wah.. kok jadi bahas abhidhamma... haha
Abhidhamma mengajarkan bahwa kebenaran sejati terdiri dari empat unsur penyusun, Nibbana,
citta, cetasika dan rupa. Yang tidak berkondisi (Nibbana) dan yang berkondisi (citta, cetasika
dan rupa). Doktrin anatta menyatakan bahwa tiada diri selain panca-khanda (nama, rupa).
Kesadaran, sebagai contohnya, yang tampak seperti arus yang berkesinambungan, dijabarkan
sebagai citta dan cetasika yang berperanan khusus dalam pembentukan kesadaran. Bro
Markos memcoba membahas lebih mendalam dengan merujuk Abhidhamma. Jadi masih relevan.
kalo soal 'Aku' sih pernah merasa heran... bingung... baru timbul pertanyaan.
kalo kita hanya sekumpulan panca khanda, yang terurai kembali saat meninggal... bukankah
kita udah seperti mesin?
jika jiwa (atman) tidak ada... apakah kesadaran kita hanyalah bagian dari kesadaran yang
lebih besar, seperti setetes air yang merupakan bagian dari lautan besar?
yah... kira2 itu aja pertanyaan yg muncul saat merenungkan anatta. dan sampe sekarang wa
msh belum menemukan jawabannya.
Dengan pandangan materialistik Anda, panca khanda dianggap sebagai sesuatu yang solid dan
nyata sehingga Anda membandingkannya dengan mesin, yang akan terurai ketika meninggal.
Dengan segala kerendahan hati, saya mencoba untuk meluruskan pengertian yang belum
tepat ini. Berikut kutipan dari ceramah Sayadaw U Silananda mengenai Anatta yang saya coba
tuturkan kembali. Bila hendak membaca lengkapnya, silahkan cari buku Kamma Anatta terbitan
Karaniya & Ehipassiko.
Dahulu, seorang pertapa bernama Vacchagotta mendatangi Buddha Gotama untuk
menanyakan apakah atta itu ada? Buddha saat itu diam saja hingga akhirnya pertapa
Vacchagotta pun beranjak pergi. Bila Buddha Gotama menjawab ya, maka paham eternalistik
dimana ada jiwa yang kekal itu benar adanya. Bila dijawab tidak, paham nihilistik dimana jiwa
akan musnah setelah kematian itu benar adanya. Sang Buddha tidak setuju dengan paham
nihilistik karena paham ini menolak kamma, tumimbal lahir (punnabhava) dan hukum
keberasalan yang saling bergantungan (paticcasamuppadda). Sebaliknya Sang Buddha
mengajarkan kenyataan bahwa manusia terlahir kembali dengan patisandhi, kesadaran yang
berkesinambungan, kesadaran tumimbal lahir yang tidak berpindah dari kehidupan sebelumnya,
melainkan timbul karena adanya berbagai kondisi dari kehidupan sebelumnya, misalnya kondisi
seperti kamma. Jadi yang terlahir kembali bukan yang sama dengan orang yg telah meninggal,
namun bukan pula sepenuhnya berbeda dengan yang telah meninggal. Dalam ajaran Buddha,
tidak ada tubuh metafisik, jiwa atau roh yang sama yg berlanjut dari satu kehidupan ke
kehidupan berikutnya.
Bila kita buka Kitab Dhammapada bab 20 ayat 5,6,7:
Sabbe sankhara anicca'ti
Yada pannaya passati
atha nibbindati dukkhe
esa maggo visuddhiya
Sabbe sankhara dukkha'ti
Yada pannaya passati
atha nibbindati dukkhe
esa maggo visuddhiya
Sabbe dhamma anatta'ti
Yada pannaya passati
atha nibbindati dukkhe
esa maggo visuddhiya
Yang dimaksud dengan sankhara di sini adalah segala yang berkondisi, sifatnya fana (tidak
kekal) dan tidak memuaskan. Khusus untuk sifat anatta bukan hanya yang berkondisi saja,
tetapi yang tidak berkondisi pun termasuk di dalamnya (Nibbana). Dhamma meliputi semua,
baik yang berkondisi maupun yang tidak berkondisi.
Dalam ceramahnya, Sayadaw U Silananda mengutip tulisan Nyanatiloka:
"Barang siapa belum menyadari kesunyaan segala kehidupan dan tidak memahami bahwa
sesungguhnya hanyalah ada proses kesinambungan tubuh dan fenomena batin yang muncul
dan berlalu, dan bahwa tidak ada sosok ego terpisah di dalam atau di luar proses ini, ia tidak
akan mampu memahami ajaran Buddha, seperti ajaran Empat Kesunyataan Mulia ... dalam
pengertian yang benar. Ia akan berpikir bahwa egonyalah, dirinyalah, yang mengalami
penderitaan, dirinyalah yang melakukan perbuatan baik dan buruk, dan akan terlahir kembali
sesuai dengan perbuatannya, dirinyalah yang akan memasuki Nibbana, dirinyalah yang akan
menjalani Jalan Beruas Delapan."
Inilah alasannya kenapa saya mau berpanjang lebar mengenai masalah "aku". Doktrin anatta
sangat mendasar. Bila kita belum tepat memahami doktrin anatta, walau kita memahami ajaran
Buddha Gotama akan Empat Kesunyataan Mulia dan Jalan Beruas Delapan, maka kita belum
menapaki jalan menuju pencerahan (Bro Sumedho telah membantu memberikan rujukan pada
Vinnana Sutta dalam posting sebelum ini).
Semoga bro hardymika tidak tambah bingung, dapat segera jawaban dari merenungkan
anatta. Semoga kita semua bisa terus maju dalam dhamma...
"Hanya ada penderitaan, tanpa ada penderita;
Ada perbuatan, namun tiada pelaku perbuatan;
Ada Nibbana, namun tiada orang yang mencapainya;
Ada jalan, namun tiada orang yang menjalaninya." - Nyanatiloka