saya rasa masing2 member di sini juga harus belajar membatasi diri, mana yang patut dikritisi mana yang tidak terlalu perlu dikritisi.
jelas ini acara dari "luar" (bukan dari kalangan DC), ibarat orang yang meminta sumbangan, mereka meminta keikhlasan kita untuk menyumbang,
jadi yang kita berikan hanya "sumbangan", karena mereka tidak meminta kritik / saran.
acara ini jelas dibawah naungan organisasi di unair, jadi biarkan mereka yang mengaturnya tanpa harus kita intervensi harusnya begini, harusnya begitu..
mereka tentunya juga sudah perhitungan dana sendiri, ada yang mengaudit dana mereka juga, dan BUKAN kita yang sebagai tim auditnya.
kita hanya orang luar, tidak perlu terlalu dalam mencampuri hal ini. kita hanya diminta sumbangan, dan jika ingin sumbang ya sumbanglah, jika tidak mau, idealnya kita menahan diri untuk tidak memberi komentar jika tidak diminta.
[at] Forte
Benar, saya pribadi SANGAT mendukung perilaku demikian. Jika mau berdana, maka berdanalah dengan tulus tanpa banyak syarat yang harus dituntut. Postingan ini cukup menggambarkan bagaimana kita harus berperilaku
INSPIRASI Arthur sering kali melewati jalanan ini, hari itu di pinggir jalan duduklah seorang pengemis buta, dia membungkukkan punggungnya, tangannya sedang memainkan biola geseknya.
Hari pertama ada dua orang ibu pembeli sayur melewatinya, mereka memandang sejenak kepada penggesek biola itu, dan secara bersamaan meraba ke dalam saku.
Salah satu ibu lebih cepat dia melemparkan satu uang koin ke dalam mangkok. Ibu yang satunya ketika akan membuka dompet, dicegah oleh temannya dan berkata, "Sedekah ini punya kita berdua, kamu tidak perlu kasih lagi."
Ibu yang satunya berkata, "Saya saja yang beri, saya saja yang beri." Namun sampai akhirnya tidak mengeluarkan uang satu sen pun. Melihat hal ini Arthur sangat geli, ibu yang pertama menggunakan uang 5 sen sebagai pemberian, sedangkan ibu yang kedua juga agak pelit, jika dia memberi lagi satu dollar bagi orang miskin, dia juga tidak akan merasa kelebihan.
Hari kedua berikutnya, di depan si pengemis itu lewat seorang wanita yang berdandan sangat modis. Setelah beberapa langkah melewati penggesek biola itu, dia kembali lagi dan mengeluarkan satu bungkus roti dari dalam kantong plastik, kemudian dia letakkan di dada si pengemis. Setelah itu ..tok..tok…tok dia pergi menjauh.
Arthur bergumam, "Wanita modis ini ternyata memiliki hati yang belas kasih, akan tetapi apakah bukan karena dia merasa roti itu tidak enak, sehingga merasa sayang kalau dibuang?"
Hari ketiga ada seorang pria yang berperut buncit dan berkepala botak melewati si pengemis. Dengan penuh rasa ingin tahu dia berdiri sejenak lalu mengeluarkan dompet yang dia ikat di pinggangnya. Dia memberikan selembar uang 10 dollar dan dimasukkannya ke dalam mangkuk.
Arthur menganalisa, pria itu sepertinya orang kaya, semua orang berkata bahwa, orang kaya yang jalannya serong, kebanyakan tidak berhati baik. Orang ini sepertinya dapat dikecualikan, akan tetapi uang 10 dollar bagi orang kaya itu sungguh tidak ada artinya. Mungkin saja dia ingin memamerkan keunggulan dirinya di depan orang lain.
Hari keempat sepasang ibu dan anak lewat di situ. Si anak melihat banyak orang sedang melemparkan koin kepada si pengemis, dia pun juga merengek meminta uang kepada ibunya. Ibunya berkata sambil berjalan, "Setelah ini kamu harus belajar dengan baik, jika tidak nanti akan seperti pengemis itu." Begitu mendengar ucapan si ibu itu, Arthur kembali mengeluh.
Malam harinya, berdasarkan pengamatan Arthur selama beberapa hari terhadap orang-orang berbeda yang memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi si pengemis, dia menuliskan penemuan dan analisanya ke dalam sebuah artikel dan dikirimkannya ke sebuah tabloid.
Ketika artikelnya dimuat dalam tabloid dia menunjukkan karya besarnya pada anaknya yang se-dang berpikir keras membuat sebuah karangan. Arthur membimbing dan berkata pada anaknya,
"Apa yang disebut inspirasi? Inspirasi adalah hasil dari rajin mengamati ditambah dengan rajin berpikir panjang.." Dia menarik kesimpulan mengenai hal-hal lain berdasarkan satu hal, kemudian anaknya berangsur angsur mengerti.
Satu jam kemudian anak itu memperlihatkan karangan yang telah selesai dikerjakan kepada ayahnya.
Judulnya adalah "
Penemuan dan Pemikiran Panjang Dalam Kehidupan". Di dalamnya terdapat tulisan yang berbunyi demikian:
"Dalam kehidupan ada sebagian orang senang mengambil posisi dari atas melihat ke bawah dan memberikan komentar-komentar terhadap hal-hal di sekelilingnya. Namun dia justru terkadang lupa untuk membuat pertimbangan atas dirinya sendiri.
Misalnya ada seorang penulis yang saya kenal baik, ketika dia di jalanan melihat seorang pengemis buta yang menggesek biola sebagai mata pencahariannya, penulis itu mengeluhkan berbagai macam sikap orang terhadap si pengemis, dan telah memberikan analisa dan komentarnya yang sangat mendalam.
Akan tetapi dia sendiri sejak awal hingga akhir tidak pernah menyedekahkan uangnya satu sen pun kepada si pengemis itu…"
Setelah Arthur membaca karangan anaknya tersebut, dia terdiam dan termenung lama sekali.
Semoga Bermanfaat