ini pendapat aa'tono loh ya, yg dikit kurang ajar... klo emang BB tidak bermanfaat secara langsung dalam latihan Dhamma dan meditasi, jangan di jadikan pembenaran pribadi dengan alasan "bersifat netral" kembali lagi ke tujuan semula, tekad mau jd bhikkhu itu apa ?
klo setiap hal ada kebijakan khusus, maka lama2 semua pun bs di tolerin... bhikkhu merokok, bhikkhu bertato dan lainnya... hanya menggunakan alasan "bersifat netral", lah apakah semua itu ada hubungan nya dengan latihan Dhamma dan meditasi ? jika tidak, mengapa harus cari-cari alasan ?
klo gtu aa jg bs bilang, gambar porno itu "bersifat netral" klo pikiran nya emang ngeres, pasti tergoda n terangsang, lah klo pikiran nya terjaga, pasti ga tergoda n ga terangsang... jd ya tergantung orangnya, yah klo gtu cilaka dunk... semua pada langsung ngomong, pikiran ku terjaga koq...
kembali lagi ke tujuan awal, apakah ada hubungan dengan latihan Dhamma dan meditasi ? oh tuk menyebarkan Dhamma, mang itu ada hubungan dengan latihan Dhamma yg sudah menjadi tugas dari seorang bhikkhu ? yang ada itu adalah pembabaran Dhamma oleh seorang bhikkhu ke umat nya, tapi mang ga ada cara lain selain menggunakan internet dan BB ?
seperti kita ketahui di internet, semua tersedia dari hal baik sampe hal buruk bisa terjadi, apakah tidak menutup kemungkinan bahwa akan membuka hal-hal yg buruk ? sapa yang bisa menjamin semua itu ? si A bisa mengendalikan diri, bagaimana dengan si B, si C, si D yg masing-masing kualitas bathin nya beda-beda...
karena ada yg meng-halal kan, maka itu menjadikan kondisi bagi yang lain tuk melakukan hal tersebut, walau entah hal tersebut bisa menimbulkan hal buruk atau tidak... contoh bhikkhu2 yang katanya boleh meminum arak tuk menghangatkan badan, namun kenyataan nya itu menjadi kondisi bagi bhikkhu lain tuk juga mengkonsumsi arak dan mabuk2 kan...
lah BB untuk FB mang seberapa efektif hal itu dalam pembabaran Dhamma ? yg ada malah digunakan tuk mengobrol hal di luar Dhamma... mungkin ga hal itu terjadi ? bisa ga, jg bakal terjadi skandal Bhikkhu dengan wanita ? wong dari HP aja udah terjadi beberapa kasus, apalagi klo ada BB... sapa yg bisa jamin ? lah kembali lagi, ada ga hubungan BB dengan praktek Dhamma dan meditasi... pikirkan tugas utama bhikkhu
bukan kah bhikkhu seharusnya menghindari segala hal yg berhubungan dengan duniawi ? menghindari bukan berarti tidak peduli dengan hal duniawi... bagi aa peraturan tetap lah peraturan yg tidak dapat ditolerin, mengapa muncul peraturan itu, karena ada nya suatu prilaku yg salah dulu nya sehingga peraturan itu diterapkan... selain peraturan digunakan tuk mengontrol prilaku bhikkhu, juga harus bs di pertimbangkan dengan wise/bijak, misal apakah ngerokok itu boleh ? boleh... tapi apakah merokok bisa membuat seseorang ketagihan ? bisa...
nah tuk kasus ini, apakah BB itu boleh dan merugikan ? boleh dan tidak merugikan secara langsung... tapi apakah BB bisa mengkondisikan suatu hal buruk terjadi, misalkan sekandal bhikkhu dengan wanita, obrolan yg kurang sehat/tidak pantas, obrolan yg bs memancing emosi orang, obrolan yg bisa menyinggung orang lain/agama lain/suatu kelompok, menjadi suatu rutinitas yg membuat bhikkhu menjadi ketagihan untuk menggunakan BB secara trus menerus sehingga melupakan rutinitas yg seharusnya dilakukan untuk praktek Dhamma dan meditasi ?
jawaban atas pertanyaan diatas pun pasti akan menimbulkan berbagai jawaban subyektif tuk pembenaran pribadi dalam menerima atau menolak penggunaan BB, tapi kelompok yg menerima BB akan semakin kontra karena aktifitas nya dilarang, ada suatu keinginan yg tidak terwujud sehingga ia berusaha tuk memperjuangkannya, semakin terlihat betapa besar nya kekotoran bathin pada saat itu dan emosi bergejolak... apakah semua itu pantas untuk seorang bhikkhu ?
jangan katakan benahi diri sendiri dulu baru ngurus bhikkhu, pernyataan itu terlalu childish bagi aa... lah orang tua ngerokok yg nyata-nyata dilarang dokter karena dapat mengganggu kesehatan, trus dilarang anak nya... tiba-tiba ada orang lain menasehati si anak, eh beresin dulu diri mu baru urus orang tua mu... bagaimana tuh ? bukan kah seharusnya orang tua yg menjadi panutan si anak, klo orang tua berprilaku yg baik dan pantas, apakah hal itu tidak akan menuntun si anak untuk berprilaku seperti orang tua nya ?
bhikkhu adalah panutan umat, sehingga berikan panutan yg baik kepada umat nya... intinya adalah apakah suatu hal itu berhubungan dengan praktek Dhamma dan meditasi, jika tidak, maka analisa dengan bijak, apakah suatu hal itu baik dan pantas dilakukan oleh seorang bhikkhu, mengingat seorang bhikkhu seharusnya udah bisa melepaskan hal-hal keduniawian....
salam aa'tono
24-4-2010