Sudah sering kita mendengar ada beberapa kisah perjalanan iman dari agama "A" ke agama kr****n, dan yg mengejutkan, tidak sedikit dr kisah2 tsb yang bermimpi bertemu yesus atau bahkan makan bareng (roti).. dan tidak jarang seorang Muslim yg sering ikut diskusi Islam-kr****n pernah bermimpi bertemu yesus bahkan ada kesaksian dari teman myQuran (Jhana) yg pernah mendengar suara yesus ketika sadar...
Seperti yg kita ketahui, Kisah "bertemu Yesus" dijadikan alasan beberapa org untuk berpindah keimanan menuju agama kr****n, dan mimpi bertemu Yesus sendiri dianggap sebagai sesuatu yg istimewa dan TANDA bahwa yg diajak bicara akan menerima Kristus dan memang telah berbicara kpd "Tuhan"
Itu mah efek placebo.... Karena terobsesi atau karena terlalu sering memikirkan suatu obyek, alam bawah sadar kemudian mengasosiasikan simbol2 yang sering kita pikirkan kemudian menciptakan kisah tersendiri dalam mimpi.
Tuhan yang mengadakan 'mana' (ruang dan tempat) oleh karenanya 'mana' tidak berarti bagi-Nya. Ia sangat tinggi untuk diliputi ruang dan tempat, dia ada di segala ruang tanpa bersentuhan dan bergandengan. Dia mengetahui segala yg ada padanya. Tidak ada sesuatupun yg lepas dari pengawasan-Nya. Itulah sebenar-benarnya Tuhan. So jika anda bermimpi bertemu Tuhan, maka sebenarnya itu adalah setan yg menjelma atau hanya sekadar bunga mimpi.
Sekarang tulisan Islam tidak jadi bintang-bintang lagi .
Jangan menyangka bahwa saya telah meninggalkan Islam, menjadi buddhis atau kr****n. Sampai saat ini, saya masih seorang muslim yang senantiasa menjalankan shalat 5 waktu, berpuasa pada bulan ramadhan dan menunaikan zakat. Kemana-mana saya membawa Quran dan menghafalnya. Yesus yang berjumpa dengan saya, ia tidak mengatakan “keluarlah dari Islam, dan masuklah ke dalam kr****n.” tidak, dia tidak mengatakan demikian sama sekali. Dia hanya berkata, “Bila hati mu lembut, maka kebenaran akan kau terima (dariku).”
Lalu apa alasan tidak boleh meremahkan,toh saya juga belum dikunjungi Yesus :)
Dari tulisan diatas,diketahui bahwa tidak semua orang punya pengalaman bertemu yesus,ini berarti tidak semua orang beruntung dan punya kesempatan yang sama,jikapun pengalaman bertemu Yesus adalah Baik maka lagi2 sungguh kasihan mereka yang terlahir dan hidup sebelum Yesus muncul,
Saya harus mengatakan bahwa saya manusia yang cukup beruntung mengenal Buddhisme dan dapat memahami sedikit ajarannya dan ternyata baik untuk semua.Saya tidak akan bangga atau terkejut jika saya bermimpi bertemu Buddha,namun saya cukup bangga pernah belajar ajarannya dan menjadi manusia baik dan benar.
apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?
maaf bro, saya balik lagi ....:|
dan mohon izin kepada admin dan moderator untuk membuat aturan game di thread ini. Mudah-mudahan ada kawan mau berpartisipasi!
sejak semula, saya datang ke sini dengan niat untuk belajar. Sekarang, saya mencoba belajar dengan cara berbeda. saya tidak akan berdiskusi, apalagi berdebat, tapi saya mencoba belajar dengan cara membuat "game" tanya-jawab-tanya".
Butuh parami dan usaha yang keras juga untuk bisa mencapai kesucian, tidak hanya diajarin saja tetapi harus berlatih...kecuali punya parami yg sgt bagus sehingga cuma mendengarkan ajaran saja sudah bisa mencapai kesucian...
saya tidak akan berdebat, berdiskusi, menilai dan menyangkal pernyataan siapapun, kecuali dalam rangka maksudnya bertanya.
berikut inilah yang ingin saya tanyakan :
jika seseorang memiliki parami yang sangat bagus, maka masihkan ia membutuhkan seseorang untuk mengajarinya mencapai pencerahan?
diskusi terjadi karena ada penanya dan penjawab... termasuk bahan diskusi yang ada dalam suatu pertanyaan atau pernyataan, apa bedanya dengan diskusi kalau begitu :-?
apakah anda tidak dapat membedakan antara diskusi dan tanya jawab?
Bila pengalaman perjumpaan dengan seorang suci dapat membimbing diri untuk mengurangi sifat2 negatif dalam dirinya dan dapat meningkatkan sifat2 baik dalam dirinya.. maka pertemuan itu memberikan kebahagiaan bagi dirinya dan orang-orang sekitarnya.
Bila pengalaman perjumpaan dengan seorang suci memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi dirinya, maka hal bermanfaat itu baik untuk diajarkan pada yang lain.
Bila pengalaman tersebut hanya memberikan manfaat bagi dirinya, dan tidak memberikan manfaat bagi yang lain, maka bukankah lebih baik bila disimpan sebagai pengalaman pribadi saja :p Apalagi bila manfaat yang ingin dibagikan hanyalah untuk "tidak meremehkan perjumpaan" Apa manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang sekaitan peningkatan kualitas batinnya?
"apa bila tulisan ini dianggap sebagai bagian dari meremehkan pengalaman mistik tersebut, maka hal ini akan saya serahkan kepada penilaian pribadi masing-2 untuk menilai
share dong ilmunya secara logika dan ilusi :D
saya tidak akan berdiskusi, apalagi berdebat
kata orang, orang bijaksana itu selalu dapat mengambil pelajaran bermanfaat dari segala sesuatu.
adakah pelejaran bermanfaat yang dapat anda ambil dari artikel di atas?
waduh maaf saya lupa... tidak saja ya ^-^
Yang dapat saya petik adalah.. Kesombongan dan Khayalan yang bercampur aduk ditambah dengan bumbu ketidaktahuan.
Pelajaran bermanfaatnya bagi saya adalah, saya dapat melihat contoh dari anak kecil yang heboh dengan pengalaman sehari2. Di mata saya hal tersebut adalah hal yang lumrah terjadi dan tidak perlu dibesar-2kan.
dengan bangga saya katakan bahwa saya bukan orang bijaksana sehingga anda bebas berpendapat bahwa saya tidak mampu mengambil manfaatnya.
Bila anda sendiri menilai ada manfaatnya, saya mohon pendapatnya :
1. Manfaat apa yang dapat dipetik oleh orang umum yang membaca tulisan anda?
2. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu mengikis sifat2 negatif seseorang?
3. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu meningkatkan kualitas kebaikan seseorang?
4. Dalam hal bagaimana tulisan anda dapat membantu menyadarkan ketidaktahuan seseorang?
justru saya ingin menanyakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada anda. saya hanya manusia bodoh. jadi bisakah anda membantu mencerdaskan saya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut?
Loh... jadi tulisan tersebut dibuat bukan karena anda pikir dapat memberikan manfaat?Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
Jadi memang pada saat anda menulisnya cuma asal nulis aja?
kalau anda memang tidak tahu manfaat2nya buat apa anda nulis? Curhatkah?
Loh... jadi tulisan tersebut dibuat bukan karena anda pikir dapat memberikan manfaat?
Jadi memang pada saat anda menulisnya cuma asal nulis aja?
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
Bagaimana bila pengalaman pribadi bertemu Daniel Nevada?Kalau 'Kamen Rider' boleh, masa' "Daniel Nevada' tidak boleh?
Kalau 'Kamen Rider' boleh, masa' "Daniel Nevada' tidak boleh?
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
Kalau 'Kamen Rider' boleh, masa' "Daniel Nevada' tidak boleh?
miyabi juga boleh ya om, andai ....bisa ketemu miyabi :hammer:
"setiap orang bebas posting", apakah ini berarti bebas ngejunk juga di sini?
miyabi juga boleh ya om, andai ....bisa ketemu miyabi :hammer:Jika ada member yang melalui 'meditasi' bisa bertemu sosok tertentu yang normalnya tidak mungkin ditemui, mengapa anda berkecil hati mengatakan tidak bisa 'meditasi' dan bertemu Miyabi?
Memang, what do you think I am doing now?
let's rock
How about "Rock and Roll"?
"setiap orang bebas posting", apakah ini berarti bebas ngejunk juga di sini?Menurut saya, sebaiknya tidak nge-junk, namun postinglah sesuai cara TS posting, dengan tolok ukur TS, dengan pola pikir TS juga, agar nyambung.
Menurut saya, sebaiknya tidak nge-junk, namun postinglah sesuai cara TS posting, dengan tolok ukur TS, dengan pola pikir TS juga, agar nyambung.
let's rock
Jika ada member yang melalui 'meditasi' bisa bertemu sosok tertentu yang normalnya tidak mungkin ditemui, mengapa anda berkecil hati mengatakan tidak bisa 'meditasi' dan bertemu Miyabi?
Pertanyaannya, orang yang biasanya menganggap remeh peristiwa perjumpaan dengan Yesus, apakah masih akan dianggap remeh juga ketika hal itu dialami oleh istrinya, atau anaknya sampai istri atau anaknya itu sangat berkeinginan menjadi penganut kr****n, berhenti ke vihara dan jadi rajin ke gereja?
apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?bahagia sendiri merupakan bagian dari pendritaan ,jika saya bertemu dengan seorang arahat namun saya tidak tercerahkan,saya jadi mendrita dunk?
Pertanyaannya, orang yang biasanya menganggap remeh peristiwa perjumpaan dengan Yesus, apakah masih akan dianggap remeh juga ketika hal itu dialami oleh istrinya, atau anaknya sampai istri atau anaknya itu sangat berkeinginan menjadi penganut kr****n, berhenti ke vihara dan jadi rajin ke gereja?
kebetulan figur Yesus itu dikenal/ berasosiasi dengan agama Karesten sih (ikutan gaya bro danutono, hehe). Coba klo pas ketemunya figur laen, ya ga ada kepikiran pindah agama, misalnya ketemu Jackson gitu, ato Napoleon Bonaparte..
eh, malahan baru mimpiin Yesus doang ya, lebay deh, gitu aja pindah agama..
plagiat gaya... hukuman kudu ngasih +GRP ke dato', jika tidak maka dosa masuk ke neraka adalah hukumannya... =))
wolvie tau pokari sweet ? eh salah... maap... maap... si ponari maksudnya... nah itu si ponari, waktu lg heboh2 nya, dianggap seabgai dukun cilik, ponari tu klo idup dijaman yosua dulu kira2 1000 taon lalu, maka ponari bs di anggap gusti cilik tuh... tergantung pengikut n murid nya, pandai marketing n mempopulerkan ga ? jk ponari jd gusti layaknya yosua brewok, maka tentunya umat kanesten tidak menyembah saleb, tp batu ajib...n tentunya lage, si satria pasti akan menulis "Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Ponari"
=)) kocak... kocak... ya begini lah agama ibrani yg dato' denger dr gusti babe waktu minum kopi luwak ma dato' ;D
plagiat gaya... hukuman kudu ngasih +GRP ke dato', jika tidak maka dosa masuk ke neraka adalah hukumannya... =))
wolvie tau pokari sweet ? eh salah... maap... maap... si ponari maksudnya... nah itu si ponari, waktu lg heboh2 nya, dianggap seabgai dukun cilik, ponari tu klo idup dijaman yosua dulu kira2 1000 taon lalu, maka ponari bs di anggap gusti cilik tuh... tergantung pengikut n murid nya, pandai marketing n mempopulerkan ga ? jk ponari jd gusti layaknya yosua brewok, maka tentunya umat kanesten tidak menyembah saleb, tp batu ajib...n tentunya lage, si satria pasti akan menulis "Jangan Meremehkan Pengalaman Mistik Bertemu Ponari"
=)) kocak... kocak... ya begini lah agama ibrani yg dato' denger dr gusti babe waktu minum kopi luwak ma dato' ;D
^wah bagaimana saya mau nambah dosa kalau nabenya malah asik2 an cia caffe sama lontong =))
dato' baru "cia caffe" ma gusti brewok n "cia lontong" ma gusti wak bor... seru atuh, walau banyak obrolan yg dodol...
=))
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.Kenapa om jadi sangat netral disini..:))
apakah anda akan merasa bahagia bila anda bisa bertemu dengan seorang arahat, kemudian arahat itu memberikan ajaran sehingga anda sampai pada suatu pencerahan dan kesucian yang tinggi?
bentar lagi menuju tingkat yang lebih tinggi nih, ngopi bareng LSY =))
sekalian jangan lupa , bawakan gitar bro :))id aye mah selalu mantau, tapi ayenya sudah ada di jhana 100 ;D
btw belum tidur bro? perasaan dari jam 4 udah standbye dah :o
id aye mah selalu mantau, tapi ayenya sudah ada di jhana 100 ;DWah pernyataan ini hrs dikonfirm dulu ama master jhana satria :D
id aye mah selalu mantau, tapi ayenya sudah ada di jhana 100 ;D
Berhubung ini memang board pengalaman pribadi, setiap orang bebas posting apapun yang dipersepsinya sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya ada yang mau post "Jangan Remehkan Pengalaman Pribadi Bertemu Zeus/Apollo/Hercules/Smeagol/Harry Potter/Kamen Rider/Miyabi", juga sah-sah saja.
kalau tidak salah
15 menit pertama bisa diedit
seterusnya sudah tidak bisa
bukit Gandola itu tempat wisata yah?
Masih bisa dihalaman 1 kok, om. Di lanjut aja ceritanya, gpp...
ya. itu sebuah pegunungan di bandung utara. kalo sabtu sore, biasanya muda-mudi berkumpul di sana bwt pacaran. tempatnya tidak terlalu ramai, jadi enak juga bwt berlatih meditasi.emang ada di daerah bandung utara? dekat daerah mana ya?
“Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracunikamukami, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”
Banyak tikus di rumahku. Hal itu sangat menjengkelkan. Entahlah kemana jalannya, tikus-tikus itu bisa masuk ke rumahku. Orangtuaku menyarankan agar aku memasang perangkap tikus atau memberinya racun agar tikus-tikus itu mati. Aku tidak segera menyetujuinya. Apalagi aku percaya dengan hukum karma. Percaya bahwa hewanpun punya perasaan seperti halnya manusia. Mereka juga ingin hidup, seperti halnya manusia. Dan mereka merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.
Aku memikirkan, bagaimana caranya mengatasi tikus-tikus itu. Aku teringat cerita seorang kawan buddhis di Dhammacitta.org bahwa dia telah berhenti berperang dengan tikus dan nyamuk dengan cara menutup semua celah yang memungkinkan nyamuk dan tikus itu bisa masuk ke dalam rumah. Dengan cara seperti itu, tidak perlu lagi kita membunuh nyamuk maupun tikus. Cerita ini membuatku terdorong untuk melakukan hal yang sama. Kulihat ada beberapa lubang di langit-langit rumah, setelah kuamati dari sanalah tikus-tikus itu bermunculan.
Sejenak aku pandangi langit-langit rumah itu, aku berpikir “Bagaimana ya cara aku menutupinya? Disumpel pake kertas? Hmmm….percuma, pasti bisa dibobol ama tikus. Dipasangi triplek, duh gimana masangnya ya. Maklumlah, aku benar-benar bodoh dalam soal menggunakan perkakas-perkakas kayu. Bagaimana aku nyuruh tukang kayu aja untuk menutup celah itu? Tapi, masa sih aku harus mengeluarkan uang untuk sekedar ngurusin tikus-tikus bau ini?” Sebenarnya aku terlalu malas untuk ngurusin masalah tikus, jadi aku lupakan saja semunya.
Tapi bagaimanapun, adanya tikus-tikus itu membuatku aku dan anak-anakku kurang nyaman. Apalagi anakku yang kelas 4 SD, kalau aku sedang berada di kantor, dia sering masak sendiri di dapur. Kadang-kadang dia meninggalkan masakanya sampai gosong gara-gara takut pada tikus. Malah itu bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar, seperti misalnya kebakaran. Aku akan menyesal tidak membunuh tikus-tikus itu, jika terjadi musibah besar hanya gara-gara anakku takut pada tikus. “Duh, gimana ya, aku bingung. Membunuh tikus aku takut pada karma buruk. Tapi membiarkan tikus, membuat anak-anakku sangat takut dan bisa menimbulkan bahaya.”
Sangat menjengkelkan, semakin hari jumlah tikus itu semakin banyak. Setelah dibiarkan, malah si tikus makin ngelunjak. Dia tidak takut lagi bermain-main di kakiku ketika aku sedang mengetik di komputer. Kadang-kadang, salah satu diantara mereka membuatku kaget, ketika aku konsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaanku di komputer, tiba-tiba tikus itu melompat dihadapanku sampai ekornya mengenai hidungku. Teramatlah kurang ajarnya tikus-tikus itu. Sangat kesal aku dibuatnya.
Lalu, suatu hari aku ada ide. Aku percaya bahwa walaupun tikus-tikus itu tidak mengerti bahasa manusia, tapi kurasa mereka mengerti bahasa batin yang bersifat universal. Di dalam tingkat konsentrasi tertentu, terkadang aku jadi bisa mengerti bahasa hewan. Oleh karena itu, jika batinku cukup baik, maka mungkin aku bisa berbicara kepada tikus-tikus itu agar mereka pergi dari rumahku.
Dengan sedikit rasa humor, aku membakar dupa. Aku percaya bahwa asap dupa itu bisa menjadi sarana pengantar pesan saya kepada para tikus di rumahku. Dengan sungguh-sungguh, sambil membakar dupa aku berkata, “Wahai para tikus yang ada di rumahku, sesungguhnya aku tidak mau membunuh kalian. Maka saya persilahkan kalian untuk pergi dari rumahku. Jika dalam jangka waktu 4 hari, kalian tidak pergi maka aku akan membunuh kalian semua dan jangan kalian salahkan aku.” Aku merasa berhak mengancam mereka.
Ajaib, esoknya tak satupun terlihat tikus berkeliaran di rumahku. Demikian juga hari kedua, ketiga dan keempat. Tapi pada hari kelima, tikus itu tampak berkeliaran lagi. Begitu melihat mereka, aku bergumam, “oh…kalau begitu berarti kalian ingin mati.” Aku segera berangkat ke pasar untuk membeli racun tikus dan kemudian menaruh racun itu dibawah lemari dapur.
Aku tak habis pikir, apa tikus-tikus itu telah salah tafsir dengan kata-kataku atau gimana ya. Aku bilang bahwa jika tikus-tikus tak pergi dalam jangka waktu 4 hari, maka aku akan membunuh mereka. Maksudku, setelah empat hari seharusnya tak ada satupun tikus yang tersisa di rumahku. Mungkinkah si tikus malah menafsirkan bahwa mereka harus pergi hanya selama 4 hari saja? Kok bisa ya tikus salah tafsir, kirain Cuma kawan-kawan diskusiku yang di DC aja yang bisa salah tafsir, eh ternyata tikus-tikus di rumahku juga bisa salah tafsir juga. Buktinya mereka malah pergi selama 4 hari dan di hari kelima datang lagi dengan jumlah yang tampak lebih banyak. Mungkin selama 4 hari itu mereka berlibur bersama keluarga mereka, trus pulang bawa teman-temannya ke rumah, jadi jumlah tikus makin banyak. Mungkin ayah atau ibu mereka berkata kepada anak-anak mereka, “Nak, mari kita pergi dari rumah ini selama 4 hari! Pemilik rumah ini akan membunuh kita bila kita tidak pergi selama 4 hari. Jadi, nanti hari ke lima kita bisa pulang lagi.” Eh, dasar tikus bodoh.
Tadinya sih, aku memberi waktu jangka 4 hari itu untuk memberi mereka waktu buat beres-beres tempat, nyari tumpangan baru dan angkut-angkut barang. Saya kira 4 hari itu waktunya sudah cukup. Dasar tikus dungu, bukannya pindahan malah piknik selama 4 hari, ngeselin banget. Tapi sekarang aku sudah menaruh racun. “Rasain tuh, kedunguan dan keserakahan kalian terhadap makanan yang bukan milik kalian akan membunuh kalian sendiri.” Demikian gerutuku dalam hati.
Keesokan harinya, tikus-tikus kecil tampak berjalan terseok-seok di lantai rumah. Aku memukul tikus itu pake sandal, “Dasar tikus bau, mati loe!” Tikus itu tampak sudah lemah akibat pengaruh racun, aku memukulnya pula. Beberapa ekor tikus lainnya yang agak sedikit besar dari tikus yang pertama aku temukan di bawah akuarium dan di belakang lemari. Lalu aku taruh mereka di dalam kertas koran, membungkusnya dengn kertas koran itu secara berlapis-lapis dan membakarnya di tempat sampah.
Tikus-tikus yang berukuran sedang ditemukan di mana-mana, aku segera membuangnya, mengubur atau membakarnya. Kupikir, kini rumahku akan terbebas dari hama tikus.
Keesokan harinya lagi, seekor tikus besar nongol dari balik lemari. Tikus ini sangat besar, mungkin bapaknya tikus-tikus kecil yang mati kemarin. Dia menatap ke arahku. “hus! Hus!” aku mengusir tikus itu. Tapi aneh, bukannya pergi, tikus itu malah berjalan pelan-pelan sempoyongan ke arahku. “eh buset, malah nyamperin kau!” aku menjauh karena merasa jijik dan takut digigit.
Rupanya tikus ini sudah kepayahan akibat racun. Dia lebih kuat bertahan hidup dan masih mampu berjalan, walaupun dari mulutnya darah sudah menetes-netes. Tikus itu terus mendekat ke arahku. Aku tengok kiri kanan untuk mencari pemukul, tapi tidak kutemukan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memukul kecuali lain lap lantai. Aku ambil kain itu lalu aku pukulkan ke tikus besar itu. Sejenak tikus itu berhenti dan menatapku. Dari sorot pandang matanya, seolah-olah dia berkata padaku, “mengapa kau membunuh kami, padahal kami hanya mencari makan. Kini aku tengah sekarat dan kesakitan, mohon jangan biarkan aku menderita lebih lama lagi, bunuhlah aku segera.” Lalu tikus itu terus berjalan mendekati aku.
Karena tikus itu tak bisa diusir pergi, aku pun diam saja sambil duduk bersila. Tak lama kemudian tikus itu sampai di depanku dengan tetesan-tetesan darah dari mulutnya, lalu dia kejang-kejang, sekarat, dan matilah dia. Aku kasihan melihatnya. Tapi harus bagaimana lagi, kupikir tidak seharusnya mereka tinggal di rumahku. Kalau toh mau mencari makan, kan mereka bisa tinggal di kebun, di kolong jembatan, di hutan atau dimana kek, asal jangan di rumahku. Aku menguburkan tikus itu.
Sore harinya, ketika aku hendak mengambil nasi di lemari makan, terasa dingin kakiku disentuh sesuatu. Ketika kulihat aku terkejut dan melompat, “eh, buset, ini tikus yang mau mati lagi!” mungkin itu adalah ibunya. Tikus itu melihat ke arahku, lalu dengan terseok-seok dia mendekati aku. Sangat penasaran, mengapa tikus-tikus ini mendekati aku kalau mau mati, apa sebenarnya yang mereka inginkan. Maka aku diam saja untuk menunggu apa yang ingin dilakukan tikus itu padaku.
Tikus besar itu berhenti tepat di depan ibu jari kaki kiriku. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia memohon sesuatu. Seolah-olah dia berkata, “Tuan, aku ini adalah ibu dari anak-anak tikus yang telah anda bunuh. Suamiku juga telah mati menyusul anak-anakku. Kini giliranku untuk mati karena racun yang anda berikan kepada kami. Tuan, mohon ampunilah kami! Bila kami harus mati dengan cara seperti ini, mungkin ini sudah nasib kami, tapi mohon janganlah tuan membunuh seluruh keluargaku. Aku masih punya anak, seekor tikus yang masih sangat kecil, biarlahkan dia hidup! Biarkanlah dia hidup, Tuan!”
Glek! Aku menelan ludahku sendiri, karena kasihan melihat tikus itu. Badannya tampak bergetar dan matilah dia dalam posisi seperti sedang memohon di kakiku. Aku tidak tahu, kalau di rumahku masih ada tikus yang tersisa. Tapi sesudah kematian tikus yang mati di depan ibu jari kakiku itu, masih ku temukan seekor tikus yang juga sangat besar.
Malam harinya, seperti biasa, sebelum tidur aku bermeditasi terlebih dahulu barang setengah atau satu jam. Tapi ada yang lain dalam meditasiku kali ini, rasa ngantuk berat menyerangku, sehingga kira-kira baru 10 menit saja aku langsung merebahkan diri di kasur.
Dalam tidur aku bermimpi, aku mendengar suara-suara merintih kesakitan. Lalu aku mencari suara rintihan itu dan akhirnya kutemukan dua ekor tikus yang sedang berguling-guling sambil memegangi perut mereka. Salah satu dari tikus itu berkata kepadaku, “Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracuni kamu, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”
Lalu aku mendekati kedua tikus itu. Tiba-tiba mereka berubah menjadi kedua bapakku, yaitu bapak kandungku dan bapak angkatku. Keduanya berguling-guling memegangi perut kesakitan, dan mereka tengah menghadapi ajal.
Aku terbangun dan terkejut dengan mimpi itu. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul 2.00. aku ingat, menurut orang tua, jika mimpi pada waktu sepertiga malam terakhir, maka mimpi itu bukan sembarang mimpi, melainkan mimpi yang akan menjadi kenyataan. “Astagfirullah hal adzim!” Demikian gumamku. “Ya Allah, aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan nama Allah yang maha pengampun, ampunilah segala dosa-dosaku, dan aku berlindung kepada Allah dari kejahatan mimpi buruk.” Lalu aku berwudhu dan shalat malam.
Setelah itu, beberapa hari rumahku sepi dari suara ribut-ribut aktifitas tikus. Tapi entah selang beberapa hari, tiba-tiba kulihat seekor tikus mungil melompat-lompat sangat lucu. Anakku yang paling kecil, yang berusia 2 tahun melihat tikus itu. Dia tertawa-tawa melihat lucunya perilaku si tikus kecil, lalu dia mengikuti kemana perginya si tikus kecil. Begitulah, setiap harinya anakku terhibur oleh tikus kecil yang lucu itu. Aku berkata pada anakku yang paling besar, “Tikus ini ketika kecil tampak sangat lucu dan menyenangkan, tapi kalau sudah besar bau dan menjengkelkan, apalagi kalau sudah berkembang biak.” Tapi aku tidak ingin membunuh tikus, karena ingat janjiku pada si ibu tukus beberapa hari yang lalu.
Setahun kemudian, tikus-tikus di rumahku telah banyak lagi. Aku tak mau membunuh tikus lagi. Kini setiap malam, aku menaruh sepiring makanan di dapur di bawah wastafel tempat cuci piring. Makanan itu selalu dihabiskan oleh para tikus di rumahku. Malam harinya, di dapur tidak terdengar ribut-ribut lagi. Mungkin mereka sudah tau di mana saya menyimpan makanan, lalu mereka makan sampai kenyang dan kembali tidur. Mereka tidak berkeliaran terlalu jauh dan tidak setiap waktu. Asal mereka telah kenyang, mereka berhenti membuat keributan.
Masih kulihat lubang di langit-langit rumah itu. Aku bisa menutupnya sekarang. Tapi biarlah saja tidak kututup. Sungguh aku merasa bersalah kepada tikus-tikus yang telah aku bantai setahun yang lalu. Untuk menebus kesalahanku pada tikus-tikus itu, kini aku melayani tikus-tikus keturunan mereka, menyisihkan rezeki setiap hari untuk memberikan mereka makanan. Jika nanti kurasa telah cukup bagiku membayar utang karmaku, barulah aku akan menutup lubang itu.
Banyak tikus di rumahku. Hal itu sangat menjengkelkan. Entahlah kemana jalannya, tikus-tikus itu bisa masuk ke rumahku. Orangtuaku menyarankan agar aku memasang perangkap tikus atau memberinya racun agar tikus-tikus itu mati. Aku tidak segera menyetujuinya. Apalagi aku percaya dengan hukum karma. Percaya bahwa hewanpun punya perasaan seperti halnya manusia. Mereka juga ingin hidup, seperti halnya manusia. Dan mereka merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.
Aku memikirkan, bagaimana caranya mengatasi tikus-tikus itu. Aku teringat cerita seorang kawan buddhis di Dhammacitta.org bahwa dia telah berhenti berperang dengan tikus dan nyamuk dengan cara menutup semua celah yang memungkinkan nyamuk dan tikus itu bisa masuk ke dalam rumah. Dengan cara seperti itu, tidak perlu lagi kita membunuh nyamuk maupun tikus. Cerita ini membuatku terdorong untuk melakukan hal yang sama. Kulihat ada beberapa lubang di langit-langit rumah, setelah kuamati dari sanalah tikus-tikus itu bermunculan.
Sejenak aku pandangi langit-langit rumah itu, aku berpikir “Bagaimana ya cara aku menutupinya? Disumpel pake kertas? Hmmm….percuma, pasti bisa dibobol ama tikus. Dipasangi triplek, duh gimana masangnya ya. Maklumlah, aku benar-benar bodoh dalam soal menggunakan perkakas-perkakas kayu. Bagaimana aku nyuruh tukang kayu aja untuk menutup celah itu? Tapi, masa sih aku harus mengeluarkan uang untuk sekedar ngurusin tikus-tikus bau ini?” Sebenarnya aku terlalu malas untuk ngurusin masalah tikus, jadi aku lupakan saja semunya.
Tapi bagaimanapun, adanya tikus-tikus itu membuatku aku dan anak-anakku kurang nyaman. Apalagi anakku yang kelas 4 SD, kalau aku sedang berada di kantor, dia sering masak sendiri di dapur. Kadang-kadang dia meninggalkan masakanya sampai gosong gara-gara takut pada tikus. Malah itu bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar, seperti misalnya kebakaran. Aku akan menyesal tidak membunuh tikus-tikus itu, jika terjadi musibah besar hanya gara-gara anakku takut pada tikus. “Duh, gimana ya, aku bingung. Membunuh tikus aku takut pada karma buruk. Tapi membiarkan tikus, membuat anak-anakku sangat takut dan bisa menimbulkan bahaya.”
Sangat menjengkelkan, semakin hari jumlah tikus itu semakin banyak. Setelah dibiarkan, malah si tikus makin ngelunjak. Dia tidak takut lagi bermain-main di kakiku ketika aku sedang mengetik di komputer. Kadang-kadang, salah satu diantara mereka membuatku kaget, ketika aku konsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaanku di komputer, tiba-tiba tikus itu melompat dihadapanku sampai ekornya mengenai hidungku. Teramatlah kurang ajarnya tikus-tikus itu. Sangat kesal aku dibuatnya.
Lalu, suatu hari aku ada ide. Aku percaya bahwa walaupun tikus-tikus itu tidak mengerti bahasa manusia, tapi kurasa mereka mengerti bahasa batin yang bersifat universal. Di dalam tingkat konsentrasi tertentu, terkadang aku jadi bisa mengerti bahasa hewan. Oleh karena itu, jika batinku cukup baik, maka mungkin aku bisa berbicara kepada tikus-tikus itu agar mereka pergi dari rumahku.
Dengan sedikit rasa humor, aku membakar dupa. Aku percaya bahwa asap dupa itu bisa menjadi sarana pengantar pesan saya kepada para tikus di rumahku. Dengan sungguh-sungguh, sambil membakar dupa aku berkata, “Wahai para tikus yang ada di rumahku, sesungguhnya aku tidak mau membunuh kalian. Maka saya persilahkan kalian untuk pergi dari rumahku. Jika dalam jangka waktu 4 hari, kalian tidak pergi maka aku akan membunuh kalian semua dan jangan kalian salahkan aku.” Aku merasa berhak mengancam mereka.
Ajaib, esoknya tak satupun terlihat tikus berkeliaran di rumahku. Demikian juga hari kedua, ketiga dan keempat. Tapi pada hari kelima, tikus itu tampak berkeliaran lagi. Begitu melihat mereka, aku bergumam, “oh…kalau begitu berarti kalian ingin mati.” Aku segera berangkat ke pasar untuk membeli racun tikus dan kemudian menaruh racun itu dibawah lemari dapur.
Aku tak habis pikir, apa tikus-tikus itu telah salah tafsir dengan kata-kataku atau gimana ya. Aku bilang bahwa jika tikus-tikus tak pergi dalam jangka waktu 4 hari, maka aku akan membunuh mereka. Maksudku, setelah empat hari seharusnya tak ada satupun tikus yang tersisa di rumahku. Mungkinkah si tikus malah menafsirkan bahwa mereka harus pergi hanya selama 4 hari saja? Kok bisa ya tikus salah tafsir, kirain Cuma kawan-kawan diskusiku yang di DC aja yang bisa salah tafsir, eh ternyata tikus-tikus di rumahku juga bisa salah tafsir juga. Buktinya mereka malah pergi selama 4 hari dan di hari kelima datang lagi dengan jumlah yang tampak lebih banyak. Mungkin selama 4 hari itu mereka berlibur bersama keluarga mereka, trus pulang bawa teman-temannya ke rumah, jadi jumlah tikus makin banyak. Mungkin ayah atau ibu mereka berkata kepada anak-anak mereka, “Nak, mari kita pergi dari rumah ini selama 4 hari! Pemilik rumah ini akan membunuh kita bila kita tidak pergi selama 4 hari. Jadi, nanti hari ke lima kita bisa pulang lagi.” Eh, dasar tikus bodoh.
Tadinya sih, aku memberi waktu jangka 4 hari itu untuk memberi mereka waktu buat beres-beres tempat, nyari tumpangan baru dan angkut-angkut barang. Saya kira 4 hari itu waktunya sudah cukup. Dasar tikus dungu, bukannya pindahan malah piknik selama 4 hari, ngeselin banget. Tapi sekarang aku sudah menaruh racun. “Rasain tuh, kedunguan dan keserakahan kalian terhadap makanan yang bukan milik kalian akan membunuh kalian sendiri.” Demikian gerutuku dalam hati.
Keesokan harinya, tikus-tikus kecil tampak berjalan terseok-seok di lantai rumah. Aku memukul tikus itu pake sandal, “Dasar tikus bau, mati loe!” Tikus itu tampak sudah lemah akibat pengaruh racun, aku memukulnya pula. Beberapa ekor tikus lainnya yang agak sedikit besar dari tikus yang pertama aku temukan di bawah akuarium dan di belakang lemari. Lalu aku taruh mereka di dalam kertas koran, membungkusnya dengn kertas koran itu secara berlapis-lapis dan membakarnya di tempat sampah.
Tikus-tikus yang berukuran sedang ditemukan di mana-mana, aku segera membuangnya, mengubur atau membakarnya. Kupikir, kini rumahku akan terbebas dari hama tikus.
Keesokan harinya lagi, seekor tikus besar nongol dari balik lemari. Tikus ini sangat besar, mungkin bapaknya tikus-tikus kecil yang mati kemarin. Dia menatap ke arahku. “hus! Hus!” aku mengusir tikus itu. Tapi aneh, bukannya pergi, tikus itu malah berjalan pelan-pelan sempoyongan ke arahku. “eh buset, malah nyamperin kau!” aku menjauh karena merasa jijik dan takut digigit.
Rupanya tikus ini sudah kepayahan akibat racun. Dia lebih kuat bertahan hidup dan masih mampu berjalan, walaupun dari mulutnya darah sudah menetes-netes. Tikus itu terus mendekat ke arahku. Aku tengok kiri kanan untuk mencari pemukul, tapi tidak kutemukan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memukul kecuali lain lap lantai. Aku ambil kain itu lalu aku pukulkan ke tikus besar itu. Sejenak tikus itu berhenti dan menatapku. Dari sorot pandang matanya, seolah-olah dia berkata padaku, “mengapa kau membunuh kami, padahal kami hanya mencari makan. Kini aku tengah sekarat dan kesakitan, mohon jangan biarkan aku menderita lebih lama lagi, bunuhlah aku segera.” Lalu tikus itu terus berjalan mendekati aku.
Karena tikus itu tak bisa diusir pergi, aku pun diam saja sambil duduk bersila. Tak lama kemudian tikus itu sampai di depanku dengan tetesan-tetesan darah dari mulutnya, lalu dia kejang-kejang, sekarat, dan matilah dia. Aku kasihan melihatnya. Tapi harus bagaimana lagi, kupikir tidak seharusnya mereka tinggal di rumahku. Kalau toh mau mencari makan, kan mereka bisa tinggal di kebun, di kolong jembatan, di hutan atau dimana kek, asal jangan di rumahku. Aku menguburkan tikus itu.
Sore harinya, ketika aku hendak mengambil nasi di lemari makan, terasa dingin kakiku disentuh sesuatu. Ketika kulihat aku terkejut dan melompat, “eh, buset, ini tikus yang mau mati lagi!” mungkin itu adalah ibunya. Tikus itu melihat ke arahku, lalu dengan terseok-seok dia mendekati aku. Sangat penasaran, mengapa tikus-tikus ini mendekati aku kalau mau mati, apa sebenarnya yang mereka inginkan. Maka aku diam saja untuk menunggu apa yang ingin dilakukan tikus itu padaku.
Tikus besar itu berhenti tepat di depan ibu jari kaki kiriku. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia memohon sesuatu. Seolah-olah dia berkata, “Tuan, aku ini adalah ibu dari anak-anak tikus yang telah anda bunuh. Suamiku juga telah mati menyusul anak-anakku. Kini giliranku untuk mati karena racun yang anda berikan kepada kami. Tuan, mohon ampunilah kami! Bila kami harus mati dengan cara seperti ini, mungkin ini sudah nasib kami, tapi mohon janganlah tuan membunuh seluruh keluargaku. Aku masih punya anak, seekor tikus yang masih sangat kecil, biarlahkan dia hidup! Biarkanlah dia hidup, Tuan!”
Glek! Aku menelan ludahku sendiri, karena kasihan melihat tikus itu. Badannya tampak bergetar dan matilah dia dalam posisi seperti sedang memohon di kakiku. Aku tidak tahu, kalau di rumahku masih ada tikus yang tersisa. Tapi sesudah kematian tikus yang mati di depan ibu jari kakiku itu, masih ku temukan seekor tikus yang juga sangat besar.
Malam harinya, seperti biasa, sebelum tidur aku bermeditasi terlebih dahulu barang setengah atau satu jam. Tapi ada yang lain dalam meditasiku kali ini, rasa ngantuk berat menyerangku, sehingga kira-kira baru 10 menit saja aku langsung merebahkan diri di kasur.
Dalam tidur aku bermimpi, aku mendengar suara-suara merintih kesakitan. Lalu aku mencari suara rintihan itu dan akhirnya kutemukan dua ekor tikus yang sedang berguling-guling sambil memegangi perut mereka. Salah satu dari tikus itu berkata kepadaku, “Tega sekali kau meracuni kami, padahal kami hanya mencari makan! Tahukah kamu bahwa dengan meracuni kamu, itu sama seperti kamu tidak menyayangi bapak-bapakmu. Ketahuilah bahwa bapakmu dan bapak angkatmu, matinya akan seperti kami berguling-guling kesakitan.”
Lalu aku mendekati kedua tikus itu. Tiba-tiba mereka berubah menjadi kedua bapakku, yaitu bapak kandungku dan bapak angkatku. Keduanya berguling-guling memegangi perut kesakitan, dan mereka tengah menghadapi ajal.
Aku terbangun dan terkejut dengan mimpi itu. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul 2.00. aku ingat, menurut orang tua, jika mimpi pada waktu sepertiga malam terakhir, maka mimpi itu bukan sembarang mimpi, melainkan mimpi yang akan menjadi kenyataan. “Astagfirullah hal adzim!” Demikian gumamku. “Ya Allah, aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan nama Allah yang maha pengampun, ampunilah segala dosa-dosaku, dan aku berlindung kepada Allah dari kejahatan mimpi buruk.” Lalu aku berwudhu dan shalat malam.
Setelah itu, beberapa hari rumahku sepi dari suara ribut-ribut aktifitas tikus. Tapi entah selang beberapa hari, tiba-tiba kulihat seekor tikus mungil melompat-lompat sangat lucu. Anakku yang paling kecil, yang berusia 2 tahun melihat tikus itu. Dia tertawa-tawa melihat lucunya perilaku si tikus kecil, lalu dia mengikuti kemana perginya si tikus kecil. Begitulah, setiap harinya anakku terhibur oleh tikus kecil yang lucu itu. Aku berkata pada anakku yang paling besar, “Tikus ini ketika kecil tampak sangat lucu dan menyenangkan, tapi kalau sudah besar bau dan menjengkelkan, apalagi kalau sudah berkembang biak.” Tapi aku tidak ingin membunuh tikus, karena ingat janjiku pada si ibu tukus beberapa hari yang lalu.
Setahun kemudian, tikus-tikus di rumahku telah banyak lagi. Aku tak mau membunuh tikus lagi. Kini setiap malam, aku menaruh sepiring makanan di dapur di bawah wastafel tempat cuci piring. Makanan itu selalu dihabiskan oleh para tikus di rumahku. Malam harinya, di dapur tidak terdengar ribut-ribut lagi. Mungkin mereka sudah tau di mana saya menyimpan makanan, lalu mereka makan sampai kenyang dan kembali tidur. Mereka tidak berkeliaran terlalu jauh dan tidak setiap waktu. Asal mereka telah kenyang, mereka berhenti membuat keributan.
Masih kulihat lubang di langit-langit rumah itu. Aku bisa menutupnya sekarang. Tapi biarlah saja tidak kututup. Sungguh aku merasa bersalah kepada tikus-tikus yang telah aku bantai setahun yang lalu. Untuk menebus kesalahanku pada tikus-tikus itu, kini aku melayani tikus-tikus keturunan mereka, menyisihkan rezeki setiap hari untuk memberikan mereka makanan. Jika nanti kurasa telah cukup bagiku membayar utang karmaku, barulah aku akan menutup lubang itu.
bro satria pernah gak kepikiran buat buku memuat cerita seperti ini.. ada bagus nya juga lho..
saya rasa anda tidak perlu terlalu ribet seperti itu.. anda tinggal menyusun scriptnya.. lalu memberikan kepada penerbit u/ dinilai.. nanti mereka yang akan menentukan apakah script tersebut layak terbit / tidak.
Anda pernah menerbitkan buku Anda, Bro Forte?belum.. tapi yang saya tahu seperti itu..
belum.. tapi yang saya tahu seperti itu..
saya rasa anda bisa coba ngomong dulu ke beberapa penerbit mengenai ide anda..
kasih sampel cerita anda.. penerbit bisa menilai koq.. karena penerbit juga tidak bodoh, tidak mungkin mau menerbitkan buku yang gak bisa dijual bukan..
benar juga yang dikatakan oleh bro Forte, saya harus mencoba anjuran bro Forte. saya tinggal memperlihatkan beberapa script ke penerbit, kalo penerbit yang satu menolak, tinggal tawarkan ke penerbit lainnya sampai ada yang terima. selesailah sudah.
penerbit itu memang bisa menilai, mana buku yang kiranya bisa laku dijual dan mana yang tidak. tapi setiap penerbit itu memiliki program, visi dan misi yang berbeda, sehingga membedakan pula mengenai kriteria buku yang akan diterbitkan. selain dari itu, faktor subjektif dari editornya juga sangat menentukan. seperti misalnya saya pernah menawarkan buku tentang seluk-beluk forum diskusi online dan cara membuatnya, sebuah buku bertema IT. tapi si editor penerbit tersebut benar-benar tidak mengerti apa itu forum diskusi online. yang dia tahu kalau mau diskusi bisa menggunakan milis dan facebook. kemudian dia menolak buku saya karena menganggap forum diskusi online itu tidak populer, "masyarakt indonesia itu masih asing dengan forum diskusi online seperti yang anda sebutkan tadi. jadi, buku ini belum dapat kami terima. mungkin anda bisa menulis tentang facebook atau seluk-beluk milis, karena saat ini tema itu sedang booming.jika anda menulis tentang tema-tema seperti itu, mungkin bisa kami pertimbangkan" inilah salah satu yang saya alami.
apalagi ketika saya menawarkan sebuah buku berjudul "Logika Praktis", editornya tampak bingung, "buku apa ini, apa gunanya bagi masyarakat? dan banyak pertanyaan. tapi akhirnya ditolak juga, karena saya gagal untuk meyakinkan bahwa buku itu berguna untuk masyarakat."
setelah berkelana dari satu penerbit ke penerbit lainnya, saya menemukan bahwa ternyata soal "konten" dari buku adalah nomor dua, yang utama adalah melihat "siapa yang menulisnya". sebagian kecil lebih mengutamakan isi tulisan, tapi itupun harus sesuai dengan selera editornya.
yang termudah adalah, menulis sendiri, mencetak sendiri dan menerbitkan sendiri. tapi menjualnya, ini yang masih menjadi tanda tanya. kalau saya mengeluarkan modal 10 hingga 20 juta, itu harus dengan pasar yang jelas dan perhitungan yang matang. oleh karena itu, saya mencoba menjajaki dulu memposting artikel-artikel saya tentang meditasi, krachtologi, logika, agama, filsafat, fiksi, serta pengalaman-pengalaman mistik pribadi di forum-forum online. dengan memperhatikan respon orang-orang, maka saya lebih bisa melihat gambaran, bagaimana kiranya prospek bisnis penerbitan buku yang akan saya jalani nanti. yang jelas, buku-buku meditasi, krachtologi, agama, logika dan filsafat, belum berani untuk saya publikasikan. karena saya mempunyai gambaran bahwa buku-buku saya akan ditolak keras oleh banyak kalangan. tapi saya sudah mendapat gambaran bahwa karya fiksi, cerpen, puisi, dan pengalaman-pengalaman mistik yang saya alami lebih dapat diterima dari pada buku teori logika, meditasi dan krachtologi. begitulah bro, jadi saya masih ingin mencari gambaran itu.
saya telah menulis sebuah buku yang berjudul "Reinkarnasi Menurut Pandangan Islam". buku ini berisi tentang dalil-dalil alQuran dan Hadits yang menyatakan bahwa reinkarnasi itu hal yang benar bisa terjadi pada diri manusia. manusia bisa terlahir kembali menjadi manusia atau menjadi hewan, sebaliknya hewan juga bisa terlahir menjadi manusia. manusia bisa terlahir menjadi dewa, dan dewa bisa terlahir menjadi manusia. ketika saya memposting sedikit di forum muslim, wah sangat tidak disangka, penentangan dan kebencian dari komunitas muslim terhadap postingan saya tersebut sangat keras. lalu mereka mencaci maki saya dengan menyebut murtad, kafir, musyrik, zindiq, dan lain sebagainya. bila saja buku itu terlah benar-benar diterbitkan, mungkin sudah hancurlah rumah saya karena dilempari batu oleh komunitas muslim yang tidak sanggup mengerti kebenaran reinkarnasi. demikian pula bila saya menulis buku "Ajaran sang Buddha tentang Keesahan Tuhan", itu akan dapat diterima oleh komunitas muslim, tapi bagaimana dengan perasaan umat buddhis? jadi, saya pikir, tidak sesimple itu untuk menerbitkan buku, kendatipun sekedar untuk menerbitkan 5000 hingga 10000 exemplar. ada banyak pertimbangan moral dan dampak yang akan ditimbulkan oleh apa yang telah saya publikasikan.
numpang tanya , kalau seandainya dan jika saya posting tentang cerita2 buddhisme di forum kr****n dan muslim gimana ya.. mereka merasa terganggu gak, apalagi kalau saya campur adukan walaupun saya bilang fiktif dan mengunggulkan buddhisme ..kira2 tanggapan mereka gimana ya..
bantu jawab ya ..sekalian penjelasan dan alasannya baik yang tersirat, tersurat dan ter-fax ataupun ter telegaraf.. kamshia!!
dari pada berspekulasi dan diperdebatkan, lebih baik silahkan bereksperiman langsung. seperti halnya yang saya lakukan di sini. jadi, gak usah nanya-nanya lagi. udah tau sendiri.
berpikir simple ataupun rumit, melalui cara yang manapun, saya berharap mudah-mudahan cita-cita saya untuk menerbitkan berbagai buku dapat terlaksana. dan terima kasih bila anda mendukung rencana saya.