//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tradisi kertas sembahyang  (Read 9567 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
tradisi kertas sembahyang
« on: 07 February 2009, 10:04:20 AM »
Namo Buddhaya... _/\_

Lingkungan tempat tinggalku kental sekali tradisi2, latarku seorang Buddhis tradisi...keluarga, teman2...semua kental dgn tradisi2 yg udh ada. Halangan karmaku berat sekali hingga tuk mendengarkan dharma atw ingin bertanya masalah dharma, susah sekali tuk mendapatkan jwban yg memuaskan. Syukurlah ada forum DC ini yg memuaskan rasa dahagaku akan dharma...
1. Suatu hari aku sembahyang kesuatu vihara, ktk aku nyalain dupa...aku diajarkan oleh seorang suhu disitu
    kalo tancepin dupa biasakan pake tangan kiri...bingung...kan tgn kiri kotor...BAB...
    Ada yg tahu alasannya ?
2. Setiap abis sembahyang aku masih membakar kertas sembahyang, kalo tdk papaku bisa marah n katanya  
    ini udh tradisi kita. Inginnya aku tiadakan kebiasaan ini, tapi belakangan timbul dlm pemikiranku kalo ktika
    kt sembahyng, ada makhluk2 yg mengharapkan persembahan dari kita krn masih terikat n melekat pd  
    materi,..jika makhluk2 ini menjadi bahagia krn persembahan ini ...salahkah kalo aku teruskan kebiasaan
    bakar kertas sembahyang ini ?

menurut teman2 bagaimana ?  
thanks Buddha...

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #1 on: 07 February 2009, 10:08:37 AM »
1. Yang gw tahu ya.. biasanya kan kita tidak kidal.. dan beraktivitas (termasuk buat yang jahat) lebih banyak pake tangan kanan, jadi tangan kiri "masih" murni.. CMIIW
2. Kalau saya pribadi, kalau mau bakar kertas ya bakar saja. Semua tergantung dari niat. hanya saja mungkin dalam hal ini perlu diperhatikan lingkungan. Kasihan lingkungan juga, apalagi ada anak kecil, asap dan abu jika masuk ke pernafasan kurang baik bagi kesehatan :)
Jadi cari lokasi yang sesuai..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #2 on: 07 February 2009, 10:20:34 AM »
1) Menancapkan batang hio dengan tangan kiri adalah murni tradisi etika orang Tionghoa. Tujuannya adalah karena orang Tiongoa dahulu menganggap bahwa tangan kiri (biasanya) tidak melakukan perbuatan buruk, seperti membunuh, memukul, mencuri, dsb. Karena Anda hidup di lingkungan yang menjaga kemurnian tradisi ini, tidak ada salahnya Anda mengikuti tradisi itu. Jangan melekat pada tradisi semata. Namun bila tradisi itu membawa kebaikan dan nilai-nilai positif lainnya, Anda boleh turut serta melestarikannya.

2) Tradisi membakar (uang) kertas dalam acara sembahyang itu sendiri pada awalnya dimulai dari 2 kisah yang terkenal di Tanah Tiongkok dahulu. Salah satunya memiliki keeratan hubungan dengan 'pelimpahan jasa' di dalam Buddhisme. Tradisi ini juga mengandung nilai-nilai kebaikan, jadi tidak ada salahnya bila Anda juga ingin melestarikan tradisi ini. Sebaiknya, bila Anda sedang melakukan pembakaran (uang) kertas, Anda fokuskan pikiran dengan melafalkan "semoga semua makhluk berbahagia". Meski biasanya pembakaran (uang) kertas setelah sembahyang ini lebih ditujukan kepada para dewa, tidak ada salahnya pula kita selalu menanamkan pemikiran "mudita" ini pada 'pelimpahan jasa' yang kita lakukan itu.

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #3 on: 07 February 2009, 01:07:30 PM »
 _/\_  thank tuk jwban2 diatas...

3. Sering membaca ttg atthasila n manfaatnya, katanya jika ingin mengambil atthasila hrs pd bikhsu sangha.
    Jika ingin mengambil atthasila tp didaerahku tdk ada bikhsu sangha, aku hrs gimana...apa ada tata cara
    tertentu yg hrs kulakukan ?
4.  Buddha mengajarkan agar kita percaya pd diri sendiri, semua tergantung karma kita sndri. Kadang2 wkt
    berdoa masih mohon perlindungan, kesehatan dll...ada kelegaan setelah berdoa demikian.
    apa salah...?  mohon pencerahannya...

thanks... ^:)^
thanks Buddha...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #4 on: 07 February 2009, 01:18:17 PM »
3) Menurut saya, tidak ada salahnya bila Anda menjalankan Atthasila tanpa "ritual pengesahan" dari anggota Sangha. Anda bisa bertekad untuk menjalankan Atthasila sejak detik ini. Jangan melekat pada ritual-ritual apapun. Yang menjadikan seseorang menjai suci dan Tercerahkan adalah tindak-tanduknya dalam pikiran, ucapan dan perbuatan.

4) Segala kesejahteraan yang kita dapatkan adalah hasil dari perbuatan baik kita. Segala kemalangan yang kita dapatkan adalah hasil dari perbuatan buruk kita. Segala sesuatunya harus diperjuangkan. Tidak ada hadiah maupun hukuman di Hukum Alam ini. Kalau Anda berjalan di dalam Dhamma, Anda akan selalu tenang dan sejahtera di mana dan kapan pun...

Kedamaian yang Anda rasakan setelah melakukan ritual itu adalah kedamaian semu. Karena kedamaian ini bersyarat dan akan lenyap apabila Anda tidak mendapatkan hasil yang diharapkan (dari apa yang Anda doakan). Bila Anda ingin mencari kedamaian, maka Anda sudah salah langkah. Kedamaian sudah ada di diri kita sendiri, hanya saja kalau Anda mau menyadarinya. Kedamaian yang sesungguhnya adalah ketika Anda tidak melekat pada apapun, Anda begitu netral dalam melihat dunia, dan Anda berdiam dalam 4 Kediaman Luhur; yaitu Metta (cinta-kasih universal), Karuna (belas-kasih), Mudita (turut berbahagia melihat kebahagiaan makhluk lain), dan Upekkha (keseimbangan batin).

:)
« Last Edit: 07 February 2009, 01:20:28 PM by upasaka »

Offline Johanes Free Thinker

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 0
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #5 on: 07 February 2009, 07:16:10 PM »
1) Wah, kalau soal hio, saya sunggu baru tahu kalau kebiasaan menancap hio harus pakai tangan kiri  :P Dulu waktu kecil, aku memang sering sembahyang, tapi sekarang tidak lagi karena aku kapok tanganku sering terkena puntung hio yang terjatuh. Lagi pula kalau terlalu banyak hio dan abunya menumpuk bisa menimbulkan resiko kebakaran.  :D  Di kota Medan Belawan di perumahan Marelan, ada sebuah rumah yang terbakar karena hio.

2) Sebenarnya menjalankan tradisi membakar kertas itu tidak ada salahnya. Tradisi itu sebaiknya dijalankan sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya, sepertinya masih ada saja umat awam bersikeras untuk menjalankan tradisi seperti yang seharusnya walaupun kesulitan ekonomi menghimpit mereka. Dupa, kertas, lilin, dan lain-lain juga ada harganya lho..... Menjalankan tradisi tentu saja tidak perlu dilakukan dengan membabi buta. Jadi kalau bathin Anda tidak terganggu dengan menjalankan tradisi, tidak ada salahnya dijalankan  :)

3) Aku sungguh tidak tahu.... ???

4) Memang secara psikologi, manusia selalu perlu tempat bergantung. Apalagi semasa hidup kita, pasti pandangan tentang "Ketuhanan" sudah terindoktrinasi dalam pikiran bawah sadar kita. Tak ada salahnya berdoa, saya sendiri pun kadang-kadang suka berdoa supaya selamat ketika mengendarai sepeda motor  :P
Tapi jangan berharap kepada doa...Hal ini gak selalu berhasil itulah kabar buruknya..... Karena itulah Sang Buddha mengajarkan bahwa takdir ada di tangan kita sendiri. itulah filosofi yang paling saya sukai dan membuat saya tertarik dengan Buddha Dharma. Kalau kita ingin berhasil, kita harus berjuang dengan kemampuan kita sendiri. Ada sebab, ada akibat. Dengan kata lain ada "harga" yang harus dibayar untuk mencapai apa yang kita inginkan.

Sekianlah opini dari saya, kalau saya salah saya mohon maaf sebesar-besarnya  ^:)^ Saya hanya menuangkan isi dari pikiran saya.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
[admin: pls jgn memberikan link yg tidak relevan]
« Last Edit: 07 February 2009, 08:21:01 PM by Sumedho »

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #6 on: 07 February 2009, 07:36:00 PM »
 _/\_

5. Ktika puja bakti kita bernamaskara pd Buddha...dikatakan namaskara tuk menghormati Hyang Buddha sbg sang Guru, bukan menyembah...bedanya agak tipis... mohon penjelasan.
6. Sbg umat Buddha kita hanya berlindung pd Triratna...Buddha,Dharma,Sangha...jika kevihara bolehkah aku tiamhio pd dewa2 atw cukup beranjali saja...?
7. Sila ke5 mengajarkan berusaha menghindari pembunuhan atw menyakiti makluk lain. Dirmhku bnyk semutnya, kalo kusapu pasti bnyk yg mati...kalo dibiarkan rmh jd kotor n semutnya jd makin bnyk...jd aku tetap nyapu sambil nienfo tuk semut2 itu...salah ngak..?

 _/\_
thanks Buddha...

Offline Johanes Free Thinker

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 0
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #7 on: 07 February 2009, 08:03:57 PM »
5) Ketika kita bernamaskara di depan rupang Sang Buddha, sebenarnya maknanya adalah "menghormati" atas usaha Beliau menemukan sebuah kebenaran hidup. Tidak ada yang disembah dalam agama Buddha. Menyembah adalah mengikuti sesuatu dengan mengharapkan imbalan duniawi. Sedang menghormati adalah menghargai jasa-jasa orang tertentu. Contohnya menghormati pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan. Hal ini sama saja dengan menghormati Sang Buddha

6) Makna berlindung kepada Triratna adalah menganggap Tri-Ratna sebagai panutan hidup. Tidak ada salahnya meminta perlindungan kepada dewa ataupun bodhisatva. Tapi saya rasa tidak ada jaminan, kita akan terproteksi secara sempurna. Kita semua berhak berpikir bebas. Tapi menurut Sang Buddha, "We are the key". Sebenarnya perlindungan ada didalam diri kita sendiri. Menurut mahaparinibanna sutta, maaf kalo salah.

Begitulah hasil pemikiran saya. Kalau ada yang salah saya mohon maaf.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
[admin: pls jgn memberikan link yg tidak relevan]

7) menurutku menyapu dengan niat untuk membersihkan rumah, bukanlah karma buruk. Kalau semut itu mati, justru itu merupakan karma dari semut itu sendiri. Lagi pula, apakah Anda punya niat untuk membunuh semut itu??? Kalau tidak ada niat tidak ada karma. Karma mungkin dapat terjadi ketika Anda berniat untuk membunuh semut tersebut, itu pun saya rasa sangat kecil. Tapi kalau cuma untuk membersihkan rumah, saya rasa itu adalah karma baik. Hal ini sama saja dengan mandi. Bukankah dengan mandi kita secara tidak langsung membunuh mikroorganisma yang jumlahnya sangat banyak????
« Last Edit: 07 February 2009, 08:20:33 PM by Sumedho »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #8 on: 07 February 2009, 09:57:10 PM »
5) Namakkara hanyalah bentuk penghormatan yang mulia dan tulus kepada seseorang yang Terhormat. Konteks 'menyembah' sendiri sebenarnya mengandung pengertian : "mendewakan sang objek, dan memperbudak status kita dari sang objek". Dan itu bukanlah hakikat dari bernamakkara. Namakarra mengandung arti sebagai sikap hormat kepada Orang Mulia yang memang patut dimuliakan. Dalam tradisi Tiongkok klasik sendiri, seorang Kaisar juga sering diperlakukan dengan sikap hormat seperti ini juga.


6) Makna 'berlindung' pada Tiratana bukan diartikan sebagai tempat penyerahan diri. Kita pergi berlindung pada Tiratana berarti kita berjalan di ajaran Sang Buddha sebagai Guru Panutan, hidup sesuai Dhamma, dan menghormati Sangha. Dalam jalan inilah kita bernaung (refuge), dan kita akan damai dan sejahtera di mana pun dan kapan pun...

Sembahyang kepada para Dewa adalah perbuatan yang baik. Dalam Buddhisme pun sebenarnya tidak ada 'keharusan' ataupun 'larangan'. Selama perbuatan yang Anda lakukan itu atas dasar kebaikan, berada dalam kebaikan, dan mengharapkan kebaikan, maka itu adalah perbuatan baik.


7) Sila ke-5 adalah "tekad untuk menghindari diri dari mengkonsumsi obat maupun makanan / minuman yang dapat melemahkan kesadaran". "Tekad untuk menghindari diri dari aksi membunuh makhluk lain" adalah sila ke-1.

Itulah salah satu wujud dukkha dari dunia ini. Anda sudah mengalaminya, dan sekarang resapilah. Jika dibiarkan saja, rumah akan kotor = dukkha. Jika dibersihkan, maka Anda akan menyakiti dan membunuh semut-semut = dukkha (lebih tepatnya kamma buruk). Jika dibersihkan, maka semut-semut akan terluka dan mati = dukkha (lebih tepatnya vipaka buruk). Semuanya saling mengkondisikan, semuanya saling bertautan, dan berkesinambungan...

Saran saya; karena membersihkan rumah adalah hal yang baik pula, maka bersihkan rumah Anda. Namun sebisa mungkin untuk tidak melukai dan membunuh makhluk lain.
Sebagai bahan bacaan lanjut : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8586.0


Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #9 on: 08 February 2009, 09:14:15 AM »
thanks   _/\_
thanks Buddha...

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #10 on: 09 February 2009, 11:42:53 AM »
ikut nambahin juga:

4. Bedoa dengan memohon agar diri sendiri diberkati dengan keselamatan, kekayaan, dsb itu sebaiknya dikurangi... secara tidak sengaja dalam ini kita kita makin mengembangkan lobha kita...... mengembangkan lobha akan mengkondisikan pikiran kita selaras dengan alam peta.... Kita berdoa demikian, biasanya karena dipengaruhi oleh paham ajaran lain dimana "nasib" kita ditentukan oleh yang disebut Tuhan....sehingga perlu dimohon2 untuk memberikan berkah...
diri sendirilah pelindung sejati diri kita..... untuk melindungi diri kita, kita harus perbanyak perbuatan baik melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan...


Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #11 on: 09 February 2009, 12:34:23 PM »
Masalah tradisi Kertas sembayang saya pernah kupas di dc, cari di budhism dan kepercayaan lainnya

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #12 on: 09 February 2009, 01:06:50 PM »
ikut nambahin juga:

4. Bedoa dengan memohon agar diri sendiri diberkati dengan keselamatan, kekayaan, dsb itu sebaiknya dikurangi... secara tidak sengaja dalam ini kita kita makin mengembangkan lobha kita...... mengembangkan lobha akan mengkondisikan pikiran kita selaras dengan alam peta.... Kita berdoa demikian, biasanya karena dipengaruhi oleh paham ajaran lain dimana "nasib" kita ditentukan oleh yang disebut Tuhan....sehingga perlu dimohon2 untuk memberikan berkah...
diri sendirilah pelindung sejati diri kita..... untuk melindungi diri kita, kita harus perbanyak perbuatan baik melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan...



thanks tuk pencerahannya...hanya saja semua terasa bgt mudah jika semua berjln dgn lancar2 aja, bgt masalah menghadang biasanya tmpat berpaling hanya pd Hyang Buddha tuk memohon perlindungan n keselamatan...
8. Setelah mengenal dharma, hati ini semakin yakin pd Triratna...ingin bertrisarana tp didaerahku tdk ada bikhsu sangha. Jika seseorang telah sangat meyakini Triratna dihatinya, masih suatu keharusankah tuk menerima Trisarana pd Sangha..?
9. Dulu wkt masih dijkt pernah melihat seorang bikhsu sdg merokok divihara, hal ini cukup menggangguku.
Bukankah merokok menyebabkan ketagihan...sila ke5..?

 _/\_
thanks Buddha...

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #13 on: 10 February 2009, 10:02:36 AM »
10. Karma adalah perbuatan yg dilandasi kehendak. Jika kita prnah menyebabkan orang lain celaka walaupun kita tdk bermaksud melakukannya...apakah kita bertanggung jwb ats karma tsb...?

 _/\_
thanks Buddha...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: tradisi kertas sembahyang
« Reply #14 on: 10 February 2009, 10:39:20 AM »
8 ) Buddhisme bukanlah ajaran yang memfokuskan pada praktek ritual-ritual. Mengambil Tisarana bukanlah syarat wajib untuk menjadi seorang Buddhis atau untuk mencapai Pencerahan. Sang Buddha menganjurkan agar orang-orang untuk menjadi perumah-tangga yang baik dengan cara menyatakan perlindungan pada Tiratana (Buddha, Dhamma dan Sangha). Dan pernyataan yang sejati adalah bila seseorang hidup dengan penuh keyakinan (saddhava), bermoral baik (silava) dan berpenghidupan benar (samma-ajiva); yaitu dengan menghindari lima jenis mata pencahariaan yang salah, seperti : memperdagangkan makhluk hidup, memperdagangkan daging dan olahan hewani lainnya, memperdagangkan senjata, memperdagangkan racun dan memperdagangkan minuman keras.


9) Secara harfiah, merokok tidaklah melanggar sila ke-5, karena rokok tidak melemahkan kesadaran (secara instan). Namun bila dilihat dengan bijaksana, rokok tidak memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh, justru sebaliknya malah mengandung banyak jenis racun. Oleh karenanya, yang penting adalah tidak melekat pada aktivitas merokok. Namun juga janganlah memiliki sikap ekstrim terhadap rokok ini pula. Semua kembali pada diri masing-masing, hendak 'digunakan' sebagai apakah rokok itu...


10) Tanpa cetana (kehendak) untuk mencelakakan orang lain, maka kita tidak melakukan kamma buruk.

_/\_