//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: perbedaan mahayana ama theravada  (Read 137220 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #345 on: 29 November 2009, 07:55:18 AM »
Quote
bukan memegang kuasa tapi soal permintaan, manusia khan kadang suka meminta2 kepada "sesuatu".

Yah seperti kata Master Shengyen kan... adalah manusiawi kalau manusia terkadang merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tertentu.... setegar2nya dia, nah pada saat itu ia dapat meminta pertolongan Bodhisattva.

Namun seorang praktisi sejati tidak pernah meminta2, idealnya seperti itu, meskipun kita bisa meminta pertolongan para Bodhisattva, pada prinsipnya kita jangan manja... apa2 minta pertolongan..... tetap saja kita harus berpraktik sendiri untuk mencapai Bodhi.

Seperti kita hidup di dunia ini kita berusaha mandiri, segala sesuatu kalau bisa kita lakukan sendiri, baru kalau memang tidak mampu, minta pertolongan orang lain. Ini wajar, krn manusia tdk dapat hidup sendiri dalam hal apapun.  ;)

 _/\_
The Siddha Wanderer
kalau antar manusia itu suatu hal yang wajar dan dapat di buktikan kebenarannya, sedangkan antar manusia => Boddhisatva? darimana tau itu Boddhisatva yang mengabulkan permohonan bukannya dari Mara?
Apabila terjawab permohonannya manusia bisa bilang Boddhisatva menjawab doanya apabila tidak terjawab manusia bisa bilang yang lain lagi, terdengar bagi saya itu adalah suatu pembenaran atau suatu penghiburan bukan suatu kebenaran ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #346 on: 29 November 2009, 09:43:46 AM »
Quote
kalau antar manusia itu suatu hal yang wajar dan dapat di buktikan kebenarannya, sedangkan antar manusia => Boddhisatva? darimana tau itu Boddhisatva yang mengabulkan permohonan bukannya dari Mara?
Apabila terjawab permohonannya manusia bisa bilang Boddhisatva menjawab doanya apabila tidak terjawab manusia bisa bilang yang lain lagi, terdengar bagi saya itu adalah suatu pembenaran atau suatu penghiburan bukan suatu kebenaran

Umat Buddhis memiliki ajaran karma, jadi tentu umat Buddhis yang paham akan mengerti bahwa terkabulnya permohonannya bukanlah campur tangan Sang Bodhisattva saja, namun juga tergantung karmanya sendiri. Karmanya yang menentukan apakah Sang Bodhisattva akan menolongnya atau tidak, karmanya yang menentukan apakah Sang Bodhisattva sanggup menolongnya atau tidak. Semua adalah balik ke karma masing-masing, usaha sendiri, niat kita sendiri, ketulusan kita sendiri, Bodhicitta kita sendiri, penyesalan kita sendiri.

Poin akhir dari ajaran Buddhis yang menekankan keyakinan pd "other power" adalah balik ke diri sendiri (self power).
Sedangkan poin akhir dari ajaran K atau I yang juga sangat menekankan keyakinan pd "other power" itu tetap saja baliknya ke "other power" (objek lain di luar diri).

Itu perbedaan agama Buddha dengan agama Samawi. Satu balik ke diri sendiri, satu balik ke entitas di luar diri. Maka dari itu apabila doa umat Buddhis pada Bodhisattva tidak terkabulkan, ia tidak menyesal karena ia paham bahwa semua ini tergantung karmanya sendiri. Sedangkan kalau umat agama lain, wajar saja kalau mereka menyalahkan Tuhan mereka, karena Tuhan mereka Maha Kuasa, Pengatur Segalanya dll, beda dengan Bodhisattva yang membantu seseorang tp tergantung usaha / karma orang itu sendiri.

Maka dari itu dikatakan ketika seorang Buddhis memohon di hadapan rupang Guanyin / Bodhisattva lainnya, ia sebenarnya memohon pada dirinya sendiri, karena semua ya tergantung usahanya sendiri.

Untuk pembenaran atau tidak, bisa saja pembenaran, tapi bisa saja kebenaran. Siapa yang tahu? Kalau memang Bodhisattva-nya yang memang benar-benar mengabulkan, memangnya anda bisa tahu? Mencap sesuatu sebagai pembenaran tanpa anda bisa membuktikan terlebih dahulu bahwa hal tersebut adalah benar-benar pembenaran adalah terlalu terburu-buru. Yang namanya agama pasti punya koridor faith (keyakinan). Apa anda bisa membuktikan kalau Bodhisattva itu benar-benar tidak ada atau mengabulkan atau tidak? Kalau tidak bisa, maka jangan serta merta mencap tindakan seseorang sebagai pembenaran.

Lagipuila mau pembenaran gimana, saya juga bingung, karena semuanya ya balik ke karmanya sendiri. Maka dri itu kayanya perlu bagi mereka yang doanya terkabul untuk menjawab, "Oh, ini berkat pertolongan Guanyin sekaligus karma saya sendiri sebagai penentu utama."

Sudah banyak kemujizatan yang ditimbulkan oleh Sang Bodhisattva Guanyin, buktinya, Guanyin menjadi deity Buddhis yang paling banyak dipuja di seantero Tiongkok, melebihi dewa dewi Tao apapun, Demikain juga Avalokitesvara juga banyak dipuja di Jepang, Korea, Asia Tenggara pada zaman dahulu, Tibet dan lainnya. Sudah banyak umat Buddhis yang merasakan pertolongan-Nya dan para bhiksu yang memiliki abhijna secara jelas nyata melihat Sang Bodhisattva menolong mereka. Tapi ini semua ya memang dalam koridor faith yang ada baik di Thera, Maha maupun Vajra.

Bahkan kadang karmapun bisa jadi pembenaran kalau kita memandangnya dari sisi ilmiah yang mana sangat menegasikan adanya karma.
Misal si A ngomong: "Loh hebat ya kamu B bisa sembuh, ini memang karma baik kamu."
Si B: Ah ada2 aje, ya ini kan karena obatnya cocok maka saya bisa sembuh. Obatnya juga dari dokter dan saya juga kaya makanya dapet tuh obatnya. Saya bisa dapet tuh obat ya dari usaha saya sendiri. Terus kenapa saya begitu beruntung bisa sembuh ya ini karena faktor luck saja, di mana saya bisa mendapatkan  kemungkinan dari sejumlah kemungkinan yg lain. Lgpl kamu bisa membuktikan bahwa karma itu ada secara nyata? Apa kamu bisa melihat karma?
===Yah jawaban si A anda teruskan sendiri deh.  ;)

Biasanya kalau orang nggak percaya karma, maka rasanya juga sulit untuk percaya bahwa ada Bodhisattva datang menolong, karena kan kita tidak dapat membuktikan kebenaran Bodhisattva salah satunya oleh karena kita tak dapat melihatnya.

Seperti Nirvana juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya menurut kita2 ini yang masih prthagjana. Tapi umat Buddhis kok berjuang mencapai Nirvana la wong kebenarannya nggak bisa dibuktikan? Berarti umat Buddhis itu melakukan usaha sia-sia untuk mengejar sesuatu yang tidak pernah ada? Dr kacamata ilmiah, emosi negatif itu adalah wajar dan bisa digunakan / diubah menjadi sesuatu yang positif, justru kalau sampai nggak bisa marah, terus nggak bsia sedih, sisi ilmiah tidak dapat menerimanya, karena itu ciri2 robot bukan manusia.

Apabila Mara yang mengabulkan permohonan, sudah jelas akibatnya malah akan meningkatkan LDM, tapi kalau Bodhisattva, sudah pasti tidak. Ingat, dalam tiap agama punya koridor faith (keyakinan), kita berjuang untuk mencapai Nirvana itu karena kita memiliki keyakinan bahwa Nirvana itu ada, meskipun seringkali kita menyodorkan Kalama Sutta, tapi pada akhirnya kita juga "yakin" kalau Kalama Sutta itu sabda Sang Buddha, padahal bukti historis ya kagak ada tapi kok bisa yakin pada Kalama Sutta itu sabda Sang Buddha? Misalnya kalau Sang Buddha sebenarnya tidak pernah bersabda ttg Kalama Sutta dan Tipitaka, apa kita masih percaya pada Tiratana?

Maka dari itu bila kita berusaha membuktikan dari sisi pandang manusia biasa dan dari sisi ilmiah, maka faith dalam suatu agama itu kebanyakan tidak bisa dibuktikan. Tapi kalau kita membutikannya sendiri lewat cara Buddhis yaitu meditasi, kita bisa tahu dengan pasti bahwa Nirvana dan tindakan para Bodhisattva itu ada.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 29 November 2009, 09:45:28 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #347 on: 29 November 2009, 10:36:40 AM »
Mengenai permohonan kepada dewa, bodhisatva bahkan kepada Buddha pun adalah hal yang wajar sepanjang itu bisa dikabulkan ^-^

Adakalanya minta tolong dewa beneran ditolongin lho.

Sama orang biasa saja kita sering minta permohonan. Misal "eh tolongin gue ambilin minum dong"

Kalau minta tolong kepada Bodhisatva tetapi ternyata setan yang tolongin kita (dalam hal ini kebaikan). Kenapa harus ditolak, apalagi dikasi duit :))

Yang penting tidak dikit2 mohon dengan membabi buta.
« Last Edit: 29 November 2009, 10:43:17 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #348 on: 29 November 2009, 10:44:36 AM »
Quote
bukan memegang kuasa tapi soal permintaan, manusia khan kadang suka meminta2 kepada "sesuatu".

Yah seperti kata Master Shengyen kan... adalah manusiawi kalau manusia terkadang merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tertentu.... setegar2nya dia, nah pada saat itu ia dapat meminta pertolongan Bodhisattva.

Namun seorang praktisi sejati tidak pernah meminta2, idealnya seperti itu, meskipun kita bisa meminta pertolongan para Bodhisattva, pada prinsipnya kita jangan manja... apa2 minta pertolongan..... tetap saja kita harus berpraktik sendiri untuk mencapai Bodhi.

Seperti kita hidup di dunia ini kita berusaha mandiri, segala sesuatu kalau bisa kita lakukan sendiri, baru kalau memang tidak mampu, minta pertolongan orang lain. Ini wajar, krn manusia tdk dapat hidup sendiri dalam hal apapun.  ;)

 _/\_
The Siddha Wanderer
kalau antar manusia itu suatu hal yang wajar dan dapat di buktikan kebenarannya, sedangkan antar manusia => Boddhisatva? darimana tau itu Boddhisatva yang mengabulkan permohonan bukannya dari Mara?
Apabila terjawab permohonannya manusia bisa bilang Boddhisatva menjawab doanya apabila tidak terjawab manusia bisa bilang yang lain lagi, terdengar bagi saya itu adalah suatu pembenaran atau suatu penghiburan bukan suatu kebenaran ;D

Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.
Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #349 on: 29 November 2009, 11:39:56 AM »
Quote
Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.
Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

 :jempol: :jempol:

Itulah dikatakan mengapa Bodhsiattva membantu seseorang itu dalam batin, membuat orang menyadari Pikiran Sejatinya, karena pertolongan yang diberikan itu yang penting adalah nilainya, untuk kemudian dipakai sebagai alat untuk menyadari hakekat pikiran.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #350 on: 29 November 2009, 11:36:27 PM »
Quote
Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.

Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

 :jempol: :jempol:

Itulah dikatakan mengapa Bodhsiattva membantu seseorang itu dalam batin, membuat orang menyadari Pikiran Sejatinya, karena pertolongan yang diberikan itu yang penting adalah nilainya, untuk kemudian dipakai sebagai alat untuk menyadari hakekat pikiran.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Maraku sayang, Maraku malang.. Ternyata selama ini Mara-lah yg menolong dan memicu agar orang berbuat ke arah kusala karma, sebaliknya Bodhisattva memicu agar orang berbuat ke arah akusala karma. =))

Sungguh indah, Bro Chingik dan Bro Gandalf, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana.
Thanks penjelasannya 2 sesepuh.. Jelas sudah..  ^:)^
appamadena sampadetha

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #351 on: 30 November 2009, 12:02:13 AM »
Quote
Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.

Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

 :jempol: :jempol:

Itulah dikatakan mengapa Bodhsiattva membantu seseorang itu dalam batin, membuat orang menyadari Pikiran Sejatinya, karena pertolongan yang diberikan itu yang penting adalah nilainya, untuk kemudian dipakai sebagai alat untuk menyadari hakekat pikiran.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Maraku sayang, Maraku malang.. Ternyata selama ini Mara-lah yg menolong dan memicu agar orang berbuat ke arah kusala karma, sebaliknya Bodhisattva memicu agar orang berbuat ke arah akusala karma. =))

Sungguh indah, Bro Chingik dan Bro Gandalf, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana.
Thanks penjelasannya 2 sesepuh.. Jelas sudah..  ^:)^


yaa..kesalahan teknis, yg benar akusala.  :P

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #352 on: 30 November 2009, 12:13:11 AM »
hihi.. iya santai aja bro. ;D
appamadena sampadetha

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #353 on: 30 November 2009, 05:51:02 AM »
Quote
Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Wah baru kali ini saya menemukan ada umat Buddhis yang tidak peduli kata perlindungan atau penghormatan.

Quote
Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

Huahahaha..... kata anda suka2 saya mau ngomong apa lah kemudian anda kok malah protes??? wkwkwkwk.....

Dan katanya anda menghargai tulisan saya, tapi ternyata di balik itu mencela saya itu pura2 bagus dalam menjelaskan, suka bermain kata2 hingga membuat bingung...... sikap macam apa ini?  ^-^  ^-^ Lucu banget misalnya kalau anda menghargai sesuatu yang anda anggap tidak benar...  ^-^  ^-^ ... ini semakin menunjukkan suatu ketidakkonsistenan dan menggambarkan sebuah permainan kata2 yang sesungguhnya...

Yah emang bukan kata2, tapi tanpa kata2 apa batin anda bisa mengerti? Tanpa kata2 di dalam Tripitaka atau tanpa kata2 yang diucapkan pada saat pembabaran Dharma apa anda bisa anda memahami Dharma? Tanpa kata2 apakah anda bisa mengetahui makna / cara berlindung dan menghormati?

Ah konyol.

Quote
maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  Smiley

Wkwkwkwk..... namaskara itu yang memang sudah tradisi Buddhis sejak zaman dahulu untuk menghormati Sang Triratna. Oleh karena itu umat lain yang tidak mengerti lalu mencela ya sah2 aja karena mmg tidak ada tradisi demikian dalam agama mereka.

Nah tapi dalam agama Buddha sesungguhnya nggak ada yang namanya tradisi namaskara sama dewa dewi duniawi (kalau pada para Dewa Pelindung Dharma yang telah mencapai tingkat keuscian tertentu, baru ada). Nah kalau umat Buddhis berusaha meluruskan hal ini, maka itu adalah hal yang wajar. Anda menghormati guru dan ortu pun dengan cara yang berbeda, anda menghormati teman dan saudara pun juga dengan cara yang berbeda pula, demikian juga ketika anda menghormati orang dari dalam negeri sendiri dengan luar negeri juga menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan konteks / peran sosial masing2.

Demikian juga dalam agama Buddha, sebaiknya semuanya dilakukan menurut tata cara yang udah ada yang dibentuk oleh para guru2 agung (yang memang setelah dianalisa kita sendiri, itu memang baik dan bermanfaat untuk dilakukan), ini menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang arogan dalam bertindak.

Kalau semuanya itu pikiran, berarti biar aja kalau kita pake baju gembel ke pesta pernikahan teman kita. Orang2 yang melihat akan berpikir bahwa kita benar2 tidak hormat bahkan mungkin sinting, diketawain. Tapi kitanya sendiri secara arogan berpikir, "Ah yang penting kan pikiranku hormat." Dalam kehidupan bermasayarakat, ini suatu perilaku dan pemikiran yang patut dipertanyakan.

Quote
Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! Grin
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah !  jangan di tawa in. laugh

Semuanya pikiran... pikiran... pikiran... tau nggak sih kenapa kok bisa sampai muncul istilah "pikiran / sifat seseorang itu tercermin dari tindakannya!"

Ya sudah kalau menurut anda nggak papa... silahkan anda namaskara itu urusan anda sendiri toh... sekalian juga sama Mara Devaputra... kan yang penting kata anda itu... "pikiran ketika bernamaskara"... sedangkan kaidah namaskara dalam konteks sosial maupun relijius anda abaikan beserta objek dewanya siapa juga anda abaikan.

Saya menggunakan contoh Sang Buddha itu untuk menunjukkan bahwa kita seharusnya tidak semudah itu menggampangkan makna namaskara .... bahkan ada hukum alam yang mengatur "namaskara" seorang Buddha bukan? Ini menunjukkan betapa namaskara itu memiliki makna yang cukup penting kedudukannya.

Quote
yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara !

Woww.... berarti ketika kita bertindak keliru dan ada orang yang mencela kita, kita bisa dengan mudah mengatakan "ah itu kan pikiranmu yang kotor".

 _/\_
The Siddha Wanderer
;D

Tambah Parah !
Selesai Bro gandalf, Semoga Anda Berbahagia ya ! ^:)^
 _/\_
« Last Edit: 30 November 2009, 05:53:18 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #354 on: 30 November 2009, 09:27:21 AM »
 [-o<

Om gate-gate parasamgate Bodhisvaha.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #355 on: 30 November 2009, 09:35:30 AM »
[-o<

Om gate-gate parasamgate Bodhisvaha.

Tidak pake Om pak, Juga ngak pake tante, ^-^

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #356 on: 30 November 2009, 09:37:32 AM »
[-o<

Om gate-gate parasamgate Bodhisvaha.



Tidak pake Om pak, Juga ngak pake tante, ^-^

Ssst lagi belajar liam keng  ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #357 on: 30 November 2009, 09:46:36 AM »
mantra jangan dimain-in

tunjukan kalau kita ini forum yang menghargai ke beragaman

Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #358 on: 30 November 2009, 10:23:18 AM »
^
^
Sorry pak, kalau ente tersinggung.Ngak ada niat mainin. Saya cuma komentarin om purnama supaya suasana lebih santai.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: perbedaan mahayana ama theravada
« Reply #359 on: 30 November 2009, 10:37:33 AM »
mantra jangan dimain-in

tunjukan kalau kita ini forum yang menghargai ke beragaman



setuju sekali...kayakna ini bukan diskusi..tetapi ada kesan saling "memojokkan", arogansi , dan egoisme..


No matter how dirty my past is,my future is still spotless

 

anything