TAN:
Maaf, bukan mempertentangkan antara T dan M. Saya hanya menanggapi berdasarkan apa yang Anda tanyakan. Kalau Anda menganggap saya mempertentangkan T dan M, maka kemungkina Anda salah tafsir terhadap apa yang saya uraikan sebelumnya.
Oke. Kalau mau dianggap mirip antara dewa yang menjelma jadi manusia mungkin memang ada miripnya. Saya pakai kata "mungkin" karena saya tidak banyak tahu bagaimana proses penjelmaaan suatu makhluk adikodrati seperti yang Anda ungkapkan di atas. Anda sendiri mengatakan bahwa segala sesuatu atau persamaan atau perbedaannya, bukan? Hanya saja, "penjelmaan" itu tidak sepenuhnya sama. Kita sepakati saja bahwa memang ada kemiripannya. Tetapi sesuatu yang mirip tidak selamanya identik bukan?
TL:
Sebelum saya mengungkapkan kemiripannya dengan konsep Hindu, saya ingin bertanya sedikit lagi kepada mas Tan, benarkah bahwa alaya Vinnana terus ada, dan Dharmakaya ini adalah manifestasi alaya vinnana ini?
TAN:
Bukankah saya sudah mengulas panjang lebar tentang "penjelmaan" tadi? Saya sudah menguraikan tentang Tiga Tubuh Buddha, yakni Dharmakaya, Samboghakaya, dan Nirmanakaya. Ini merupakan acuan untuk menjelaskan mengenai "manifestasi" seorang Buddha menurut Mahayana. Nirmanakaya adalah Tubuh Jelmaan. Sedangkan Samboghakaya secara harafiah berarti Tubuh Pahala. Seorang Buddha dapat memanifestasikan diriNya dalam miliaran nirmanakaya, sementara itu Dharmakayanya tidak perlu berpindah tempat sama sekali, karena Dharmakaya atau Tubuh Dharma itu omnipresence (maha hadir). Mungkin analoginya adalah matahari (selaku Dharmakaya), sinar matahari (Sambhogakaya), dan bayangan matahari di air (Nirmanakaya). Dengan demikian, seorang Buddha dapat "menjelma" di mana saja dan sebagai apa saja, tetapi Dharmakaya-nya tidak bergerak ke manapun. Ini adalah konsep Mahayana. Saya menerima konsep ini karena menurut saya sangat logis dan masuk akal. Mengapa sangat logis dan masuk akal? Marilah kita cermati alasan2 berikut ini:
TL:
Saya ingin bertanya kepada mas Tan, Dharmakaya seorang Buddha dengan Buddha yang lain sama atau berbeda? dimanakah Dharmakaya seorang Buddha ketika ia terlahir kembali sebagai pangeran Siddharta?
TAN:
1.Seorang Buddha telah mengumpulkan paramita yang tak terhitung jumlahnya (silakan lihat kitab Buddhacarita - Fo Shuo Xing Chan, Lalitavistara Sutra, Sutra Damamukanidana - Xianyujing, dll). Seorang Buddha telah menyempurnakan maitri karunanya melalui tingkatan-tingkatan Boddhisattva (diulas di Sutra Dashabhumika - bagian kumpulan Avatamsaka). Dengan demikian, tidak mungkin setelah ia memasuki Nirvana Tanpa Sisa, Beliau berhenti memancarkan energi belas kasihNya terhadap para makhluk. Tidak mungkin energi paramita-paramita itu berhenti begitu saja. Kalau dengan memasuki Nirvana Tanpa Sisa seorang Buddha tidak memiliki dan tidak dapat memancarkan belas kasih lagi, paramita-paramita yang dilakukannya akan menjadi sia-sia; dengan asumsi bahwa maitri karuna yang sejati itu tak terbatas dan tak terkatakan. Maitri karuna sejati tidak dapat mengatakan, "Oke sampai di sini saja saya menolong kamu." Maitri karuna seorang Buddha itu tak dapat berakhir, beda dengan maitri karuna manusia biasa: "Ada uang abang disayang. Tak ada uang abang ditendang
CL:
Saya ingin bertanya kepada mas Tan, bagaimanakah konsep anitya (anicca) menurut Mahayana? Apakah kesadaran nitya atau anitya? Adakah suatu kekecualian terhadap hukum anitya?
TAN:
2.Orang yang telah bebas tentunya dapat pergi ke mana saja, bukan? Karena itu, bagi saya sangat masuk akal pandangan bahwa seorang Buddha masih dapat "pergi" atau "masuk" lagi ke dunia samsara. Hanya saja "masuk" atau "menjelma"nya Beliau ke dalam samsara itu bukan didasari oleh lobha, dosa, dan moha. Kalau dikatakan bahwa seorang Buddha tidak dapat "menjelma," maka nirvana akan menjadi semacam penjara yang "membatasi" seorang yang telah mencapai pencerahan. Banyak orang dari agama lain yang memahami nirvana semacam ini jadi menyalah artikan bahwa nirvana adalah penjara. Padahal nirvana adalah suatu kondisi, yang melambangkan pembebasan sejati.
Analoginya adalah sebagai berikut. Penjahat harus masuk penjara karena kesalahannya. Tetapi orang bebas (dalam artian bebas dari hukum pidana penjara) boleh berkunjung ke penjara dan setelah itu keluar lagi. Ia datang ke penjara bukan karena kesalahannya dan tidak harus ke sana. Ia datang ke penjara untuk menghibur dan menasihati para narapidana.
Tentu saja, sang Buddha masih dapat datang mengunjungi "penjara" kita ini. Hanya saja dengan cara yang berbeda dengan kita-kita "terlahir" di penjara ini. Beliau hadir bukan karena lobha, dosa, mohanya, melainkan karena maitri karuna Beliau. Konsep Trikaya dapat menjelaskan bagaimana "Kebuddhaan" hadir di samsara ini.
TL:
Sebenarnya yang manakah yang merupakan penjara menurut mas Tan? Nirvana atau batin dan jasmani (panca skandha)? Apakah mas Tan tahu apa yang menyebabkan mahluk terlahir kembali? apakah di Mahayana diajarkan pratitya sramutpada atau tidak?
TAN:
Tentu ada donk. Banyak sekali. Bisa cek di Sutra Avatamsaka, Lankavatara, Saddharmapundarika, Srimaladevisimhanada, Mahaparinirvana, dll.
Di sastra juga banyak, antara lain: Mahayana Uttara Tantra Sashtra, Cheng Wei Shi Lun (karya Xuanzang), Madhyamakasashtra (karya Nagarjuna), dll.
Anda saya sarankan membaca naskah2 di atas, karena saya tidak ada waktu untuk menguraikannya. Lagipula membaca langsung dari sumbernya lebih baik bukan?
TL:
Begini mas Tan, terus terang keterangan mengenai Nirvana dan penjelmaan dalam M adalah filosofi abu-abu yang tak jelas, lebih baik mas Tan sendiri yang mengatakan bagaimana, ada dimana, halaman berapa, alinea ke berapa, jadi jelas.
Ini contoh yang saya dapat dari Lankavatara.net:
It is the “knowledge” of those
… who are free from the dualisms of being and non-being, etc.,
… who are also free from the dualism of no-birth and no-annihilation
… who are free from all assertion and negation
… who have by self-realization gained insight into the truths of egolessness and imagelessness
… who no longer discriminate the world as subject to causation
… who regard the world as a vision and a dream, like the birth and death of a barren woman’s child, wherein there is nothing .);evolving and nothing disappearing
perhatikan warna biru jadi tiada sebab terbentuknya dunia, tiada yang berevolusi, tak ada yang lenyap, ini nitya atau anitya mas Tan? konsisten atau tidak dengan pratitya sramutpada?
Metta