//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - wen78

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 68
1
Seremonial / Re: awal dan akhir
« on: 10 December 2010, 07:30:38 PM »
Quote
Disaat diskusi kita terakhir saya menanyakan tentang video porno,anda tidak ingin melanjutkan diskusi karena kata anda nanti saya akan menanyakan tentang pembunuhan.Dan anda meminta menyudahi,sayapun setuju.Saya setuju, karena pertanyaan saya tidak anda jawab
saya tidak menjawab, karena anda dari awal tidak mampu menjawab pertanyaan saya berdasarkan fakta yg ada, dan anda sendiri yg lari ke topik yg lain seperti video porno, dll.

seperti anda yg mengatakan Mahayana telah merubah vinaya, dan kebanyakan member disini juga mengatakan bahwa Mahayana dibolehkan dan Theravada dilarang.
bagi yg sudah mencari tau sendiri, datang dan buktikan sendiri, vinaya Mahayana dan Theravada 98% adalah sama.
tapi saya memilih diam, karena indah mengamati hal ini.



Quote
dan andapun saya lihat bukan tipe orang yang ingin mempelajari lebih dalam.Sehingga tidak ingin mencari kebenaran,tapi berdasarkan apa yang anda baca saat itu
=D>  =D>  =D>  =D>  =D>  =D>  =D>  =D>  =D>  =D>

begini saudari sriyeklina yg saya hormati. sebuah diskusi yg baik adalah diskusi dalam ruang lingkup topik yg dibahas. pendapat dilawan dengan pendapat, tetapi janganlah menyerang pribadi orangnya.




Quote
Seorang bhikkhu,dia meninggalkan hidup perumah tangga dengan tujuan apa?Mengikuti langkah Sang Budha untuk lepas dari roda samsara.Dan disaat seseorang memulai kebhikkuan jelas dia belum sempurna dan masih banyak harus berlatih untuk mencapai tujuannya.Makanya ada yang masih main gitar,masih ngerumpi dll.Karena mereka masih dalam proses. Dan bagaimana proses mereka bisa berjalan jika inderawi mereka selalu dimanjakan?
hahahahah......
terlihat anda jelas tidak mengerti hukum/peraturan.
bila anda mengatakan "kebhikkuan jelas dia belum sempurna dan masih banyak harus berlatih untuk mencapai tujuannya.Makanya ada yang masih main gitar,masih ngerumpi dll.Karena mereka masih dalam proses. Dan bagaimana proses mereka bisa berjalan jika inderawi mereka selalu dimanjakan?"
maka bagaimana para bhikku yg sudah mencapai arahat, atau sudah mencapai segalanya adalah apa adanya?
bila seperti yg anda katakan, maka bhikku yg sudah mencapai arahat, atau sudah mencapai segalanya adalah apa adanya bermain gitar untuk menghibur orang sakit dan menolong wanita adalah melanggar vinaya.
itulah sebabnya dikatakan "menghindari", bukan "dilarang", dan dalam vinaya dikatakan Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa, dan bhikku meng-interpretasi kan "seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.".

karena Buddhism adalah melepaskan penderitaan yg berasal dari ego dan pikiran yg salah satunya berujung pada kesenangan indria. Buddhism bukan melarang ini, melarang itu, tapi menggunakan kesadaran akan diri pada ego dan pikiran, yg timbul dan lenyap, dan mengikisnya hingga tercapai sebuah pengikisan yg sempurna hingga pencapaian tertinggi adalah tingkat pencerahan yaitu tingkat Buddha.

ini hanyalah pendapat saya hasil dari Kalama Sutra, yaitu datang dan buktikan sendiri terhadap Buddhim itu sendiri.

tp mungkin anda benar, saya bukan tipe orang yg mencari tau. hanya kalian khususnya anda, adalah orang yg tipe pencari tau, bahkan lebih tau dan memahami Buddhism daripada saya.
dan pendapat saya ini diabaikan saja, karena memang ngacoooo....  karena seenak perutnya menafsirkan, betul?  :))






baik, saya rasa cukup.
sampai jumpa lagi  _/\_

2
Seremonial / Re: awal dan akhir
« on: 09 December 2010, 11:44:31 PM »
Quote
Bukan bermaksud "mengorek luka lama" tapi saya rasa sepertinya ini dipicu dari thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?"
........
........
Saya pribadi merasa sayang kalau anda sampai perlu 'pergi' dari sini karena hal itu. Tapi kalau memang sudah keputusan akhir, saya juga tidak bisa bilang apa-apa. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.

saya pergi bukan hanya karena thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?", tetapi thread "Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?" hanyalah penambah beban sehingga yg pada akhirnya penyangga beban tidak kuat lagi.



Quote
di mana ada pembahasan "Tidak menyanyi" dan "tidak menyanyi untuk kesenangan indriah".

Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa.
Seorang Bhiksu menyentuh bagian apapun dari tubuh seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa.

saya rasa sudah jelas perbedaannya satu dengan yg lainnya. tapi jika di tafsirkan/artikan keduanya adalah memiliki arti yg sama, itu adalah hak anda menafsirkannya/mengartikannya demikian.



Quote
Acuan dari Buddhisme (Theravada, khususnya) adalah Tipitaka, lalu komentar dan sub-komentar. Dalam hal ini, di Vinaya sudah jelas, dan diperinci lagi di kitab komentar, tapi anda bersikeras menentangnya

saya tidak menentang isi vinaya Mahayana maupun Theravada. dari pembahasan awal yaitu bhikku yg menyebrangkan kali, saya merasa sudah sesuai dengan isi vinaya.
jika yg lain mengatakan saya tidak sesuai vinaya dan menentang isi vinaya, ya itu hak anda.




Quote
dan ketika diminta referensi, anda malah suruh bertanya ke bhikkhu.

saya memang suruh langsung tanya ke bhikku, karena berdasarkan diskusi sebelumnya, rasanya tidak ada gunanya bagi saya untuk menjelaskannya kembali.
nanti akan berputar2 disitu2 yg berbuntut mengkategorikan ini perilaku, ini pikiran.
jadi, lebih baik tanya ke pihak sangga monestik apa yg sebenarnya.
tidak percaya sangga, hanya percaya Tripitaka, itu hak anda.
ingin mengatakan bhikku tidak boleh main alat musik(gitar) karena dikatakan di vinaya dikatakan begitu,... silahkan itu hak anda.



Quote
Ini adalah kesalahan karena yang kita akui secara bersama adalah Tipitaka, bukan bhikkhu secara pribadi (yang mungkin antar satu dengan lainnya juga bisa berbeda pendapat).

bukan kita, tapi anda sekalian(kami dari sisi anda).
bhikku juga menggunakan Tripitaka sebagai sumber utama. benar atau salah hasil interpretasi seorang bhikku, umat bisa menilainya sendiri yaitu datang dan buktikan sendiri.
bila bagi anda ini adalah sebuah kesalahan, itu hak anda.




Quote
Saya pikir hanya dalam kasus seperti itu saja referensi yang valid diperlukan, bukan pada setiap pembahasan.

eits..... tunggu dulu, valid diartikan benar atau sah?
saya tidak mempermasalahkan ketika dikatakan referensi yg saya gunakan adalah benar/salah, tapi saya akan mempertanyakan ketika dikatakan referensi yg saya gunakan adalah sah/tidak sah.
sah atau tidak sah, berarti ada ketentuan/peraturan yg dibuat sehingga dikatakan ini sah dan itu tidak sah.

dikatakan bahwa statement saya tidak didukung oleh referensi yg sah, berarti referensi saya adalah tidak sah.
maka dimanakah peraturan yg mengatakan bahwa interpretasi dari seorang bhikkhu adalah tidak sah?
sekali lagi, adalah hak masing2 jika mengatakan interpretasi dari seorang bhikkhu adalah benar/salah, tapi bila dikatakan sah/tidak sah.. eits... tunggu dulu, atas dasar kekuatan hukum/peraturan apa mengatakan ini sah dan itu tidak sah?

bagi saya pembahasan seharusnya seluruhnya menggunakan referensi terlepas benar atau salah referensi tsb, yaitu seluruh referensi yg berhubungan dengan Buddhism.
jika hanya ingin menggunakan Tripitaka, silahkan, itu hak anda dan hak kalian semua di forum ini.


 [at] Forte

terima kasih sarannya, tapi ini tidak ada hubungannya dengan pro dan kontra.
saya hanya mengikuti arus di forum ini. dikatakan harus begitu, maka saya akan begitu, dikatakan harus begini, saya akan begini. ketika saya sudah tidak bisa mengikuti arus lagi, lebih baik saya yg keluar dari arus.
masih ingat kalimat saya "cobalah sekali2 untuk menertawakannya." dikatakan untuk tidak menggunakan kalimat yg seperti itu, maka saya tidak menggunakan kalimat seperti itu lagi.
dikatakan untuk tidak meng-quote kalimat J. Krishnamurti, maka saya tidak meng-quote nya lagi, dan setiap saya quote, selalu saya cek latar belakangnya.
dikatakan untuk tidak menafsirkan, saya berusaha untuk tidak menafsirkan, walaupun masih.

sante,... saya menganggap forum bagian diskusi ibarat kantor. kantor adalah kantor, teman adalah teman, dan keduanya tidak akan bercampur aduk ;)


sekian dan terima kasih  :)

3
Seremonial / Re: awal dan akhir
« on: 09 December 2010, 12:49:07 PM »
 [at] aitristina
nasib kita sama yak... mo menyudahi, tapi tidak bisa, karena masih ada unek2 beberapa pihak yg tertinggal yg belum sempat terucapkan. hanya bedanya, u close thread, dan wa mo cao ;D

 [at] Kainyn_Kutho
saya tampung dulu yak....

 [at] all
ada lagi unek2 yg belum terucapkan? silahkan keluarkan atau dikemudian hari tidak perlu mengungkitnya kembali.

4
Seremonial / awal dan akhir
« on: 08 December 2010, 08:17:00 PM »
ada awal
ada akhir
ada perkenalan
ada perpisahan
bila berjodoh, kita akan bertemu lagi  _/\_

5
Chan atau Zen / Re: Kisah Zen / Chan : "Apakah memang demikian ?"
« on: 25 November 2010, 11:06:24 PM »
^

apa yg terlihat adalah apa adanya
pikiranlah yg membuat pertanyaan, "apakah seperti itu adanya?"
sehingga terciptalah, "apa yang terlihat belum tentu seperti apa adanya"

koan ini berhubungan dengan Heart Sutra dan konsep anatta.

6
Jika kita membicarakan utk rujukan otoritatif dari masing2 aliran sudah pasti jelas. Theravada menggunakan Tipitaka dan Mahayana menggunakan Tripitaka. Bukan begitu?

1 pertanyaan terakhir,

hanya yg tersurat atau yg tersurat dan yg tersirat?

7
Kalau mana yg sah atau valid sebagai rujukan, masing2x aliran tentu punya rujukan masing2x yg berbeda pula. Misalnya sumber rujukan dari Theravada adalah Pali Kanon, dari Mahayana adalah Tripitaka.

Biasanya dari sumber2 ada urutan prioritas dimana ketika terjadi pertentangan akan dianggap lebih "benar"

Misalnya  Tipitaka ->  atthakatha -> Tika -> Anu-tika

nah kalau dari sisi mahayana tentu dalam tripitaka dianggap lebih valid dibanding kata/komentar seorang bhiksu. Mungkin itu maksudnya?

Tapi kembali lagi, soal sah tidak sah sebuah rujukan itu kembali ke orangnya. DC kan tidak bisa memaksa.

maafkan karena pertanyaan saya yg tidak jelas sehingga timbul kesalahanpahaman ini.

saya tidak menanyakan apakah Tripitaka lebih valid dari kata/komentar yg merupakan hasil interpretasi/penafsiran/mengartian seorang bhiksu/sangha dari Tripitaka yg bertujuan agar umat lebih mudah memahami apa yg tersirat didalamnya.
bagi saya, saat sebuah ceramah, buku, dll, yg merupakan hasil interpretasi/penafsiran/mengartian seorang bhiksu/sangha memiliki makna dan arti yg sama dengan Tripitaka, maka kedua2nya adalah memiliki nilai yg sama, yg tidak lebih tinggi antara satu dengan yg lainnya.
disini sudah jelas, terdapat perbedaan pandangan saya dengan yg lainnya, dan saya tidak ada maksud meminta admin untuk menunjuk mana yg benar dan mana yg salah

yg saya tanyakan adalah
referensi yang sah yg didefinisikan sebagai sebuah referensi yg dapat digunakan karena sudah memiliki nilai kebenaran,
atau,
referensi yang sah yg didefinisikan sebagai sebuah referensi yg dapat digunakan terlepas dari nilai benar atau salahnya referensi itu,
atau,
mungkin ada pendefinisian yg lainnya.

itu saja yg ingin saya tanyakan.

8
^

terima kasih penjabarannya bro NPNG, tapi disini saya hanya bertanya apakah definisi dari referensi yg sah di Forum DhammaCitta, tidak ada hubungannya dengan Mahayana atau Theravada, atau hal lainnya, serta tidak ada maksud lain dibelakangnya.
murni hanya ingin mengetahui mengenai definisi referensi yg sah di Forum DhammaCitta :)


9
^
I'm easy kok :)
karena saya easy, saya terima ketika dikatakan bahwa hal tersebut adalah tidak sah.

disini saya hanya ingin mengetahui penjelasannya, karena sesuatu yang dikatakan sah atau tidak sah, berarti ada ketentuan/hukum yang berlaku, sehingga sesuatu dapat diberikan nilai sah atau tidak sah. dan saya tidak menemukan ketentuan/hukum tsb di forum ini. maka saya tanya langsung kepada yg berwenang.

maka, lebih baik menunggu penjelasan dari pihak yg berwenang.

10
berhubung tidak ada penjelasan langsung dalam 3x24, maka dengan ini saya bertanya untuk mendapatkan penjelasan langsung dari admin Forum DhammaCitta.

merujuk pada statement bro Indra yang dikatakan,
sumber yg anda gunakan bukanlah sumber otentik dari Tipitaka, melainkan hanya interpretasi dari seorang bhikkhu. di sini jelas, bahwa statement anda tidak didukung oleh referensi yg sah.

hal pertama yang saya ingin tanyakan kepada anda sebagai admin di forum ini adalah,

apakah definisi referensi yg sah di Forum DhammaCitta?


11
Bro Wen, ketika anda mengemukakan suatu statement, saya merasa berkepentingan untuk mempertanyakan sumber yg anda gunakan. dan ternyata sumber yg anda gunakan bukanlah sumber otentik dari Tipitaka, melainkan hanya interpretasi dari seorang bhikkhu. di sini jelas, bahwa statement anda tidak didukung oleh referensi yg sah. jika saya tidak mempertanyakan ini, pembaca akan menganggap bahwa statement anda benar.

adalah lucu jika seseorang mempertanyakan statement yg anda buat kemudian anda menjawab dengan "sebaiknya tanyakan kepada bhante", seseorang seharusnya bertanggung jawab atas statement yg disampaikan.

_/\_

baiklah jika memang begitu adanya.

supaya lebih jelas, akan saya memberikan statement pribadi yg tentu tidak ada dalam Tripitaka.

segala post saya yang tidak berdasarkan sumber yang otentik yaitu Tripitaka, adalah post yang tidak sah yang dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yang otentik yaitu Tripitaka.

sekian dan terima kasih.




 [at] No Pain No Gain
bro NPNG, sebenarnya harus anda jalankan atau coba sendiri, baru bisa benar2 mengalaminya. jika hanya sekedar memahami caranya, tapi tidak dijalankan, untuk selamanya tidak akan benar2 memahami apa yg di maksud.

dan soal bhikku pegang alat musik, jelas bhikku sudah menjalankan apa yg seperti yg saya jelaskan, dan mungkin metode mereka lebih tinggi lagi yg mampu mendalami lebih dalam lagi. dan mengenai perihal vinaya, bisa bro NPNG bandingkan sendiri isi vinaya Mahayana dan Theravada.
di samping itu, bagi kita yg melihatnya, rasa tidak enak yg timbul adalah hasil dari dalam diri kita sendiri. seperti ketika melihat sesuatu yg bergerak, pikiran yg bergerak atau bendanya yg bergerak. latihan ini untuk mengendalikan DIRI SENDIRI, bukan untuk mengendalikan orang lain.

dan mohon diingat dan digaris bawahi, yg saya katakan mungkin tidak tercantum dalam Tripitaka.

_/\_

12
 [at] sriyeklina
saya rasa cukup diskusi kita hingga sini saja.
sebab anda sudah menggeneralisasikan(hasty generalization) musik dengan video porno, yg pada akhirnya bila saya katakan menolong itu baik, maka nanti akan di putarbalikan menjadi menolong untuk membunuh juga adalah baik.


 [at] Indra
bro Indra, rasanya tidaklah penting pendapat saya. lebih baik tanyakan kepada banthe atau bhikku agar semua nya jelas.
merujuk pada post bro Kemenyan, sumber nya dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=61


 [at] No Pain No Gain
bro NPNG,
nyanyian/lagu/musik tidak selalu terikat hanya pada keindahan nada-nada..., semua tergantung pada si pendengarnya.
sebenarnya sangat mudah,
1. pilih 2 film horor yg paling seram yg belum pernah kamu nonton. nonton 1 film terlebih dahulu dengan suara. lalu nonton film berikutnya tanpa suara.
keseraman akan turun secara drastis ketika menonton film horor tanpa ada suara. lalu nonton lagi film horor dengan suara. perhatikan apa yg timbul ketika ada suara dan ketika tidak ada suara.
2. pilih 2 lagu, yg 1 adalah lagu yg paling disukai dan yg 1 nya lagi lagu yg paling tidak disukai.
bandingkan kenapa yg 1 disukai dan yg 1 tidak disukai. perhatikan apa yg timbul.
lalu ambil lagu yg paling disukai, lalu dengarkan secara terus menerus minimal selama 6-12jam dalam 1 hari, dan lakukan selama 1 minggu-1 bulan.
jika timbul rasa bosan, perhatikan kenapa ada rasa bosan padahal menyukai lagu tsb, dan hingga suatu titik, dimanakah rasa suka, dimanakah rasa tidak suka, dimanakah rasa bosan terhadap lagu itu.
lalu ambil lagu yg paling tidak disukai dan lakukan juga seperti diatas selama 1minggu-1bulan.

ini sama seperti memperhatikan proses makan/meditasi makan. ini untuk memahami yg dikatakan, makan apa adanya, mendengar apa adanya, melihat apa adanya, dll.


13
 [at]  sriyeklina

thx jawabannya untuk yg hijau

yg biru,
Sebelumnya perlu bro ketahui,saya bukan PEMELUK BUDDHISME.Jadi saya memberikan pendapat bukan karena berpihak pada 1 aliran.Saya berbicara berdasarkan apa yang saya lihat dan yang saya pikirkan.Dan jika anda baca dengan seksama post saya diatas.Anda bisa mengerti yang saya maksudkan bukan tertuju pada SUTRA/SUTTA.Tapi salah satu untuk mengenali bahwa perubahan memang telah terjadi,bisa dilihat dari pemaparan sutta.Jika anda tidak pernah membaca injil.Cobalah sekali-sekali anda baca.

Bagi saya suatu perbedaan bukan berarti tidak ada kesamaan.Dan suatu kesamaan bukan berarti tidak ada perbedaan.Jadi bro,saya hanya menghubungkan dan mengurut-urutkan suatu kejadian dengan kejadian lain.Dimana semua sibuk dengan melihat perbedaan.Saya menengok dari hal yang sama.
Contoh:
-dalam agama islam.
Semua ajaran yang diajarkan sebenarnya baik.Jika dijalankan akan membawa karma baik.Jika ada yang melencengkan ajarannya,itu karena penganutnya tidak mempunyai pandangan dan pikiran benar serta kebijaksanaan.Dan nabi yang dijadikan contoh bagi umat muslim adalah nabi muhamad.Penilaian saya pada nabi tersebut,dia manusia bijaksana tapi dengan LDM yang lebih kental.Dan nabi umat muslim sebelum nabi muhammad,adalah nabi Isa.Bagi umat kr****n nabi Isa itu disebut Yesus.
-dalam agama kr****n
 Menurut saya ajarannya jika dilakukan dengan benar juga akan membawa karma baik.Tapi tetap ada yang melencengkan juga.Dan Yesus itu tidak menikah,yesus itu punya kemampuan batin yang bisa berjalan diatas air.Dan dia juga mengorbankan dirinya.Apakah tidak mirip dengan yang ada dalam Buddhisme?Mungkin dia juga termasuk calon arahat.Hanya kebijaksanaannya belum mencapai tingkat itu.
-dalam aliran mahayana
 Ajarannya juga jika dilakukan akan membawa karma baik.Walaupun ada konsep Ketuhanan.

Bagi saya pribadi tidak masalah dengan adanya Tuhan,surga,neraka,dosa,halal,haram dan lain-lain.Karena tingkat kecerdasan tiap orang berbeda.Tingkat LDM tiap orang berbeda.Sehingga membuat banyak istilah dan penerjemahan yang terkadang lari dari arti semula.Sama seperti pesan berantai yang saya sebutkan.
Sama seperti saat keponakan saya yang berumur 4 tahun bertanya,"Kenapa gunung itu ada asapnya(meledak)?"
Bagaimana cara saya menjawab pada anak umur 4tahun?Jawaban yang paling mudah Itu Kekuasaan Tuhan.

Apakah bro bisa menangkap maksud saya?Maaf,kalau pemaparan saya kurang cocok dengan bro.



terima kasih atas anjurannya, tapi saya sudah mempelajari Islam, ka****k, kr****n, Hindu, dunia metafisika, dan Buddhism sendiri.
disini anda menyamakan perubahan yg terjadi dalam agama lain terhadap perubahan dalam tubuh Buddhism.
maka yg saya tanyakan, dimana letak perubahannya? sebelum dan sesudahnya seperti apa?

Nah,inilah contoh kenapa terjadi perubahan.Dan semakin lama perubahan itu makin jauh dari yang pertama kali.Dimana mahkluk yang mempunyai pandangan dan kebijaksanaan yang setingkat,berpikir itu benar dan melakukan perubahan.Disesuaikanlah norma-norma yang ada.Dan karena jaman makin canggih,norma juga ikut makin canggih.
Contoh norma dalam berpakaian:
-Dulu tidak boleh memakai rok pendek.Karena kalau nungging nanti kelihatan.Sekarang malah diperlihatkan.
-Telanjang sekarang malah dianggap karya seni.Bahkan difoto dan jadi pameran.

dikatakan telah terjadi perubahan. dimanakah letak perubahannya?
jika dikatakan Theravada adalah akar dari segalanya, maka dimaksudkan telah terjadi perubahan dalam Mahayana, dan disini dikatakan salah satu contohnya adalah mengenai musik.

maka, bisakah tunjukan perubahannya dimana Theravada mengatakan musik tidak diperbolehkan dalam Buddhism atau yg memiliki arti dan makna terdalamnya dimana mengenarisil tidak diperbolehkannya musik dalam Buddhism apapun tujuan dan manfaatnya dari musik itu sendiri?

merujuk kepada post bro Kemenyan
[Patimokkha Sikkhapada]
227 Peraturan kebhikkuan

Peraturan-peraturan ke-Bhikkhu-an yang ditentukan oleh Sang Buddha (Sikkhapada) meliputi :

   1. Yang ada didalam Patimokkha.
   2. Yang tidak ada dalam Patimokkha.

Yang ada dalam Patimokkha meliputi:

   1. Empat Parajika.
   2. Tiga belas Sanghadisesa.
   3. Tiga puluh Nissaggiya-pacittiya.
   4. Dua Aniyata.
   5. Sembilan puluh dua Pacittiya.
   6. Empat Patidesaniya.
   7. Tujuh puluh lima Sekhiyavatta.

Tujuh peraturan tersebut di atas meliputi 220 dan ditambah 7 Adhikarana Samatha, semuanya berjumlah 227 peraturan.



Tanya jawab mengenai Bhikkhu:
33. Apakah bhikkhu dilarang melihat dan mendengarkan lagu atau tari-tarian ?
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.

  Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan
  Demikianlah hendaknya orang bijaksana
  Membersihkan dirinya dari noda-noda pikiran

  (Dhammapada 88)

source: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=61

bagi saya adalah 2 hal yg berbeda ketika dikatakan,
1. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
2. Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.

bila dikatakan Mahayana telah melakukan perubahan yaitu memperbolehkan musik, sebenarnya tidak terjadi perubahan. sebab memang yg dilarang adalah melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata, bukan melarang melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian.
yg terjadi sebenarnya salah dalam mencerna kalimat tsb.

kembali lagi dalam hal musik,
jika memang dikatakan Mahayana melakukan perubahan mengenai musik, dan dimana Theravada adalah akar yg ter-"benar" yg sesuai ajaran dari sang Buddha, maka mohon tunjukan kalimat yg mengatakan musik dilarang dalam Theravada, dan musik diperbolehkan dalam Mahayana(diperbolehkan dalam arti diperbolehkan untuk segala hal termasuk untuk kepuasan indra semata)

_/\_

14
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Re: September ini KOPDAR? :D
« on: 07 November 2010, 10:39:00 AM »
yak.. utang dah dilunasin. sorry lama ;D

topik locked

15
hi dcers...for jkt only...

mau tukeran kado plus fangsen burung?

gampang caranya kok...

kado hrs senilai 35rb disertai bon, dan per kepala diminta menyumbang 5rb rp utnuk fangsen burung, dalam menyambut awal thn 2011 dan metta day tgl 1 Jan nanti...

wanna join?

:D


ada acara kumpul2nya ato cuma kasih sumbangan aja?

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 68
anything