salah
15 menit pertama bisa diedit
seterusnya sudah tidak bisa

baru tau saya. nyesel dah gak diselesain. ntar kalo sambungannya di halaman 2, gak enak bacanya.
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Sunyata on 18 July 2011, 11:09:17 PM
Masih bisa dihalaman 1 kok, om. Di lanjut aja ceritanya, gpp...





[mod]Post berulangnya sudah didelete.[/mod]
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: hatRed on 19 July 2011, 09:06:38 AM
bukit Gandola itu tempat wisata yah?
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Satria on 20 July 2011, 02:56:51 PM
bukit Gandola itu tempat wisata yah?

ya. itu sebuah pegunungan di bandung utara. kalo sabtu sore, biasanya muda-mudi berkumpul di sana bwt pacaran. tempatnya tidak terlalu ramai, jadi enak juga bwt berlatih meditasi.
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: Satria on 20 July 2011, 02:58:50 PM
Masih bisa dihalaman 1 kok, om. Di lanjut aja ceritanya, gpp...


terima kasih atas anjurannya. udah kepotong banyak komeng, jadi agak kurang selera nerusinnya. ntar aja ah, saya bikin cerpen yang baru aja.
Title: Re: Senja Meditasi di Bukit Gandola
Post by: andry on 20 July 2011, 05:09:12 PM
ya. itu sebuah pegunungan di bandung utara. kalo sabtu sore, biasanya muda-mudi berkumpul di sana bwt pacaran. tempatnya tidak terlalu ramai, jadi enak juga bwt berlatih meditasi.
emang ada di daerah bandung utara? dekat daerah mana ya?
Title: membayar utang karma
Post by: Satria on 27 July 2011, 08:18:05 PM

Banyak tikus di rumahku. Hal itu sangat menjengkelkan. Entahlah kemana jalannya, tikus-tikus itu bisa masuk ke rumahku. Orangtuaku menyarankan agar aku memasang perangkap tikus atau memberinya racun agar tikus-tikus itu mati. Aku tidak segera menyetujuinya. Apalagi aku percaya dengan hukum karma. Percaya bahwa hewanpun punya perasaan seperti halnya manusia. Mereka juga ingin hidup, seperti halnya manusia. Dan mereka merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.

Aku memikirkan, bagaimana caranya mengatasi tikus-tikus itu. Aku teringat cerita seorang kawan buddhis di Dhammacitta.org bahwa dia telah berhenti berperang dengan tikus dan nyamuk dengan cara menutup semua celah yang memungkinkan nyamuk dan tikus itu bisa masuk ke dalam rumah. Dengan cara seperti itu, tidak perlu lagi kita membunuh nyamuk maupun tikus. Cerita ini membuatku terdorong untuk melakukan hal yang sama. Kulihat ada beberapa lubang di langit-langit rumah, setelah kuamati dari sanalah tikus-tikus itu bermunculan.

Sejenak aku pandangi langit-langit rumah itu, aku berpikir “Bagaimana ya cara aku menutupinya? Disumpel pake kertas? Hmmm….percuma, pasti bisa dibobol ama tikus. Dipasangi triplek, duh gimana masangnya ya. Maklumlah, aku benar-benar bodoh dalam soal menggunakan perkakas-perkakas kayu. Bagaimana aku nyuruh tukang kayu aja untuk menutup celah itu? Tapi, masa sih aku harus mengeluarkan uang untuk sekedar ngurusin tikus-tikus bau ini?” Sebenarnya aku terlalu malas untuk ngurusin masalah tikus, jadi aku lupakan saja semunya.

Tapi bagaimanapun, adanya tikus-tikus itu membuatku aku dan anak-anakku kurang nyaman. Apalagi anakku yang kelas 4 SD, kalau aku sedang berada di kantor, dia sering masak sendiri di dapur. Kadang-kadang dia meninggalkan masakanya sampai gosong gara-gara takut pada tikus. Malah itu bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar, seperti misalnya kebakaran. Aku akan menyesal tidak membunuh tikus-tikus itu, jika terjadi musibah besar hanya gara-gara anakku takut pada tikus. “Duh, gimana ya, aku bingung. Membunuh tikus aku takut pada karma buruk. Tapi membiarkan tikus, membuat anak-anakku sangat takut dan bisa menimbulkan bahaya.”

Sangat menjengkelkan, semakin hari jumlah tikus itu semakin banyak. Setelah dibiarkan, malah si tikus makin ngelunjak. Dia tidak takut lagi bermain-main di kakiku ketika aku sedang mengetik di komputer. Kadang-kadang, salah satu diantara mereka membuatku kaget, ketika aku konsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaanku di komputer, tiba-tiba tikus itu melompat dihadapanku sampai ekornya mengenai hidungku. Teramatlah kurang ajarnya tikus-tikus itu. Sangat kesal aku dibuatnya.


Lalu, suatu hari aku ada ide. Aku percaya bahwa walaupun tikus-tikus itu tidak mengerti bahasa manusia, tapi kurasa mereka mengerti bahasa batin yang bersifat universal. Di dalam tingkat konsentrasi tertentu, terkadang aku jadi bisa mengerti bahasa hewan. Oleh karena itu, jika batinku cukup baik, maka  mungkin aku bisa berbicara kepada tikus-tikus itu agar mereka pergi dari rumahku.

Dengan sedikit rasa humor, aku membakar dupa. Aku percaya bahwa asap dupa itu bisa menjadi sarana pengantar pesan saya kepada para tikus di rumahku. Dengan sungguh-sungguh, sambil membakar dupa aku berkata, “Wahai para tikus yang ada di rumahku, sesungguhnya aku tidak mau membunuh kalian. Maka saya persilahkan kalian untuk pergi dari rumahku. Jika dalam jangka waktu 4 hari, kalian tidak pergi maka aku akan membunuh kalian semua dan jangan kalian salahkan aku.” Aku merasa berhak mengancam mereka.

Ajaib, esoknya tak satupun terlihat tikus berkeliaran di rumahku. Demikian juga hari kedua, ketiga dan keempat. Tapi pada hari kelima, tikus itu tampak berkeliaran lagi. Begitu melihat mereka, aku bergumam, “oh…kalau begitu berarti kalian ingin mati.” Aku segera berangkat ke pasar untuk membeli racun tikus dan kemudian menaruh racun itu dibawah lemari dapur.

Aku tak habis pikir, apa tikus-tikus itu telah salah tafsir dengan kata-kataku atau gimana ya. Aku bilang bahwa jika tikus-tikus tak pergi dalam jangka waktu 4 hari, maka aku akan membunuh mereka. Maksudku, setelah empat hari seharusnya tak ada satupun tikus yang tersisa di rumahku. Mungkinkah si tikus malah menafsirkan bahwa mereka harus pergi hanya selama 4 hari saja? Kok bisa ya tikus salah tafsir, kirain Cuma kawan-kawan diskusiku yang di DC aja yang bisa salah tafsir, eh ternyata tikus-tikus di rumahku juga bisa salah tafsir juga. Buktinya mereka malah pergi selama 4 hari dan di hari kelima datang lagi dengan jumlah yang tampak lebih banyak. Mungkin selama 4 hari itu mereka berlibur bersama keluarga mereka, trus pulang bawa teman-temannya ke rumah, jadi jumlah tikus makin banyak. Mungkin ayah atau ibu mereka berkata kepada anak-anak mereka, “Nak, mari kita pergi dari rumah ini selama 4 hari! Pemilik rumah ini akan membunuh kita bila kita tidak pergi selama 4 hari. Jadi, nanti hari ke lima kita bisa pulang lagi.” Eh, dasar tikus bodoh.

Tadinya sih, aku memberi waktu jangka 4 hari itu untuk memberi mereka waktu buat beres-beres tempat, nyari tumpangan baru dan angkut-angkut barang. Saya kira 4 hari itu waktunya sudah cukup. Dasar tikus dungu, bukannya pindahan malah piknik selama 4 hari, ngeselin banget. Tapi sekarang aku sudah menaruh racun. “Rasain tuh, kedunguan dan keserakahan kalian terhadap makanan yang bukan milik kalian akan membunuh kalian sendiri.” Demikian gerutuku dalam hati.

 
Keesokan harinya, tikus-tikus kecil tampak berjalan terseok-seok di lantai rumah. Aku memukul tikus itu pake sandal, “Dasar tikus bau, mati loe!” Tikus itu tampak sudah lemah akibat pengaruh racun, aku memukulnya pula. Beberapa ekor tikus lainnya yang agak sedikit besar dari tikus yang pertama aku temukan di bawah akuarium dan di belakang lemari. Lalu aku taruh mereka di dalam kertas koran, membungkusnya dengn kertas koran itu secara berlapis-lapis dan membakarnya di tempat sampah.

Tikus-tikus yang berukuran sedang ditemukan di mana-mana, aku segera membuangnya, mengubur atau membakarnya. Kupikir, kini rumahku akan terbebas dari hama tikus.

Keesokan harinya lagi, seekor tikus besar nongol dari balik lemari. Tikus ini sangat besar, mungkin bapaknya tikus-tikus kecil yang mati kemarin. Dia menatap ke arahku. “hus! Hus!” aku mengusir tikus itu. Tapi aneh, bukannya pergi, tikus itu malah berjalan pelan-pelan sempoyongan ke arahku. “eh buset, malah nyamperin kau!” aku menjauh karena merasa jijik dan takut digigit.

Rupanya tikus ini sudah kepayahan akibat racun. Dia lebih kuat bertahan hidup dan masih mampu berjalan, walaupun dari mulutnya darah sudah menetes-netes. Tikus itu terus mendekat ke arahku. Aku tengok kiri kanan untuk mencari pemukul, tapi tidak kutemukan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memukul kecuali lain lap lantai. Aku ambil kain itu lalu aku pukulkan ke tikus besar itu. Sejenak tikus itu berhenti dan menatapku. Dari sorot pandang matanya, seolah-olah dia berkata padaku, “mengapa kau membunuh kami, padahal kami hanya mencari makan. Kini aku tengah sekarat dan kesakitan, mohon jangan biarkan aku menderita lebih lama lagi, bunuhlah aku segera.” Lalu tikus itu terus berjalan mendekati aku.

Karena tikus itu tak bisa diusir pergi, aku pun diam saja sambil duduk bersila. Tak lama kemudian tikus itu sampai di depanku dengan tetesan-tetesan darah dari mulutnya, lalu dia kejang-kejang, sekarat, dan matilah dia. Aku kasihan melihatnya. Tapi harus bagaimana lagi, kupikir tidak seharusnya mereka tinggal di rumahku. Kalau toh mau mencari makan, kan mereka bisa tinggal di kebun, di kolong jembatan, di hutan atau dimana kek, asal jangan di rumahku. Aku menguburkan tikus itu.

Sore harinya, ketika aku hendak mengambil nasi di lemari makan, terasa dingin kakiku disentuh sesuatu. Ketika kulihat aku terkejut dan melompat, “eh, buset, ini tikus yang mau mati lagi!” mungkin itu adalah ibunya. Tikus itu melihat ke arahku, lalu dengan terseok-seok dia mendekati aku. Sangat penasaran, mengapa tikus-tikus ini mendekati aku kalau mau mati, apa sebenarnya yang mereka inginkan. Maka aku diam saja untuk menunggu apa yang ingin dilakukan tikus itu padaku.

Tikus besar itu berhenti tepat di depan ibu jari kaki kiriku. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia memohon sesuatu. Seolah-olah dia berkata, “Tuan, aku ini adalah ibu dari anak-anak tikus yang telah anda bunuh. Suamiku juga telah mati menyusul anak-anakku. Kini giliranku untuk mati karena racun yang anda berikan kepada kami. Tuan, mohon ampunilah kami! Bila kami harus mati dengan cara seperti ini, mungkin ini sudah nasib kami, tapi mohon janganlah tuan membunuh seluruh keluargaku. Aku masih punya anak, seekor tikus yang masih sangat kecil, biarlahkan dia hidup! Biarkanlah dia hidup, Tuan!”

Glek! Aku menelan ludahku sendiri, karena kasihan melihat tikus itu. Badannya tampak bergetar dan matilah dia dalam posisi seperti sedang memohon di kakiku. Aku tidak tahu, kalau di rumahku masih ada tikus yang tersisa. Tapi sesudah kematian tikus yang mati di depan ibu jari kakiku itu, masih ku temukan seekor tikus yang juga sangat besar.

Malam harinya, seperti biasa, sebelum tidur aku bermeditasi terlebih dahulu barang setengah atau satu jam. Tapi ada yang lain dalam meditasiku kali ini, rasa ngantuk berat menyerangku, sehingga kira-kira baru 10 menit saja aku langsung merebahkan diri di kasur.

Dalam tidur aku bermimpi, aku mendengar suara-suara merintih kesakitan. Lalu aku mencari suara rintihan itu dan akhirnya kutemukan dua ekor tikus yang sedang berguling-guling sambil memegangi  perut mereka. Salah satu dari tikus itu berkata kepadaku, “Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracuni kamu, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”

Lalu aku mendekati kedua tikus itu. Tiba-tiba mereka berubah menjadi kedua bapakku, yaitu bapak kandungku dan bapak angkatku. Keduanya berguling-guling memegangi perut kesakitan, dan mereka tengah menghadapi ajal.

Aku terbangun dan terkejut dengan mimpi itu. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul 2.00. aku ingat, menurut orang tua, jika mimpi pada waktu sepertiga malam terakhir, maka mimpi itu bukan sembarang mimpi, melainkan mimpi yang akan menjadi kenyataan. “Astagfirullah hal adzim!” Demikian gumamku. “Ya Allah, aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan nama Allah yang maha pengampun, ampunilah segala dosa-dosaku, dan aku berlindung kepada Allah dari kejahatan mimpi buruk.” Lalu aku berwudhu dan shalat malam.

Setelah itu, beberapa hari rumahku sepi dari suara ribut-ribut aktifitas tikus. Tapi entah selang beberapa hari, tiba-tiba kulihat seekor tikus mungil melompat-lompat sangat lucu. Anakku yang paling kecil, yang berusia 2 tahun melihat tikus itu. Dia tertawa-tawa melihat lucunya perilaku si tikus kecil, lalu dia mengikuti kemana perginya si tikus kecil. Begitulah, setiap harinya anakku terhibur oleh tikus kecil yang lucu itu. Aku berkata pada anakku yang paling besar, “Tikus ini ketika kecil tampak sangat lucu dan menyenangkan, tapi kalau sudah besar bau dan menjengkelkan, apalagi kalau sudah berkembang biak.” Tapi aku tidak ingin membunuh tikus, karena ingat janjiku pada si ibu tukus beberapa hari yang lalu.

Setahun kemudian, tikus-tikus di rumahku telah banyak lagi. Aku tak mau membunuh tikus lagi. Kini setiap malam, aku menaruh sepiring makanan di dapur di bawah wastafel tempat cuci piring. Makanan itu selalu dihabiskan oleh para tikus di rumahku. Malam harinya, di dapur tidak terdengar ribut-ribut lagi. Mungkin mereka sudah tau di mana saya menyimpan makanan, lalu mereka makan sampai kenyang dan kembali tidur. Mereka tidak berkeliaran terlalu jauh dan tidak setiap waktu. Asal mereka telah kenyang, mereka berhenti membuat keributan.

Masih kulihat lubang di langit-langit rumah itu. Aku bisa menutupnya sekarang. Tapi biarlah saja tidak kututup. Sungguh aku merasa bersalah kepada tikus-tikus yang telah aku bantai setahun yang lalu. Untuk menebus kesalahanku pada tikus-tikus itu, kini aku melayani tikus-tikus keturunan mereka, menyisihkan rezeki setiap hari untuk memberikan mereka makanan. Jika nanti kurasa telah cukup bagiku membayar utang karmaku, barulah aku akan menutup lubang itu.
Title: Re: membayar utang karma
Post by: Forte on 27 July 2011, 10:20:49 PM
bro satria pernah gak kepikiran buat buku memuat cerita seperti ini.. ada bagus nya juga lho..
Title: Re: membayar utang karma
Post by: xenocross on 27 July 2011, 10:56:21 PM
fiksi ya

tapi menyentuh perasaan lho
Title: Re: membayar utang karma
Post by: wang ai lie on 27 July 2011, 11:07:39 PM
la...la...la...bila hatiku sedang rindu...pada siapa aku mengadu... bila hati .... bentar..kok lupa ya..?? om forte bisa bantu lanjutkan ??  om xeno tau judulnya gak?

kalau tau siapa penciptanya?
kapan lagu ini di terbitkan?
berapa harga kaset atau cdnya?
tolong berikan referensi yang jelas berikut alasan ya . :))
Title: Re: membayar utang karma
Post by: johan3000 on 28 July 2011, 01:50:48 AM
Quote
“Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracuni kamu kami, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”

bolehlah sekali-kali tikus tsb dihidangin KEJU.... :x, kapan bukunya terbit...
Title: Re: membayar utang karma
Post by: adi lim on 28 July 2011, 05:53:02 AM
Walt Disney 'pasti' senang cerita ini,
cocok utk film serial anak2 Mickey Mouse   =))

atau kisah Tom & Jerry  :))
Title: Re: membayar utang karma
Post by: J.W on 28 July 2011, 09:09:50 AM
ahh...plagiat
konon katanya tokoh miki n mini tercipta dari tikus2 yg menemani pak walt ketika berkarya..
Title: Re: membayar utang karma
Post by: Kelana on 28 July 2011, 09:59:54 AM
Cerita yang cukup menarik, tapi orang akan menafsirkan bahwa betapa kejam dan bodohnya sang pencipta tikus yang menempatkan dunia tikus dekat dengan dunia manusia dan tidak adanya sarana komunikasi yang langsung (tanpa lewat mimpi) sehingga menimbulkan konflik antara 2 dunia ini.
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: J.W on 28 July 2011, 12:42:36 PM
^
namanya jg kisah hikayat
Title: Re: membayar utang karma
Post by: Pikochan_chan on 28 July 2011, 01:38:08 PM
Banyak tikus di rumahku. Hal itu sangat menjengkelkan. Entahlah kemana jalannya, tikus-tikus itu bisa masuk ke rumahku. Orangtuaku menyarankan agar aku memasang perangkap tikus atau memberinya racun agar tikus-tikus itu mati. Aku tidak segera menyetujuinya. Apalagi aku percaya dengan hukum karma. Percaya bahwa hewanpun punya perasaan seperti halnya manusia. Mereka juga ingin hidup, seperti halnya manusia. Dan mereka merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.

Aku memikirkan, bagaimana caranya mengatasi tikus-tikus itu. Aku teringat cerita seorang kawan buddhis di Dhammacitta.org bahwa dia telah berhenti berperang dengan tikus dan nyamuk dengan cara menutup semua celah yang memungkinkan nyamuk dan tikus itu bisa masuk ke dalam rumah. Dengan cara seperti itu, tidak perlu lagi kita membunuh nyamuk maupun tikus. Cerita ini membuatku terdorong untuk melakukan hal yang sama. Kulihat ada beberapa lubang di langit-langit rumah, setelah kuamati dari sanalah tikus-tikus itu bermunculan.

Sejenak aku pandangi langit-langit rumah itu, aku berpikir “Bagaimana ya cara aku menutupinya? Disumpel pake kertas? Hmmm….percuma, pasti bisa dibobol ama tikus. Dipasangi triplek, duh gimana masangnya ya. Maklumlah, aku benar-benar bodoh dalam soal menggunakan perkakas-perkakas kayu. Bagaimana aku nyuruh tukang kayu aja untuk menutup celah itu? Tapi, masa sih aku harus mengeluarkan uang untuk sekedar ngurusin tikus-tikus bau ini?” Sebenarnya aku terlalu malas untuk ngurusin masalah tikus, jadi aku lupakan saja semunya.

Tapi bagaimanapun, adanya tikus-tikus itu membuatku aku dan anak-anakku kurang nyaman. Apalagi anakku yang kelas 4 SD, kalau aku sedang berada di kantor, dia sering masak sendiri di dapur. Kadang-kadang dia meninggalkan masakanya sampai gosong gara-gara takut pada tikus. Malah itu bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar, seperti misalnya kebakaran. Aku akan menyesal tidak membunuh tikus-tikus itu, jika terjadi musibah besar hanya gara-gara anakku takut pada tikus. “Duh, gimana ya, aku bingung. Membunuh tikus aku takut pada karma buruk. Tapi membiarkan tikus, membuat anak-anakku sangat takut dan bisa menimbulkan bahaya.”

Sangat menjengkelkan, semakin hari jumlah tikus itu semakin banyak. Setelah dibiarkan, malah si tikus makin ngelunjak. Dia tidak takut lagi bermain-main di kakiku ketika aku sedang mengetik di komputer. Kadang-kadang, salah satu diantara mereka membuatku kaget, ketika aku konsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaanku di komputer, tiba-tiba tikus itu melompat dihadapanku sampai ekornya mengenai hidungku. Teramatlah kurang ajarnya tikus-tikus itu. Sangat kesal aku dibuatnya.


Lalu, suatu hari aku ada ide. Aku percaya bahwa walaupun tikus-tikus itu tidak mengerti bahasa manusia, tapi kurasa mereka mengerti bahasa batin yang bersifat universal. Di dalam tingkat konsentrasi tertentu, terkadang aku jadi bisa mengerti bahasa hewan. Oleh karena itu, jika batinku cukup baik, maka  mungkin aku bisa berbicara kepada tikus-tikus itu agar mereka pergi dari rumahku.

Dengan sedikit rasa humor, aku membakar dupa. Aku percaya bahwa asap dupa itu bisa menjadi sarana pengantar pesan saya kepada para tikus di rumahku. Dengan sungguh-sungguh, sambil membakar dupa aku berkata, “Wahai para tikus yang ada di rumahku, sesungguhnya aku tidak mau membunuh kalian. Maka saya persilahkan kalian untuk pergi dari rumahku. Jika dalam jangka waktu 4 hari, kalian tidak pergi maka aku akan membunuh kalian semua dan jangan kalian salahkan aku.” Aku merasa berhak mengancam mereka.

Ajaib, esoknya tak satupun terlihat tikus berkeliaran di rumahku. Demikian juga hari kedua, ketiga dan keempat. Tapi pada hari kelima, tikus itu tampak berkeliaran lagi. Begitu melihat mereka, aku bergumam, “oh…kalau begitu berarti kalian ingin mati.” Aku segera berangkat ke pasar untuk membeli racun tikus dan kemudian menaruh racun itu dibawah lemari dapur.

Aku tak habis pikir, apa tikus-tikus itu telah salah tafsir dengan kata-kataku atau gimana ya. Aku bilang bahwa jika tikus-tikus tak pergi dalam jangka waktu 4 hari, maka aku akan membunuh mereka. Maksudku, setelah empat hari seharusnya tak ada satupun tikus yang tersisa di rumahku. Mungkinkah si tikus malah menafsirkan bahwa mereka harus pergi hanya selama 4 hari saja? Kok bisa ya tikus salah tafsir, kirain Cuma kawan-kawan diskusiku yang di DC aja yang bisa salah tafsir, eh ternyata tikus-tikus di rumahku juga bisa salah tafsir juga. Buktinya mereka malah pergi selama 4 hari dan di hari kelima datang lagi dengan jumlah yang tampak lebih banyak. Mungkin selama 4 hari itu mereka berlibur bersama keluarga mereka, trus pulang bawa teman-temannya ke rumah, jadi jumlah tikus makin banyak. Mungkin ayah atau ibu mereka berkata kepada anak-anak mereka, “Nak, mari kita pergi dari rumah ini selama 4 hari! Pemilik rumah ini akan membunuh kita bila kita tidak pergi selama 4 hari. Jadi, nanti hari ke lima kita bisa pulang lagi.” Eh, dasar tikus bodoh.

Tadinya sih, aku memberi waktu jangka 4 hari itu untuk memberi mereka waktu buat beres-beres tempat, nyari tumpangan baru dan angkut-angkut barang. Saya kira 4 hari itu waktunya sudah cukup. Dasar tikus dungu, bukannya pindahan malah piknik selama 4 hari, ngeselin banget. Tapi sekarang aku sudah menaruh racun. “Rasain tuh, kedunguan dan keserakahan kalian terhadap makanan yang bukan milik kalian akan membunuh kalian sendiri.” Demikian gerutuku dalam hati.

 
Keesokan harinya, tikus-tikus kecil tampak berjalan terseok-seok di lantai rumah. Aku memukul tikus itu pake sandal, “Dasar tikus bau, mati loe!” Tikus itu tampak sudah lemah akibat pengaruh racun, aku memukulnya pula. Beberapa ekor tikus lainnya yang agak sedikit besar dari tikus yang pertama aku temukan di bawah akuarium dan di belakang lemari. Lalu aku taruh mereka di dalam kertas koran, membungkusnya dengn kertas koran itu secara berlapis-lapis dan membakarnya di tempat sampah.

Tikus-tikus yang berukuran sedang ditemukan di mana-mana, aku segera membuangnya, mengubur atau membakarnya. Kupikir, kini rumahku akan terbebas dari hama tikus.

Keesokan harinya lagi, seekor tikus besar nongol dari balik lemari. Tikus ini sangat besar, mungkin bapaknya tikus-tikus kecil yang mati kemarin. Dia menatap ke arahku. “hus! Hus!” aku mengusir tikus itu. Tapi aneh, bukannya pergi, tikus itu malah berjalan pelan-pelan sempoyongan ke arahku. “eh buset, malah nyamperin kau!” aku menjauh karena merasa jijik dan takut digigit.

Rupanya tikus ini sudah kepayahan akibat racun. Dia lebih kuat bertahan hidup dan masih mampu berjalan, walaupun dari mulutnya darah sudah menetes-netes. Tikus itu terus mendekat ke arahku. Aku tengok kiri kanan untuk mencari pemukul, tapi tidak kutemukan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memukul kecuali lain lap lantai. Aku ambil kain itu lalu aku pukulkan ke tikus besar itu. Sejenak tikus itu berhenti dan menatapku. Dari sorot pandang matanya, seolah-olah dia berkata padaku, “mengapa kau membunuh kami, padahal kami hanya mencari makan. Kini aku tengah sekarat dan kesakitan, mohon jangan biarkan aku menderita lebih lama lagi, bunuhlah aku segera.” Lalu tikus itu terus berjalan mendekati aku.

Karena tikus itu tak bisa diusir pergi, aku pun diam saja sambil duduk bersila. Tak lama kemudian tikus itu sampai di depanku dengan tetesan-tetesan darah dari mulutnya, lalu dia kejang-kejang, sekarat, dan matilah dia. Aku kasihan melihatnya. Tapi harus bagaimana lagi, kupikir tidak seharusnya mereka tinggal di rumahku. Kalau toh mau mencari makan, kan mereka bisa tinggal di kebun, di kolong jembatan, di hutan atau dimana kek, asal jangan di rumahku. Aku menguburkan tikus itu.

Sore harinya, ketika aku hendak mengambil nasi di lemari makan, terasa dingin kakiku disentuh sesuatu. Ketika kulihat aku terkejut dan melompat, “eh, buset, ini tikus yang mau mati lagi!” mungkin itu adalah ibunya. Tikus itu melihat ke arahku, lalu dengan terseok-seok dia mendekati aku. Sangat penasaran, mengapa tikus-tikus ini mendekati aku kalau mau mati, apa sebenarnya yang mereka inginkan. Maka aku diam saja untuk menunggu apa yang ingin dilakukan tikus itu padaku.

Tikus besar itu berhenti tepat di depan ibu jari kaki kiriku. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia memohon sesuatu. Seolah-olah dia berkata, “Tuan, aku ini adalah ibu dari anak-anak tikus yang telah anda bunuh. Suamiku juga telah mati menyusul anak-anakku. Kini giliranku untuk mati karena racun yang anda berikan kepada kami. Tuan, mohon ampunilah kami! Bila kami harus mati dengan cara seperti ini, mungkin ini sudah nasib kami, tapi mohon janganlah tuan membunuh seluruh keluargaku. Aku masih punya anak, seekor tikus yang masih sangat kecil, biarlahkan dia hidup! Biarkanlah dia hidup, Tuan!”

Glek! Aku menelan ludahku sendiri, karena kasihan melihat tikus itu. Badannya tampak bergetar dan matilah dia dalam posisi seperti sedang memohon di kakiku. Aku tidak tahu, kalau di rumahku masih ada tikus yang tersisa. Tapi sesudah kematian tikus yang mati di depan ibu jari kakiku itu, masih ku temukan seekor tikus yang juga sangat besar.

Malam harinya, seperti biasa, sebelum tidur aku bermeditasi terlebih dahulu barang setengah atau satu jam. Tapi ada yang lain dalam meditasiku kali ini, rasa ngantuk berat menyerangku, sehingga kira-kira baru 10 menit saja aku langsung merebahkan diri di kasur.

Dalam tidur aku bermimpi, aku mendengar suara-suara merintih kesakitan. Lalu aku mencari suara rintihan itu dan akhirnya kutemukan dua ekor tikus yang sedang berguling-guling sambil memegangi  perut mereka. Salah satu dari tikus itu berkata kepadaku, “Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracuni kamu, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”

Lalu aku mendekati kedua tikus itu. Tiba-tiba mereka berubah menjadi kedua bapakku, yaitu bapak kandungku dan bapak angkatku. Keduanya berguling-guling memegangi perut kesakitan, dan mereka tengah menghadapi ajal.

Aku terbangun dan terkejut dengan mimpi itu. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul 2.00. aku ingat, menurut orang tua, jika mimpi pada waktu sepertiga malam terakhir, maka mimpi itu bukan sembarang mimpi, melainkan mimpi yang akan menjadi kenyataan. “Astagfirullah hal adzim!” Demikian gumamku. “Ya Allah, aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan nama Allah yang maha pengampun, ampunilah segala dosa-dosaku, dan aku berlindung kepada Allah dari kejahatan mimpi buruk.” Lalu aku berwudhu dan shalat malam.

Setelah itu, beberapa hari rumahku sepi dari suara ribut-ribut aktifitas tikus. Tapi entah selang beberapa hari, tiba-tiba kulihat seekor tikus mungil melompat-lompat sangat lucu. Anakku yang paling kecil, yang berusia 2 tahun melihat tikus itu. Dia tertawa-tawa melihat lucunya perilaku si tikus kecil, lalu dia mengikuti kemana perginya si tikus kecil. Begitulah, setiap harinya anakku terhibur oleh tikus kecil yang lucu itu. Aku berkata pada anakku yang paling besar, “Tikus ini ketika kecil tampak sangat lucu dan menyenangkan, tapi kalau sudah besar bau dan menjengkelkan, apalagi kalau sudah berkembang biak.” Tapi aku tidak ingin membunuh tikus, karena ingat janjiku pada si ibu tukus beberapa hari yang lalu.

Setahun kemudian, tikus-tikus di rumahku telah banyak lagi. Aku tak mau membunuh tikus lagi. Kini setiap malam, aku menaruh sepiring makanan di dapur di bawah wastafel tempat cuci piring. Makanan itu selalu dihabiskan oleh para tikus di rumahku. Malam harinya, di dapur tidak terdengar ribut-ribut lagi. Mungkin mereka sudah tau di mana saya menyimpan makanan, lalu mereka makan sampai kenyang dan kembali tidur. Mereka tidak berkeliaran terlalu jauh dan tidak setiap waktu. Asal mereka telah kenyang, mereka berhenti membuat keributan.

Masih kulihat lubang di langit-langit rumah itu. Aku bisa menutupnya sekarang. Tapi biarlah saja tidak kututup. Sungguh aku merasa bersalah kepada tikus-tikus yang telah aku bantai setahun yang lalu. Untuk menebus kesalahanku pada tikus-tikus itu, kini aku melayani tikus-tikus keturunan mereka, menyisihkan rezeki setiap hari untuk memberikan mereka makanan. Jika nanti kurasa telah cukup bagiku membayar utang karmaku, barulah aku akan menutup lubang itu.

:) Permisi Saudara Satria….

:) Mungkin Saudara Satria bth mengatasi problem(mencari solusi) Cit-cit(Mouse) di rumah Saudara dgn cr yg paling bijaksana?

:) Saran sy, Saudara Satria dapat membebaskan(Fang Sen) Cit-cit(Mouse) di rumah Saudara menuju ke:

Spoiler: ShowHide

Kuil “Karni Mata” atau dikenal juga dengan nama “Kuil Tikus” (Rat Temple), didirikan pada abad ke 15, berlokasi di kota kecil Desknoke, 30 Km dari distrik Bikaner, negara bagian Rajasthan, India bagian barat. Kuil ini didirikan untuk dipersembahkan kepada seorang wanita bijak bernama Karni Mata (1387 – 1538) yang dipercaya sebagai titisan dewi Durga oleh para pengikutnya.

Kuil ini terkenal karena dihuni oleh ribuan tikus yang dipercaya oleh para pemujanya sebagai tikus keramat (suci) yang kelak akan menitis menjadi orang suci. Itulah sebabnya tikus-tikus ini sangat dilindungi oleh pemujanya dan selalu dimanja dengan memberinya makanan.

Tikus2 tersebut diberikan susu, kelapa, buah2an, padi, laddoo, peda dan manisan...

(http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-2.jpg)
 (http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-7.jpg)
(http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-10.jpg)
(http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-9.jpg)
(http://www.cyarena.com/comments/india/funny-india/images/rat.JPG)
(http://www.vatanappally.com/images/yp_rats.jpg)
(http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-14.jpg)
(http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-12.jpg)
(http://i890.photobucket.com/albums/ac103/honzdiecast/tikus-11.jpg)

:) Bagaimana Saudara Satria, semoga Saudara dpt mempertimbangkannya……

 _/\_ Semoga saran dr sy dpt memberi solusi bg Saudara

:) Siyuegen all…..

_/\_ SSBS


Title: Re: Jurnal Satria
Post by: johan3000 on 28 July 2011, 02:01:59 PM
apakah ada tempat permandian, kolam renang, tempat olah raga tikus yg lengkap gitu lho... sehingga tikus nya gak bau..... ya salon dehhhhh
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: hatRed on 28 July 2011, 02:43:41 PM
Banyak tikus di rumahku. Hal itu sangat menjengkelkan. Entahlah kemana jalannya, tikus-tikus itu bisa masuk ke rumahku. Orangtuaku menyarankan agar aku memasang perangkap tikus atau memberinya racun agar tikus-tikus itu mati. Aku tidak segera menyetujuinya. Apalagi aku percaya dengan hukum karma. Percaya bahwa hewanpun punya perasaan seperti halnya manusia. Mereka juga ingin hidup, seperti halnya manusia. Dan mereka merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.

Aku memikirkan, bagaimana caranya mengatasi tikus-tikus itu. Aku teringat cerita seorang kawan buddhis di Dhammacitta.org bahwa dia telah berhenti berperang dengan tikus dan nyamuk dengan cara menutup semua celah yang memungkinkan nyamuk dan tikus itu bisa masuk ke dalam rumah. Dengan cara seperti itu, tidak perlu lagi kita membunuh nyamuk maupun tikus. Cerita ini membuatku terdorong untuk melakukan hal yang sama. Kulihat ada beberapa lubang di langit-langit rumah, setelah kuamati dari sanalah tikus-tikus itu bermunculan.

Sejenak aku pandangi langit-langit rumah itu, aku berpikir “Bagaimana ya cara aku menutupinya? Disumpel pake kertas? Hmmm….percuma, pasti bisa dibobol ama tikus. Dipasangi triplek, duh gimana masangnya ya. Maklumlah, aku benar-benar bodoh dalam soal menggunakan perkakas-perkakas kayu. Bagaimana aku nyuruh tukang kayu aja untuk menutup celah itu? Tapi, masa sih aku harus mengeluarkan uang untuk sekedar ngurusin tikus-tikus bau ini?” Sebenarnya aku terlalu malas untuk ngurusin masalah tikus, jadi aku lupakan saja semunya.

Tapi bagaimanapun, adanya tikus-tikus itu membuatku aku dan anak-anakku kurang nyaman. Apalagi anakku yang kelas 4 SD, kalau aku sedang berada di kantor, dia sering masak sendiri di dapur. Kadang-kadang dia meninggalkan masakanya sampai gosong gara-gara takut pada tikus. Malah itu bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar, seperti misalnya kebakaran. Aku akan menyesal tidak membunuh tikus-tikus itu, jika terjadi musibah besar hanya gara-gara anakku takut pada tikus. “Duh, gimana ya, aku bingung. Membunuh tikus aku takut pada karma buruk. Tapi membiarkan tikus, membuat anak-anakku sangat takut dan bisa menimbulkan bahaya.”

Sangat menjengkelkan, semakin hari jumlah tikus itu semakin banyak. Setelah dibiarkan, malah si tikus makin ngelunjak. Dia tidak takut lagi bermain-main di kakiku ketika aku sedang mengetik di komputer. Kadang-kadang, salah satu diantara mereka membuatku kaget, ketika aku konsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaanku di komputer, tiba-tiba tikus itu melompat dihadapanku sampai ekornya mengenai hidungku. Teramatlah kurang ajarnya tikus-tikus itu. Sangat kesal aku dibuatnya.


Lalu, suatu hari aku ada ide. Aku percaya bahwa walaupun tikus-tikus itu tidak mengerti bahasa manusia, tapi kurasa mereka mengerti bahasa batin yang bersifat universal. Di dalam tingkat konsentrasi tertentu, terkadang aku jadi bisa mengerti bahasa hewan. Oleh karena itu, jika batinku cukup baik, maka  mungkin aku bisa berbicara kepada tikus-tikus itu agar mereka pergi dari rumahku.

Dengan sedikit rasa humor, aku membakar dupa. Aku percaya bahwa asap dupa itu bisa menjadi sarana pengantar pesan saya kepada para tikus di rumahku. Dengan sungguh-sungguh, sambil membakar dupa aku berkata, “Wahai para tikus yang ada di rumahku, sesungguhnya aku tidak mau membunuh kalian. Maka saya persilahkan kalian untuk pergi dari rumahku. Jika dalam jangka waktu 4 hari, kalian tidak pergi maka aku akan membunuh kalian semua dan jangan kalian salahkan aku.” Aku merasa berhak mengancam mereka.

Ajaib, esoknya tak satupun terlihat tikus berkeliaran di rumahku. Demikian juga hari kedua, ketiga dan keempat. Tapi pada hari kelima, tikus itu tampak berkeliaran lagi. Begitu melihat mereka, aku bergumam, “oh…kalau begitu berarti kalian ingin mati.” Aku segera berangkat ke pasar untuk membeli racun tikus dan kemudian menaruh racun itu dibawah lemari dapur.

Aku tak habis pikir, apa tikus-tikus itu telah salah tafsir dengan kata-kataku atau gimana ya. Aku bilang bahwa jika tikus-tikus tak pergi dalam jangka waktu 4 hari, maka aku akan membunuh mereka. Maksudku, setelah empat hari seharusnya tak ada satupun tikus yang tersisa di rumahku. Mungkinkah si tikus malah menafsirkan bahwa mereka harus pergi hanya selama 4 hari saja? Kok bisa ya tikus salah tafsir, kirain Cuma kawan-kawan diskusiku yang di DC aja yang bisa salah tafsir, eh ternyata tikus-tikus di rumahku juga bisa salah tafsir juga. Buktinya mereka malah pergi selama 4 hari dan di hari kelima datang lagi dengan jumlah yang tampak lebih banyak. Mungkin selama 4 hari itu mereka berlibur bersama keluarga mereka, trus pulang bawa teman-temannya ke rumah, jadi jumlah tikus makin banyak. Mungkin ayah atau ibu mereka berkata kepada anak-anak mereka, “Nak, mari kita pergi dari rumah ini selama 4 hari! Pemilik rumah ini akan membunuh kita bila kita tidak pergi selama 4 hari. Jadi, nanti hari ke lima kita bisa pulang lagi.” Eh, dasar tikus bodoh.

Tadinya sih, aku memberi waktu jangka 4 hari itu untuk memberi mereka waktu buat beres-beres tempat, nyari tumpangan baru dan angkut-angkut barang. Saya kira 4 hari itu waktunya sudah cukup. Dasar tikus dungu, bukannya pindahan malah piknik selama 4 hari, ngeselin banget. Tapi sekarang aku sudah menaruh racun. “Rasain tuh, kedunguan dan keserakahan kalian terhadap makanan yang bukan milik kalian akan membunuh kalian sendiri.” Demikian gerutuku dalam hati.

 
Keesokan harinya, tikus-tikus kecil tampak berjalan terseok-seok di lantai rumah. Aku memukul tikus itu pake sandal, “Dasar tikus bau, mati loe!” Tikus itu tampak sudah lemah akibat pengaruh racun, aku memukulnya pula. Beberapa ekor tikus lainnya yang agak sedikit besar dari tikus yang pertama aku temukan di bawah akuarium dan di belakang lemari. Lalu aku taruh mereka di dalam kertas koran, membungkusnya dengn kertas koran itu secara berlapis-lapis dan membakarnya di tempat sampah.

Tikus-tikus yang berukuran sedang ditemukan di mana-mana, aku segera membuangnya, mengubur atau membakarnya. Kupikir, kini rumahku akan terbebas dari hama tikus.

Keesokan harinya lagi, seekor tikus besar nongol dari balik lemari. Tikus ini sangat besar, mungkin bapaknya tikus-tikus kecil yang mati kemarin. Dia menatap ke arahku. “hus! Hus!” aku mengusir tikus itu. Tapi aneh, bukannya pergi, tikus itu malah berjalan pelan-pelan sempoyongan ke arahku. “eh buset, malah nyamperin kau!” aku menjauh karena merasa jijik dan takut digigit.

Rupanya tikus ini sudah kepayahan akibat racun. Dia lebih kuat bertahan hidup dan masih mampu berjalan, walaupun dari mulutnya darah sudah menetes-netes. Tikus itu terus mendekat ke arahku. Aku tengok kiri kanan untuk mencari pemukul, tapi tidak kutemukan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memukul kecuali lain lap lantai. Aku ambil kain itu lalu aku pukulkan ke tikus besar itu. Sejenak tikus itu berhenti dan menatapku. Dari sorot pandang matanya, seolah-olah dia berkata padaku, “mengapa kau membunuh kami, padahal kami hanya mencari makan. Kini aku tengah sekarat dan kesakitan, mohon jangan biarkan aku menderita lebih lama lagi, bunuhlah aku segera.” Lalu tikus itu terus berjalan mendekati aku.

Karena tikus itu tak bisa diusir pergi, aku pun diam saja sambil duduk bersila. Tak lama kemudian tikus itu sampai di depanku dengan tetesan-tetesan darah dari mulutnya, lalu dia kejang-kejang, sekarat, dan matilah dia. Aku kasihan melihatnya. Tapi harus bagaimana lagi, kupikir tidak seharusnya mereka tinggal di rumahku. Kalau toh mau mencari makan, kan mereka bisa tinggal di kebun, di kolong jembatan, di hutan atau dimana kek, asal jangan di rumahku. Aku menguburkan tikus itu.

Sore harinya, ketika aku hendak mengambil nasi di lemari makan, terasa dingin kakiku disentuh sesuatu. Ketika kulihat aku terkejut dan melompat, “eh, buset, ini tikus yang mau mati lagi!” mungkin itu adalah ibunya. Tikus itu melihat ke arahku, lalu dengan terseok-seok dia mendekati aku. Sangat penasaran, mengapa tikus-tikus ini mendekati aku kalau mau mati, apa sebenarnya yang mereka inginkan. Maka aku diam saja untuk menunggu apa yang ingin dilakukan tikus itu padaku.

Tikus besar itu berhenti tepat di depan ibu jari kaki kiriku. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia memohon sesuatu. Seolah-olah dia berkata, “Tuan, aku ini adalah ibu dari anak-anak tikus yang telah anda bunuh. Suamiku juga telah mati menyusul anak-anakku. Kini giliranku untuk mati karena racun yang anda berikan kepada kami. Tuan, mohon ampunilah kami! Bila kami harus mati dengan cara seperti ini, mungkin ini sudah nasib kami, tapi mohon janganlah tuan membunuh seluruh keluargaku. Aku masih punya anak, seekor tikus yang masih sangat kecil, biarlahkan dia hidup! Biarkanlah dia hidup, Tuan!”

Glek! Aku menelan ludahku sendiri, karena kasihan melihat tikus itu. Badannya tampak bergetar dan matilah dia dalam posisi seperti sedang memohon di kakiku. Aku tidak tahu, kalau di rumahku masih ada tikus yang tersisa. Tapi sesudah kematian tikus yang mati di depan ibu jari kakiku itu, masih ku temukan seekor tikus yang juga sangat besar.

Malam harinya, seperti biasa, sebelum tidur aku bermeditasi terlebih dahulu barang setengah atau satu jam. Tapi ada yang lain dalam meditasiku kali ini, rasa ngantuk berat menyerangku, sehingga kira-kira baru 10 menit saja aku langsung merebahkan diri di kasur.

Dalam tidur aku bermimpi, aku mendengar suara-suara merintih kesakitan. Lalu aku mencari suara rintihan itu dan akhirnya kutemukan dua ekor tikus yang sedang berguling-guling sambil memegangi  perut mereka. Salah satu dari tikus itu berkata kepadaku, “Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracuni kamu, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”

Lalu aku mendekati kedua tikus itu. Tiba-tiba mereka berubah menjadi kedua bapakku, yaitu bapak kandungku dan bapak angkatku. Keduanya berguling-guling memegangi perut kesakitan, dan mereka tengah menghadapi ajal.

Aku terbangun dan terkejut dengan mimpi itu. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul 2.00. aku ingat, menurut orang tua, jika mimpi pada waktu sepertiga malam terakhir, maka mimpi itu bukan sembarang mimpi, melainkan mimpi yang akan menjadi kenyataan. “Astagfirullah hal adzim!” Demikian gumamku. “Ya Allah, aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan nama Allah yang maha pengampun, ampunilah segala dosa-dosaku, dan aku berlindung kepada Allah dari kejahatan mimpi buruk.” Lalu aku berwudhu dan shalat malam.

Setelah itu, beberapa hari rumahku sepi dari suara ribut-ribut aktifitas tikus. Tapi entah selang beberapa hari, tiba-tiba kulihat seekor tikus mungil melompat-lompat sangat lucu. Anakku yang paling kecil, yang berusia 2 tahun melihat tikus itu. Dia tertawa-tawa melihat lucunya perilaku si tikus kecil, lalu dia mengikuti kemana perginya si tikus kecil. Begitulah, setiap harinya anakku terhibur oleh tikus kecil yang lucu itu. Aku berkata pada anakku yang paling besar, “Tikus ini ketika kecil tampak sangat lucu dan menyenangkan, tapi kalau sudah besar bau dan menjengkelkan, apalagi kalau sudah berkembang biak.” Tapi aku tidak ingin membunuh tikus, karena ingat janjiku pada si ibu tukus beberapa hari yang lalu.

Setahun kemudian, tikus-tikus di rumahku telah banyak lagi. Aku tak mau membunuh tikus lagi. Kini setiap malam, aku menaruh sepiring makanan di dapur di bawah wastafel tempat cuci piring. Makanan itu selalu dihabiskan oleh para tikus di rumahku. Malam harinya, di dapur tidak terdengar ribut-ribut lagi. Mungkin mereka sudah tau di mana saya menyimpan makanan, lalu mereka makan sampai kenyang dan kembali tidur. Mereka tidak berkeliaran terlalu jauh dan tidak setiap waktu. Asal mereka telah kenyang, mereka berhenti membuat keributan.

Masih kulihat lubang di langit-langit rumah itu. Aku bisa menutupnya sekarang. Tapi biarlah saja tidak kututup. Sungguh aku merasa bersalah kepada tikus-tikus yang telah aku bantai setahun yang lalu. Untuk menebus kesalahanku pada tikus-tikus itu, kini aku melayani tikus-tikus keturunan mereka, menyisihkan rezeki setiap hari untuk memberikan mereka makanan. Jika nanti kurasa telah cukup bagiku membayar utang karmaku, barulah aku akan menutup lubang itu.

kadang selalu terpikir olehku untuk mengirimmu keseorang psikiater  ::)  :|
membakar dupa dan berkomunikasi sama tikus... hmm :-? patut dicoba :hammer: humormu ternyata tidak sedikit.
Title: Re: membayar utang karma
Post by: Satria on 28 July 2011, 03:35:55 PM
bro satria pernah gak kepikiran buat buku memuat cerita seperti ini.. ada bagus nya juga lho..

kepikiran banget, bro Forte. sya ingin mencatat berbagai kejadian yang saya alami dalam sebuah buku serta mempubilkasikannya. tapi ada beberapa hal yang membuat saya menahan diri dari niat tersebut, diantaranya :

1. sya membutuhkan sedikit gambaran mengenai "daya penerimaan masyarakat" sebelum saya mempublikasikan buku saya.

dengan cara saya mempostig cerita sperti ini di beberapa forum online, saya bisa mendapatkan gambaran tentang "bagaimaan penerimaan masyarakat" terhdap kisah-kisah yang saya bawakan. dan hasilnya lumayan membingungkan, karena satu kisah yang sngat diterima baik di suatu komunitas, ditolak keras oleh komunias lainnya. satu komunitas sangat menyukainya, dan komunitas lainnya sangat membencinya.

Kisah "Perjumpaan dengn Yesus" misalnya, itu diterima baik di kalangan kr****n, mereka merasa kagum dan tersentuh. tapi di kalangan muslim dan buddhis, kisah perjumpaan yesus itu menjadi bahan olok-olokan. demikian juga, suatu kisah yang menyentuh komunitas muslim, justru sangat dibenci oleh komunitas kr****n.

hal itu membuat saya berpikir, bahwa jika saya menerbitkan buku yang memuat kisah-kisah spiritual atau pengalaman pribadi, ada kemungkinan menjadi beban berat, karena komunitas-komunitas tertentu akan membenci, kendatipun komunitas tertentu menyukai.

lainnya halnya dengan berita-berita aktual yang saya tulis di koran, sama sekali tidak mengandun beban, karena yang saya ceritakan adalah orang lain, bukan diri sendiri.

2. untuk biaya cetak, mungkin bisa saya usahakan sendiri antara 10 hingga 20 juta rupiah. tapi, setelah dicetak, saya tidak mengetahui kemana saya harus menjual?

ini menjadi alasan saya kedua. saya memang seornag wartawan dan bisa mencari informasi  tentang hal tersebut, tapi terus terang, redaksi selalu menugasi saya melibut berita tntang kasus-kasus korupsi, jadi saya tidak sempat mencari-cari informasi tentang teknik pendistribusian buku.

3.Penolakan dari Penerbit

saya pernah menawarkan buku saya ke beberapa penerbit, tapi mereka menolak,  dengan alasan mereka tidak menerbitkan buku yang membuat cerita-cerita fiktif, cerpen, novel, dll. dan lainnya menolak karena konten dari buku itu dianggap bisa menimbulkan kontroversi.

tadinya kan, kalau buku saya diterima oleh sebuah penerbit, tentu saya tinggal menerima royalti dan tidak usah bingung menjualnya sndiri.

sebenarnya, banyak penerbit yang menawari saya menulis buku, tapi mereka sudah menentukan judul atau temanya sendiri. selalu tidak cocok dengan yang saya harapkan, jadi di sisi lain, saya menolak penerbit.

contoh, sebuah penerbit menawari saya untuk menulis buku "Seni Budaya dan Keterampilan". walaupun dibayar mahal, itu saya gak minat.

dan masih ada alasan lainnya.

jadi, bro Forte, memang saya berniat membukukan pengalaman pribadi saya, tapi masih banyak kendala.
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Forte on 28 July 2011, 03:39:49 PM
saya rasa anda tidak perlu terlalu ribet seperti itu.. anda tinggal menyusun scriptnya.. lalu memberikan kepada penerbit u/ dinilai.. nanti mereka yang akan menentukan apakah script tersebut layak terbit / tidak.
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Satria on 28 July 2011, 03:48:50 PM
saya rasa anda tidak perlu terlalu ribet seperti itu.. anda tinggal menyusun scriptnya.. lalu memberikan kepada penerbit u/ dinilai.. nanti mereka yang akan menentukan apakah script tersebut layak terbit / tidak.

Anda pernah menerbitkan buku Anda, Bro Forte?
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Forte on 28 July 2011, 09:05:04 PM
Anda pernah menerbitkan buku Anda, Bro Forte?
belum.. tapi yang saya tahu seperti itu..
saya rasa anda bisa coba ngomong dulu ke beberapa penerbit mengenai ide anda..
kasih sampel cerita anda.. penerbit bisa menilai koq.. karena penerbit juga tidak bodoh, tidak mungkin mau menerbitkan buku yang gak bisa dijual bukan..
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: wang ai lie on 28 July 2011, 09:57:33 PM
numpang tanya , kalau seandainya dan jika saya posting tentang cerita2 buddhisme di forum kr****n dan muslim gimana ya.. mereka merasa terganggu gak, apalagi kalau saya campur adukan walaupun saya bilang fiktif dan mengunggulkan buddhisme ..kira2 tanggapan mereka gimana ya..

bantu jawab ya ..sekalian penjelasan dan alasannya baik yang tersirat, tersurat dan ter-fax ataupun ter telegaraf.. kamshia!!
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Satria on 28 July 2011, 10:10:39 PM
belum.. tapi yang saya tahu seperti itu..
saya rasa anda bisa coba ngomong dulu ke beberapa penerbit mengenai ide anda..
kasih sampel cerita anda.. penerbit bisa menilai koq.. karena penerbit juga tidak bodoh, tidak mungkin mau menerbitkan buku yang gak bisa dijual bukan..


terima kasih atas perhatian anda, bro Forte. hal itu memang simple, jika saya ingin membuat simple. dan hal rumit, jika saya ingin membuatnya rumit.

jika saya ingin membuatnya simple, maka berikut inilah pemikirannya :

Quote
benar juga yang dikatakan oleh bro Forte, saya harus mencoba anjuran bro Forte. saya tinggal memperlihatkan beberapa script ke penerbit, kalo penerbit yang satu menolak, tinggal tawarkan ke penerbit lainnya sampai ada yang terima. selesailah sudah.

jika saya ingin membuatnya rumit, maka berikut inilah pemikirannya :

Quote

penerbit itu memang bisa menilai, mana buku yang kiranya bisa laku dijual dan mana yang tidak. tapi setiap penerbit itu memiliki program, visi dan misi yang berbeda, sehingga membedakan pula mengenai kriteria buku yang akan diterbitkan. selain dari itu, faktor subjektif dari editornya juga sangat menentukan. seperti misalnya saya pernah menawarkan buku tentang seluk-beluk forum diskusi online dan cara membuatnya, sebuah buku bertema IT. tapi si editor penerbit tersebut benar-benar tidak mengerti apa itu forum diskusi online. yang dia tahu kalau mau diskusi bisa menggunakan milis dan facebook. kemudian dia menolak buku saya karena menganggap forum diskusi online itu tidak populer, "masyarakt indonesia itu masih asing dengan forum diskusi online seperti yang anda sebutkan tadi. jadi, buku ini belum dapat kami terima. mungkin anda bisa menulis tentang facebook atau seluk-beluk milis, karena saat ini tema itu sedang booming.jika anda menulis tentang tema-tema seperti itu, mungkin bisa kami pertimbangkan" inilah salah satu yang saya alami.

apalagi ketika saya menawarkan sebuah buku berjudul "Logika Praktis", editornya tampak bingung, "buku apa ini, apa gunanya bagi masyarakat? dan banyak pertanyaan. tapi akhirnya ditolak juga, karena saya gagal untuk meyakinkan bahwa buku itu berguna untuk masyarakat."

setelah berkelana dari satu  penerbit ke penerbit lainnya, saya menemukan bahwa ternyata soal "konten" dari buku adalah nomor dua, yang utama adalah melihat "siapa yang menulisnya". sebagian kecil lebih mengutamakan isi tulisan, tapi itupun harus sesuai dengan selera editornya.

yang termudah adalah, menulis sendiri, mencetak sendiri dan menerbitkan sendiri. tapi menjualnya, ini yang masih menjadi tanda tanya. kalau saya mengeluarkan modal 10 hingga 20 juta, itu harus dengan pasar yang jelas dan perhitungan yang matang. oleh karena itu, saya mencoba menjajaki dulu memposting artikel-artikel saya tentang meditasi, krachtologi, logika, agama, filsafat, fiksi, serta pengalaman-pengalaman mistik pribadi di forum-forum online. dengan memperhatikan respon orang-orang, maka saya lebih bisa melihat gambaran, bagaimana kiranya prospek bisnis penerbitan buku yang akan saya jalani nanti. yang jelas, buku-buku meditasi, krachtologi, agama, logika dan filsafat, belum berani untuk saya publikasikan. karena saya mempunyai gambaran bahwa buku-buku saya akan ditolak keras oleh banyak kalangan. tapi saya sudah mendapat gambaran bahwa karya fiksi, cerpen, puisi, dan pengalaman-pengalaman mistik yang saya alami lebih dapat diterima dari pada buku teori logika, meditasi dan krachtologi. begitulah bro, jadi saya masih ingin mencari gambaran itu.

saya telah menulis sebuah buku yang berjudul "Reinkarnasi Menurut Pandangan Islam". buku ini berisi tentang dalil-dalil alQuran dan Hadits yang menyatakan bahwa reinkarnasi itu hal yang benar bisa terjadi pada diri manusia. manusia bisa terlahir kembali menjadi manusia atau menjadi hewan, sebaliknya hewan juga bisa terlahir menjadi manusia. manusia bisa terlahir menjadi dewa, dan dewa bisa terlahir menjadi manusia. ketika saya memposting sedikit di forum muslim, wah sangat tidak disangka, penentangan dan kebencian dari komunitas muslim terhadap postingan saya tersebut sangat keras. lalu mereka mencaci maki saya dengan menyebut murtad, kafir, musyrik, zindiq, dan lain sebagainya. bila saja buku itu terlah benar-benar diterbitkan, mungkin sudah hancurlah rumah saya karena dilempari batu oleh komunitas muslim yang tidak sanggup mengerti kebenaran reinkarnasi. demikian pula bila saya menulis buku "Ajaran sang Buddha tentang Keesahan Tuhan", itu akan dapat diterima oleh komunitas muslim, tapi bagaimana dengan perasaan umat buddhis? jadi, saya pikir, tidak sesimple itu untuk menerbitkan buku, kendatipun sekedar untuk menerbitkan 5000 hingga 10000 exemplar. ada banyak pertimbangan moral dan dampak yang akan ditimbulkan oleh apa yang telah saya publikasikan.

berpikir simple ataupun rumit, melalui cara yang manapun, saya berharap mudah-mudahan cita-cita saya untuk menerbitkan berbagai buku dapat terlaksana. dan terima kasih bila anda mendukung rencana saya.
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Satria on 28 July 2011, 10:26:51 PM
numpang tanya , kalau seandainya dan jika saya posting tentang cerita2 buddhisme di forum kr****n dan muslim gimana ya.. mereka merasa terganggu gak, apalagi kalau saya campur adukan walaupun saya bilang fiktif dan mengunggulkan buddhisme ..kira2 tanggapan mereka gimana ya..

bantu jawab ya ..sekalian penjelasan dan alasannya baik yang tersirat, tersurat dan ter-fax ataupun ter telegaraf.. kamshia!!

dari pada berspekulasi dan diperdebatkan, lebih baik silahkan bereksperiman langsung. seperti halnya yang saya lakukan di sini. jadi, gak usah nanya-nanya lagi. udah tau sendiri.
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: wang ai lie on 28 July 2011, 10:28:35 PM
dari pada berspekulasi dan diperdebatkan, lebih baik silahkan bereksperiman langsung. seperti halnya yang saya lakukan di sini. jadi, gak usah nanya-nanya lagi. udah tau sendiri.

tanya kenapa  ??? ??? ??? ??? ::) ::) ::) ::)
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: johan3000 on 28 July 2011, 11:44:04 PM
kenapa looo ? why ?
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Forte on 29 July 2011, 08:17:04 AM
ic.. bro satria mungkin bisa menerbitkan dalam bahasa inggris.. dijual dalam bentuk ebook di ebay ;D
Title: Re: Jurnal Satria
Post by: Pikochan_chan on 31 July 2011, 07:12:41 PM
berpikir simple ataupun rumit, melalui cara yang manapun, saya berharap mudah-mudahan cita-cita saya untuk menerbitkan berbagai buku dapat terlaksana. dan terima kasih bila anda mendukung rencana saya.

 :)  Saudara Satria, menurut sy yang terpenting adalah agar Saudara Satria senantiasa utk selalu tekun berusaha mengejar impian Saudara

 :) Jika harapan yg Saudara cita2kan bermanfaat bg dr Saudara & other creatures, sdh sewajarnnya akan menghasilkan buah kamma yg

baik(affirmation mode on)

 :) Ngomong2, bolehkah sy tahu buku2 apa sj yg termasuk buku2 favorit bg Saudara Satria?

 ;) Keep up the good work

 _/\_ SSBS