Yup betul Jerry, tradisi Pure Land sudah ada sebelum kr****n masuk ke China. Karena konsep dalam Zoroastrian ada kemiripan dengan agama kr****n (ada Tuhan dan dualisme Surga-Neraka), mungkin jadi dirancukan dengan kr****n Smiley
Untuk Sutra Amitabha, setahu saya ditulis dalam bahasa Sansekerta dahulu baru ditranslate ke Chinese oleh Kumarajiva. Walaupun tradisi Pure Land baru berkembang pesat di China, tetapi sebenarnya tradisi ini bermula di India, sewaktu Zoroastrian mempengaruhi kondisi di sana pada waktu itu.
Yap. Tradisi Sukhavati walau kulit luarnya ada banyak kemiripan dengan Kristianitas, namun konsep / makna dasarnya / kulit dalamnya sangat-sangat berbeda dan ini sudah banyak para sejarawan yang membahasnya. Saya kutip tulisan saya yang dulu-dulu bahwa mustahil Kristinitas mempengaruhi tradisi Sukhavati:
Mereka mengklaim bahwa Mahayana adalah “Christianized Buddhism” atau agama Buddha dengan pengaruh Kristiani Nestorian, contohnya dengan adanya konsep “Juruselamat” seperti Amitabha. Jawab: Problem teori ini adalah Mahayana muncul pada abad 1 M di kerajaan Kushan di Asia Tengah (sekarang Afghanistan, Pakistan, Uzbekistan dsb), sedangkan kaum Kristiani khususnya Nestorian baru datang ke Asia Tengah 400 tahun kemudian yaitu sekitar abad ke-5 M. Oleh karena itu tidaklah mungkin Mahayana dipengaruhi oleh Kristianitas. Untuk menunujukkan bahwa agama Kristiani mempengaruhi agama Buddha sebelum kaum Nestorian datang, maka seseorang harus membuktikan terlebih dahulu bahwa ada kontak antara “Kristiani Thomasite” di India Selatan dan Kerajaan Kushan di India Utara (sekarang Pakistan).
"Kristiani Thomasite" sebagaimana secara tradisi berasal dari kedatangan rasul Thomas pada tahun 52 M di selatan India dan menyebarkan agama Kristiani serta mendirikan gereja di sana. Namun tampaknya tradisi ini kurang disertai bukti yang kuat. Untuk lebih jelasnya coba lihat
www.hamsa.org, di mana di sana dijelaskan ketidakmungkinan Rasul Thomas datang ke India. Yang paling penting untuk diketahui adalah komunitas Kristiani di India Selatan baru eksis sekitar tahun 345 M, dibawa oleh pedagang Thomas Cananeus di mana mungkin terjadi kesalahpahaman bahwa Thomas Cananeus dianggap sebagai Rasul Thomas.
Sedangkan sebelum 345 M, Mahayana sudah eksis di India. Lagipula memang tidak ada kontak antara Mahayana di utara dengan “Kristiani Thomasite” di selatan. Oleh karena itu, tidak masuk akal apabila Mahayana dipengaruhi oleh agama Kristiani.
Bapa Pierre Humbertclaude menulis bahwa ajaran sekte Amitabha sangat mirip dengan Kristiani, sehingga ia mengatakan bahwa sekte Amitabha dipengaruhi oleh ajaran Kristiani Nestorian . Demikian juga oleh beberapa sejarawan lainnya yang mengklaim bahwa Mahayana dipengaruhi oleh Kristiani dan terutama lagi oleh para sejarawan Keikyo.
Shan Dao, Patriark Tanah Suci di Tiongkok, hidup pada masa Nestorian masuk ke Tiongkok. Berkatnyalah ajaran Tanah Suci mulai meluas. Ia adalah teman baik Raja Gaozong. Raja Gaozong adalah raja yang menerima dan mengakui serta menghormati agama Nestorian. Oleh karena itu banyak yang menduga bahwa Shan Dao mendapat pengaruh dari agama Kristiani Nestorian dikarenakan hubungan keduanya yang erat. Ajaran Amitabha juga dianggap mirip dengan Kristiani. Patriark Tanah Suci di Jepang seperti Honen dan Shinran juga diduga mendapat pengaruh dari agama Kristiani.
Jawab: Inskripsi tentang Amitabha ditemukan di Pakistan dan berasal dari abad ke-2 M. Amitabha Buddha dan Tanah Sucinya pertama kali diperkenalkan lewat Sutra Pratyutpanna dan Sutra Maha Sukhavativyuha yang diterjemahkan oleh Lokaksema dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa. Para sejarawan menduga bahwa penghormatan pada Amitabha Buddha dimulai pada abad 1 M atau 2 M di Asia Tengah dan India Utara. Tentu pada saat itu Kristiani belum masuk ke Asia Tengah maupun India Utara. Kristiani baru masuk ke Asia Tengah pada abad ke-5 M. Oleh karena itu pemujaan Amitabha Buddha sudah ada terlebih dahulu daripada agama Kristiani di Asia Tengah dan India. Tidak mungkin ajaran Amitabha dipengaruhi oleh agama Kristiani.
Demikian juga di Tiongkok, Sutra-sutra tentang ajaran Amitabha sudah ada sejak abad ke-2 M, jauh sebelum agama Kristiani masuk ke Tiongkok. Bahkan Sutra Mahasukhavativyuha adalah salah satu sutra pondasi ajaran Tanah Suci.
Kemudian sutra-sutra tentang Amitabha yang lain yaitu: Amitayur-dhyana diterjemahkan oleh Jiangliang Yeshe pada masa dinasti Song eradinasti Utara Selatan (abad ke-5 M) dan juga oleh Dharmamitra pada masa dinasti Song era dinasti Utara Selatan (abad ke 5 M). Kemudian Suta Amitabha yang diterjemahkan 3 kali: oleh bhiksu asal kerajaan Kucha (Asia Tengah) Kumarajiva pada tahun 402 M, oleh bhiksu Gunabhadra sekitar tahun 446 M, oleh bhiksu Xuanzang pada tahun 650 M.
Sedangkan ada 12 versi terjemahan Mahasukhavativyuha, dikutip dari artikel yang dituli bro. Ching ik di milis Mahayana_Indonesia:
1.Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu asal Persia –An Shi Gao, pada abad ke 2 M. Masih menjadi pertanyaan apakah benar kitab ini adalah terjemahan bhiksu An Shi Gao, karena sejauh yang diketahui, semua kitab terjemahan An Shi Gao merupakan kitab Hinayana.
2.Wuliang Qingjing Pingdeng Juejing (4 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Lokaraksha/Lokaksema pada abad ke 2 M.
3.Foshuo Amito Sanye Sanfo Shalou Fotan Guo Duren Daojing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu ZhiQian pada masa Tiga kerajaan (abad ke 3 M).
4.Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Sanghavarman pada 252 M.
5.Wuliang Qingjing Pingdeng Juejing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu BaiTing pada masa tiga kerajaan (abad ke 3 M).
6.Wuliang Shoujing (2 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmapala pada masa dinasti Jin Barat (antara abad ke 3 – 4 M).
7.Wuliang Shou Zhizhen Dengjue Jing (2 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmabala pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M)
8.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu JueXian pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M).
9.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu BaoYun pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M).
10.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmamitra pada masa dinasti utara selatan (abad ke 5 M).
11.Wuliang Shou Rulai Hui (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Bodhiruci pada masa dinasti Tang (awal abad ke 8 M).
12.Daceng Wuliang Shouzhuang Yanjing (3 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmabhadra pada masa dinasti Song (antara abad ke 10-12 M)
Kitab komentar Sukhavati seperti Wuliang Shoujing Youpo Tishe/ Wangshen Lun (Maha Sukhavati-vyuha Upadesa) karya Vasubandhu. Diterjemahkan oleh Bodhiruci di abad ke 6 M. Vasubandhu hidup pada abad ke-4 M, sebelum Nestorian masuk ke Asia Tengah.
Bisa kita lihat bahwa setidak-tidaknya sudah ada BUKTI bahwa pemujaan Amitabha beserta konsep Tanah Sucinya sudah ada di Asia Tengah dan Tiongkok pada abad 1 M sampai 4 M, di mana pada masa itu Kristiani Nestorian belum memasuki Asia Tengah maupun Tiongkok. Pondasi dan konsep fundamental dari sekte Tanah Suci semuanya berasal dari 2 sutra yaitu (Amitabha Sutra, Mahasukhavativyuha Sutra dan Amitayurdhyana Sutra). Dan ketiga sutra tersebut seperti kita lihat, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa sebelum Kristiani Nestorian masuk ke Tiongkok. Oleh karena itu tidaklah mungkin Kristiani Nestorian mempengaruhi sekte Tanah Suci.
Kristiani Nestorian masuk ke Tiongkok setidak-tidaknya tahun 578 M dan 631 M (abad 7 M). Sedangkan Patriark pertama dan pendiri sekte Tanah Suci di Tiongkok adalah Bhiksu Huiyuan yang hidup pada tahun 334-416 M. Oleh karena itu tidak mungkin sekte Tanah Suci di Tiongkok berkembang dari ajaran Kristiani Nestorian. Patriark kedua Tanah Suci Tan Luan juga hidup sebelum kedatangan Nestorian ke Tiongkok, yaitu tahun (476-542 M).
Dan memang benar ajaran sekte Tanah Suci disempurnakan oleh Shan Dao, namun kita lihat bahwa ajaran Shan Dao sendiri juga berdasarkan ajaran Huiyuan dan Tanluan serta Daochuo, patriark-patriark Tanah Suci sebelumnya. Tidak ada transformasi dalam ajaran Tanah Suci yang dilakukan oleh Shan Dao yang mengingatkan kita akan paham Kristiani ataupun yang membuat kita melihat paham Kristiani dalam sekte Tanah Suci. Tidak ada. Semua yang diajarkan Shan Dao adalah berdasar Patriark sebelumnya dan berdasarkan/berpondasikan 3 Sutra terpenting dalam Sekte Tanah Suci. Demikian juga Patriark sekte Amitabha di Jepang seperti Honen dan Shinran, mereka mendasarkan pengertian mereka pada ajaran Shan Dao yang notabene juga berdasarkan ajaran Tan Luan. Ini dapat dilihat bahwa pada aliran Jodo (Tanah Suci) di Jepang, Tan Luan dianggap sebagai Patriark pertama Tanah Suci Tiongkok.
Bahkan dalam The Pure Land Doctrine as illustrated in Shoku’s “Plain-wood” Nembutsu, in The Eastern Buddhist oleh Shidzutoshi Sugihira, disebutkan bahwa apabila inskripsi tahun 781 M menunjukkan hubungan yang dekat antara Buddhis dan Kristiani, maka malah mungkin akan menunjukkan sebaliknya, bahwa ada pengaruh dari agama Buddha, khususnya sekte Tanah Suci kepada ekspresi keimanan Kristiani yaitu “Untuk berlayar dengan kapal welas asih menuju kerajaan Cahaya”, orang yang menulis ungkapan barusan meminjam kata-kata dari sekte Buddhis Tanah Suci.
Bahkan Kepala Vihara dari Pagoda Yun Si Se dekat Hangchow, menulis pada Bapa Matthew Ricci mengkomplain: “Kristiani mengkopi ajaran Tanah Suci” (Hobogirin, art. Bodhai (= Bodhi), I, p. 92, according to the Jodo.)
Kesimpulan:Ajaran sekte Tanah Suci/Amitabha (Amidism) telah tumbuh, berakar dan memiliki pondasi yang kuat di Asia Tengah, India Utara dan Tiongkok beratus-ratus tahun sebelum kedatangan Kristiani Nestorian di Asia Tengah dan Tiongkok. Adalah omong kosong besar apabila ada orang yang menyatakan bahwa Nestorian mempengaruhi sekte Tanah Suci.
Menarik Smiley setahu saya justru munculnya tradisi pure land sebagai respons terhadap perkembangan agama Zoroastrianism dari Persia. Zoroastrianism menganut pandangan dualisme "kegelapan" dan "terang" .... di mana "terang" adalah jalan keselamatan, dan memiliki "Tuhan" yang disebut dengan Ahura Mazda. Untuk merespons tradisi ini, tradisi Pure Land mensistensis aspek "Cahaya" (yang di-embodi oleh Buddha Amithaba) untuk menyimbolkan "terang" dan lawan dari "kegelapan". Yang menarik, nama Amithaba sangat dekat bunyinya dengan Ahura Mazda Smiley
Di buku yang anda sarankan, tampaknya ada pendapat berbeda dari para sejarawan, yaitu sebenarnya pengaruh dari Zoroastrian tersebut patut dipertanyakan apakah benar atau tidak. Sebenarnya pengaruh tersebut hanya hipotesa para sejarawan saja dan sama sekali tidak ada bukti bahwa Amitabha dipengaruhi oleh dewa2 Zorosatrian.
Di buku yang anda sarankan sendiri dikatakan bahwa peneliti / sejarawan Jepang bernama Fujita menolak hipotesa tersebut mengatakan bahwa "cahaya yang tak terbatas" dan "umur yang tanpa batas" sebenarnya berasal dari konsep Buddhis sendiri, bukan dari Zoroastrianisme.
Memang dalam kitab Mahavastu dari aliran Mahasanghika mengatakan Sang Buddha sebagai "cahaya yang menghalau kegelapan." Selain itu "Cahaya tanpa batas" (immeasurable light) disebutkan sebagai ciri2 para Buddha oleh kitab Mahavibhasa dari aliran Sarvastivada.
Sedangkan "immeasurable life" yaitu umur tanpa batas adalah ciri-ciri para Buddha yang dikemukakan aliran Mahasanghika.
Jadi sebenarnya fondasi Amitabha tentang "immeasurable life" dan "immeasurable light" ada di ajaran-ajaran sekte Buddhis awal, bukan di dewa Mithra atau Ahura Mazda.
Kemiripan sebutan antara Amitabha dan Ahura Mazda juga tak ada kaitannya dengan saling mempengaruhi, karena makna kata "Amitabha" dan "Ahura Mazda" sendiri sudah sangat jauh berbeda. Ini hanya gathuk2an saja kalau pake metode mirip2an tanpa ada landasan yang jelas.
"Tidak ada satupun orang sekarang yang menerima ini (pengaruh antara Amitabha dan pemujaan matahari Zoroastrian) sebagai penjelasan yang layak."(Buddhism oleh Peter Harvey)
"Perbandingan yang menjadi perhatian sampai sekarang ini hanya memiliki nilai yang kecil dan tidak membuktikan bahwa Amitabha adalah Ahura Mazda atau Apollo dalam samaran."(Encyclopedia of Religion and Ethics oleh James Hastings) The Siddha Wanderer