//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 647885 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #375 on: 02 April 2009, 09:49:21 PM »
berdasarkan teori? bearti tidak percaya ? kan gampang "percaya" dan "tidak percaya"
dan aye tidak ada masalah dengan real truth..

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #376 on: 02 April 2009, 10:33:08 PM »
Dharmakaya = Adi Buddha = Tathagarbha = Nirvana = Sunyata = Emptiness
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #377 on: 03 April 2009, 08:33:17 AM »
Kalau di Mahayana, Arahat 'kan bukan tingkat akhir, tapi masih pertengahan, kenapa julukan itu dipakai untuk Buddha?
Karena Arahat adalah tingkat bawah, jadi seperti mengatakan X dokter, lulusan SMU. Sebetulnya 'kan dengan adanya "dokter", tidak perlu disebutkan lagi "lulusan SMU"-nya.


kita tanyakan kepada sesepuh yang menciptakan Mahayana kalo begitu, bahkan mereka mengakui di setiap kitabnya seorang Sammsambuddha bergelar Bhagavan Arahate Samyaksambuddha dan tidak menuliskan Boddhisatvayam Tathagatanam Samyaksambuddhanam.

dan spekulasi gw adalah menurut Mahayana, Arahat sendiri sudah mencicipi nibbana dan mereka berdiam disitu tanpa mengajarkan pengetahuan itu kepada banyak makhluk,menurut Mahayana,sebenarnya Arahat ini bisa keluar dari keadaaan parinibbana total dan mengambil jalan menuju Sammasambuddha. jadi dalam Mahayana,sebenarnya Arahat bukanlah dipandang kecil dan Bodhisatva lebih tinggi, melainkan mereka yang menikmati Nibbana seharusnya memperpanjang kehidupannya untuk mengajarkan Dhamma kepada makhluk hidup. ini juga untuk Pacceka Buddha yang berbuat sama, Nibbana sendiri.

Bagaimana dengan Bodhisattva? apakah mereka sudah mencicipi Nibbana belum? Lalu apakah yang dicicipi oleh Sammasambuddha? Apa tujuan pencapaian keBuddhaan?

Bingung.... aku bingung.....

Bodhisatva yang telah Arahat sudah menikmati Nibbana, di dalam Saddharma Pundarika ada dijelaskan bahwa setelah menikmati Nibbana, mereka mengambil jalan Bodhisatva.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #378 on: 03 April 2009, 09:02:03 AM »
berdasarkan keyakinan itu mah masih teori, tetapi klo kitab suci itu anda percayakah itu adalah gambaran kebenaran (the real truth)?


keyakinan gmana dulu neh?

kalo keyakinan kek nyokap e, nakut nakutin buat percaya Tuhan itu namanya bukan teori tapi euforia..
i'm just a mammal with troubled soul



Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Konsep Bodhisatva dalam Mahayana
« Reply #379 on: 03 April 2009, 09:07:23 AM »
Dalam Mahayana, Bodhisatva memiliki tingkatan yang disebut Dasa Bhumika Bodhisatva. merujuk dari konsep bahwa setiap orang memiliki Benih Kebuddhaan(Bodhicitta) di dalam dirinya maka setiap orang adalah sama dalam pencapaian Ke Buddhaan.

Seperti yang kita ketahui Kebuddhaan dalam Buddhisme dibagi atas
1. Savaka Buddha = tercerahkan dibawah bimbingan guru Buddha
2. Pacceka Buddha = tercerahkan tanpa bimbingan seorang guru namun tidak memiliki cukup parami untuk mengajarkan Dhamma yang Dia dapat kepada makhluk
3. Sammasambuddha = sama seperti Pacceka Buddha namun beliau mampu mengajarkan Dhamma yang rumit berdasarkan klasifikasi tingkatan makhluk tersebut sehingga semua makhluk yang menemui beliau mendapatkan pengetahuan Dhamma.

Goal dari Mahayana Buddhism adalah menjadi Sammasambuddha dimulai dari pengumpulan Dasa Paramita (beberapa sekolah menggunakan Sad Paramita). karena menurut mereka ,adalah jarang bagi Buddha lahir ke dunia dan adalah jarang makhluk2 bisa mendengarkan Dhamma maka tekad dan aspirasi mereka adalah menjadi Sammasambuddha.

makhluk yang memiliki aspirasi menjadi Buddha adalah Bodhisatva, ini berarti kamu,aku siapa saja memulai karir Bodhisatva. nah Arahat di dalam Mahayana dikategorikan Bodhisatva tingkat 7(koreksi kalo salah)

Arahat(Savaka Buddha) masih memiliki potensi jadi Sammasambuddha(menurut Mahayana) kalo mereka berkeinginan keluar dari Nibbana dan beraspirasi. Bodhisatva setelah tingkat Arahat disebut Mahasatva atau Maha Bodhisatva. jadi ada beda antara Bodhisatva tingkat bawah dengan atas.

well,sampe sini dulu dicernanya kalo bingung tanyaken lagi.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #380 on: 06 April 2009, 11:58:42 PM »
untuk saudara edward yang bijak,
kalau tidak salah anda pernah membahas tentang K.Sri Dhammadana.
dan berikut kutipan tulisan beliau pada buku Where is the buddha? yang merupakan artikel terakhir beliau.

------
Menurut aliran Buddhisme Mahayana ada 3 tubuh Sang Buddha atau 3 kaya, yaitu sambhogakaya, nirmanakaya, dharmakaya. Ia menggunakan sambhogakaya and nirmanakaya untuk melakukan makan, tidur, berjalan, berbicara, menasihati, mengajar. Semua aktivitas ini Ia lakukan dengan tubuh fisik. Ketika Sang Buddha mencapai parinibbana kedua tubuh ini menghilang. Tetapi dharmakaya atau tubuh dharma Sang Buddha tidak pernah dapat menghilang. Menurut aliran Buddhisme Mahayana, Sang Buddha Amitabha berada di tanah suci Sukhavati. Mereka yang melafalkan namaNya dengan hormat dan mereka yang menghormatiNya akan lahir di tanah suci dan mendapatkan kesempatan untuk mencapai nirvana. Menurut cara berpikir dan kepercayaan mereka, konsep ini memberikan banyak harapan dan kepercayaan bahwa Sang Buddha masih tetap hidup sampai semua makhluk mencapai keselamatan terakhir.

Dalam Mahapadana Sutta (Digha Nikaya 14) dikisahkan setiap Bodhisatta, calon
       Samma Sambuddha lahir, Ia mengucapkan "ayam antimaa jati, natthi daani punabbavo"
       (inilah kelahiranKu yang terakhir, tidak ada lagi tumimbal lahir bagiKu).
--------------

semoga info nya bermanfaat.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
There is no place like 127.0.0.1

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #382 on: 10 April 2009, 12:07:41 AM »
Ikut nimbrung. Benar saya setuju. Diskusi biasanya berakhir dengan "tawuran" antara T dan M. Menurut saya, dalam Buddhadharma dan agama Timur lainnya adalah sesuatu yang unik. Di dalam suatu agama terhadap pluralitas yang sangat besar atau kita boleh menyebutnya "kesatuan di dalam keragaman." Tanpa kita dapat menghargai keberagaman ini, diskusi tak akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Ajaran Mahayana tak dapat dipandang dari kacamata Theravada dan begitu pula sebaliknya. Keduanya harus dihargai perbedaannya dengan tetap memandang bahwa keduanya adalah sama-sama manifestasi Buddhadharma.
Agar wawasan kita menjadi luas, marilah kita berkaca pada agama Hindu. Agama Hindu mempunyai jauh lebih banyak aliran dibanding agama Buddha. Bahkan masing2 aliran itu ada yang sangat berbeda satu sama lain. Para scholar Barat yang tidak mengerti konsep pemikiran Timur akan menganggap bahwa itu semua merupakan agama-agama dan keyakinan yang berbeda. Umpamanya aliran yang satu memandang bahwa Brahma merupakan devata tertinggi, sementara aliran lain memandang Vishnu, Shiva, Indra, dan lain sebagainya merupakan devata tertinggi mereka. Bahkan tidak jarang ada kisah2 yang berbeda dalam teks2 Hindu masing2 sekte. Kendati demikian, masing2 sekte memandang bahwa Veda adalah sumber agama mereka. Apakah semua aliran itu merupakan agama2 yang berbeda? Umat Hindu sendiri TIDAK memandangnya demikian. Mereka dapat menghargai keragaman. Tidak pernah ada perang atau kebencian antar aliran.
Jangan biarkan pola pikir Barat meracuni pikiran kita. Jika ingin mengulas T gunakanlah filosofi T. Bila ingin mengulas M gunakanlah filosofi M. Baru demikian, akan mendatangkan manfaat bagi kemajuan spiritual kita. Sebagai penutup saya ingin memberikan sebuah contoh:

T berkata: Avalokitesvara itu tidak ada karena tak ada di kanon Pali.

Ungkatan di atas tidak tepat, karena MEMANG kanon Pali tidak mengulas Avalokitesvara. Mengaitkan Avalokitesvara dengan kanon Pali adalah suatu kesalahan serius. Ibaratnya mencari roti di toko besi. Ungkapan di atas secara kasar dapat disepadankan dengan:

"Roti itu tidak ada, karena tak dapat dijumpai di toko besi."

Anda akan melihat betapa menggelikannya ungkapan di atas.
Semoga tulisan ini dapat membawa pemahaman terang terhadap kajian filosofi Buddhis.

Metta,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #383 on: 10 April 2009, 12:13:04 AM »
Sang Buddha masih hidup atau sudah mati? Dua-duanya "ya" dan dua-duanya "tidak." Sang Buddha "tidak mati" karena bila "mati" itu artinya Anda sudah masuk dalam sudut pandang ekstrem nihilisme. Sang Buddha "tidak hidup lagi" karena bila "hidup terus" pada kenyataannya tidak ada lagi Buddha Sakyamuni dalam wujud fisik pada masa sekarang ini. Sang Buddha tidak "tidak mati" karena bila Anda menganggapnya demikian, Anda telah masuk ke dalam pandangan ekstrem eternalisme. Sang Buddha tidak "hidup" karena bila menganggapnya demikian Anda menganggap Buddha masih hidup dengan tubuh fisikNya.
Dengan adanya pemahaman semacam itu, tidak masalah bila ada seorang Buddha dengan "tubuh termurnikan" seperti Amitabha yang seolah-olah masih hidup membabar Dharma di Sukhavati. YM. Mahabhikshu Thich Nhat Hanh pernah menasihatkan: "Jangan biarkan kata-kata menipu kita."

Amiduofo,

Tan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #384 on: 10 April 2009, 10:31:18 PM »
lha... yang berbeda secara prinsipil itu manifestasi dari buddhadharma ?

Hatred mode on...

Aneh sungguh Aneh...

Hatred mode off...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #385 on: 11 April 2009, 12:37:23 AM »
Sang Buddha masih hidup atau sudah mati? Dua-duanya "ya" dan dua-duanya "tidak." Sang Buddha "tidak mati" karena bila "mati" itu artinya Anda sudah masuk dalam sudut pandang ekstrem nihilisme. Sang Buddha "tidak hidup lagi" karena bila "hidup terus" pada kenyataannya tidak ada lagi Buddha Sakyamuni dalam wujud fisik pada masa sekarang ini. Sang Buddha tidak "tidak mati" karena bila Anda menganggapnya demikian, Anda telah masuk ke dalam pandangan ekstrem eternalisme. Sang Buddha tidak "hidup" karena bila menganggapnya demikian Anda menganggap Buddha masih hidup dengan tubuh fisikNya.
Dengan adanya pemahaman semacam itu, tidak masalah bila ada seorang Buddha dengan "tubuh termurnikan" seperti Amitabha yang seolah-olah masih hidup membabar Dharma di Sukhavati. YM. Mahabhikshu Thich Nhat Hanh pernah menasihatkan: "Jangan biarkan kata-kata menipu kita."

Amiduofo,

Tan

Hanya kata-kata tak menipu
Itu hanyalah kata-kata
Hanya yang berkata-kata
Bisa berniat 'tuk menipu

Hanya kata-kata tak menipu
Lebih dari itu bisa menipu
Hati-hati salah menangkap kata-kata
Bisa bisa menjadi tertipu

Hanya kata-kata tidak menipu
Kurang dari itu bisa menipu
Ini hanyalah kotak-katik kata-kata
Ingatkan hati-hati dalam berkata-kata

Hanya kata-kata tidak menipu
Itu hanyalah kata-kata
.................
.................
yaa... gitu deh

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #386 on: 11 April 2009, 01:36:07 AM »
lha... yang berbeda secara prinsipil itu manifestasi dari buddhadharma ?

TAN:

Buddhadharma dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai wujud. Banyak orang tertipu karena melihat wujud-wujud itu dan menganggapnya berbeda. Es padat dan dingin, air cair dan bisa dingin ataupun panas, tetapi intinya tetap H2O. Padat adalah secara prinsipil berbeda dengan cair. Namun apakah atom H dan O yang menyusun es dan air berbeda? Janga biarkan wujud menipu kita. Sutra Vajracchedika mengatakan bahwa barangsiapa mencari Buddha dalam wujud ia telah tertipu. Semoga ini dapat membantu.

Salam metta,

Tan

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #387 on: 11 April 2009, 01:28:11 PM »
Sang Buddha masih hidup atau sudah mati? Dua-duanya "ya" dan dua-duanya "tidak." Sang Buddha "tidak mati" karena bila "mati" itu artinya Anda sudah masuk dalam sudut pandang ekstrem nihilisme. Sang Buddha "tidak hidup lagi" karena bila "hidup terus" pada kenyataannya tidak ada lagi Buddha Sakyamuni dalam wujud fisik pada masa sekarang ini. Sang Buddha tidak "tidak mati" karena bila Anda menganggapnya demikian, Anda telah masuk ke dalam pandangan ekstrem eternalisme. Sang Buddha tidak "hidup" karena bila menganggapnya demikian Anda menganggap Buddha masih hidup dengan tubuh fisikNya.
Dengan adanya pemahaman semacam itu, tidak masalah bila ada seorang Buddha dengan "tubuh termurnikan" seperti Amitabha yang seolah-olah masih hidup membabar Dharma di Sukhavati. YM. Mahabhikshu Thich Nhat Hanh pernah menasihatkan: "Jangan biarkan kata-kata menipu kita."

Amiduofo,

Tan

Mas Tan,

Jadi bagaimana Buddha itu menurut mas Tan? hidup atau mati? atau setengah hidup atau setengah mati? Atau seperti kata orang-orang, hidup enggan mati tak mau? atau mungkin kadang hidup kadang mati?

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #388 on: 11 April 2009, 01:37:52 PM »
walau berbeda secara manifestasi.. tetap mempunyai sifat dasar yg sama..

seperti contoh om Tan diatas....

walau air dan es mempunyai manifestasi yg berbeda.. tetap mempunyai sifat dasar H2O

(sifat dasarna apa ya :hammer:)
i'm just a mammal with troubled soul



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #389 on: 11 April 2009, 03:01:17 PM »
Kalau menurut saya sih antar aliran yang beda, terdapat persamaan dan perbedaan.
Yang berbeda tidak perlu disama-samakan. Air tetaplah air, bukan es, bukan gas. Walaupun ikatan 2H dan O, orang mandi dengan air, bukan es. Tetapi juga perbedaan itu tidak perlu dibesar-besarkan seolah-olah satu "asli" dan lainnya "as-pal".
Demikian juga persamaan yang ada (seperti sama-sama menganut 4 Kebenaran Mulia), tidak perlu dibeda-bedakan hanya karena ada perbedaan prinsipal lainnya.


 

anything