//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: perbedaan mahayana ama theravada  (Read 137798 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #315 on: 28 November 2009, 09:22:42 AM »
Quote
Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN mereka,
jadi kita tidak salah apabila menghormati para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati


Ooh... berarti apakah anda bernamaskara pada Triratna itu - cuma sekedar menghormati? Apakah berlindung itu sama dengan menghormati? Umat K dan I aja bisa hormat sama Triratna, tapi apa mereka berlindung, kan ya nggak toh!

Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Quote
Menghormati dewa memang adalah hal yang baik, ini menunjukkan kalau kita sebenarnya punya etika untuk menghormati orang yang banyak melakukan kebajikan. Maka dari itu saya bernamaste pada para dewa, yang mana saya lakukan karena saya menghormati mereka.

Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.

Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  :)

 _/\_
« Last Edit: 28 November 2009, 09:30:32 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #316 on: 28 November 2009, 09:30:40 AM »
Saya mau tanya ke pihak Mahayanis... :)

Jubah bhikkhu di Theravada dan bhiksu di Mahayana kan berbeda. Kenapa bisa berbeda seperti itu? Kadang seorang bhiksu di Mahayana juga memakai jubah yang lengkap dengan berbagai aksesoris spiritual lainnya. Dan antar sub-aliran di Mahayana sendiri, juga terdapat perbedaan di jubahnya. Misalnya bhiksu Aliran Zen di Jepang memakai jubah berwarna hitam, sedangkan bhiksu Aliran Sukhavati di Taiwan memakai jubah berwarna kelabu.

Apa yang menyebabkan perbedaan ini?

 - Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #317 on: 28 November 2009, 09:47:09 AM »
 [at] at adi lim, bro, seorang penulis, atau kontributor itu bisa menulis secara panjang, kadang bisa menulis garis besarnya, kebetulan gandalf itu lebih suka kearah tulisan panjang dari pada garis besarnya, maksudnya supaya detail, memang kalo di internet tulisan panjang  itu malas dibaca,

Kalau saya pribadi bisa panjang detail, bisa pendek garis besar, ada perbedaan, panjang detail adalah hasil analisa dari baca, terjung lapangan, wawacara, dan sebagainya, kalau pendek itu garis besarnya saja, sisanya anda harus cari sendiri,

Kalau saya kebetulan lagi tidak sempat tulis panjang detail, biasanya suka, karena terbatas waktu jadi garis besar saja saya kasih, dulu saya nulis detail, banyak yang dulunya nulis detail, sekarang banyak yang tidak sanggup, karena faktor usia produktif, nulis di milis atau forum udah tidak sanggup, karena nulis di milis atau forum tidak dibayar alias gratis, jadi hargai yang masih mau nulis secara detail,memang perlu perbaikan, tidak ada satu penulis itu sempurna dalam penulisannya, termasuk peneliti sekalipun.

Bro gandalf termasuk penulis muda, hargai dia, jarang penulis usia muda mau nulis gratis di milis atau forum secara detail. Penulis yang udah kaliber sudah tidak sempat lagi, bahkan sudah tidak ada waktu, bagi waktu buat berbagi saja sudah keberuntungan bagi si penulis.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #318 on: 28 November 2009, 10:01:56 AM »
- Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Setahu saya saat ini tidak ada Aliran Theravada di India. Kalau di Sri Lanka, memang Aliran Theravada eksis...

Jubah bhikkhu Aliran Theravada di tiap negara itu sama. Mungkin ada perbedaan yang ketara hanya di pola warna. Misalnya jubah bhikkhu di Myanmar warnanya kuning agak kemerahan, kalau di Sri Lanka warnanya kuning agak kejinggaan, kalau di Thailand dan Indonesia warnanya kuning agak kecoklatan. Ini mungkin hanya karena perbedaan bahan pewarna kain saja. Dan memang dalam cara pakainya juga, ada yang membuka bahu sebelah kanan, ada juga yang menutup bahu sebelah kanan.

Lalu kenapa jubah bhiksu di Aliran Mahayana berbeda dengan jubah bhikku dari aliran ortodoks? Apa yang menyebabkan bhiksu di Aliran Mahayana memakai jubah yang tidak sama dengan jubah yang dipakai oleh Sang Buddha Gotama dulu?

Sebelumnya saya sudah bertanya tapi belum dijawab. Saya coba tanyakan lagi di sini...
Beberapa bhiksu memakai ornamen jubah yang mewah. Beberapa memakai mahkota yang berhiaskan properti indah. Beberapa memakai tongkat yang kelihatan anggun. Apakah fungsi dari semua itu? Dan siapa yang mempelopori hal ini?

Apakah ada perbedaan jubah bhiksu Aliran Mahayana di Asia Timur dengan bhiksu Aliran Mahayana di sekitar India dulu?


Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #319 on: 28 November 2009, 10:09:15 AM »
Quote
Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.
_/\_
Quote
:)) kepada orangtuanya yg masih hidup tidak namaste tapi kepada seongok tulang namaste (liat di sutra bakti yang palsu :)) ) ko gak di ceritain tulangnya pecah :))

Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! ;D
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah ! yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara ! jangan di tawa in. :))
 _/\_
« Last Edit: 28 November 2009, 10:19:13 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #320 on: 28 November 2009, 10:17:01 AM »
- Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)


 [at]  upasaka
Mengenai perbedaan jubah, sepertinya karena pengaruh situasi dan tempat. Jika para bhiksu Mahayana di tempat dingin menggunakan jubah seperti di tradisi Theravada, tentu tidak sesuai. Begitu juga dengan Tibetan yang tempatnya di pegunungan tinggi, jubahnya perlu penyesuaian. Mengenai ornamennya juga dipengaruhi tradisi dan budaya setempat. Salah satu ciri khas penyebaran Buddhisme adalah sama sekali tidak menggeser budaya setempat (baca: tidak menjajah budaya orang lain).


Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #321 on: 28 November 2009, 10:19:10 AM »
^ at g setuju

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #322 on: 28 November 2009, 10:22:46 AM »
- Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Setahu saya saat ini tidak ada Aliran Theravada di India. Kalau di Sri Lanka, memang Aliran Theravada eksis...

Jubah bhikkhu Aliran Theravada di tiap negara itu sama. Mungkin ada perbedaan yang ketara hanya di pola warna. Misalnya jubah bhikkhu di Myanmar warnanya kuning agak kemerahan, kalau di Sri Lanka warnanya kuning agak kejinggaan, kalau di Thailand dan Indonesia warnanya kuning agak kecoklatan. Ini mungkin hanya karena perbedaan bahan pewarna kain saja. Dan memang dalam cara pakainya juga, ada yang membuka bahu sebelah kanan, ada juga yang menutup bahu sebelah kanan.

Lalu kenapa jubah bhiksu di Aliran Mahayana berbeda dengan jubah bhikku dari aliran ortodoks? Apa yang menyebabkan bhiksu di Aliran Mahayana memakai jubah yang tidak sama dengan jubah yang dipakai oleh Sang Buddha Gotama dulu?

Sebelumnya saya sudah bertanya tapi belum dijawab. Saya coba tanyakan lagi di sini...
Beberapa bhiksu memakai ornamen jubah yang mewah. Beberapa memakai mahkota yang berhiaskan properti indah. Beberapa memakai tongkat yang kelihatan anggun. Apakah fungsi dari semua itu? Dan siapa yang mempelopori hal ini?

Apakah ada perbedaan jubah bhiksu Aliran Mahayana di Asia Timur dengan bhiksu Aliran Mahayana di sekitar India dulu?


Saya rasa hanya perbedaan wilayah dan tradisi, kalau ada perbedaan sudah pasti. Kalo tidak salah di india mahayananya mengunakan baju warna orange, mirip pakaian teravada, terkadang kita tidak bisa membedakan dia mahayana atau teravada kalau di india. Kalau di daerah utara seperti cina dsbnya, ketara banget perbedaannya dengan di selatan, kayak myanmar

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #323 on: 28 November 2009, 10:24:51 AM »
Quote
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)

Kalau begitu, Bhikkhu Theravada ada masalah !
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #324 on: 28 November 2009, 10:26:23 AM »
Quote
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)

Kalau begitu, Bhikkhu Theravada ada masalah !
 _/\_

Semua orang juga punya masalah. Tidak bisa lebih spesifik?

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #325 on: 28 November 2009, 10:26:35 AM »
Jubah bhikkhu Aliran Theravada di tiap negara itu sama. Mungkin ada perbedaan yang ketara hanya di pola warna. Misalnya jubah bhikkhu di Myanmar warnanya kuning agak kemerahan, kalau di Sri Lanka warnanya kuning agak kejinggaan, kalau di Thailand dan Indonesia warnanya kuning agak kecoklatan. Ini mungkin hanya karena perbedaan bahan pewarna kain saja. Dan memang dalam cara pakainya juga, ada yang membuka bahu sebelah kanan, ada juga yang menutup bahu sebelah kanan.

==> daerah selatankan daerah tropis, g setuju pandangan kaiyn, kalo misal teravada masuk ke utara pasti lain cara berpakaiannya. maklum aliran kedua ini besar dilokasi berbeda

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #326 on: 28 November 2009, 10:38:39 AM »
Quote
Quote from: bond on 20 November 2009, 09:48:20 PM

Di Tibet, Atisha Dipamkara yang berpengatahuan dalam mengenai Sutra, Tantra dan Vinaya melakukan reformasi Buddhisme Tibet disebabkan kemerosotan moral praktisi Tantra diakibatkan pemahaman yang salah akan karmamudra. Jadi karmamudra ini sebenarnya hanya boleh dilakukan dalam koridor moral Buddhis yaitu sila ketiga, seperti yang Vajra Tip Tantra sebutkan bahwa praktisi Tantra sekalipun harus menaati sila ketiga dari Pancasila / Pratimoksha. Contoh yang paling ideal adalah Bodhisattva Siddharta yang melakukan karmamudra dengan Gopa [Yasodhara], dalam ikatan pernikahan, dalam sebuah hubungan monogami yang mengasihi satu sama lain.

Sang Buddha dalam Shurangama Sutra pernah mengatakan:
"Praktisi akan kehilangan pikirannya yang tenang ... keliru menganggap seorang yang dikuasai Iblis Mara sebagai Bodhisattva sejati dan akan mengikutinya untuk melanggar sila-sila Buddha dengan bersenang-senang di dialam nafsu seksual. Orang ini akan mengatakan bahwa .... organ kelamin pria dan wanita adalah tempat dari Bodhi dan Nirvana, dan para pendengar yang bodoh akan mempercayai ajaran menyimpang ini."

_/\_
The Siddha Wanderer
Bro Gandalf, Mohon penjelasan lebih rinci, pada waktu kapan-kah dikatakan Bodhisatva Siddharta melakukan karmamudra dengan Gopa (Yasodhara) ? Karena ini bisa menimbulkan interpretasi yang berlainan jika karmamudra dilakukan dari periode periode tertentu.
« Last Edit: 28 November 2009, 10:46:45 AM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #327 on: 28 November 2009, 10:48:32 AM »
Quote from: Kainyn_Kutho
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)


 [at]  upasaka
Mengenai perbedaan jubah, sepertinya karena pengaruh situasi dan tempat. Jika para bhiksu Mahayana di tempat dingin menggunakan jubah seperti di tradisi Theravada, tentu tidak sesuai. Begitu juga dengan Tibetan yang tempatnya di pegunungan tinggi, jubahnya perlu penyesuaian. Mengenai ornamennya juga dipengaruhi tradisi dan budaya setempat. Salah satu ciri khas penyebaran Buddhisme adalah sama sekali tidak menggeser budaya setempat (baca: tidak menjajah budaya orang lain).

Dalam tradisi di India dahulu, membuka bahu sebelah kanan merupakan bentuk penghormatan. Namun bhikkhu dahulu tidak setiap saat membuka bahunya. Adakalanya mereka menutup bahu dan membukanya hanya di saat-saat tertentu.

Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa jubah Mahayana didesain untuk beradaptasi dengan iklim. Jubah Mahayana justru lebih tipis dari jubah Theravada. Kalau pun dikatakan jubah Mahayana bisa menghangatkan tubuh, itu karena seorang bhiksu memakai baju dalaman yang berlapis-lapis sehingga terasa hangat. Kalau mau dicoba, justru bahan jubah Theravada lebih tebal dan lebar. Kalau dipakai juga lebih hangat. Jangan hanya karena melihat jubah Theravada bisa dibuka bahu kanannya, maka muncul kesan kalau jubah itu lebih dingin. Sama sekali tidak saya katakan. Di India ada tiga musim, salah satunya adalah musim hujan yang dingin. Sejak dahulu bhikkhu di India juga bisa bertahan dengan kain pembungkus mayat saat berdiam di dalam hutan.

Bhikkhu Theravada yang tinggal di London juga bisa bertahan meskipun tinggal di lingkungan yang dingin. Sekadar info, suhu lingkungan di London juga bisa lebih dingin dari suhu di Antartika. Tetapi kita bisa melihat bahwa tidak ada masalah jika seorang bhikkhu memakai jubah Theravada saat hidup dalam kondisi seperti itu.

- Suhu London

Bhiksu di Tibet malah memakai jubah yang lebih terbuka dari jubah Theravada. Padahal lingkungan Tibet itu gersang dan dingin.

Oke, sekarang marilah kita asumsikan jubah Mahayana itu didesain untuk mengatasi dinginnya suhu di Asia Timur. Kalau keragaman jubah itu didesain hanya untuk beradaptasi dengan lingkungan, seharusnya bhiksu Mahayana yang tinggal di daerah hangat / tropis bisa bertahan dengan jubah "original" Sang Buddha dong. Apakah [mau] bisa?

Berasimilasi dengan kebudayaan setempat sebenarnya tidak masalah. Tapi perlu dipertanyakan apabila:
- Beradaptasi sampai kehilangan karakter dari jubah murid Sang Buddha itu sendiri.
- Beradaptasi sampai melahirkan karakter jubah yang cukup fashionable


Quote from: Purnama
Saya rasa hanya perbedaan wilayah dan tradisi, kalau ada perbedaan sudah pasti. Kalo tidak salah di india mahayananya mengunakan baju warna orange, mirip pakaian teravada, terkadang kita tidak bisa membedakan dia mahayana atau teravada kalau di india. Kalau di daerah utara seperti cina dsbnya, ketara banget perbedaannya dengan di selatan, kayak myanmar

Benar. Saya juga melihat bahwa ada perbedaan di antara Aliran Mahayana di Asia Timur dan Aliran Mahayana "asli" di sekitar India. Bisakah Anda mengutip lagi perbedaan-perbedaannya?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #328 on: 28 November 2009, 10:48:55 AM »
Ada beberapa perbedaan Mahayana dan Theravada. Coba dicermati poin-poin berikut ini yang saya ambil dari http://bharadvaja.wordpress.com/:

Kekosongan
Mahayana: makhluk-makhluk dianggap ilusi dan tak nyata, karena yang ada cuma kosong.
Theradava: makhluk-makhluk tetap nyata dan bukan ilusi, karena dianggap kosong cuma karena tak ada intinya.

Pencapaian tertinggi
Mahayana: Menolong orang baru menolong diri sendiri.
Theravada: Menolong diri sendiri baru menolong orang.

Interpretasi
Mahayana: Cenderung tak seimbang dan hasil pemikiran tak terlatih.
Theravada: Selalu seimbang dan hasil pemikiran terlatih.

Dasar asli manusia
Mahayana: Zat Buddha.
Theravada: Bodoh, tamak, benci.

Vegetarian
Mahayana: Mengatakan Buddha menyuruh menjadi vegetarian.
Theravada: Mengatakan Buddha tak menyuruh menjadi vegetarian.

Kebahagiaan
Mahayana: Banyak ceria dan menolong orang.
Theravada: Ketaktergangguan.

Diri
Mahayana: Dibagi menjadi diri kecil, yang diartikan “pikiran yang mementingkan kepentingan sendiri” (sama seperti filsafat psikology barat) dan diri besar yaitu zat Buddha.
Theravada: Tak ada, selain kebenaran yang bersifat duniawi tentang panggilan terhadap lima aggregat. Selain itu tak ada lagi Diri Besar.

Kosmos
Mahayana: Ada tiga tubuh.
Theravada: Tak ada pembagian tubuh. Sang Buddha cuma pernah menyebut dirinya sebagai tubuh Dhamma.

Perbuatan tertinggi
Mahayana: Kasih.
Theravada: Vipassana.

Buddha sesudah Nibbana
Mahayana: Masih ada entah dimana.
Theravada: Tak ada lagi, selain kekosongan itu sendiri.

Buah latihan
Mahayana: Filsuf dan bhikku-bhikkuan.
Theravada: Bhikku dan Buddha.
Dalam rangka berat sebelah pada ide akan kebaikan (berhubung ketiadaan upekkha) para bhikku keduabelah pihak lalu bersama-sama berkumpul mencari kesamaan. Misalnya, sama-sama punya dua mata, dua telinga, dst.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #329 on: 28 November 2009, 11:05:41 AM »
Buddha sesudah Nibbana
Mahayana: Masih ada entah dimana.
Theravada: Tak ada lagi, selain kekosongan itu sendiri.

Bro itu yang masih ada entah dimana vajrayana.

saya rasa kutipannya garis besarnya saja, masih ada beberapa yang di koreksi, mau lengkap mendingan bukunya bro tan punya, dia lebih lengkap, penulisannya juga berdasarkan tesis