//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: me my mine  (Read 163567 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #225 on: 15 September 2011, 05:02:01 PM »
 _/\_ anumodana buat penjelasannya cc.
saya sering merasa seperti ini cc, kalo sakit sedikit lalu bergerak, yang terjadi malah rasanya saya terlalu memanjakan tubuh saya cc.  :)
dulu waktu ikut retret pernah dapat pengarahan seperti ini, kalo rasa sakit itu muncul, coba diamati saja, kalo masih bisa di tahan sebaiknya dipertahankan, tetapi jika memang sudah tidak mampu ya jangan di paksakan.  :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #226 on: 19 September 2011, 08:20:29 AM »
Suka duka

Kala hati sedang bersuka
Jangan sampai terlena
Kita mesti mensyukurinya
Semua yang kita punya

Kala hati sedang berduka
Jangan sampai terlelap
Bangunlah sadari semua
Hari esokan datang

Suka duka
Datang silih berganti
Menerpa setiap makhluk dunia

Suka duka
Takkan menggoyahkan batin
Bagi insan yang mengerti
Makna kehidupan
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #227 on: 19 September 2011, 08:25:48 AM »
Sadarlah

Dunia ini tiada kekal adanya
Yang nampaknya indah nantikan tiada
Sesungguhnya kita hidup di alam fana
Semua kan berubah mengikuti putaran dunia

Yang kaya jangan tinggi hati
Yang lemah jangan rendah diri
Sesungguhnya hidup di bumi
Adalah satu perjuangan

Sadarlah wahai manusia di dunia
Dengan s'gala kekurangan luruskan hidupmu
Sadarlah wahai manusia di dunia
Dengan s'gala kelemahan bersihkan hatimu
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #228 on: 02 October 2011, 01:36:07 PM »
ADINNADANA

A = tidak
Dinna = barang / benda yang diberikan oleh pemiliknya
Adana = mengambil / merampas
>> mengambil / merampas suatu barang / benda yang tidak diberikan oleh pemiliknya = pencurian
Sila ke dua bertujuan agar kita dapat mempunyai mata pencaharian yang benar.

Ada 5 faktor untuk dapat disebut mencuri :
1.   Parapariggahitam : suatu barang milik pihak lain (article(s) with a concerned owner )
2.   Parapariggahita-sannita : mengetahui barang itu ada pemiliknya / dipersepsikan sebagai milik orang lain (one knows there is a concerned owner)
3.   Theyyacittam : berpikir untuk mencurinya (the intention to steal )
4.   Upakkamo : berusaha untuk mencurinya (the effort to steal )
5.   Tera haranam : berhasil mencuri barang itu melalui usaha tersebut (the article(s) is (are) stolen through that effort )

Nanabhanda Pancaka (5 jenis pencurian harta benda, barang hidup ataupun mati) :
  • Adiyana Adinnadana (Gugatan palsu)
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan menyita rumah, sawah atau ladang milik orang lain, dengan menyalahgunakan kekuasaan serta tipu daya dalam sidang peradilan.
  • Harana Adinnadana (Penggelapan)
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan mengambil harta benda milik oang lain yang berada dalam tanggung jawab serta tugasnya untuk membawanya.
  • Avaharana Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan memungkiri harta benda yang dititipkan orang lain kepadanya.
  • Iriyapatha Vikopana Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan disertai ancaman untuk melukai si korban apabila tidak menuruti kemauannya, misalnya menodong dan merampok.
  • Thanavacara Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan mengambil barang atau benda yang diletakkan oleh pemiliknya di suatu tempat tertentu.

Sahatthika Pancaka (5 jenis pencurian yang dilakukan oleh diri sendiri) :
  • Sahatthika Adinnadana
    Suatu pencurian harta benda, barang hidup atau barang mati yang dilakukan langsung oleh diri sendiri.
  • Anattika Adinnadana
    Suatu pencurian harta benda, barang hidup atau barang mati yang dilakukan dengan menyuruh orang lain.
  • Nasaggiya Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan menyelundupkan barang-barang dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menghindari pajak atau bea cukai.
  • Atthasadhaka Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan menyuruh orang lain dalam jangka waktu yang tak terbatas, dalam arti kapan saja ada kesempatan yang cocok, bisa langsung dikerjakan.
  • Dhuranikkhepa Adinnadana
    Suatu pencurian yang terjadi pada waktu sedang menggugat pada pengadilan atas harta benda orang lain yang bukan haknya, atau pada waktu sedang berusaha memungkiri barang orang lain yang dititipkan kepadanya.

Pubbapayoga Pancaka (5 jenis perbuatan yang sudah termasuk pencurian sebelum turun tangan) :
  • Pubbapayoga Adinnadana
    Suatu pencurian yang terjadi pada waktu sedang menyuruh orang lain untuk mencuri.
  • Sahapayoga Adinnadana
    Suatu pencurian yang terkadi pada waktu sedang berusaha mengambil barang milik orang lain atau sedang memperlebar batas tanah halaman rumah, kebun, sawah, atau ladang.
  • Sandidavahara Adinnadana
    Suatu pencurian yang terjadi atas kesepakatan bersama (kelompok) untuk mencuri, walaupun ini kemudian dilakukan tanpa peranan atau kehadiran dirinya sendiri.
  • Sanketakamma Adinnadana
    Suatu pencurian yang terjadi apabila orang lain yang disuruh mencuri itu melakukannya tepat pada waktu atau saat yang diperintahkan.
  • Nimittakamma Adinnadana
    Suatu pencurian yang terjadi dengan memberikan kode sandi, isyarat, atau pertanda kepada orang lain untuk mencuri.

Theyyavahara Pancaka (5 jenis pencurian berupa pemalsuan barang, pemberdayaan, dll):
  • Theyyavahara Adinnadana
    Suatu pencurian yang terjadi dengan melakukan kecurangan atas alat penakar atau timbangan, dengan mengganti barang, dengan memberikan uang palsu, dan sebagainya.
  • Pasayahara Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan mengancam serta melukai korbannya, atau menggunakan kekuasaan atu pengaruh kepemerintahan untuk merampas harta benda orang lain.
  • Parikappavahara Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan menentukan batasan atau barang yang akan dicuri serta tempat yang akan dijadikan sasaran.
  • Paticchannavahara Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan mengambil barang atau benda yang secara teledor ditinggalkan oleh pemiliknya.
  • Kusavahara Adinnadana
    Suatu pencurian yang dilakukan dengan menukar nama orang yang seharusnya berhak atas suatu barang, atau mengambil warisan secara tidak jujur.

Mengetahui besar kecilnya kesalahan:
1.   Bergantung pada besar kecilnya nilai barang (hina, rendah, atau panita - tinggi)
2.   Bergantung pada kebajikan (gunadhika) sang pemilik
  • Gini santaka : barang / benda milik orang awam
  • Samana santaka : barang / benda milik samana / bhikkhu
  • Gana santaka : barang / benda milik kelompok bhikkhu atau samanera, yang kurang dari empat orang
  • Sangha santaka : barang / benda milik pasamuan para bhikkhu
   
3.   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
4.   Bergantung pada tebal tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya

Usaha dari pelanggaran sila kedua:
  • Pencurian secara langsung
    Mencuri, merampas, memeras, menukar barang, penipuan, pemalsuan, mencopet, gugatan palsu, penggelapan, merampok, menyelundupkan dan menghilangkan jejak, berbohong (memungkiri harta benda yang dititipkan).
  • Pencurian tidak langsung
    Merayu untuk menipu, menerima suapan (pungli), berlaku sebagai kaki tangan (tukang tadah).

Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila kedua yang harus juga kita hindari:
1.   Penghancuran barang milik orang lain secara sengaja untuk balas dendam
2.   Mempergunakan barang milik bersama dengan sewenang-wenang.

Akibat melanggar sila kedua:
1.   Tidak begitu mempunyai harta benda dan kekayaan
2.   Terlahirkan dalam keadaan melarat / miskin
3.   Menderita kelaparan
4.   Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan
5.   Menderita kebangkrutan atau kerugian dalam usaha dagang
6.   Mengalami kehancuran karena bencana atau malapetaka

Kebahagiaan yang dimiliki oleh orang yang mencari nafkah secara benar:
1.   Memiliki rasa bangga karena mempunyai barang (harta) secara sah
2.   Bebas dari beban yang membuat ia harus hidup bersembunyi
3.   Sewaktu mempergunakan hartanya itu ia tidak tertekan batinnya
4.   Hal itu memperkuatnya untuk tidak jatuh ke dalam cara-cara hidup jahat lainnya

4 vissasa (peraturan kekariban):
1.   Pemilik harus amat akrab dengan pemakai, sehingga tidak terdapat perasaan curiga atau tuduhan mencuri
2.   Pemilik telah memberikan ijin beberapa waktu sebelumnya
3.   Barang yang diambil bukan merupakan sesuatu yang berharga bagi pemiliknya, sehingga dengan diambilnya barang itu pemilik tidak akan merasakan kerugian
4.   Pemilik barang setelah mengetahui barang itu diambil, merelakan dan tidak akan menuntut si pemakai barang

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #229 on: 02 October 2011, 02:05:59 PM »
KAMESUMICCHACARA

Kisah Khemaka, Dhammapada XXII, 4-5
•   Khemaka, keponakan Anathapindika, ditangkap sebanyak 3 kali akibat perzinahan tanpa penyesalan.
•   Sang Buddha membabarkan syair 309 dan 310 berikut ini:
Orang yang lengah dan berzinah akan menerima 4 ganjaran:
Pertama, ia akan menerima akibat buruk;
Kedua, ia tidak dapat tidur dengan tenang;
Ketiga namanya tercela; dan
Keempat, ia akan masuk kea lam neraka.


Ia akan menerima akibar buruk dan kelahiran rendah pada kehidupannya yang akan datang.
Sungguh singkat kenikmatan yang diperoleh lelaki dan wanita yang katakutan, dan raja pun akan menjatuhkan hukuman berat.
Karena itu, janganlah seseorang berzinah dengn isteri orang lain.
•   Khemaka mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah kotbah Dhamma itu berakhir.

Dhammapada XVIII, 17 Kisah 5 umat awam
… Sang Buddha menjawab, “Ananda, nafsu (raga), kebencian (dosa), dan ketidak-tahuan (moha) adalah tiga hal yang menghalangi orang mengerti Dhamma.
Nafsu membakar seseorang; tiada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, tetapi itu jarang terjadi.
Namun nafsu selalu membakar tanpa henti.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 251 berikut:
Tiada api yang dapat menyamai nafsu,
tiada cengkraman yang dapat menyamai kebencian,
tiada jarring yang dapat menyamai ketidak-tahuan,
dan tiada arus yang sederas nafsu keinginan.


Kamesu : dalam persengggamaan atau persetubuhan
Miccha : cabul atau menyimpang
Cara : perilaku
Gabungan ketiganya bermakna “berbuat salah dalam hubungan seksual” --> perzinahan.
Menahan diri dari pemuasan nafsu seksual dengan cara yang salah.

Empat faktor untuk dapat disebut asusila:
1.   Agamaniya-vatthu : orang yang tidak patut digauli
2.   Tasmim sevacittam : mempunyai pikiran untuk menyetubuhi orang tersebut
3.   Sevanappayoga : berusaha menyetubuhi
4.   Maggena maggapatipatti adhivasanam : berhasil menyetubuhi (dalam arti berhasil memasukkan kemaluan ke dalam satu lubang walaupun hanya sedalam biji wijen)

Tiga lubang yang menjadi sasaran pelaggaran sila ketiga adalah mulut, anus, dan alat kelamin.

Mengetahui besar kecil kesalahan
•   Bergantung pada kebajikan dan kemoralan objek seksual
•   Bergantung padakerelaan objek seksual
•   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
•   Bergantung pada tebal tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya >> ex : perkosaan.

Bagaimana dengan tindakan asusila yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah Akusala Kamma?
--> Micchaditthi (pandangan salah), yang salah satunya akan berakibat pada terulang-ulangnya tindakan salah tersebut.

Tujuan dasar dari sila ketiga ialah untuk mencegah perceraian dan membina kebahagiaan suami isteri. Menjaga agar pasangan yang telah berkomitmen untuk hidup besama dan memiliki banyak kecocokan disbanding perbedaan akan tetap bahagia.

Objek pelanggaran sila ketiga:
1.   Perempuan yang dalam perlindungan ibunya (maturakkhita)
2.   Perempuan yang dalam perlindungan ayahnya (piturakkhita)
3.   Perempuan yang dalam perlindungan ayah dan ibunya (matapiturakkhita)
4.   Perempuan yang dalam perlindungan kakak perempuannya, atau dalam perawatan adik perempuannya (bhaginirakkhita)
5.   Perempuan yang dalam perlindungan kakak laki-lakinya, atau dalam perawatan adik laki-lakinya (bhaturakkhita)
6.   Perempuan yang dalam perlindungan sanak keluarganya (natirakkhita)
7.   Perempuan yang dalam perlindungan orang sebangsa (gottarakkhita)
8.   Perempuan yang dalam perlindungan orang-orang yang berpraktek Dhamma (dhammarakkhita)
(Delapan jenis wanita ini adalah wanita bebas yang belum punya suami dan juga belum cukup umur.)
9.   Perempuan yang sudah dipesan oleh raja atau orang-orang berkuasa (saparidanda : dilindungi denda, juga istri)
10.   Perempuan yang mempunya tunangan, atau sudah ditunangkan sejak dalam kandungan (sarakkha : yang diamankan)
11.   Perempuan yang sudah dibeli oleh seorang laki-laki, atau telah digadaikan oleh orang tuanya (dhanakkita : dibeli dengan uang)
12.   Perempuan yang bertinggal dengan seorang laki-laki yang dicintainya > kumpul kebo (chandavasini : yang tinggal karena suka)
13.   Perempuan yang rela diperistri oleh seorang laki-laki karena mengharapkan harta benda (bhogavasini : tinggal karena harta)
14.   Perempuan yang rela diperistri oleh seorang laki-laki karena mengharapkan barang sandang (patavasini : tinggal karena pakaian)
15.   Perempuan yang secara resmi menjadi isteri seorang laki-laki dalam suatu perkawinan menurut adat istiadat (odapattagini : mangkuk air)
16.   Perempuan yang menjadi isteri seorang laki-laki yang menolongnya membebaskan diri dari perbudakan (obhatasumbatta : copot gelung)
17.   Perempuan yang menjadi tawanan kemudian diperisteri oleh seorang laki-laki (dhajahata : bawaan simbol kemenangan)
18.   Perempuan pekerja yang diperisteri oleh majikannya (kammakaribhariya : pelayan)
19.   Perempuan yang menjadi budak yang kemudian juga dinikahi oleh tuannya (dasibhariya : budak)
20.   Perempuan yang menjadi isteri seorang laki-laki selama jangka waktu tertentu (muhuttika : sementara)

Objek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga oleh laki-laki:
1.   Wanita yang telah menikah
2.   Wanita yang masih dibawah pengawasan / asuhan keluarga
3.   Wanita yang menuurut kebiasaan (adat istiadat) dialarang, yaitu:
-   Mereka dilarang karena tradisi keluarga, masih dalam satu garis keturunan dekat
-   Mereka yang dilarang karena tradisi (peraturan) agama. Dalam tradisi Theravada disebutkan : Upasika Atthasila, Bhikkhuni di jaman dulu (sebab sekarang tidak ada lagi bhikkhuni)
-   Mereka dilarang karena hokum Negara pada jaman dulu, misalnya selir raja

Perlu dicatat bahwa berkenaan dengan wanita terlarang ini, persetujuan baik oleh kedua pihak maupun salah satu pihak, tidak dapat dipertimbangkan lagi.

Objek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga oleh wanita:
1.   Laki-laki yang telah menikah
2.   Laki-laki yang berad dibawah peraturan agama, misalnya Bhikkhu, Samanera

Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang juga harus kita hindari:
1.   Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami / isterinya)
2.   Berciuman dengan lain jenis yang disertai nafsu birahi
3.   Menyenggol, mencolek, dan sejenisnya yang disertai dengan nafsu birahi

Akibat dari melanggar sila ketiga:
1.   Mempunyai banyak musuh
2.   Dibenci banyak orang
3.   Sering diancam dan dicelakai
4.   Terlahir sebagai banci/waria atau wanita
5.   Mempunyai kelainan jiwa
6.   Diperkosa orang lain
7.   Sering mendapat aib/malu
8.   Tidur maupun bangun dalam keadaan gelisah
9.   Tidak begitu disenangi oleh laki-laki maupun perempuan
10.   Gagal dalam bercinta
11.   Sukar mendapatkan jodoh
12.   Tidak memperoleh kebahagiaan dalam berumah tangga
13.   Terpisahkan dari orang yang dicintai

Enam praktek kemerosotan:
Dhammapada VIII, 5-6, Kisah Brahmana Anattha Pucchaka
1.   Tidur sampai matahari terbit,
2.   Kebiasaan bermalas-malasan,
3.   Bertindak kejam,
4.   Gemar minum-minuman keras yang menyebabkan mabuk dan lemahnya kesadaran
5.   Berkeliaran sendiri di jalan pada waktu yang tidak tepat, dan
6.   Perilaku seks yang salah
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #230 on: 06 October 2011, 08:41:10 AM »
    Jika kamu menonjok sebongkah batu, walaupun batu itu tidak menonjok balik, kamu akan tetap merasakan sakit.

Saya pernah menuliskan ini di kolom status saya di FB, tapi sepertinya orang2 yang tidak mengerti hanya menganggap ini adalah satu kalimat konyol yang walaupun tidak saya katakan pun semua orang sudah pasti tau. Kalau kita menonjok batu maka tangan pasti akan terasa sakit, dan mana ada batu yang bisa menonjok balik?

"Sepertinya yang buat status agak kurang waras deh!" hahahha... mungkin ada sebagian orang yang berpikir demikian. Namun dari beberapa teman yang sempat singgah dan memberikan komentar, sepertinya memang tidak ada yang mengerti maksud dari kalimat ini, selain menganggap bahwa kalimat ini tidak lebih dari sebuah kalimat konyol yang tidak perlu diungkapkan.

Tetapi taukah Anda apa maksud dari kalimat ini?
Cobalah berpikir sejenak sebelum melanjutkan membaca...

Setelah berpikir, renungkanlah apa makna yang kalian dapat?
Jika malas berpikir, lanjutkan saya membaca. Tetapi jika malas membaca, tutup saja halaman ini dan teruslah menganggap bahwa itu adalah kalimat konyol yang tak ada artinya.

Yang masih terus membaca, bacalah dengan baik, teliti, kalimat konyol itu punya makna yang sangat dalam.
Kalimat itu saya kutip dari sebuah buku yang berjudul "Di bawah Pohon Jambu Air" tulisan Thich Nath Hant.

    Jika kamu menonjok sebongkah batu, walaupun batu itu tidak menonjok balik, kamu akan tetap merasakan sakit.

Apa maksudnya?
Kemarahan, kebencian, dan perasaan jahat lainnya akan melukai dirimu sendiri. Jika kamu marah, memaki, membenci orang lain, walaupun orang itu tidak membalas memarahi, memaki ataupun membencimu, kamu akan tetap merasakan sakit. Karena sakit itu muncul dari perasaan marah, benci yang ada di dalam dirimu. Orang pertama yang akan terluka adalah diri sendiri. Renungkanlah ini dengan baik.

Bayangkan ketika kemarahan memenuhi dirimu, apakah pada saat itu kamu merasa bahagia?
Dan ketika kamu menemukan orang yang tepat untuk menerima segala kemarahanmu, kamu memarahinya, menumpahkan segala kekecewaan dan kemarahan yang terkumpul dalam dirimu, memakinya, menganggapnya seperti sampah. Setelah semua itu berakhir, apakah ada kebahagiaan yang kamu temukan di dalam dirimu?
"Tidak", jelas sekali "Tidak". Yang muncul pada saat itu adalah rasa sakit yang lebih, kekecewaan yang lebih, penyesalan. Bahkan ketika orang itu tidak membalas, maka kamu akan menyesal telah melakukan hal buruk kepadanya, kamu telah melukainya, dan terlebih melukai dirimu sendiri. Sama ketika kamu menonjok sebongkah batu, sebelum batu itu membalas menonjokmu, tanganmu telah terluka lebih dulu. Bahkan ketika kamu menunggu dan batu itu tidak juga membalas menonjokmu, tanganmu akan tetap terluka karena menonjoknya. Begitulah kemarahan, kebencian, dan cacian yang kita berikan, yang kita tumpahkan kepada orang lain, terlebih dahulu akan melukai diri kita sendiri.
« Last Edit: 06 October 2011, 08:58:36 AM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #231 on: 11 October 2011, 10:26:53 AM »
Musavada

Musa : sesuatu yang bukan kebenaran
Vada : ucapan atau perkataan
Gabungan kedua kosa kata itu bermakna mengucapkan sesuatu yang bukan merupakan kebenaran atau pendustaan.
Menahan diri dari ucapan bohong atau pendustaan atau dari berkata yang tidak benar.

Empat faktor untuk dapat disebut berkata tidak benar :
1.   Atthama-vatthu : sesuatu atau hal yang tidak benar
2.   Visamvadanacittam : mempunyai pikiran untuk berdusta
3.   Tajjo vayamo : berusaha berdusta
4.   Parassa tadatthavijanam : pihak lain memahami maksud yang dikatakannya

Mengetahui besar kecilnya kesalahan :
1.   Bergantung pada kerugian yang ditimbulkan
2.   Bergantung pada objek yang dirugikan
3.   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
4.   Bergantung pada tebal tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya

Pendustaan yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah akusala kamma adalah micchaditthi (pandangan salah).

Tujuan dari sila keempat ialah untuk menghindari kata-kata yang merusak nama atau reputasi pihak lain dan atau menimbulkan kerugian pihak lain.

Meliputi semua bentuk dan tingkat kebohongan, baik yang diutarakan secara fisik (tulisan atau sikap) maupun secara ucapan (verbal); baik dipercaya ataupun tidak dipercaya.

Tiga tingkatan kebohongan :
1.   Kebohongan langsung
2.   Kebohongan tidak langsung
3.   Pelanggaran janji

Kebohongan langsung:
a.   Bohong terang-terangan
b.   Menghasut
c.   Menipu / memperdayai
d.   Menjilat
e.   Pelanggaran sumpah / ikrar
f.   Pembatalan
g.   Muslihat / tipu daya
h.   Munafik, perbuatan pura-pura
i.   Permainan kata-kata secara licin
j.   Melebih-lebihkan
k.   Menyembunyikan / mengurangi

Kebohongan tidak langsung
a.   Kata-kata melukai
   - Sarkasme (pujian tajam)
   - Penghinaan (merendahkan)
b.   Kebohongan tak terpikir
c.   Sindiran untuk menimbulkan perselisihan

Pelanggaran janji (kelalaian tanpa tujuan menipu)
a.   Perjanjian antara dua pihak (kontrak, dll)
b.   Perjanjian satu pihak (janji dokter, dll)
c.   Pembatalan kata-kata

Hal-hal lain yang menyerupai kebohongan tetapi tidak dapat dikategorikan pelanggaran sila ke empat :
1.   Euphemisme (basa-basi, selamat pagi, hormat kami, dll)
2.   Cerita (perumpamaan, kiasan, fable, ilustrasi, imajinasi)
3.   Salah pengertian
4.   Salah ucapan

Akibat dari melanggar sila ke empat :
1.   Bicaranya tidak jelas
2.   Giginya jelek dan tidak rata / rapi
3.   Mulutnya berbau busuk
4.   Perawakannya tidak normal, terlalu gemuk atau kurus, terlalu tinggi atau pendek
5.   Sorot matanya tidak wajar
6.   Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh orang-orang terdekat atau bawahannya
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #232 on: 11 October 2011, 10:30:32 AM »
Pisunavaca

Pisuna : menimbulkan perpecahan, percerai-beraian, pertikaian, pertengkaran, percekcokan
Vaca : ucapan atau perkataan

Gabungan kedua kosa kata itu bermakna mengucapkan perkataan yang dapat menimbulkan perpecahan, percerai-beraian, pertikaian, pertengkaran, percekcokan pada dua pihak atau orang yang sebelumnya terjalin dalam kesatupaduan kerukunan.
Atau secara ringkas, pisunavaca dapat diterjemahkan sebagai penghasutan / fitnah.

Menahan diri dari penghasutan / fitnah.

Empat faktor penghasutan / fitnah :
1.   Bhinditabbo paro : ada orang atau pihak lain yang akan dihasut
2.   a. Bhedapurekkharata : bermaksud untuk memecah-belah, atau
        b. Piyakamyata : bermaksud agar diri sendiri dicintai orang lain atau pihak lain
3.   Tajjo vayamo : berusaha untuk menghasutnya
4.   Tassa tadatthavijananam : orang / pihak lain percaya atau hasutan itu

Mengetahui besar kecilnya kesalahan :
1.   Bergantung pada kebajikan objek yang dirugikan
2.   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
3.   Bergantung pada tebak tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya

Fitnah yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah perbuatan buruk (akusala kamma) adalah merupakan salah satu bentuk pandangan salah (micchaditthi)

Dalam Kitab Atthasalini, Buddhaghosa Thera mengulas bahwa suatu penghasutan baru dapat dianggap sebagai akusala-kammapatha apabila menimbulkan perpecahan pada orang atau pihak lain yang dihasut. Apabila tidak, suatu penghasutan walaupun keempat faktornya terlengkapi, hanya dianggap sebagai pelanggaran sila.

Akibat dari pisunavaca (menfitnah) :
1.   Sering difitnah atau dituduh yang bukan-bukan
2.   Menjadi bahan celaan bagi orang-orang bijaksana dan diri sendiri
3.   Sering bentrok dengan teman sendiri
4.   Terpisahkan dari sahabat karibnya
5.   Hidupnya jauh dari kerukunan
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #233 on: 11 October 2011, 10:35:15 AM »
Pharusaya Vacaya

Pharusa : secara harafiah berarti yang kasar
Vaca : ucapan atau perkataan
Gabungan kedua kosakata itu bermakna ucapan yang kasar.

Ada pengulas yang memilah istilah Pharusavaca menjadi tiga kosakata, yaitu phara, usa dan vaca. Secara harafiah, phara berarti menyebarkan, sedangkan usa berarti kegusaran sakit hati.
Gabungan ketiganya bermakna mengucapkan perkataan yang dapat menyebabkan kegusaran dalam hati orang lain.
Jadi, istilah pharusavaca dapat diterjemahkan secara ringkas sebagai pemakian.

Menahan diri dari ucapan yang kasar.

Tiga faktor pemakian, yaitu :
1.   Akkositabbo paro : ada pihak lain yang akan dimaki
2.   Kupitacittam : mempunyai pikiran yang dipenuhi oleh kemarahan
3.   Akkosana : mengucapkan perkataan berupa makian

Mengetahui besar kecilnya kesalahan :
4.   Bergantung pada kebajikan objek yang dirugikan
5.   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
6.   Bergantung pada tebal tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya

Ucapan kasar / makian yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah perbuatan buruk (akusala kamma) adalah merupakan salah satu bentuk pandangan salah (micchaditthi).

Suatu pemakian biasanya diucapkan sehubungan dengan keturunan (jati), nama (nama), keluarga (gotta), pekerjaan (kammam), kepiawaian / keterampilan (sippa), penyakit (abadha), perawakan (lingikam), noda batiniah (kilesa), atau pelanggaran (apatti).
Ini dapat diucapkan dalam aspek yang terlalu direndahkan maupun dalam aspek yang terlalu ditinggikan, misalnya : memaki seseorang sebagai keturunan budak, atau memaki seseorang sebagai keturunan bangsawan padahal kenyataannya tidak demikian.

Akibat dari berkata kasar / memaki, yaitu :
1.   Mudah tersinggung
2.   Mudah sakit hati oleh ucapan orang lain walaupun hanya sedikit
3.   Dipermalukan di hadapan banyak orang
4.   Sering dimaki / dihardik oleh majikannya
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #234 on: 11 October 2011, 10:38:42 AM »
Samphappalapa

Sampha : melenyapkan manfaat dan kebahagiaan
Palapa : ucapan atau perkataan

Gabungan kedua kosakata itu bermakna mengucapkan perkataan yang dapat melenyapkan manfaat dan kebahagiaan, atau pegobrolan kosong.

Menahan diri dari obrolan kosong.

Dua faktor pengobrolan kosong, yaitu :
1.   Niratthaka-kathapurekkharata : bermaksud mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat
2.   Tatharupi-kathakathanam : mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat

Suatu pengobrolan kosong dapat dianggap sebagai akusala-kammapatha apabila pendengar atau pembacanya mempercayai hal itu sebagai suatu kebenaran. Apabila tidak, walaupun kedua faktornya terlengkapi, suatu pengobrolan kosong tidak dapat dianggap sebagai akusala-kammapatha.

Mengetahui besar kecilnya kesalahan :
1.   Bergantung pada tingkat kegemaran / sering dilakukan berulang-ulang
2.   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
3.   Bergantung pada tebal tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya

Gosip yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah perbuatan buruk (akusala kamma) adalah merupakan sebuah pandangan salah (micchaditthi).

Akibat dari omong kosong, yaitu :
1.   Omongannya tidak dipercaya orang lain
2.   Ucapannya tidak dihiraukan orang lain
3.   Tidak mempunyai kekuasaan / wibawa

Dalam Samannaphala Sutta, Digha Nikaya, Sutta Pitaka, ada 32 pembicaraan yang  tidak bermanfaat, yang tidak selayaknya diobrolkan oleh seorang Samana. Ke 32 pembicaraan itu ialah :
1.   Pengobrolan tentang raja, kepala pemerintahan, beserta keluarga bangsawan (rajakatham)
2.   Pengobrolan tentang perampok, pencuri, pencoleng (corakatham)
3.   Pengobrolan tentang perdana menteri dan anggota kabinetnya (mahamattakatham)
4.   Pengobrolan tentang tentara, polisi, pengawal (senakatham)
5.   Pengobrolan tentang bahaya, malapetaka, bencana (bhayakatham)
6.   Pengobrolan tentang taktik peperangan, pertempuran (yuddhakatham)
7.   Pengobrolan tentang makanan, kue (annakatham)
8.   Pengobrolan tentang minuman (panakatham)
9.   Pengobrolan tentang pakaian (vatthakatham)
10.   Pengobrolan tentang tempat tidur (sayanakatham)
11.   Pengobrolan tentang bunga-bungaan (matakatham)
12.   Pengobrolan tentang wewangian (gandhakatham)
13.   Pengobrolan tentang sanak keluarga (natikatham)
14.   Pengobrolan tentang wahana, kendaraan (yanakatham)
15.   Pengobrolan tentang perumahan (gamakatham)
16.   Pengobrolan tentang perkampungan (nigamakatham)
17.   Pengobrolan tentang negara (nagarakatham)
18.   Pengobrolan tentang pedusunan (janapadakatham)
19.   Pengobrolan tentang wanita (itthikatham)
20.   Pengobrolan tentang laki-laki (purisakatham
21.   Pengobrolan tentang pemuda (kumarakatham)
22.   Pengobrolan tentang pemudi (kumarikatham)
23.   Pengobrolan tentang keberanian (surakatham)
24.   Pengobrolan tentang jalan (visikhakatam)
25.   Pengobrolan tentang pelabuhan (kumbatthanakatham)
26.   Pengobrolan tentang leluhur (pubbhapetakatham)
27.   Pengobrolan tentang dongeng, cerita (nanattakatham)
28.   Pengobrolan tentang dunia dan penciptanya (lokakkhayikam)
29.   Pengobrolan tentang lautan dan penciptanya (samuddakkhayikam)
30.   Pengobrolan tentang kemajuan dan kemerosotan (itibhavabhavakatham)
31.   Pengobrolan tentang hutan (arannakatham)
32.   Pengobrolan tentang gunung, bukit (pabbatakatham)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #235 on: 11 October 2011, 10:40:30 AM »
Abhijjha

Abhi : di hadapan
Jhe : mendambakan, memikirkan
Gabungan kedua kosakata itu bermakna memikirkan serta mendambakan harta benda milik orang lain.

Dalam Agama Buddha keinginan, keinginan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.    Keingian untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang benar, halal, tidak menyalahi tatanan yang dibentuk oleh masyarakat, negara dan agama (dhammiyalobha)
2.   Keingian untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang tidak benar, tidak halal, menyalahi tatanan yang dibentuk oleh masyarakat, negara dan agama (adhammiyalobha)

Abijjha yang dimaksud disini hanya mengacu pada jenis yang kedua (adhammiyalobha), sehingga istilah abhijjha dapat diterjemahkan sebagai hasrat rendah.

Menahan diri dari hasrat rendah.

Dua faktor hasrat rendah, yaitu :
1.   Parabhandam : harta benda / barang milik pihak lain
2.   Attano parinamanam : bermaksud memiliki barang itu dengan cara yang tidak benar atau (berpikir) diselewengkan ke diri sendiri (“Ah, coba saja itu menjadi milik saya”)

Akibat hasrat rendah :
1.   Mengalami kemerosotan dalam harta benda
2.   Terlahir kembali dalam keluarga yang miskin dan rendah
3.   Menderita kekurangan
4.   Sukar memperoleh keuntungan

Mengetahui besar kecilnya kesalahan :
1.   Bergantung pada nilai objek dan kemoralan / kebajikan dari objek penderita (sama dengan pada sila kedua)
2.   Bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
3.   Bergantung pada tebal tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya

Hasrat rendah yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah perbuatan buruk (akusala kamma) adalah merupakan sebuah pandangan salah (micchaditthi).
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #236 on: 11 October 2011, 10:42:15 AM »
Vyapada / Byapada

Vyapada : itikad jahat

Istilah Vyapada sering juga ditulis sebagai Byapada. Namun menurut beberapa pakar dibidang bahasa Pali, istilah yang pertamalah yang lebih baku. Vyapada yang merupakan kosakata tunggal ini dapat diterjemahkan sebagai itikad jahat.

Menahan diri dari itikad jahat.

Dua faktor itikad jahat, yaitu :
1.   Parasatto : ada makhluk lain
2.   Tassa vinasacinta : bermaksud / berniat untuk membinasakannya

Itikat jahat menimbulkan akibat sebagai berikut :
1.   Mempunyai perawakan jelek
2.   Berpenyakitan
3.   Tubuhnya lemah
4.   Berusia pendek
5.   Mati terbunuh atau bunuh diri

Besar kecilnya kesalahan dari itikad jahat ini tergantung pada kemoralan / kebajikan dari objek penderita.

Itikad jahat yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu adalah perbuatan buruk (akusala kamma) adalah merupakan sebuah pandangan salah (micchaditthi).
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #237 on: 11 October 2011, 10:43:55 AM »
Micchaditthi

Miccha : sesat, salah, menyimpang
Ditthi : pandangan
Gabungan kedua kosakata itu bermakna pandangan yang menyimpang dari kebenaran, atau pandangan sesat / salah.

Dua faktor pandangan sesat, yaitu :
1.   Atthaviparitta : makna yang dilekati itu menyimpang dari hakikat sesungguhnya
2.   Tathabhavupatthanam : memandangnya sebagai suatu kebenaran, kesunyataan (bersiteguh pada cengkraman pandangan demikian)

Akibat pandangan sesat / salah :
1.   Terjauhkan dari cahaya kebenaran
2.   Tidak mempunyai kebijaksanaan luhur
3.   Terlahir kembali dalam kelompok orang yang tidak beradab dan tidak berpengetahuan
4.   Tidak bisa membedakan kebenaran dan kesesatan ; kebajikan dan kejahatan
5.   Sukar menembus hakikat Dhamma

Besar kecilnya kesalahan dari pandangan salah ini tergantung pada kegemarannya (sering dilakukan berulang-ulang).

Pandangan sesat yang merupakan akusala-kammapatha ialah niyata micchaditthi yang terdiri atas :
1.   Natthika-ditthi adalah suatu pandangan yang menolak atau menyangkal akibat dari semua bentuk perbuatan.
2.   Ahetuka-ditthi adalah suatu pandangan yang tidak mengakui adanya sebab yang melatarbelakangi  terjadinya segala sesuatu di alam semesta ini.
3.   Akiriya-ditthi adalah suatu pandangan bahwa apa yang dilakukan oleh makhluk hidup hanyalah suatu tindakan semata-mata, bukan suatu kebajikan atau kejahatan.

Ada pengulas yang mengatakan bahwa menganut pandangan sesat menimbulkan akibat yang jauh lebih berat daripada melakukan anantariya-kamma.
Pelaku anantariya-kamma hanya masuk ke alam-alam rendah dalam batas waktu tertentu, tetapi penganut pandangan sesat tidak mempunyai batasan waktu, dalam arti tidak ada kepastian / ketentuan kapankah ia akan terbebaskan dari alam tersebut.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: me my mine
« Reply #238 on: 29 November 2011, 11:13:27 PM »
lama g curcol nih  ;D
hari ini saya bisa sedikit berlega hati, setelah beberapa hari begadang karena ada perlunya (karna katanya om roma begadang jangan begadang kalau tiada artinya, begadang boleh saja kalo ada perlunya), waktu yang digunakan itu tidak sia-sia, hasilnya bisa membuat lega, walau hanya sesaat. hari ini saya lega, tapi besok, lusa, minggu depan, pasti akan berganti lagi dengan perasaan yang lain.

akhir2 ini ada satu hal yang selalu muncul di benak saya, namun selalu saja saya abaikan, mungkin dengan kalimat ini bisa menggambarkan, "apa yang ada di pikiran kita itu berbeda dengan kenyataan yang terjadi". yaa, mungkin seperti itu. setiap 1/1027 detik kita selalu memikirkan hal yang berbeda-beda, berencana, berkeinginan, dan sebagainya. namun yang sering terjadi adalah, apa yang telah kita rencanakan, telah diatur sedemikian rupa, dilaksanakan sesuai dengan prosedur (ceh-ceh  ^-^ ), tapi hasilnya ternyata tidak sesuai dengan yang kita pikirkan.
ini sering membuat frustasi, putus asa, kecewa, dan perasaan buruk lainnya.

bukan hanya saya ternyata, di tengah waktu makan siang ini juga diungkapkan oleh teman saya yang sedang mengalami kondisi yang hampir sama. bagaimana menuangkan satu ide itu kedalam garis2 sehingga menghasilkan sebuah wadah yang menarik, yang fungsional dan yang sebagainya sesuai harapan. terkadang bahkan sering, pikiran ini dengan kecepatannya yang tak tertandingi mulai berimajinasi, dan terciptalah bentuk yang dalam dunia pikiran itu terlihat indah, inginlah kita jadinya menuangkan itu sehingga bisa juga dinikmati oleh khalayak (hihihih,,). begitu indah ini jika dilihat dalam dimensi pikiran, imajinasi. namun satu masalah muncul ketika ini dikerjakan ternyata tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dunia imajinasi kita. hasilnya menjadi mengecewakan. dan ini seperti satu kondisi yang memicu timbulnya tekanan batin, stress..
tidak tercapai apa yang diinginkan.  :)

masalah? ya masalah, jika ini terus dipikirkan, jika keinginan itu terus diikuti, jika tidak bisa menerima kenyataan. tidak akan menjadi masalah jika kita bisa menerima, menerima itu sebagai kenyataan. kuncinya mungkin, kalau dari saya yah, tidak terlalu melekati buah2 pikiran kita, sehingga kalau hasilnya beda, kecewa ya kecewa, tapi kita lalu bisa menyesuaikan itu dengan kenyataan yang ada, dan perlahan kembali memikirkan bagaimana solusi yang terbaik, terlepas dari imajinasi awal kita.
sulit memang jika kita terus memaksa, jalan keluar yang paling mudah sebenarnya adalah belajar untuk menerima, mengubah diri kita menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

tapi ini terkadang juga dilihat sebagai sesuatu yang negatif, karna dengan mudah berpuas diri maka akan menghalangi kita untuk terus berjuang, terus berkarya menghasilkan yang lebih baik lagi. tergantung penilaian setiap orang. puas bukan berarti berhenti, hanya saja mencoba mengerem keinginan, agar bisa bahagia walau hanya sesaat. hihihhi..
mungkin lebih baik dari pada terus frustasi..
yah sudahlah, disadari saja, anicca, dukkha, anatta. walau masih tahap teori tapi setidaknya bisa membantu menjadi lebih baik.  :)
setelah curcol ini, masalah2 yang sama pasti akan terjadi lagi.
selamat menikmati.  :|
« Last Edit: 29 November 2011, 11:15:30 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline helenfransisca

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
Re: me my mine
« Reply #239 on: 30 November 2011, 07:06:43 AM »
masalah? ya masalah, jika ini terus dipikirkan, jika keinginan itu terus diikuti, jika tidak bisa menerima kenyataan. tidak akan menjadi masalah jika kita bisa menerima, menerima itu sebagai kenyataan. kuncinya mungkin, kalau dari saya yah, tidak terlalu melekati buah2 pikiran kita, sehingga kalau hasilnya beda, kecewa ya kecewa, tapi kita lalu bisa menyesuaikan itu dengan kenyataan yang ada, dan perlahan kembali memikirkan bagaimana solusi yang terbaik, terlepas dari imajinasi awal kita.
sulit memang jika kita terus memaksa, jalan keluar yang paling mudah sebenarnya adalah belajar untuk menerima, mengubah diri kita menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

tapi ini terkadang juga dilihat sebagai sesuatu yang negatif, karna dengan mudah berpuas diri maka akan menghalangi kita untuk terus berjuang, terus berkarya menghasilkan yang lebih baik lagi. tergantung penilaian setiap orang. puas bukan berarti berhenti, hanya saja mencoba mengerem keinginan, agar bisa bahagia walau hanya sesaat. hihihhi..
mungkin lebih baik dari pada terus frustasi..
yah sudahlah, disadari saja, anicca, dukkha, anatta. walau masih tahap teori tapi setidaknya bisa membantu menjadi lebih baik.  :)
setelah curcol ini, masalah2 yang sama pasti akan terjadi lagi.
selamat menikmati.  :|

Curcol jg sist, saya juga kadang merasakan hal yang hampir sama. Pada saat menghadapi "keinginan sendiri", pada saat menerima keadaan memang berasa lebih damai, tapi itu cuma berlangsung sementara. Muncul lagi kondisi baru, begitu terus berulan seperti lingkaran. Bagaimana caranya agar qt lbh bs mengontrol keinginan, menerima keadaan tapi sisi lainnya qt tdk menjadi orang yg stag di tempat?
Everything should be made as simple as possible but not simpler