Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Mahayana => Topic started by: sarita on 08 June 2008, 06:27:25 PM

Title: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sarita on 08 June 2008, 06:27:25 PM
apa perbedaan theravada ama mahayana?
bukannya intinya sama aja, ya?
untuk mencapai nibbana?
cuman tata cara ibadahnya aja yg beda?
ato gmn..?
bingung nih....
kalau aku liat c sama-sama aja.. _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Umat Awam on 08 June 2008, 06:39:24 PM
Mahayana = Jalan Besar / Jalan Raya :))
Theravada = Ajaran Para Sesepuh (Thera)

^:)^

Selanjutnya saya serahkan para pakarnya utk menjelaskan

_/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: El Sol on 08 June 2008, 06:47:06 PM
 [at] Sarita

tujuannya emank sama2 Nibbana...

Theravada majority mao mencapai Nibbana sebagai Arahat..

dan

Mahayana majority mao mencapai Nibbana sebagai Sammasambuddha..

nah..

apa beda Arahat dan Sammasambuddha?

pengetahuaan Arahat tentang alam semesta tidak setinggi sammasambuddha..tapi kesucian mereka itu sama...yakni hilangnya Dosa,lobha dan Moha

tapi apa pointnya mencapai tingkat Sammasambuddha(yg sangat2 susah untuk dicapai) kalo sebenarnya Nibbana/kesucian yg kita ingin capai?

so the point is that..

gw gk setuju ama cara2 Mahayana yg meninggikan diri mereka dan menghina Theravada hanya karena mereka INGIN (belum pasti bisa jadi!!) menjadi seorang Sammasambuddha..

cuma beda pengetahuan doank!..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 09 June 2008, 09:51:02 AM
Perbedaan Mahayana dan Theravada itu cuma gerak batin ajah, bila telah menembus dan berhenti, tidak ada lagi jalan anu atau itu.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 11 June 2008, 01:40:51 PM
Perbedaan???
Ibarat sungai yang berasal mata air sama, kemudian berpecah di tengah , dan bertemu kembali di laut...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: El Sol on 11 June 2008, 01:42:12 PM
Perbedaan???
Ibarat sungai yang berasal mata air sama, kemudian berpecah di tengah , dan bertemu kembali di laut...
wah kapan loe jadi pinter? ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 11 June 2008, 01:46:13 PM
 8) 8) 8) Emank aslinya pinter kale.... :)) :))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 03:03:11 PM
Mahayana=Maha(besar)...
Theravada/Hinayana=Hina(kecil)...
Renungkan sendiri apa makna perbedaan diantara keduanya...
Walaupun semuanya bagaikan air sungai yg berbeda yg mengalir ke 1 lautan yang sama....

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 June 2008, 03:12:00 PM
Walaupun ini di forum Mahayana, saya lebih memilih menggunakan istilah :
hina = rendah, hina
culla = kecil

makanya sebaiknya menggunakan istilah lain deh, jangan pakai hina.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 03:13:29 PM
_/\_ apalah arti sebuah istilah setelah menembus nibbana?

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 11 June 2008, 03:17:18 PM
ow...Pantes kaum theravada kaga suka kalo disebut hinayana...Karena artinya rendah yah?? Tapi kalo cullavada rasanya aneh yah?? Hahaha..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 03:23:10 PM
ow...Pantes kaum theravada kaga suka kalo disebut hinayana...Karena artinya rendah yah?? Tapi kalo cullavada rasanya aneh yah?? Hahaha..

Sejak kapan Theravada tidak suka disebut "Hinayana"?Apalah arti sebuah "label" bagi seorg bhikkhu maupun sebuah Sangha?Melainkan saya "bangga" jika disebut "hina"..."hina" bukanlah arti apa2 bagi saya..."Hina" hanyalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan "Dhamma" yg "asli"

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 June 2008, 03:25:50 PM
Yang jelas sekarang istilah ini biasanya digunakan di internal Mahayana saja, jarang digunakan di publik, karena sekarang istilah ini dianggap tidak sopan.

Nah, begitulah kalau seperti Riky.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: El Sol on 11 June 2008, 03:27:03 PM
_/\_ apalah arti sebuah istilah setelah menembus nibbana?

Salam,
Riky
mulai skarang gw panggil loe "Keluarga Hina"

boleh gk?

 [at] edward

makane aye menentang Mahayana cuma gara2 mereka suka menghina Theravada dan aliran2 yg ingin menjadi Arahat...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 11 June 2008, 03:34:46 PM
 [at]  Ricky
Kenyataan yang ada adalah, nibbana "ditembus' hanya sebagian orang yang biasanya diam...Nah kan yang bakal ribut kan orang yang 'vokal'...
Quote
"Hina" hanyalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan "Dhamma" yg "asli"
WAh kalimat ini 'bahaya' nih.... :))

 [at]  El Sol
Salahkan orangnya, jangan salahkan ajarannya...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 03:42:24 PM
_/\_ apalah arti sebuah istilah setelah menembus nibbana?

Salam,
Riky
mulai skarang gw panggil loe "Keluarga Hina"

boleh gk?


Kapanlah ente sadar?Malu saya jadi "adik" ente...
Terserah ente mau panggil saya opo,mau panggil saya kucing,babi,hina...Tidak berpengaruh kok...(Asal jangan coba2 merusak,memutarbalikkan Dhamma..Kalau itu saya bisa mengecam dengan "keras" lo)
Sebenarnya yang anda hina sapa ya?Tidak ada "aku" disana...And saya tidak "merasa" terhina....
^^

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 03:44:57 PM

Quote
Kenyataan yang ada adalah, nibbana "ditembus' hanya sebagian orang yang biasanya diam...Nah kan yang bakal ribut kan orang yang 'vokal'...
Kan sudah bilang SB,"Ada manusia yang debunya dimatanya banyak,...."
Jika org "vokal" ingin "demo" "ribut" itu bukan urusan "kita".....
Anggap aja "mereka" tidak mengerti ajaran SB tentang ANATTA...

Salam,
Riky

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ariesz.pratama on 15 June 2008, 08:19:09 PM
"Hina" hanyalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan "Dhamma" yg "asli"

Mari kita menjadi lebih kritis. Seluruh Dhamma yang kita semua ketahui adalah
pengetahuan "second hand" (baca: tangan kedua) dari mereka-mereka yang
menyusun kitab suci. Lalu bagaimana kita tahu, mana yang asli dan mana yang
"ditambah-tambahkan"?

Intinya: Don't talk too much, PRACTICE!
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 15 June 2008, 09:13:57 PM
[at]atas...
Hebat ya...

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 15 June 2008, 09:15:02 PM
Praktekin aja aliran sesat tanpa tahu itu agama Buddha atau bukan....
Lihat lu bisa gila/jd suci...=))=))=))=))=))

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 17 June 2008, 07:44:36 PM
OOT neh...

 :outoftopic:
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 17 June 2008, 07:45:16 PM
lam kenalz bwt bang aris... wkwkkw...
:D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Suchamda on 17 June 2008, 08:31:10 PM
Saya tidak tahu dan merasa belum menjadi arahat apalagi sammasambuddha, dan juga tidak tahu bagaimana rasanya sbg Bodhisattva (per definisi Mahayana)

Tapi berdasarkan pengalaman sampai saat ini menjalani jalur praktek dari kedua tradisi itu, IMHO, ternyata realisasi yang ditempuh melalui jalur Theravada adalah tidak sama dengan realisasi yg ditempuh melalui jalur Mahayana (tepatnya Vajrayana). Hehehehe........ ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 19 June 2008, 01:15:58 AM
oh ya beda.. tapi pada dasarnya (di Vajrayana) kita mulai belajar dari Theravada, Mahayana, baru masuk Vajrayana. Jujur aja, aku suka buku Ajahn Chah. Lalu Buku Liberation in Our Hands. Untuk buku Tantra, aku blm berani sentuh.. atut..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: El Sol on 19 June 2008, 01:54:28 AM
liberation in our hand = lamrim khan?

bukankah itu buku Tantra?

eniwei, ada 1 hal yg gw rasa aneh banget dan gk masuk akal dari Vajra..

pernah denger mitos manusia pertama versi Vajra?

dimana monyet kawin dengan..apa gitu lupa..

sangat tidak logika dan gk sesuai dengan science..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 19 June 2008, 01:59:04 AM
kan udh sempet dibahas sol, kalo itu legenda, jadi fakta n mitos bercampur...Ada unsur2 yang sesuai dengan ilmu pengetahuan, tapi masih digabung dengan cerita2 mistis-nya...

yup, gw sering denger kalo dasar-nya semua di theravada, baru k mahayana..Katanya kalo langsung ke mahayana bisa menimbulkan persepsi salah...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: El Sol on 19 June 2008, 02:14:22 AM
 [at] atas

dari yg gw pelajari di Vajra..(baru dipermukaan ajah/beginner)

persepsi mereka tentang Theravada itu beda..dengan yg gw dipelajari di Theravada..

so, kalo dibilank Vajrayana itu mempelajari Hinayana<--mungkin iyah.. tapi kalo Vajra mempelajari Theravada<--I dun think so..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 19 June 2008, 02:53:20 AM
Lamrim sama dengan ajaran mahayana, cm versi tibet. kalo tantra namanya ngag-rim..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Riky_dave on 20 June 2008, 01:19:32 PM
[at] atas

dari yg gw pelajari di Vajra..(baru dipermukaan ajah/beginner)

persepsi mereka tentang Theravada itu beda..dengan yg gw dipelajari di Theravada..

so, kalo dibilank Vajrayana itu mempelajari Hinayana<--mungkin iyah.. tapi kalo Vajra mempelajari Theravada<--I dun think so..

Sol,beda Hinayana sama Theravada apa?

Salam,
Riky
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: khang ta on 26 June 2008, 05:53:41 PM
 ;Dga ada perbedaan.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 26 June 2008, 07:54:49 PM
hinayana = theravada.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 June 2008, 09:58:07 AM
Ugh...
Theravada adalah jalan lengkap, ada Sammasambuddha, Pacekka Buddha, Savaka Buddha.
Hal ini sudah berulang kali muncul.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 27 June 2008, 09:59:52 AM
Ugh...
Theravada adalah jalan lengkap, ada Sammasambuddha, Pacekka Buddha, Savaka Buddha.
Hal ini sudah berulang kali muncul.
gpp lah namanya kan jg belajar.. ^^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 June 2008, 10:03:27 AM
:jempol:

Biasanya sih istilah hinayana dipergunakan internal aja, kalau di tempat umum itu dianggap merendahkan.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 27 June 2008, 10:05:45 AM
Theravada = salah satu bagian dari Hinayana , segala kelompok di luar Mahayana ya dianggap Hinayana. monggo.....cuman keegoisan seseorang aja
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 27 June 2008, 10:17:47 AM
Theravada = salah satu bagian dari Hinayana
kalo gitu selain theravada, apa lg yg ada dlm bagian hinayana??
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 27 June 2008, 10:31:18 AM
In the Mahayana tradition (in certain sutras) the label Hinayana is used by the Buddha himself (e.g. in the Lotus Sutra). The label of Hinayana also does accurately label a polemical category that existed in the minds of Mahāyāna Buddhists. Some of the alternatives which were coined in order to find a less denigratory label have difficulties. Among the terms that have been used as substitutes for "Hīnayāna" are the following:

Early Buddhism - refers to the variations within Buddhism (both Pre-sectarian Buddhism as the Early Buddhist schools) that were current before the Mahayana movement emerged.

Early Buddhist schools – This term properly covers all the schools that existed before the emergence of the Mahāyāna. The arising of the Mahayana school of Buddhism (1st / 2nd century CE) went together with the adoption of new (previously not-existing[7]) sutras, and introduced new (or emphasized old but not very central) philosophies such as the Bodhisattva and having the intention of liberating all sentient beings. Since this constituted a serious break with the previous traditions and customs that the earlier schools had in common, the Mahayana is seen as a 'reformist' or revolutionary movement, and not included in any lists of the early schools. Thus, there is a large correlation between the earlier schools and the label 'Hinayana'. Also the Mahayana itself never groups itself with the previously existing schools. Some of the later 'early schools' might have arisen (meaning: split off) from another, older, early school, and might have come into existence at about the same time as the Mahayana. However, these schools kept to the larger framework and attitude of the earlier schools.

Eighteen Schools (or Twenty Schools) – This term is historically oriented, based on the lists of the various Early Buddhist schools. However, the list itself is numerically inexact since the exact number and the names of the schools differ between the various lists. These were the schools that the emerging Mahayana-movement was familiar with because they were existing at that time. Subsequently, these eighteen schools split up further into a larger number, and the Hinayana label could have also been applied to those later split-offs. Also, the Mahayana writer Bhavya (Bhavaviveka) says in the Tarkajvala that Mahayana is oncluded in the eighteen schools.

Southern Buddhism – This frequently used geographical designation is appropriately applied to the Theravāda, whose centers in Sri Lanka and Southeast Asia are located south of the centers of Mahayana (China, Tibet, Japan). In its early period, however, there was significant overlap between the geographical regions of Mahayana and the early schools.

Pāli Buddhism – This term only applies to the Theravāda, whose scriptures (the Pāli canon) are in the Pāli language. The other "Hīnayāna" schools wrote either in Sanskrit, in other Prakrits (notably Gāndhārī) or in Buddhist Hybrid Sanskrit, a mixed language with both Sanskrit and Prakrit elements.
Śrāvakayāna Buddhism – This term, referring to the "śrāvakas" meaning disciples, followers or hearers. They who followed the Buddha and sought solely to eliminate suffering, thus culminating in Arhatship. This term originates (like the term Hinayana) from within Mahāyāna Buddhism, and thus faces some of the same objections as "Hīnayāna", though it is less obviously derogatory. Savakayana is a bit different in that it does not refer to any actual school but purely to a tendency or intention to be found in the individual; one might be a member of a Mahāyāna school, but be personally following a Śrāvakayāna path. Furthermore, it contrasts with "Bodhisattvayāna".

Nikāya Buddhism – This recently invented term was intended to cover the same ground as Hīnayāna, referring to the nikāyas or "schools" into which Buddhism was split by the beginning of the Common Era. It may be interpreted as "Buddhism as taught in the Nikāyas", the five primary divisions of the Tipiṭaka. However, this term is only used among the Theravāda; other schools used the term Āgamas.
Theravāda – This term properly refers to only one school among many non-Mahāyāna schools that once existed, many of which espoused philosophical notions contrary to those of the Theravādins. It would be altogether inaccurate to refer to such Buddhists as the Sarvāstivādins as Theravādins. Some scholars, such as Dr. Walpola Rahula, have pointed out that there was small contact between early Mahāyānists and Theravādins, and have suggested that the term "Hīnayāna" was never intended to include the Theravāda. Judging by the content of Mahāyāna polemic, it seems certain that other sects of northern India were the primary targets of the "Hīnayāna" critique.

Conservative Buddhism
Mainstream Buddhism: this term might be considered derogatory by Mahayanists, as it seems to suggest they are fringe (when in fact they are the majority)

Sectarian Buddhism

Non-Mahayana Buddhism

Abhidharma Buddhism
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kiman on 27 June 2008, 10:04:01 PM
wew ternyata banyak jg..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: jin on 25 November 2008, 09:28:41 AM
Dalam masyarakat Buddhis berkembang Agama Buddha dengan dua tradisi besar yaitu tradisi India yang dikenal dengan istilah Theravada, dan tradisi Tiongkok yang dikenal dengan istilah Mahayana. Tantrayana atau Vajrayana atau Agama Buddha dengan tradisi Tibet lebih sering digolongkan sebagai bagian dari Agama Buddha tradisi Tiongkok.

Perbedaan Agama Buddha tradisi India dengan tradisi Tiongkok secara sederhana dapat dilihat dari saat Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Saat Pangeran Siddhattha mencapai Penerangan Sempurna di Bodhgaya menjadi Buddha Gotama dapat dianggap sebagai titik nol untuk mempelajari kedua tradisi besar dalam Agama Buddha.
Theravada lebih banyak memberikan keterangan dan penjelasan yang berhubungan dengan berbagai kejadian setelah Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Karena itu, berbagai kotbah Sang Buddha banyak dikutip dalam penjelasan secara Theravada.
Mahayana lebih banyak memberikan keterangan dan penjelasan yang berhubungan dengan berbagai kejadian sebelum Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Karena itu, berbagai penjelasan Dhamma dalam Mahayana banyak membabarkan tentang bodhisatta atau calon Buddha.

Adanya perbedaan itu pula yang menyebabkan beberapa bagian kitab suci yang dipergunakan di kedua aliran tidaklah sama. Dharani dan sutra yang ditanyakan di atas tidak terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka yang dipergunakan Agama Buddha tradisi India atau Theravada.
Meskipun ada sedikit perbedaan di antara kedua aliran besar ini, hendaknya para umat Buddha tidak mempertajam perbedaan tersebut. Umat Buddha hendaknya lebih banyak membicarakan berbagai persamaan yang ada di kedua tradisi.
Dalam bahasa sederhana, berbagai hal yang sama dalam kedua tradisi hendaknya tidak dibeda-bedakan. Sebaliknya, hal yang berbeda dalam kedua tradisi hendaknya tidak dipersamakan. Setiap umat Buddha dapat memilih dan menjalani Agama Buddha dengan tradisi yang sesuai kecocokan masing-masing tanpa harus saling menjelekkan tradisi lain.

Sumber http://www.samaggi-phala.or.id/ftj_win.php?id=3175 (http://www.samaggi-phala.or.id/ftj_win.php?id=3175)

Semoga membantu..
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: vathena on 01 December 2008, 05:45:50 PM
monggo,mau tanya dung,panggilan biksu itu dalam mahayana atao theravada?
dan mahayana atau theravada yang di bentuk bikkhu subaddha?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 01 December 2008, 05:53:28 PM
Bhiksu -> bisa Mahayana, bisa Theravada

Yang dibentuk Bhikkhu Subaddha adalah Mahasanghika. Ada aliran yang bilang Bhikkhu Subaddaha adalah manifestasi Bodhisattva.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: waliagung on 16 December 2008, 12:12:08 PM
menurut sy orang2 umat buddha dari yg awam sampai yg sudah menjadi banthe...........
yg masih memikirkan perbedaan adalah orang yg kg ada kerjaan...........

buang2 waktu..........................
buang2 energi........................
buang2 segala yg menjadi tujuan sidharta buddha sewaktu beliau membabarkan dharma........................

SUNGGUH KASIHAN MANUSIA ITU........................................
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 16 December 2008, 01:27:43 PM
ya betul memang memikirkan dualitas tidak akan berakhir namun setidaknya setiap diskusi disikapi dengan bijaksana maka keharmonisan akan mengalir kembali...:)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: tula on 16 December 2008, 02:58:38 PM
WUIW .. ga perna liat2 thread mahayana, sekali liat kok ada yg menarik banget :)

Dalam masyarakat Buddhis berkembang Agama Buddha dengan dua tradisi besar yaitu tradisi India yang dikenal dengan istilah Theravada, dan tradisi Tiongkok yang dikenal dengan istilah Mahayana. Tantrayana atau Vajrayana atau Agama Buddha dengan tradisi Tibet lebih sering digolongkan sebagai bagian dari Agama Buddha tradisi Tiongkok.

Perbedaan Agama Buddha tradisi India dengan tradisi Tiongkok secara sederhana dapat dilihat dari saat Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Saat Pangeran Siddhattha mencapai Penerangan Sempurna di Bodhgaya menjadi Buddha Gotama dapat dianggap sebagai titik nol untuk mempelajari kedua tradisi besar dalam Agama Buddha.
Theravada lebih banyak memberikan keterangan dan penjelasan yang berhubungan dengan berbagai kejadian setelah Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Karena itu, berbagai kotbah Sang Buddha banyak dikutip dalam penjelasan secara Theravada.
Mahayana lebih banyak memberikan keterangan dan penjelasan yang berhubungan dengan berbagai kejadian sebelum Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Karena itu, berbagai penjelasan Dhamma dalam Mahayana banyak membabarkan tentang bodhisatta atau calon Buddha.

Adanya perbedaan itu pula yang menyebabkan beberapa bagian kitab suci yang dipergunakan di kedua aliran tidaklah sama. Dharani dan sutra yang ditanyakan di atas tidak terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka yang dipergunakan Agama Buddha tradisi India atau Theravada.
Meskipun ada sedikit perbedaan di antara kedua aliran besar ini, hendaknya para umat Buddha tidak mempertajam perbedaan tersebut. Umat Buddha hendaknya lebih banyak membicarakan berbagai persamaan yang ada di kedua tradisi.
Dalam bahasa sederhana, berbagai hal yang sama dalam kedua tradisi hendaknya tidak dibeda-bedakan. Sebaliknya, hal yang berbeda dalam kedua tradisi hendaknya tidak dipersamakan. Setiap umat Buddha dapat memilih dan menjalani Agama Buddha dengan tradisi yang sesuai kecocokan masing-masing tanpa harus saling menjelekkan tradisi lain.

Sumber http://www.samaggi-phala.or.id/ftj_win.php?id=3175 (http://www.samaggi-phala.or.id/ftj_win.php?id=3175)

Semoga membantu..
 _/\_

setau tula, ada inget sesuatu yg isinya kira2, Sammasambuddha baru terlahir ke dunia kalao ajaran dharma dari Sammasambuddha yg sebelumnya punah lebih dahulu ?



sebenarnya kalo liat dari Prajna Paramita Hrdaya Sutra

Prajna Paramita Hrdaya Sutra: ShowHide

PRAJNA PARAMITA HRDAYA SUTRA



Prajna Paramita Hrdaya Sutra merupakan salah satu Sutra yang terkenal dalam umat Buddha Mahayana. Terjemahan Sutra ini dalam bahasa Indonesia dikenal nama Sutra Hati atau Shin Cing (Mandarin). Untuk memahami Sutra ini, sebaiknya di baca dengan hikmat agar dapat lebih dipahami.

Yang Maha Suci Sang Avalokitasvara sedang membina Samadhi Kebijaksanaan Sejati untuk mencapai pantai seberang (nirvana). Dalam pengamatan bathinNya, Beliau melihat dengan jelas, bahwa lima kelompok kegemaran (Panca-Skhanda) itu sebenarnya adalah kosong (Sunyata). Dengan pencapaian meditasiNya ini, maka Sang Avalokitesvara telah terbebas dari segala sumber sengsara dan derita.



O, Sariputra, wujud (rupa) tidak bedanya dengan kosong (sunyata), dan kosong (sunyata) juga tidak berbeda dengan wujud (rupa). Maka wujud pada hakekatnya adalah kosong dan kosong adalah wujud. Demikian pula halnya dengan perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran.



Sariputra, kekosongan dari semua benda tidak terlahirkan, tidak termusnahkan, tidak ternoda, tidak bersih, tidak bertambah, ataupun tidak berkurang.



Oleh sebab itu,dengan kekosongan maka tiada berwujud,tiada perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran; tiada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran; tiada wujud, suara, bau, rasa, sentuhan dan gambaran pikiran ; tiada alam penglihatan sampailah tiada alam kekuatan pikiran dan kesadaran (delapan belas alam pengenal)



Tiada 'timbul awal kebodohan' (avijja) maupun tiada 'timbul akhir kebodohan'; hingga usia dan kematian, tiada 'timbul akhir usia tua dan kematian'. Tiada 'timbul derita (Dukha)', lautan derita (samudaya), pelenyapan derita(Nirodha), dan jalan kebenaran (Marga) ; tiada 'timbul kebijaksanaan', maupun tiada 'timbul yang dicapai'.



Karena tiada yang dicapai, maka Bodhisattva mengandalkan Kebijaksanaan Sejati untuk mencapai pantai seberang; oleh sebab itu hati nuraninya telah terbebaskan dari segala kemelekatan dan halangan.



Karena tidak ada lagi kemelekatan dan halangan, maka tidak ada rasa takut dan khawatir, dan dapat terbebas dari ilusi dan keterperdayaan, dengan demikian dapat mencapai Kesempurnaan Sejati.



Para Budha di masa lampau, sekarang, dan yang akan datang membina pada Kebijaksanaan Sejati untuk mencapai Kesadaran Sejati Tertinggi.



Maka kita mengetahui bahwa Maha Prajna Paramita adalah Mantra suci Agung, Mantra unggul dan Mantra yang tiada taranya; Yang benar dan tepat untuk menghapuskan semua derita.



Karena beliau mengucapkan Mantra Prajna Paramita yang berbunyi :

"Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhisvaha"

( Prajna Paramita Hrdaya Sutra )


kalo kita hayati, kita renungin yg avalokitesvara bilang kan uda sama banget ama ajaran theravada ? tp kenapa di praktek di lapangan kok jadi buanyak yg lain (or lain sama sekali?)
di akir sutra mala di kasi tau ... "Maka kita mengetahui bahwa Maha Prajna Paramita adalah Mantra suci Agung, Mantra unggul dan Mantra yang tiada taranya; Yang benar dan tepat untuk menghapuskan semua derita." Annuttara mantra

so .... to :hammer:
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 16 December 2008, 03:02:30 PM
KAga ngarti maksud-nya?
Mksdnya mengapa thera sama maha berbeda gtu?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Reenzia on 16 December 2008, 03:13:26 PM
yg membuat suatu hal berbeda, baik atau buruk, benar atau salah adalah pandangan dualisme
ada tolak ukurnya, ada standarnya...........
yg tentu saja tolak ukur/standar tersebut juga diciptakan, disepakati, dipahami oleh manusia berdasarkan pengalaman,
kesepakatan, kebiasaan, mayoritas......yg tak bisa dijadikan tolak ukur kebenaran mutlak...
oleh karena itu lah, maka disebut persepsi, pandangan, pendapat....

untuk memahami dhamma/kebenaran/kemutlakan, salah satu hal yg penting diperhatikan adalah melepaskan dualisme
dengan begitu kita bisa melihat kebenaran tersebut seperti apa adanya, tanpa persepsi, tanpa pandangan
hanya suatu realitas dan kebenaran.............
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: tula on 16 December 2008, 03:38:35 PM
yg mana edward ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 16 December 2008, 04:00:56 PM
hehehe...justru gw yg bingung bro...
mksdny tulisan bro apa?
apakah bertanya mengapa thera dan maha berbeda, atau menurut bro prajna paramitha itu sama seperti thera?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: tula on 16 December 2008, 05:49:40 PM
iya menurut saya .. apa yg di utarain di prajna itu uda sama dengan yg ada di theravada ... dan lebih manthep nya .. di prajna jg di kasi tau itu adalah annuttara mantra ...
bahkan orang2 mahayana sering mengutip penggalan terakirnya kan ? gate gate para gate parasam gate ...

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 16 December 2008, 06:00:08 PM
yah..menurut gw pribadi sih, makna nibbana dalam thera dan maha memank sama...
tetapi, dalam tataran awam dan penyampaiannya memank berbeda...
Apalagi klo masuk dalam bagian klasifikasi2...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: tula on 16 December 2008, 07:26:46 PM
bisa tulung dijelaskan mas edward ? soalnya kalo dari 1 sutra itu kok penyampaiannya jg sudah mirip sekali .... kalo xin cing, alias prajna pramita hrydaya sutram yg super tekenal itu (baik di mahayana n di konghucu) bahkan sampe di tuliskan dan di dengung2kan sebagai annuttara mantra kenapa mala ga di perhatikan di coba dll ?

(kalo mau coba cek, di buku2 sutra or mantra baik mahayana ataupun konghucu biasa sutram ini selalu ada)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Edward on 17 December 2008, 03:18:17 AM
IMO,Sutra xin cing memank salah satu sutra yang paling terkenal dalam tradisi mahayana...Tetapi, seperti yg kita ketahui, mahayana pun terbagi dalam berbagai sub aliran tersendiri..Dan setiap sub aliran, memiliki "pegangan" sutra masing2...Bukan bearti setiap sub aliran tersebut menafikan makna xin cing..Mereka memiliki jalan masing2 yg dipercaya dapat menghantarkan ke nibbana.
Saya sendiri, setelah berkali2 membaca xin cing, belum sepenuh-nya memahami makna terdalamnya..
Dan untuk memahaminya, tidak hanya dengan melakukan kontemplasi terhadap sutra tersebut, tetapi dengan mengembangkan sila, samadhi, panna..Dan dengan berbagai jalan yg ada, kondisi yg digambarkan dalam sutra xin cing tersebutlah yg ingin dicapai...Tetapi, dalam sutra tersebut pun sudah tertulis dengan jelas, jika masih ada keinginan untuk "mencapai", maka tidak akan mencapai pantai seberang...
Karena itulah xin cing dikatakan sutra tertinggi, karena sesuai yg saya dengar, merupakan sutra yg sangat jelas mendeskripsikan kondisi "nibbana"

Begitulah opini saya yg masih dangkal ini, mungkin teman2 yg lebih berkompeten bisa lebih menjelaskan...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: tula on 17 December 2008, 10:43:45 AM
bukannya disutra itu di kasi tau ... apa yg harus di lakukan utk mencapai kondisi nibbana itu .. bahkan oleh semua buddha melalui jalan yg sama, seharusnya begitu melakukan apa yg di beritahukan itu, keinginan mencapai nibbana itu sudah berbeda dengan "keinginan", karena sadar bahwa "wujud (rupa) tidak bedanya dengan kosong (sunyata), dan kosong (sunyata) juga tidak berbeda dengan wujud (rupa). Maka wujud pada hakekatnya adalah kosong dan kosong adalah wujud. Demikian pula halnya dengan perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran.", kalo praktek yg diajarkan itu uda di lakukan, maka pencapaian nibbana sudah bukan sebagai keinginan, tp karena kesadaran (mendalam) akan shunyata pada kesuluruhan fenomena diri.

eh .. maap kpd yg lain2 uda terlalu oot ya .. mohon maap, uda saya ga lanjutin pembahasan ini lagi karena sala tempat saya ... awalnya pingin rembug duang tp akhirnya mala jadi ngabis2 in tempat yg lain2 utk bersuara.

maap lagi .. saya ngetik2 seolah2 saya uda bisa memahami secara mendalam, pdhl gada secuil nya.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 17 December 2008, 11:04:11 AM
IMO,Sutra xin cing memank salah satu sutra yang paling terkenal dalam tradisi mahayana...Tetapi, seperti yg kita ketahui, mahayana pun terbagi dalam berbagai sub aliran tersendiri..Dan setiap sub aliran, memiliki "pegangan" sutra masing2...Bukan bearti setiap sub aliran tersebut menafikan makna xin cing..Mereka memiliki jalan masing2 yg dipercaya dapat menghantarkan ke nibbana.
Saya sendiri, setelah berkali2 membaca xin cing, belum sepenuh-nya memahami makna terdalamnya..
Dan untuk memahaminya, tidak hanya dengan melakukan kontemplasi terhadap sutra tersebut, tetapi dengan mengembangkan sila, samadhi, panna..Dan dengan berbagai jalan yg ada, kondisi yg digambarkan dalam sutra xin cing tersebutlah yg ingin dicapai...Tetapi, dalam sutra tersebut pun sudah tertulis dengan jelas, jika masih ada keinginan untuk "mencapai", maka tidak akan mencapai pantai seberang...
Karena itulah xin cing dikatakan sutra tertinggi, karena sesuai yg saya dengar, merupakan sutra yg sangat jelas mendeskripsikan kondisi "nibbana"

Begitulah opini saya yg masih dangkal ini, mungkin teman2 yg lebih berkompeten bisa lebih menjelaskan...

jika anda ingin lebih mengerti soal Xin Cing,anda juga mesti melihat pemahaman dan filosofi India kuno mengenai landasan indriya,landasan pikiran,bentuk2 fenomena pikiran,ucapan dan tubuh. Hal ini tentunya kurang dipahami oleh filosofi Tiongkok yang menyebabkan loss comunication dalam beberapa Sutra terjemahan.
Filosofi India kuno mengganggap pintu pintu pencerapan dimulai dari Indria dari Pancha Indriya dan Keenam adalah Vijnana, Ilusi2 diciptakan oleh indriya yang merupakan produk pikiran.
contoh,ketika tetangga bergosip,pikiran akan menarik indriya telinga dan mata untuk melihat,ketika ada film hebat,pikiran akan mengambil indriya mata untuk melihat lagi,ketika ada bau sedap,pikiran akan bersama indriya penciuman untuk mencium bau dsb.

Maka Sang Buddha mengatakan bahwa ilusi pikiran,semua adalah kekosongan karena pikiran menggunakan indriya untuk selalu menciptakan apa yang tidak disukai dan apa yang disukai.ini menjadi dualitas dunia. Apa yang dimaksud dalam shunyata sendiri adalah ketika persepsi2 ini tidak lagi muncul,batin dalam keadaan seimbang layaknya monyet(pikiran) yang dijinakkan,maka disitulah semua hal menjadi tampak jelas. Ilusi dunia,dan segala macamnya.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 17 December 2008, 11:08:52 AM
Demikian pula halnya dengan perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran.", kalo praktek yg diajarkan itu uda di lakukan, maka pencapaian nibbana sudah bukan sebagai keinginan, tp karena kesadaran (mendalam) akan shunyata pada kesuluruhan fenomena diri.


kita kembali lagi ke masa Pangeran Siddharta mengambil jalan penyiksaan diri. Di dalam hal itu , pikirannya tidak mengerti akan Nibbana bahkan menyebut Nibbana juga tidak tahu,hanya setelah ia mencapai Pencerahan maka Ia mengetahui Nibbana itu sendiri, dan akhirnya Ia mengajarkan orang jalan menuju Nibbana.

Satu hal yan gmesti diperhatikan adlah kecenderungan manusia untuk selalu menitik beratkan pada HASIL bukan PROSES sedangkan Siddhatta sendiri menekankan pada PROSES maka dicapai HASIL. oleh karena titik beratnya pada HASIL yang merupakan spekulasi masa depan maka manusia melupakan PROSES dan tidak menghasilkan APA-APA melainkan persepsi pikiran dan omong kosong.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: tula on 17 December 2008, 04:04:58 PM
Demikian pula halnya dengan perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran.", kalo praktek yg diajarkan itu uda di lakukan, maka pencapaian nibbana sudah bukan sebagai keinginan, tp karena kesadaran (mendalam) akan shunyata pada kesuluruhan fenomena diri.


kita kembali lagi ke masa Pangeran Siddharta mengambil jalan penyiksaan diri. Di dalam hal itu , pikirannya tidak mengerti akan Nibbana bahkan menyebut Nibbana juga tidak tahu,hanya setelah ia mencapai Pencerahan maka Ia mengetahui Nibbana itu sendiri, dan akhirnya Ia mengajarkan orang jalan menuju Nibbana.

Satu hal yan gmesti diperhatikan adlah kecenderungan manusia untuk selalu menitik beratkan pada HASIL bukan PROSES sedangkan Siddhatta sendiri menekankan pada PROSES maka dicapai HASIL. oleh karena titik beratnya pada HASIL yang merupakan spekulasi masa depan maka manusia melupakan PROSES dan tidak menghasilkan APA-APA melainkan persepsi pikiran dan omong kosong.


 :-?, hmmmm, bukannya saya ketik jg begono ya ?  :-?, jalanin ajaran nya itu tar akan bukan pencapaian nibanna yg ditekan, tp lebih pada kesadaran bahwa semua fenomena adalah shunyata yg dengan sendiri nya ntar akan membawa pada pencapaian nibanna .. kok jadi bingun aku ketik nya  ;D

(yg ditekan pada bold itu)

eits mala bahas2 lagi ...  :P ampyun  ^:)^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 17 December 2008, 04:09:58 PM
ya gono(jw : sapi) deh...kan cuman nambahken..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: BlackDragon on 14 January 2009, 06:04:36 PM
Ada yg bisa mereferensikan Vihara aliran Mahayana yg benar2 murni?
krn di kebanyakan Vihara Mahayana (yg sedari kecil saya anut dr ortu) kebanyakan hanya menekankan pada ritual semata.
Sampai saya akhirnya malah menemukan kecocokan di aliran Theravada yg menitik beratkan kpd praktek Meditasi yg mampu mengikis diri dari kemelekatan / Lobha, Dosa dan Moha.
Mgkn memang saya yg belum berjodoh menemukan atau mengerti ajaran dr Mahayana secara mendalam, makanya saya ingin minta referensi dari senior2 Aliran Mahayana.
Agar saya dapat lebih mengerti apa perbedaan dan Khususnya persamaan nya, sehingga bisa lebih tepat dalam menjalankan praktek Dharma.
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 06:23:30 PM
di Jakarta sangat susah menemukan yang bisa mengajarkan Dharma Mahayana secara baik, ada rekomendasi ke Yayasan Amitabha saja.menurut gw masih top.sisanya ga rekomendasi.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: BlackDragon on 14 January 2009, 10:25:35 PM
di Jakarta sangat susah menemukan yang bisa mengajarkan Dharma Mahayana secara baik, ada rekomendasi ke Yayasan Amitabha saja.menurut gw masih top.sisanya ga rekomendasi.

Dimana alamatnya yah Bro?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 15 January 2009, 12:38:52 PM
di Jakarta sangat susah menemukan yang bisa mengajarkan Dharma Mahayana secara baik, ada rekomendasi ke Yayasan Amitabha saja.menurut gw masih top.sisanya ga rekomendasi.

Dimana alamatnya yah Bro?



Yayasan Buddha Amitabha Indonesia Pro Mandiri Bld Lt. 4-Komplek Sentra Latumeten Jl. Prof. Dr. Latumeten, No.50 Jarkarta 11460.

Pengajaran dharma di alamat ini lebih menekankan aspek Pureland.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 12:52:38 PM
tapi setidaknya yang masih bisa mengajarkan ajaran Mahayana dengan baik ya disitu, menurut pengalaman gw karena ada beberapa v.mahayana malah ngasih2 hu,suruh pai pai jadinya kayak klenteng. mungkin bro chingik ada referensi yang baik juga untuk mereka mendalami mahayana.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 15 January 2009, 02:48:38 PM
tapi setidaknya yang masih bisa mengajarkan ajaran Mahayana dengan baik ya disitu, menurut pengalaman gw karena ada beberapa v.mahayana malah ngasih2 hu,suruh pai pai jadinya kayak klenteng. mungkin bro chingik ada referensi yang baik juga untuk mereka mendalami mahayana.

Iya, pendirinya Master Chingkung memang memiliki reputasi yg baik dalam pengetahuan Mahayana. Saya memiliki banyak koleksi buku ceramahnya. Ulasannya memang cukup piawai. Memang Layak belajar dari lembaga ini.
Mengenai lokasi lain, saya juga belum begitu tahu. Tapi Tzu Chi bukannya sudah menjadi satu contoh konkrit sebuah terapan nyata jalan mahayana? :) walaupun tidak ada label 'vihara' lho ya. Oya menyebutnya jalan mahayana kayaknya terlalu sempit ya ,mending bilang aja Buddhisme.  ;D
msh ga cukup? ya bilang aja universal..;)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: naviscope on 15 January 2009, 02:51:07 PM
^
^
^
se7

tzu chi, banyak bermunculan calon bodhisattva....
ini membuktikan indahnya mahayana
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: BlackDragon on 15 January 2009, 04:24:50 PM
di Jakarta sangat susah menemukan yang bisa mengajarkan Dharma Mahayana secara baik, ada rekomendasi ke Yayasan Amitabha saja.menurut gw masih top.sisanya ga rekomendasi.


Dimana alamatnya yah Bro?



Yayasan Buddha Amitabha Indonesia Pro Mandiri Bld Lt. 4-Komplek Sentra Latumeten Jl. Prof. Dr. Latumeten, No.50 Jarkarta 11460.

Pengajaran dharma di alamat ini lebih menekankan aspek Pureland.


Thx Bro Chingik, mdh2an saya berjodoh.
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 15 January 2009, 05:04:26 PM
di Jakarta sangat susah menemukan yang bisa mengajarkan Dharma Mahayana secara baik, ada rekomendasi ke Yayasan Amitabha saja.menurut gw masih top.sisanya ga rekomendasi.


Dimana alamatnya yah Bro?



Yayasan Buddha Amitabha Indonesia Pro Mandiri Bld Lt. 4-Komplek Sentra Latumeten Jl. Prof. Dr. Latumeten, No.50 Jarkarta 11460.

Pengajaran dharma di alamat ini lebih menekankan aspek Pureland.


Thx Bro Chingik, mdh2an saya berjodoh.
 _/\_
Thx Bro Nyana.  _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 20 January 2009, 09:14:26 AM
Kita tidak mungkin membandingkan gagasan-gagasan dari dua perspektif yang berbeda. Theravada merupakan satu tradisi, sementara Mahayana bukanlah tradisi melainkan ajaran. Bagaimana mungkin kita membandingkan tradisi dan ajaran? Ini seperti membandingkan pohon beringin dengan buah pisang.
Perdebatan mengenai perbandingan seperti ini biasa terjadi karena semua pihak memiliki pengertian masing-masing tanpa saling menjelaskan terlebih dahulu kepada pihak yang lain apa yang mereka maksud. Makin kusut ketika semua pihak kemudian menerima informasi pihak lain sesuai pengertiannya sendiri, tidak menanyakan kepada yang mengeluarkan pernyataan.

Selanjutnya, dalam satu tradisi dikenal beberapa ajaran karena kebutuhan yang berbeda bagi umatnya.
Lebih tepat membandingkan tradisi dengan tradisi, atau ajaran dengan ajaran dalam satu tradisi. Beberapa tradisi yang meyakini ajaran Mahayana: Pure Land, Chan/Zen, dsb.

Masih banyak lagi tradisi di Tibet, di India, yang pernah tumbuh juga di Indonesia sejak jaman Sriwijaya (bahkan lebih lama lagi), di antaranya: Buddha Vairochana, Caturbhuja Avalokiteshvara, Ganaphati, Jambhala, Achala, Bhumisambhara, dll; bahkan ada yang menyebut Tantra Laut-Selatan (perlu dicek, karena saya tidak tahu ini hanya mitos atau ada yang sebenarnya). Tidak terhitung jumlahnya jika dihitung berapa ajaran yang dikenal oleh seluruh tradisi di dunia.

Maka contoh pertanyaan yang tepat mengenai tradisi adalah:
* Apa perbedaan antara Theravada dan Pure Land?
* Apa perbedaan antara Pure Land dan Chan/Zen?
* Apa perbedaan antara Zen dan Theravada?

Dan contoh pertanyaan yang tepat mengenai ajaran adalah:
* Apa perbedaan Hinayana dan Mahayana? (tetapi pertanyaan ini harus ditujukan pada mereka yang meyakini ajaran Mahayana, karena Hinayana hanya dikenal oleh mereka)
Note: Jadi sebenarnya kalau dilihat pertanyaan awalnya, sudah benar: apa perbedaan Mahayana dan Hinayana, dan ditanyakan di Forum Mahayana; sementara jawabannya sudah bagus-bagus untuk yang tidak membandingkannya dengan tradisi lain. Yang berantakan adalah diskusi lainnya yang melibatkan Theravada.  :)

Sekalian saran, kepada admin forum: mungkin ada baiknya Forum Mahayana dihapus, mengeluarkan Child Boards Forum Mahayana sekarang ke luar langsung menjadi Forum Pure Land, Forum Chan/Zen, Forum Tibetan, Forum Tradisi Lain, berdampingan dengan Forum Theravada.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 01:01:26 AM
[at] atas...

baru kali ini saya dengar ada pendapat yang mengatakan bahwa theravada itu TRADISI  dan Mahayana itu AJARAN...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 21 January 2009, 07:53:21 AM
Kepada saudara dilbert, sungguh menarik..

Saya ingin belajar mengenai apa yang anda dengar sebelumnya, bolehkah diceritakan?

Sebelumnya untuk menghindari salah paham, ijinkan saya mencoba menjelaskan istilah yang saya pakai: 'tradisi' saya pakai menggantikan 'sekte' (sect), sementara 'ajaran' dari 'teaching'; karena demikianlah yang saya ketahui dari berbagai sumber mengenai Theravada dan Mahayana.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 08:42:15 AM
Kepada saudara dilbert, sungguh menarik..

Saya ingin belajar mengenai apa yang anda dengar sebelumnya, bolehkah diceritakan?

Sebelumnya untuk menghindari salah paham, ijinkan saya mencoba menjelaskan istilah yang saya pakai: 'tradisi' saya pakai menggantikan 'sekte' (sect), sementara 'ajaran' dari 'teaching'; karena demikianlah yang saya ketahui dari berbagai sumber mengenai Theravada dan Mahayana.

Salam,

Kalau Pureland/Sukhavati, kemudian Chan/Zen itu sekte dari Mahayana...
Apakah Theravada itu tradisi/sekte dari Hinayana ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 21 January 2009, 09:46:18 AM
Kalau Pureland/Sukhavati, kemudian Chan/Zen itu sekte dari Mahayana...
Apakah Theravada itu tradisi/sekte dari Hinayana ?

Saudara dilbert,

Sebenarnya saya menunggu gambaran anda mengenai Theravada dan Mahayana. Tetapi karena anda bertanya, saya mencoba menjelaskan:

Mahayana adalah ajaran, diungkapkan oleh sang Buddha untuk menggambarkan salah satu kualitas yang dimiliki oleh para bodhisattva. Hinayana adalah istilah yang terbentuk akibat dualisme ketika istilah Mahayana muncul, menggambarkan kualitas yang dimiliki mereka yang bukan bodhisattva. Dalam kotbah mengenai Mahayana dan Hinayana yang ditanyakan oleh para bodhisattva kepada Tathagata, sang Buddha selalu berkata: there is only One Buddha Vehicle. Istilah Mahayana dan Hinayana sendiri muncul pada sutra-sutra tertentu, tidak semua sutra.

Pureland/Sukhavati, Chan/Zen adalah sekte. Theravada adalah sekte. Keduanya terbentuk oleh sekelompok orang dengan dasar pemikiran tertentu. Pureland/Sukhavati dan Chan/Zen BUKAN "sekte dari Mahayana." Theravada BUKAN "sekte dari Hinayana".

Pureland/Sukhavati, Chan/Zen seringkali diidentikkan dengan Mahayana, karena mereka menggunakan sutra-sutra yang menggunakan menggunakan istilah tersebut. Mereka juga seringkali dilabel sebagai "Northern Buddhism," karena tumbuh di belahan bumi utara (Tibet, China, Asia Timur).
Theravada tidak mengenal Hinayana dan Mahayana, mereka memiliki istilah sendiri untuk kualitas-kualitas mengenai tingkat pencerahan. Theravada seringkali disebut sebagai "Southern Buddhism," karena tumbuh di belahan bumi selatan (India, Sri Lanka, Asia Tenggara).

Mohon diperhatikan bahwa sebenarnya saya tidak ingin menggunakan istilah sekte, karena bertendensi memecah belah. Itu sebabnya kata tradisi dipakai.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 09:09:25 PM
Kalau Pureland/Sukhavati, kemudian Chan/Zen itu sekte dari Mahayana...
Apakah Theravada itu tradisi/sekte dari Hinayana ?

Saudara dilbert,

Sebenarnya saya menunggu gambaran anda mengenai Theravada dan Mahayana. Tetapi karena anda bertanya, saya mencoba menjelaskan:

Mahayana adalah ajaran, diungkapkan oleh sang Buddha untuk menggambarkan salah satu kualitas yang dimiliki oleh para bodhisattva. Hinayana adalah istilah yang terbentuk akibat dualisme ketika istilah Mahayana muncul, menggambarkan kualitas yang dimiliki mereka yang bukan bodhisattva. Dalam kotbah mengenai Mahayana dan Hinayana yang ditanyakan oleh para bodhisattva kepada Tathagata, sang Buddha selalu berkata: there is only One Buddha Vehicle. Istilah Mahayana dan Hinayana sendiri muncul pada sutra-sutra tertentu, tidak semua sutra.

Pureland/Sukhavati, Chan/Zen adalah sekte. Theravada adalah sekte. Keduanya terbentuk oleh sekelompok orang dengan dasar pemikiran tertentu. Pureland/Sukhavati dan Chan/Zen BUKAN "sekte dari Mahayana." Theravada BUKAN "sekte dari Hinayana".

Pureland/Sukhavati, Chan/Zen seringkali diidentikkan dengan Mahayana, karena mereka menggunakan sutra-sutra yang menggunakan menggunakan istilah tersebut. Mereka juga seringkali dilabel sebagai "Northern Buddhism," karena tumbuh di belahan bumi utara (Tibet, China, Asia Timur).
Theravada tidak mengenal Hinayana dan Mahayana, mereka memiliki istilah sendiri untuk kualitas-kualitas mengenai tingkat pencerahan. Theravada seringkali disebut sebagai "Southern Buddhism," karena tumbuh di belahan bumi selatan (India, Sri Lanka, Asia Tenggara).

Mohon diperhatikan bahwa sebenarnya saya tidak ingin menggunakan istilah sekte, karena bertendensi memecah belah. Itu sebabnya kata tradisi dipakai.

Salam,

Pernah tahu Tipitaka Pali (yang dipakai oleh Theravada) = Agama Sutra dalam Mahayana ?

Note : Kelompok Sutra dalam Mahayana ada 5 yaitu (Avatamsaka Sutra, Agama Sutra, Vaipulya Sutra, MahaPrajnaparamita Sutra, Saddharmapundarika serta Mahaparinirvana Sutra)...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sumanto on 21 January 2009, 09:15:28 PM
Terlalu banyak aliran didunia manusia. Kenapa? Karena kalian tidak percaya diri akan kebenaran
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 09:16:52 PM
Terlalu banyak aliran didunia manusia. Kenapa? Karena kalian tidak percaya diri akan kebenaran

mohon tanya... dari sekian banyak aliran atau agama atau semacamnya, manakah yang disebut dengan kebenaran ? Atau kebenaran itu di luar yang disebutkan ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sumanto on 21 January 2009, 09:17:50 PM
Kebenaran tidak perlu dicari, coba kalian bercermin. Itulah kebenaran.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sumanto on 21 January 2009, 09:21:47 PM
Terlalu banyak sutra yang kalian puja wahai manusia buat apa? Buat mengejar hanya 1 jalan? oh, kalian begitu susah untuk mencari jawaban. oh manusia-manusia
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sumanto on 21 January 2009, 09:22:53 PM
Disini-disana adalah sama saja. Yang kalian cuma 1 kenapa harus mengikuti belenggu sutra? oh kasihan
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 09:23:39 PM
Kebenaran tidak perlu dicari, coba kalian bercermin. Itulah kebenaran.

walaupun kata kata ini sering dikatakan, tetapi sulit dipraktekkan... Terima kasih atas mengingatkan saya...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 09:24:34 PM
Disini-disana adalah sama saja. Yang kalian cuma 1 kenapa harus mengikuti belenggu sutra? oh kasihan

mana yang mau diikuti, bang ? kasih petunjuk...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sumanto on 21 January 2009, 09:26:23 PM
Sebenarnya tidak sulit untuk mempraktekkannya. Kalian manusia hanya melihat keatas atau yang kalian sebut adalah tujuan. Kalian hanya perlu mengenali diri mu sendiri.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 09:28:04 PM
Sebenarnya tidak sulit untuk mempraktekkannya. Kalian manusia hanya melihat keatas atau yang kalian sebut adalah tujuan. Kalian hanya perlu mengenali diri mu sendiri.

bagaimana mengenali diri kita sendiri bang ?

apakah dengan sejenis meditasi ?

seperti contohnya MEDITASI MENGENAL DIRI ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: sumanto on 21 January 2009, 09:31:45 PM
Mengenali diri sendiri adalah mengakui bahwa dirimu sekarang ada. Tidak semua manusia bisa mengenali dirinya sendiri. Meditasi adalah pelarian dari lingkungan mu sendiri. Karena lingkungan terlalu bising. Maka kau mengucilkan diri mu sendiri dengan alasan meditasi. Itulah kesalahan yang terbesar. Mengenali diri adalah mengetahui dari mana kau sebenarnya berasal. Ketika dirimu mengetahui asalnya maka wahai manusia yang aneh akan kau bilang sempurna
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kullatiro on 21 January 2009, 09:33:45 PM
sesunguh nya frorum ini juga menganut pannati dhamma dimana ada aturan aturan yang tertulis
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 January 2009, 09:35:08 PM
Mengenali diri sendiri adalah mengakui bahwa dirimu sekarang ada. Tidak semua manusia bisa mengenali dirinya sendiri. Meditasi adalah pelarian dari lingkungan mu sendiri. Karena lingkungan terlalu bising. Maka kau mengucilkan diri mu sendiri dengan alasan meditasi. Itulah kesalahan yang terbesar. Mengenali diri adalah mengetahui dari mana kau sebenarnya berasal. Ketika dirimu mengetahui asalnya maka wahai manusia yang aneh akan kau bilang sempurna

Untung saya belum pernah meditasi (ini pengakuan jujur bang)... Kemudian masalah dari mana asal kita ? sampai sekarang masih tidak jelas... dan bakal kemana kita ini (setelah meninggal) juga tidak jelas ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: BlackDragon on 21 January 2009, 10:29:31 PM
Terlalu banyak sutra yang kalian puja wahai manusia buat apa? Buat mengejar hanya 1 jalan? oh, kalian begitu susah untuk mencari jawaban. oh manusia-manusia

Waduh yg bicara manusia apa bukan neh? 
^:)^ ^:)^ ^:)^

Kalo ada pesan2 tolong disampaikan masss...
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 21 January 2009, 11:13:53 PM
Pernah tahu Tipitaka Pali (yang dipakai oleh Theravada) = Agama Sutra dalam Mahayana ?

Note : Kelompok Sutra dalam Mahayana ada 5 yaitu (Avatamsaka Sutra, Agama Sutra, Vaipulya Sutra, MahaPrajnaparamita Sutra, Saddharmapundarika serta Mahaparinirvana Sutra)...

Saya rasa perlu penjelasan kata Mahayana di sini diartikan sebagai apa? Siapa yang mengelompokkan seperti itu? Kenapa 'Mahayana' punya lima kelompok sutra seperti itu?

Sebelumnya saya ingin mengutarakan isi hati bahwa: saya benar-benar menanyakan pertanyaan-pertanyaan di atas, mohon dijawab semua. Samasekali bukan untuk memojokkan atau membantah, tetapi perlu penjelasan untuk menghindari salah paham. Bagi saya sungguh absurd jika sebuah ajaran -yang tidak ada bentuknya, bukan pelaku, bukan organisasi- dapat "memiliki lima kelompok sutra." Bahkan dikatakan bahwa patriarch Zen, Hui Neng, adalah seorang buta huruf; ketika ada seseorang yang bertanya mengenai arti sebuat ayat sutra tertentu beliau meminta si penanya mengucapkan ayat tersebut terlebih dahulu.

Sejujurnya, saya merasa bahwa anda masih berpikir bahwa 'Mahayana' adalah satu organisasi, satu kelompok orang yang berideologi tertentu. Itu akan menjadi pernyataan sepihak, jika ternyata orang-orang di Pure Land, di Zen, bahkan tidak mengenal pengelompokkan seperti itu.

Bayangkan: sekelompok orang memakai ikat kepala berlabel tertentu menuding semua orang yang tidak bergabung dengan mereka, "Hey you, cults!" Kemudian orang-orang lain itu bingung dan membalas dengan emosi "Hey you, moron!" Mau jadi apa? :)

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 02:07:11 AM
Pernah tahu Tipitaka Pali (yang dipakai oleh Theravada) = Agama Sutra dalam Mahayana ?

Note : Kelompok Sutra dalam Mahayana ada 5 yaitu (Avatamsaka Sutra, Agama Sutra, Vaipulya Sutra, MahaPrajnaparamita Sutra, Saddharmapundarika serta Mahaparinirvana Sutra)...

Saya rasa perlu penjelasan kata Mahayana di sini diartikan sebagai apa? Siapa yang mengelompokkan seperti itu? Kenapa 'Mahayana' punya lima kelompok sutra seperti itu?

Sebelumnya saya ingin mengutarakan isi hati bahwa: saya benar-benar menanyakan pertanyaan-pertanyaan di atas, mohon dijawab semua. Samasekali bukan untuk memojokkan atau membantah, tetapi perlu penjelasan untuk menghindari salah paham. Bagi saya sungguh absurd jika sebuah ajaran -yang tidak ada bentuknya, bukan pelaku, bukan organisasi- dapat "memiliki lima kelompok sutra." Bahkan dikatakan bahwa patriarch Zen, Hui Neng, adalah seorang buta huruf; ketika ada seseorang yang bertanya mengenai arti sebuat ayat sutra tertentu beliau meminta si penanya mengucapkan ayat tersebut terlebih dahulu.

Sejujurnya, saya merasa bahwa anda masih berpikir bahwa 'Mahayana' adalah satu organisasi, satu kelompok orang yang berideologi tertentu. Itu akan menjadi pernyataan sepihak, jika ternyata orang-orang di Pure Land, di Zen, bahkan tidak mengenal pengelompokkan seperti itu.

Bayangkan: sekelompok orang memakai ikat kepala berlabel tertentu menuding semua orang yang tidak bergabung dengan mereka, "Hey you, cults!" Kemudian orang-orang lain itu bingung dan membalas dengan emosi "Hey you, moron!" Mau jadi apa? :)

Salam,

coba ke link ini...

http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/lotus3.htm
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 06:14:37 AM
coba ke link ini...
http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/lotus3.htm

Dan ini kutipan dari halaman di link yang anda sebutkan:
Quote
"In studying Buddhist Sutras, some methods have to be used to analyse the nature of the teaching of each Sutra. According to Tien Tai School, the Buddha's Sutras are divided into Five Periods and Eight Teachings."

"Sometimes, The Five Periods are represented by an analogy of milk products: ...."

"According to the Tien Tai School, before lecturing the Sutra proper, one first examines its principles by means of the Five Profound Meanings."

dari http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/glosst-z.htm#tientai:
Quote
Tien Tai Sect 

One of the Ten Great Sect in Chinese Buddhism. It was initiated by Hui Man in the dynasty of Bei-Chai, and was promoted by Chi-Hai in Tsui Dynasty. Mainly based on Lotus Sutra, Tien Tai Sect explains all universal phenomena with Three Dogmas. For the practices, it emphasizes cutting off Three Delusions, thus establishes the method of Three Meditations of One Mind.

Saudara dilbert,

Tanpa niat merendahkan keyakinan Tradisi Tien Tai (karena ini juga untuk semua tradisi), saya ingin mengajak kita mengingat lagi pesan yang sangat terkenal dari Kalama Sutra:

"Do not believe anything just because it is a legend.
 Do not believe anything just because it belongs to a tradition.
 Do not believe anything just because many people talk about it.
 Do not believe anything just because it is written in the scriptures or books.
 Do not believe anything just because it is a metaphysical argument.
 Do not believe anything just because it agrees with your own ideas.
 Do not believe anything just because it is based on superficial data.
 Do not believe anything just because it agrees with your own prejudices.
 Do not believe anything just because it has the support of an authority or a power.
 Do not believe anything just because it is preached by missionaries or by your spiritual teachers.

 When you hear anything, you have to examine it, think about it, and experience it. When you know for yourselves that certain things are wholesome and good, moral, beneficial to yourself and to others, only after that you should believe in them, accept them, and practice them."

Kita semua datang/mulai dari satu tradisi tertentu, mengenal dharma yang indah melalui seorang guru, membaca dari sutra tertentu, menganalisa dan mengambil kesimpulan berdasarkan pengalaman, dan kemudian menjalaninya sepenuh hati untuk meraih hidup yang lebih berarti. Sangat wajar jika setiap dari kita memiliki interpretasi masing-masing, teknik masing-masing, tujuan masing-masing. Tetapi di luar semua itu, dharma bersifat universal. Tidak mahayana atau hinayana, seperti ini atau seperti itu, tidak dengan ini atau itu, dst. Bahkan.. saat kita menyadari dan mengalami benar "universal dharma," dikatakan bahwa itu hanyalah perahu yang kita gunakan untuk menyeberang ke sisi lain (prajnapramita), saat sampai di sisi lain tersebut kita akan melanjutkan perjalanan meninggalkan perahu itu.

Sedari awal teman-teman di sini telah berusaha mengungkapkan tentang "universal dharma" ini, setiap orang berusaha memberikan penjelasan kenapa menjadi tidak universal. Tanyakan kepada 100 orang, maka akan muncul 100 pendapat berbeda mengenai dharma. Jika setiap orang menjadi "secangkir teh yang penuh," maka 100 orang tersebut akan selalu berdebat siapa yang paling benar. Saya tidak ingin mengatakan bahwa Theravadin keras kepala, menutup diri, picik, dsb.. saya sudah bertemu orang-orang Theravada yang membaca sutra-sutra mahayana dan merasa puas, malahan ada orang dari aliran tertentu yang katanya "mengenal dharma universal" selalu menjelekjelekkan tradisi lain. Demikianlah jika kita mencari perbedaan, maka perbedaan lah yang kita dapatkan. Tetapi apakah berarti semua sama? Tidak seperti itu juga, kita hanya perlu dapat membedakan dengan tepat.

Semoga.. diskusi ini bermanfaat, menjawab pertanyaan dan mengakhiri semua perdebatan dalam pikiran kita.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 08:34:48 AM
coba ke link ini...
http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/lotus3.htm

Dan ini kutipan dari halaman di link yang anda sebutkan:
Quote
"In studying Buddhist Sutras, some methods have to be used to analyse the nature of the teaching of each Sutra. According to Tien Tai School, the Buddha's Sutras are divided into Five Periods and Eight Teachings."

"Sometimes, The Five Periods are represented by an analogy of milk products: ...."

"According to the Tien Tai School, before lecturing the Sutra proper, one first examines its principles by means of the Five Profound Meanings."

dari http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/glosst-z.htm#tientai:
Quote
Tien Tai Sect 

One of the Ten Great Sect in Chinese Buddhism. It was initiated by Hui Man in the dynasty of Bei-Chai, and was promoted by Chi-Hai in Tsui Dynasty. Mainly based on Lotus Sutra, Tien Tai Sect explains all universal phenomena with Three Dogmas. For the practices, it emphasizes cutting off Three Delusions, thus establishes the method of Three Meditations of One Mind.

Saudara dilbert,

Tanpa niat merendahkan keyakinan Tradisi Tien Tai (karena ini juga untuk semua tradisi), saya ingin mengajak kita mengingat lagi pesan yang sangat terkenal dari Kalama Sutra:

"Do not believe anything just because it is a legend.
 Do not believe anything just because it belongs to a tradition.
 Do not believe anything just because many people talk about it.
 Do not believe anything just because it is written in the scriptures or books.
 Do not believe anything just because it is a metaphysical argument.
 Do not believe anything just because it agrees with your own ideas.
 Do not believe anything just because it is based on superficial data.
 Do not believe anything just because it agrees with your own prejudices.
 Do not believe anything just because it has the support of an authority or a power.
 Do not believe anything just because it is preached by missionaries or by your spiritual teachers.

 When you hear anything, you have to examine it, think about it, and experience it. When you know for yourselves that certain things are wholesome and good, moral, beneficial to yourself and to others, only after that you should believe in them, accept them, and practice them."

Kita semua datang/mulai dari satu tradisi tertentu, mengenal dharma yang indah melalui seorang guru, membaca dari sutra tertentu, menganalisa dan mengambil kesimpulan berdasarkan pengalaman, dan kemudian menjalaninya sepenuh hati untuk meraih hidup yang lebih berarti. Sangat wajar jika setiap dari kita memiliki interpretasi masing-masing, teknik masing-masing, tujuan masing-masing. Tetapi di luar semua itu, dharma bersifat universal. Tidak mahayana atau hinayana, seperti ini atau seperti itu, tidak dengan ini atau itu, dst. Bahkan.. saat kita menyadari dan mengalami benar "universal dharma," dikatakan bahwa itu hanyalah perahu yang kita gunakan untuk menyeberang ke sisi lain (prajnapramita), saat sampai di sisi lain tersebut kita akan melanjutkan perjalanan meninggalkan perahu itu.

Sedari awal teman-teman di sini telah berusaha mengungkapkan tentang "universal dharma" ini, setiap orang berusaha memberikan penjelasan kenapa menjadi tidak universal. Tanyakan kepada 100 orang, maka akan muncul 100 pendapat berbeda mengenai dharma. Jika setiap orang menjadi "secangkir teh yang penuh," maka 100 orang tersebut akan selalu berdebat siapa yang paling benar. Saya tidak ingin mengatakan bahwa Theravadin keras kepala, menutup diri, picik, dsb.. saya sudah bertemu orang-orang Theravada yang membaca sutra-sutra mahayana dan merasa puas, malahan ada orang dari aliran tertentu yang katanya "mengenal dharma universal" selalu menjelekjelekkan tradisi lain. Demikianlah jika kita mencari perbedaan, maka perbedaan lah yang kita dapatkan. Tetapi apakah berarti semua sama? Tidak seperti itu juga, kita hanya perlu dapat membedakan dengan tepat.

Semoga.. diskusi ini bermanfaat, menjawab pertanyaan dan mengakhiri semua perdebatan dalam pikiran kita.

Salam,

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, hendaknya sdr.edy mengikuti thread dengan topik "bhavaviveka vs mahayana" di subforum Mahayana...

Kemudian, ada tulisan sdr.edy diatas tentang "KITA HANYA PERLU DAPAT MEMBEDAKAN DENGAN TEPAT"... sdr.edy tentunya tahu bahwa memang ada perbedaan antara theravada dan mahayana... Apakah yang kita diskusi kan di forum DC ini tentang perbedaan mahayana dan theravada tidak tepat ? atau ada hal hal yang kita politisir ? coba sdr.edy ikuti dulu thread yang saya sebutkan di atas, mungkin sdr.edy bisa memberikan masukan dari sisi pandang sdr.edy.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 22 January 2009, 11:27:14 AM
bebek berbeda dengan ayam..pada hakikat nya..........jadi orang tidak bijaksana saja yang tidak bisa melihat perbedaan itu dan menanggapnya sama.

dan jikalau sudah beda....apakah yang masih mau di tanyakan/diperdebatkan?

pikiran yang menembus segala batasan,lepas dari konsep adalah bagus.
pikiran yang menembus segala pikiran termasuk ada dan tiada adalah suci.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 12:28:46 PM
Apakah yang kita diskusi kan di forum DC ini tentang perbedaan mahayana dan theravada tidak tepat ?

Saya ulang lagi apa yang pernah tulis di awal postingan saya: membandingkan Mahayana dan Theravada adalah TIDAK tepat. Di mana ada Ajaran Theravada? yang ada hanya Ajaran Buddha. Di mana ada Tradisi Mahayana? Yang ada Tradisi Pure Land, Tradisi Zen, dsb.

Quote
atau ada hal hal yang kita politisir ?

Saya memang dengan sengaja menekankan ada kesalahan ketika kita kita membandingkan Theravada dengan Mahayana. Politisir adalah usaha yang berkaitan dengan isu kekuasaan, saya tidak melihat ada indikasi itu. Tidak ada juga usaha untuk menunjukkan siapa yang lebih berwawasan, siapa yang kurang berwawasan, dan segala hal negatif seperti itu.

Jika, diskusi ini saya anggap tidak tepat.. lalu kenapa saya ikut nimbrung dan "ngotot?"
1. Saya secara sadar ikut nimbrung mencoba menjawab pertanyaan Saudara sarita, pertanyaannya adalah pertanyaan yang lugu mengenai dua istilah yang sering menjadi bahan kontroversi di dalam buddhisme. Saya berusaha menunjukkan kenapa ada dua istilah tersebut, darimana istilah tersebut muncul, menunjukkan bagaimana seharusnya kedua istilah tersebut tidak saling bersilangan, dan kenapa sering tampak seperti bertentangan (dapat disimak kembali isi posting pertama saya). Harapannya adalah memberikan gambaran yang bebas prejudice.
2. Saya "ngotot", dengan harapan ada pembaca lain yang mengikutinya (selain anda) dan mengambil hikmah: bagaimana istilah dapat menjadi sumber kebingungan, tumbuh menjadi bibit-bibit pertentangan, memunculkan berbagai fenomena mental, dan akhirnya mengubur kebenaran yang justru darimana istilah tersebut dibuat untuk menjelaskannya.

Mengenai thread dengan topik "bhavaviveka vs mahayana".. saya mengikutinya dari awal hingga sekarang. Tetapi saya tidak tertarik untuk ikut berdikusi, karena pertanyaan awalnya sudah dimulai dari pendapat sepihak. Pendapat yang tidak memiliki dasar dan ditanggapi tanpa dasar juga. Semua pihak berargumen menurut pandangannya masing-masing terhadap keyakinannya sendiri maupun terhadap keyakinan orang lain; tidak saling menjelaskan maksud masing-masing dan tidak ada usaha untuk mencari penyelesaian.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: N1AR on 22 January 2009, 01:49:37 PM
theravada tanpa mahayana tidak seimbang, bergitu juga sebaliknya ha..
sama2 ajaran buddha kok beda yah
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 22 January 2009, 02:16:43 PM
Karena ada yang pro dan dan ada yang kontra terhadap beberapa konsep di dalam tubuh Buddhisme...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: N1AR on 22 January 2009, 02:30:51 PM
tapikan banyak konsep yg saling menunjang kebenarannya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 03:04:05 PM
Lihat dulu sejarah perkembangan Buddhisme setelah Buddha Parinibbana dan penyebaran di negara2 yang sebelumnya tidak mengenal agama Buddha.
China sendiri tercatat sebagai penggubah Sutra terbesar.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 05:19:55 PM
btw friends, saya sering dengar buddha menyatakan kira2 begini: "setelah meninggal, kalau ada ajaranku yang perlu diubah, ubah lah (sesuai kebutuhan (?))"  sampai sekarang saya belum sempat mencari sutra mana yang ada pernyataan itu. apa ada yang bisa beritahu ada yang seperti itu di mana?

kalau ada, bukannya berarti tidak ada masalah bagi para sesepuh theravada mengenai kemunculan istilah mahayana dan hinayana? ada yang merasa perlu ya monggo, kita ngga yang biasanya aja. atau memang sebenarnya mereka tidak pernah mempermasalahkan? hanya kita2 atau segelintir orang di dalam biara saja yang kurang pengetahuan?

mengenai mahayana.. saya baca sedikit banyak platform sutra, lankavatara, diamond cutter, vimalakirti nirdesa, dan lotus sutra (bukan yang tafsiran, tapi terjemahan bahasa inggris dari bahasa china dari bahasa sankirt :) ). di dalam semua sutra itu 'mahayana' hanyalah kata yang muncul dari para bodhisattva dan patriarch untuk menjelaskan bahwa jalan sang buddha adalah "the great vehicle" (ya memang great kan?). hinayana bukan ditujukan kepada orang-orang theravada, melainkan untuk jalan yang diyakini oleh mereka yang tidak memahami ajaran sang buddha secara penuh. mahayana sendiri bukan sekte, sekte-sekte berbasis sutra-sutra yang menggunakan istilah mahayana-hinanaya bermunculan kemudian. tapi mereka pun tidak muncul dalam rangka membentuk kekuatan untuk menandingi theravada, melainkan sekedar persamaan pendapat atas metode untuk meneruskan ajaran buddha.

jadi theravada sebagai sekte, mahayana sebagai ajaran.. harusnya ngga ada hubungan kan? lebih cocok kalau kita tanya: bedanya theravada dan zen apa? yang sama2 sekte. atau bedanya mahayana dengan hinayana apa sih?

itu sebabnya saya bilang: bedanya theravada dan mahayana adalah: theravada itu sekte, dan mahayana adalah ajaran. ya beda, tapi bukannya lawan kata.

ini kan seperti bedanya pohon kelapa dengan buah pisang?
- ada yg jawab: kelapa tinggi, daunnya panjang2. pisang ngga gitu tinggi, daunnya lebar-lebar.
- ada yg jawab: kelapa bulat keras, isinya air. pisang lonjong, isinya lembut.
dua-duanya tidak menjawab dengan tepat (bener, tapi ngga tepat).. jawaban yang tepat adalah:
- pohon kelapa adalah pohon, dan buah pisang adalah buah. lebih cocok kalau tanya: apa bedanya pohon kelapa dengan pohon pisang? atau buah kelapa dengan buah pisang?

salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 05:39:12 PM

Saya ulang lagi apa yang pernah tulis di awal postingan saya: membandingkan Mahayana dan Theravada adalah TIDAK tepat. Di mana ada Ajaran Theravada? yang ada hanya Ajaran Buddha. Di mana ada Tradisi Mahayana? Yang ada Tradisi Pure Land, Tradisi Zen, dsb.


bro edy, anda katakan yang ada hanya ajaran Buddha... oke... yang mana satu yang anda katakan ajaran buddha ? bisakah disebutkan apa saja kitab kitab pegangan yang dikatakan sebagai ajaran buddha ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 05:41:12 PM
btw friends, saya sering dengar buddha menyatakan kira2 begini: "setelah meninggal, kalau ada ajaranku yang perlu diubah, ubah lah (sesuai kebutuhan (?))"  sampai sekarang saya belum sempat mencari sutra mana yang ada pernyataan itu. apa ada yang bisa beritahu ada yang seperti itu di mana?


coba cari dulu sutra/sutta mana yang ada pernyataan seperti yang sdr.edy katakan ? ini menjadi tugas sdr.edy karena sdr.edy telah melemparkan pernyataan ini ke forum. dan ini menjadi pertanyaan dari saya.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 05:42:13 PM

itu sebabnya saya bilang: bedanya theravada dan mahayana adalah: theravada itu sekte, dan mahayana adalah ajaran. ya beda, tapi bukannya lawan kata.


theravada itu sekte ? sekte dari mana bro ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 05:47:56 PM
bro edy, anda katakan yang ada hanya ajaran Buddha... oke... yang mana satu yang anda katakan ajaran buddha ? bisakah disebutkan apa saja kitab kitab pegangan yang dikatakan sebagai ajaran buddha ?

itu.. barusan saya posting, beberapa sutra yang mencantumkan kata mahayana di dalamnya.

Quote
theravada itu sekte ? sekte dari mana bro ?
sekte alias tradisi alias school, whatever disebut apa. karena nama tersebut berkaitan dengan sekelompok orang yang menganut gagasan tertentu. right?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 05:52:05 PM
bro edy, anda katakan yang ada hanya ajaran Buddha... oke... yang mana satu yang anda katakan ajaran buddha ? bisakah disebutkan apa saja kitab kitab pegangan yang dikatakan sebagai ajaran buddha ?

itu.. barusan saya posting, beberapa sutra yang mencantumkan kata mahayana di dalamnya.

Quote
theravada itu sekte ? sekte dari mana bro ?
sekte alias tradisi alias school, whatever disebut apa. karena nama tersebut berkaitan dengan sekelompok orang yang menganut gagasan tertentu. right?

sutra yang mana satu bro ?

terus... theravada itu adalah berkaitan dengan gagasan ? gagasan yang mana satu bro ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 05:55:12 PM
btw friends, saya sering dengar buddha menyatakan kira2 begini: "setelah meninggal, kalau ada ajaranku yang perlu diubah, ubah lah (sesuai kebutuhan (?))"  sampai sekarang saya belum sempat mencari sutra mana yang ada pernyataan itu. apa ada yang bisa beritahu ada yang seperti itu di mana?

coba cari dulu sutra/sutta mana yang ada pernyataan seperti yang sdr.edy katakan ? ini menjadi tugas sdr.edy karena sdr.edy telah melemparkan pernyataan ini ke forum. dan ini menjadi pertanyaan dari saya.

well, saya garis bawahi dulu ya.. supaya ngga melebar. ini tidak ada hubungannya dengan diskusi kita sebelumnya mengenai theravada dan mahayana. ini murni pertanyaan, ditujukan tanpa maksud mempengaruhi, berasal dari kebodohan saya atas pengetahuan akan sutra-sutra. kalimat tersebut saya dapatkan dari website dan buku2 yang berkaitan dengan buddhism. saya coba bongkar2 buku yang pernah saya baca, nanti saya beritahu kalau ketemu.

salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 06:08:06 PM
theravada itu sekte ? sekte dari mana bro ?

sekte alias tradisi alias school, whatever disebut apa. karena nama tersebut berkaitan dengan sekelompok orang yang menganut gagasan tertentu. right?

terus... theravada itu adalah berkaitan dengan gagasan ? gagasan yang mana satu bro ?

terlalu panjang lebar, dan untuk theravada saya tidak punya kapasitas untuk menjelaskan (karena ada 'para pemiliknya'). link ini (ini yang paling baik yang bisa saya temukan) mungkin bisa membantu: http://en.wikipedia.org/wiki/Theravada. Sebagai sekte, Theravada memiliki properti selayaknya sekte seperti: history, philosophy, monastic order, dsb.

Quote
Theravada (Pāli: थेरवाद theravāda (cf Sanskrit: स्थविरवाद sthaviravāda); literally, "the Teaching of the Elders", or "the Ancient Teaching") is the oldest surviving Buddhist school. It was founded in India. It is relatively conservative, and generally closest to early Buddhism.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 06:14:20 PM
theravada itu sekte ? sekte dari mana bro ?

sekte alias tradisi alias school, whatever disebut apa. karena nama tersebut berkaitan dengan sekelompok orang yang menganut gagasan tertentu. right?

terus... theravada itu adalah berkaitan dengan gagasan ? gagasan yang mana satu bro ?

terlalu panjang lebar, dan untuk theravada saya tidak punya kapasitas untuk menjelaskan (karena ada 'para pemiliknya'). link ini (ini yang paling baik yang bisa saya temukan) mungkin bisa membantu: http://en.wikipedia.org/wiki/Theravada. Sebagai sekte, Theravada memiliki properti selayaknya sekte seperti: history, philosophy, monastic order, dsb.

Quote
Theravada (Pāli: थेरवाद theravāda (cf Sanskrit: स्थविरवाद sthaviravāda); literally, "the Teaching of the Elders", or "the Ancient Teaching") is the oldest surviving Buddhist school. It was founded in India. It is relatively conservative, and generally closest to early Buddhism.

kalau sdr.edy mengambil referensi dari wikipedia...

bagaimana dengan referensi tentang mahayana dari wikipedia sendiri...

Mahayana (Sanskrit: mahāyāna, Devanagari: महायान, 'Great Vehicle') is one of the two main existing schools of Buddhism  and a term for classification of Buddhist philosophies and practice. It was founded in India. The name Mahayana is used in three main senses:

1. As a living tradition, Mahayana is the larger of the two major traditions of Buddhism existing today, the other being Theravada. This classification is largely undisputed by all Buddhist schools.

2. According to the Mahayana scheme of classification of Buddhist philosophies, Mahayana refers to a level of spiritual motivation[1] (also known as Bodhisattvayana[2]). According to this classification, the alternative approach is called Hinayana, or Arhatyana. It is also recognized by Theravada Buddhism, but is not considered very relevant for practice.[3]
3. According to the Vajrayana scheme of classification of practice paths, Mahayana refers to one of the three routes to enlightenment, the other two being Hinayana and Vajrayana. This classification is part of the teachings of Vajrayana Buddhism, and is not recognized by Mahayana and Theravada Buddhism.

Although the Mahayana movement traces its origin to Gautama Buddha, scholars believe that it originated in India in the 1st century CE,[4][5] or the 1st century BCE.[6][7] Scholars think that Mahayana only became a mainstream movement in India in the fifth century CE, since that is when Mahayanic inscriptions started to appear in epigraphic records in India.[8] Before the 11th century CE (while Mahayana was still present in India), the Mahayana Sutras were still in the process of being revised. Thus, several different versions may have survived of the same sutra. These different versions are invaluable to scholars attempting to reconstruct the history of Mahayana.

In the course of its history, Mahayana spread throughout East Asia. The main countries in which it is practiced today are China, Japan, Korea, and Vietnam and worldwide amongst Tibetan Buddhist practitioners as a result of the Himalayan diaspora following the Chinese invasion of Tibet. The main schools of Mahayana Buddhism today are Pure Land, Zen, Nichiren Buddhism, Shingon, Tibetan Buddhism and Tendai. The latter three schools have both Mahayana and Vajrayana practice traditions.


Nah, dari wikipedia sendiri menyatakan bahwa Mahayana juga buddhism School seperti halnya Theravada... Darimana sdr.edy menyimpulkan bahwa Theravada itu Tradisi/Sekte/School sedangkan Mahayana adalah ajaran/teaching ?

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 07:11:37 PM
Mahayana (Sanskrit: mahāyāna, Devanagari: महायान, 'Great Vehicle') is one of the two main existing schools of Buddhism  and a term for classification of Buddhist philosophies and practice. It was founded in India (founded? founded by who? should it be written? "written in bla bla bla.."). The name Mahayana is used in three main senses:

1. As a living tradition, Mahayana is the larger of the two major traditions of Buddhism existing today, the other being Theravada. This classification is largely undisputed by all Buddhist schools.
2. According to the Mahayana scheme of classification of Buddhist philosophies, Mahayana refers to a level of spiritual motivation[1] (also known as Bodhisattvayana[2]). According to this classification, the alternative approach is called Hinayana, or Arhatyana. It is also recognized by Theravada Buddhism, but is not considered very relevant for practice.[3]
3. According to the Vajrayana scheme of classification of practice paths, Mahayana refers to one of the three routes to enlightenment, the other two being Hinayana and Vajrayana. This classification is part of the teachings of Vajrayana Buddhism, and is not recognized by Mahayana and Theravada Buddhism.

Nah, dari wikipedia sendiri menyatakan bahwa Mahayana juga buddhism School seperti halnya Theravada... Darimana sdr.edy menyimpulkan bahwa Theravada itu Tradisi/Sekte/School sedangkan Mahayana adalah ajaran/teaching ?

very good.. saya menantikan pertanyaan ini :) ketika membaca satu resource, kita tidak langsung percaya "ya, ini benar."  kita analisa dan kita cek kebenarannya (dan kita harus jujur, kalau kita tidak tahu ya bilang tidak tahu, tidak berasumsi). oya.. wikipedia adalah satu ensiklopedi yang penulis content-nya bukanlah otoritas, oleh banyak orang, dan open (dapat dimodifikasi oleh siapa pun). Jadi sebenarnya kita tidak boleh menyebutkan "wikipedia sendiri." ;)

mari kita perhatikan untuk kasus theravada, disebutkan theravada sebagai schools. kita cek di lapangan, di di indonesia saja sebagai contoh, adakah satu school yang menyebutkan diri dengan nama theravada? apakah bercabang? apakah cabang kecil atau aliran besar? pengakuan sepihak atau memang diakui oleh semua theravada (kalau ada subaliran)? kalau confirmed, maka kita katakan: informasi tersebut benar. adalah ada shangha teravada indonesia, dengan pengikut-pengikutnya yang menerima ajaran dari guru-guru di sana. ada pemimpinnya, struktur organisasi, filosofi, histori organisasi, bahkan ada kerjasama internasional, dsb. dan semua school teravada itu sepakat dengan satu filosofi (baca di wiki), mereka junjung tinggi, dan dijalankan secara konsisten.

sekarang kita perhatikan untuk kasus mahayana. di wikipedia pun langsung disebutkan arti mahayana dalam 3 poin, dan hanya poin satu yang mengatakan mahayana sebagai schools (itu pun "largely undisputed by all Buddhist schools." walaupun largely, tetap bukan fully.. menunjukkan masih ada debat mengenai penggunakan kata ini untuk me-refer semua schools sekaligus. kemudian kita cek di lapangan, adakah school mahayana (titik)? adakah pemimpin, struktur organisasi? pengikut? tidak ada yang seperti itu selain school-school Pure Land, Nichiren, Soto Zen, Rinzai, dst. Bahkan tidak ada yang namanya school Zen yang berdiri sendiri. Mungkin ditemukan di beberapa negara yang menyebutkan diri "Mahayana School", tapi itu hanya nama mereka sendiri, samasekali tidak mewakili semua schools di dunia. tidak ada konsistensi "mahayana" di antara semua school tersebut, bahkan sutra yang digunakan pun berbeda, bahkan sebagian membebaskan anggotanya untuk menggunakan sutra apa pun sebagai dasar.

kenapa saya berani berkomentar banyak mengenai mahayana? karena mahayana tidak ada yang memiliki. mahayana adalah istilah dalam buddhism; sama seperti halnya nirvana, dharma, dukkha, samadi, dsb. setiap orang berhak mempunyai tafsir sendiri untuk tiap istilah tersebut. hal ini tidak berlaku untuk theravada, mereka adalah school resmi dengan pengurus-pengurusnya. diberi nama tersebut dengan maksud tertentu sesuai kepentingan mereka. saya tidak berhak memberikan penilaian atau penjelasan selain pengamatan dari luar, apalagi membuat pernyataan atas nama mereka. demikian juga saya tidak berhak memberikan penilaian atau penjelasan dan pernyataan atas nama Pure Land, Nichiren, Soto, Rinzai, selama saya bukan anggota mereka.

demikian saudara dilbert, mengenai school dan non-school.. semoga berguna.

salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 22 January 2009, 10:06:57 PM
very good.. saya menantikan pertanyaan ini :) ketika membaca satu resource, kita tidak langsung percaya "ya, ini benar."  kita analisa dan kita cek kebenarannya (dan kita harus jujur, kalau kita tidak tahu ya bilang tidak tahu, tidak berasumsi). oya.. wikipedia adalah satu ensiklopedi yang penulis content-nya bukanlah otoritas, oleh banyak orang, dan open (dapat dimodifikasi oleh siapa pun). Jadi sebenarnya kita tidak boleh menyebutkan "wikipedia sendiri." ;)

mari kita perhatikan untuk kasus theravada, disebutkan theravada sebagai schools. kita cek di lapangan, di di indonesia saja sebagai contoh, adakah satu school yang menyebutkan diri dengan nama theravada? apakah bercabang? apakah cabang kecil atau aliran besar? pengakuan sepihak atau memang diakui oleh semua theravada (kalau ada subaliran)? kalau confirmed, maka kita katakan: informasi tersebut benar. adalah ada shangha teravada indonesia, dengan pengikut-pengikutnya yang menerima ajaran dari guru-guru di sana. ada pemimpinnya, struktur organisasi, filosofi, histori organisasi, bahkan ada kerjasama internasional, dsb. dan semua school teravada itu sepakat dengan satu filosofi (baca di wiki), mereka junjung tinggi, dan dijalankan secara konsisten.

sekarang kita perhatikan untuk kasus mahayana. di wikipedia pun langsung disebutkan arti mahayana dalam 3 poin, dan hanya poin satu yang mengatakan mahayana sebagai schools (itu pun "largely undisputed by all Buddhist schools." walaupun largely, tetap bukan fully.. menunjukkan masih ada debat mengenai penggunakan kata ini untuk me-refer semua schools sekaligus. kemudian kita cek di lapangan, adakah school mahayana (titik)? adakah pemimpin, struktur organisasi? pengikut? tidak ada yang seperti itu selain school-school Pure Land, Nichiren, Soto Zen, Rinzai, dst. Bahkan tidak ada yang namanya school Zen yang berdiri sendiri. Mungkin ditemukan di beberapa negara yang menyebutkan diri "Mahayana School", tapi itu hanya nama mereka sendiri, samasekali tidak mewakili semua schools di dunia. tidak ada konsistensi "mahayana" di antara semua school tersebut, bahkan sutra yang digunakan pun berbeda, bahkan sebagian membebaskan anggotanya untuk menggunakan sutra apa pun sebagai dasar.

kenapa saya berani berkomentar banyak mengenai mahayana? karena mahayana tidak ada yang memiliki. mahayana adalah istilah dalam buddhism; sama seperti halnya nirvana, dharma, dukkha, samadi, dsb. setiap orang berhak mempunyai tafsir sendiri untuk tiap istilah tersebut. hal ini tidak berlaku untuk theravada, mereka adalah school resmi dengan pengurus-pengurusnya. diberi nama tersebut dengan maksud tertentu sesuai kepentingan mereka. saya tidak berhak memberikan penilaian atau penjelasan selain pengamatan dari luar, apalagi membuat pernyataan atas nama mereka. demikian juga saya tidak berhak memberikan penilaian atau penjelasan dan pernyataan atas nama Pure Land, Nichiren, Soto, Rinzai, selama saya bukan anggota mereka.

demikian saudara dilbert, mengenai school dan non-school.. semoga berguna.

salam,

http://www.kasi.or.id/index.php?hal=about

Konferensi Agung Sangha Indonesia yang dapat disingkat KASI, berdiri pada tanggal 14 November 1998, dimana lembaga ini diprakarsai oleh para Ketua Sangha yang ada di Indonesia yakni :
   
Y.M. Bhiksu Dharmasagaro Mahasthavira : Ketua Sangha Mahayana Indonesia  
Y.M. Bhikkhu Pannavaro Mahathera : Ketua Sangha Theravadha Indonesia  
Y.M. Bhiksu Arya Maitri Mahasthavira : Wakil Ketua Sangha Agung Indonesia
 
KASI adalah Perhimpunan Sangha -Sangha dalam suatu persidangan (konferensi) Agung, dengan berpedoman pada Kitab Suci Agama Buddha (Tripitaka Pali, Mahayana, Tibet/kanjur), Lembaga ini sebagai pengambilan keputusan berpedoman Dhamma (Dhammaniyoga).


http://www.kasi.or.id/index.php?hal=about3

SANGHA MAHAYANA INDONESIA

Berdiri tanggal 10 September 1978

Para pendiri :

Bhiksu Dharmabatama Mahasthavira ( Suhu Huat Sien)
Bhiksu Heng Sin
Bhiksu Sakyaputra Mahasthavira ( Suhu Seng Hiong)
Bhiksu Dharmasagaro Sthavira ( Suhu Ting Hay)
Bhiksu Mioa Kai
Bhiksu Ru Kong
Bhiksu Dharmasetya Sthavira ( Suhu Xing Xiu)
Bhiksu Miao Huat
Bhiksu Cong Gie
Bhiksuni Ti Yao
Bhiksuni Beng Kie
Bhiksuni Tuan Sin

LATAR BELAKANG & TUJUAN Menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan
Melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara

Saat ini Sangha Mahayana dipimpin oleh
YA Sasana Keerthi Dharmasagaro Mahasthavira

Didampingi oleh Sekretaris Jenderal
YM Bhiksu Andhanavira Mahasthavira

Sekretariat :

Vihara Vajra Bodhi
Jl. Padjajaran No. 1 Bogor
Jawa Barat
Tel : 0251 - 325740




[at] sdr.edy,

di KASI nyata nyata ada digolongkan Sangha Mahayana Indonesia setara dengan Sangha Theravada Indonesia. Apakah ini bukan berarti Mahayana dan Theravada dalam artian organisasi ataupun apapun yang dianggap adalah sama. Sedangkan di WALUBI sekarang ini tidak berani mencantumkan Majelis di website-nya karena mayoritas substituen-nya sudah mundur dari WALUBI dan bergabung dalam KASI.



Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 22 January 2009, 11:53:07 PM
http://www.kasi.or.id/index.php?hal=about

Konferensi Agung Sangha Indonesia yang dapat disingkat KASI, berdiri pada tanggal 14 November 1998, dimana lembaga ini diprakarsai oleh para Ketua Sangha yang ada di Indonesia yakni :
  
Y.M. Bhiksu Dharmasagaro Mahasthavira : Ketua Sangha Mahayana Indonesia
Y.M. Bhikkhu Pannavaro Mahathera : Ketua Sangha Theravadha Indonesia  
Y.M. Bhiksu Arya Maitri Mahasthavira : Wakil Ketua Sangha Agung Indonesia
 
KASI adalah Perhimpunan Sangha -Sangha dalam suatu persidangan (konferensi) Agung, dengan berpedoman pada Kitab Suci Agama Buddha (Tripitaka Pali, Mahayana, Tibet/kanjur), Lembaga ini sebagai pengambilan keputusan berpedoman Dhamma (Dhammaniyoga).

[/color]
http://www.kasi.or.id/index.php?hal=about3

SANGHA MAHAYANA INDONESIA

Berdiri tanggal 10 September 1978

Para pendiri :

Bhiksu Dharmabatama Mahasthavira ( Suhu Huat Sien)
Bhiksu Heng Sin
Bhiksu Sakyaputra Mahasthavira ( Suhu Seng Hiong)
Bhiksu Dharmasagaro Sthavira ( Suhu Ting Hay)
Bhiksu Mioa Kai
Bhiksu Ru Kong
Bhiksu Dharmasetya Sthavira ( Suhu Xing Xiu)
Bhiksu Miao Huat
Bhiksu Cong Gie
Bhiksuni Ti Yao
Bhiksuni Beng Kie
Bhiksuni Tuan Sin

LATAR BELAKANG & TUJUAN Menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan
Melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara  

Saat ini Sangha Mahayana dipimpin oleh
YA Sasana Keerthi Dharmasagaro Mahasthavira

Didampingi oleh Sekretaris Jenderal
YM Bhiksu Andhanavira Mahasthavira

Sekretariat :

Vihara Vajra Bodhi
Jl. Padjajaran No. 1 Bogor
Jawa Barat
Tel : 0251 - 325740




[at] sdr.edy,

di KASI nyata nyata ada digolongkan Sangha Mahayana Indonesia setara dengan Sangha Theravada Indonesia. Apakah ini bukan berarti Mahayana dan Theravada dalam artian organisasi ataupun apapun yang dianggap adalah sama. Sedangkan di WALUBI sekarang ini tidak berani mencantumkan Majelis di website-nya karena mayoritas substituen-nya sudah mundur dari WALUBI dan bergabung dalam KASI.

Mari kita analisa apa sebenarnya KASI dan "produk"-nya ini..

1. KASI adalah 'konferensi', yang dihadiri oleh berbagai schools of buddhism yang ada di INDONESIA. Tujuannya tentu kira-kira melindungi kepentingan umat buddha di Indonesia menghadapi tantangan secara bersama.
2. KASI, yang didalamnya ada sesepuh Theravada Indonesia (Y.M. Bhikkhu Pannavaro Mahathera) meresmikan keberadaan Sangha Mahayana Indonesia. (Bagaimana ini bisa terjadi? Sampai di sini status Sangha Mahayana ini sudah mulai tidak jelas dasarnya)
3. LATAR BELAKANG & TUJUAN Menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan Melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara. (Sangha Mahayana, apa tidak seharusnya melestarikan dan menyebarkan Mahayana di Nusantara?)
4. Apa mengajar? Siapa pengikutnya? Apa saja aturan yang ada di SMI yang harus dipatuhi oleh pengikutnya? Jika dikatakan sebagai satu tradisi. (Di sini terlihat sangat besar perbedaannya dengan Sangha Theravada Indonesia).
5. Siapa di dunia ini, yang mengakui Sangha Mahayana Indonesia sebagai otoritas yang berhak mewakili seluruh schools di dunia? Atau setidaknya di Indonesia?

Saudara dilbert, semisal saya memiliki dana yang cukup besar, memberikan sumbangan dalam jumlah yang tidak terkira ke vihara-vihara yang tersebar di Indonesia, merekrut orang-orang pintar dan saya beri gelar kepada mereka Ven.A, Ven.B, Ven.C, kemudian saya mengadakan bakti sosial, mengambil hati umat, dan pada akhirnya saya membentuk Sangha Mahayana Perjuangan Indonesia. Lebih dari apa yang dilakukan SMI, saya kemudian membentuk laskar, cell group (real member), dan dewan perwakilan. Membentuk aturan pokok dan menyiapkan bahan ajaran. Kemudian dengan koneksi pejabat di DPR dan pemerintahan dapat mempengaruhi peresmiannya oleh Dept.Agama, apakah itu berarti akan ada Sekte Mahayana tandingan? Kemudian jika saya proklamirkan sebagai Shangha Mahayana meliputi semua non-Theravada, apa berarti semua school non-Theravada di Indonesia harus patuh dengan satu aturan yang saya tentukan?

SMI, merupakan 'wadah persatuan.' bukan school, bukan tradisi, bukan sekte. Tidak mewakili siapa pun, tidak memiliki filosofi apa pun, dan tidak mempunyai aturan apa pun. SMI berfungsi saat dibutuhkan untuk mengadakan kegiatan bersama antar umat buddha non-Theravada di Indonesia.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 23 January 2009, 01:03:05 AM
http://www.kasi.or.id/index.php?hal=about

Konferensi Agung Sangha Indonesia yang dapat disingkat KASI, berdiri pada tanggal 14 November 1998, dimana lembaga ini diprakarsai oleh para Ketua Sangha yang ada di Indonesia yakni :
  
Y.M. Bhiksu Dharmasagaro Mahasthavira : Ketua Sangha Mahayana Indonesia
Y.M. Bhikkhu Pannavaro Mahathera : Ketua Sangha Theravadha Indonesia  
Y.M. Bhiksu Arya Maitri Mahasthavira : Wakil Ketua Sangha Agung Indonesia
 
KASI adalah Perhimpunan Sangha -Sangha dalam suatu persidangan (konferensi) Agung, dengan berpedoman pada Kitab Suci Agama Buddha (Tripitaka Pali, Mahayana, Tibet/kanjur), Lembaga ini sebagai pengambilan keputusan berpedoman Dhamma (Dhammaniyoga).

[/color]
http://www.kasi.or.id/index.php?hal=about3

SANGHA MAHAYANA INDONESIA

Berdiri tanggal 10 September 1978

Para pendiri :

Bhiksu Dharmabatama Mahasthavira ( Suhu Huat Sien)
Bhiksu Heng Sin
Bhiksu Sakyaputra Mahasthavira ( Suhu Seng Hiong)
Bhiksu Dharmasagaro Sthavira ( Suhu Ting Hay)
Bhiksu Mioa Kai
Bhiksu Ru Kong
Bhiksu Dharmasetya Sthavira ( Suhu Xing Xiu)
Bhiksu Miao Huat
Bhiksu Cong Gie
Bhiksuni Ti Yao
Bhiksuni Beng Kie
Bhiksuni Tuan Sin

LATAR BELAKANG & TUJUAN Menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan
Melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara  

Saat ini Sangha Mahayana dipimpin oleh
YA Sasana Keerthi Dharmasagaro Mahasthavira

Didampingi oleh Sekretaris Jenderal
YM Bhiksu Andhanavira Mahasthavira

Sekretariat :

Vihara Vajra Bodhi
Jl. Padjajaran No. 1 Bogor
Jawa Barat
Tel : 0251 - 325740




[at] sdr.edy,

di KASI nyata nyata ada digolongkan Sangha Mahayana Indonesia setara dengan Sangha Theravada Indonesia. Apakah ini bukan berarti Mahayana dan Theravada dalam artian organisasi ataupun apapun yang dianggap adalah sama. Sedangkan di WALUBI sekarang ini tidak berani mencantumkan Majelis di website-nya karena mayoritas substituen-nya sudah mundur dari WALUBI dan bergabung dalam KASI.

Mari kita analisa apa sebenarnya KASI dan "produk"-nya ini..

1. KASI adalah 'konferensi', yang dihadiri oleh berbagai schools of buddhism yang ada di INDONESIA. Tujuannya tentu kira-kira melindungi kepentingan umat buddha di Indonesia menghadapi tantangan secara bersama.
2. KASI, yang didalamnya ada sesepuh Theravada Indonesia (Y.M. Bhikkhu Pannavaro Mahathera) meresmikan keberadaan Sangha Mahayana Indonesia. (Bagaimana ini bisa terjadi? Sampai di sini status Sangha Mahayana ini sudah mulai tidak jelas dasarnya)
3. LATAR BELAKANG & TUJUAN Menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan Melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara. (Sangha Mahayana, apa tidak seharusnya melestarikan dan menyebarkan Mahayana di Nusantara?)
4. Apa mengajar? Siapa pengikutnya? Apa saja aturan yang ada di SMI yang harus dipatuhi oleh pengikutnya? Jika dikatakan sebagai satu tradisi. (Di sini terlihat sangat besar perbedaannya dengan Sangha Theravada Indonesia).
5. Siapa di dunia ini, yang mengakui Sangha Mahayana Indonesia sebagai otoritas yang berhak mewakili seluruh schools di dunia? Atau setidaknya di Indonesia?



sdr.edy,

Sangha MAhayana Indonesia terbentuk pada tahun 1978, Sedangkan KASI sendiri terbentuk pada tahun 1998, karena tiga organisasi buddhis utama di Indonesia (yaitu Sangha theravada, Sangha Mahayana dan Sangha Agung) keluar dari WALUBI dan sepakat membentuk suatu Konferensi...

kelihatannya sdr.edy membela argumen awal yang dari semula sudah "SALAH", mengatakan bahwa Mahayana itu seperti contoh kasus di Indonesia tidak ada organisasinya dsbnya... Tetapi ketika disodorkan bukti bahwa ada Organisasi yang menaungi kaum Mahayana, malah sdr.edy berkilah bahwa Sangha Mahayana Indonesia itu diresmikan oleh KASI (yang malah dalam kurung dikatakan ada sesepuh Theravada Pannavaro "bermain")...




Saudara dilbert, semisal saya memiliki dana yang cukup besar, memberikan sumbangan dalam jumlah yang tidak terkira ke vihara-vihara yang tersebar di Indonesia, merekrut orang-orang pintar dan saya beri gelar kepada mereka Ven.A, Ven.B, Ven.C, kemudian saya mengadakan bakti sosial, mengambil hati umat, dan pada akhirnya saya membentuk Sangha Mahayana Perjuangan Indonesia. Lebih dari apa yang dilakukan SMI, saya kemudian membentuk laskar, cell group (real member), dan dewan perwakilan. Membentuk aturan pokok dan menyiapkan bahan ajaran. Kemudian dengan koneksi pejabat di DPR dan pemerintahan dapat mempengaruhi peresmiannya oleh Dept.Agama, apakah itu berarti akan ada Sekte Mahayana tandingan? Kemudian jika saya proklamirkan sebagai Shangha Mahayana meliputi semua non-Theravada, apa berarti semua school non-Theravada di Indonesia harus patuh dengan satu aturan yang saya tentukan?

SMI, merupakan 'wadah persatuan.' bukan school, bukan tradisi, bukan sekte. Tidak mewakili siapa pun, tidak memiliki filosofi apa pun, dan tidak mempunyai aturan apa pun. SMI berfungsi saat dibutuhkan untuk mengadakan kegiatan bersama antar umat buddha non-Theravada di Indonesia.

Salam,

boleh sdr.edy bentuk yang semacam ini, lihat apakah memang bisa di"giring" para non-theravada ke dalam ?

justru KASI itu terbentuk karena para anggota SANGHA sudah tidak mau dipelintir oleh oknum oknum yang notabene bukan anggota SANGHA tetapi memperdaya anggota SANGHA demi kepentingan kelompok sendiri. Sekarang ini KASI murni terdiri dari para anggota SANGHA yang tahu persis apa yang terbaik baik organisasi buddhis.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 23 January 2009, 01:29:52 AM
Nah.. ini kutipan dari sutra-sutra yang ditanyakan saudara dilbert, mengenai One Buddha Vehicle. Tujuan saya posting di sini adalah untuk menunjukkan tidak ada kata mahayana/great vehicle/one vehicle/buddha vehicle yang merajuk ke satu kelembagaan/sekte. Semua tentang ajaran.

Quote
LANKAVATARA SUTRA

Chapter 7

THEN MAHAMATI ASKED the Blessed One, saying: Pray tell us, Blessed One, about the One Vehicle which the Blessed One has said characterises the attainment of the inner self-realisation of Noble Wisdom?
...
I call this the One Vehicle, not because it is the One Vehicle, but because it is only in solitude that one is able to recognise and realise the path of the One Vehicle. So long as the mind is distracted and is making conscious effort, there can be no culmination as regards the various vehicles; it is only when the mind is alone and quiet that it is able to forsake the discriminations of the external world and seek realisation of an inner realm where there is neither vehicle nor one who rides in it. I speak of the three vehicles in order to carry the ignorant.

Quote
Sutra of the Sixth Patriarch

Chapter 6

Moreover, the Sutra plainly teaches that there is only the one Buddha vehicle; that there are no others, no second, no third. It is because there is only one vehicle that Buddha had to preach to us with innumerable skillful means such as various reasons and argument, various parables and illustrations, etc. Do you not understand that the other three vehicles are makeshifts, useful for the past only; while the sole vehicle, the Buddha vehicle, is for the present because it is ultimate?

Chapter 8

The Patriarch continued, "Defilement (klesa) is wisdom (bodhi); The two are the same and are not different from each other. To break up klasa by Bodhi is only a teaching of the followers of the 'Small' and 'Middle' vehicles. To those of keen intellect and superior mental attainment, such teaching is disapproved."

"What, then, is the teaching of the Mahayana?"

"From the point of ordinary men," replied the Patriarch, "enlightenment and ignorance are two separate things. Wise men who thoroughly realise Mind-essence, know that they are of the same nature. This sameness of nature, that is, this non-duality of nature, is what is called 'true nature'; it neither decreases in the case of an ordinary man and ignorant person, nor increases in the case of an enlightened sage; it is undisturbed in an annoying situation, and is calm in Samadhi. It is neither eternal, nor not-eternal; it neither goes, nor comes, it is to be found neither in the interior, nor in exterior, nor in the space intervening between. It is beyond existence and nonexistence; its nature and its phenomena are always in a state of 'tathata'; it is both permanent and immutable. Such is the Norm."

Quote
Lotus Sutra Chapter 2

"By means of one sole vehicle, to wit, the Buddha-vehicle, Sâriputra, do I teach
creatures the law; there is no second vehicle, nor a third."

"I myself also, Sâriputra, am at the present period a Tathâgata, &c., for the
weal of many (&c., till) manifold; I myself also, Sâriputra, am preaching the law
to creatures (&c., till) the right path. Such is the law I preach to creatures.
And those creatures, Sâriputra, who now are hearing the law from me, shall all of
them reach supreme, perfect enlightenment. In this sense, Sâriputra, it must be
understood that nowhere in the world a second vehicle is taught, far less a
third."

"There is but one vehicle, Sâriputra, and that the Buddha-vehicle."

"53. There is, indeed, but one vehicle; there is no second, nor a third anywhere
in the world, apart from the case of the Purushottamas using an expedient to show
that there is a diversity of vehicles"

"68. It is but my skilfulness which prompts me to manifest three vehicles; for
there is but one vehicle and one track; there is also but one instruction by the
leaders."

Saya cukup yakin mengenai isi sutra-sutra tersebut karena liburan tahun baru kemaren saya habiskan untuk membaca semua. ;) Tidak ada maksud lain.. saya cuma ingin mengutarakan betapa confident mengatakan bahwa mahayana itu adalah ajaran, bukan tradisi/sekte.

Mengenai bahwa Theravada mengajarkan ajaran Buddha, itu adalah kesimpulan saya. Dari mana? Karena mereka adalah orang-orang yang berusaha mempertahankan Kanon Pali Tipitaka sebagai pedoman belajar. Rasanya Kanon Pali tidak perlu dijelaskan kenapa bisa dipastikan sebagai "ajaran Buddha." Dan di sana kita tidak mengenal istilah mahayana dan hinayana, apalagi sebagai definisi kelembagaan/sekte.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 23 January 2009, 01:52:10 AM
btw friends, saya sering dengar buddha menyatakan kira2 begini: "setelah meninggal, kalau ada ajaranku yang perlu diubah, ubah lah (sesuai kebutuhan (?))"  sampai sekarang saya belum sempat mencari sutra mana yang ada pernyataan itu. apa ada yang bisa beritahu ada yang seperti itu di mana?

tepatnya bukan ajaran yang diperbolehkan diubah tp berkaitan dgn pelaksanaan peraturan2 minor dalam vinaya.

_/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 23 January 2009, 01:54:11 AM
Sangha MAhayana Indonesia terbentuk pada tahun 1978, Sedangkan KASI sendiri terbentuk pada tahun 1998, karena tiga organisasi buddhis utama di Indonesia (yaitu Sangha theravada, Sangha Mahayana dan Sangha Agung) keluar dari WALUBI dan sepakat membentuk suatu Konferensi...

kelihatannya sdr.edy membela argumen awal yang dari semula sudah "SALAH", mengatakan bahwa Mahayana itu seperti contoh kasus di Indonesia tidak ada organisasinya dsbnya... Tetapi ketika disodorkan bukti bahwa ada Organisasi yang menaungi kaum Mahayana, malah sdr.edy berkilah bahwa Sangha Mahayana Indonesia itu diresmikan oleh KASI (yang malah dalam kurung dikatakan ada sesepuh Theravada Pannavaro "bermain")...

Untuk yang ini, saya harus mengakui adalah KESALAHAN SAYA menjudge SMI sebagai produk KASI. Kesalahan ini adalah akibat dari pengamatan yang tidak cermat atas eksistensi organisasi-organisasi yang melibatkan para sesepuh. Yang kedua, samasekali tidak ada maksud untuk memojokkan sesepuh Pannavaro terlibat dalam permainan apa pun, saya hanya meragukan fungsi dari SMI jika itu dikatakan sebagai sekte mahayana. Untuk semuanya, saya harus meminta maaf karena kesalahan ini.

Walaupun demikian adalah benar bahwa saya berargumen bahwa surat tersebut bukan bukti dari keberadaan satu sekte (alasan yang lain tetap berlaku). Tetap saja SMI adalah wadah persatuan, bukan tradisi/sekte. Dari awal sekali saya dan banyak orang (berdasarkan temuan di internet) tidaklah sepakat mengenai penggunaan kata mahayana untuk me-refer sekelompok orang yang tidak termasuk dalah Theravada (bagaimana dengan non-sectarian, apa juga dikelompokkan mahayana karena belajar dari sutra-sutra mahayana?). Walaupun seluruh sesepuh tradisi bertanda tangan, sangat wajar dipertanyakan apa dasar pengakuan surat tersebut.

boleh sdr.edy bentuk yang semacam ini, lihat apakah memang bisa di"giring" para non-theravada ke dalam ?

justru KASI itu terbentuk karena para anggota SANGHA sudah tidak mau dipelintir oleh oknum oknum yang notabene bukan anggota SANGHA tetapi memperdaya anggota SANGHA demi kepentingan kelompok sendiri. Sekarang ini KASI murni terdiri dari para anggota SANGHA yang tahu persis apa yang terbaik baik organisasi buddhis.

Saudara dilbert, sedari awal yang ingin saya dengar adalah kata "non-theravada" sebagai identifikasi untuk semua tradisi di luar theravada. 'Mahayana' just does not fit gitu loh.. :) Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar mengenai mahayana jika sedari awal: pertanyaan, jawaban, kita sepakati seperti ini.

Salam, dan sekali lagi mohon maaf sebesarbesarnya atas kebodohan yang telah terjadi.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 23 January 2009, 02:07:33 AM
btw friends, saya sering dengar buddha menyatakan kira2 begini: "setelah meninggal, kalau ada ajaranku yang perlu diubah, ubah lah (sesuai kebutuhan (?))"  sampai sekarang saya belum sempat mencari sutra mana yang ada pernyataan itu. apa ada yang bisa beritahu ada yang seperti itu di mana?

tepatnya bukan ajaran yang diperbolehkan diubah tp berkaitan dgn pelaksanaan peraturan2 minor dalam vinaya.

_/\_

ah ya.. ternyata benar ada, terima kasih saudara xuvie. baru saja saya menemukan salah satu link: http://wisdomquarterly.blogspot.com/2008/08/mahayana-theravada-difference.html (dari buku Gems of Buddhist Wisdom, karangan Dr. W. Rahula -masih belum ketemu juga sutranya):

Quote
Before the Buddha’s was to pass into nirvana, he told Ananda that if the Order wished to amend or modify some 'minor' rules after his passing, they could do so. But on that occasion Ananda, overpowered by grief on hearing of the Buddha’s impending passing, it did not occur to him to ask what the “minor” rules were.

As the members of the First Council were unable to agree as to what constituted those minor rules, Maha Kassapa finally ruled that no disciplinary rule laid down by the Buddha should be changed and that no new ones should be introduced. No intrinsic reason was given. Maha Kassapa did say one thing, however: “If we changed the rules, people would say that Ven. Gautama’s disciples changed them even before his funeral pyre had gone out.

Saya ingin kembali menggarisbawahi: ini tidak ada hubungan dengan diskusi theravada dan mahayana. saya hanya bertanya ada di sutra apa, pernyataan seperti ini. dan bukan berarti saya meyakini kebenaran pernyataan dari buku Gems of Buddhist Wisdom, karena saya sendiri belum memastikan apa benar seperti itu.

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 23 January 2009, 07:59:06 AM
Nah.. ini kutipan dari sutra-sutra yang ditanyakan saudara dilbert, mengenai One Buddha Vehicle. Tujuan saya posting di sini adalah untuk menunjukkan tidak ada kata mahayana/great vehicle/one vehicle/buddha vehicle yang merajuk ke satu kelembagaan/sekte. Semua tentang ajaran.

Quote
LANKAVATARA SUTRA

Chapter 7

THEN MAHAMATI ASKED the Blessed One, saying: Pray tell us, Blessed One, about the One Vehicle which the Blessed One has said characterises the attainment of the inner self-realisation of Noble Wisdom?
...
I call this the One Vehicle, not because it is the One Vehicle, but because it is only in solitude that one is able to recognise and realise the path of the One Vehicle. So long as the mind is distracted and is making conscious effort, there can be no culmination as regards the various vehicles; it is only when the mind is alone and quiet that it is able to forsake the discriminations of the external world and seek realisation of an inner realm where there is neither vehicle nor one who rides in it. I speak of the three vehicles in order to carry the ignorant.

Quote
Sutra of the Sixth Patriarch

Chapter 6

Moreover, the Sutra plainly teaches that there is only the one Buddha vehicle; that there are no others, no second, no third. It is because there is only one vehicle that Buddha had to preach to us with innumerable skillful means such as various reasons and argument, various parables and illustrations, etc. Do you not understand that the other three vehicles are makeshifts, useful for the past only; while the sole vehicle, the Buddha vehicle, is for the present because it is ultimate?

Chapter 8

The Patriarch continued, "Defilement (klesa) is wisdom (bodhi); The two are the same and are not different from each other. To break up klasa by Bodhi is only a teaching of the followers of the 'Small' and 'Middle' vehicles. To those of keen intellect and superior mental attainment, such teaching is disapproved."

"What, then, is the teaching of the Mahayana?"

"From the point of ordinary men," replied the Patriarch, "enlightenment and ignorance are two separate things. Wise men who thoroughly realise Mind-essence, know that they are of the same nature. This sameness of nature, that is, this non-duality of nature, is what is called 'true nature'; it neither decreases in the case of an ordinary man and ignorant person, nor increases in the case of an enlightened sage; it is undisturbed in an annoying situation, and is calm in Samadhi. It is neither eternal, nor not-eternal; it neither goes, nor comes, it is to be found neither in the interior, nor in exterior, nor in the space intervening between. It is beyond existence and nonexistence; its nature and its phenomena are always in a state of 'tathata'; it is both permanent and immutable. Such is the Norm."

Quote
Lotus Sutra Chapter 2

"By means of one sole vehicle, to wit, the Buddha-vehicle, Sâriputra, do I teach
creatures the law; there is no second vehicle, nor a third."

"I myself also, Sâriputra, am at the present period a Tathâgata, &c., for the
weal of many (&c., till) manifold; I myself also, Sâriputra, am preaching the law
to creatures (&c., till) the right path. Such is the law I preach to creatures.
And those creatures, Sâriputra, who now are hearing the law from me, shall all of
them reach supreme, perfect enlightenment. In this sense, Sâriputra, it must be
understood that nowhere in the world a second vehicle is taught, far less a
third."

"There is but one vehicle, Sâriputra, and that the Buddha-vehicle."

"53. There is, indeed, but one vehicle; there is no second, nor a third anywhere
in the world, apart from the case of the Purushottamas using an expedient to show
that there is a diversity of vehicles"

"68. It is but my skilfulness which prompts me to manifest three vehicles; for
there is but one vehicle and one track; there is also but one instruction by the
leaders."

Saya cukup yakin mengenai isi sutra-sutra tersebut karena liburan tahun baru kemaren saya habiskan untuk membaca semua. ;) Tidak ada maksud lain.. saya cuma ingin mengutarakan betapa confident mengatakan bahwa mahayana itu adalah ajaran, bukan tradisi/sekte.

Mengenai bahwa Theravada mengajarkan ajaran Buddha, itu adalah kesimpulan saya. Dari mana? Karena mereka adalah orang-orang yang berusaha mempertahankan Kanon Pali Tipitaka sebagai pedoman belajar. Rasanya Kanon Pali tidak perlu dijelaskan kenapa bisa dipastikan sebagai "ajaran Buddha." Dan di sana kita tidak mengenal istilah mahayana dan hinayana, apalagi sebagai definisi kelembagaan/sekte.

Salam,

Kata Theravada sendiri artinya adalah Ajaran sesepuh, (Thera = sesepuh/tetua dan vada = ajaran/ucapan), adalah diidentikkan dengan ajaran dari aliran Sthavira  yang menurut "cerita" dalam konsili Sangha III itu berusaha mempertahankan ajaran-ajaran lama. Sedangkan kata-kata Mahayana sendiri muncul dari sutra sutra mahayana, dan menurut ajaran Mahayana, dan juga dikatakan sebagai satu kendaraan, karena ajaran Mahayana juga membawa kepada satu tujuan yaitu pencapaian penerangan sempurna (kebuddhaan).

Hanya saja ajaran Mahayana menitikberatkan pada jalur bodhisatva untuk pencapaian sammasambuddha, dimana dikenal adanya tingkatan tingkatan bodhisatva, dan para sravaka (diidentikkan dengan pencapaian oleh para sthaviradin/theravadin) adalah setara dengan bodhisatva tingkat ke-7, dan menurut sutra mahayana, bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

point point inilah yang mendasari perbedaan pendapat antara Theravada dan MAhayana dimana pada Theravada dikatakan bahwa seorang Savaka Buddha adalah SUDAH FINAL (FINISH), sedangkan menurut Mahayana, para Sravaka masih bisa melanjutkan "perjalanan hidup" lagi dan menempuh karir bodhisatva hingga mencapai tingkat 10.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 January 2009, 09:13:38 AM
point point inilah yang mendasari perbedaan pendapat antara Theravada dan MAhayana dimana pada Theravada dikatakan bahwa seorang Savaka Buddha adalah SUDAH FINAL (FINISH), sedangkan menurut Mahayana, para Sravaka masih bisa melanjutkan "perjalanan hidup" lagi dan menempuh karir bodhisatva hingga mencapai tingkat 10.

Gak semua Mahayana. Saudara Chingik boleh berpendapat semua Mahayana, tetapi saya pernah posting sebuah Sutra Mahayana yang menunjukkan bahwa Sravaka sudah final. Sutra tersebut ditunjukkan oleh seorang Bhiksu Mahayana yang mengajar di Taiwan. Beliau menunjukkan bahwa Mahayana awal hanya berpendapat pencapaian Samyaksambuddha lebih mulia.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 23 January 2009, 09:20:51 AM
saya baru baca buku Mahayana karangan Jo Priastana ,buku berwarna merah,disitu terang2an tertulis bahwa Hinayana = Theravada karena bersikukuh pada keterikatan Vinaya dimana dianggap Mahayana sebagai 2 ekstrim yaitu pemuasaan diri dan penyiksaan diri. sedangkan Mahayana menitikberatkan pada penafsiran yang lebih liberal dari Ajaran Buddha.

Mereka menggunakan penolakan Arahat Purana pada Konsili I sebagai titik awal kemunculan Mahayana,dan pada konsili ketiga terdapat rapat dari mereka yang sudah Arahat(Mahasangiti) dan tergabung mereka yang belum mencapai apa-apa(Mahasanghika) sehingga terjadilah sebuah sistem tafsir menafsir sesuai keperluan pribadi.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 23 January 2009, 11:43:06 AM
Kata Theravada sendiri artinya adalah Ajaran sesepuh, (Thera = sesepuh/tetua dan vada = ajaran/ucapan), adalah diidentikkan dengan ajaran dari aliran Sthavira  yang menurut "cerita" dalam konsili Sangha III itu berusaha mempertahankan ajaran-ajaran lama. Sedangkan kata-kata Mahayana sendiri muncul dari sutra sutra mahayana, dan ...

Sesuatu disebut tradisi bukanlah karena nama, surat kuasa, gelar, dsb; melainkan karena ada/pernah ada yang menjalankannya (pengikut). Tradisi masak ketupat, tradisi bagi angpao, dan tradisi puasa sebagai contoh; ada orang-orang yang melakukan aktifitas masak ketupat, bagi angpao, dan puasa. Theravada secara literal berarti Ajaran Sesepuh, tetapi dalam realita adalah suatu praktek oleh sekelompok orang yaitu "usaha mempertahankan ajaran-ajaran lama." [Saya comot dari pernyataan di atas, CMIIW] Kenapa harus demikian? Karena Theravada tidak disebutkan dalam sutra Buddha, melainkan ditentukan oleh orang lain/sekelompok orang. Terlepas apa alasan tradisi tersebut dilakukan, jika ada orang di luar Theravada yang mengatakan itu buruk atau salah maka itu disebut pendapat sepihak. Ketika ada orang dalam yang tidak berpendapat seperti itu, maka itu yang disebut revolusi (OOT).

Quote
... menurut ajaran Mahayana, dan juga dikatakan sebagai satu kendaraan, karena ajaran Mahayana juga membawa kepada satu tujuan yaitu pencapaian penerangan sempurna (kebuddhaan)."

Hanya saja ajaran Mahayana menitikberatkan pada jalur bodhisatva untuk pencapaian sammasambuddha, dimana dikenal adanya tingkatan tingkatan bodhisatva, dan para sravaka (diidentikkan dengan pencapaian oleh para sthaviradin/theravadin) adalah setara dengan bodhisatva tingkat ke-7, dan menurut sutra mahayana, bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

Sebelumnya saya ingin memastikan bahwa tidak pernah ada keinginan untuk menjelaskan isi/arti ajaran Mahayana itu, poin saya hanya sampai di: Mahayana adalah ajaran, bukan tradisi. Tafsir mengenai seperti apa mahayana, tujuannya apa, dalam praktek seperti apa adalah hak tiap pembaca untuk menentukan (selain mungkin Sang Buddha dan para Boddhisattva).

Quote
point point inilah yang mendasari perbedaan pendapat antara Theravada dan MAhayana dimana pada Theravada dikatakan bahwa seorang Savaka Buddha adalah SUDAH FINAL (FINISH), sedangkan menurut Mahayana, para Sravaka masih bisa melanjutkan "perjalanan hidup" lagi dan menempuh karir bodhisatva hingga mencapai tingkat 10.

Menjadi tepat.. jika seseorang menentukan arti yang fixed untuk kata Mahayana serta memberikan definisi mengenai praktek apa saja yang berkaitan, kemudian membandingkannya dengan Theravada. Tetapi dalam hal ini kata Mahayana sudah berubah menjadi tradisi, dan tentu saja tradisi tertentu (karena ada banyak tradisi selain Theravada).

Sangat bisa dimengerti jika kesalahpahaman seperti ini selalu terjadi, yaitu mengidentikkan mahayana dan tradisi "sekte mahayana." Buddhisme melibatkan banyak pemikiran dan telah melewati sejarah yang sangat panjang. Dari ajaran mahayana yang paling saya rasakan adalah semangat liberation dan universalism (selain boddhisattvahood, compassion, buddha-nature, dsb). Ini akan hilang ketika ajaran tersebut terkotak ke dalam satu tradisi tertentu, dan pada saat itu mahayana tidak memiliki arti sama lagi (bagi saya, tentu. dan akan berlaku juga bagi setiap pengikut tradisi yang berbeda-beda). Tanyakan arti mahayana kepada orang Pure Land, mungkin jawabannya compassion menuju Pure Land; tanyakan kepada orang Zen, mungkin dijawab "tidak ada mahayana." (Ini contoh saja ya.. untuk pasti dan benarnya bisa ditanyakan langsung ke orang yang sesuai).

Ini diskusi yang sangat menarik.. masing-masing saling mencoba menjabarkan apa maksud pernyataannya. Jika terus seperti ini hasilnya pasti akan positif :)

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: eddyg30 on 23 January 2009, 12:34:49 PM
tepatnya bukan ajaran yang diperbolehkan diubah tp berkaitan dgn pelaksanaan peraturan2 minor dalam vinaya.

_/\_

http://wisdomquarterly.blogspot.com/2008/08/mahayana-theravada-difference.html (dari buku Gems of Buddhist Wisdom, karangan Dr. W. Rahula):
Quote
Before the Buddha’s was to pass into nirvana, he told Ananda that if the Order wished to amend or modify some 'minor' rules after his passing, they could do so. But on that occasion Ananda, overpowered by grief on hearing of the Buddha’s impending passing, it did not occur to him to ask what the “minor” rules were.

As the members of the First Council were unable to agree as to what constituted those minor rules, Maha Kassapa finally ruled that no disciplinary rule laid down by the Buddha should be changed and that no new ones should be introduced. No intrinsic reason was given. Maha Kassapa did say one thing, however: “If we changed the rules, people would say that Ven. Gautama’s disciples changed them even before his funeral pyre had gone out.

Sudah ketemu sutranya: Maha-parinibbana Sutta (DN 16.6)
Quote
Then the Blessed One said to Ven. Ananda, "Now, if it occurs to any of you — 'The teaching has lost its authority; we are without a Teacher' — do not view it in that way. Whatever Dhamma & Vinaya I have pointed out & formulated for you, that will be your Teacher when I am gone.

"At present, the monks address one another as 'friend,' but after I am gone they are not to address one another that way. The more senior monks are to address the newer monks by their name or clan or as 'friend.' The newer monks are to address the more senior monks as 'venerable' or 'sir.'

"After I am gone, the sangha — if it wants — may abolish the lesser & minor training rules.

Quote
The Cullavagga (XI.9) tells of how the monks at the First Council could not agree on which rules should be classed as lesser & minor. Ven. Ananda himself confessed that he neglected to ask the Buddha on this point. One of the monks made a motion that — since many of the rules affect the laity, and the laity would look down on the monks for rescinding them after the Buddha's death — none of the rules should be rescinded. This motion was adopted by the Council.

No comment..

Salam,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 31 January 2009, 11:31:26 PM
Waduh... ada lagi anggapan kalau Theravada bukan sekte ya..... ya sudah.... kalau gitu rame2 aja kita ganti nama Sangha Theravada jadi Sangha Mahaviharavasin terus ada juga Majelis Agama Buddha Mahaviharavasin Indonesia......wkwkwk....atau..... Majelis Buddha Dhammayut Indonesia??

Soalnya kalau pake "Theravada"..... para bhiksu Mahayana dan Vajrayana di Indonesia semuanya ya bhiksu Theravada [Sthaviravada]!!

Hinayana tentu anda sudah tahu, tidak hanya mencakup Theravada saja. Bahkan ketika penulis Mahayana di India mengatakan Hinayana, biasanya yang dimaksud adalah sekte Sarvastivada dan Sautantrika. Bahkan kelompok Mahasanghika juga Hinayana.

Theravada (Skt. Sthaviravada) sebenarnya mencakup berbagai anak sekte di dalamnya.... seperti Pudgalavadin, Vatsiputriya, Mahisasaka, Dharmagupta, Mahaviharavasin, Sarvastivada, Mula-sarvastivada, Abhayagirivasin dan Sammitiya.

Namun di masa modern ini, istilah "Theravada" hanya menunjuk pada golongan Mahaviharavasin saja.

Padahal kalau mau dilihat lagi, semua bhiksu Tiongkok dan Tibet yang juga bhiksu Theravada [Sthaviravada]. Maka dari itu di belakang nama para Bhiksu Mahayana digunakan "Sthavira" [Thera] atau "Mahasthavira" [Mahathera], karena mereka menggunakan Vinaya Dharmagupta yang merupakan salah satu percabangan dari Sthaviravada, seperti:

Bhiksu Dharmabatama Mahasthavira ( Suhu Huat Sien)
Bhiksu Sakyaputra Mahasthavira ( Suhu Seng Hiong)
Bhiksu Dharmasagaro Sthavira ( Suhu Ting Hay)
Bhiksu Dharmasetya Sthavira ( Suhu Xing Xiu)

Dalam sosiologi agama "sekte" umumnya adalah sebuah kelompok keagamaan atau politik yang memisahkan diri dari kelompok yang lebih besar, biasanya karena pertikaian tentang masalah-masalah doktriner.

Nah, Mahayana adalah kebalikannya. Mahayana tidak memisahkan diri. Mahayana adalah kendaraan atau wahana (yana) yang menyatukan semua sekte, seperti yang kita lihat pada kitab Manjusri Pariprccha Sutra. 18 aliran agama Buddha adalah keluarga besar Mahayana. Mahayana adalah gerakan non-sektarian. Mahayana adalah gerakan reformasi ketika 18 aliran saling gontok-gontokan dengan Abhidharma-nya masing-masing.

“Sekte Mahasanghika akan terbagi menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana"
(Manjusri Pariprccha Sutra)

“Meskipun kelima sekte [utama - Mahasanghika, Dharmagupta, Sarvastivada, Kasyapiya, Mahisasaka] ini berbeda satu sama lainnya, namun mereka tidak mengganggu semua Dharmadhatu dari Buddha dan Nirvana Agung
(Mahavaipulyamahasamnipata Sutra)

Sehelai pakaian yang tidak terobek oleh tangan 18 orang pria, setelah helai pakaian yang mula-mula dibagi menjadi 18 helai, menandakan bahwa meskipun Ajaran Buddha akan terbagi menjadi 18 sekte, masing-masing sekte akan mendapatkan kesempatan untuk mencapai pencerahan.
(Sumagadhavadana)

Bahkan para pandita Mahayana semuanya ditahbiskan menurut Vinaya yang berbeda-beda... ada yang Mahasanghika... ada yang Sarvastivada.... ada yang Sammitiya... ada yang Mulasarvastivada.....Bahkan di Srilanka, vihara Abhayagiri adalah tempat "Mahayana Theravadin [-Vibhajyavadin]". Dan sekarang kita lihat di Vihara-vihara Mahayana ada "Mahayana Dharmaguptaka" dan di vihara-vihara Vajrayana ada "Mahayana Mulasarvastivada".

Namun sesuai hukum alamiah, maka tak dihindari lagi Mahayana juga menjadi sebuah sekte di negara-negara Asia Timur, namun aslinya di India, Mahayana adalah sebuah gerakan. Sama seperti Buddhayana di Indonesia, konsep yang mendasari Buddhayana adalah gerakan non-sekte, tapi akhirnya malah menjadi sebuah sekte. Tapi toh meskipun demikian saya masih sangat menghargai Buddhayana, karena meskipun sudah menjadi sekte, semangat non-sekte mereka masih sangat kuat.

Bahkan Handaka Vijjananda dari Buddhayana pun mampu menyajikan buku Theravada yang sangat bagus dan otentik seperti Riwayat Agung Para Buddha, tanpa tercampur-campur dengan aliran lain!!

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 31 January 2009, 11:41:25 PM
Waduh... ada lagi anggapan kalau Theravada bukan sekte ya..... ya sudah.... kalau gitu rame2 aja kita ganti nama Sangha Theravada jadi Sangha Mahaviharavasin terus ada juga Majelis Agama Buddha Mahaviharavasin Indonesia......wkwkwk....atau..... Majelis Buddha Dhammayut Indonesia??

Soalnya kalau pake "Theravada"..... para bhiksu Mahayana dan Vajrayana di Indonesia semuanya ya bhiksu Theravada [Sthaviravada]!!

Hinayana tentu anda sudah tahu, tidak hanya mencakup Theravada saja. Bahkan ketika penulis Mahayana di India mengatakan Hinayana, biasanya yang dimaksud adalah sekte Sarvastivada dan Sautantrika. Bahkan kelompok Mahasanghika juga Hinayana.

Theravada (Skt. Sthaviravada) sebenarnya mencakup berbagai anak sekte di dalamnya.... seperti Pudgalavadin, Vatsiputriya, Mahisasaka, Dharmagupta, Mahaviharavasin, Sarvastivada, Mula-sarvastivada, Abhayagirivasin dan Sammitiya.

Namun di masa modern ini, istilah "Theravada" hanya menunjuk pada golongan Mahaviharavasin saja.

Padahal kalau mau dilihat lagi, semua bhiksu Tiongkok dan Tibet yang juga bhiksu Theravada [Sthaviravada]. Maka dari itu di belakang nama para Bhiksu Mahayana digunakan "Sthavira" [Thera] atau "Mahasthavira" [Mahathera], karena mereka menggunakan Vinaya Dharmagupta yang merupakan salah satu percabangan dari Sthaviravada, seperti:

Bhiksu Dharmabatama Mahasthavira ( Suhu Huat Sien)
Bhiksu Sakyaputra Mahasthavira ( Suhu Seng Hiong)
Bhiksu Dharmasagaro Sthavira ( Suhu Ting Hay)
Bhiksu Dharmasetya Sthavira ( Suhu Xing Xiu)

Dalam sosiologi agama "sekte" umumnya adalah sebuah kelompok keagamaan atau politik yang memisahkan diri dari kelompok yang lebih besar, biasanya karena pertikaian tentang masalah-masalah doktriner.

Nah, Mahayana adalah kebalikannya. Mahayana tidak memisahkan diri. Mahayana adalah kendaraan atau wahana (yana) yang menyatukan semua sekte, seperti yang kita lihat pada kitab Manjusri Pariprccha Sutra. 18 aliran agama Buddha adalah keluarga besar Mahayana. Mahayana adalah gerakan non-sektarian. Mahayana adalah gerakan reformasi ketika 18 aliran saling gontok-gontokan dengan Abhidharma-nya masing-masing.

“Sekte Mahasanghika akan terbagi menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana"
(Manjusri Pariprccha Sutra)

“Meskipun kelima sekte [utama - Mahasanghika, Dharmagupta, Sarvastivada, Kasyapiya, Mahisasaka] ini berbeda satu sama lainnya, namun mereka tidak mengganggu semua Dharmadhatu dari Buddha dan Nirvana Agung
(Mahavaipulyamahasamnipata Sutra)

Sehelai pakaian yang tidak terobek oleh tangan 18 orang pria, setelah helai pakaian yang mula-mula dibagi menjadi 18 helai, menandakan bahwa meskipun Ajaran Buddha akan terbagi menjadi 18 sekte, masing-masing sekte akan mendapatkan kesempatan untuk mencapai pencerahan.
(Sumagadhavadana)

Bahkan para pandita Mahayana semuanya ditahbiskan menurut Vinaya yang berbeda-beda... ada yang Mahasanghika... ada yang Sarvastivada.... ada yang Sammitiya... ada yang Mulasarvastivada.....Bahkan di Srilanka, vihara Abhayagiri adalah tempat "Mahayana Theravadin [-Vibhajyavadin]". Dan sekarang kita lihat di Vihara-vihara Mahayana ada "Mahayana Dharmaguptaka" dan di vihara-vihara Vajrayana ada "Mahayana Mulasarvastivada".

Namun sesuai hukum alamiah, maka tak dihindari lagi Mahayana juga menjadi sebuah sekte di negara-negara Asia Timur, namun aslinya di India, Mahayana adalah sebuah gerakan. Sama seperti Buddhayana di Indonesia, konsep yang mendasari Buddhayana adalah gerakan non-sekte, tapi akhirnya malah menjadi sebuah sekte. Tapi toh meskipun demikian saya masih sangat menghargai Buddhayana, karena meskipun sudah menjadi sekte, semangat non-sekte mereka masih sangat kuat.

Bahkan Handaka Vijjananda dari Buddhayana pun mampu menyajikan buku Theravada yang sangat bagus dan otentik seperti Riwayat Agung Para Buddha, tanpa tercampur-campur dengan aliran lain!!

 _/\_
The Siddha Wanderer

Gak masalah donk... kalau Theravada mau diganti jadi Mahaviharavasin atau yang lain... bagaimanapun kan yang diganti label... yang jadi masalah kan katanya theravada itu adalah sekte sedangkan mahayana adalah ajaran... Lha yang diquote oleh sdr.edy tentang mengapa mahayana disebut ajaran sedangkan theravada bukan adalah berkaitan dengan organisasi, dan sbg-nya... dan semua itu kan sudah dibuktikan bahwa mahayana pun memiliki apa yang dimiliki oleh theravada khususnya di Indonesia... kalau mau bandingkan, juga bandingkan dengan mahayana, theravada dan tantra di luar negeri.

BAgaimana dengan di Malaysia, Singapura dan beberapa negara yang memiliki keragaman aliran buddhisme... Kalau dibandingkan dengan di Thailand yang notabene mayoritas Theravada tentunya yang mahayana tidak begitu eksis... kalau di daerah asia timur seperti China, Jepang dan Taiwan, maka yang mayoritas adalah aliran aliran mahayana sedangkan yang theravada tidak begitu eksis... kalau di Tibet, kan yang mayoritas adalah tantra/vajrayana sedangkan mahayana (diluar tantra) dan theravada juga tidak begitu eksis...

Apakah Theravada di Thailand bukan ajaran ? apakah mahayana (beserta semua aliran spt aliran sukhavati, aliran chan, aliran tian tai dsbnya) di Asia Timur bukan ajaran ? Apakah Tantra/Vajrayana di Tibet bukan ajaran ? Saya kira semuanya di daerah tersebut menyatakan bahwa ajaran yang diikuti merupakan ajaran buddha...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 01 February 2009, 06:58:51 AM
Quote
Gak masalah donk... kalau Theravada mau diganti jadi Mahaviharavasin atau yang lain... bagaimanapun kan yang diganti label... yang jadi masalah kan katanya theravada itu adalah sekte sedangkan mahayana adalah ajaran... Lha yang diquote oleh sdr.edy tentang mengapa mahayana disebut ajaran sedangkan theravada bukan adalah berkaitan dengan organisasi, dan sbg-nya... dan semua itu kan sudah dibuktikan bahwa mahayana pun memiliki apa yang dimiliki oleh theravada khususnya di Indonesia... kalau mau bandingkan, juga bandingkan dengan mahayana, theravada dan tantra di luar negeri.

BAgaimana dengan di Malaysia, Singapura dan beberapa negara yang memiliki keragaman aliran buddhisme... Kalau dibandingkan dengan di Thailand yang notabene mayoritas Theravada tentunya yang mahayana tidak begitu eksis... kalau di daerah asia timur seperti China, Jepang dan Taiwan, maka yang mayoritas adalah aliran aliran mahayana sedangkan yang theravada tidak begitu eksis... kalau di Tibet, kan yang mayoritas adalah tantra/vajrayana sedangkan mahayana (diluar tantra) dan theravada juga tidak begitu eksis...

Apakah Theravada di Thailand bukan ajaran ? apakah mahayana (beserta semua aliran spt aliran sukhavati, aliran chan, aliran tian tai dsbnya) di Asia Timur bukan ajaran ? Apakah Tantra/Vajrayana di Tibet bukan ajaran ? Saya kira semuanya di daerah tersebut menyatakan bahwa ajaran yang diikuti merupakan ajaran buddha...

Ya... yang saya bahas  di sini adalah "sekte", saya tidak mempersoalkan istilah "ajaran" di sini.

Pada masa sekarang baik Theravada, Mahayana maupun Vajrayana adalah sekte, namun pada masa awal tidak demikian.

Pada masa awal, Theravada Mahaviharavasin sudah merupakan sekte sejak awal terbentuknya. Sedangkan Mahayana adalah sebuah gerakan untuk mempersatukan sekte-sekte yang bertikai ini, serta mengembalikan semangat asli ajaran Sang Buddha yaitu mengenalkan kembali ajaran Bodhisattva yang dibabarkan Sang Buddha yang sangat erat kaitannya dengan inti ajaran Buddha yaitu maitri (cinta kasih) dan Bodhicitta!

Bila kita melihat definisi sekte:
Dalam sosiologi agama "sekte" umumnya adalah sebuah kelompok keagamaan atau politik yang memisahkan diri dari kelompok yang lebih besar, biasanya karena pertikaian tentang masalah-masalah doktriner.

Maka, melihat ciri-ciri di atas, Theravada Mahaviharavasin adalah termasuk sekte, karena Theravada Mahaviharavasin bukanlah Sangha mula-mula, ia adalah sekte yang terpecah dari golongan Sthavira. Mahaviharavasin adalah kelompok yang memisahkan diri dari kelompok Sthavira yang lebih besar.

Kedudukan Mahaviharavasin sejajar dengan Sarvastivada, Dharmaguptaka, dsb.... Golongan Sthavira sudah terpecah sedemikian rupa.

Bahkan menurut Vinaya Mahasanghika, golongan Sthavira adalah golongan yang memisahkan diri dari Sangha mula-mula, dengan menambahi peraturan Vinaya sendiri. Sedangkan Mahasanghika memakai Vinaya sebagaimana yang diajarkan Sang Buddha.

Memang semua adalah ajaran. Namun pada awalnya, tidak semua adalah "sekte". Dan Theravada Mahaviharavasin atau Dhammayut MEMANG sekte.

Lalu apa itu Sangha mula-mula? Konon ada yang mengatakan Sangha mula-mula adalah Sangha Haimavata. Namun ada juga sumber-sumber yang menyatakan bahwa Haimavata juga adalah salah satu dari sekte yang terpecah-pecah itu.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 01 February 2009, 09:40:07 AM
[at] gandalf...

nice posting yang di atas...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sattaloka on 17 November 2009, 11:02:34 AM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sukma Kemenyan on 17 November 2009, 12:53:45 PM
 [at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 19 November 2009, 12:12:48 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan, semua sama sama meng-klaim ajaran yang di-ikuti merupakan ajaran Siddharta. Kalau saya sih lebih melihat kepada alur logika suatu ajaran, apakah nyambung dari depan ke belakang, demikian juga kalau di runut balik dari belakang ke depan, konsisten gak ??
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 19 November 2009, 12:21:53 PM
sutra mahayana konsisten ga?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 19 November 2009, 12:53:22 PM
sutra mahayana konsisten ga?

sutta theravada konsisten ga ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: wen78 on 19 November 2009, 01:02:57 PM
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

dalem oiii....  :))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:06:58 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 19 November 2009, 01:17:35 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:18:42 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:21:13 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 19 November 2009, 01:22:43 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri

Bro Purnama,
apakah anda mengatakan bahwa Mahayana berkembang karena tidak mampu menjaga Vinaya?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 19 November 2009, 01:23:24 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya

tera = kecil vada = kendaraan -> ambil dari kamus mana?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:25:19 PM
Dalam masyarakat Buddhis berkembang Agama Buddha dengan dua tradisi besar yaitu tradisi India yang dikenal dengan istilah Theravada, dan tradisi Tiongkok yang dikenal dengan istilah Mahayana. Tantrayana atau Vajrayana atau Agama Buddha dengan tradisi Tibet lebih sering digolongkan sebagai bagian dari Agama Buddha tradisi Tiongkok. ===> mesti di koreksi. dalam sejarah siapa mahayana itu tiongkok ???. Mahayana itu berasal dari india selatan, jelas salah refrensi
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:25:57 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya

tera = kecil vada = kendaraan -> ambil dari kamus mana?

Pelajaran agama buddha dasar dari departemen pendidikan pak
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 19 November 2009, 01:31:53 PM
=)) =)) =))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:33:33 PM
theravada tanpa mahayana tidak seimbang, bergitu juga sebaliknya ha..
sama2 ajaran buddha kok beda yah

Sebenarnya sama. yang bikin beda itu anda sendiri. Pemikiran anda sendiri.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:36:18 PM
saya baru baca buku Mahayana karangan Jo Priastana ,buku berwarna merah,disitu terang2an tertulis bahwa Hinayana = Theravada karena bersikukuh pada keterikatan Vinaya dimana dianggap Mahayana sebagai 2 ekstrim yaitu pemuasaan diri dan penyiksaan diri. sedangkan Mahayana menitikberatkan pada penafsiran yang lebih liberal dari Ajaran Buddha.

Mereka menggunakan penolakan Arahat Purana pada Konsili I sebagai titik awal kemunculan Mahayana,dan pada konsili ketiga terdapat rapat dari mereka yang sudah Arahat(Mahasangiti) dan tergabung mereka yang belum mencapai apa-apa(Mahasanghika) sehingga terjadilah sebuah sistem tafsir menafsir sesuai keperluan pribadi.

nama bukunya ?
Terbitannnya?
menurut pandangan g mah dia tulis itu yang teravadanya itu hinaya fanatik kale.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:42:23 PM
anda milih teravada dan anda milih mahayana ibarat anda memilih kopi dengan teh, anda mau minum kopi silakan, mau minum teh silakan, selera anda, rasanya memang lain, kepuasaan batinnya memang lain, tapi sama - sama minuman.
Begitu  juga aliran budhism.

Jangan mengira aliran teravada itu tidak pecah eksis sampe sekarang. itu karena anda tidak buka pikiran anda, kalo anda ke srilangka, birma, thailand, sekte teravada itu juga banyak cabang sama seperti mahayana. (artinya sistem hinaya teravada itu sudah tidak eksis lagi keasliannya).

Semua aliran Buddhism itu sama, kalo saling menjatuhkan buat apa?.
Sama aja anda mencederai anggota badan anda sendiri kok
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 19 November 2009, 01:46:36 PM
saya baru baca buku Mahayana karangan Jo Priastana ,buku berwarna merah,disitu terang2an tertulis bahwa Hinayana = Theravada karena bersikukuh pada keterikatan Vinaya dimana dianggap Mahayana sebagai 2 ekstrim yaitu pemuasaan diri dan penyiksaan diri. sedangkan Mahayana menitikberatkan pada penafsiran yang lebih liberal dari Ajaran Buddha.

Mereka menggunakan penolakan Arahat Purana pada Konsili I sebagai titik awal kemunculan Mahayana,dan pada konsili ketiga terdapat rapat dari mereka yang sudah Arahat(Mahasangiti) dan tergabung mereka yang belum mencapai apa-apa(Mahasanghika) sehingga terjadilah sebuah sistem tafsir menafsir sesuai keperluan pribadi.

nama bukunya ?
Terbitannnya?
menurut pandangan g mah dia tulis itu yang teravadanya itu hinaya fanatik kale.


gw ada bukunya warna merah sama.kalo baca buku itu pengen gw bakar iya.hahahha
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 01:52:08 PM
saya baru baca buku Mahayana karangan Jo Priastana ,buku berwarna merah,disitu terang2an tertulis bahwa Hinayana = Theravada karena bersikukuh pada keterikatan Vinaya dimana dianggap Mahayana sebagai 2 ekstrim yaitu pemuasaan diri dan penyiksaan diri. sedangkan Mahayana menitikberatkan pada penafsiran yang lebih liberal dari Ajaran Buddha.

Mereka menggunakan penolakan Arahat Purana pada Konsili I sebagai titik awal kemunculan Mahayana,dan pada konsili ketiga terdapat rapat dari mereka yang sudah Arahat(Mahasangiti) dan tergabung mereka yang belum mencapai apa-apa(Mahasanghika) sehingga terjadilah sebuah sistem tafsir menafsir sesuai keperluan pribadi.

nama bukunya ?
Terbitannnya?
menurut pandangan g mah dia tulis itu yang teravadanya itu hinaya fanatik kale.


gw ada bukunya warna merah sama.kalo baca buku itu pengen gw bakar iya.hahahha

Jangan emo dulu bro, kemungkinan besar orangnya refrensinya masih salah.
Coba kalo kita ketemu kapan, g baca dulu bukunya, kadang buku kontroversial itu penting bro, g pengen tau refrensi dia dari mana ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 19 November 2009, 02:03:41 PM
setau gw referensinya dari kitab gede mahayana indonesia ..tau ga yang segede kamus itu,nah dia sarikan ke buku kecil.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:07:03 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri

Bro Purnama,
apakah anda mengatakan bahwa Mahayana berkembang karena tidak mampu menjaga Vinaya?

jawaban vinaya ada 2 macam pak
1. Sutta vinaya itu berbahasa pali ( khusus teravada)
2. Sutra Vinaya itu berbahasa sansekerta ( khususnya mahyana dan vajrayana)
Sistematis berbeda. Sutta pali berkembang di selatan, Sutra sansekerta berkembang di utara.

Satu hal lagi Tiongkok itu bukan tepat lahirnya Mahayana. Basis terbesarnya disana, Agama Buddha di tiongkok itu di  bawa oleh kaum mahaswastika artinya oleh para bhiku sanggha dari india selatan.) ini mesti dikoreksi.

Secara menjaga vinaya iya.
Tapi ada beberapa aliran Mahayana pecahannnya ada yang menambahkan sedikit, sesuai dengan keadaan waktu itu, yang menambahkan vinaya tersebut saya sudah katakan dari kelompok Bhiku sanggha yang masa vassanya udah 40 tahun.

Kalo di Teravada juga mengalami hal yang sama pak, cuman di Indonesia tidak terlihat, kalo diluar keliatan pak, perbedaan satu sama lainnya. Cuman di Indo tidak setenar Mahayana vinayanya beda dengan teravada, karena sistem pengaruh politik di negeri kitalar, yang naruh konsep seperti itu juga orang orang Buddha yang mempolitisasi agama kok, alias agama dijadikan kendaraan politik mereka.

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:07:49 PM
setau gw referensinya dari kitab gede mahayana indonesia ..tau ga yang segede kamus itu,nah dia sarikan ke buku kecil.
Refrensi dia pasti banyak pak, penulis kadang itu menulis dari segi pandangnya sendiri atau asal mengecap
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 19 November 2009, 02:10:44 PM
referensi dia sedikit pak...kebanyakan dari kitab besar itu..lihat aja daftar pustakanya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:12:01 PM
referensi dia sedikit pak...kebanyakan dari kitab besar itu..lihat aja daftar pustakanya

gimana g mau liat pak. Aku belum baca ???.
nah kalo refrensi sedikit biasanya salah tuh.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:16:07 PM
sedikit pengalaman bro nyana, g pernah banyak buku kontroversi, alias bing bang teoooorhy gitulokh, pasti bukunya asal ngambil refrensi besar aja, aliasnya dia baca ngak banyak, udah gitu tulisan berdasarkan pandangan sendiri, dan biasanya buku yang u punya tidak memiliki editorial. Asal emo, g juga pernah baca buka asal emo, pasti u baca refrensinya dengan tulisan dia cuman 10-20% teori refrensi dipakai, sisanya ludes pemikiran sendiri, percaya dekh, sering sering baca buku kontrovesi
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 19 November 2009, 02:21:34 PM
ntahlah begitulah terkadang mereka yang mengaku memiliki sarjana buddhist belum tentu ngerti pendidikan dia sendiri.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:29:54 PM
Satu hal untuk bro kemenyan,
maaf bro _/\_.

Kalo u berpandangan Teravada itu makan mentah - mentah perkataaan sang Buddha, jujur saja Mahayana juga  berdasarkan perkataan sang Buddha, Banyak sutra mahayana bertulisan Buddha bersabha, berarti kita sama dong ???. Makan mentah - mentah perkataan sang Buddha.

Jangan lah menuding aliaran berdasarkan ajaran, Memang beda konsep dan tradisi itu bukan kesalahan sang Buddha, karena Buddha mengizinkan Dhamanya berkembang selama itu tidak melanggar Aturan yang ada. Peraturan teravada dan mahayana memang ada perbedaan, bukan berarti tidak sama, berdiri sendiri,  bukan pembangkangan, cuman masalahnya ada beberapa bhiku sanggha merasa tidak bisa membabarkan dharma dibeberapa tempat karena sistem vinaya yang teralu ketat juga tidak baik buat kehidupan para sanggha dalam pembabaran dharma kalo ditempat tertentu. sisanya vinaya teravada dan mahayana ada kesamaan kok


Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:30:29 PM
ntahlah begitulah terkadang mereka yang mengaku memiliki sarjana buddhist belum tentu ngerti pendidikan dia sendiri.

:)). setuju G sama satu itu bro,GRP +1 buat u
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 19 November 2009, 02:31:32 PM
referensi dia sedikit pak...kebanyakan dari kitab besar itu..lihat aja daftar pustakanya

gimana g mau liat pak. Aku belum baca ???.
nah kalo refrensi sedikit biasanya salah tuh.

Memang Salah ! :))
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 19 November 2009, 02:37:59 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri

mensakralkan vinaya ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ratnakumara on 19 November 2009, 02:41:49 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya

tera = kecil vada = kendaraan -> ambil dari kamus mana?

Pelajaran agama buddha dasar dari departemen pendidikan pak

Thera = Sesepuh ( The Elders ).  Untuk yang satu ini saya sangat yakin.

Sedangkan Vada, saya agak lupa, tapi sepertinya berarti ( atau sinonim dengan ) = Ajaran.

Itulah sebabnya, mengapa kata "Theravada" bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya menjadi :  Ajaran Para Sesepuh.


Bila ada kekeliruan, mohon yang lebih mengerti untuk sudi memberikan koreksinya.

Mettacittena.

_/\_  :lotus:
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ratnakumara on 19 November 2009, 02:43:50 PM
Kalau yang dimaksudkan oleh Bro Purnama dengan "Kendaraan Kecil" , maka itu dalam terminoloy Buddhis yang saya pahami adalah "Hinayana" ( Hina = Kecil ; Yana = Jalan / Kendaraan ).

_/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 19 November 2009, 02:46:12 PM
Kalau yang dimaksudkan oleh Bro Purnama dengan "Kendaraan Kecil" , maka itu dalam terminoloy Buddhis yang saya pahami adalah "Hinayana" ( Hina = Kecil ; Yana = Jalan / Kendaraan ).

_/\_

maha = besar,
maha x culla
culla = kecil....

hina ???
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 19 November 2009, 02:53:22 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya

tera = kecil vada = kendaraan -> ambil dari kamus mana?

Pelajaran agama buddha dasar dari departemen pendidikan pak

Thera = Sesepuh ( The Elders ).  Untuk yang satu ini saya sangat yakin.

Sedangkan Vada, saya agak lupa, tapi sepertinya berarti ( atau sinonim dengan ) = Ajaran.

Itulah sebabnya, mengapa kata "Theravada" bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya menjadi : Ajaran Para Sesepuh.


Bila ada kekeliruan, mohon yang lebih mengerti untuk sudi memberikan koreksinya.

Mettacittena.

_/\_  :lotus:

Vada itu artinya "ucapan".
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:55:54 PM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya

tera = kecil vada = kendaraan -> ambil dari kamus mana?

Pelajaran agama buddha dasar dari departemen pendidikan pak

Thera = Sesepuh ( The Elders ).  Untuk yang satu ini saya sangat yakin.

Sedangkan Vada, saya agak lupa, tapi sepertinya berarti ( atau sinonim dengan ) = Ajaran.

Itulah sebabnya, mengapa kata "Theravada" bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya menjadi : Ajaran Para Sesepuh.


Bila ada kekeliruan, mohon yang lebih mengerti untuk sudi memberikan koreksinya.

Mettacittena.

_/\_  :lotus:
Kalau yang dimaksudkan oleh Bro Purnama dengan "Kendaraan Kecil" , maka itu dalam terminoloy Buddhis yang saya pahami adalah "Hinayana" ( Hina = Kecil ; Yana = Jalan / Kendaraan ).

_/\_

Thk ,mungkin saya mesti coba lagi cari refrensi bagusnya, _/\_, GRP +1, bisa aja saya salah, bisa aja saya benar, mungkin ada referensi buku yang terpercaya dipakai. Kalo saya salah mohon koreksinya, maklum kadang bisa jadi pelupa :))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 19 November 2009, 02:59:11 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri

mensakralkan vinaya ?

Ada kemungkinan beberapa aliran teravada masih bro, kayaknya ada juga yang mengalami perkembangan, kadang sulit diketahui pasti yang mana aliran yang masih menjaga vinaya dari pertama, ada juga aliran tera yang mengalami perkembangan, perlu investigasi, dan penelitian bro
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 19 November 2009, 04:22:43 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri

mensakralkan vinaya ?

Ada kemungkinan beberapa aliran teravada masih bro, kayaknya ada juga yang mengalami perkembangan, kadang sulit diketahui pasti yang mana aliran yang masih menjaga vinaya dari pertama, ada juga aliran tera yang mengalami perkembangan, perlu investigasi, dan penelitian bro

Vinaya itu timbul tidak serta merta lengkap sekaligus, melainkan muncul satu persatu sesuai dengan pertimbangan BUDDHA maupun USULAN dari sangha pada waktu itu sebagai tuntunan yang dianggap perlu sebagai tuntunan dalam kehidupan seorang siswa sangha yang meninggalkan keluarga dan hidup sebagaimana seorang brahmana sejati.

seorang anggota sangha yang mengambil sila bhikkhu/
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 19 November 2009, 04:35:27 PM
Yang bener tulisannya Theravada bukan teravada.

Hinaya teravada artinya apa om pur?, sepertinya muncul istilah baru lagi nih   ???
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sukma Kemenyan on 19 November 2009, 04:40:48 PM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

Maap... maap kalao tulisan diatas ngebuat jadi banyak gejolak,
menurut apa yang saya baca dari diskusi "eddyg30" dan "dilbert", yang mana

timbul ungkapan...
Theravada bukan merupakan Ajaran / Aliran, melainkan Tradisi

Sementara...
Mahayana yang merupakan Ajaran...

==========================

Sehingga saya berpendapat:
rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang yang mengikuti vinaya/dhamma/teaching/konsep yang diajarkan oleh Siddartha. tanpa mengubah, menambah dan menceritakan apa adanya (read: bulat2x)

Sementara
Mahayana itu Ajaran siddartha yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
yang bahkan menurut mereka seorang sravaka buddha bisa memilih untuk memutar kembali roda samsara, demi meningkatkan kualitas pencapaian mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Peacemind on 19 November 2009, 10:37:55 PM
For all:

Mahāyāna: Kendaraan besar.
Hinayāna: Kendaraan rendah. Hina berarti 'rendah'. Sebenarnya, istilah 'hina' dalam bahasa Indonesia juga bermakna sama dengan kata 'hina' dalam bahasa Pali ini.
Theravāda: Ajaran para sesepuh. Selain bermakna 'ajaran' istilah 'vāda' memang bisa diartikan 'ucapan dan juga 'pandangan'.

Meskipun para penganut Theravāda dianggap Mahāyāna sebagai orang2 yang mengikuti Kendaraan rendah (Hinayāna), ajaran Theravāda sendiri tidak menganggap ajarannya sebagai Hinayāna. Istilah Hinayāna digunakan oleh para penganut Mahāyana semata-mata untuk membedakan mereka dari para penganut sekte2 agama Buddha lain yang puas hanya dengn pencapaian arahat.

Be happy.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 19 November 2009, 11:31:40 PM
Ya, lawan kata mahā adalah cūḷa atau culla.

Kata hīna bisa dilihat dari khotbah pertama Sang Buddha ini:

‘‘dveme, bhikkhave, antā pabbajitena na sevitabbā. Katame dve? Yo cāyaṃ kāmesu kāmasukhallikānuyogo hīno gammo pothujjaniko anariyo anatthasaṃhito, yo cāyaṃ attakilamathānuyogo dukkho anariyo anatthasaṃhito. Ete kho, bhikkhave, ubho ante anupagamma majjhimā paṭipadā tathāgatena abhisambuddhā cakkhukaraṇī ñāṇakaraṇī upasamāya abhiññāya sambodhāya nibbānāya saṃvattati’’
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 19 November 2009, 11:54:32 PM
Tipitaka juga tidak bisa dipercayai 100% sebagai monopoli dhamma[ diluar tipitaka semua salah] , apalagi Tripitaka yg menurut saya lebih parah.

misalkan saja dalam Tipitaka dikatakan bahwa setelah kematian seorang arahat, maka ibarat lilin habis berserta sumbu nya habis....
bagaimana mungkin seorang bhante yg dikagumi sentaro Thailand AjahnMun, malah berbalik kata
bahwa
Quote
Ajahn Mun bahwa para Arahanta datang mendiskusikan Dhamma dengannya dan mendemostrasikan cara mereka merealisai Parinibbana

apakah buku-nya salah? atau isinya salah? atau pengarang nya keliru mendengar...atau gimana?
tentu saja berkontradiksi jauh dengan apa yg terjadi dalam sutta setelah parinibbana....

kemudian dalam salah satu buku Mahaboowa, tertulis bahwa disana para buddha memberi selamat atas pencapaian beliau[AM]...
apakah ini kasus sama juga dengan kasus Albert Enstein yg memuji-muji agama buddha yang ternyata tidak ada tulisan sama sekali mengenai agama kosmis dan agama buddha.

---------------------------------------------------------------------------------
sy rasa lebih baik kembali ke basic,
belajar sendiri, lihat sendiri, rasakan sendiri.......

ini di-ibaratkan main dalam labirin,dhamma dalam Tipitaka buat saya saat ini ibarat penunjuk arah [ sebelum masuk labirin ]...ditulis bahwa finish nya nanti akan ada buah mangga di atas piring..!!!

tetapi ketika kita memasuki labirin, entah mana pengangan kita, bisa saja finish nya itu ternyata ada mangga dan apel di atas piring....

jadi cukup dengan nasehat sederhana yg tercatat....
Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`”

"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`”

Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`”

yg pada point nya adalah "akhir dari dukkha"
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 20 November 2009, 12:17:27 AM
seperti yang kita ketahui dlm abhidhamma bahwa setelah parinibbana yg ada hanya nama-dhamma....

sedangkan dalam buku Luanta Mahaboowa disebut bahwa "ada seorang buddha yang berinteraksi dengan AjahnMun" jadi?
tentu hal ini langsung kontradiksi...
Tipitaka Versus Bhante Luanta yg mengaku ARAHAT...kira-kira benar mana?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 20 November 2009, 12:42:04 AM
Kira2 benar yg mana? Benar yg menilai.. :D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 20 November 2009, 09:19:38 AM
For all:

Mahāyāna: Kendaraan besar.
Hinayāna: Kendaraan rendah. Hina berarti 'rendah'. Sebenarnya, istilah 'hina' dalam bahasa Indonesia juga bermakna sama dengan kata 'hina' dalam bahasa Pali ini.
Theravāda: Ajaran para sesepuh. Selain bermakna 'ajaran' istilah 'vāda' memang bisa diartikan 'ucapan dan juga 'pandangan'.

Meskipun para penganut Theravāda dianggap Mahāyāna sebagai orang2 yang mengikuti Kendaraan rendah (Hinayāna), ajaran Theravāda sendiri tidak menganggap ajarannya sebagai Hinayāna. Istilah Hinayāna digunakan oleh para penganut Mahāyana semata-mata untuk membedakan mereka dari para penganut sekte2 agama Buddha lain yang puas hanya dengn pencapaian arahat.

Be happy.

itu pandangan salah, bukan karena kata hina, maha menuding teravada seperti itu. yang jelas tudingan itu berasal dari produk orde baru lah. kalo u ke india juga ngak ada sektetarian aliran kok.

Tipitaka juga tidak bisa dipercayai 100% sebagai monopoli dhamma[ diluar tipitaka semua salah] , apalagi Tripitaka yg menurut saya lebih parah.

misalkan saja dalam Tipitaka dikatakan bahwa setelah kematian seorang arahat, maka ibarat lilin habis berserta sumbu nya habis....
bagaimana mungkin seorang bhante yg dikagumi sentaro Thailand AjahnMun, malah berbalik kata
bahwa
Quote
Ajahn Mun bahwa para Arahanta datang mendiskusikan Dhamma dengannya dan mendemostrasikan cara mereka merealisai Parinibbana

apakah buku-nya salah? atau isinya salah? atau pengarang nya keliru mendengar...atau gimana?
tentu saja berkontradiksi jauh dengan apa yg terjadi dalam sutta setelah parinibbana....

kemudian dalam salah satu buku Mahaboowa, tertulis bahwa disana para buddha memberi selamat atas pencapaian beliau[AM]...
apakah ini kasus sama juga dengan kasus Albert Enstein yg memuji-muji agama buddha yang ternyata tidak ada tulisan sama sekali mengenai agama kosmis dan agama buddha.

---------------------------------------------------------------------------------
sy rasa lebih baik kembali ke basic,
belajar sendiri, lihat sendiri, rasakan sendiri.......

ini di-ibaratkan main dalam labirin,dhamma dalam Tipitaka buat saya saat ini ibarat penunjuk arah [ sebelum masuk labirin ]...ditulis bahwa finish nya nanti akan ada buah mangga di atas piring..!!!

tetapi ketika kita memasuki labirin, entah mana pengangan kita, bisa saja finish nya itu ternyata ada mangga dan apel di atas piring....

jadi cukup dengan nasehat sederhana yg tercatat....
Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`”

"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`”

Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`”

yg pada point nya adalah "akhir dari dukkha"

Tipitaka anda katakan parah  kerancuannya, tripitaka anda katakan lebih parah kerancuannya, trs yang benar siapa ?, dhamma versi anda kah ???.

Bro kemenyan, saya rasa bukan antipati yang harus ditanam disini, saya rasa hinaya itu ada berbagai macam versi, saya pointnya ada tergantung daerah setempat, akar budayanya, begini saya sependapat dengan anda dalam satu hal. beberapa sekte teravada ada yang masih scholastik memegang hinaya sangat kuat, contoh di birma, kalo sekte teravada di thailand saya jujur saja hinaya nya sudah tidak sekuat di birma, ada beberapa sekte masih memegang tradisi sesepuh teravada yang lampau sampai sekarang, kalo thailand anda jangan harap temukan seperti itu.

Bro bond Hinaya saya maksud adalah hinaya dalam lingkungan teravada.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 20 November 2009, 09:23:00 AM
[at] dilbert, rasanya emang cocok koq...
Theravada itu kumpulan orang-orang kolot yg ngikutin bulat-bulat apa yg diajarin siddartha

smentara
Mahayana itu Ajaran yang sudah dikembangkan, ditambah oleh beberapa orang-orang,
bahwa seorang sravaka bahkan bisa "keluar" lagi dari kondisi sravaka untuk maju meningkatkan kualitas mencapai annutara samyaksambuddha (bodhisatva tingkat 10).

bro kemenyan. saya rasa tidak baik menuduh teravada seperti itu, Sang Buddha itu tidak pernah mengajari sistem monesterik, alias fanatisme, justru malahan orang yang fanatik buta ditentang Buddha. masalahnya sistem ortodoktisme aliran teravada dan mahayana sangat berbeda, Tera mampu menjaga vinaya mereka jadi mensakralkan vinaya mereka, kekurangannya saking disakralkannya itu tidak berkembang. hanya itu itu saja, lagi pula yang menulis sutta dan sutra jelas muridnya beliau, bukan beliau sendiri

mensakralkan vinaya ?

Ada kemungkinan beberapa aliran teravada masih bro, kayaknya ada juga yang mengalami perkembangan, kadang sulit diketahui pasti yang mana aliran yang masih menjaga vinaya dari pertama, ada juga aliran tera yang mengalami perkembangan, perlu investigasi, dan penelitian bro

Vinaya itu timbul tidak serta merta lengkap sekaligus, melainkan muncul satu persatu sesuai dengan pertimbangan BUDDHA maupun USULAN dari sangha pada waktu itu sebagai tuntunan yang dianggap perlu sebagai tuntunan dalam kehidupan seorang siswa sangha yang meninggalkan keluarga dan hidup sebagaimana seorang brahmana sejati.

seorang anggota sangha yang mengambil sila bhikkhu/

saya setuju soal itu, yang terpenting belajar dharmanya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: The Ronald on 20 November 2009, 10:27:07 AM
semuanya menuju ke  jalan beruas delapan , apa pandangan theravada dan mahayana berbeda pada hal tsb? dimana perbedaannya?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 20 November 2009, 11:26:02 AM
semuanya menuju ke  jalan beruas delapan , apa pandangan theravada dan mahayana berbeda pada hal tsb? dimana perbedaannya?

garis besarnya aja yah lagi males panjang - panjang, kalo mau lengkap anda cari dibeberapa perpustakaan buddhis cari pebandingan teravada dengan mahayana yang karang Ivan taniputera, kebetulan dia kawan saya, dan saya tau masa pembuatan bukunya, dan cukup kopeten isinya, dia juga member disini.

1. Pebandingan ajaran teravada dan mahayana, masalah bodhisatva, di tera bodhisatva masih dibawah, sementara mahayana diatas.

2. Penggunaan Vinaya, sutra vinaya berbahasa sansekerta dan tiiongkok, sementara sutta Vinaya bahasa pali,

3 lahirnya aliran Teravada lahir dari india utara , mahayana india selatan, garis besar kedua aliran menyebar dengan berbeda, teravada menyebar kedaerah selatan seperti birma, srilangka, thailand, mahayana daerah utara tiongkok, tibet, korea , jepang dan satu satunya daerah kawasan selatan itu adalah
Indonesia.

4. Konsep ajaran teravada lebih condoh Self center sebagai jalan kesempurnaan, alias semua berasal dari diri sendiri, kalo mahayana lebih kearah metta, Alias sikap menghilangkan dualitas, selain diri sendiri dan juga mau membantu semua mahluk menuju kesempurnaan.

5.  Teravada cenderung Shoclastic dalam menjaga aturan sanggha atau mempertahankan ajaran leluhur, Mahayana cenderung Fleksibel dalam perkembangannya aturan sanggha tergantung dari keadaan.

6 Teravada tidak melakukan sosialisasi budaya dengan masyarakat setempat, sedangkan mahanyana mampu menembus sistem akar budaya masyarakat setempat.

sisanya anda baca sendiri bukunya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 20 November 2009, 11:37:08 AM
saking fleksibelnya sutta palsu pun di biarkan berkembang sehingga orang2 mempunyai pandangan salah pun yah fleksibel lah ckckckckck
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 20 November 2009, 11:45:35 AM
saking fleksibelnya sutta palsu pun di biarkan berkembang sehingga orang2 mempunyai pandangan salah pun yah fleksibel lah ckckckckck

mau sutta mau  sutra banyak dipalsukan pak ???. Setau g teliti penggunaan sutra / sutta palsu yang menyesatkan itu kebanyakan digunakan sekte tertentu, u ngak tau bukan saja mahayana mengalami seperti itu tera juga, banyak bante bhiku menggunakan bahasa sutta pali untuk dipergunakan untuk ilmu hitam, intinya apa?
nihil semua
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 20 November 2009, 12:42:14 PM
Quote
by Purnama
4. Konsep ajaran teravada lebih condoh Self center sebagai jalan kesempurnaan, alias semua berasal dari diri sendiri, kalo mahayana lebih kearah metta, Alias sikap menghilangkan dualitas, selain diri sendiri dan juga mau membantu semua mahluk menuju kesempurnaan.

Wah, pandangan diatas dapat darimana om pur? kalau bhikkhu theravada bacaiin paritta kepada umat yg meninggal, memberi blessing, lalu mengajarkan meditasi agar umat atau bhikkhu lainnya menjadi sempurna , apakah itu SELF CENTRE dan tidak membantu makhluk lain untuk menjadi sempurna.? Dan kalau juga Self- centre maka tidak perlu ada umat bukan?

Kalo di mahayana kesempurnaan dilatih oleh diri sendiri atau tinggal  orang lain bacakan mantra maka orang itu langsung masuk surga?

Sepertinya pandangan diatas SESAT. Sorry harus saya katakan demikian karena tidak disertai fakta lapangan.

Quote
6 Teravada tidak melakukan sosialisasi budaya dengan masyarakat setempat, sedangkan mahanyana mampu menembus sistem akar budaya masyarakat setempat.

Pernyataan diatas sangat tidak relevan dan kesimpulan sepihak. Buktinya membaca parita saja ada intonasi Srilangka , Myanmar dan Thailand  sesuai dengan kultur setempat. Seharusnya ada hal2 yg bisa mengikuti budaya setempat dan hal2 yg tidak bisa. Contohnya jika kebudayaan setempat mempercayai ketakhayulan apakah harus diikuti?

Dan yang fatalnya ada beberapa bhikkhu yg dari tiongkok(yg katanya mahayana menurut om pur) ngajarin juga fengshui,kwamia dsb yg sebenarnya banyak ajaran dari Taoisme. Akhirnya gado2, apakah itu juga dikatakan menembus akar kebudayaan setempat?. Menurut saya tidak pada tempatnya dalam kehidupan beragama. Jangan salahkan orba melulu, tetapi periksa  fakta2 yg ada.
Dan kalau katanya mahayana dari Tiongkok, banyak nih kalo mo dibahas... ^-^ tapi ngak perlu akh nanti banyak yg sensi lagi. ^-^

Sebenarnya entah mahayana dan Theravada kan sudah memiliki porsi dan rambu2 masing sehingga bila perbedaan dan kesimpulan berdasarkan desas-desus atau referensi yg minim , saya rasa itu tidak tepat.



Mettacitena


Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 20 November 2009, 01:15:46 PM
Wah, pandangan diatas dapat darimana om pur? kalau bhikkhu theravada bacaiin paritta kepada umat yg meninggal, memberi blessing, lalu mengajarkan meditasi agar umat atau bhikkhu lainnya menjadi sempurna , apakah itu SELF CENTRE dan tidak membantu makhluk lain untuk menjadi sempurna.? Dan kalau juga Self- centre maka tidak perlu ada umat bukan?
==> dimaksud self center itu adalah keakuan, lebih mengarah kesana, bukan arah ke egoan, u maksud itu ke egoan,

Pernyataan diatas sangat tidak relevan dan kesimpulan sepihak. Buktinya membaca parita saja ada intonasi Srilangka , Myanmar dan Thailand  sesuai dengan kultur setempat. Seharusnya ada hal2 yg bisa mengikuti budaya setempat dan hal2 yg tidak bisa. Contohnya jika kebudayaan setempat mempercayai ketakhayulan apakah harus diikuti?

==> anda lihat beberapa kasus myanmar dan thailand bhiksu pada demontrasi apa yang dilakukan pemerintah,
Beberapa contoh tera juga mengalami ketakahayulan yang harus diikuti contoh thailand, Dewa empat muka si mien fo ada ngak ?. itu Dewa lokh diangkat tinggi direspek orang tailand bahkan ditempatkan divihara teravada.

Dan yang fatalnya ada beberapa bhikkhu yg dari tiongkok(yg katanya mahayana menurut om pur) ngajarin juga fengshui,kwamia dsb yg sebenarnya banyak ajaran dari Taoisme. Akhirnya gado2, apakah itu juga dikatakan menembus akar kebudayaan setempat?. Menurut saya tidak pada tempatnya dalam kehidupan beragama. Jangan salahkan orba melulu, tetapi periksa  fakta2 yg ada.
Dan kalau katanya mahayana dari Tiongkok, banyak nih kalo mo dibahas... chuckle tapi ngak perlu akh nanti banyak yg sensi lagi. chuckle =>

Jawab fengsui itu tao kata siapa ?
Kwamia itu Tao kata siapa ?

Buddha meramal dhamma bakalan menghilang 10000 tahun itu bukan kwamia namanya, ramal Buddha maitreya akan muncul itu bukan ramalan namanya,

Buddha Tiongkok itu gado gado kata siapa?. Kata anda, anda kalau mempelajari dengan seksama dan teliti, jangan kata siapa, jangan kayak orang MUI teriak 2012 kata orang itu sesat, baca aja belum, teliti belum, mau bicara kata siapa?


Kalo di mahayana kesempurnaan dilatih oleh diri sendiri atau tinggal  orang lain bacakan mantra maka orang itu langsung masuk surga?
==> apa beda pernyataan anda dengan tulisan anda sendiri mengenai
"alau bhikkhu theravada bacaiin paritta kepada umat yg meninggal, memberi blessing, lalu mengajarkan meditasi agar umat atau bhikkhu lainnya menjadi sempurna , apakah itu SELF CENTRE dan tidak membantu makhluk lain untuk menjadi sempurna.? Dan kalau juga Self- centre maka tidak perlu ada umat bukan?" ini baca mantra juga dong, kalo gitu orangnya belum tentu masuk surga yah ?.

Jangan pikiran anda jadi self spectrum sendiri alias dipersempit, berpandangan luas, bergaul dulu dengan orang lain, baru paham kebenarannya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 20 November 2009, 01:25:49 PM
Satu hal lagi masalah tread ini ngak cocok di thread mahayana. please di moving.
Kalo nanya perbandingan tera dan maha jangan thread maha kenapa?

Untuk bro bond Sorry bro u mesti tau beberapa sekte teravada asal u mau tau ada yang hinaya masih megang tradisi lama, alias tradisi hutan, asal u tahu bhiku teravada yang menjalankan tradisi hutan, akan mengatakan bhiku yang hidup divihara itu sudah terkontiminasi sama yang namanya era modern, alias hinayanya udah luntur. memang ada tudingan Teravada akan egoism, asal anda tau, karena banyak bante teravada di luar Indonesia itu peduli diri sendiri dari pada umat asal anda tahu, sering sering bergaul sama orang Budhis di birma, srilangka, bakalan tau kebernarannya ternyata teravada ngak sepikir anda kira, itu namanya The ugly Truth( kenyataan yang paling pahit). Tidak ada satupun aliran itu mulus perjalanannya atau paling benar.

Anda belajar dharma dari aliran ibarat anda mau minum teh atau kopi ?. itu aja
Tidak perlu diperpanjang masalah ini
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 20 November 2009, 01:37:57 PM
Wah, pandangan diatas dapat darimana om pur? kalau bhikkhu theravada bacaiin paritta kepada umat yg meninggal, memberi blessing, lalu mengajarkan meditasi agar umat atau bhikkhu lainnya menjadi sempurna , apakah itu SELF CENTRE dan tidak membantu makhluk lain untuk menjadi sempurna.? Dan kalau juga Self- centre maka tidak perlu ada umat bukan?
==> dimaksud self center itu adalah keakuan, lebih mengarah kesana, bukan arah ke egoan, u maksud itu ke egoan,

Theravada pada puncaknya menghancurkan  keakuan ^-^ makanya ada anatta bos.

Pernyataan diatas sangat tidak relevan dan kesimpulan sepihak. Buktinya membaca parita saja ada intonasi Srilangka , Myanmar dan Thailand  sesuai dengan kultur setempat. Seharusnya ada hal2 yg bisa mengikuti budaya setempat dan hal2 yg tidak bisa. Contohnya jika kebudayaan setempat mempercayai ketakhayulan apakah harus diikuti?

==> anda lihat beberapa kasus myanmar dan thailand bhiksu pada demontrasi apa yang dilakukan pemerintah,
Beberapa contoh tera juga mengalami ketakahayulan yang harus diikuti contoh thailand, Dewa empat muka si mien fo ada ngak ?. itu Dewa lokh diangkat tinggi direspek orang tailand bahkan ditempatkan divihara teravada.

Berarti Mahayana juga tidak lebih baik bukan? :)) dan artinya anda juga mengiyakan bahwa theravada bisa masuk ke akar budaya setempat sekalipun itu takhayul seperti yg anda katakan sendiri.  ^-^

Dan yang fatalnya ada beberapa bhikkhu yg dari tiongkok(yg katanya mahayana menurut om pur) ngajarin juga fengshui,kwamia dsb yg sebenarnya banyak ajaran dari Taoisme. Akhirnya gado2, apakah itu juga dikatakan menembus akar kebudayaan setempat?. Menurut saya tidak pada tempatnya dalam kehidupan beragama. Jangan salahkan orba melulu, tetapi periksa  fakta2 yg ada.
Dan kalau katanya mahayana dari Tiongkok, banyak nih kalo mo dibahas... chuckle tapi ngak perlu akh nanti banyak yg sensi lagi. chuckle =>

Jawab fengsui itu tao kata siapa ?
Kwamia itu Tao kata siapa ?

menurut ente siapa?

Buddha meramal dhamma bakalan menghilang 10000 tahun itu bukan kwamia namanya, ramal Buddha maitreya akan muncul itu bukan ramalan namanya,

beda bos....sama ilmu kwamia

Buddha Tiongkok itu gado gado kata siapa?. Kata anda, anda kalau mempelajari dengan seksama dan teliti, jangan kata siapa, jangan kayak orang MUI teriak 2012 kata orang itu sesat, baca aja belum, teliti belum, mau bicara kata siapa?

Gado2 kata gue tapi bukan Buddhanya tapi kebanyakan buddhismnya.


Kalo di mahayana kesempurnaan dilatih oleh diri sendiri atau tinggal  orang lain bacakan mantra maka orang itu langsung masuk surga?
==> apa beda pernyataan anda dengan tulisan anda sendiri mengenai
"alau bhikkhu theravada bacaiin paritta kepada umat yg meninggal, memberi blessing, lalu mengajarkan meditasi agar umat atau bhikkhu lainnya menjadi sempurna , apakah itu SELF CENTRE dan tidak membantu makhluk lain untuk menjadi sempurna.? Dan kalau juga Self- centre maka tidak perlu ada umat bukan?" ini baca mantra juga dong, kalo gitu orangnya belum tentu masuk surga yah ?.

Jangan pikiran anda jadi self spectrum sendiri alias dipersempit, berpandangan luas, bergaul dulu dengan orang lain, baru paham kebenarannya

sory bos gua ngak banyak gaul, dan emang sempit tapi ngak salah seperti anda mengartikan Thera=kecil, vada= kendaraan. Dan tidak ada kamus yg namanya hinaya teravada. yg ada kata hinayana pada sutra mahayana. gitu bos pandangan saya yg sempit dan kurang gaul. Silakan dicek ya.. ;D

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: luis on 20 November 2009, 01:41:36 PM
Untuk bro bond Sorry bro u mesti tau beberapa sekte teravada asal u mau tau ada yang hinaya masih megang tradisi lama, alias tradisi hutan, asal u tahu bhiku teravada yang menjalankan tradisi hutan, akan mengatakan bhiku yang hidup divihara itu sudah terkontiminasi sama yang namanya era modern, alias hinayanya udah luntur. memang ada tudingan Teravada akan egoism, asal anda tau, karena banyak bante teravada di luar Indonesia itu peduli diri sendiri dari pada umat asal anda tahu, sering sering bergaul sama orang Budhis di birma, srilangka, bakalan tau kebernarannya ternyata teravada ngak sepikir anda kira, itu namanya The ugly Truth( kenyataan yang paling pahit). Tidak ada satupun aliran itu mulus perjalanannya atau paling benar.

Maaf Bro Pur, kayanya statement "bhikkhu tradisi hutan" bakal seperti itu juga over generalisation :) Satu cerita aja, waktu Ajahn Brahm ditahbiskan menjadi bhikkhu dalam tradisi hutan Ajahn Chah, beliau tidak serta merta di-upasampada oleh Ajahn Chah. Tetapi beliau dikirim ke vihara di kota dan ditahbiskan di sana. Dengan kata lain, pengambil sila nya adalah bhikkhu kota. Dan Ajahn Brahm tinggal di vihara di kota selama 3 minggu sebelum kembali ke vihara di hutan untuk berlatih bersama Ajahn Chah.

Jadi tidak benar kalau tradisi hutan menganggap komunitasnya ekslusif dan mendiskreditkan vihara2 di kota. Praktik yang Ajahn Chah lakukan menjelaskan dengan jelas bahwa beliau tetap menjaga koneksi dan hubungan antara tradisi hutan dan kota, dan tentu juga supaya praktik di tradisi kota juga dapat tetap terjaga dan kondusif bagi para praktisinya. Jadi dimohon untuk berhati-hati dalam membuat statement _/\_

Satu lagi ... saya gak ngerti dengan istilah "hinaya" karena jelas istilah ini bukan istilah standard di Buddhisme. Kalau boleh, minta rujukannya yang jelas mengenai penjelasan istilah "hinaya" ini. Thanks in advance _/\_

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: The Ronald on 20 November 2009, 01:53:20 PM
sebenarnya Mahayana dan Theravada bisa kerja sama yg bagus loh :)
buat mendobrak tradisi awal, gunakan Mahayana, soalnya lebih menyesuaikan diri dgn lingkungan, adat istiadat, dan kebuadayaan, setelah mereka tau ttg Dhamma, baru perkenalkan mereka dgn Theravada
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 20 November 2009, 02:01:49 PM
Satu hal lagi masalah tread ini ngak cocok di thread mahayana. please di moving.
Kalo nanya perbandingan tera dan maha jangan thread maha kenapa?

Untuk bro bond Sorry bro u mesti tau beberapa sekte teravada asal u mau tau ada yang hinaya masih megang tradisi lama, alias tradisi hutan, asal u tahu bhiku teravada yang menjalankan tradisi hutan, akan mengatakan bhiku yang hidup divihara itu sudah terkontiminasi sama yang namanya era modern, alias hinayanya udah luntur. memang ada tudingan Teravada akan egoism, asal anda tau, karena banyak bante teravada di luar Indonesia itu peduli diri sendiri dari pada umat asal anda tahu, sering sering bergaul sama orang Budhis di birma, srilangka, bakalan tau kebernarannya ternyata teravada ngak sepikir anda kira, itu namanya The ugly Truth( kenyataan yang paling pahit). Tidak ada satupun aliran itu mulus perjalanannya atau paling benar.

Anda belajar dharma dari aliran ibarat anda mau minum teh atau kopi ?. itu aja
Tidak perlu diperpanjang masalah ini

'Untuk bro bond Sorry bro u mesti tau beberapa sekte teravada asal u mau tau ada yang hinaya masih megang tradisi lama'

Om pur saya ngak jelas tulisan anda yg saya garis bawahi apa maksudnya vinaya atau benar hinaya? --->kalau benar hinaya belajar dimana yak?

termasuk yg tulisan yg ini 'alias hinayanya udah luntur.'

Coba deh tulis yang bener dan pelan2 dengan teliti. ^-^

Om pur, entah theravada dan mahayana pasti ada lembaran hitam dari oknum2nya sehingga tidaklah tepat anda mengatakan theravada lebih ini dan itu jeleknya. Kalau mau dikatakan mahayana juga banyak dan mungkin lebih banyak. cuma tidak etis saya katakan semuanya. Satu saja yg saya cukup katakan, sutranya mahayana saja sudah TIDAK konsisten dan tidak lengkap dan banyak tambahan yg tidak jelas. Tapi saya tidak mau memperdebatkan itu karena masalah keyakinan dan faktor yg baik lainnya. Tapi jika Anda ingin membuktikan , saya rasa sudah terbukti pada thread 'pertanyaan kritis thd mahayana dari pandangan berbeda'. Yaitu tidak adanya referensi sutra yg jelas pada setiap uraian ajaran Sang Buddha. Kalaupun ada hanya sepotong2.


Numpang nanya apakah Anda sudah pernah tinggal di vihara2 kota dari kedua tradisi(mahayana dan Theravada)dan vihara hutan lalu mempelajari bagaimana kehidupan mereka secara langsung?.Terima kasih  :)

Disini saya tidak bermaksud untuk menjelekan aliran mahayana, bagi saya kedua aliran buddhism ini adalah pilihan. Sehingga jika ingin membandingkan maka bandingkan lah secara proposional bukan perbandingan yg menjelekan dan menyudutkan salah satu aliran sehingga sesuai judul thread.


 _/\_







Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: The Ronald on 20 November 2009, 02:08:00 PM
oh yeah, pertikaian antar sekte mulai meruncing saudara2 sedharma.. kita liat siapakah pemenang nya :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 20 November 2009, 02:18:42 PM
sekte itu muncul hanya untuk menjembatani keterbatasan pola pikir manusia....sekte pure land muncul karna dorongan perkembangan kristiani waktu itu makanya ada pola salvation ala kristin..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 20 November 2009, 02:23:06 PM
 [at] ronald

Bisa liat di thread ini http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9103.1785.html pembanding http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,11188.0.html
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 20 November 2009, 02:50:23 PM
sekte itu muncul hanya untuk menjembatani keterbatasan pola pikir manusia....sekte pure land muncul karna dorongan perkembangan kristiani waktu itu makanya ada pola salvation ala kristin..

menarik tentang munculnya sekte pure land karena pengaruh kr****nisasi. Sdr.nyana, ada artikel/referensi-nya ? minta donk link-nya... Thankx
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: luis on 20 November 2009, 04:40:48 PM
sekte itu muncul hanya untuk menjembatani keterbatasan pola pikir manusia....sekte pure land muncul karna dorongan perkembangan kristiani waktu itu makanya ada pola salvation ala kristin..

Menarik :) setahu saya justru munculnya tradisi pure land sebagai respons terhadap perkembangan agama Zoroastrianism dari Persia. Zoroastrianism menganut pandangan dualisme "kegelapan" dan "terang" .... di mana "terang" adalah jalan keselamatan, dan memiliki "Tuhan" yang disebut dengan Ahura Mazda. Untuk merespons tradisi ini, tradisi Pure Land mensistensis aspek "Cahaya" (yang di-embodi oleh Buddha Amithaba) untuk menyimbolkan "terang" dan lawan dari "kegelapan". Yang menarik, nama Amithaba sangat dekat bunyinya dengan Ahura Mazda :)

Referensi lebih lanjut bisa dibaca di sini:
http://www.chinaknowledge.de/Literature/Religion/xianjiao.html
http://books.google.com.sg/books?id=jhKVXrkVlZsC&pg=PA8&dq=amitabha#v=onepage&q=amitabha&f=false

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis

 
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: naviscope on 20 November 2009, 04:59:53 PM
^
nice posting ga, meluncur ke tekape... :jempol:
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 20 November 2009, 05:40:21 PM
oh yeah, pertikaian antar sekte mulai meruncing saudara2 sedharma.. kita liat siapakah pemenang nya :)
tentu gw donk ;D narsis mode on...

saking fleksibelnya sutta palsu pun di biarkan berkembang sehingga orang2 mempunyai pandangan salah pun yah fleksibel lah ckckckckck
;D
kalau mau jujur....memang bro ryu benar.... ;D demi menghargai asas keadilan, kejujuran perlu di tingkatkan.. :))

yah, kalau di ingat-ingat kata AjahnMun itu benar....orang yg tidak memilah-milah apa yg di makan bisa saja tulang yg masuk
[ kalau sy artikan " orang yg memukul rata semua ajaran sama saja ini di sebut orang bodoh, tentu harus memilah-milah, ambil baiknya buang jeleknya....tetapi tidak ada ajaran yg mengaku jelek.its oke lah, kecap ku paling bagus ]

tapi bagiku, yg membuatku bahagia itu akan ku-ikuti..

Quote
Tipitaka anda katakan parah  kerancuannya, tripitaka anda katakan lebih parah kerancuannya, trs yang benar siapa ?, dhamma versi anda kah .
bro pur,
Tipitaka sendiri tidak bisa dipercayai, itu karena adanya sesuatu yg di luar Tipitaka....
makanya AjahnMun sendiri yang aliran Theravada malah mengatakan Tipitaka bukan monopoli dhamma...

dan sudah saya katakan "coba sendiri, laksanakan sendiri, rasakan sendiri"
inilah pegangan saya saat ini...yg lain simpan dulu benar tidak nya tidak perlu sekarang di ambil keputusan..
biarlah waktu menjawab > siapa tahu saya mencapai pencerahan 5 atau 10 tahun lagi, maka saya berikan pengalaman saya...

mengenai Tripitaka yg saya katakan rancu 100%, mengenai ketidak jelasan
"buddha mengajarkan kebahagiaan akhir dukkha itu seperti apa?"

kemudian buddha sendiri tidak jelas,dan mengalami lahir sakit tua dan kemudian mati...
masih ingatkan yang saya katakan "buddha menurut mahayana seperti aktor pemain film?, kemudian jago nya mengajar tetapi pratek nya nol besar....[ diri sendiri melarang seks,berumah tangga,dsb-nya...tapi dirinya demikian guru yang menyuruh murid nya melakukan A, tapi diri sendiri melakukan Z yang bertolak belakang dengan kata sendiri"
bagi saya tentu guru ini memalukan.....

dan lagi mengenai perbedaan savaka-arahat dan sammasambuddha...di mahayana mengatakan perbedaan nya cuma "kemahatahuan" yg dimiliki sammasambuddha...

jadi menurut mahayana "apakah seorang bahagia tidak bahagia nya di ukur dari pengetahuan intelek-nya?"
jika tidak, lalu kurang apalagi kebahagiaan apalagi seorang savaka?

kalau ada kata-kata yg tidak berkenaan sy minta maaf.....saya menulis membahas ajaran secara kritis saja, walau kata-kata sy agak tajam mohon maaf de...

may u be happy
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 20 November 2009, 06:55:07 PM
sekte itu muncul hanya untuk menjembatani keterbatasan pola pikir manusia....sekte pure land muncul karna dorongan perkembangan kristiani waktu itu makanya ada pola salvation ala kristin..

Menarik :) setahu saya justru munculnya tradisi pure land sebagai respons terhadap perkembangan agama Zoroastrianism dari Persia. Zoroastrianism menganut pandangan dualisme "kegelapan" dan "terang" .... di mana "terang" adalah jalan keselamatan, dan memiliki "Tuhan" yang disebut dengan Ahura Mazda. Untuk merespons tradisi ini, tradisi Pure Land mensistensis aspek "Cahaya" (yang di-embodi oleh Buddha Amithaba) untuk menyimbolkan "terang" dan lawan dari "kegelapan". Yang menarik, nama Amithaba sangat dekat bunyinya dengan Ahura Mazda :)

Referensi lebih lanjut bisa dibaca di sini:
http://www.chinaknowledge.de/Literature/Religion/xianjiao.html
http://books.google.com.sg/books?id=jhKVXrkVlZsC&pg=PA8&dq=amitabha#v=onepage&q=amitabha&f=false

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis

 

sejauh buku yang pernah saya baca mengenai perkembangan agama di china....amitabha muncul berdekatan dengan masuknya kr****n yang kalo kita ntn cerita wong fei hung saat itu ya disitu titiknya.mengenai kemunculan awal di sutra mahayana mengenai pure land.saya agak bingung.sebenarnya mulai dari sutra india dulu atau orang cung kuok kreatif bikin sutra?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 20 November 2009, 06:57:29 PM
kalo ga salah saya da download pdfnya dari buddhist torrent...disana ada bukunya...skr ada di kompie saya..hahhaha
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 20 November 2009, 07:55:50 PM
saking fleksibelnya sutta palsu pun di biarkan berkembang sehingga orang2 mempunyai pandangan salah pun yah fleksibel lah ckckckckck

mau sutta mau  sutra banyak dipalsukan pak ???. Setau g teliti penggunaan sutra / sutta palsu yang menyesatkan itu kebanyakan digunakan sekte tertentu, u ngak tau bukan saja mahayana mengalami seperti itu tera juga, banyak bante bhiku menggunakan bahasa sutta pali untuk dipergunakan untuk ilmu hitam, intinya apa?
nihil semua
Jadi  kalau ada aliran lain punya sutta palsu maka tidak apa2 ya sutra di palsukan? pemikiran yang aneh.
padahal ada tertulis di sutta :
1 Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.
2 Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.
3 Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
4 Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.
5 Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri untuk bohong.
6 Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri untuk memfitnah.
7 Orang lain bicara kasar, kita menghindarkan diri untuk bicara kasar.
8 Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri untuk melakukan gosip.
9 Orang lain serakah, kita tidak serakah.
10 Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.
11 Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.
12 Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.
13 Orang lain berucap salah, kita berucap benar.
14 Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.
15 Orang lain bermata pencaharian salah, kita bermata pencaharian benar.
16 Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.
17 Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar ...
18 Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar ...
19 Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar...
20 Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar ...
21 Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi ngantuk dan tidur ...
22 Orang lain kacau, kita tidak kacau ...
23 Orang lain tak tentu, kita pasti ...
24 Orang lain marah, kita tidak marah...
25 Orang lain bermusuhan, kita bersahabat ...
26 Orang lain menghina, kita tidak menghina ...
27 Orang lain menguasai, kita tidak menguasai ...
28 Orang lain cemburu, kita tidak cemburu ...
29 Orang lain kikir, kita tidak kikir ...
30 Orang lain penipu, kita tidak menipu ...
31 Orang lain pembohong, kita tidak membohong...
32 Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala...
33 Orang lain angkuh, kita tidak angkuh ...
34 Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati ...
35 Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan dengan orang baik ...
36 Orang lain lalai, kita rajin ...
37 Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan ...
38 Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati ...
39 Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu ...
40 Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak ...
41 Orang lain malas, kita bersemangat ...
42 Orang lain tak waspada, kita waspada ...
43 Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian ...
44 Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot, mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 20 November 2009, 08:28:38 PM

sejauh buku yang pernah saya baca mengenai perkembangan agama di china....amitabha muncul berdekatan dengan masuknya kr****n yang kalo kita ntn cerita wong fei hung saat itu ya disitu titiknya.mengenai kemunculan awal di sutra mahayana mengenai pure land.saya agak bingung.sebenarnya mulai dari sutra india dulu atau orang cung kuok kreatif bikin sutra?
Tradisi Pure Land sudah ada jauh sebelum kristiani masuk ke China Bro..
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: luis on 20 November 2009, 08:55:25 PM
Yup betul Jerry, tradisi Pure Land sudah ada sebelum kr****n masuk ke China. Karena konsep dalam Zoroastrian ada kemiripan dengan agama kr****n (ada Tuhan dan dualisme Surga-Neraka), mungkin jadi dirancukan dengan kr****n :)

Untuk Sutra Amitabha, setahu saya ditulis dalam bahasa Sansekerta dahulu baru ditranslate ke Chinese oleh Kumarajiva. Walaupun tradisi Pure Land baru berkembang pesat di China, tetapi sebenarnya tradisi ini bermula di India, sewaktu Zoroastrian mempengaruhi kondisi di sana pada waktu itu.

Tetapi memang ada sutra Mahayana yang ditulis dulu di China baru kemudian diterjemahkan ke bahasa Sansekerta. Salah satu sutra tersebut, yang ditemukan oleh scholar ditulis di China dulu baru kemudian ditranslate ke China adalah Heart Sutra :) Sumbernya bisa dibaca di referensi dari

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Heart_Sutra (section: Origin & Early Translations)
2. Pine, R. (2004). The Heart Sutra: The Womb of the Buddhas. Shoemaker 7 Hoard. ISBN 1-59376-009-4

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 20 November 2009, 09:15:15 PM
Dasar Cina!
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 20 November 2009, 09:22:36 PM
slogan mahayana, yang penting berguna maka biarin aja palsu juga =))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 20 November 2009, 09:48:20 PM
Kalo Lu Sheng yen lulusan mana yak?

Tantra sex(tantrayana) itu bagian dari mahayana bukan?

Biksu2 shaolin yg mengajarkan bela diri bahkan konon dalam cerita kadangkala ikut dalam dunia persilatan , apakah itu sesuai dengan ajaran Buddha?

Apa batasan aliran2 buddhism digolongkan sebagai mahayana? kalau theravada batasannya kan sudah jelas sekali.



Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: naviscope on 20 November 2009, 10:18:21 PM
oh yeah, pertikaian antar sekte mulai meruncing saudara2 sedharma.. kita liat siapakah pemenang nya :)
tentu gw donk ;D narsis mode on...



haa... ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sukma Kemenyan on 20 November 2009, 10:37:18 PM
Quote
Tipitaka anda katakan parah  kerancuannya, tripitaka anda katakan lebih parah kerancuannya, trs yang benar siapa ?, dhamma versi anda kah .
bro pur,
Tipitaka sendiri tidak bisa dipercayai, itu karena adanya sesuatu yg di luar Tipitaka....
makanya AjahnMun sendiri yang aliran Theravada malah mengatakan Tipitaka bukan monopoli dhamma...

dan sudah saya katakan "coba sendiri, laksanakan sendiri, rasakan sendiri"
Hati2x...
dalam mentafsirkan ucapan penuh kebijaksanaan dari seorang Ajahn

Yang kalau diralat sedikit, mungkin yang diucapkan Ajahn tersebut adalah:
"Dhamma bukan hanya di monopoli Tipitaka"

itu benar, itu cocok,
Tapi kalau ucapan tersebut yang menjadi landasan anda untuk
"Tidak menganggap Dhamma didalam Tipitaka",
Kalau boleh saya sedikit frontal, maaf...
anda bisa dikategorikan terlalu pinter hingga tersesat dalam dhamma ...

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 21 November 2009, 12:09:26 AM
Kalo Lu Sheng yen lulusan mana yak?

Tantra sex(tantrayana) itu bagian dari mahayana bukan?

Biksu2 shaolin yg mengajarkan bela diri bahkan konon dalam cerita kadangkala ikut dalam dunia persilatan , apakah itu sesuai dengan ajaran Buddha?

Apa batasan aliran2 buddhism digolongkan sebagai mahayana? kalau theravada batasannya kan sudah jelas sekali.

Varian turunannya di Jepang lebih lebih lagi.. Kalo yg bhikshu shaolin ikut perang juga biasanya utk memadamkan pemberontakan, for a greater good lah.. Senjatanya juga masih toya. Beda lg dgn yg di Jepang, ada bhikshu militan yg memang dibentuk utk siap berperang. Senjatanya udah naginata, yg seperti pegangan Kuan Kong. Trus di Jepang juga ada aliran Buddhisme yg kepala biara boleh menikah. Yah kalo bahasa politiknya partai Koalisi Reformasi lah lawan partai Orthodoks lah.. ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 21 November 2009, 12:57:18 AM
Quote
Tipitaka anda katakan parah  kerancuannya, tripitaka anda katakan lebih parah kerancuannya, trs yang benar siapa ?, dhamma versi anda kah .
bro pur,
Tipitaka sendiri tidak bisa dipercayai, itu karena adanya sesuatu yg di luar Tipitaka....
makanya AjahnMun sendiri yang aliran Theravada malah mengatakan Tipitaka bukan monopoli dhamma...

dan sudah saya katakan "coba sendiri, laksanakan sendiri, rasakan sendiri"
Hati2x...
dalam mentafsirkan ucapan penuh kebijaksanaan dari seorang Ajahn

Yang kalau diralat sedikit, mungkin yang diucapkan Ajahn tersebut adalah:
"Dhamma bukan hanya di monopoli Tipitaka"

itu benar, itu cocok,
Tapi kalau ucapan tersebut yang menjadi landasan anda untuk
"Tidak menganggap Dhamma didalam Tipitaka",
Kalau boleh saya sedikit frontal, maaf...
anda bisa dikategorikan terlalu pinter hingga tersesat dalam dhamma ...

gpp lah, tq atas nasehat nya bro...
tapi namanya juga pemula...wajar kalau tersesat ^^.tapi kan ada "pagar yang ditetapkan" dimana kita tahu kalau nyasar terlalu jauh...
hal itu sudah di sampaikan secara universal dan sudah saya posting

Quote
"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`”

"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`”
...........................

"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`”

yg pada point nya adalah "akhir dari dukkha"

dalam beberapa buku ajahn Chah, ada hal unik yg disampaikannya...
dhamma bisa dilihat dalam semua hal....asalkan jeli ^^

well, walau rada-rada di mengerti tapi arti nya bisa luas, mending praktek sendiri dan rasakan sendiri...
bro kemenyan, saya pernah berdiskusi dengan seorang bhante yg memiliki pengalaman 40+++ tahun dalam meditasi...beliau bikkhu thai...

ajaran-nya sarannya sederhana yakni "jmb 8 itu di praktek" kemudian cobalah untuk "sadar dan sabar"
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sukma Kemenyan on 21 November 2009, 02:26:46 AM
Kalau begitu adanya,

Dhamma yang kita kenal dalam Tipitaka, yang apa bila di praktikan
a. Apakah Menurut anda bisa membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana

atau
b. tidak bisa membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana.

Namun,
c. mengingat besarnya dan tebalnya tipitaka, sudilah kiranya anda untuk berbagi, tipitaka / sutta yang mana yang menurut anda rancu, dimana nantinya kita coba bahas bersama pada Studi Sutta/Sutra (http://dhammacitta.org/forum/index.php/board,25.0.html)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Namo Rahula on 21 November 2009, 08:09:18 AM
(http://i690.photobucket.com/albums/vv263/pao_081/child-buddha_3263.jpg)
Aghoham ashmi lokassa
("Sayalah Yang Tertinggi disemua alam semesta")

Mahayana adalah kendaraan tunggal bagi Para Bodhisattva Mahasattva untuk mencapai Penerangan Agung.

Mahayana itu bukan muncul karena ucapan atau istilah yang dibuat oleh pergaulan manusia biasa, Mahayana itu dinamakan oleh semua Buddha dari tiga masa, Mahayana itu sudah ada sejak masa Dharmakaya dari semua Tathagata yang jumlahnya seperti butiran pasir di sungai gangga.

Setiap kemunculan Tathagata di dunia, maka selalu akan diajarkan Mahayana sebagai Kendaraan Tunggal pembebasan akhir kepada para Siswa Sang Buddha.

Semua Tathagata di sepuluh penjuru dunia menyatakan Pencapaian Anuttara SamyakSamBuddha didalam Mahayana. Mengapa demikian? Sebab karena Mahayana, maka tercapailah Nirvana Luhur.

Saat Sakyamuni Tathagata muncul di sahalokadhatu, Sang Bhagavan dimulai dari lahir hingga mencapai PariNirvana mengajarkan Dua kendaraan yakni Hinayana dan Mahayana.
 
Para Maha Bhiksu Sangha termasuk Aggasravaka Maha Moggallanassa dan Sariputrassa juga diangkat oleh Sang Tathagata  dengan Hinayana akibat kelalaian awal yang menyebabkan timbul pemikiran bahwa pencapaian Arhantah Maggha dan Phala sudah merupakan tujuan akhir. Tetapi akhirnya Para Maha Sravaka Sangha menyatakan penyesalan diri mereka dihadapan Sang Buddha, dan mereka semua masuk kedalam Mahayana.

Sejak Kemokshaan Sang Tathagata, timbul golongan Bhikshu yang membenci Dharma dan mulai berani untuk menyatakan untuk bebas dari vinaya atau tetap menjadi Bhikshu dengan mengubah vinaya yang telah ditetapkan Sang Bhagava.

Menanggapi hal ini, dilakukan Persamuan Sangha Agung untuk melafalkan kembali semua Dharma dan vinaya yang diikuti oleh semua Arhantah Patisambhidapato dimana Bhikshu Ananda juga ikut dalam Pesamuan Agung tersebut dengan menunjukkan Pencapaian Arhantah Patisambhidapato tepat sebelum kepalanya menyentuh tanah saat hendak tidur.

Dan demi menghindari semakin meluasnya tindakan Bhikshu angkara, maka golongan Bhikshu Sangha yang menghormati Dharma dan Vinaya segera bekerja cepat dengan menuliskan kembali Suttra-Suttra Mahayana khususnya Dharmaparyaya agar tidak hilang dari dunia ini. Dan perkumpulan Maha Bhisksu Sangha ini disebut sebagai Mahasanghika, artinya Sangha yang mengendarai Mahayana. Maha Sangha yang juga sebagai Pemegang Dharma Niyoga Tertinggi. Sehingga Maha Sangha (Maha Sanghika) adalah dan dinamakan sebagai Sangha pemegang Dharma Niyoga Tertinggi.

Dalam Mahayana, dijelaskan Hinayana dimana merupakan kendaraan kecil yang seharusnya tidak digunakan oleh Para Sravaka untuk membebaskan diri. Terdapat Tiga yana yang diberikan oleh Tathagata:
[1] Sravakayana
[2] PratyekaBuddhayana
[3] Bodhisattvayana (Inilah Mahayana)
(Ketiga yana diatas juga merupakan Kendaraan yang dinamakan dan dianugrahkan oleh Semua Tathagata, bukan baru ada setelah kemokshaan Sang Tathagata)

Maha Sangha terbentuk karena berusaha mempertahankan Dharma bahwa Sang Tathagata adalah banyak, tidak hanya satu, dan Tathagata Sakyamuni yang muncul dengan Tubuh Sambhogakaya di sahalokadhatu adalah perwujudan upaya kaulsalya(Perbuatan Buddha Sakyamuni). Jika saja pada saat terjadi perbedaan pendapat dari para Bhikshu tersebut dilerai oleh seorang bijaksana bhikshu yang sudah mencapai kesucian Arhantah Maggha dan Phala, maka keadaan kemerosotan Dharma dari pertikaian yang tidak perlu dapat dihilangkan.

Dengan berpegang teguh terhadap Vinaya, Seorang Bhikshu yang telah mencapai Arhantah Maggha dan Phala melanjutkan perjuangannya menyempurnakan sadparamita didalam Mahayana. Setelah sempurna sadparamitanya, maka dilanjutkan kesempurnaan dasaparamita yang dilakukan didalam kalpa-kalpa yang tak terhingga hingga memperoleh Dasa Bhumi menjadi Megha Dharma Bodhisattva Mahasattva.

Vinaya adalah aturan hidup para Maha Bhikshu Sangha dalam mencapai Sang Jalan dan Mahayana adalah kendaraan pengantar Para Arya untuk menuju ke Tanah Suci Buddha.

Tetapi masa sekarang sudah dapat dikatakan merupakan masa meredupnya Mahayana dimana Mahayana sudah hampir tidak banyak muncul lagi(Tepat seperti yang disabdakan Sang Buddha). Bahkan timbul golongan yang memecah belah Mahayana menjadi beberapa yana. Tetapi sungguh beruntung sampai sekarang Kita masih bisa melihat Suttra-Suttra Mahayana yang masih ada seperti: "Sri Saddharmapundarika","Arya Sanghata","Arya Maha Vairocana Abhisambodhi Vikurvit Adhisthana Vaipulya Sutrendraraja","Sri Vasudhara","Susiddhikara","Vimalakirti","Ushnisha Vijaya Dharani","Gunakarandravyuha","Karandramudra","MahaPariNirvana","Suvarnaprabhasa","Lankavantara","Trailokyavijaya" dan banyak lagi beserta ke 12 Strotra(12 sastra) Agung Mahayana.

Sebagai Raja dari Semua Suttra, Sri Saddharma Pundarika yang diajarkan dan dianugrahkan oleh Sang Sakyamuni Tathagata merupakan Sri Saddharma Pundarika Suttram yang sudah ada jauh sebelum kemunculan Sakya Simha di sahalokadhatu. Sebagai perwujudan rasa terima kasih dan juga merupakan Suttra yang selalu dijaga dan diawasi oleh semua Tathagata, Semua Tathagata yang muncul didalam dunia dimulai dari Tathagata Dharmakaya hingga Buddha Kasyapa dan Buddha Sakyamuni selalu tidak pernah lupa untuk mengajarkan Saddharma Pundarika Suttra ini kembali di dunia. Karena Kekuatan dari Suttra inilah yang mengantarkan Sang Sakya Simha duduk dibawah Tathta Singa sebagai Sakyamuni Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha. Bahkan dengan hanya mendengarkan nama-Nya saja sudah membawa yang terberkahi tersebut menuju ke arah Bodhi. Karena Sang Tathagata tidak pernah khilaf dalam berkata-kata.

"Setelah mencapai Arhantah Maggha dan Phala, Seorang Bhiksu yang bijaksana akan melanjutkan perjuangan tanpa menundanya."

"Sang Tathagata adalah yang Tertinggi. Para Tathagata sangat teliti dalam menggunakan waktu dan tidak pernah berhenti sekalipun menolong para mahluk hidup yang masih berada diTriloka. Maka Sang Tathagata selalu muncul disaat yang tepat."
(Mahayana dhamma)

Saya mengetahui semua Dharma ini karena saya beruntung dipertemukan dengan Mahayana dalam kehidupan saya ini. Dahulu waktu kecil, pertama kali saya menulis kata Dharma adalah satu buah huruf Buddha "Fut."
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 21 November 2009, 02:31:02 PM


Saat Sakyamuni Tathagata muncul di sahalokadhatu, Sang Bhagavan dimulai dari lahir hingga mencapai PariNirvana mengajarkan Dua kendaraan yakni Hinayana dan Mahayana.
 
Para Maha Bhiksu Sangha termasuk Aggasravaka Maha Moggallanassa dan Sariputrassa juga diangkat oleh Sang Tathagata  dengan Hinayana akibat kelalaian awal   yang menyebabkan timbul pemikiran bahwa pencapaian Arhantah Maggha dan Phala sudah merupakan tujuan akhir. Tetapi akhirnya Para Maha Sravaka Sangha menyatakan penyesalan diri mereka dihadapan Sang Buddha, dan mereka semua masuk kedalam Mahayana.


Siapa yang lalai ? Buddha sendiri yang lalai memberikan ajaran ? ataukah Siswa Utama (aggasavaka) yang lalai menangkap ajaran BUDDHA ? Karena setahu saya, periode pembabaran dharma ala MAHAYANA adalah dalam 5 periode, (1. Avatamsaka Sutra, 2. Agamas Sutra, 3. Vaipulya Sutra, 4. Maha Prajnaparamitra Sutra. 5. Saddharmapundarika Sutra dan Maha Parinirvana Sutra)

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Namo Rahula on 21 November 2009, 02:48:39 PM
Maha Bhiksu Sangha termasuk Aggasravaka Yang Mulia Maha Moggalanassa dan Yang Mulia Sariputrassa lalai akibat sedikit hambatan kilesa walaupun melihat Ketidakterbatasan Sang Tathagata namun tidak juga timbul keinginan untuk sepenuhnya bebas dan berdiam ke Nirvana seperti Sang Sugata, Para Maha Bhiksu Sangha waktu itu juga menimbulkan pikiran bahwa Mereka telah menyelesaikan semua pekerjaan Mereka, karena Nirvana yang sesungguhnya adalah Pembukaan gerbang Bodhisattvayana. Dan dalam Mahayana, Sang Tathagata memberitahukan bahwa Pengajaran Mahayana merupakan salah saru dari alasan kemunculan Seorang SamyakSamBuddha.

Kalau mau mengenal Mahayana dengan benar, mohon kunjungannya ke Tempat Pesamuan Maha Sangha (Maha Sanghika) yang ada. Dan jika mungkin, berdanalah makanan kepada para Maha Sangha tetapi ingat pada waktu yang tepat, karena Maha Sangha sangat menghormati vinaya dan akan menolak persembahan yang bukan pada waktunya. Jika anda memohon pembabaran Dharma, itu juga hal yang baik. Sang Tathagata tidak pernah lalai dan sangat teliti dalam memanfaatkan waktu.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 21 November 2009, 04:15:46 PM
Membaca artikel Namo Rahula di atas, berarti ada kesimpulan bahwa Hinayana beda dengan Sravakayana? Benarkah begitu?

Quote
Saat Sakyamuni Tathagata muncul di sahalokadhatu, Sang Bhagavan dimulai dari lahir hingga mencapai PariNirvana mengajarkan Dua kendaraan yakni Hinayana dan Mahayana.

dan

Quote
Dalam Mahayana, dijelaskan Hinayana dimana merupakan kendaraan kecil yang seharusnya tidak digunakan oleh Para Sravaka untuk membebaskan diri. Terdapat Tiga yana yang diberikan oleh Tathagata:
[1] Sravakayana
[2] PratyekaBuddhayana
[3] Bodhisattvayana (Inilah Mahayana)
(Ketiga yana diatas juga merupakan Kendaraan yang dinamakan dan dianugrahkan oleh Semua Tathagata, bukan baru ada setelah kemokshaan Sang Tathagata)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 21 November 2009, 04:16:59 PM
1+2 masuk Hinayana
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 21 November 2009, 11:37:14 PM
Kalau begitu adanya,

Dhamma yang kita kenal dalam Tipitaka, yang apa bila di praktikan
a. Apakah Menurut anda bisa membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana

atau
b. tidak bisa membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana.

Namun,
c. mengingat besarnya dan tebalnya tipitaka, sudilah kiranya anda untuk berbagi, tipitaka / sutta yang mana yang menurut anda rancu, dimana nantinya kita coba bahas bersama pada Studi Sutta/Sutra (http://dhammacitta.org/forum/index.php/board,25.0.html)


sekarang menurut anda apakah luantamaha boowa itu bohong atau tidak...
mengenai "demonstrasi para savaka-arahat di gua civaka yg di perlihatkan kepada AjahnMun"?

cobalah pakai pandangan tipitaka melihat kasus ini...
saya kira jawabannya memang keluar..lagian saya belum membaca semua sutta.

kalau anda yg memang menguasai lebih banyak sutta, tolong perlihatkan bagian sutta mana menjelaskan hal itu?
atau apa perlu saya kutip biografi itu dan dibahas...soal nya bahasa inggris saya jelek habis ^^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 21 November 2009, 11:44:16 PM
Yup, dan buku itu ditulis oleh Arahat hidup.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 21 November 2009, 11:48:29 PM
buku itu memang sangat kontroversial, sptnya tidak valid untuk dijadikan referensi
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 21 November 2009, 11:50:21 PM
Quote
Menanggapi hal ini, dilakukan Persamuan Sangha Agung untuk melafalkan kembali semua Dharma dan vinaya yang diikuti oleh semua Arhantah Patisambhidapato dimana Bhikshu Ananda juga ikut dalam Pesamuan Agung tersebut dengan menunjukkan Pencapaian Arhantah Patisambhidapato tepat sebelum kepalanya menyentuh tanah saat hendak tidur.

loh ,bukankah Ananda disebutkan telah mencapai Savaka-buddha sebelum sang buddha parinibbana.....ada kok dalam saddhamapundarika sutra...
benar mana neh..


Quote
"Sang Tathagata adalah yang Tertinggi. Para Tathagata sangat teliti dalam menggunakan waktu dan tidak pernah berhenti sekalipun menolong para mahluk hidup yang masih berada diTriloka. Maka Sang Tathagata selalu muncul disaat yang tepat."
(Mahayana dhamma)
maaf saya agak frontal saja...[kemenyan mode on]

dikatakan SangBuddha entah ada dimana, dan sekarang pertanyaan terbesar yg tidak mungkin dijawab adalah "mengapa sang Buddha tidak lahir lagi sekarang? atau muncul entah dimana"

bukankah sekarang Ajarannya sudah terpecah belah sekte berbagai macam....kenapa ga muncul lalu menjelaskan saja semua? apa waktu nya kurang tepat?

Quote
Para Tathagata sangat teliti dalam menggunakan waktu dan tidak pernah berhenti sekalipun menolong para mahluk hidup yang masih berada diTriloka.
dari pada menulis sesuatu yang luar biasa enak di dengar [ alias talk less do more]
mohon buddha muncul 7x24 jam lah..
bimbing lah saya makhluk yg berada di Triloka ini......i waiting buddha come to save me.

buku itu memang sangat kontroversial, sptnya tidak valid untuk dijadikan referensi
nah arahat[ngaku-nya] hidup vs Tipitaka...kira-kira benar mana?
nah saya tunggu sdr, kemenyan menjelaskan hal ini...apa Luanta omkos[omong kosong] menurut anda...
jujur saya sendiri no comment dan lebih melihat realita...beliau guru meditasi yg sudah duduk diam berapa lama...sedangkan kita disini...duduk diam sambil jari yg main. ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 21 November 2009, 11:54:56 PM
 [at]  marcedes, sangat tidak bijaksana engkau mengkonfrontasi saya dengan seorang bhikkhu yg Arahat pulak [ngaku-nya]
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 November 2009, 12:20:19 AM
Arahat hidup yang mengatakan citta abadi.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sukma Kemenyan on 22 November 2009, 03:23:44 AM
kalau anda yg memang menguasai lebih banyak sutta, tolong perlihatkan bagian sutta mana menjelaskan hal itu?
atau apa perlu saya kutip biografi itu dan dibahas...soal nya bahasa inggris saya jelek habis ^^
Maaf, jikalau saya terlalu bodoh dan tulalit,
Namun... sampai sekarang,
saya masih belum mampu menebak mengapa dan bagaimana anda menyimpulkan tipitaka rancu

Jikalau menurut anda kutipan-kutipan pendukung perlu diikut sertakan untuk menjelaskan kerancuan,
Sudilah kiranya untuk menuliskan kembali disini
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 22 November 2009, 09:24:50 AM
[at]  marcedes, sangat tidak bijaksana engkau mengkonfrontasi saya dengan seorang bhikkhu yg Arahat pulak [ngaku-nya]


Arahat hidup yang mengatakan citta abadi.


kalau anda yg memang menguasai lebih banyak sutta, tolong perlihatkan bagian sutta mana menjelaskan hal itu?
atau apa perlu saya kutip biografi itu dan dibahas...soal nya bahasa inggris saya jelek habis ^^

Maaf, jikalau saya terlalu bodoh dan tulalit,
Namun... sampai sekarang,
saya masih belum mampu menebak mengapa dan bagaimana anda menyimpulkan tipitaka rancu

Jikalau menurut anda kutipan-kutipan pendukung perlu diikut sertakan untuk menjelaskan kerancuan,
Sudilah kiranya untuk menuliskan kembali disini

sekarang posisi dimana "arahat [ entah asli atau aspal ] mengatakan pernyataan yang berbeda dengan Tipitaka"
itu sebabnya di sebut buku kontroversi sama om kumis kale...

nah sekarang, apabila kita memakai pandangan Tipitaka dalam melihat kasus "pernyataan Luanta" maka tentu menganggap Luanta bohong...
tetapi apakah anda cukup berani mengatakan bahwa Luanta bohong karena tidak sesuai dengan Tipitaka?

itulah sebabnya saya menyatakan "tipitaka pun tidak bisa di percaya-i 100% yg me-monopoli semua dhamma"
karena ada kasus "arahat[luanta]"
Kalau andaikata LUANTA bohong, tentu GA ADA MASALAH[ itu pun kalau anda berani ]
sekarang kalau BENAR beliau ARAHAT[ apa anda lebih menguasai sila,samadhi,panna dari pada beliau ? ]

jadi sekarang inti nya adalah "apakah anda berani mengatakan Luanta Bohong atau tidak"

kalau dibilang saya tidak bijaksana....sy tidak mengerti,jelas-jelas ini namanya diskusi berbeda pandangan....
lagian memang kok saya tidak bijaksana dalam hal tentang jalan "arahat" kalau sudah bijaksana tentu saya sudah seorang savaka-ARAHAT paling tidak. :)

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 22 November 2009, 09:39:03 AM
Quote
Yup betul Jerry, tradisi Pure Land sudah ada sebelum kr****n masuk ke China. Karena konsep dalam Zoroastrian ada kemiripan dengan agama kr****n (ada Tuhan dan dualisme Surga-Neraka), mungkin jadi dirancukan dengan kr****n Smiley

Untuk Sutra Amitabha, setahu saya ditulis dalam bahasa Sansekerta dahulu baru ditranslate ke Chinese oleh Kumarajiva. Walaupun tradisi Pure Land baru berkembang pesat di China, tetapi sebenarnya tradisi ini bermula di India, sewaktu Zoroastrian mempengaruhi kondisi di sana pada waktu itu.

Yap. Tradisi Sukhavati walau kulit luarnya ada banyak kemiripan dengan Kristianitas, namun konsep / makna dasarnya / kulit dalamnya sangat-sangat berbeda dan ini sudah banyak para sejarawan yang membahasnya. Saya kutip tulisan saya yang dulu-dulu bahwa mustahil Kristinitas mempengaruhi tradisi Sukhavati:

Mereka mengklaim bahwa Mahayana adalah “Christianized Buddhism” atau agama Buddha dengan pengaruh Kristiani Nestorian, contohnya dengan adanya konsep “Juruselamat” seperti Amitabha.

Jawab: Problem teori ini adalah Mahayana muncul pada abad 1 M di kerajaan Kushan di Asia Tengah (sekarang Afghanistan, Pakistan, Uzbekistan dsb), sedangkan kaum Kristiani khususnya Nestorian baru datang ke Asia Tengah 400 tahun kemudian yaitu sekitar abad ke-5 M. Oleh karena itu tidaklah mungkin Mahayana dipengaruhi oleh Kristianitas. Untuk menunujukkan bahwa agama Kristiani mempengaruhi agama Buddha sebelum kaum Nestorian datang, maka seseorang harus membuktikan terlebih dahulu bahwa ada kontak antara “Kristiani Thomasite” di India Selatan dan Kerajaan Kushan di India Utara (sekarang Pakistan).

"Kristiani Thomasite" sebagaimana secara tradisi berasal dari kedatangan rasul Thomas pada tahun 52 M di selatan India dan menyebarkan agama Kristiani serta mendirikan gereja di sana. Namun tampaknya tradisi ini kurang disertai bukti yang kuat. Untuk lebih jelasnya coba lihat www.hamsa.org, di mana di sana dijelaskan ketidakmungkinan Rasul Thomas datang ke India. Yang paling penting untuk diketahui adalah komunitas Kristiani di India Selatan baru eksis sekitar tahun 345 M, dibawa oleh pedagang Thomas Cananeus di mana mungkin terjadi kesalahpahaman bahwa Thomas Cananeus dianggap sebagai Rasul Thomas.

Sedangkan sebelum 345 M, Mahayana sudah eksis di India. Lagipula memang tidak ada kontak antara Mahayana di utara dengan “Kristiani Thomasite” di selatan. Oleh karena itu, tidak masuk akal apabila Mahayana dipengaruhi oleh agama Kristiani.

Bapa Pierre Humbertclaude menulis bahwa ajaran sekte Amitabha sangat mirip dengan Kristiani, sehingga ia mengatakan bahwa sekte Amitabha dipengaruhi oleh ajaran Kristiani Nestorian . Demikian juga oleh beberapa sejarawan lainnya yang mengklaim bahwa Mahayana dipengaruhi oleh Kristiani dan terutama lagi oleh para sejarawan Keikyo.

Shan Dao, Patriark Tanah Suci di Tiongkok, hidup pada masa Nestorian masuk ke Tiongkok. Berkatnyalah ajaran Tanah Suci mulai meluas. Ia adalah teman baik Raja Gaozong. Raja Gaozong adalah raja yang menerima dan mengakui serta menghormati agama Nestorian. Oleh karena itu banyak yang menduga bahwa Shan Dao mendapat pengaruh dari agama Kristiani Nestorian dikarenakan hubungan keduanya yang erat. Ajaran Amitabha juga dianggap mirip dengan Kristiani. Patriark Tanah Suci di Jepang seperti Honen dan Shinran juga diduga mendapat pengaruh dari agama Kristiani.

Jawab: Inskripsi tentang Amitabha ditemukan di Pakistan dan berasal dari abad ke-2 M. Amitabha Buddha dan Tanah Sucinya pertama kali diperkenalkan lewat Sutra Pratyutpanna dan Sutra Maha Sukhavativyuha yang diterjemahkan oleh Lokaksema dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa. Para sejarawan menduga bahwa penghormatan pada Amitabha Buddha dimulai pada abad 1 M atau 2 M di Asia Tengah dan India Utara. Tentu pada saat itu Kristiani belum masuk ke Asia Tengah maupun India Utara. Kristiani baru masuk ke Asia Tengah pada abad ke-5 M. Oleh karena itu pemujaan Amitabha Buddha sudah ada terlebih dahulu daripada agama Kristiani di Asia Tengah dan India. Tidak mungkin ajaran Amitabha dipengaruhi oleh agama Kristiani.

Demikian juga di Tiongkok, Sutra-sutra tentang ajaran Amitabha sudah ada sejak abad ke-2 M, jauh sebelum agama Kristiani masuk ke Tiongkok. Bahkan Sutra Mahasukhavativyuha adalah salah satu sutra pondasi ajaran Tanah Suci.

Kemudian sutra-sutra tentang Amitabha yang lain yaitu: Amitayur-dhyana diterjemahkan oleh Jiangliang Yeshe pada masa dinasti Song eradinasti Utara Selatan (abad ke-5 M) dan juga oleh Dharmamitra pada masa dinasti Song era dinasti Utara Selatan (abad ke 5 M). Kemudian Suta Amitabha yang diterjemahkan 3 kali: oleh bhiksu asal kerajaan Kucha (Asia Tengah) Kumarajiva pada tahun 402 M, oleh bhiksu Gunabhadra sekitar tahun 446 M, oleh bhiksu Xuanzang pada tahun 650 M.

Sedangkan ada 12 versi terjemahan Mahasukhavativyuha, dikutip dari artikel yang dituli bro. Ching ik di milis Mahayana_Indonesia:

1.Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu asal Persia –An Shi Gao, pada abad ke 2 M. Masih menjadi pertanyaan apakah benar kitab ini adalah terjemahan bhiksu An Shi Gao, karena sejauh yang diketahui, semua kitab terjemahan An Shi Gao merupakan kitab Hinayana.
2.Wuliang Qingjing Pingdeng Juejing (4 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Lokaraksha/Lokaksema pada abad ke 2 M.
3.Foshuo Amito Sanye Sanfo Shalou Fotan Guo Duren Daojing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu ZhiQian pada masa Tiga kerajaan (abad ke 3 M).
4.Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Sanghavarman pada 252 M.
5.Wuliang Qingjing Pingdeng Juejing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu BaiTing pada masa tiga kerajaan (abad ke 3 M).
6.Wuliang Shoujing (2 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmapala pada masa dinasti Jin Barat (antara abad ke 3 – 4 M).
7.Wuliang Shou Zhizhen Dengjue Jing (2 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmabala pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M)
8.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu JueXian pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M).
9.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu BaoYun pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M).
10.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmamitra pada masa dinasti utara selatan (abad ke 5 M).
11.Wuliang Shou Rulai Hui (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Bodhiruci pada masa dinasti Tang (awal abad ke 8 M).
12.Daceng Wuliang Shouzhuang Yanjing (3 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmabhadra pada masa dinasti Song (antara abad ke 10-12 M)

Kitab komentar Sukhavati seperti Wuliang Shoujing Youpo Tishe/ Wangshen Lun (Maha Sukhavati-vyuha Upadesa) karya Vasubandhu. Diterjemahkan oleh Bodhiruci di abad ke 6 M. Vasubandhu hidup pada abad ke-4 M, sebelum Nestorian masuk ke Asia Tengah.

Bisa kita lihat bahwa setidak-tidaknya sudah ada BUKTI bahwa pemujaan Amitabha beserta konsep Tanah Sucinya sudah ada di Asia Tengah dan Tiongkok pada abad 1 M sampai 4 M, di mana pada masa itu Kristiani Nestorian belum memasuki Asia Tengah maupun Tiongkok. Pondasi dan konsep fundamental dari sekte Tanah Suci semuanya berasal dari 2 sutra yaitu (Amitabha Sutra, Mahasukhavativyuha Sutra dan Amitayurdhyana Sutra). Dan ketiga sutra tersebut seperti kita lihat, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa sebelum Kristiani Nestorian masuk ke Tiongkok. Oleh karena itu tidaklah mungkin Kristiani Nestorian mempengaruhi sekte Tanah Suci.

Kristiani Nestorian masuk ke Tiongkok setidak-tidaknya tahun 578 M dan 631 M (abad 7 M). Sedangkan Patriark pertama dan pendiri sekte Tanah Suci di Tiongkok adalah Bhiksu Huiyuan yang hidup pada tahun 334-416 M. Oleh karena itu tidak mungkin sekte Tanah Suci di Tiongkok berkembang dari ajaran Kristiani Nestorian. Patriark kedua Tanah Suci Tan Luan juga hidup sebelum kedatangan Nestorian ke Tiongkok, yaitu tahun (476-542 M).

Dan memang benar ajaran sekte Tanah Suci disempurnakan oleh Shan Dao, namun kita lihat bahwa ajaran Shan Dao sendiri juga berdasarkan ajaran Huiyuan dan Tanluan serta Daochuo, patriark-patriark Tanah Suci sebelumnya. Tidak ada transformasi dalam ajaran Tanah Suci yang dilakukan oleh Shan Dao yang mengingatkan kita akan paham Kristiani ataupun yang membuat kita melihat paham Kristiani dalam sekte Tanah Suci. Tidak ada. Semua yang diajarkan Shan Dao adalah berdasar Patriark sebelumnya dan berdasarkan/berpondasikan 3 Sutra terpenting dalam Sekte Tanah Suci. Demikian juga Patriark sekte Amitabha di Jepang seperti Honen dan Shinran, mereka mendasarkan pengertian mereka pada ajaran Shan Dao yang notabene juga berdasarkan ajaran Tan Luan. Ini dapat dilihat bahwa pada aliran Jodo (Tanah Suci) di Jepang, Tan Luan dianggap sebagai Patriark pertama Tanah Suci Tiongkok.

Bahkan dalam The Pure Land Doctrine as illustrated in Shoku’s “Plain-wood” Nembutsu, in The Eastern Buddhist oleh Shidzutoshi Sugihira, disebutkan bahwa apabila inskripsi tahun 781 M menunjukkan hubungan yang dekat antara Buddhis dan Kristiani, maka malah mungkin akan menunjukkan sebaliknya, bahwa ada pengaruh dari agama Buddha, khususnya sekte Tanah Suci kepada ekspresi keimanan Kristiani yaitu “Untuk berlayar dengan kapal welas asih menuju kerajaan Cahaya”, orang yang menulis ungkapan barusan meminjam kata-kata dari sekte Buddhis Tanah Suci.

Bahkan Kepala Vihara dari Pagoda Yun Si Se dekat Hangchow, menulis pada Bapa Matthew Ricci mengkomplain: “Kristiani mengkopi ajaran Tanah Suci” (Hobogirin, art. Bodhai (= Bodhi), I, p. 92, according to the Jodo.)

Kesimpulan:Ajaran sekte Tanah Suci/Amitabha (Amidism) telah tumbuh, berakar dan memiliki pondasi yang kuat di Asia Tengah, India Utara dan Tiongkok beratus-ratus tahun sebelum kedatangan Kristiani Nestorian di Asia Tengah dan Tiongkok. Adalah omong kosong besar apabila ada orang yang menyatakan bahwa Nestorian mempengaruhi sekte Tanah Suci.

Quote
Menarik Smiley setahu saya justru munculnya tradisi pure land sebagai respons terhadap perkembangan agama Zoroastrianism dari Persia. Zoroastrianism menganut pandangan dualisme "kegelapan" dan "terang" .... di mana "terang" adalah jalan keselamatan, dan memiliki "Tuhan" yang disebut dengan Ahura Mazda. Untuk merespons tradisi ini, tradisi Pure Land mensistensis aspek "Cahaya" (yang di-embodi oleh Buddha Amithaba) untuk menyimbolkan "terang" dan lawan dari "kegelapan". Yang menarik, nama Amithaba sangat dekat bunyinya dengan Ahura Mazda Smiley

Di buku yang anda sarankan, tampaknya ada pendapat berbeda dari para sejarawan, yaitu sebenarnya pengaruh dari Zoroastrian tersebut patut dipertanyakan apakah benar atau tidak. Sebenarnya pengaruh tersebut hanya hipotesa para sejarawan saja dan sama sekali tidak ada bukti bahwa Amitabha dipengaruhi oleh dewa2 Zorosatrian.

Di buku yang anda sarankan sendiri dikatakan bahwa peneliti / sejarawan Jepang bernama Fujita menolak hipotesa tersebut mengatakan bahwa "cahaya yang tak terbatas" dan "umur yang tanpa batas" sebenarnya berasal dari konsep Buddhis sendiri, bukan dari Zoroastrianisme.

Memang dalam kitab Mahavastu dari aliran Mahasanghika mengatakan Sang Buddha sebagai "cahaya yang menghalau kegelapan." Selain itu "Cahaya tanpa batas" (immeasurable light) disebutkan sebagai ciri2 para Buddha oleh kitab Mahavibhasa dari aliran Sarvastivada.

Sedangkan "immeasurable life" yaitu umur tanpa batas adalah ciri-ciri para Buddha yang dikemukakan aliran Mahasanghika.

Jadi sebenarnya fondasi Amitabha tentang "immeasurable life" dan "immeasurable light" ada di ajaran-ajaran sekte Buddhis awal, bukan di dewa Mithra atau Ahura Mazda.

Kemiripan sebutan antara Amitabha dan Ahura Mazda juga tak ada kaitannya dengan saling mempengaruhi, karena makna kata "Amitabha" dan "Ahura Mazda" sendiri sudah sangat jauh berbeda. Ini hanya gathuk2an saja kalau pake metode mirip2an tanpa ada landasan yang jelas.

"Tidak ada satupun orang sekarang yang menerima ini (pengaruh antara Amitabha dan pemujaan matahari Zoroastrian) sebagai penjelasan yang layak."
(Buddhism oleh Peter Harvey)

"Perbandingan yang menjadi perhatian sampai sekarang ini hanya memiliki nilai yang kecil dan tidak membuktikan bahwa Amitabha adalah Ahura Mazda atau Apollo dalam samaran."

(Encyclopedia of Religion and Ethics oleh James Hastings)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: naviscope on 22 November 2009, 10:05:53 AM
Quote
Yup betul Jerry, tradisi Pure Land sudah ada sebelum kr****n masuk ke China. Karena konsep dalam Zoroastrian ada kemiripan dengan agama kr****n (ada Tuhan dan dualisme Surga-Neraka), mungkin jadi dirancukan dengan kr****n Smiley

Untuk Sutra Amitabha, setahu saya ditulis dalam bahasa Sansekerta dahulu baru ditranslate ke Chinese oleh Kumarajiva. Walaupun tradisi Pure Land baru berkembang pesat di China, tetapi sebenarnya tradisi ini bermula di India, sewaktu Zoroastrian mempengaruhi kondisi di sana pada waktu itu.

Yap. Tradisi Sukhavati walau kulit luarnya ada banyak kemiripan dengan Kristianitas, namun konsep / makna dasarnya / kulit dalamnya sangat-sangat berbeda dan ini sudah banyak para sejarawan yang membahasnya. Saya kutip tulisan saya yang dulu-dulu bahwa mustahil Kristinitas mempengaruhi tradisi Sukhavati:

Mereka mengklaim bahwa Mahayana adalah “Christianized Buddhism” atau agama Buddha dengan pengaruh Kristiani Nestorian, contohnya dengan adanya konsep “Juruselamat” seperti Amitabha.

Jawab: Problem teori ini adalah Mahayana muncul pada abad 1 M di kerajaan Kushan di Asia Tengah (sekarang Afghanistan, Pakistan, Uzbekistan dsb), sedangkan kaum Kristiani khususnya Nestorian baru datang ke Asia Tengah 400 tahun kemudian yaitu sekitar abad ke-5 M. Oleh karena itu tidaklah mungkin Mahayana dipengaruhi oleh Kristianitas. Untuk menunujukkan bahwa agama Kristiani mempengaruhi agama Buddha sebelum kaum Nestorian datang, maka seseorang harus membuktikan terlebih dahulu bahwa ada kontak antara “Kristiani Thomasite” di India Selatan dan Kerajaan Kushan di India Utara (sekarang Pakistan).


Sedangkan sebelum 345 M, Mahayana sudah eksis di India. Lagipula memang tidak ada kontak antara Mahayana di utara dengan “Kristiani Thomasite” di selatan. Oleh karena itu, tidak masuk akal apabila Mahayana dipengaruhi oleh agama Kristiani.


Bapa Pierre Humbertclaude menulis bahwa ajaran sekte Amitabha sangat mirip dengan Kristiani, sehingga ia mengatakan bahwa sekte Amitabha dipengaruhi oleh ajaran Kristiani Nestorian . Demikian juga oleh beberapa sejarawan lainnya yang mengklaim bahwa Mahayana dipengaruhi oleh Kristiani dan terutama lagi oleh para sejarawan Keikyo.



Jawab: Inskripsi tentang Amitabha ditemukan di Pakistan dan berasal dari abad ke-2 M. Amitabha Buddha dan Tanah Sucinya pertama kali diperkenalkan lewat Sutra Pratyutpanna dan Sutra Maha Sukhavativyuha yang diterjemahkan oleh Lokaksema dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa. Para sejarawan menduga bahwa penghormatan pada Amitabha Buddha dimulai pada abad 1 M atau 2 M di Asia Tengah dan India Utara. Tentu pada saat itu Kristiani belum masuk ke Asia Tengah maupun India Utara. Kristiani baru masuk ke Asia Tengah pada abad ke-5 M. Oleh karena itu pemujaan Amitabha Buddha sudah ada terlebih dahulu daripada agama Kristiani di Asia Tengah dan India. Tidak mungkin ajaran Amitabha dipengaruhi oleh agama Kristiani.

Demikian juga di Tiongkok, Sutra-sutra tentang ajaran Amitabha sudah ada sejak abad ke-2 M, jauh sebelum agama Kristiani masuk ke Tiongkok. Bahkan Sutra Mahasukhavativyuha adalah salah satu sutra pondasi ajaran Tanah Suci.

 _/\_
The Siddha Wanderer

oh ic, ternyata kirain aliran tanah suci, itu berusaha mengikut krist*n....

kalau begitu, saya kosongin cangkir saya dulu ya..... uda penuh soalnya, klu dituang trus, tar tumpah bro....

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 22 November 2009, 12:05:30 PM
[at]  marcedes, sangat tidak bijaksana engkau mengkonfrontasi saya dengan seorang bhikkhu yg Arahat pulak [ngaku-nya]


Arahat hidup yang mengatakan citta abadi.


kalau anda yg memang menguasai lebih banyak sutta, tolong perlihatkan bagian sutta mana menjelaskan hal itu?
atau apa perlu saya kutip biografi itu dan dibahas...soal nya bahasa inggris saya jelek habis ^^

Maaf, jikalau saya terlalu bodoh dan tulalit,
Namun... sampai sekarang,
saya masih belum mampu menebak mengapa dan bagaimana anda menyimpulkan tipitaka rancu

Jikalau menurut anda kutipan-kutipan pendukung perlu diikut sertakan untuk menjelaskan kerancuan,
Sudilah kiranya untuk menuliskan kembali disini

sekarang posisi dimana "arahat [ entah asli atau aspal ] mengatakan pernyataan yang berbeda dengan Tipitaka"
itu sebabnya di sebut buku kontroversi sama om kumis kale...

nah sekarang, apabila kita memakai pandangan Tipitaka dalam melihat kasus "pernyataan Luanta" maka tentu menganggap Luanta bohong...
tetapi apakah anda cukup berani mengatakan bahwa Luanta bohong karena tidak sesuai dengan Tipitaka?

itulah sebabnya saya menyatakan "tipitaka pun tidak bisa di percaya-i 100% yg me-monopoli semua dhamma"
karena ada kasus "arahat[luanta]"
Kalau andaikata LUANTA bohong, tentu GA ADA MASALAH[ itu pun kalau anda berani ]
sekarang kalau BENAR beliau ARAHAT[ apa anda lebih menguasai sila,samadhi,panna dari pada beliau ? ]

jadi sekarang inti nya adalah "apakah anda berani mengatakan Luanta Bohong atau tidak"

kalau dibilang saya tidak bijaksana....sy tidak mengerti,jelas-jelas ini namanya diskusi berbeda pandangan....
lagian memang kok saya tidak bijaksana dalam hal tentang jalan "arahat" kalau sudah bijaksana tentu saya sudah seorang savaka-ARAHAT paling tidak. :)



Dalam buku yg tertulis mengenai pengalaman Ajahn Mun, perlu diketahui beliau bertemu para arahat dan bertanya " bagaimana cara2 arahat dahulu kala parinibbana"

1. Tentu menjadi penuh tanda tanya mengapa arahat masih bisa muncul dalam 'pengalaman meditasi ajahn Mun' patut diingat penghuni para anagami adalah  alam dewa Suddhavasa. Perlu diketahui umur dialam ini sangat panjang dan para anagami yg di alam manusia belum menjadi arahat akan terlahir dialam tersebut. Dan kemudian Anagami itu akan menjadi arahat dialam Suddhavassa tersebut. Permasalahannya adakah tertulis dalam Tipitaka ketika para anagami tsb yg menjadi arahat di alam tersebut langsung parinibbana?atau menunggu sampai umurnya habis atau sesuai kehendak dari arahat yg ada dialam tsb? menurut hemat saya ketika anagami dialam suddhavasa telah menjadi arahat tidak serta merta langsung mencapai parinibbana, sehingga ini yg muncul dalam pengalaman meditasi Ajahn Mun. Jika memang ada tertulis dalam TIPITAKA bahwa ketika anagami di alam Suddhavasa mencapai kerahatan dan langsung parinibbana, maka fenomena no. 2 yg terjadi. Kalau ada yg punya referensi detil anagami di alam SUddhavasa, sebaiknya ditulis disini.

2. Bagaimana ketika Ajahn Mun melihat Buddha yg muncul dalam pengalaman meditasinya.Disana Ajahn Mun tidak mengatakan ia percaya ataupun tidak percaya. Beliau hanya mengatakan dia tidak memiliki keraguan pada Tiratana.Dan beliau mengatakan  entah Buddha ada atau tidak ada ketika ditanya apakah beliau ada keraguan dengan kemunculan Buddha dihadapannya , saddha beliau tidak pernah luntur sama sekali. Jadi kebanyakan yg mengatakan itu Buddha sesungguhnya yg muncul atau bukan Buddha atau tidak sesuai Tipitaka adalah kesimpulan dari beberapa pembaca sendiri. Ajahn Mun tidak menyimpulkan apa2 demikian Luangta Mahaboowa, ia hanya bersikap apa adanya. Dan dalam pengalaman meditasi fenomena apapun dapat muncul. Bahkan terkadang ketika Buddha muncul bisa saja itu nimitta, atau manifestasi mara atau kilesa. Tidak ada yang tahu bukan ,selain Maha panna yg dapat mengenali.
Jadi pengalaman meditasi semakin digali semakin kompleks.

3. Mengenai citta abadi. Banyak yg salah kaprah tentang pandangan Luangta Mahaboowa terhadap masalah ini. Semua trah/murid Ajahn Mun yg utama dalam tradisi dhutangga selalu menggunakan kata " CITTA" daripada menggunakan  kata "NAMA"  bahkan kadangkala menggunakan kata CITTA sebagai citta itu sendiri , saya pun tidak tahu alasannya. Tetapi pernah dibahas dalam penjelasan Luangta.  Sehingga kalau kita membaca tulisan Luangta atau pun murid utama Ajahn Mun berbicara tentang citta harus diperhatikan konteks kalimatnya agar tidak terjebak pada pengertian yg salah tentang citta . Seringkali kita alergi dengan kata "ABADI" sebagai eternalisme
Padahal dalam Abhidhamma ada dikatakan bahwa seseorang setelah parinibbana itu hanya ada NAMA DHAMMA. Ini saya ketahui dari diskusi saya dengan bro Markos. Nah Luangta menggunakan kata CITTA sebagai pengganti kata NAMA DHAMMA, karena begitulah tradisi mereka. Sehingga jika kita tidak menyelidiki lebih jauh maka kita hanya berpikir tentang CITTA dan NAMA DHAMMA hal yg berbeda jika menurut abhidhamma. Telah banyak penjelasan oleh Luangta mengenai anatta dan beliau meyakini dan jelas tahu tentang anatta. Jika beliau terperangkap dalam eteranalisme maka bukankah ia terperangkap dalam dualisme eternalis dan anatta juga?
Apakah jika setelah arahat parinibbana yg ada hanya NAMA DHAMMA bukan itu sama saja dengan pandangan eternalis? Tentu tidak semudah itu kita menyimpulkan.
Mengapa ketika Buddha ditanya mengenai Jiwa ada ada atau tidak ada , Dan SB diam saja? tidak menjawab? Karena penanya belum mengerti jelas tentang ADA dan TIDAK ADA sehingga kalau SB menjawabnya mereka akan semakin jauh dari pandangan benar dan terjerumus pada Eternalis dan NIhilisme. Jika saja Buddha hanya diam, dan kebetulan ada orang bertanya pada kita saat dan jaman sekarang? apakah yg Anda sekalian jawab? Kita menjawab ada  adalah salah dan tidak ada juga salah, kalaupun diam, dijaman sekarang akan bilang kita bingung bukan? kalau kita mengatakan bahwa pertanyaan itu salah? maka orang lain akan menjawab "bertanya koq kamu yg ngatur pertanyaanya"

Sebenarnya Masalah ini hanya dapat dimengerti oleh orang yg telah merealisasikan nibbana itu sendiri. Mengenai seseorang arahat itu asli atau aspal. Silakan semua dari kita menilai dengan seksama dan teliti. Katakan bukan arahat maka tidak ada gunanya kita menimbulkan akusala citta. Jika ya maka berbahagialah kita di dunia masih ada para arahat. Jika salah menilai maka keberuntungan tidak dipihak anda. Seperti Buddha dihadapan kita, kita tidak melihatnya sama sekali apalagi sampai muncul akusala citta. Kalaupun ragu sudah dimana tahapan mereka maka sikap yg paling baik adalah netral.
 
Tambahan : ini saya dapat dari link http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13749.msg225250/topicseen.html#msg225250

yakni  :  

Question about which is better between faith and knowledge, Citta answered that knowledge is better than faith (Saddhāya kho, gahapati, ñāṇaṃyeva paṇītatara) [S. IV. 298]

Terjemahan:
Saat ditanya mana yang lebih baik antara keyakinan dan pengetahuan, Citta menjawab bahwa pengetahuan adalah lebih baik bila dibandingkan dengan keyakinan (Saddhāya kho, gahapati, ñāṇaṃyeva paṇītatara). [S. IV. 298]



Terkesan sepertinya citta sebagai atta, tetapi dan tentunya bukan...silakan direnungkan dengan seksama

_/\_

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 22 November 2009, 02:15:33 PM
Berikut saya quote tulisan sdr Peacemind dengan referensi suttanya tentang nibbana dan penjelasannya dan hubungannya dengan yg dimaksud Luangta tentang Citta Never dies yg kemudian oleh beberapa pembaca diartikan sendiri citta yg abadi  yg kemudian disalah artikan sebagai eternalis padahal penjelasan telah diberikan.

Quote
Terus terang saya baru mendengar bahwa nāmadhamma dan nāmakkhandha berbeda dari satu sama lain. Istilah nāmadhamma sendiri sangat jarang ditemukan dalam Abhidhamma. Tapi ada satu kutipan yang mungkin ada hubungannya dengan pertanyaan anda. Kutipan ini bukan saya ambil dari Abhidhamma melainkan dari Sutta.

      Jika kita lihat pernyataan yang diambil dari Suttapiṭaka, salah satu definisi nibbāna adalh sebagai berikut:

‘Viññāṇaṃ anidassanaṃ, anantaṃ sabbatopabhaṃ;
Ettha āpo ca pathavī, tejo vāyo na gādhati.
Ettha dīghañca rassañca, aṇuṃ thūlaṃ subhāsubhaṃ;
Ettha nāmañca rūpañca, asesaṃ uparujjhati;
Viññāṇassa nirodhena, etthetaṃ uparujjhatī’ti".       ----- (Kevaṭṭasuttaṃ--Tīradassisakuṇupamā)

Yang bisa diterjemahkan sebagai berikut:

“(Dimana) kesadaran tanpa tanda (signless), tanpa batas dan seluruhnya bercahaya;
Di sini, air, tanah, api dan udara tidak memiliki tempat berpijak.
Di sini, panjang, pendek, kecil, besar, indah dan buruk,
Mental dan materi lenyap tanpa sisa;
Dengan lenyapnya kesadaran, di sini, semua lenyap.”

        Di atas ada dua macam viññāna. Pertama viññāna yang masih eksis dalam nibbāna. Viññana ini memiliki tiga keistimewaan, yakni anidassanaṃ, anantaṃ dan sabbatopabhaṃ. Viññana kedua adalah viññāna yang lenyap. Kitab komentar telah membedakan kedua viññāna ini. Viññāna pertama adalah nama lain dari nibbāna (viññāṇaṃ nibbānassetaṃ nāmaṃ), sedangkan viññāna kedua diidentifikasi sebagai abhisaṅkhāraviññāṇa (conditioned viññāna) atau singkatnya ini adalalh viññāṇa yang muncul karena kondisi. Jika kita menerima konsep nāmadhamma yang masih eksis dalam nibbāna, maka viññāṇaṃ anidassanaṃ anantaṃ sabbatopabhaṃ  bisa dikatakan sebagai nāmadhamma. Sementara itu, viññāna kedua yang lenyap adalah viññānakkhandha / nāmakkhandha yang lenyap dalam nibbāna.

Pernyataan diatas sangat relevan dengan contoh yg diberikan milinda panha. Sehingga orang yg mencapai parinibbana adalah bukan hilang seluruhnya atau ada seluruhnya. Hanya satu yaitu kebenaran diluar nalar manusia biasa.

Kalau salah dibaca dan diartikan  maka bisa dijadikan bahan pandangan sebagai eternalis. Dan bahkan dibilang eternalis lagi dan kontradikitf.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 22 November 2009, 07:45:11 PM
[at]  marcedes, sangat tidak bijaksana engkau mengkonfrontasi saya dengan seorang bhikkhu yg Arahat pulak [ngaku-nya]


Arahat hidup yang mengatakan citta abadi.


kalau anda yg memang menguasai lebih banyak sutta, tolong perlihatkan bagian sutta mana menjelaskan hal itu?
atau apa perlu saya kutip biografi itu dan dibahas...soal nya bahasa inggris saya jelek habis ^^

Maaf, jikalau saya terlalu bodoh dan tulalit,
Namun... sampai sekarang,
saya masih belum mampu menebak mengapa dan bagaimana anda menyimpulkan tipitaka rancu

Jikalau menurut anda kutipan-kutipan pendukung perlu diikut sertakan untuk menjelaskan kerancuan,
Sudilah kiranya untuk menuliskan kembali disini

sekarang posisi dimana "arahat [ entah asli atau aspal ] mengatakan pernyataan yang berbeda dengan Tipitaka"
itu sebabnya di sebut buku kontroversi sama om kumis kale...

nah sekarang, apabila kita memakai pandangan Tipitaka dalam melihat kasus "pernyataan Luanta" maka tentu menganggap Luanta bohong...
tetapi apakah anda cukup berani mengatakan bahwa Luanta bohong karena tidak sesuai dengan Tipitaka?

itulah sebabnya saya menyatakan "tipitaka pun tidak bisa di percaya-i 100% yg me-monopoli semua dhamma"
karena ada kasus "arahat[luanta]"
Kalau andaikata LUANTA bohong, tentu GA ADA MASALAH[ itu pun kalau anda berani ]
sekarang kalau BENAR beliau ARAHAT[ apa anda lebih menguasai sila,samadhi,panna dari pada beliau ? ]

jadi sekarang inti nya adalah "apakah anda berani mengatakan Luanta Bohong atau tidak"

kalau dibilang saya tidak bijaksana....sy tidak mengerti,jelas-jelas ini namanya diskusi berbeda pandangan....
lagian memang kok saya tidak bijaksana dalam hal tentang jalan "arahat" kalau sudah bijaksana tentu saya sudah seorang savaka-ARAHAT paling tidak. :)



Dalam buku yg tertulis mengenai pengalaman Ajahn Mun, perlu diketahui beliau bertemu para arahat dan bertanya " bagaimana cara2 arahat dahulu kala parinibbana"

1. Tentu menjadi penuh tanda tanya mengapa arahat masih bisa muncul dalam 'pengalaman meditasi ajahn Mun' patut diingat penghuni para anagami adalah  alam dewa Suddhavasa. Perlu diketahui umur dialam ini sangat panjang dan para anagami yg di alam manusia belum menjadi arahat akan terlahir dialam tersebut. Dan kemudian Anagami itu akan menjadi arahat dialam Suddhavassa tersebut. Permasalahannya adakah tertulis dalam Tipitaka ketika para anagami tsb yg menjadi arahat di alam tersebut langsung parinibbana?atau menunggu sampai umurnya habis atau sesuai kehendak dari arahat yg ada dialam tsb? menurut hemat saya ketika anagami dialam suddhavasa telah menjadi arahat tidak serta merta langsung mencapai parinibbana, sehingga ini yg muncul dalam pengalaman meditasi Ajahn Mun. Jika memang ada tertulis dalam TIPITAKA bahwa ketika anagami di alam Suddhavasa mencapai kerahatan dan langsung parinibbana, maka fenomena no. 2 yg terjadi. Kalau ada yg punya referensi detil anagami di alam SUddhavasa, sebaiknya ditulis disini.

2. Bagaimana ketika Ajahn Mun melihat Buddha yg muncul dalam pengalaman meditasinya.Disana Ajahn Mun tidak mengatakan ia percaya ataupun tidak percaya. Beliau hanya mengatakan dia tidak memiliki keraguan pada Tiratana.Dan beliau mengatakan  entah Buddha ada atau tidak ada ketika ditanya apakah beliau ada keraguan dengan kemunculan Buddha dihadapannya , saddha beliau tidak pernah luntur sama sekali. Jadi kebanyakan yg mengatakan itu Buddha sesungguhnya yg muncul atau bukan Buddha atau tidak sesuai Tipitaka adalah kesimpulan dari beberapa pembaca sendiri. Ajahn Mun tidak menyimpulkan apa2 demikian Luangta Mahaboowa, ia hanya bersikap apa adanya. Dan dalam pengalaman meditasi fenomena apapun dapat muncul. Bahkan terkadang ketika Buddha muncul bisa saja itu nimitta, atau manifestasi mara atau kilesa. Tidak ada yang tahu bukan ,selain Maha panna yg dapat mengenali.
Jadi pengalaman meditasi semakin digali semakin kompleks.

3. Mengenai citta abadi. Banyak yg salah kaprah tentang pandangan Luangta Mahaboowa terhadap masalah ini. Semua trah/murid Ajahn Mun yg utama dalam tradisi dhutangga selalu menggunakan kata " CITTA" daripada menggunakan  kata "NAMA"  bahkan kadangkala menggunakan kata CITTA sebagai citta itu sendiri , saya pun tidak tahu alasannya. Tetapi pernah dibahas dalam penjelasan Luangta.  Sehingga kalau kita membaca tulisan Luangta atau pun murid utama Ajahn Mun berbicara tentang citta harus diperhatikan konteks kalimatnya agar tidak terjebak pada pengertian yg salah tentang citta . Seringkali kita alergi dengan kata "ABADI" sebagai eternalisme
Padahal dalam Abhidhamma ada dikatakan bahwa seseorang setelah parinibbana itu hanya ada NAMA DHAMMA. Ini saya ketahui dari diskusi saya dengan bro Markos. Nah Luangta menggunakan kata CITTA sebagai pengganti kata NAMA DHAMMA, karena begitulah tradisi mereka. Sehingga jika kita tidak menyelidiki lebih jauh maka kita hanya berpikir tentang CITTA dan NAMA DHAMMA hal yg berbeda jika menurut abhidhamma. Telah banyak penjelasan oleh Luangta mengenai anatta dan beliau meyakini dan jelas tahu tentang anatta. Jika beliau terperangkap dalam eteranalisme maka bukankah ia terperangkap dalam dualisme eternalis dan anatta juga?
Apakah jika setelah arahat parinibbana yg ada hanya NAMA DHAMMA bukan itu sama saja dengan pandangan eternalis? Tentu tidak semudah itu kita menyimpulkan.
Mengapa ketika Buddha ditanya mengenai Jiwa ada ada atau tidak ada , Dan SB diam saja? tidak menjawab? Karena penanya belum mengerti jelas tentang ADA dan TIDAK ADA sehingga kalau SB menjawabnya mereka akan semakin jauh dari pandangan benar dan terjerumus pada Eternalis dan NIhilisme. Jika saja Buddha hanya diam, dan kebetulan ada orang bertanya pada kita saat dan jaman sekarang? apakah yg Anda sekalian jawab? Kita menjawab ada  adalah salah dan tidak ada juga salah, kalaupun diam, dijaman sekarang akan bilang kita bingung bukan? kalau kita mengatakan bahwa pertanyaan itu salah? maka orang lain akan menjawab "bertanya koq kamu yg ngatur pertanyaanya"

Sebenarnya Masalah ini hanya dapat dimengerti oleh orang yg telah merealisasikan nibbana itu sendiri. Mengenai seseorang arahat itu asli atau aspal. Silakan semua dari kita menilai dengan seksama dan teliti. Katakan bukan arahat maka tidak ada gunanya kita menimbulkan akusala citta. Jika ya maka berbahagialah kita di dunia masih ada para arahat. Jika salah menilai maka keberuntungan tidak dipihak anda. Seperti Buddha dihadapan kita, kita tidak melihatnya sama sekali apalagi sampai muncul akusala citta. Kalaupun ragu sudah dimana tahapan mereka maka sikap yg paling baik adalah netral.
 
Tambahan : ini saya dapat dari link http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13749.msg225250/topicseen.html#msg225250

yakni  : 

Question about which is better between faith and knowledge, Citta answered that knowledge is better than faith (Saddhāya kho, gahapati, ñāṇaṃyeva paṇītatara) [S. IV. 298]

Terjemahan:
Saat ditanya mana yang lebih baik antara keyakinan dan pengetahuan, Citta menjawab bahwa pengetahuan adalah lebih baik bila dibandingkan dengan keyakinan (Saddhāya kho, gahapati, ñāṇaṃyeva paṇītatara). [S. IV. 298]



Terkesan sepertinya citta sebagai atta, tetapi dan tentunya bukan...silakan direnungkan dengan seksama

_/\_
wah bro bond bagus sekali dalam menjelaskan, akan tetapi sayang nya pengalaman beliau tidak pernah ada dalam Tipitaka..
nah sekarang, bagaimana waktu Luanta menangis?
dalam Abhidhamma yg pernah saya baca, seorang arahat tidak mungkin menangis,dan jika tertawa tidak akan kelihatan gigi-nya..gitu.

kalau tertawa tidak kelihatan gigi, memang kalau buka mulut pasti kelihatan gigi...yah mungkin yg dimaksud adalah tertawa tidak mungkin sampai terbahak-bahak..paling tawa biasa saja....

tapi kalau menangis?....gimana?
air mata mengalir dikarenakan banyak hal...
1.debu
2.cabe/pedas/bawang
3....

dikatakan Arahat adalah seorang yang penuh dengan keseimbangan batin..
apakah waktu Luanta ceramah sehingga beliau menitikkan air mata karena terkagum-kagum sewaktu mengingat pertama kali tercerahkan? berarti masih melekat kah dengan perasaan-nya?

mengenai Tipitaka yg tidak bisa di jadikan acuan 100% tentu bro bond masih ingat dengan masalah "dosa-mula citta"
dikatakan yang berbau penolakan oleh bro Markos pasti "dosa"
nah pada saat di kehidupan nyata saya merasa justru tidak demikian...
apa karena saya kurang dalam meditasi atau kah memang Tipitaka nya eror...i don't know untill become arahat.


salah satu kutipan biografi tsb.
Quote
A sãvaka Arahant having delivered such a discourse and departed,
Ãcariya Mun humbly received that Dhamma teaching. He carefully
contemplated every aspect of it, isolating each individual point, and
then thoroughly analyzed them all, one by one. As more and more
sãvaka Arahants came to teach him in this way,
he gained many new
insights into the practice just by listening to their expositions.
Hearing
their wonderful discourses increased his enthusiasm for meditation, thus
greatly enhancing his understanding of Dhamma.
dikatakan bahwa "savaka-arahat"[ bukan cuma 1 savaka ] datang dan terus mengajarkan dhamma kepada AjahnMun dan Ajahn Mun mendapatkan banyak pengetahuan baru.

bagaimana mungkin nimitta bisa mengajarkan seseorang pencerahan? apalagi nimitta dalam bentuk suara? [ sy pribadi baru dengar atau saya yg kolot ]

andai kata yang datang bukan seorang arahat...bagaimana mungkin AjahnMun bisa mendapat pencerahan dari seorang katakanlah mara yg mengajar...ini spekulasi lebih rancu lagi.

Quote
During his lengthy sojourn at Sarika Cave, Ãcariya Mun entertained
many sãvaka Arahants and heeded their words of advice,
making this
cave unique among all the places where he had ever stayed. While living
there, the Dhamma of unimpeachable certainty arose in his heart;
that is, he attained the fruition of Anãgãmï.
jadi dalam gua itu, AjahnMun mencapai Anagami setelah di ajar oleh para Savaka-arahat...
sekali lagi jika seorang mara yg datang, bagaimana mungkin orang buta menuntun orang buta mencapai pencerahan...
apalagi nimitta, apabila nimitta yg muncul...bagaimana mungkin nimitta mengajarkan kita?, bukankah nimitta adalah produk dalam negeri sendiri....as i know..

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 22 November 2009, 07:45:41 PM
dan yg paling kontroversional waktu di bahas adalah
Quote
The Most Exalted Appreciation
On the nights subsequent to Ãcariya Mun’s attainment of vimutti, a
number of Buddhas, accompanied by their Arahant disciples, came to
congratulate him on his vimuttidhamma. One night, a certain Buddha,
accompanied by tens of thousands of Arahant disciples, came to visit;
the next night, he was visited by another Buddha who was accompanied
by hundreds of thousands of Arahant disciples. Each night a different
Buddha came to express his appreciation, accompanied by a different
number of Arahant disciples. Ãcariya Mun stated that the number of
accompanying Arahant disciples varied according to each Buddha’s
relative accumulation of merit – a factor that differed from one Buddha
to the next. The actual number of Arahant disciples accompanying each

Buddha did not represent the total number of his Arahant disciples;
they merely demonstrated the relative levels of accumulated merit and
perfection that each individual Buddha possessed. Among the Arahant
disciples accompanying each of those Buddhas were quite a few young
novices.23 Ãcariya Mun was skeptical about this, so he reflected on it and
realized that the term “Arahant” does not apply exclusively to monks.
Novices whose hearts are completely pure are also Arahant disciples,
so their presence did not raise issue with the term in any way.
Most of the Buddhas who came to show their appreciation to Ãcariya
Mun addressed him in much the following manner:

“I, the Tathãgata, am aware that you have escaped from the harmful effects
of that monstrous suffering which you endured in the prison of saÿsãra,24
so I have come to express my appreciation. This prison is enormous, and quite
impregnable. It is full of seductive temptations which so enslave those who
are unwary that it is extremely difficult for anyone to break free. Of the vast
number of people living in the world, hardly anyone is concerned enough
to think of looking for a way out of dukkha that perpetually torments their
bodies and minds. They are like sick people who cannot be bothered to take
medicine. Even though medicines are plentiful, they are of no use to a person
who refuses to take them.
“Buddha-Dhamma is like medicine. Beings in saÿsãra are afflicted with
the painful, oppressive disease of kilesas, which causes endless suffering.
Inevitably, this disease can be cured only by the medicine of Dhamma. Left
uncured, it will drag living beings through an endless succession of births
and deaths, all of them bound up with physical and mental pain. Although
Dhamma exists everywhere throughout the whole universe, those who are
not really interested in properly availing themselves of its healing qualities are
unable to take advantage of it.
“Dhamma exists in its own natural way. Beings in saÿsãra spin around,
like wheels, through the pain and suffering of each successive life – in the
natural way of saÿsãra. They have no real prospect of ever seeing an end
to dukkha. And there is no way to help them unless they are willing to help
themselves by holding firmly to the principles of Dhamma, earnestly trying to
put them into practice. No matter how many Buddhas become enlightened,
or how extensive their teachings are, only those willing to take the prescribed
medicine will benefit.“The Dhamma, taught by all the Buddhas, is invariably the same: to renounce
evil and do good. There exists no Dhamma teaching more exceptional
than this: For even the most exceptional kilesas in the hearts of living beings
are not so exceptional that they can transcend the power of Dhamma taught
by all the Buddhas. This Dhamma in itself is sufficient to eradicate every kind
of kilesa there is – unless, of course, those practicing it allow themselves to be
defeated by their kilesas, and so conclude that Dhamma must be worthless.
“By nature, kilesas have always resisted the power of Dhamma.
Consequently, people who defer to the kilesas are people who disregard
Dhamma. They are unwilling to practice the way, for they view it as something
difficult to do, a waste of the time they could otherwise spend enjoying
themselves – despite the harm such pleasures cause them. A wise, far-sighted
person should not retreat into a shell, like a turtle in a pot of boiling water
– it is sure to die because it can’t find a way to escape. The world is a cauldron,
boiling with the consuming heat of the kilesas. Earthly beings of every
description, every where, must endure this torment, for there is no safe place
to hide, no way to elude this conflagration burning in their own hearts – right
there where the dukkha is.
“You have seen the truly genuine Tathãgata, haven’t you? What is the
genuine Tathãgata? The genuine Tathãgata is simply that purity of heart
you have just realized. The bodily form in which I now appear is merely a
manifestation of relative, conventional reality.25 This form does not represent
the true Buddha, or the true Arahant; it is just our conventional bodily appearance.”

Ãcariya Mun replied that he had no doubts about the true nature of
the Buddha and the Arahants. What still puzzled him was: how could
the Buddha and the Arahants, having attained anupãdisesa-nibbãna26
without any remaining trace of relative, conventional reality, still appear
in bodily form. The Buddha explained this matter to him:

“If those who have attained anupãdisesa-nibbãna wish to interact with
other Arahants who have purified their hearts but still possess a physical,
mundane body, they must temporarily assume a mundane form in order to
make contact. However, if all concerned have already attained anupãdisesa-
nibbãna without any remaining trace of relative, conventional reality,
then the use of conventional constructs is completely unnecessary. So it is
necessary to appear in a conventional form when dealing with conventional

reality, but when the conventional world has been completely transcended,
no such problem exists.
“All Buddhas know events concerning the past and the future through
nimittas that symbolize for them the original conventional realities of the occurrences
in question.27 For instance, when a Buddha wishes to know about
the lives of the Buddhas who preceded him, he must take the nimitta of each
Buddha, and the particular circumstances in which he lived, as a device
leading directly to that knowledge. If something exists beyond the relative
world of conventional reality, that being vimutti, then there can be no symbol
representing it. Because of that, knowledge about past Buddhas depends on
mundane conventions to serve as a common basis for understanding, as my
present visit illustrates. It is necessary that I and all of my Arahant disciples
appear in our original mundane forms so that others, like yourself, have a
means of determining what our appearance was like. If we did not appear in
this form, no one would be able to perceive us.28
“On occasions when it is necessary to interact with conventional reality,
vimutti must be made manifest by the use of suitable conventional means. In
the case of pure vimutti, as when two purified cittas interact with one another,
there exists only the essential quality of knowing – which is impossible to
elaborate on in any way. So when we want to reveal the nature of complete
purity, we have to bring in conventional devices to help us portray the experience
of vimutti. We can say that vimutti is a ‘self-luminous state devoid of
all nimittas representing the ultimate happiness’, for instance, but these are
just widely-used, conventional metaphors. One who clearly knows it in his
heart cannot possibly have doubts about vimutti. Since its true characteristics
are impossible to convey, vimutti is inconceivable in a relative, conventional
sense. Vimutti manifesting conventionally and vimutti existing in its original
state are, however, both known with absolute certainty by the Arahant. This
includes both vimutti manifesting itself by means of conventional constructs
under certain circumstances, and vimutti existing in its original, unconditioned
state. Did you ask me about this matter because you were in doubt, or simply
as a point of conversation?”

“I have no doubts about the conventional aspects of all the Buddhas,
or the unconditioned aspects. My inquiry was a conventional way of
showing respect. Even without a visit from you and your Arahant disciples, I would have no doubts as to where the true Buddha, Dhamma,
and Sangha lie. It is my clear conviction that whoever sees the Dhamma
sees the Tathãgata. This means that the Lord Buddha, the Dhamma,
and the Sangha each denote the very same natural state of absolute
purity, completely free of conventional reality, collectively known as
the Three Jewels.”

“I, the Tathãgata, did not ask you that question thinking you were in
doubt, but rather as a friendly greeting.” 29

On those occasions when the Buddhas and their Arahant disciples
came to visit, only the Buddhas addressed Ãcariya Mun. None of the
disciples accompanying them spoke a word as they sat quietly composed,
listening in a manner worthy of the highest respect. Even the small
novices, looking more adorable than venerable, showed the same quiet
composure. Some of them were quite young, between the ages of nine
and twelve, and Ãcariya Mun found them truly endearing.

mohon om indra terjemahkan... ;D

bahkan sesudah-nya Ajahn Mun bahkan sempat berpikir "apakah dalam buddha-sasana" tidak mengajarkan senioritas....
dan buddha pun memberikan penjelasan....apakah ini nimitta bro bond?

bagaimana mungkin seseorang yang sudah tercerahkan [arahat] bahkan tidak bisa membedakan nimitta dengan kenyataan..
karena pada saat itu AjahnMun sudah mencapai Arahat.

dan jika di lihat dari percakapan tersebut, apakah seseorang yang telah anupadisesa-nibbana, bisa bercakap-cakap?
bagian TIPITAKA mana yang menjelaskan hal ini? bahkan menurut Tipitaka n kitab komentar "citta/pikiran" itu padam..jadi yg buddha yang bercakap dengan AjahnMun itu pakai pikiran ga?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Peacemind on 22 November 2009, 09:55:11 PM
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 22 November 2009, 10:05:00 PM
Quote
Yup betul Jerry, tradisi Pure Land sudah ada sebelum kr****n masuk ke China. Karena konsep dalam Zoroastrian ada kemiripan dengan agama kr****n (ada Tuhan dan dualisme Surga-Neraka), mungkin jadi dirancukan dengan kr****n Smiley

Untuk Sutra Amitabha, setahu saya ditulis dalam bahasa Sansekerta dahulu baru ditranslate ke Chinese oleh Kumarajiva. Walaupun tradisi Pure Land baru berkembang pesat di China, tetapi sebenarnya tradisi ini bermula di India, sewaktu Zoroastrian mempengaruhi kondisi di sana pada waktu itu.

Spoiler: ShowHide

Yap. Tradisi Sukhavati walau kulit luarnya ada banyak kemiripan dengan Kristianitas, namun konsep / makna dasarnya / kulit dalamnya sangat-sangat berbeda dan ini sudah banyak para sejarawan yang membahasnya. Saya kutip tulisan saya yang dulu-dulu bahwa mustahil Kristinitas mempengaruhi tradisi Sukhavati:

Mereka mengklaim bahwa Mahayana adalah “Christianized Buddhism” atau agama Buddha dengan pengaruh Kristiani Nestorian, contohnya dengan adanya konsep “Juruselamat” seperti Amitabha.

Jawab: Problem teori ini adalah Mahayana muncul pada abad 1 M di kerajaan Kushan di Asia Tengah (sekarang Afghanistan, Pakistan, Uzbekistan dsb), sedangkan kaum Kristiani khususnya Nestorian baru datang ke Asia Tengah 400 tahun kemudian yaitu sekitar abad ke-5 M. Oleh karena itu tidaklah mungkin Mahayana dipengaruhi oleh Kristianitas. Untuk menunujukkan bahwa agama Kristiani mempengaruhi agama Buddha sebelum kaum Nestorian datang, maka seseorang harus membuktikan terlebih dahulu bahwa ada kontak antara “Kristiani Thomasite” di India Selatan dan Kerajaan Kushan di India Utara (sekarang Pakistan).

"Kristiani Thomasite" sebagaimana secara tradisi berasal dari kedatangan rasul Thomas pada tahun 52 M di selatan India dan menyebarkan agama Kristiani serta mendirikan gereja di sana. Namun tampaknya tradisi ini kurang disertai bukti yang kuat. Untuk lebih jelasnya coba lihat www.hamsa.org, di mana di sana dijelaskan ketidakmungkinan Rasul Thomas datang ke India. Yang paling penting untuk diketahui adalah komunitas Kristiani di India Selatan baru eksis sekitar tahun 345 M, dibawa oleh pedagang Thomas Cananeus di mana mungkin terjadi kesalahpahaman bahwa Thomas Cananeus dianggap sebagai Rasul Thomas.

Sedangkan sebelum 345 M, Mahayana sudah eksis di India. Lagipula memang tidak ada kontak antara Mahayana di utara dengan “Kristiani Thomasite” di selatan. Oleh karena itu, tidak masuk akal apabila Mahayana dipengaruhi oleh agama Kristiani.

Bapa Pierre Humbertclaude menulis bahwa ajaran sekte Amitabha sangat mirip dengan Kristiani, sehingga ia mengatakan bahwa sekte Amitabha dipengaruhi oleh ajaran Kristiani Nestorian . Demikian juga oleh beberapa sejarawan lainnya yang mengklaim bahwa Mahayana dipengaruhi oleh Kristiani dan terutama lagi oleh para sejarawan Keikyo.

Shan Dao, Patriark Tanah Suci di Tiongkok, hidup pada masa Nestorian masuk ke Tiongkok. Berkatnyalah ajaran Tanah Suci mulai meluas. Ia adalah teman baik Raja Gaozong. Raja Gaozong adalah raja yang menerima dan mengakui serta menghormati agama Nestorian. Oleh karena itu banyak yang menduga bahwa Shan Dao mendapat pengaruh dari agama Kristiani Nestorian dikarenakan hubungan keduanya yang erat. Ajaran Amitabha juga dianggap mirip dengan Kristiani. Patriark Tanah Suci di Jepang seperti Honen dan Shinran juga diduga mendapat pengaruh dari agama Kristiani.

Jawab: Inskripsi tentang Amitabha ditemukan di Pakistan dan berasal dari abad ke-2 M. Amitabha Buddha dan Tanah Sucinya pertama kali diperkenalkan lewat Sutra Pratyutpanna dan Sutra Maha Sukhavativyuha yang diterjemahkan oleh Lokaksema dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa. Para sejarawan menduga bahwa penghormatan pada Amitabha Buddha dimulai pada abad 1 M atau 2 M di Asia Tengah dan India Utara. Tentu pada saat itu Kristiani belum masuk ke Asia Tengah maupun India Utara. Kristiani baru masuk ke Asia Tengah pada abad ke-5 M. Oleh karena itu pemujaan Amitabha Buddha sudah ada terlebih dahulu daripada agama Kristiani di Asia Tengah dan India. Tidak mungkin ajaran Amitabha dipengaruhi oleh agama Kristiani.

Demikian juga di Tiongkok, Sutra-sutra tentang ajaran Amitabha sudah ada sejak abad ke-2 M, jauh sebelum agama Kristiani masuk ke Tiongkok. Bahkan Sutra Mahasukhavativyuha adalah salah satu sutra pondasi ajaran Tanah Suci.

Kemudian sutra-sutra tentang Amitabha yang lain yaitu: Amitayur-dhyana diterjemahkan oleh Jiangliang Yeshe pada masa dinasti Song eradinasti Utara Selatan (abad ke-5 M) dan juga oleh Dharmamitra pada masa dinasti Song era dinasti Utara Selatan (abad ke 5 M). Kemudian Suta Amitabha yang diterjemahkan 3 kali: oleh bhiksu asal kerajaan Kucha (Asia Tengah) Kumarajiva pada tahun 402 M, oleh bhiksu Gunabhadra sekitar tahun 446 M, oleh bhiksu Xuanzang pada tahun 650 M.

Sedangkan ada 12 versi terjemahan Mahasukhavativyuha, dikutip dari artikel yang dituli bro. Ching ik di milis Mahayana_Indonesia:

1.Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu asal Persia –An Shi Gao, pada abad ke 2 M. Masih menjadi pertanyaan apakah benar kitab ini adalah terjemahan bhiksu An Shi Gao, karena sejauh yang diketahui, semua kitab terjemahan An Shi Gao merupakan kitab Hinayana.
2.Wuliang Qingjing Pingdeng Juejing (4 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Lokaraksha/Lokaksema pada abad ke 2 M.
3.Foshuo Amito Sanye Sanfo Shalou Fotan Guo Duren Daojing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu ZhiQian pada masa Tiga kerajaan (abad ke 3 M).
4.Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Sanghavarman pada 252 M.
5.Wuliang Qingjing Pingdeng Juejing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu BaiTing pada masa tiga kerajaan (abad ke 3 M).
6.Wuliang Shoujing (2 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmapala pada masa dinasti Jin Barat (antara abad ke 3 – 4 M).
7.Wuliang Shou Zhizhen Dengjue Jing (2 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmabala pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M)
8.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu JueXian pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M).
9.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu BaoYun pada masa dinasti Jin Timur (abad ke 4 M).
10.Xin Wuliang Shoujing (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmamitra pada masa dinasti utara selatan (abad ke 5 M).
11.Wuliang Shou Rulai Hui (2 jilid).
Diterjemahkan oleh bhiksu Bodhiruci pada masa dinasti Tang (awal abad ke 8 M).
12.Daceng Wuliang Shouzhuang Yanjing (3 jilid)
Diterjemahkan oleh bhiksu Dharmabhadra pada masa dinasti Song (antara abad ke 10-12 M)

Kitab komentar Sukhavati seperti Wuliang Shoujing Youpo Tishe/ Wangshen Lun (Maha Sukhavati-vyuha Upadesa) karya Vasubandhu. Diterjemahkan oleh Bodhiruci di abad ke 6 M. Vasubandhu hidup pada abad ke-4 M, sebelum Nestorian masuk ke Asia Tengah.

Bisa kita lihat bahwa setidak-tidaknya sudah ada BUKTI bahwa pemujaan Amitabha beserta konsep Tanah Sucinya sudah ada di Asia Tengah dan Tiongkok pada abad 1 M sampai 4 M, di mana pada masa itu Kristiani Nestorian belum memasuki Asia Tengah maupun Tiongkok. Pondasi dan konsep fundamental dari sekte Tanah Suci semuanya berasal dari 2 sutra yaitu (Amitabha Sutra, Mahasukhavativyuha Sutra dan Amitayurdhyana Sutra). Dan ketiga sutra tersebut seperti kita lihat, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa sebelum Kristiani Nestorian masuk ke Tiongkok. Oleh karena itu tidaklah mungkin Kristiani Nestorian mempengaruhi sekte Tanah Suci.

Kristiani Nestorian masuk ke Tiongkok setidak-tidaknya tahun 578 M dan 631 M (abad 7 M). Sedangkan Patriark pertama dan pendiri sekte Tanah Suci di Tiongkok adalah Bhiksu Huiyuan yang hidup pada tahun 334-416 M. Oleh karena itu tidak mungkin sekte Tanah Suci di Tiongkok berkembang dari ajaran Kristiani Nestorian. Patriark kedua Tanah Suci Tan Luan juga hidup sebelum kedatangan Nestorian ke Tiongkok, yaitu tahun (476-542 M).

Dan memang benar ajaran sekte Tanah Suci disempurnakan oleh Shan Dao, namun kita lihat bahwa ajaran Shan Dao sendiri juga berdasarkan ajaran Huiyuan dan Tanluan serta Daochuo, patriark-patriark Tanah Suci sebelumnya. Tidak ada transformasi dalam ajaran Tanah Suci yang dilakukan oleh Shan Dao yang mengingatkan kita akan paham Kristiani ataupun yang membuat kita melihat paham Kristiani dalam sekte Tanah Suci. Tidak ada. Semua yang diajarkan Shan Dao adalah berdasar Patriark sebelumnya dan berdasarkan/berpondasikan 3 Sutra terpenting dalam Sekte Tanah Suci. Demikian juga Patriark sekte Amitabha di Jepang seperti Honen dan Shinran, mereka mendasarkan pengertian mereka pada ajaran Shan Dao yang notabene juga berdasarkan ajaran Tan Luan. Ini dapat dilihat bahwa pada aliran Jodo (Tanah Suci) di Jepang, Tan Luan dianggap sebagai Patriark pertama Tanah Suci Tiongkok.

Bahkan dalam The Pure Land Doctrine as illustrated in Shoku’s “Plain-wood” Nembutsu, in The Eastern Buddhist oleh Shidzutoshi Sugihira, disebutkan bahwa apabila inskripsi tahun 781 M menunjukkan hubungan yang dekat antara Buddhis dan Kristiani, maka malah mungkin akan menunjukkan sebaliknya, bahwa ada pengaruh dari agama Buddha, khususnya sekte Tanah Suci kepada ekspresi keimanan Kristiani yaitu “Untuk berlayar dengan kapal welas asih menuju kerajaan Cahaya”, orang yang menulis ungkapan barusan meminjam kata-kata dari sekte Buddhis Tanah Suci.

Bahkan Kepala Vihara dari Pagoda Yun Si Se dekat Hangchow, menulis pada Bapa Matthew Ricci mengkomplain: “Kristiani mengkopi ajaran Tanah Suci” (Hobogirin, art. Bodhai (= Bodhi), I, p. 92, according to the Jodo.)

Kesimpulan:Ajaran sekte Tanah Suci/Amitabha (Amidism) telah tumbuh, berakar dan memiliki pondasi yang kuat di Asia Tengah, India Utara dan Tiongkok beratus-ratus tahun sebelum kedatangan Kristiani Nestorian di Asia Tengah dan Tiongkok. Adalah omong kosong besar apabila ada orang yang menyatakan bahwa Nestorian mempengaruhi sekte Tanah Suci.

Bertele-tele dan tidak mengena, Bro Luis tdk menyatakan Kristiani memengaruhi munculnya Mahayana aliran Pure-Land.

Quote
Menarik Smiley setahu saya justru munculnya tradisi pure land sebagai respons terhadap perkembangan agama Zoroastrianism dari Persia. Zoroastrianism menganut pandangan dualisme "kegelapan" dan "terang" .... di mana "terang" adalah jalan keselamatan, dan memiliki "Tuhan" yang disebut dengan Ahura Mazda. Untuk merespons tradisi ini, tradisi Pure Land mensistensis aspek "Cahaya" (yang di-embodi oleh Buddha Amithaba) untuk menyimbolkan "terang" dan lawan dari "kegelapan". Yang menarik, nama Amithaba sangat dekat bunyinya dengan Ahura Mazda Smiley

Di buku yang anda sarankan, tampaknya ada pendapat berbeda dari para sejarawan, yaitu sebenarnya pengaruh dari Zoroastrian tersebut patut dipertanyakan apakah benar atau tidak. Sebenarnya pengaruh tersebut hanya hipotesa para sejarawan saja dan sama sekali tidak ada bukti bahwa Amitabha dipengaruhi oleh dewa2 Zorosatrian.

Di buku yang anda sarankan sendiri dikatakan bahwa peneliti / sejarawan Jepang bernama Fujita menolak hipotesa tersebut mengatakan bahwa "cahaya yang tak terbatas" dan "umur yang tanpa batas" sebenarnya berasal dari konsep Buddhis sendiri, bukan dari Zoroastrianisme.

Memang dalam kitab Mahavastu dari aliran Mahasanghika mengatakan Sang Buddha sebagai "cahaya yang menghalau kegelapan." Selain itu "Cahaya tanpa batas" (immeasurable light) disebutkan sebagai ciri2 para Buddha oleh kitab Mahavibhasa dari aliran Sarvastivada.

Sedangkan "immeasurable life" yaitu umur tanpa batas adalah ciri-ciri para Buddha yang dikemukakan aliran Mahasanghika.

Jadi sebenarnya fondasi Amitabha tentang "immeasurable life" dan "immeasurable light" ada di ajaran-ajaran sekte Buddhis awal, bukan di dewa Mithra atau Ahura Mazda.

Kemiripan sebutan antara Amitabha dan Ahura Mazda juga tak ada kaitannya dengan saling mempengaruhi, karena makna kata "Amitabha" dan "Ahura Mazda" sendiri sudah sangat jauh berbeda. Ini hanya gathuk2an saja kalau pake metode mirip2an tanpa ada landasan yang jelas.

"Tidak ada satupun orang sekarang yang menerima ini (pengaruh antara Amitabha dan pemujaan matahari Zoroastrian) sebagai penjelasan yang layak."
(Buddhism oleh Peter Harvey)

"Perbandingan yang menjadi perhatian sampai sekarang ini hanya memiliki nilai yang kecil dan tidak membuktikan bahwa Amitabha adalah Ahura Mazda atau Apollo dalam samaran."

(Encyclopedia of Religion and Ethics oleh James Hastings)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Nah masih lebih bersinggungan jawabannya soal ini Bro Gandalf. Perbedaan dan persamaan sah-sah saja sbg pembanding dan penyaji sisi lain dr apa yg kita ketahui selama ini. Lagi, memang fakta Mahayana selalu berusaha dalam membuat wajah Buddhisme yg ramah dan friendly user thdp masyarakat dibandingkan saudaranya 1 ayah lain ibu yg kolot itu. Gmn permintaan pasar dan konsumen lah istilah orang kasar kaya aku gini. Ga aneh kalo ada yg penyajian mengenai Mahayana dr sisi lain yg ditawarkan Bro Luis. Itu yg membuat menarik utk dibahas kan? Meski .... saya ga tertarik sih selain sebatas informasi saja. Anyway, thanks to you both. _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 November 2009, 10:32:35 PM
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.

Yang menarik ada murid Ajahn Mun lain yang terang-terangan mengatakan "My teacher doesn't teach that way".
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 November 2009, 10:34:08 PM
Gini deh bond, 2 cucu muridnya Ajahn Mun akan datang ke Bandung dan ke Bali akhir tahun ini.
Aye yang tanya eternal citta, ente yang tanya dikunjungi para Arahat. Gimana? :D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 22 November 2009, 10:38:05 PM
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
_/\_ Sdr Peacemind

Bagian terakhir, terus terang saya kurang menyetujui. Pernyataan dan pandangan demikian yg seringkali berbalik menjadi bumerang bagi kemurnian Buddha-Dhamma (bukan agama Buddha) itu sendiri dan menjadikan Buddhisme sbg lahan subur bagi banyak pihak yg menyelewengkan Buddha-Dhamma dengan mengatasnamakan Ti-pitaka, dhamma atau Buddha dsb. Salah 1 contohnya, yg mengaku Buddha hidup. Demikian pula yg sering digadang-gadang oleh pengikutnya, kita tdk bisa menyimpulkan beliau bukan Buddha hidup selama kita belum mencapai kebuddhaan.

Any better idea? :)

Mettacittena,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Peacemind on 22 November 2009, 11:27:09 PM
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
_/\_ Sdr Peacemind

Bagian terakhir, terus terang saya kurang menyetujui. Pernyataan dan pandangan demikian yg seringkali berbalik menjadi bumerang bagi kemurnian Buddha-Dhamma (bukan agama Buddha) itu sendiri dan menjadikan Buddhisme sbg lahan subur bagi banyak pihak yg menyelewengkan Buddha-Dhamma dengan mengatasnamakan Ti-pitaka, dhamma atau Buddha dsb. Salah 1 contohnya, yg mengaku Buddha hidup. Demikian pula yg sering digadang-gadang oleh pengikutnya, kita tdk bisa menyimpulkan beliau bukan Buddha hidup selama kita belum mencapai kebuddhaan.

Any better idea? :)

Mettacittena,

Soalnya ini bukan hal yang sepele. Ini berhubungan dengan kemungkinan kesucian arahat. Sulitnya untuk menentukan kebenaran cerita ini juga terletak pada kenyataan bahwa yang bersangkutan telah meninggal. Yang dikatakan beliau apakah harus benar2 dimengerti secara literal ataukah tidak juga tidak bisa dimengerti karena beliau telah meninggal. Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa beberapa BUddha memberikan bimbingan kepadanya. Dalam Tipitaka sendiri dikatakan bahwa seseorang yang melihat Dhamma akan melihat Buddha (yo dhammaṃ passati so mam 'Buddham' passati). Mungkin beberapa orang akan berpikir bahwa ketika melihat Dhamma, seseorang benar2 melihat Buddha secara personal, meskipun saya pribadi lebih cenderung pada opini bahwa Buddha di sini adalah pencapaian enlightenment.
Namun bagaimanapun, ini juga masih menjadi pertanyaan. Selain itu, dalam tradisi Theravāda sendiri masih ada beberapa yang masih menimbun beberapa misteri mengenai BUddha. Sebagai contoh, dikatakan dalam kitab komentar bahwa ketika Buddhadhamma akan lenyap dari alam manusia, seluruh relik Sang Buddha akan mengumpul dan membentuk tubuh Sang Buddha sebelum akhirnya lenyap. Kitab komentar juga mengatakan bahwa ini terjadi karena tekad Sang BUddha ketika masih hidup. Mungkin (tapi jangan percaya dengan saya, karena hanya logika) Buddha2 yang mewujudkan dirinya di depan Ajahn Mun merupakan kekuatan tekad Buddha2 sebelumnya bahwa nimitta mereka akan menampakkan dirinya lagi di depan para arahat.

Sebenarnya apa yang saudara Jerry katakan benar. Memberikan peluang terhadap kesimpulan2 yang bertentangan dengan Tipitaka seringkali menjadi bumerang bagi kemurnian Buddhadhamma. Sebenarnya, apa yang saya ungkapan lebih pada personal opinion. Sesungguhnya, jika cerita di atas benar adanya, tidak terpungkiri bahwa saya pribadi memiliki keraguaan terhadap kebenaran bahwa Ajahn Mun telah mencapai arahat. Namun saya kembali pada diri saya. Melihat kondisi pikiran saya yang belum arahat, saya tidak berani menentukan secara definit bahwa pengalaman yang tertuang di atas bukan pengalaman seorang arahat sejati. Jadi dalam hal ini, saya pribadi meragukan kesucian tersebut setelah menimbang apa yang terkandung dalam Tipitaka, namun  di saat yang sama, saya tidak bisa memberikan definit kesimpulan karena keterbatasan kondisi pikiran saya. Kesalahan saya di sini  terletak pada statemen kalau saya mengajak teman2 untuk berpikir seperti saya. :D

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Be Happy.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 23 November 2009, 12:04:10 AM
Throughout the remainder of that night Ãcariya Mun considered
with a sense of dismay how pathetically ignorant he had been in the
past, being dragged endlessly from one existence to another – like a
puppet. He wept as he thought of how he finally came upon a pool
of crystal-clear, wondrous-tasting water. He had reached Nong Aw,14
that sparkling pool of pure Dhamma that the Lord Buddha and his
Arahant disciples encountered and then proclaimed to the world over
2500 years ago. Having at long last encountered it himself, he tirelessly
paid heartfelt homage, prostrating himself over and over again to the
Buddha, the Dhamma, and the Sangha. Should people have seen him
then, tears streaming down his face as he prostrated over and over again,
surely they would have assumed that this monk was suffering immensely,
shedding tears so profusely. They probably would have suspected him
of beseeching the guardian spirits, living in all directions, to help ease
his pain; or else of being on the verge of madness, for his behavior
was extremely unusual. In fact, he had just arrived at the truth of the
Buddha, Dhamma, and Sangha with utmost clarity, as epitomized in
the maxim: He who sees the Dhamma, sees the Tathãgata, and thus abides
in the presence of the Buddha, the Dhamma, and the Sangha.
Ãcariya Mun
was simply engaged in the kind of conduct befitting someone who is
overwhelmed by a sincere sense of gratitude.
That night celestial devas of all realms and terrestrial devas from every
direction, paid tribute in a resounding exclamation of approval that
reverberated throughout the world systems, and then gathered to listen
to Ãcariya Mun expound the Dhamma. But being still fully engaged in
his immediate commitment to the Supreme Dhamma, he was not yet
ready to receive visitors. So, he signaled to the assembled devas that he
was occupied, indicating they should return on a later occasion. The
devas then left, thoroughly delighted that they had seen a visuddhi-deva
on the very night when he attained Nibbãna.15
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 23 November 2009, 12:05:12 AM
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
_/\_ Sdr Peacemind

Bagian terakhir, terus terang saya kurang menyetujui. Pernyataan dan pandangan demikian yg seringkali berbalik menjadi bumerang bagi kemurnian Buddha-Dhamma (bukan agama Buddha) itu sendiri dan menjadikan Buddhisme sbg lahan subur bagi banyak pihak yg menyelewengkan Buddha-Dhamma dengan mengatasnamakan Ti-pitaka, dhamma atau Buddha dsb. Salah 1 contohnya, yg mengaku Buddha hidup. Demikian pula yg sering digadang-gadang oleh pengikutnya, kita tdk bisa menyimpulkan beliau bukan Buddha hidup selama kita belum mencapai kebuddhaan.

Any better idea? :)

Mettacittena,

Soalnya ini bukan hal yang sepele. Ini berhubungan dengan kemungkinan kesucian arahat. Sulitnya untuk menentukan kebenaran cerita ini juga terletak pada kenyataan bahwa yang bersangkutan telah meninggal. Yang dikatakan beliau apakah harus benar2 dimengerti secara literal ataukah tidak juga tidak bisa dimengerti karena beliau telah meninggal. Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa beberapa BUddha memberikan bimbingan kepadanya. Dalam Tipitaka sendiri dikatakan bahwa seseorang yang melihat Dhamma akan melihat Buddha (yo dhammaṃ passati so mam 'Buddham' passati). Mungkin beberapa orang akan berpikir bahwa ketika melihat Dhamma, seseorang benar2 melihat Buddha secara personal, meskipun saya pribadi lebih cenderung pada opini bahwa Buddha di sini adalah pencapaian enlightenment.
Namun bagaimanapun, ini juga masih menjadi pertanyaan. Selain itu, dalam tradisi Theravāda sendiri masih ada beberapa yang masih menimbun beberapa misteri mengenai BUddha. Sebagai contoh, dikatakan dalam kitab komentar bahwa ketika Buddhadhamma akan lenyap dari alam manusia, seluruh relik Sang Buddha akan mengumpul dan membentuk tubuh Sang Buddha sebelum akhirnya lenyap. Kitab komentar juga mengatakan bahwa ini terjadi karena tekad Sang BUddha ketika masih hidup. Mungkin (tapi jangan percaya dengan saya, karena hanya logika) Buddha2 yang mewujudkan dirinya di depan Ajahn Mun merupakan kekuatan tekad Buddha2 sebelumnya bahwa nimitta mereka akan menampakkan dirinya lagi di depan para arahat.

Sebenarnya apa yang saudara Jerry katakan benar. Memberikan peluang terhadap kesimpulan2 yang bertentangan dengan Tipitaka seringkali menjadi bumerang bagi kemurnian Buddhadhamma. Sebenarnya, apa yang saya ungkapan lebih pada personal opinion. Sesungguhnya, jika cerita di atas benar adanya, tidak terpungkiri bahwa saya pribadi memiliki keraguaan terhadap kebenaran bahwa Ajahn Mun telah mencapai arahat. Namun saya kembali pada diri saya. Melihat kondisi pikiran saya yang belum arahat, saya tidak berani menentukan secara definit bahwa pengalaman yang tertuang di atas bukan pengalaman seorang arahat sejati. Jadi dalam hal ini, saya pribadi meragukan kesucian tersebut setelah menimbang apa yang terkandung dalam Tipitaka, namun  di saat yang sama, saya tidak bisa memberikan definit kesimpulan karena keterbatasan kondisi pikiran saya. Kesalahan saya di sini  terletak pada statemen kalau saya mengajak teman2 untuk berpikir seperti saya. :D

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Be Happy.

setuju dgn pandangan sdr. peacemind...

 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 23 November 2009, 12:35:11 AM
"Yo dhammam passati so mam buddham passati", saya kira bukan secara harafiah diterjemahkan seseorang yg melihat dhamma akan melihat sosok personal Buddha. Tetapi melihat kebenaran dari dhamma tsb dan memiliki keyakinan yg timbul dr proses tsb thdp empunya dhamma tsb berasal, bahwa sang empu pastilah seorang Buddha, yg tercerahkan dg sempurna. Ini dpt kita lihat dr contoh kisah Upatissa yg seketika mendengar 'ye dhamma hetuppabhava..' langsung timbul mata dhamma dan memiliki keyakinan pd empunya dhamma itu berasal, dlm artian Sang Buddha meski pd saat itu pemuda Upatissa belum bertemu Sang Buddha.

Kalau boleh tidak percaya dengan Sdr Peacemind, tentu saya juga akan - jujur saya katakan - tidak memercayai cerita berdasarkan tradisi tertentu itu dan komentar. "Svakkhato bhagavata dhammo", demikian dikatakan. Jadi tidak perlu lagi menambah-nambahi dhamma ini. Even if it's a meaningful one. In here, we must rely on what is factual, IMHO. :)

Yup, saya setuju dengan pendapat guru meditasi Sdr Peacemind.. Sang Buddha sendiri telah menurunkan jurus 4 Mahapadesa dalam kitab kungfu Maha-parinibbana Sutta. Sejak awal sikap penanya yg membandingkan antara Tipitaka dengan figur yg diyakini arahat itu sendiri sudah salah. Mari tidak berlarut mengenai itu.. Jika ingin membandingkan, melihat kondisi pikiran saya yg memang kurang ajar, dan kekurangajaran terbesar juga pertama saya bahkan berani menebak-nebak dan meragukan Tuhan, apa lah artinya seorang arahat itu? Tentu remeh-temeh dibandingkan Tuhan ;D Tapi jelas bukan demikian pula yg persisnya diajarkan Sang Buddha. Jadi saya tidak merasa perlu membanding-bandingkan terlalu jauh.

Mettacittena,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 23 November 2009, 04:15:01 AM
Quote
Bertele-tele dan tidak mengena, Bro Luis tdk menyatakan Kristiani memengaruhi munculnya Mahayana aliran Pure-Land.

 ??? ??? ??? Loh memang bro. luis tidak ngomong begitu, yang mengajukan pendapat kalau tradisi Sukhavati dipengaruhi Kristiani kan bro. nyanadhana. Postingan saya juga tidak sedang menyanggah pendapat bro luis tentang Sukhavati - Kristianitas, dan postingan saya memang mendukung pernyataan bro luis ttg Sukhavati - Kristianitas. Atau ada yang lain yang bro. jerry maksud bertele2?

Quote
Nah masih lebih bersinggungan jawabannya soal ini Bro Gandalf. Perbedaan dan persamaan sah-sah saja sbg pembanding dan penyaji sisi lain dr apa yg kita ketahui selama ini. Lagi, memang fakta Mahayana selalu berusaha dalam membuat wajah Buddhisme yg ramah dan friendly user thdp masyarakat dibandingkan saudaranya 1 ayah lain ibu yg kolot itu. Gmn permintaan pasar dan konsumen lah istilah orang kasar kaya aku gini. Ga aneh kalo ada yg penyajian mengenai Mahayana dr sisi lain yg ditawarkan Bro Luis. Itu yg membuat menarik utk dibahas kan? Meski .... saya ga tertarik sih selain sebatas informasi saja. Anyway, thanks to you both.

Ya, memang bisa saja hal tersebut menarik. Perbandingan adalah hal yang wajar. Tapi kita harus selalu melihat secara objektif dari 2 sisi pendapat yang berbeda sekaligus berusaha memiliki landasan yang jelas.

Kebanyakan orang ketika diberitahu ada kemungkinan Amitabha dipengaruhi oleh Zoroastrian, secara arogan terburu2 untuk menerimanya sebagai sebuah kebenaran, padahal pernyataan tersebut cuma hipotesa saja. Sehingga akhirnya muncullah anggapan Mahayana tidak murni dsb karena orang2 awam cenderung untuk menerima mentah-mentah apa yang mereka baca. Maka dari itu saya juga menyajikan bahwa ada kemungkinan pula Amitabha dipengaruhi oleh konsep Buddhis itu sendiri, bukan dari pengaruh luar yang ternyata masih sangat diragukan kebenarannya.

Malah ada beberapa sejarawan yang menganggap Amitabha itu diwujudkan sebagai "bentuk ideal" dari Sakyamuni Buddha sendiri, bukan Ahura Mazda. Dan ini memang bersesuaian dengan konsep Tantra di mana Panca Dhyani Buddha dihubungkan dengan Lima Buddha di Bhadrakalpa, Amitabha sebagai Sambhogakaya Sakyamuni.

Ketika saya banyak membaca literatur Mahayana dan komentar2nya baik oleh para guru Buddhis atau para sejarawan, maka yang saya temukan malah banyak dasar konsep Mahayana itu ada di ajaran2 Buddhis awal. Meskipun se-"friendly" apapun Mahayana, tetap memiliki integritas yang kuat terhadap Buddha Dharma.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: luis on 23 November 2009, 08:51:23 AM
Ya, memang bisa saja hal tersebut menarik. Perbandingan adalah hal yang wajar. Tapi kita harus selalu melihat secara objektif dari 2 sisi pendapat yang berbeda sekaligus berusaha memiliki landasan yang jelas.

Kebanyakan orang ketika diberitahu ada kemungkinan Amitabha dipengaruhi oleh Zoroastrian, secara arogan terburu2 untuk menerimanya sebagai sebuah kebenaran, padahal pernyataan tersebut cuma hipotesa saja. Sehingga akhirnya muncullah anggapan Mahayana tidak murni dsb karena orang2 awam cenderung untuk menerima mentah-mentah apa yang mereka baca. Maka dari itu saya juga menyajikan bahwa ada kemungkinan pula Amitabha dipengaruhi oleh konsep Buddhis itu sendiri, bukan dari pengaruh luar yang ternyata masih sangat diragukan kebenarannya.

Malah ada beberapa sejarawan yang menganggap Amitabha itu diwujudkan sebagai "bentuk ideal" dari Sakyamuni Buddha sendiri, bukan Ahura Mazda. Dan ini memang bersesuaian dengan konsep Tantra di mana Panca Dhyani Buddha dihubungkan dengan Lima Buddha di Bhadrakalpa, Amitabha sebagai Sambhogakaya Sakyamuni.

Ketika saya banyak membaca literatur Mahayana dan komentar2nya baik oleh para guru Buddhis atau para sejarawan, maka yang saya temukan malah banyak dasar konsep Mahayana itu ada di ajaran2 Buddhis awal. Meskipun se-"friendly" apapun Mahayana, tetap memiliki integritas yang kuat terhadap Buddha Dharma.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Yup saya setuju sekali dengan pendapat Bro Galdalf di sini. Ada berbagai macam approach dalam mempelajari Buddhism, tentu saja dalam aspek praktik kita harus "experience on our own" yaitu tidak lain lewat mengembangkan dan menjaga sila kita, mengembangkan batin kita, dan mengembangkan kebijaksanaan kita.

Tetapi aspek lain yang juga berguna adalah aspek intelektualitas yang salah satunya adalah mengenai "sejarah Buddhism" dan juga pengetahuan2 mengenai berbagai tradisi yang ada. Dan salah satu metode penting dalam mempelajari aspek yang satu ini adalah mindset seorang scholar (pelajar) yang biasanya digunakan oleh para researcher. Seperti apa? Yaitu memandang teks2 Buddhism dan komentar2nya sebagai literatur. Para sejarawan Buddhisme memiliki set2 dari literatur nya sendiri, dan sebetulnya tidak ada satupun dari mereka yang memiliki set yang komplit :) sama dengan dunia penelitian yang lain, tidak ada satu penelitipun yang memiliki set yang komplit dari apa yang mereka research.

Makanya walaupun sama2 scholar, dua sejarawan yang berbeda dapat memiliki 2 hipotesis yang berbeda mengenai bagaimana suatu tradisi itu terbentuk. Itulah gunanya kita membandingkan hipotesis2 yang ada ... karena bagaimanapun semua itu adalah hipotesis yang didukung oleh bukti2 pendukung, tetapi belum tentu merepresentasikan kejadian sebenarnya. Semua kejadian itu adalah masa lalu :) dan sudah tidak ada lagi saksi hidup yang bisa ditanya hehehe. Lagipula ... walaupun ada saksi hidup, belum tentu apa yang mereka lihat juga sudah komplit :) sama seperti kalau ada suatu kecelakaan di jalan, seringkali 2 saksi mata yang berbeda punya cerita versinya masing2 dan kedua cerita itu didukung oleh bukti2 yang rasional.

Oleh karena itulah, apa yang kita pelajari dari literatur juga belum tentu benar :) dan sebagai scholar, tentunya dengan melihat hasil studi dari scholar lain akan memperkaya wawasan kita semua ... dan juga meningkatkan keyakinan terhadap apa yang kita yakini. Semua itu bisa berguna dan menunjang dalam menjalankan praktik kita.

Saya sendiri tidak bisa dikategorikan sebagai scholar dalam Buddhism seperti Bro Gandalf yang studi literaturnya lebih mendalam dan mantap :) saya juga hanya mempelajari potongan2 literatur sebagai hobi saja hehehe dan juga tidak memiliki waktu yang banyak untuk me-research semua itu. Makanya buat saya pribadi, saya selalu hepi berdiskusi dengan Bro Gandalf (walaupun tidak sering) karena studi literatur beliau dapat melengkapi potongan yang saya utarakan dan juga jadi cara cepat dalam menggali aspek2 lain dari topik itu tanpa perlu mencari2 sendiri ke banyak buku hehehehe. Anumodana Bro Gandalf _/\_

Untuk stand point saya sendiri, walaupun saya lebih memegang pandangan bahwa secara historis Mahayana bukanlah "early Buddhism", tetapi bukan berarti Mahayana adalah "corrupted version" dari Buddhism. Yang jelas, perbedaan utama early Buddhism dan Mahayana adalah dalam Mahayana banyak terdapat simbolisasi yang membuat tradisi ini lebih "berwarna" daripada early Buddhism yang cenderung straighforward dan simple. Tetapi bila kita melihat aspek2 di balik simbolisasi tersebut, dan juga sejarah munculnya dan berkembangnya simbolisasi, esensi Buddha Dhamma nya tetap konsisten dengan early Buddhism. Apalagi saat kita bermeditasi, tembus deh semua perbedaan2 itu ;)

Yang menjadi tantangan hanyalah bagaimana kita bisa melihat esensi di balik simbolisme tersebut, dan bukan "terjebak" dengan menganggap secara literal simbolisme tersebut :)

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis 
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 23 November 2009, 09:35:28 AM
Pengalaman Ajahn Mun yang tertulis di atas memang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Tipitaka. Sayangnya beliau sudah meninggal. Jika masih hidup, kita bisa menanyakan kembali apakah laporan tersebut benar ataukah tidak.

Namun perlu diingat di sini bahwa, meskipun cerita tersebut tidak sesuai dengan Tipitaka, kita pun tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa pengalaman tersebut salah selama kita belum mencapai arahat.
_/\_ Sdr Peacemind

Bagian terakhir, terus terang saya kurang menyetujui. Pernyataan dan pandangan demikian yg seringkali berbalik menjadi bumerang bagi kemurnian Buddha-Dhamma (bukan agama Buddha) itu sendiri dan menjadikan Buddhisme sbg lahan subur bagi banyak pihak yg menyelewengkan Buddha-Dhamma dengan mengatasnamakan Ti-pitaka, dhamma atau Buddha dsb. Salah 1 contohnya, yg mengaku Buddha hidup. Demikian pula yg sering digadang-gadang oleh pengikutnya, kita tdk bisa menyimpulkan beliau bukan Buddha hidup selama kita belum mencapai kebuddhaan.

Any better idea? :)

Mettacittena,

Soalnya ini bukan hal yang sepele. Ini berhubungan dengan kemungkinan kesucian arahat. Sulitnya untuk menentukan kebenaran cerita ini juga terletak pada kenyataan bahwa yang bersangkutan telah meninggal. Yang dikatakan beliau apakah harus benar2 dimengerti secara literal ataukah tidak juga tidak bisa dimengerti karena beliau telah meninggal. Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa beberapa BUddha memberikan bimbingan kepadanya. Dalam Tipitaka sendiri dikatakan bahwa seseorang yang melihat Dhamma akan melihat Buddha (yo dhammaṃ passati so mam 'Buddham' passati). Mungkin beberapa orang akan berpikir bahwa ketika melihat Dhamma, seseorang benar2 melihat Buddha secara personal, meskipun saya pribadi lebih cenderung pada opini bahwa Buddha di sini adalah pencapaian enlightenment.
Namun bagaimanapun, ini juga masih menjadi pertanyaan. Selain itu, dalam tradisi Theravāda sendiri masih ada beberapa yang masih menimbun beberapa misteri mengenai BUddha. Sebagai contoh, dikatakan dalam kitab komentar bahwa ketika Buddhadhamma akan lenyap dari alam manusia, seluruh relik Sang Buddha akan mengumpul dan membentuk tubuh Sang Buddha sebelum akhirnya lenyap. Kitab komentar juga mengatakan bahwa ini terjadi karena tekad Sang BUddha ketika masih hidup. Mungkin (tapi jangan percaya dengan saya, karena hanya logika) Buddha2 yang mewujudkan dirinya di depan Ajahn Mun merupakan kekuatan tekad Buddha2 sebelumnya bahwa nimitta mereka akan menampakkan dirinya lagi di depan para arahat.

Sebenarnya apa yang saudara Jerry katakan benar. Memberikan peluang terhadap kesimpulan2 yang bertentangan dengan Tipitaka seringkali menjadi bumerang bagi kemurnian Buddhadhamma. Sebenarnya, apa yang saya ungkapan lebih pada personal opinion. Sesungguhnya, jika cerita di atas benar adanya, tidak terpungkiri bahwa saya pribadi memiliki keraguaan terhadap kebenaran bahwa Ajahn Mun telah mencapai arahat. Namun saya kembali pada diri saya. Melihat kondisi pikiran saya yang belum arahat, saya tidak berani menentukan secara definit bahwa pengalaman yang tertuang di atas bukan pengalaman seorang arahat sejati. Jadi dalam hal ini, saya pribadi meragukan kesucian tersebut setelah menimbang apa yang terkandung dalam Tipitaka, namun  di saat yang sama, saya tidak bisa memberikan definit kesimpulan karena keterbatasan kondisi pikiran saya. Kesalahan saya di sini  terletak pada statemen kalau saya mengajak teman2 untuk berpikir seperti saya. :D

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Be Happy.

setuju dgn pandangan sdr. peacemind...

 _/\_
saya juga setuju,kita tidak mungkin mengatakan bahwa Ajahn Mun dan Luanta bukanlah Arahat, karena pengalaman meditasi mereka jauh di atas kita...jadi mengenai kebenaran cerita tsb, biarlah waktu menjawab...
dan kita ini ibarat masih buta...bagaimana mungkin orang buta mengetahui arah yg benar?

mengenai pengalaman Ajahn Mun, mumpung Luanta masih hidup, mengapa tidak ke-Thai saja dan bertanya?
hehehe...saya sih tidak mau buang uang untuk pertanyaan tidak perlu..

saya rasa kembali ke basic saja..."belajar sendiri, rasakan sendiri"
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 23 November 2009, 10:05:28 AM
Quote
by marcedes
wah bro bond bagus sekali dalam menjelaskan, akan tetapi sayang nya pengalaman beliau tidak pernah ada dalam Tipitaka..
nah sekarang, bagaimana waktu Luanta menangis?

Pertanyaan yg menarik,

1. Apakah mengeluarkan airmata = menangis?
2. Mengeluarkan airmata itu pernah dijelaskan oleh Luangta sebagai reaksi Panca khanda(dijelaskan arahat magga dan phala), sama halnya orang mengeluarkan airmata saat sakit mata, karena bawang, karena luapan emosi bahagia atau sedih.....

Saya belum pernah baca sutta bahwa arahat tidak mengeluarkan airmata, kalau menangis karena luapan emosi tentu tidak ya...
dan bagaimana batin Luangta saat itu kita tidak tahu persis, kecuali ada yg punya abinna.

Sama halnya arahat yg baru dipertanyakan oleh bro Kainyn tentang Pilinda Vaccha yg katanya berbicara kasar, dan untungnya ada Sang Buddha yg menjelaskan. Dan juga ada arahat jaman Sang Buddha yang bunuh diri....dan untungnya juga ada Sang Buddha yg menjelaskan...dan fatalnya jaman sekarang tidak ada yang bisa menjelaskan sesempurna Sang Buddha. Jika saja kedua contoh diatas terjadi pada saat ini , apa yg terjadi pada kedua arahat tadi, saya rasa akan dicela karena tidak ada di Tipitaka.

Kedua Jika saja Luangta Mahaboowa benar2 menangis dan dikatakan belum mencapai arahat dan katakanlah dia bersalah atas hal ini. Tetapi dengan melihat keteguhan, disiplin dan kerendahan hati serta kebijaksaannya. Lalu ia sadari kesalahannya dan berlatih kembali dan sekarang ia mencapai arahat  dan masih dicela seperti orang pesakitan karena masa lalu...maka siapakah yang tidak bijaksana?. Ingat kondisi anicca. Sama halnya arahat YM. Bhikkhu Cunda yg pernah melakukan kesalahan dan akhirnya berlatih dan mencapai tingkatan arahanta. Yang saya tau Luangta sangat dekat dengan Ajahn Kao Anulayo dan beberapa yg lainnya yg dipercaya sebagai arahat juga, nah apakah tidak ada seorang pun dari mereka memberitahu?

Katakan beliau belum mencapai arahat karena menangis, tetapi sudah sotapana, sakadagami, atau anagami, dan tetap dicela , tentu juga ada akibatnya bukan?

Seperti arahat tertawa tidak mungkin kelihatan giginya, bagaimana kalau arahat itu tersenyum dan giginya tonggos alias maju kedepan? Sepertinya banyak dari kita melihat kalau sudah jadi arahat itu batinya seperti robot. Jika acuannya hanya Tipitaka, saya ingin tanya kalau berak itu harus duduk atau jongkok ada tertulis dalam TIPITAKA? nah kalau tidak ada lalu ada arahat mungkin beraknya duduk di closet apakah dikatakan melanggar vinaya? atau yg tertulis hanya jongkok, lalu kalau duduk di closet artinya juga salah....? Beginikah seseorang melihat Dhamma? Tentu saja tidak salah , karena saat itu tidak ada closet duduk. Ini hanya perumpamaan saja ya.

Dalam hal tentang pengalaman Ajahn Mun, saya netral.

Quote
by marcedes
bahkan sesudah-nya Ajahn Mun bahkan sempat berpikir "apakah dalam buddha-sasana" tidak mengajarkan senioritas....
dan buddha pun memberikan penjelasan....apakah ini nimitta bro bond?

Saya tidak tau apakah itu nimitta atau bukan. Yang pasti saya belum mencapai nibbana. Yang saya pastikan banyak Dhamma yg tidak semuanya Sang Buddha katakan, tetapi telah menjelaskan intisarinya. Menurut saya apa yg dialami Ajahn Mun adalah fenomena eksternal dari meditasi. Nah berbagai fenomena ini saya yakin tidak semua ada di TIPITAKA. Tetapi yang saya bisa pastikan TIPITAKA adalah alat yg berisi kebenaran untuk menghilangkan LDM dan mencapai nibanna. Sehingga dalam menggunakan alat tentu harus bijaksana. Bagi yang belum merealisasi nibanna tentu masih menggunakan TIPITAKA tetapi jangan jadikan TIPITAKA seperti menggunakan kitab KUHAP dalam menjustifikasi seorang yg sudah lebih jauh berlatih. Patokannya paling awal adalah sila, kemudian pandangan , ketiga samadhi dan panna, ini pun sangat kompleks. Dan hal yang penting dari TIPITAKA adalah rambu2 bagi mereka yg belum mencapai nibbana agar Dhamma tidak dilencengkan sehingga perkataan Sang Buddha dan para muridnya sesuai kondisi paling tidak mendekati aslinya.

Quote
by gachapin
Gini deh bond, 2 cucu muridnya Ajahn Mun akan datang ke Bandung dan ke Bali akhir tahun ini.
Aye yang tanya eternal citta, ente yang tanya dikunjungi para Arahat. Gimana? Cheesy

Siapa yg mo dateng cucu muridnya koq ngak ada beritanya atau aye yg belum tau, ada infonya? Jangan sampai seperti waktu dulu, infonya dahsyat katanya yg datang adalah yang berguru pada muridnya Ajahn Mun , tau2.......ah sudalah..;))

1. Gini bro, silakan saja anda tanya kepada cucu muridnya Ajahn Mun tentang eternal citta, dan kalau boleh tau mereka gurunya siapa?
Dan hal yg penting tanyanya jangan tentang eternal citta saja? tapi anda harus bertanya apakah Luangta Mahaboowa mengajarkan citta never dies sebagai eternal citta  pandangan eternalis? atau mengandung maksud lain? sehingga semua permasalahan clear, langsung dan to the point. Kalo bisa direkam :))

Yang pasti saya sudah teliti penjelasan2 dari Luangta Mahaboowa sendiri.

2. OK , nanti saya akan tanyakan...tetapi sebelum saya tanyakan saya harus tau background bhikkhu itu. Karena ini menyangkut pengalaman meditasi ya dan bukan yang bersangkutan( atau yg mengalami langsung).


Quote
by Peacemind

Saya pernah bertemu dengan seorang guru meditasi. Beliau mengatakn bahwa ketika ada seseorang yang datang kepadanya dan mengatakn bahwa ia telah mencapai  ini dan itu. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak langsung mengambil kesimpulan saat itu, namun beliau akan menunggu dan melihat. Seiring dengan waktu, kebijaksanaan orang tersebut akan tampak dengan jelas dan tampak pula apakah apa yang diklaim benar atau tidak.

Setuju dan sangat wise.


Quote
by Marcedes
mengenai pengalaman Ajahn Mun, mumpung Luanta masih hidup, mengapa tidak ke-Thai saja dan bertanya?
hehehe...saya sih tidak mau buang uang untuk pertanyaan tidak perlu..

Betul sekali mumpung orangnya masih hidup umurnya sudah 100 tahun, daripada bertanya sana sini dengan beragam pikiran. Sama halnya kalau Buddha masih hidup lalu ragu tetapi tanyanya sama orang lain, yg terjadi seperti acara gossip dan infotainment. _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 23 November 2009, 12:30:11 PM
duh g jelasin dulu dekh nih kayaknya ada yang mesti koreksi:

1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.

2. Masalah Pengaruh Buddha sama kr****n, tidak banyak bapak - bapak, pengaruh kr****n udah ada dari dinasti Tang cuman komunitasnya kecil banget, besar di Dinasti Ming, neokr****n di Tiongkok itu sedikit memberi pengaruh.

3. Masalah pengaruh Tao sama Buddha, Ngak mahayana, Tera juga, Khususnya Indonesia, u mesti teliti dulu dilapangan, banyak Cetiya, vihara Teravada naruh dewa tao atau ngak dibawahnya klenteng Sam kau, yang bikin ide Buddha dan tao siape, orang -orang oknum  bante teravada juga, dengan alasan membina hubungan keluarga besar, dijalin pada masa lampau.

4. Teravada ada di Indonesia asal loe orang tau. itu jasanya Orang Sam Kau alias Buddha Tridharma. Janganlah suatu alasan harga diri aliran lah. Semua aliran akhirnya ujungnya sama.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 23 November 2009, 12:35:19 PM
Bapa Pierre Humbertclaude menulis bahwa ajaran sekte Amitabha sangat mirip dengan Kristiani, sehingga ia mengatakan bahwa sekte Amitabha dipengaruhi oleh ajaran Kristiani Nestorian . Demikian juga oleh beberapa sejarawan lainnya yang mengklaim bahwa Mahayana dipengaruhi oleh Kristiani dan terutama lagi oleh para sejarawan Keikyo.

Shan Dao, Patriark Tanah Suci di Tiongkok, hidup pada masa Nestorian masuk ke Tiongkok. Berkatnyalah ajaran Tanah Suci mulai meluas. Ia adalah teman baik Raja Gaozong. Raja Gaozong adalah raja yang menerima dan mengakui serta menghormati agama Nestorian. Oleh karena itu banyak yang menduga bahwa Shan Dao mendapat pengaruh dari agama Kristiani Nestorian dikarenakan hubungan keduanya yang erat. Ajaran Amitabha juga dianggap mirip dengan Kristiani. Patriark Tanah Suci di Jepang seperti Honen dan Shinran juga diduga mendapat pengaruh dari agama Kristiani.

buat gandalf Pengamat barat berteori itu, belum pasti benar, Asal main maksain sama - samain, contoh Dewi kwan im disamain dengan Bunda maria, pengaruhnya ngak ada ,yang ada juga mereka ambil dari china, pengaruh barat di Budhism cuman masalah Tien Kong Alias ketuhanan itu doang, sisanya teori hoax belaka.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: The Ronald on 23 November 2009, 12:44:22 PM
..yg aku anggap lebih mirip kristiani tuh... maitreya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 23 November 2009, 01:04:26 PM
..yg aku anggap lebih mirip kristiani tuh... maitreya

Maitreya juga ngak seperti kr****n pak, beda pandangan, cuman maitreya gado gado, tao ada, buddha juga ada, tapi lebih banyak kearah tao dari pada Buddhisnya.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 23 November 2009, 01:17:20 PM
masalah budhism dan kr****n, bukan saja di cina, pengaruh ke India, kamboja, srilangka, Thailand juga ada, terutama daerah selatan, gak cuman mahayana. pengaruhnya dari kolonial inggris, selama dunia barat menguasai dunia, Pengeruh kr****n sangat kuat di negara selatan, cuman China doang yang ngak terlalu kuat, Komunitas kr****n di cina sedikit, bahkan lebih sedikit dari orang islam disana, Pengaruhnya baru besar pas era dinasti chin akhir, alias dari DR. Sun Yat Sen, sisanya sangat sedikitm pengaruh trinitas di China tidak populer setelah jaman Mao, karena dianggap membawa propaganda dari barat, untuk menghancurkan komunis di cina. Pengaruh kr****n tidak sebesar u orang duga. Tidak seperti Budhhism, hanya satu satunya agama dari luar yang memberi aspek Pengaruh sosial dan budaya sangat besar disana. Dan populasi yang besar penganutnya.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 23 November 2009, 07:54:41 PM
1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.


Bhikkhu cuma bisa SUMO? SUMO=gulat jepang ya? ada buktinya?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: naviscope on 23 November 2009, 08:34:41 PM
^
 ^-^

untung tidak dibilang, bisa karate....  :P
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 23 November 2009, 10:05:43 PM
Quote
Bertele-tele dan tidak mengena, Bro Luis tdk menyatakan Kristiani memengaruhi munculnya Mahayana aliran Pure-Land.

 ??? ??? ??? Loh memang bro. luis tidak ngomong begitu, yang mengajukan pendapat kalau tradisi Sukhavati dipengaruhi Kristiani kan bro. nyanadhana. Postingan saya juga tidak sedang menyanggah pendapat bro luis tentang Sukhavati - Kristianitas, dan postingan saya memang mendukung pernyataan bro luis ttg Sukhavati - Kristianitas. Atau ada yang lain yang bro. jerry maksud bertele2?
Kalo gitu tanggapannya nge-quote ke tulisannya bro Nyana. Secara bro Luis dan saya juga setuju kalau tradisi Sukhavati lebih dulu ada dibanding ketika kristianitas masuk ke Tiongkok.

_/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 24 November 2009, 05:33:24 PM
Quote
1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.

Memang Tzu Chi dikenal sebagai organisasi Buddhis yang selalu cepat tanggap dalam membantu korban-korban bencana alam. Sungguh sebuah usaha mulia dan nyata seorang Bodhisattva bhiksuni yang benar-benar menjalankan ajaran Guru Buddha.  ;D

Bahkan Gyalwang Drukpa Rinpoche sangat mengapresiasi dan memuji Tzu Chi, meyakinkan dirinya akan gerakan sosial "A Live to Love" yang beliau pelopori untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Namun bukan berarti para bhikkhu Myanmar (Burma) mendem semua. Pada saat bencana badai Nargis yang kemarin bhikkhu-bhikkhu Theravada Myanmar juga turut aktif membantu para korban. Coba lihat:
http://www.wildmind.org/blogs/news/monks-succeed-in-cyclone-relief
http://www.msnbc.msn.com/id/24582349/
http://www.global-sisterhood-network.org/content/view/2106/59/
http://www.encyclopedia.com/doc/1A1-D91G5FJG0.html
http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=88,6446,0,0,1,0

Quote
2. Masalah Pengaruh Buddha sama kr****n, tidak banyak bapak - bapak, pengaruh kr****n udah ada dari dinasti Tang cuman komunitasnya kecil banget, besar di Dinasti Ming, neokr****n di Tiongkok itu sedikit memberi pengaruh.

kr****n yang pas di Dinasti Tang itu beraliran Nestorian dan yang masuk di Dinasti Ming itu beraliran ka****k Roma. DI kitab Nestorian kuno di Tiongkok malah ditemukan kata-kata "Buddha" dan pada saat Dinasti Ming, agama kr****n ka****k disanggah dan dikritik oleh para master Buddhis seperti YA Zhuhong dan YA Zhixiu Ouyi, para bhiksu yang pencapaian Dharmanya tak diragukan lagi. Ini dikarenakan oknum2 K pada masa itu menyerang agama Buddha dengan memanfaatkan secara tidak benar ajaran Khonghucu.

Quote
Quote
3. Masalah pengaruh Tao sama Buddha, Ngak mahayana, Tera juga, Khususnya Indonesia, u mesti teliti dulu dilapangan, banyak Cetiya, vihara Teravada naruh dewa tao atau ngak dibawahnya klenteng Sam kau, yang bikin ide Buddha dan tao siape, orang -orang oknum  bante teravada juga, dengan alasan membina hubungan keluarga besar, dijalin pada masa lampau.

Setahu saya, yang naruh rupang dewa dewi Tao itu umat-umat vihara yang bersangkutan yang masih terpengaruh ajaran-ajaran Tao di Tridharma (kelenteng) dulu. Tapi itupun setahu saya cuman sedikit yang seperti itu. Kalaupun ada dewa dewi Tao biasanya kelenteng yang diurus sama pihak Theravada seperti Vihara Nimmala atau Boen San Bio.

Yang banyak saya temukan adalah Vihara Theravada yang menaruh rupang Bodhisattva Avalokitesvara. Di Vihara Dhamma Jaya di Surabaya banyak rupang Avalokitesvara. Vihara Eka Dharma Loka di Surabaya altar Avalokitesvara ditempatkan di samping altar utama Buddha Sakyamuni. Di Vihara Dhammadipa Arama-nya tempat Bhante Khanti juga kalau tidak salah ada altar Avalokitesvara. Di Vihara Padma Graha yang dibina Bhante Dhammavijayo juga ada rupang Avalokitesvara. Kelenteng yang tuan rumahnya Bodhisattva Avalokitesvara seperti Boen tek Bio (Wen De Miao) juga menjadi Vihara Theravada Padumuttara.

Quote
4. Teravada ada di Indonesia asal loe orang tau. itu jasanya Orang Sam Kau alias Buddha Tridharma. Janganlah suatu alasan harga diri aliran lah. Semua aliran akhirnya ujungnya sama.

Jasa kelenteng memang sangat besar dalam perkembangan Buddha Dharma. Namun sebenarnya tidak ada aliran yang namanya "Buddha Tridharma" karena Tridharma itu sendiri berarti ketiga agama di bawah satu atap, tetapi tetap berdiri sendiri-sendiri, tidak campur aduk. Namun karena dulu materi-materi Dharma dan materi-materi agama Tao dan Khonghuchu belumlah banyak dan orang yang paham masih sedikit, sehingga terjadilah campur aduk alias gado-gado.

Nah sekarang sudah banyak pakar-pakar Dharma yang bermunculan dan materi Dharma sudah banyak, maka umat juga otomatis mulai mengetahui perbedaan antara ketiga agama tersebut, perbedaan akan mana yang kelenteng Buddhis mana yang kelenteng Taois. Merupakan usaha yang patut dipuji apabila seseorang berusaha untuk menunjukkan dan menyebarkan ajaran Buddha yang tidak gado-gado dengan konsep agama lain, namun jangan sampai seseorang itu malah merendahkan agama Tao atau Khonghuchu ataupun melupakan jasa-jasa baik itu kelenteng Buddhis ataupun Taois, karena walau bagaimanapun juga unsur Tridharma yang ada di kelenteng2 memberikan kesempatan bagi agama Buddha bangkit kembali setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Mari kita galakkan komunitas Tridharma yang benar-benar mempertahankan integritas agama sendiri-sendiri dan berusaha untuk melepaskan Tridharma yang sukanya gado-gado / sinkretis dan mungkin beberapa cenderung masih percaya dengan takhayul.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 24 November 2009, 05:43:05 PM
Quote
Quote
Yup saya setuju sekali dengan pendapat Bro Galdalf di sini. Ada berbagai macam approach dalam mempelajari Buddhism, tentu saja dalam aspek praktik kita harus "experience on our own" yaitu tidak lain lewat mengembangkan dan menjaga sila kita, mengembangkan batin kita, dan mengembangkan kebijaksanaan kita.

Tetapi aspek lain yang juga berguna adalah aspek intelektualitas yang salah satunya adalah mengenai "sejarah Buddhism" dan juga pengetahuan2 mengenai berbagai tradisi yang ada. Dan salah satu metode penting dalam mempelajari aspek yang satu ini adalah mindset seorang scholar (pelajar) yang biasanya digunakan oleh para researcher. Seperti apa? Yaitu memandang teks2 Buddhism dan komentar2nya sebagai literatur. Para sejarawan Buddhisme memiliki set2 dari literatur nya sendiri, dan sebetulnya tidak ada satupun dari mereka yang memiliki set yang komplit Smiley sama dengan dunia penelitian yang lain, tidak ada satu penelitipun yang memiliki set yang komplit dari apa yang mereka research.

Makanya walaupun sama2 scholar, dua sejarawan yang berbeda dapat memiliki 2 hipotesis yang berbeda mengenai bagaimana suatu tradisi itu terbentuk. Itulah gunanya kita membandingkan hipotesis2 yang ada ... karena bagaimanapun semua itu adalah hipotesis yang didukung oleh bukti2 pendukung, tetapi belum tentu merepresentasikan kejadian sebenarnya. Semua kejadian itu adalah masa lalu Smiley dan sudah tidak ada lagi saksi hidup yang bisa ditanya hehehe. Lagipula ... walaupun ada saksi hidup, belum tentu apa yang mereka lihat juga sudah komplit Smiley sama seperti kalau ada suatu kecelakaan di jalan, seringkali 2 saksi mata yang berbeda punya cerita versinya masing2 dan kedua cerita itu didukung oleh bukti2 yang rasional.

Oleh karena itulah, apa yang kita pelajari dari literatur juga belum tentu benar Smiley dan sebagai scholar, tentunya dengan melihat hasil studi dari scholar lain akan memperkaya wawasan kita semua ... dan juga meningkatkan keyakinan terhadap apa yang kita yakini. Semua itu bisa berguna dan menunjang dalam menjalankan praktik kita.

Saya sendiri tidak bisa dikategorikan sebagai scholar dalam Buddhism seperti Bro Gandalf yang studi literaturnya lebih mendalam dan mantap Smiley saya juga hanya mempelajari potongan2 literatur sebagai hobi saja hehehe dan juga tidak memiliki waktu yang banyak untuk me-research semua itu. Makanya buat saya pribadi, saya selalu hepi berdiskusi dengan Bro Gandalf (walaupun tidak sering) karena studi literatur beliau dapat melengkapi potongan yang saya utarakan dan juga jadi cara cepat dalam menggali aspek2 lain dari topik itu tanpa perlu mencari2 sendiri ke banyak buku hehehehe. Anumodana Bro Gandalf Namaste

Untuk stand point saya sendiri, walaupun saya lebih memegang pandangan bahwa secara historis Mahayana bukanlah "early Buddhism", tetapi bukan berarti Mahayana adalah "corrupted version" dari Buddhism. Yang jelas, perbedaan utama early Buddhism dan Mahayana adalah dalam Mahayana banyak terdapat simbolisasi yang membuat tradisi ini lebih "berwarna" daripada early Buddhism yang cenderung straighforward dan simple. Tetapi bila kita melihat aspek2 di balik simbolisasi tersebut, dan juga sejarah munculnya dan berkembangnya simbolisasi, esensi Buddha Dhamma nya tetap konsisten dengan early Buddhism. Apalagi saat kita bermeditasi, tembus deh semua perbedaan2 itu Wink

Yang menjadi tantangan hanyalah bagaimana kita bisa melihat esensi di balik simbolisme tersebut, dan bukan "terjebak" dengan menganggap secara literal simbolisme tersebut Smiley

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis 

 _/\_

Saya juga merasa senang kalau bro luis merasa terbantu.   :)  :)

Memang kajian agama Buddha secara 'scholarship' sangat perlu untuk mendapatkan pemahaman tentang agama Buddha secara menyeluruh, tidak sepenggal-sepenggal (yang dapat menyebabkan kesalahan pandangan di sana sini).

Ini yang saya rasa masih sangat kurang di kalangan Buddhis di Indonesia.

Misalnya ketika ingin secara tepat membahas pemikiran2 dalam agama Buddha, seseorang hendaknya tidak membagi secara sederhana menjadi 3 aliran saja yaitu Theravada, Mahayana dan Vajrayana. Namun seseorang seharusnya juga membandingkan pemikiran aliran Sthavira Sarvastivada, Sthavira Mahisasaka, Mahasanghika Lokottaravada, Mahayana Madhyamika, Mahayana Vijnanavada, dll..........

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 25 November 2009, 09:00:09 AM
Quote
1.dari bro bond dulu, bro beberapa sekte teravada masih ada menjalani tradisi hutan khususnya Birma, Kalo thailand emang u katakan udah ngak ada lagi kayak gitu, srilangka memang udah ngak ada, tapi ada yang satu sekte teravada masih mempertahankan ajaran sesepuh lama. G pernah ngobrol aktivis Buddhis dari Birma, pernah diundang di Vihara ekayana, g obrol sendiri, adanya satu sekte itu masih memempertahankan ajaran sesepuh lama. Alias tidak diubah, kalo jaman sekarang banyak ikut teknologi, ikut trend sekarang, dulu dulu ngak kayak yang u duga, kasus kayak birma contohnya ketika bencana alam Bhante sana cuman bisa Sumo ngak bisa berbuat apa, yang turun tangan juga orang Buddhis mahayana kebanyakan dari organisasi Buddha Tzu chi.

Memang Tzu Chi dikenal sebagai organisasi Buddhis yang selalu cepat tanggap dalam membantu korban-korban bencana alam. Sungguh sebuah usaha mulia dan nyata seorang Bodhisattva bhiksuni yang benar-benar menjalankan ajaran Guru Buddha.  ;D

Bahkan Gyalwang Drukpa Rinpoche sangat mengapresiasi dan memuji Tzu Chi, meyakinkan dirinya akan gerakan sosial "A Live to Love" yang beliau pelopori untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Namun bukan berarti para bhikkhu Myanmar (Burma) mendem semua. Pada saat bencana badai Nargis yang kemarin bhikkhu-bhikkhu Theravada Myanmar juga turut aktif membantu para korban. Coba lihat:
http://www.wildmind.org/blogs/news/monks-succeed-in-cyclone-relief
http://www.msnbc.msn.com/id/24582349/
http://www.global-sisterhood-network.org/content/view/2106/59/
http://www.encyclopedia.com/doc/1A1-D91G5FJG0.html
http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=88,6446,0,0,1,0

Quote
2. Masalah Pengaruh Buddha sama kr****n, tidak banyak bapak - bapak, pengaruh kr****n udah ada dari dinasti Tang cuman komunitasnya kecil banget, besar di Dinasti Ming, neokr****n di Tiongkok itu sedikit memberi pengaruh.

kr****n yang pas di Dinasti Tang itu beraliran Nestorian dan yang masuk di Dinasti Ming itu beraliran ka****k Roma. DI kitab Nestorian kuno di Tiongkok malah ditemukan kata-kata "Buddha" dan pada saat Dinasti Ming, agama kr****n ka****k disanggah dan dikritik oleh para master Buddhis seperti YA Zhuhong dan YA Zhixiu Ouyi, para bhiksu yang pencapaian Dharmanya tak diragukan lagi. Ini dikarenakan oknum2 K pada masa itu menyerang agama Buddha dengan memanfaatkan secara tidak benar ajaran Khonghucu.

Quote
Quote
3. Masalah pengaruh Tao sama Buddha, Ngak mahayana, Tera juga, Khususnya Indonesia, u mesti teliti dulu dilapangan, banyak Cetiya, vihara Teravada naruh dewa tao atau ngak dibawahnya klenteng Sam kau, yang bikin ide Buddha dan tao siape, orang -orang oknum  bante teravada juga, dengan alasan membina hubungan keluarga besar, dijalin pada masa lampau.

Setahu saya, yang naruh rupang dewa dewi Tao itu umat-umat vihara yang bersangkutan yang masih terpengaruh ajaran-ajaran Tao di Tridharma (kelenteng) dulu. Tapi itupun setahu saya cuman sedikit yang seperti itu. Kalaupun ada dewa dewi Tao biasanya kelenteng yang diurus sama pihak Theravada seperti Vihara Nimmala atau Boen San Bio.

Yang banyak saya temukan adalah Vihara Theravada yang menaruh rupang Bodhisattva Avalokitesvara. Di Vihara Dhamma Jaya di Surabaya banyak rupang Avalokitesvara. Vihara Eka Dharma Loka di Surabaya altar Avalokitesvara ditempatkan di samping altar utama Buddha Sakyamuni. Di Vihara Dhammadipa Arama-nya tempat Bhante Khanti juga kalau tidak salah ada altar Avalokitesvara. Di Vihara Padma Graha yang dibina Bhante Dhammavijayo juga ada rupang Avalokitesvara. Kelenteng yang tuan rumahnya Bodhisattva Avalokitesvara seperti Boen tek Bio (Wen De Miao) juga menjadi Vihara Theravada Padumuttara.

Quote
4. Teravada ada di Indonesia asal loe orang tau. itu jasanya Orang Sam Kau alias Buddha Tridharma. Janganlah suatu alasan harga diri aliran lah. Semua aliran akhirnya ujungnya sama.

Jasa kelenteng memang sangat besar dalam perkembangan Buddha Dharma. Namun sebenarnya tidak ada aliran yang namanya "Buddha Tridharma" karena Tridharma itu sendiri berarti ketiga agama di bawah satu atap, tetapi tetap berdiri sendiri-sendiri, tidak campur aduk. Namun karena dulu materi-materi Dharma dan materi-materi agama Tao dan Khonghuchu belumlah banyak dan orang yang paham masih sedikit, sehingga terjadilah campur aduk alias gado-gado.

Nah sekarang sudah banyak pakar-pakar Dharma yang bermunculan dan materi Dharma sudah banyak, maka umat juga otomatis mulai mengetahui perbedaan antara ketiga agama tersebut, perbedaan akan mana yang kelenteng Buddhis mana yang kelenteng Taois. Merupakan usaha yang patut dipuji apabila seseorang berusaha untuk menunjukkan dan menyebarkan ajaran Buddha yang tidak gado-gado dengan konsep agama lain, namun jangan sampai seseorang itu malah merendahkan agama Tao atau Khonghuchu ataupun melupakan jasa-jasa baik itu kelenteng Buddhis ataupun Taois, karena walau bagaimanapun juga unsur Tridharma yang ada di kelenteng2 memberikan kesempatan bagi agama Buddha bangkit kembali setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Mari kita galakkan komunitas Tridharma yang benar-benar mempertahankan integritas agama sendiri-sendiri dan berusaha untuk melepaskan Tridharma yang sukanya gado-gado / sinkretis dan mungkin beberapa cenderung masih percaya dengan takhayul.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Lengkap,mantap dan jelas apalagi tata bahasanya baik dan dapat dimengerti. _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 25 November 2009, 11:05:49 AM
Ini yang saya rasa masih sangat kurang di kalangan Buddhis di Indonesia.

Misalnya ketika ingin secara tepat membahas pemikiran2 dalam agama Buddha, seseorang hendaknya tidak membagi secara sederhana menjadi 3 aliran saja yaitu Theravada, Mahayana dan Vajrayana. Namun seseorang seharusnya juga membandingkan pemikiran aliran Sthavira Sarvastivada, Sthavira Mahisasaka, Mahasanghika Lokottaravada, Mahayana Madhyamika, Mahayana Vijnanavada, dll..........

==> biayanya besar, penelitian seperti ini butuh waktu lama, project besar, tidak semudah anda dikira, peneliti Agama Buddha saja tidak sanggup semua, hanya sebagian besar, yang kecil- kecil sudah sulit :P
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 25 November 2009, 11:16:49 AM
Yang banyak saya temukan adalah Vihara Theravada yang menaruh rupang Bodhisattva Avalokitesvara. Di Vihara Dhamma Jaya di Surabaya banyak rupang Avalokitesvara. Vihara Eka Dharma Loka di Surabaya altar Avalokitesvara ditempatkan di samping altar utama Buddha Sakyamuni. Di Vihara Dhammadipa Arama-nya tempat Bhante Khanti juga kalau tidak salah ada altar Avalokitesvara. Di Vihara Padma Graha yang dibina Bhante Dhammavijayo juga ada rupang Avalokitesvara. Kelenteng yang tuan rumahnya Bodhisattva Avalokitesvara seperti Boen tek Bio (Wen De Miao) juga menjadi Vihara Theravada Padumuttara.

==> jawa timur atau surabaya . wajar lah berarti u udah mulai mencoba analisis pratek lapangan namanya, u musti cek beberapa hal lagi seperti jawa tengah, jawa barat, kalimatan barat, sumatera utara,  lebih unik lagi, lebih ribet lagi.

kr****n yang pas di Dinasti Tang itu beraliran Nestorian dan yang masuk di Dinasti Ming itu beraliran ka****k Roma. DI kitab Nestorian kuno di Tiongkok malah ditemukan kata-kata "Buddha" dan pada saat Dinasti Ming, agama kr****n ka****k disanggah dan dikritik oleh para master Buddhis seperti YA Zhuhong dan YA Zhixiu Ouyi, para bhiksu yang pencapaian Dharmanya tak diragukan lagi. Ini dikarenakan oknum2 K pada masa itu menyerang agama Buddha dengan memanfaatkan secara tidak benar ajaran Khonghucu.

==> penyerangan kr****n itu tidak dimulai dari Dinasti ming tapi Chin. Ming ada kelompok trinitas tapi tidak menlakukan 3 g, Masih sifatnya diplomatis, Kalo Chin iya, tau sejarahnya Pemberontakan Boxer, sama Sekte Lotus putih itu semua perlawanan terhadap barat, orang  barat di bantai dianggap menjajah, merusak agama dan kepercayaan orang lain. Yang paling parah tuh di Dinasti Chin
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 25 November 2009, 11:39:16 AM
Yang banyak saya temukan adalah Vihara Theravada yang menaruh rupang Bodhisattva Avalokitesvara. Di Vihara Dhamma Jaya di Surabaya banyak rupang Avalokitesvara. Vihara Eka Dharma Loka di Surabaya altar Avalokitesvara ditempatkan di samping altar utama Buddha Sakyamuni. Di Vihara Dhammadipa Arama-nya tempat Bhante Khanti juga kalau tidak salah ada altar Avalokitesvara. Di Vihara Padma Graha yang dibina Bhante Dhammavijayo juga ada rupang Avalokitesvara. Kelenteng yang tuan rumahnya Bodhisattva Avalokitesvara seperti Boen tek Bio (Wen De Miao) juga menjadi Vihara Theravada Padumuttara.

==> jawa timur atau surabaya . wajar lah berarti u udah mulai mencoba analisis pratek lapangan namanya, u musti cek beberapa hal lagi seperti jawa tengah, jawa barat, kalimatan barat, sumatera utara,  lebih unik lagi, lebih ribet lagi.

kr****n yang pas di Dinasti Tang itu beraliran Nestorian dan yang masuk di Dinasti Ming itu beraliran ka****k Roma. DI kitab Nestorian kuno di Tiongkok malah ditemukan kata-kata "Buddha" dan pada saat Dinasti Ming, agama kr****n ka****k disanggah dan dikritik oleh para master Buddhis seperti YA Zhuhong dan YA Zhixiu Ouyi, para bhiksu yang pencapaian Dharmanya tak diragukan lagi. Ini dikarenakan oknum2 K pada masa itu menyerang agama Buddha dengan memanfaatkan secara tidak benar ajaran Khonghucu.

==> penyerangan kr****n itu tidak dimulai dari Dinasti ming tapi Chin. Ming ada kelompok trinitas tapi tidak menlakukan 3 g, Masih sifatnya diplomatis, Kalo Chin iya, tau sejarahnya Pemberontakan Boxer, sama Sekte Lotus putih itu semua perlawanan terhadap barat, orang  barat di bantai dianggap menjajah, merusak agama dan kepercayaan orang lain. Yang paling parah tuh di Dinasti Chin

itu karna pendananya mau begitu...apa kuasa seorang bhikkhu yang tidak memiliki uang.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 26 November 2009, 11:34:31 AM
oiya baru teringat sebuah pertanyaan menarik soal ini maha dan thera....dikatakan bodhisatva avalokitesvara adalah bhumi ke 9 dalam artian setelah merasakan arahatta phala ia memutuskan tidak nibbana dan menjadi bodhisatva. dikatakan lagi arahat tidak algi menangis kenapa setelah mencapai arahat dan lebih tinggi lagi bisa menangis?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 26 November 2009, 11:54:16 AM
oiya baru teringat sebuah pertanyaan menarik soal ini maha dan thera....dikatakan bodhisatva avalokitesvara adalah bhumi ke 9 dalam artian setelah merasakan arahatta phala ia memutuskan tidak nibbana dan menjadi bodhisatva. dikatakan lagi arahat tidak algi menangis kenapa setelah mencapai arahat dan lebih tinggi lagi bisa menangis?

Maksud u ?.

Apa u maksud Avalokitesvara pas lagi meditasi Seribu tangan. Kalo iya , emang benar, dia pernah nangis pas meditasi , itu dikarenakan dia tidak tahan mendengar begitu banyak penderitaan manusia di dunia ini, sementara para arahat tidak memilih mau mendengar.

Pada saat meditasi memang Beliau pernah mendengar ratusan emosi manusia memohon bantuanNya, sehingga beliau sedih dan berubah pas meditasinya menjadi Avalokitesvara seribu tangan, karena Avalokitesvara masih dibawah bimbingan Amitabha Buddha, beliau jelaskan kenapa avalokitesvara bisa menjadi seperti itu.

Dari situlah kira kira garis besarnya lahirnya Avalokitesvara seribu tangan. Bro
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: nyanadhana on 26 November 2009, 12:29:59 PM
salah kali itu bukan cerita seribu tangan,avalokitesvara nangis dan melahirkan Tara dari tetes air mata beliau.
yang saya maksud dikatakan mereka yang mencapai arahant telah mendalami ketenangan yang luar biasa bahkan seorang buddha tidak menangis,bagaimana bodhisatva bhumi 9 yang melewati arahant bisa?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 26 November 2009, 03:59:11 PM
ooo itu Setahu pandangan g baca kayak sudut pandang u kearah cerita avalokitesvara seribu tangan, gini bro avalokitesvara itu Bodhisatva Compassion alias Boddhisatva cinta kasih, Begitulah beliau mendengar kesulitan semua mahluk, pasti di bantu dia, itu sudah sumpah dalam diriNya, dan tertulis dalam sutra ape g lupa, ada di milis, kebetulan beliau dalam legendanya itu dalam kepercayaan masyarakat kenapa bisa menjadi seperti itu, karena tidak adanya para arahat dan Bodhisatva tidak bisa membantu kesulitan semua mahluk, maka beliau sedih. Kira - kira gitu, Jelasnya u baca story legendnya, garis besarnya seingat g saja, kalo ada yang bisa jelasin detail baguslar.

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 26 November 2009, 07:53:57 PM
ooo itu Setahu pandangan g baca kayak sudut pandang u kearah cerita avalokitesvara seribu tangan, gini bro avalokitesvara itu Bodhisatva Compassion alias Boddhisatva cinta kasih, Begitulah beliau mendengar kesulitan semua mahluk, pasti di bantu dia, itu sudah sumpah dalam diriNya, dan tertulis dalam sutra ape g lupa, ada di milis, kebetulan beliau dalam legendanya itu dalam kepercayaan masyarakat kenapa bisa menjadi seperti itu, karena tidak adanya para arahat dan Bodhisatva tidak bisa membantu kesulitan semua mahluk, maka beliau sedih. Kira - kira gitu, Jelasnya u baca story legendnya, garis besarnya seingat g saja, kalo ada yang bisa jelasin detail baguslar.


mau tanya, yang di bantu itu syaratnya apa ya? apa harus mengucapkan sesuatu? atau harus berdoa kepada Boddhisatva? atau otomatis semua mahluk di tolong? berapa banyak yang telah di tolong?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 26 November 2009, 08:18:51 PM
ooo itu Setahu pandangan g baca kayak sudut pandang u kearah cerita avalokitesvara seribu tangan, gini bro avalokitesvara itu Bodhisatva Compassion alias Boddhisatva cinta kasih, Begitulah beliau mendengar kesulitan semua mahluk, pasti di bantu dia, itu sudah sumpah dalam diriNya, dan tertulis dalam sutra ape g lupa, ada di milis, kebetulan beliau dalam legendanya itu dalam kepercayaan masyarakat kenapa bisa menjadi seperti itu, karena tidak adanya para arahat dan Bodhisatva tidak bisa membantu kesulitan semua mahluk, maka beliau sedih. Kira - kira gitu, Jelasnya u baca story legendnya, garis besarnya seingat g saja, kalo ada yang bisa jelasin detail baguslar.


mau tanya, yang di bantu itu syaratnya apa ya? apa harus mengucapkan sesuatu? atau harus berdoa kepada Boddhisatva? atau otomatis semua mahluk di tolong? berapa banyak yang telah di tolong?

konon syaratnya adalah ketulusan. dan mengucapkan permohonan, kalo tidak membuat permohonan (aksi) tentu tidak ada reaksi. Tidak otomatis semua makhluk tertolong. Sudah banyak yg telah ditolong.   :P
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 27 November 2009, 12:12:32 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 27 November 2009, 12:20:15 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)
tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 27 November 2009, 12:37:25 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 27 November 2009, 01:50:42 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 06:37:21 AM
Quote
==> biayanya besar, penelitian seperti ini butuh waktu lama, project besar, tidak semudah anda dikira, peneliti Agama Buddha saja tidak sanggup semua, hanya sebagian besar, yang kecil- kecil sudah sulit Tongue

Wah... biaya memang pasti ada... tapi yang saya maksud bukan penelitian yang bener2 terperinci, teliti, lueengkap-kap-kap sampai kaya profesor gimana  :P, tapi setidaknya kita tahu pokok2 pemikiran aliran tersebut. Ini bisa didapat dari berbagai literatur yang sudah ada selama ini, dan bisa didapatkan dengan mudah secara online maupun media-media cetak yang ada. Ya asal rajin baca saja dan tidak malas untuk nyari.  ;D

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 06:56:13 AM
Quote
==> jawa timur atau surabaya . wajar lah berarti u udah mulai mencoba analisis pratek lapangan namanya, u musti cek beberapa hal lagi seperti jawa tengah, jawa barat, kalimatan barat, sumatera utara,  lebih unik lagi, lebih ribet lagi.

Wah... analisa praktek lapangan di Sby dan sekitarnya ya sudah dr dulu, bukan mulai lagi...hehe.... yg unik2 ya pasti ada, tapi ya itu yg unik itu bisa saja disebabkan oleh berbagai "ketidaktahuan" si pengurus atau umat vihara yang bersangkutan  8)  8)

Saya sih sendiri kurang sreg kalau ada rupang dewa dewi Tao di vihara, ini bukan berarti saya tidak menghormati agama Tao, tetapi ini untuk menghindari kesalahpahaman orang2 yang datang ke vihara. Apalagi ini juga bisa menjadi sebuah alat pendidik bagi masyarakat Tionghoa yang masih sekarang banyak yang suka gado2, nggak jelas mau berlindung pada Fo, Fa, Seng (Buddha, Dharma, Sangha) atau berlindung pada Dao, Jing, Shi. Banyak yang hatinya masih bercabang. Jadi bila suatu vihara berusaha menjaga 'kemurnian'nya dari pengaruh agama lain, seharusnya kita tanggapi positif saja, dengan satu syarat jangan sampai berlebihan juga ketika menjaga 'kemurnian' tersebut.

Quote
==> penyerangan kr****n itu tidak dimulai dari Dinasti ming tapi Chin. Ming ada kelompok trinitas tapi tidak menlakukan 3 g, Masih sifatnya diplomatis, Kalo Chin iya, tau sejarahnya Pemberontakan Boxer, sama Sekte Lotus putih itu semua perlawanan terhadap barat, orang  barat di bantai dianggap menjajah, merusak agama dan kepercayaan orang lain. Yang paling parah tuh di Dinasti Chin

Penyerangan kan bukan berarti harus penyerangan secara fisik yang merusak. Di masa Dinasti Ming penyerangan hanya berupa penyerangan terhadap konsep ajaran dan keotentikan agama Buddha oleh Matteo Ricci dan tiga pilar Kristianitas saat itu (中国天主教的三大柱石). Dan memang tidak separah yang Dinasti Qing.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 08:21:34 AM
ooo itu Setahu pandangan g baca kayak sudut pandang u kearah cerita avalokitesvara seribu tangan, gini bro avalokitesvara itu Bodhisatva Compassion alias Boddhisatva cinta kasih, Begitulah beliau mendengar kesulitan semua mahluk, pasti di bantu dia, itu sudah sumpah dalam diriNya, dan tertulis dalam sutra ape g lupa, ada di milis, kebetulan beliau dalam legendanya itu dalam kepercayaan masyarakat kenapa bisa menjadi seperti itu, karena tidak adanya para arahat dan Bodhisatva tidak bisa membantu kesulitan semua mahluk, maka beliau sedih. Kira - kira gitu, Jelasnya u baca story legendnya, garis besarnya seingat g saja, kalo ada yang bisa jelasin detail baguslar.


mau tanya, yang di bantu itu syaratnya apa ya? apa harus mengucapkan sesuatu? atau harus berdoa kepada Boddhisatva? atau otomatis semua mahluk di tolong? berapa banyak yang telah di tolong?

konon syaratnya adalah ketulusan. dan mengucapkan permohonan, kalo tidak membuat permohonan (aksi) tentu tidak ada reaksi. Tidak otomatis semua makhluk tertolong. Sudah banyak yg telah ditolong.   :P
sejauh mana pertolongan yang bisa di perbuat oleh Boddhisatva? lebih hebat mana Boddhisatva dengan Tuhan?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: lophenk on 27 November 2009, 09:44:55 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


Kdg dlm berlatih ktk menemui masalah atw kesulitan, bukankah engkau jg bertanya mohon petunjuk dr gurumu jg... apa itu bkn bentuk pertolongan/bantuan ? :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 27 November 2009, 09:49:38 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 27 November 2009, 10:10:41 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.
:))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 27 November 2009, 10:29:15 AM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

mungkin ada rekan lain yang sudi menjelaskan, silahkan ...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 27 November 2009, 12:08:23 PM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_
bro Indra hanya menanya pendapat saya, dan apa salahnya saya menjawab apa adanya sesuai jalan pikiran saya?
Saya tahu maksud beliau
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

mungkin ada rekan lain yang sudi menjelaskan, silahkan ...
 

saya mengerti apa yg ingin disampaikan  bro Indra.  Bahwa minta pertolongan kpd Avalokitesvara adalah rancu dengan nasihat Buddha yg menyatakan kita harus menjadikan diri sendiri sebagai pulau.
Tetapi saya dapat memaklumi bahwa masih byk yg tidak memahami prinsip Mahayana, lalu menggunakan konsep yg dipegang sendiri utk menilai ini benar itu salah.
Mohon pertolongan kepada Avalokitesvara tidak bisa diartikan secara sempit bahwa berarti kita hanya duduk dan menunggu pertolongan dan kita sepenuhnya bergantung padanya, dan menganggap kontradiktif dgn nasihat Buddha ttg menjadikan diri sebagai tempat berlindung.

Jika secara kaku mengartikan bahwa menjadikan diri sebagai pelindung tidak berlindung pada yang lain, maka seharusnya kita juga menyanggah pernyataan Berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha.
Permohonan kepada Avalokitesvara bukan berarti kita hanya berlindung pada yg luar, dan tidak berlindung pada diri sendiri.
Sama seperti ketika anda mengalami kecelakaan lalu minta pertolongan kepada orang sekitar, bukan berarti anda sepenuhnya berlindung pada orang lain dan tidak pernah lagi berlindung/ berusaha sendiri. 
Praktisi mahayana juga tidak mengabaikan prinsip tentang usaha sendiri/ menjadikan diri sebagai pelita. Secara mutlak Avalokitesvara tidak bisa menyulap orang menjadi Tercerahkan, tetapi bagaimanapun juga ketika Dia dgn batin Maitri Karunanya memberikan sedikit "uluran tangan", itu sudah merupakan nilai yang sangat berarti, mengapa?
1. Avalokitesvara adalah siswa dari Buddha, siswa yg mengekspresikan Maitri Karuna melalui adhitana yg demikian agung, maka apalagi dengan keagungan Buddha, tentu menjadi lebih besar, hingga kita menjadi sangat respek terhadap Buddha.
2. Avalokistesvara mengaktualisasi Dharma melalui adhitana yg demikian agung, maka kita menjadi kagum dan terinpirasi utk mengikuti praktik2 Dharma yg agung seperti itu.
3. Avalokitesvara adalah bagian dari Ariya Sangha, maka kita menjadi sangat respek terhadap Sangha.

Berikut ada satu kisah yg menggambarkan bahwa pemujaan Avalokitesvara dalam Mahayana bukan berarti bergantung/berlindung spenuhnya pada Nya:
Seorang pemuda melihat patung Avalokitesvara yg sedang memegang tasbih, lalu ia bertanya pada seorang bhiksu mengapa Avalokitesvara memegang tasbih. Bhiksu itu menjawab, "Avalokitesvara menggunakan tasbih utk melafal "Namo Avalokitesvara Bodhisatvaya". Pemuda ini menjadi heran, "mengapa melafal nama sendiri?" , Bhiksu itu lalu menjawab, "Memohon kepada orang lain, bukankah lebih baik memohon pada diri sendiri?"
So, janganlah salah memahami makna pemujaan pada Avalokitesvara. Ada yang bertanya, "kalo gitu, apakah sia-sia memohon pada Nya?" Relatif, tergantung apa tujuan anda, yg jelas adalah sia2 jika anda ingin memohon rejeki hanya demi memuaskan nafsu keinginan anda.

Demikian penjelasan singkatnya. (Mohon jgn menggunakan kacamata sekte utk mencari penilaian penjelasan di atas, mari kita saling memahami pandangan masing2, terima kasih)  :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: 7 Tails on 27 November 2009, 01:27:33 PM
mungkin saja gak ada yg tersengaja dihidup ini.. siapa tau avalokitesvara yg membingbing gw ke forum ini.. yup sip he...
peace
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 02:22:23 PM
Bro chingik, apa bedanya seorang boddhisatva dengan dewa?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 02:23:28 PM
 [at]  7tail, maaf gw bukan avalo =))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: johan3000 on 27 November 2009, 02:55:56 PM
[at]  7tail, maaf gw bukan avalo =))

tetapi begitu non Buddhist mendengar......


MOHON/MINTA/TOLONG pd Kwan Im............
utk supaya slamat/aman/berhasil dst


nahhhh akan diartikan agama yg bisa pakai MOHON.....

jadi akan kesulitan kita menjelaskannya.... (lebih baik tidak pakai kata mohon)...

bagaimana menurut yg lain ???

 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 05:46:31 PM
Benar dan saya setuju sekali dengan bro. chingik. Saya ingin menambhakan tentang bantuan dari Bodhisattva dari tataran spiritual dan bantuan dalam hal-hal fisik. Pertama saya akan membahas dari segi bantuan spiritual.

Dalam Mahayana sendiri dikenal ada dua konsep. Yang pertama adalah konsep Jiriki (self-power yaitu sesuai dengan anjuran Sang Buddha agar kita menjadi pelindung bagi diri kita sendiri). Konsep satunya adalah Tariki (other-power yaitu yang mana kita berserah memohon pertolongan para Buddha dan Bodhisattva).

Bagi umat Buddhis Tiongkok dan Jepang, beberapa orang menyederhanakannya begini:
1. Metode Chan (Zen) khususnya, Tiantai, Huayen menggunakan metode self power (jiriki), yang mana ditujukan bagi orang-orang yang pikirannya memang cukup berkapasitas untuk metode ini.
2. Metode Sukhavati menggunakan metode other power (tariki), yang ditujukan bagi orang-orang yang kapasitasnya masih lebih rendah.

Namun sebenarnya dalam metode Sukhavati sendiri ada metode self-power dan other-power. Demikian juga dalam metode Zen (Chan) ada metode self power dan other power. Namun tentu penekanan kedua aliran terhadap jiriki dan tariki ini berbeda, yang satu menekankan tariki (Sukhavati), yang satu menekankan jiriki (Zen).

Metode jiriki (self power) dalam tradisi Sukhavati adalah dalam metode samatha-vipashyana terhadap Amitabha dan Sukhavati, yang mana metode buddhanusmrti, baik secara pelafalan ataupun visualisasi membawa pada shamatha, dan kemudian memahami secara vipashyana bahwa Buddha dan Sukhavati itu shunyata hakekatnya. Metode Sukhavati ini lebih berkembang dalam tradisi Sukhavati awal dan aliran Tiantai.

Metode tariki (other power) dalam tradisi Sukhavati adalah pelafalan nama Amitabha yang didasarkan atas harapan agar terlahir di Sukhavati, menggantungkan diri dan yakin sepenuhnya pada kekuatan Ikrar penyelamatan Amitabha Buddha dan menganggap jiriki (self power) sebagai sia-sia belaka dan malah akan menimbulkan kebanggan akan kekuatan si 'aku' seperti: 'Aku' yang mencapai Tanah Suci, ”berkat meditasi-Ku aku mencapai Tanah Suci”. Sedangkan metode tariki (other power) dapat membawa pada kerendahan hati dan tanpa "Aku". Pemikiran ini berkembang dalam tradisi Sukhavati yang lebih kemudian serta aliran Jodo dan Jodo Shinshu.

Honen mengatakan bahwa keteguhan dan perjuangan seseorang dalam mempraktekkan buddhanusmrti itu adalah self power (jiriki) sedangkan buddhanusmrti yang bergantung akan kekuatan Ikrar penyelamatan Amitabha adalah other power (tariki). Dan yang paling dapat menyimpulkannya adalah seorang myokonin dari aliran Jodo Shinshu yang mengatakan:

"Apa yang dibayangkan sebagai kekuatan lain [other power],
tidak lain adalah kekuatan diri [self power'].
Mencoba menghindari kejahatan
dan terus menerus mencari Tanah Suci
pikiran ini juga tidak lain adalah kekuatan diri."


Myokonin tersebut mencoba mengatakan bahwa ketika seseorang berusaha untuk menggantungkan diri sepenuhnya pada kekuatan lain, maka sebenarnya itu juga kekuatan dirinya sendiri / pikirannya sendiri [self power]. Itu adalah keputusannya sendiri. Itu adalah keinginannya sendiri. Itu adalah niatnya sendiri untuk yakin. Tanpa inisiatifnya untuk percaya, bagaimana mungkin seseorang bisa yakin atas "other power"? Jadi apa sih yang dimaksud keyakinan pada "other power' itu? La wong ketika kita berniat mencari "other power" itu sendiri sudah berarti "self power"?

Maka dari itu pada hakekatnya tidak ada sebenarnya yang dinamakan kekuatan lain (other power) dan kekuatan diri (self power) karena seperti yang DT Suzuki bilang, "Kekuatan lain harus direalisasi secara pribadi". Ini akan dibahas di bawah.

Konsep penyerahan diri pada Buddha (other power) ini tidak hanya ada dalam tradisi Pure Land, namun juga di aliran Vajrayana seperti yang disebutkan para guru agung di India dan Tibet dalam doa-doa mereka pada para Buddha dan Bodhisattva. Namun di aliran Vajrayana lebih ditekankan pada praktik jiriki (self power) yang menggunakan metode samatha-vipashyana, mahamudra, dzogchen dll sedangkan tradisi Pure Land seperti Jodo Shinshu sangat menegasikan praktik jiriki (self power).

(Dalam praktik Kriya Tantra seseorang berserah pada para Deity Bodhisattva dan Buddha - other-power, namun ketika sudah masuk Yoga Tantra [praktik yang lebih tinggi] seseorang merealisasi bahwa Deity Buddha / Bodhisattva itu sebenarnya tidak berbeda dengan diri sendiri, tidak berbeda dengan Pikiran Sejati kita sendiri, sehingga berubah menjadi self-power)

Sedangkan untuk aliran Chan atau Zen, seperti kita banyak tahu, sangat menekankan konsep jiriki dengan metodenya zuochan (zazen) yang menggabungkan metode samatha-vipashyana. Zen / Chan sangat menggantungkan pada praktik meditasi dengan kekuatan diri, untuk merealisasi hakekat sejati pikiran.

Master Shengyen dari DDM, Patriark tradisi Linji dan Caodong dalam buku Zen Wisdom:

Lalu kemudian beliau ditanya: "Mengapa beberapa praktisi Chan memohon bantuan pada Guanyin - Avalokitesvara?"
Master Shengyen menjawab: "Chan adalah bagian dari agama Buddha dan tidak dapat terlepas sepenuhnya dari hal-hal relijius. Praktisi yang berada di dalam situasi ketika mereka merasa tidak memiliki harapan atau putus asa dapat memohon pertolongan pada Avalokitesvara untuk diberikan kekuatan. Adalah sifat yang manusiawi apabila terkadang merasa lemah atau tidak berdaya. Pertanyaanya adalah, apakah praktisi Chan memohon pertolongan Avalokitesvara? Para master Chan, meskipun mereka tidak memiliki kemelekatan dan tidak mencari apapun untuk kepentingan mereka sendiri, di saat-saat tertentu mereka menemukan diri mereka tidak dapat melakukan sesuatu untuk kepentingan para makhluk. Di situasi seperti ini master Dhyana (Chan) dapat memanggil nama Avalokitesvara. Meskipun begitu, dalam studi saya tentang sejarah Buddhisme Tiongkok, saya tidak pernah menemukan satupun catatan tentang seorang Master Chan pada Dinasti Tang yang melafalkan nama Buddha dan Bodhisattva. Adalah mungkin apabila pencapaian master-master pada masa ini tidaklah sedalam para sesepuh terdahulu. Seorang master yang benar-benar tercerahkan tidak akan merasa butuh memohon pertolongan Avalokitesvara."

Muridnya juga bertanya, "Ketika para praktisi Tanah Suci melafalkan nama Buddha dan mencapai tingkat 'pikiran yang manunggal', apakah sama dengan pengalaman Chan tentang 'pikiran yang manunggal'?
Master Shengyen menjawab, "Tidak sama karena para praktisi Tanah Suci berharap untuk terlahir di Tanah Suci. Pikiran yang berharap / menginginkan menunjukkan bahwa ada kemelekatan. Jika ada kemelekatan yang turut serta, maka hal tersebut bukanlah pengalaman Chan. Ketika praktisi Chan melafalkan nama Buddha, harus tidak ada unsur keinginan. Praktisi Chan yang sesungguhnya tidak pernah meminta bantuan seorang Buddha."

Praktisi Chan melafalkan nama Buddha tidak dengan keinginan/harapan, namun dengan keyakinan bahwa ’Pikiran adalah Buddha’. Seingat saya ketika membaca riwayat hidup Master Xuyun, saya juga menemukan bahwa betapa sedikit sekali atau bahkan tidak pernah Master Xuyun memohon bantuan para Bodhisattva. Padahal beliau ternyata juga paham betul metode Sukhavati. Dan meskipun beliau jarang sekali meminta bantuan, terlihat para Bodhisattva menolong beliau dalam praktik Dharma.

Metode Tanah Suci pada awalnya juga mungkin menggunakan keinginan, namun ketika merealisasi Tanah Suci, maka keinginan itu sendiri sudah tidak ada, karena keinginan itu adalah "self power" sedangkan yang ditekankan adalah "other power" yaitu ikrar Amitabha.

Ada satu ungkapan Chan (Zen) yang populer, diucapkan Dogen dan pernah juga oleh master Shengyen, yang sekilas merepresentasikan keyakinan pada "other power":
"Kesampingkanlah tubuh dan pikrianmu, lupakanlah mereka, dan lemparkanlah mereka ke dalam rumah Buddha; kemudian semuanya akan diselesaikan oleh Buddha."

Sekilas mirip dengan penyerahan diri Kristiani, namun kalau seseorang melihat bahwa konsep dasar Chan adalah "Pikiran adalah Buddha" maka yang dimaksud adalah Pikiran Sejati. Yang dimaksud bahwa kita melemparkannya pada rumah Buddha dan akan diselesaikan oleh Buddha adalah berarti kita "beristirahat" dalam Pikiran Sejati kita dengan cara samadhi dan vipasyana.

Demikian juga Amitabha Buddha yang sejati itu tidak dicari di luar diri, tetapi ada dalam diri yaitu pikiran Sejati kita. Apa itu Pikiran Sejati? Tak lain adalah Tathagatagarbha / Shunyata / Anatman – Bukan Diri. Ketika kita mencari "other power" dan merindukan Tanah Suci, berarti dalam diri kita ada jejak keinginan yang tak lain adalah "kekuatan diri". Makna "Other power", kerendahan hati adalah bebas dari si "aku / diri", berserah sepenuhnya pada "Other Power" berarti berserah pada Pikiran Sejati.

Maka tak berlebihan apabila Lama Anagarika Govinda berkata:
"Bantuan dari seorang (Buddha atau) Bodhisattva bukanlah sesuatu yang datang dari luar atau ditekankan pada siapa yang ditolong, tetapi kekuatan pencerahan yang berada dalam sifat sejati semua makhluk, sebuah kekuatan, yang dibangkitkan oleh pengaruh spiritual atau tindakan Bodhisattva, membuat kita mampu untuk tidak takut dalam segala situasi."

Bantuan para Buddha dan Bodhisattva sesungguhnya tidaklah berbeda dengan usaha kita sendiri. Karena para Buddha dan Bodhisattva berdiam dalam Pikiran Sejati kita dan kita sendiri berusaha untuk "menggapai" Pikiran Sejati tersebut. Tapi jangan kerena dikatakan bahwa para Buddha dan Bodhisattva itu berdiam dalam pikiran, maka Bodhisattva itu khayal adanya. Tidak begitu. Mereka itu benar-benar ada dan nyata sebagai satu sosok makhluk yang mendapat gelar Bodhisattva. Nah apakah tidak bertentangan?

Sang Buddha berkata bahwa pikiran adalah pelopor, dan bahkan dunia yang kita anggap ada ini sebenarnya adalah proyeksi dari pikiran kita sendiri, kesepuluh alam tumimbal lahir ada di dalam pikiran kita sendiri. Maka sesosok makhluk yang diberi gelar Bodhisattva itu sesungguhnya juga ada di dalam pikiran kita sendiri. Semuanya saling berkaitan, antara alam luar dengan pikiran, bagaikan jala Sakra Devanam Indra di mana satu dengan yang lain saling berhubungan dan memantulkan satu sama lain. Para Buddha dan Bodhisattva yang telah merealisasi Pikiran Sejati, tentu berhubungan dengan Pikiran Sejati kita sendiri. Lewat hubungan inilah para Buddha dan Bodhisattva menolong kita. Dengan beristirahat dalam Pikiran Sejati kita sendiri, kita berserah diri pada pertolongan Pikiran Sejati para Buddha dan Bodhisattva.

Metode Chan (Zen), Tanah Suci pun akhirnya bermuara di satu tempat, tidak ada "other maupun "self" yang ada adalah Pikiran Sejati yang Tanpa Aku.

Dalam Mahaprajnaparamita-Shastra, Yang Arya Nagarjuna menjawab pertanyaan berikut:
Penanya: Jika Buddha setelah memasuki samadhi dari Simha’s Play, kemudian melanjutkannya sedemikian rupa sehingga makhluk-makhluk neraka, setan kelaparan, hewan dan delapan kondisi sulit lannya dapat terbebaskan dan terlahir di alam Dewa Caturmaharajika dan bahkan Parinimirtavasavartin, masihkah ada kebutuhan untuk mengumpulkan kebajikan dan mempraktekkan kebajikan dengan tujuan mendapatkan buah pencerahan?
Jawab Nagarjuna: Kita telah mendiskusikannya di atas bahwa makhluk-makhluk dengan kebajikan yang besar setelah melihat cahaya dari Buddha maka ia akan mencapai penceraham, [namun] mereka yang melakukan berbagai pelanggaran dan penuh dengan kekotoran batin hanya sampai dalam tingkat pemahaman di saat bumi bergetar. Ketika cahaya matahari menyinari kolam teratai, maka teratai yang sudah masak akan terbuka, sedangkan batang-batang muda belumlah terbuka; maka seperti itulah, ketika Sang Buddha mengeluarkan cahaya-Nya, para makhluk yang memiliki kebajikan dan pengetahuan yang tajam dapat dengan segera mencapai pembebasan... Ketika pohon buah digoyang-goyang, maka buah yang matanglah yang pertama kali jatuh.

Di atas kita melihat jelas bahwa para Buddha berusaha menyelamatkan para makhluk hidup, tapi itu semua pun bergantung pada karma masing-masing makhluk. Maka dari itu ada ungkapan, ”Para Bodhisattva tidak mampu menyebrangkan mereka yang halangan karmanya terlalu berat.” Cahaya Dharma Sang Buddha hanya mampu diresapi oleh mereka yang telah masak oleh karena karma baik mereka sendiri.

Juga ada ungkapan ”Buddha memberkahi kita setiap hari, tetapi oleh karena halangan karma kita sendirilah maka kita tidak mampu melihatnya ataupun menerimanya.” Ya, Buddha dan Bodhisattva selalu berusaha menyebrangkan kita dengan kekuatan samadhi-nya, namun kita sendiri yang tidak mampu menerimanya, karena ketidakbajikan yang kita kumpulkan sendiri. Makna lain dari Buddha selalu memberkahi kita adalah bahwa di dalam diri kita ada Pikiran Sejati dan oleh karena halangan karma, maka kita tidak mampu mengenali ataupun melihat Pikiran Sejati kita itu, oleh sebab itu kita terus terlahir dalam samsara. Semuanya tergantung karma kita, Buddha dan Bodhisattva hanya membantu memasakkannya dan mematangkannya salah satunya dengan cara membabarkan Dharma.

Maka dari itu pertolongan dari para Buddha dan Bodhisattva adalah bagaikan seseorang menggantungkan dirinya pada seorang Guru. Ajaran Vajrayana juga menunjukkan betapa pentingnya kita berbakti pada guru spiritual dan seringkali doa-doa berisi memohon pada guru-guru silsilah. Yang patut digarisbawahi di sini adalah penggunaan kata ”Guru” yang menandakan bahwa seseorang mengharapkan berkah Dharma (ajaran) dari para Guru, sehingga dia sendiri dapat berusaha mencapai Pencerahan. Guru membimbing muridnya, namun ini semua bergantung pada muridnya sendiri.

Menggantungkan diri pada Guru juga termasuk “Other Power”, namun menggantungkan di sini tentu bukan berarti kita berdiam diri saja, kita juga harus praktik karena itu yang diinginkan Guru kita yang membimbing kita dalam Dharma. Seperti Guru Zen yang membantu mengarah pikiran muridnya, maka para Bodhisattva juga menolong para makhluk dengan cara membimbing mereka dalam ajaran-ajaran Dharma sehingga para makhluk dapat terbanhkitkan hati Bodhinya dan berjuang mencapai pencerahan.

Tanpa Guru kita, kita mungkin tidak akan mengetahui Dharma, tanpa guru kita kita bisa saja tidak memahami Dharma, namun karena bantuan Guru kita dapat merealisasikan Dharma. Ini yang dimaksud dalam “meminta pertolongan pada para Bodhisattva”. Sebagai manusia kita juga meminta tolong pada kerabat dan teman-teman kita, pada orang lain, manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan bantuan orang lain. Demikian juga dalam hal spiritual, wajar sekali apabila seseorang meminta bantuan dari Bodhisattva Avalokitesvara yang mencapai tingkat Dharmamegha dan para Samyaksambuddha karena mereka tentu dapat membantu kita dalam menjalankan Dharma.

Bahkan ketika Rinpoche Tibetan memberikan blessing sebenartnya yang dimaksud di sini adalah adhisthana atau inspirasi, bukan "berkah". Inspirasi untuk menemukan dan mengembangkan batin Bodhi kita.

Penjelasan di atas adalah bantuan dari tataran spiritual, namun bukan berarti bantuan secara fisik duniawi seperti kesembuhan penyakit, pemenuhan harapan dll tidaklah ada. Adapun meski kita mengajukan permohonan, apabila tidak dimotivasi dengan ketulusan dan untuk kebahagiaan semua makhluk, maka permohonan itu tentu sia-sia saja. Dalam Vajrayana dikatakan bahwa dalam membuat permohonan kita terlebih dahulu harus membangkitkan Bodhicitta, yaitu batin yang bertekad untuk mencapai pencerahan sempurna demi kebahagiaan semua makhluk.

Sebagai contoh kalau ada orang yang sembahyang memohon pada Avalokitesvara di kelenteng-kelenteng, namun hanya membuat permohonan yang egois dan duniawi seperti kekayaan harta untuk-KU, keluarga -KU, teman - KU dengan tujuan memuaskan nafsu ya tentu sia-sia saja. Tapi sayangnya kerap kali demikianlah yang terjadi.

Banyak umat kelenteng atau umat Buddhis yang masih terjangkit pandangan salah memohon sedemikian rupa, sampai-sampai mereka juga percaya kalau ada tangki / orang yang katanya kerasukan Guanyin dan ikut2an memohon bantuan pada orang-orang 'pintar' semacam itu. Bahkan ada beberapa orang yang menganggap kelenteng / rupang Guanyin yang satu itu "Hen Ling" (Sakti) dan yang lainnya kurang. Pandangan-pandangan seperti itu benar-benar merendahkan Buddha Dharma dan merendahkan Bodhisattva Avalokitesvara menjadi orang yang tak berkarakter sama sekali.

Ketika Avalokitesvara berikrar untuk memberikan anak bagi mereka yang memohon anak dan tulus melafalkan nama-Nya, maka yang dimaksud di sini adalah seseorang memohon anak dengan tekad Bodhicitta, misalnya 'apabila aku memiliki anak maka aku akan mendidiknya dalam Jalan Buddha Dharma hingga akhirnya dapat menolong banyak makhluk' lalu 'semoga dengan memiliki anak ini, dalam batin keluargaku dapat muncul kebahagiaan dan orang tuaku menjadi gembira' dan ’Berkat kesungguhan praktik Dharma dan kebajikan yang kulakukan demi semua makhluk, semoga aku dikaruniai anak’. Apabila seseorang memohon dengan tulus tekad seperti ini, maka niscaya Bodhisattva Guanyin akan membantu.

Perbedaan dengan dewa dewi duniawi adalah dewa duniawi hanya dapat membantu dalam tataran duniawi saja, sedangkan seorang Bodhisattva dapat membabarkan ajaran-ajaran Dharma dengan sangat terampil sehingga mampu menyebrangkan para makhluk. Ini tidak dapat dilakukan oleh para dewa yang masih diliputi tiga racun.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 06:26:32 PM
 [at] gandalf, saya melihat koq jadinya seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu seperti sosok imajinasi untuk memberikan pengharapan buat manusia? Kalau diri sendiri dan juga pikiran adalah pelopor nah sosok2 seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu bukankah akan menjadi pelopor suatu kondisi yang membingungkan.
semisal ada seorang yang menginginkan kesembuhan dia memohon pada Kwan Im kemudian dia sembuh, pertanyaannya apakah karena Kwan Im atau karena pikirannya dia sembuh atau karena karmanya dia sembuh (bisa juga jadi contoh misalnya dari ajaran lain ada kasus yang seperti ini apakah Tuhan dia yang menyembuhkan atau karena kepercayaannya yang menyembuhkan dia)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 06:40:08 PM
Quote
[at] gandalf, saya melihat koq jadinya seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu seperti sosok imajinasi untuk memberikan pengharapan buat manusia? Kalau diri sendiri dan juga pikiran adalah pelopor nah sosok2 seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu bukankah akan menjadi pelopor suatu kondisi yang membingungkan.
semisal ada seorang yang menginginkan kesembuhan dia memohon pada Kwan Im kemudian dia sembuh, pertanyaannya apakah karena Kwan Im atau karena pikirannya dia sembuh atau karena karmanya dia sembuh (bisa juga jadi contoh misalnya dari ajaran lain ada kasus yang seperti ini apakah Tuhan dia yang menyembuhkan atau karena kepercayaannya yang menyembuhkan dia)

Wah tampaknya anda masih bingung dengan penjelasan saya.

Bila anda sebutkan begitu tentu maka ketiga2nya adalah faktoryang bekerjasama yang membuat sang pasien sembuh.

Faktor pertama adalah bantuan Sang Bodhisattva Avalokitesvara yang memiliki kekuatan agung dan membantu memberikan faktor2 yang dapat memasakkan karma baik si pasien.

Faktor kedua adalah karma sang pasien sendiri yang mana apakah sudah cukup untuk dimatangkan oleh Sang Bodhisattva? Bila halangan karmanya terlalu berat, maka Bodhisattva juga tidak bisa membantu.

Faktor ketiga adalah pikiran yaitu dari tekadnya sendiri yang pengen sembuh sehingga mempercepat penyembuhan, pun juga karena ketulusan, keyakinan dan batin Bodhicittanya maka Sang Bodhisattva turut membantu.

Sudah saya tegaskan bahwa dalam Mahayana sosok-sosok itu tentu bukan imajinasi. Tidak ada bukti historis kalau Sariputra atau Mahakasyapa ada dalam sejarah. Demikian juga dengan para Bodhisattva. Apakah mereka itu imajinasi? Dalam paham keyakinan Buddhis, tentu tidak bukan? Sampai saat ini, keberadaan mereka diketahui hanya dari teks-tekls relijius.

Diri sendiri adalah pelopor, namun para Bodhisattva adalah bagaikan guru ataupun kalyanamitra yang membimbing kita. Misal kita belajar berenang dari seorang guru, kita berserah dan menuruti segala perintah guru, memohon pertolongan guru untuk melatih diri kita, tapi ini semua pun bergantung pada latihan berenang kita sendiri, usaha kita sendiri. Ini yang dimaksud memohon pertolongan Bodhisattva tanpa mengabaikan bahwa diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri.

Para Bodhisattva dan Buddha memiliki tubuh Sambhogakaya yang bertujuan untuk membantu praktik kita dalam meditasi ataupun mengenali batin kita sendiri, bagaimana bisa mereka malah membingungkan pikiran? Guru-guru Mahayana dan Vajrayana banyak yang mendapatkan manfaat dari metode-metode ini, sehingga dari mananya yang membingungkan?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 27 November 2009, 06:46:19 PM
Quote
[at] gandalf, saya melihat koq jadinya seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu seperti sosok imajinasi untuk memberikan pengharapan buat manusia? Kalau diri sendiri dan juga pikiran adalah pelopor nah sosok2 seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu bukankah akan menjadi pelopor suatu kondisi yang membingungkan.
semisal ada seorang yang menginginkan kesembuhan dia memohon pada Kwan Im kemudian dia sembuh, pertanyaannya apakah karena Kwan Im atau karena pikirannya dia sembuh atau karena karmanya dia sembuh (bisa juga jadi contoh misalnya dari ajaran lain ada kasus yang seperti ini apakah Tuhan dia yang menyembuhkan atau karena kepercayaannya yang menyembuhkan dia)

Wah tampaknya anda masih bingung dengan penjelasan saya.

Bila anda sebutkan begitu tentu maka ketiga2nya adalah faktoryang bekerjasama yang membuat sang pasien sembuh.

Faktor pertama adalah bantuan Sang Bodhisattva Avalokitesvara yang memiliki kekuatan agung dan membantu memberikan faktor2 yang dapat memasakkan karma baik si pasien.

Faktor kedua adalah karma sang pasien sendiri yang mana apakah sudah cukup untuk dimatangkan oleh Sang Bodhisattva? Bila halangan karmanya terlalu berat, maka Bodhisattva juga tidak bisa membantu.

Faktor ketiga adalah pikiran yaitu dari tekadnya sendiri yang pengen sembuh sehingga mempercepat penyembuhan, pun juga karena ketulusan, keyakinan dan batin Bodhicittanya maka Sang Bodhisattva turut membantu.

Sudah saya tegaskan bahwa dalam Mahayana sosok-sosok itu tentu bukan imajinasi. Tidak ada bukti historis kalau Sariputra atau Mahakasyapa ada dalam sejarah. Demikian juga dengan para Bodhisattva. Apakah mereka itu imajinasi? Dalam paham keyakinan Buddhis, tentu tidak bukan? Sampai saat ini, keberadaan mereka diketahui hanya dari teks-tekls relijius.

Diri sendiri adalah pelopor, namun para Bodhisattva adalah bagaikan guru ataupun kalyanamitra yang membimbing kita. Misal kita belajar berenang dari seorang guru, kita berserah dan menuruti segala perintah guru, memohon pertolongan guru untuk melatih diri kita, tapi ini semua pun bergantung pada latihan berenang kita sendiri, usaha kita sendiri. Ini yang dimaksud memohon pertolongan Bodhisattva tanpa mengabaikan bahwa diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri.

Para Bodhisattva dan Buddha memiliki tubuh Sambhogakaya yang bertujuan untuk membantu praktik kita dalam meditasi ataupun mengenali batin kita sendiri, bagaimana bisa mereka malah membingungkan pikiran? Guru-guru Mahayana dan Vajrayana banyak yang mendapatkan manfaat dari metode-metode ini, sehingga dari mananya yang membingungkan?

 _/\_
The Siddha Wanderer

setidaknya ada relik nya Y.A. Sariputta, Maha Mogallana, Kassapa dll... Apakah Bodhisatva Avalokitesvara ada meninggalkan RELIK ?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 06:55:16 PM
Quote
setidaknya ada relik nya Y.A. Sariputta, Maha Mogallana, Kassapa dll... Apakah Bodhisatva Avalokitesvara ada meninggalkan RELIK ?

Ah ini pernyataan konyol.....

Saya kira tidak ada sejarawan yang mau mengakui keberadaan para murid Buddha dengan hanya melihat "oh ada relik".

Dan seorang Bodhisattva pun bisa memilih untuk tidak menghasilkan relik. Lagipula sepemahaman saya para Bodhisattva seperti Avalokitesvara dsb itu tidak mengambil wujud seorang manusia, tapi dalam tubuh makhluk dewa.... nah reliknya dari mana?

Lagipula para master Buddhis Tiongkok dan Tibetan yang dikenali sebagai emanasi beragam Bodhisattva pun menghasilkan sharira. Kalau menurut anda Avalokitesvara itu imajinasi, maka kenapa master Buddhis di Tiongkok dan Tibet yang yakin pada beliau / emanasi beliau bisa menghasilkan relik? Apakah orang yang berimajinasi bisa menghasilkan relik?  ::)  ::)

Oya kemarin waktu pameran relik di Surabaya, ada reliknya Kasyapa Buddha sama Vajrasattva malah... nah lho?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 27 November 2009, 06:58:37 PM
Bro chingik, apa bedanya seorang boddhisatva dengan dewa?
sudah dijelaskan bro Gandalf
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 27 November 2009, 07:00:00 PM
Ada yg pernah liat reliknya udang?

Gue pernah liat  ^-^ temen saya malah masih simpan tuh relik. ;D

Bentuknya putih dan bulat
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 27 November 2009, 07:00:18 PM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

mungkin ada rekan lain yang sudi menjelaskan, silahkan ...

Saya tidak bisa menjawab Bro Indra, karena Sutta itu udah Jelas Sekali ! :)
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 07:03:11 PM
Quote
setidaknya ada relik nya Y.A. Sariputta, Maha Mogallana, Kassapa dll... Apakah Bodhisatva Avalokitesvara ada meninggalkan RELIK ?

Ah ini pernyataan konyol.....

Saya kira tidak ada sejarawan yang mau mengakui keberadaan para murid Buddha dengan hanya melihat "oh ada relik".

Dan seorang Bodhisattva pun bisa memilih untuk tidak menghasilkan relik. Lagipula sepemahaman saya para Bodhisattva seperti Avalokitesvara dsb itu tidak mengambil wujud seorang manusia, tapi dalam tubuh makhluk dewa.... nah reliknya dari mana?

Lagipula para master Buddhis Tiongkok dan Tibetan yang dikenali sebagai emanasi beragam Bodhisattva pun menghasilkan sharira. Kalau menurut anda Avalokitesvara itu imajinasi, maka kenapa master Buddhis di Tiongkok dan Tibet yang yakin pada beliau / emanasi beliau bisa menghasilkan relik? Apakah orang yang berimajinasi bisa menghasilkan relik?  ::)  ::)

 _/\_
The Siddha Wanderer
kenapa tidak? apa orang dari agama lain yang batinnya baik tidak pernah ditemukan reliknya? apa pernah ada yang coba melihat relik dari agama lain?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 07:04:56 PM
Ada yg pernah liat reliknya udang?

Gue pernah liat  ^-^ temen saya malah masih simpan tuh relik. ;D

Bentuknya putih dan bulat

Ow ya?? Ternyata hewan juga bisa pencerahan....  8)  8)...cool bro....

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 27 November 2009, 07:06:00 PM
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_
bro Indra hanya menanya pendapat saya, dan apa salahnya saya menjawab apa adanya sesuai jalan pikiran saya?
Saya tahu maksud beliau
Dan bagaimana tahu kalau pertolongan yg kita dapat itu berasal dari beliau 'para mahluk suci' dan bukan karena perlindungan kamma kita sendiri? Adakah cara yg dpt dipercaya dan diandalkan dlm membedakan 2 pertolongan di atas? Thanks :)

tidak ada cara , karena sesungguhnya keduanya tak terpisah.

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda dengan sabda Sang Buddha berikut ini yg terdapat dalam Samyutta Nikaya:
"Ananda, berdiamlah dengan dirimu sendiri sebagai pulaumu, dengan dirimu sendiri sebagai perlindunganmu, tidak ada perlindungan lainnya."


pendapat saya, Sang Buddha telah memberi nasihat yang bijaksana.

pendapat saya, Bro Chingik Benar !, tapi tidak bisa menjawab apa yang dimaksud dengan yang ditanya Bro Indra, melenceng kemana2 ! Bingung !
Lebih baik Bro Chingik menyatakan saya tidak bisa menjawab, Jujur adalah Niat yang BAIK !
 _/\_

mungkin ada rekan lain yang sudi menjelaskan, silahkan ...
 

saya mengerti apa yg ingin disampaikan  bro Indra.  Bahwa minta pertolongan kpd Avalokitesvara adalah rancu dengan nasihat Buddha yg menyatakan kita harus menjadikan diri sendiri sebagai pulau.
Tetapi saya dapat memaklumi bahwa masih byk yg tidak memahami prinsip Mahayana, lalu menggunakan konsep yg dipegang sendiri utk menilai ini benar itu salah.
Mohon pertolongan kepada Avalokitesvara tidak bisa diartikan secara sempit bahwa berarti kita hanya duduk dan menunggu pertolongan dan kita sepenuhnya bergantung padanya, dan menganggap kontradiktif dgn nasihat Buddha ttg menjadikan diri sebagai tempat berlindung.

Jika secara kaku mengartikan bahwa menjadikan diri sebagai pelindung tidak berlindung pada yang lain, maka seharusnya kita juga menyanggah pernyataan Berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha.
Permohonan kepada Avalokitesvara bukan berarti kita hanya berlindung pada yg luar, dan tidak berlindung pada diri sendiri.
Sama seperti ketika anda mengalami kecelakaan lalu minta pertolongan kepada orang sekitar, bukan berarti anda sepenuhnya berlindung pada orang lain dan tidak pernah lagi berlindung/ berusaha sendiri.  
Praktisi mahayana juga tidak mengabaikan prinsip tentang usaha sendiri/ menjadikan diri sebagai pelita. Secara mutlak Avalokitesvara tidak bisa menyulap orang menjadi Tercerahkan, tetapi bagaimanapun juga ketika Dia dgn batin Maitri Karunanya memberikan sedikit "uluran tangan", itu sudah merupakan nilai yang sangat berarti, mengapa?
1. Avalokitesvara adalah siswa dari Buddha, siswa yg mengekspresikan Maitri Karuna melalui adhitana yg demikian agung, maka apalagi dengan keagungan Buddha, tentu menjadi lebih besar, hingga kita menjadi sangat respek terhadap Buddha.
2. Avalokistesvara mengaktualisasi Dharma melalui adhitana yg demikian agung, maka kita menjadi kagum dan terinpirasi utk mengikuti praktik2 Dharma yg agung seperti itu.
3. Avalokitesvara adalah bagian dari Ariya Sangha, maka kita menjadi sangat respek terhadap Sangha.

Berikut ada satu kisah yg menggambarkan bahwa pemujaan Avalokitesvara dalam Mahayana bukan berarti bergantung/berlindung spenuhnya pada Nya:
Seorang pemuda melihat patung Avalokitesvara yg sedang memegang tasbih, lalu ia bertanya pada seorang bhiksu mengapa Avalokitesvara memegang tasbih. Bhiksu itu menjawab, "Avalokitesvara menggunakan tasbih utk melafal "Namo Avalokitesvara Bodhisatvaya". Pemuda ini menjadi heran, "mengapa melafal nama sendiri?" , Bhiksu itu lalu menjawab, "Memohon kepada orang lain, bukankah lebih baik memohon pada diri sendiri?"
So, janganlah salah memahami makna pemujaan pada Avalokitesvara. Ada yang bertanya, "kalo gitu, apakah sia-sia memohon pada Nya?" Relatif, tergantung apa tujuan anda, yg jelas adalah sia2 jika anda ingin memohon rejeki hanya demi memuaskan nafsu keinginan anda.

Demikian penjelasan singkatnya. (Mohon jgn menggunakan kacamata sekte utk mencari penilaian penjelasan di atas, mari kita saling memahami pandangan masing2, terima kasih)  :)

 :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 27 November 2009, 07:07:44 PM
Quote
setidaknya ada relik nya Y.A. Sariputta, Maha Mogallana, Kassapa dll... Apakah Bodhisatva Avalokitesvara ada meninggalkan RELIK ?

Ah ini pernyataan konyol.....

Saya kira tidak ada sejarawan yang mau mengakui keberadaan para murid Buddha dengan hanya melihat "oh ada relik".

Dan seorang Bodhisattva pun bisa memilih untuk tidak menghasilkan relik. Lagipula sepemahaman saya para Bodhisattva seperti Avalokitesvara dsb itu tidak mengambil wujud seorang manusia, tapi dalam tubuh makhluk dewa.... nah reliknya dari mana?

Lagipula para master Buddhis Tiongkok dan Tibetan yang dikenali sebagai emanasi beragam Bodhisattva pun menghasilkan sharira. Kalau menurut anda Avalokitesvara itu imajinasi, maka kenapa master Buddhis di Tiongkok dan Tibet yang yakin pada beliau / emanasi beliau bisa menghasilkan relik? Apakah orang yang berimajinasi bisa menghasilkan relik?  ::)  ::)

Oya kemarin waktu pameran relik di Surabaya, ada reliknya Kasyapa Buddha sama Vajrasattva malah... nah lho?

 _/\_
The Siddha Wanderer

Mantap.... Analogi yang sdr.gandalf katakan bisa juga diterapkan untuk Buddha Gotama... Tidak bisa dibuktikan keberadaan Buddha Gotama secara historis hanya berdasarkan Relik-nya saja... Iya donk...

 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 27 November 2009, 07:10:57 PM
Ada yg pernah liat reliknya udang?

Gue pernah liat  ^-^ temen saya malah masih simpan tuh relik. ;D

Bentuknya putih dan bulat

Ow ya?? Ternyata hewan juga bisa pencerahan....  8)  8)...cool bro....

 _/\_
The Siddha Wanderer

Coba tanya petambak udang bro   :))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: waliagung on 27 November 2009, 07:15:36 PM
yg tidak mengakui akan keberadaan avalokitesvara,sudah bisa di pastikan mereka bukan agama buddha, apalagi menganggap avalokites adalah racun,kalau saya,,,,,,,,,,,,,,

jangankan avalokites yesus dan muhammad aja saya yakini sebab beliu adalah manusia yg pernah hidup untuk kebahagian semua mahluk hidup di muka bumi ini.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 27 November 2009, 07:19:18 PM
yg tidak mengakui akan keberadaan avalokitesvara,sudah bisa di pastikan mereka bukan agama buddha, apalagi menganggap avalokites adalah racun,kalau saya,,,,,,,,,,,,,,

jangankan avalokites yesus dan muhammad aja saya yakini sebab beliu adalah manusia yg pernah hidup untuk kebahagian semua mahluk hidup di muka bumi ini.


yang satu, makam-nya tak pernah ada / "diakui", yang satu lagi, bahkan gambar-nya saja bisa memancing kerusuhan.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 07:21:36 PM
Bro chingik, apa bedanya seorang boddhisatva dengan dewa?
sudah dijelaskan bro Gandalf
sudah di baca, thanks
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 27 November 2009, 07:24:42 PM
ooo itu Setahu pandangan g baca kayak sudut pandang u kearah cerita avalokitesvara seribu tangan, gini bro avalokitesvara itu Bodhisatva Compassion alias Boddhisatva cinta kasih, Begitulah beliau mendengar kesulitan semua mahluk, pasti di bantu dia, itu sudah sumpah dalam diriNya, dan tertulis dalam sutra ape g lupa, ada di milis, kebetulan beliau dalam legendanya itu dalam kepercayaan masyarakat kenapa bisa menjadi seperti itu, karena tidak adanya para arahat dan Bodhisatva tidak bisa membantu kesulitan semua mahluk, maka beliau sedih. Kira - kira gitu, Jelasnya u baca story legendnya, garis besarnya seingat g saja, kalo ada yang bisa jelasin detail baguslar.


mau tanya, yang di bantu itu syaratnya apa ya? apa harus mengucapkan sesuatu? atau harus berdoa kepada Boddhisatva? atau otomatis semua mahluk di tolong? berapa banyak yang telah di tolong?

konon syaratnya adalah ketulusan. dan mengucapkan permohonan, kalo tidak membuat permohonan (aksi) tentu tidak ada reaksi. Tidak otomatis semua makhluk tertolong. Sudah banyak yg telah ditolong.   :P
sejauh mana pertolongan yang bisa di perbuat oleh Boddhisatva? lebih hebat mana Boddhisatva dengan Tuhan?

Bro Ryu, Hebat TUHAN donk !
Didunia ini Miliaran Manusia percaya keberadaan Tuhan dan sebagai Penguasa, Pengatur dan Pencipta Alam Semesta ini lho !
sedangkan Bodhisatva bukan pencipta, hanya penolong, karena sebagai penolong berarti juga bagian dari ciptaan TUHAN. :))

tapi sayangnya, saya yakin kepada TIRATANA !
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 07:26:07 PM
Quote
kenapa tidak? apa orang dari agama lain yang batinnya baik tidak pernah ditemukan reliknya? apa pernah ada yang coba melihat relik dari agama lain?

Karena setahu saya relik di agama lain nggak kaya sharira di agama Buddha.... misalnya relik para Santo kan bukan hasil dibakar, karena dalam paham Kristianitas harus dikubur, sedangkan sharira kan ditemukan setelah kremasi.... bentuknya pun saya lihat beda. Di tradisi Jain dan Hindu setahu saya juga tidak ada sharira.

Lagipula relik [sharira] itu hanya muncul dari tubuh seseorang yang telah mencapai Nirvana...

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: No Pain No Gain on 27 November 2009, 07:27:42 PM
yg tidak mengakui akan keberadaan avalokitesvara,sudah bisa di pastikan mereka bukan agama buddha, apalagi menganggap avalokites adalah racun,kalau saya,,,,,,,,,,,,,,

jangankan avalokites yesus dan muhammad aja saya yakini sebab beliu adalah manusia yg pernah hidup untuk kebahagian semua mahluk hidup di muka bumi ini.


wah...saay tidak ngerti dgn jalan pikiran anda...masa kalo ga mengakui berarti bukan umat buddhis?...kalo untuk umat theravada gimana?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 07:29:14 PM
Quote
[at] gandalf, saya melihat koq jadinya seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu seperti sosok imajinasi untuk memberikan pengharapan buat manusia? Kalau diri sendiri dan juga pikiran adalah pelopor nah sosok2 seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu bukankah akan menjadi pelopor suatu kondisi yang membingungkan.
semisal ada seorang yang menginginkan kesembuhan dia memohon pada Kwan Im kemudian dia sembuh, pertanyaannya apakah karena Kwan Im atau karena pikirannya dia sembuh atau karena karmanya dia sembuh (bisa juga jadi contoh misalnya dari ajaran lain ada kasus yang seperti ini apakah Tuhan dia yang menyembuhkan atau karena kepercayaannya yang menyembuhkan dia)

Wah tampaknya anda masih bingung dengan penjelasan saya.

Bila anda sebutkan begitu tentu maka ketiga2nya adalah faktoryang bekerjasama yang membuat sang pasien sembuh.

Faktor pertama adalah bantuan Sang Bodhisattva Avalokitesvara yang memiliki kekuatan agung dan membantu memberikan faktor2 yang dapat memasakkan karma baik si pasien.

Faktor kedua adalah karma sang pasien sendiri yang mana apakah sudah cukup untuk dimatangkan oleh Sang Bodhisattva? Bila halangan karmanya terlalu berat, maka Bodhisattva juga tidak bisa membantu.

Faktor ketiga adalah pikiran yaitu dari tekadnya sendiri yang pengen sembuh sehingga mempercepat penyembuhan, pun juga karena ketulusan, keyakinan dan batin Bodhicittanya maka Sang Bodhisattva turut membantu.

Sudah saya tegaskan bahwa dalam Mahayana sosok-sosok itu tentu bukan imajinasi. Tidak ada bukti historis kalau Sariputra atau Mahakasyapa ada dalam sejarah. Demikian juga dengan para Bodhisattva. Apakah mereka itu imajinasi? Dalam paham keyakinan Buddhis, tentu tidak bukan? Sampai saat ini, keberadaan mereka diketahui hanya dari teks-tekls relijius.

Diri sendiri adalah pelopor, namun para Bodhisattva adalah bagaikan guru ataupun kalyanamitra yang membimbing kita. Misal kita belajar berenang dari seorang guru, kita berserah dan menuruti segala perintah guru, memohon pertolongan guru untuk melatih diri kita, tapi ini semua pun bergantung pada latihan berenang kita sendiri, usaha kita sendiri. Ini yang dimaksud memohon pertolongan Bodhisattva tanpa mengabaikan bahwa diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri.

Para Bodhisattva dan Buddha memiliki tubuh Sambhogakaya yang bertujuan untuk membantu praktik kita dalam meditasi ataupun mengenali batin kita sendiri, bagaimana bisa mereka malah membingungkan pikiran? Guru-guru Mahayana dan Vajrayana banyak yang mendapatkan manfaat dari metode-metode ini, sehingga dari mananya yang membingungkan?

 _/\_
The Siddha Wanderer
ya memang saya masih bingung, soal faktor pertama itu apa bedanya dengan misalkan seseorang itu meminta2 kepada dewa .... atau dewi ....? atau bahkan kepada Penciptanya?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 07:31:07 PM
Quote
tapi sayangnya, saya yakin kepada TIRATANA !
 Namaste

Mantap boss...

Aku berlindung pada Sakyamuni Buddha dan para Buddha dari ketiga masa
Aku berlindung pada 84000 pintu Dharma yang terdiri dari Vinaya, Sutra, Abhidharma dan Tantra
Aku berlindung pada Sangha Hinayana yang terdiri dari para Arhat dan Pratyekabuddha, Sangha Mahayana yang terdiri dari para Bodhisattva, dan Sangha Vajrayana yang terdiri dari para Dakini Dharmapala

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 07:33:20 PM
Quote
kenapa tidak? apa orang dari agama lain yang batinnya baik tidak pernah ditemukan reliknya? apa pernah ada yang coba melihat relik dari agama lain?

Karena setahu saya relik di agama lain nggak kaya sharira di agama Buddha.... misalnya relik para Santo kan bukan hasil dibakar, karena dalam paham Kristianitas harus dikubur, sedangkan sharira kan ditemukan setelah kremasi.... bentuknya pun saya lihat beda. Di tradisi Jain dan Hindu setahu saya juga tidak ada sharira.

Lagipula relik [sharira] itu hanya muncul dari tubuh seseorang yang telah mencapai Nirvana...

 _/\_
The Siddha Wanderer

Kalo ga salah pernah ada seorang nenek dia membaca liamkengnya rajin, kemudian ketika meninggal di bakar ada sariranya apakah dia telah mencapai nirwana?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 27 November 2009, 07:34:28 PM
Quote
[at] gandalf, saya melihat koq jadinya seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu seperti sosok imajinasi untuk memberikan pengharapan buat manusia? Kalau diri sendiri dan juga pikiran adalah pelopor nah sosok2 seperti Buddha Amitabha, kwan Im dll itu bukankah akan menjadi pelopor suatu kondisi yang membingungkan.
semisal ada seorang yang menginginkan kesembuhan dia memohon pada Kwan Im kemudian dia sembuh, pertanyaannya apakah karena Kwan Im atau karena pikirannya dia sembuh atau karena karmanya dia sembuh (bisa juga jadi contoh misalnya dari ajaran lain ada kasus yang seperti ini apakah Tuhan dia yang menyembuhkan atau karena kepercayaannya yang menyembuhkan dia)

Wah tampaknya anda masih bingung dengan penjelasan saya.

Bila anda sebutkan begitu tentu maka ketiga2nya adalah faktoryang bekerjasama yang membuat sang pasien sembuh.

Faktor pertama adalah bantuan Sang Bodhisattva Avalokitesvara yang memiliki kekuatan agung dan membantu memberikan faktor2 yang dapat memasakkan karma baik si pasien.

Faktor kedua adalah karma sang pasien sendiri yang mana apakah sudah cukup untuk dimatangkan oleh Sang Bodhisattva? Bila halangan karmanya terlalu berat, maka Bodhisattva juga tidak bisa membantu.

Faktor ketiga adalah pikiran yaitu dari tekadnya sendiri yang pengen sembuh sehingga mempercepat penyembuhan, pun juga karena ketulusan, keyakinan dan batin Bodhicittanya maka Sang Bodhisattva turut membantu.

Sudah saya tegaskan bahwa dalam Mahayana sosok-sosok itu tentu bukan imajinasi. Tidak ada bukti historis kalau Sariputra atau Mahakasyapa ada dalam sejarah. Demikian juga dengan para Bodhisattva. Apakah mereka itu imajinasi? Dalam paham keyakinan Buddhis, tentu tidak bukan? Sampai saat ini, keberadaan mereka diketahui hanya dari teks-tekls relijius.

Diri sendiri adalah pelopor, namun para Bodhisattva adalah bagaikan guru ataupun kalyanamitra yang membimbing kita. Misal kita belajar berenang dari seorang guru, kita berserah dan menuruti segala perintah guru, memohon pertolongan guru untuk melatih diri kita, tapi ini semua pun bergantung pada latihan berenang kita sendiri, usaha kita sendiri. Ini yang dimaksud memohon pertolongan Bodhisattva tanpa mengabaikan bahwa diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri.

Para Bodhisattva dan Buddha memiliki tubuh Sambhogakaya yang bertujuan untuk membantu praktik kita dalam meditasi ataupun mengenali batin kita sendiri, bagaimana bisa mereka malah membingungkan pikiran? Guru-guru Mahayana dan Vajrayana banyak yang mendapatkan manfaat dari metode-metode ini, sehingga dari mananya yang membingungkan?

 _/\_
The Siddha Wanderer
ya memang saya masih bingung, soal faktor pertama itu apa bedanya dengan misalkan seseorang itu meminta2 kepada dewa .... atau dewi ....? atau bahkan kepada Penciptanya?

Kalau hemat saya sih, meminta minta sih OK OK saja... Kadang kita "minta-minta" sama patung atau sama apa saja, bisa dikabulkan, kadang ya tidak bisa... PATOKAN-NYA APA gitu lo... ??
Minjam "istilah" yang sering dikatakan oleh Bhante Uttamo Thera ketika menjelaskan tentang Minta-minta hubungannya dengan Kamma adalah seperti meng-karbit buah-buah-an... Jadi di-karbit supaya yang harusnya (normalnya) masak dalam 8 hari menjadi 3 hari... Tapi kalau buah-nya memang tidak bisa masak, mau gimana karbit-nya pun tidak akan bakalan bisa masak/matang...
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 07:35:16 PM
Quote
ya memang saya masih bingung, soal faktor pertama itu apa bedanya dengan misalkan seseorang itu meminta2 kepada dewa .... atau dewi ....? atau bahkan kepada Penciptanya?

Minta pada para dewa dan Sang pencipta kagak perlu Bodhicitta boss..... huehuehue...... asal dikasih berbagai persembahan dan puja2 udah bakalan senang si makhluk alam dewa.

Bedanya ada satu lagi..... kalau di agama lain kan gak ada faktor karma! Di agama H aja Tuhannya bisa ngehapus karma buruk..... hmmmm.....

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 07:38:20 PM
Quote
Quote
Kalo ga salah pernah ada seorang nenek dia membaca liamkengnya rajin, kemudian ketika meninggal di bakar ada sariranya apakah dia telah mencapai nirwana?

Bisa saja, siapa tahu waktu pikirannya baca liamkeng itu selalu dalam keadaan samadhi dan akhirnya pergi ke Jingtu (Sukhavati) dijemput oleh Bodhisattva Avalokitesvara?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 27 November 2009, 08:10:04 PM
Quote
ya memang saya masih bingung, soal faktor pertama itu apa bedanya dengan misalkan seseorang itu meminta2 kepada dewa .... atau dewi ....? atau bahkan kepada Penciptanya?

Minta pada para dewa dan Sang pencipta kagak perlu Bodhicitta boss..... huehuehue...... asal dikasih berbagai persembahan dan puja2 udah bakalan senang si makhluk alam dewa.

Bedanya ada satu lagi..... kalau di agama lain kan gak ada faktor karma! Di agama H aja Tuhannya bisa ngehapus karma buruk..... hmmmm.....

 _/\_
The Siddha Wanderer
berarti bodhisatva tiidak usah di beri sesembahan yak? ;D
apakah dia maha tau?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 27 November 2009, 08:14:31 PM
Quote
berarti bodhisatva tiidak usah di beri sesembahan yak? Grin
apakah dia maha tau?

Ya gak lah..... Bodhisattva ya nggak sebegitu rendahnya sampai diberi sesembahan dulu baru mau bantu.

Tentu tidak semahatahu Sang Buddha yang Omniscience...huehuehue....

 _/\_
The Siddha Wanderer

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 27 November 2009, 08:25:49 PM
Quote
setidaknya ada relik nya Y.A. Sariputta, Maha Mogallana, Kassapa dll... Apakah Bodhisatva Avalokitesvara ada meninggalkan RELIK ?

Ah ini pernyataan konyol.....

Saya kira tidak ada sejarawan yang mau mengakui keberadaan para murid Buddha dengan hanya melihat "oh ada relik".

Dan seorang Bodhisattva pun bisa memilih untuk tidak menghasilkan relik. Lagipula sepemahaman saya para Bodhisattva seperti Avalokitesvara dsb itu tidak mengambil wujud seorang manusia, tapi dalam tubuh makhluk dewa.... nah reliknya dari mana?

Lagipula para master Buddhis Tiongkok dan Tibetan yang dikenali sebagai emanasi beragam Bodhisattva pun menghasilkan sharira. Kalau menurut anda Avalokitesvara itu imajinasi, maka kenapa master Buddhis di Tiongkok dan Tibet yang yakin pada beliau / emanasi beliau bisa menghasilkan relik? Apakah orang yang berimajinasi bisa menghasilkan relik?  ::)  ::)

Oya kemarin waktu pameran relik di Surabaya, ada reliknya Kasyapa Buddha sama Vajrasattva malah... nah lho?

 _/\_
The Siddha Wanderer

Mantap.... Analogi yang sdr.gandalf katakan bisa juga diterapkan untuk Buddha Gotama... Tidak bisa dibuktikan keberadaan Buddha Gotama secara historis hanya berdasarkan Relik-nya saja... Iya donk...

 _/\_
Soal pembuktian-pembuktian seperti ini tidak akan pernah habis perdebatannya. Karena keterbatasan alat dan kemampuan kita sendiri. Misalnya kita bilang ini lho relik Buddha Gotama, pasti ditanya lagi "tau dari mana itu relik Buddha?"  Atau relik gigi Buddha, apakah bisa diuji DNA nya, kalo teruji, bgm bisa tau itu DNAnya benar punya Buddha Gotama?
Kalo relik avalokitesvara tentu tidak ada karena avalokitesvara bukan tokoh historis.  Lebih jelasnya, Avalokitesvara bukan penghuni bumi seperti Buddha Gotama. Begitu juga Buddha Akshobhya, Buddha Amitabha, Buddha Baisajyaguru, yang semuanya bukan dari lokadhatu sini. Avalokitesvara diyakini sebagai bodhisatva dari Sukhavati yg sering memberi bantuan pada makhluk di mana pun termasuk di Jambudvipa ini. Jadi mana mungkin meninggalkan relik, paling2 seperti penjelasan bro Gandalf bahwa yang ada adalah emanasinya yg kemudian mati dan meninggalkan relik. :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 27 November 2009, 08:49:35 PM
Saya mau tanya ke pihak Mahayanis... :)

Jubah bhikkhu di Theravada dan bhiksu di Mahayana kan berbeda. Kenapa bisa berbeda seperti itu? Kadang seorang bhiksu di Mahayana juga memakai jubah yang lengkap dengan berbagai aksesoris spiritual lainnya. Dan antar sub-aliran di Mahayana sendiri, juga terdapat perbedaan di jubahnya. Misalnya bhiksu Aliran Zen di Jepang memakai jubah berwarna hitam, sedangkan bhiksu Aliran Sukhavati di Taiwan memakai jubah berwarna kelabu.

Apa yang menyebabkan perbedaan ini?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 27 November 2009, 11:47:17 PM
masalah relik...
relik itu asli atau palsu sebaiknya di lihat dari energi nya [ rasakan sendiri ]

kemudian sifat relik pada umumnya adalah mencari energi sesama relik itu sendiri..
misalkan ada sebuah gelas...anda taruh air...kemudian relik itu di masukkan ke air...
sebuah relik yg kecil, biasanya mengambang..kemudian walau di pisah-pisahkan....nanti dengan sendiri-nya melekat antara relik 1 dengan yg lain...

bentuk-bentuk relik sendiri sangat unik,
Ananda relik nya berbentuk "love"
Angulimala relik nya berbentuk "jari"
sariputta reliknya berbentuk bulat, tapi sedikit pecah,seperti membentuk kulit baru.
dan masih banyak lagi....

cara mengetahui relik ini SangBuddha atau muridnya adalah...
1. melalui bentuk, saya pernah lihat sebuah gambar yg memperlihatkan para khas relik.
2.melalui komunikasi, melalui kemampuan batin...relik tersebut biasanya di jaga oleh para dewata...sehingga bisa tanya langsung.

terakhir bhante Win[buddha metta] saya liat relik nya loh...kek rambut tapi agak kasar..

 [at] bro dilbert,
Mahakassapa, relik nya itu tidak ada...baik di Thailand atau dimana pun...
Mahayana beranggapan Mahakassapa sedang bermeditasi di sebuah gunung, dan menunggu Buddha Maitreya..
akan tetapi Aliran Theravada beranggapan bahwa Mahakassapa sudah parinibbana.

benar mana gw tidak tahu ;D

-----------------------------------------------------------------------------------
masalah meminta kepada dewa, ada kok bikkhu thai, pernah mengajak beberapa umat ke ruang dhammasala...
kemudian bikkhu thai itu membacakan paritta dalam bahasa thai, sesudah itu umat disuruh ber-addhithana...setelah selesai bikkhu itu menyuruh namaskara ke dewata...

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 28 November 2009, 01:33:53 AM
Saya mau tanya ke pihak Mahayanis... :)

Jubah bhikkhu di Theravada dan bhiksu di Mahayana kan berbeda. Kenapa bisa berbeda seperti itu? Kadang seorang bhiksu di Mahayana juga memakai jubah yang lengkap dengan berbagai aksesoris spiritual lainnya. Dan antar sub-aliran di Mahayana sendiri, juga terdapat perbedaan di jubahnya. Misalnya bhiksu Aliran Zen di Jepang memakai jubah berwarna hitam, sedangkan bhiksu Aliran Sukhavati di Taiwan memakai jubah berwarna kelabu.

Apa yang menyebabkan perbedaan ini?

kalau gak salah ada vinaya yang menyebutkan gak boleh pake warna hitam
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 03:46:15 AM
Quote
masalah meminta kepada dewa, ada kok bikkhu thai, pernah mengajak beberapa umat ke ruang dhammasala...
kemudian bikkhu thai itu membacakan paritta dalam bahasa thai, sesudah itu umat disuruh ber-addhithana...setelah selesai bikkhu itu menyuruh namaskara ke dewata...

Hmm.... sampai bernamaskara segala....

Ngomong2 dewa apa itu? Apa secara Buddhisme Thai sang dewa sudah bertekad untuk melindungi Buddha Dhamma dan berlindung pada Tiratana? Apakah sang dewa telah mencapai tingkat-tingkat kesucian?

Kalau memang sudah, maka umat bernamaskara bisa dimaklumi, namun kalau berlindung saja dewanya nggak, kesucian aja belum nyampe, maka namaskara ini patut dipertanyakan. Bagaimana bisa umat Buddhis yang berlindung pada Tiratana menghormat dewa dewi duniawi seperti menghormat pada Tiratana?

Kalau saya, sama dewa dewi duniawi biasanya saya cuma namaste, kalau terhadap para Buddha, Bodhisattva dan para Dewa Pelindung Dharma saya baru bernamaskara.

Quote
loh ,bukankah Ananda disebutkan telah mencapai Savaka-buddha sebelum sang buddha parinibbana.....ada kok dalam saddhamapundarika sutra...
benar mana neh..

Kalau anda memakai terjemahan yang salah maka ya bisa saja anda menemukan bahwa Ananda sudah Arhat sebelum Sang Buddha Parinirvana.

Buktinya terjemahan langsung dari Sansekerta oleh H.Kern mengatakan Ananda masih dalam tahap belajar.

Mahaprajnaparamita Upadesha karya Nagarjuna juga mengatakan kalau Ananda tercerahkan setelah Sang Buddha Parinirvana.

Denkoroku dan catatan silsilah Chan juga mengatakan bahwa Ananda tercerahkan setelah Sang Buddha Parinirvana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 28 November 2009, 05:46:15 AM
Quote
masalah meminta kepada dewa, ada kok bikkhu thai, pernah mengajak beberapa umat ke ruang dhammasala...
kemudian bikkhu thai itu membacakan paritta dalam bahasa thai, sesudah itu umat disuruh ber-addhithana...setelah selesai bikkhu itu menyuruh namaskara ke dewata...

Hmm.... sampai bernamaskara segala....

Ngomong2 dewa apa itu? Apa secara Buddhisme Thai sang dewa sudah bertekad untuk melindungi Buddha Dhamma dan berlindung pada Tiratana? Apakah sang dewa telah mencapai tingkat-tingkat kesucian?

Kalau memang sudah, maka umat bernamaskara bisa dimaklumi, namun kalau berlindung saja dewanya nggak, kesucian aja belum nyampe, maka namaskara ini patut dipertanyakan. Bagaimana bisa umat Buddhis yang berlindung pada Tiratana menghormat dewa dewi duniawi seperti menghormat pada Tiratana?

Kalau saya, sama dewa dewi duniawi biasanya saya cuma namaste, kalau terhadap para Buddha, Bodhisattva dan para Dewa Pelindung Dharma saya baru bernamaskara.

Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN beliau para Dewata itu sendiri, contoh yang baik.
jadi kita tidak salah apabila ada Manusia menghormati dadn menghargai para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati oleh siapa saja
Kita aja masih menghormati Leluhur atau sanak saudara yang tidak tahu kelahiran kembali jadi Makhluk apa ! bisa aja makhluk Apaya ! tapi tetap kita hormati dan pelimpahan jasa.

 _/\_

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 05:55:12 AM
Quote
Quote from: bond on 20 November 2009, 09:48:20 PM
Kalo Lu Sheng yen lulusan mana yak?

Tantra sex(tantrayana) itu bagian dari mahayana bukan?

Biksu2 shaolin yg mengajarkan bela diri bahkan konon dalam cerita kadangkala ikut dalam dunia persilatan , apakah itu sesuai dengan ajaran Buddha?

Quote from: Jerry
Apa batasan aliran2 buddhism digolongkan sebagai mahayana? kalau theravada batasannya kan sudah jelas sekali.

Varian turunannya di Jepang lebih lebih lagi.. Kalo yg bhikshu shaolin ikut perang juga biasanya utk memadamkan pemberontakan, for a greater good lah.. Senjatanya juga masih toya. Beda lg dgn yg di Jepang, ada bhikshu militan yg memang dibentuk utk siap berperang. Senjatanya udah naginata, yg seperti pegangan Kuan Kong. Trus di Jepang juga ada aliran Buddhisme yg kepala biara boleh menikah. Yah kalo bahasa politiknya partai Koalisi Reformasi lah lawan partai Orthodoks lah.. Grin

Kalau Lu Sheng-yen sih, ternyata juga lulus ujian jadi pendeta Taois.  :P Para "dosen"nya di agama Buddha pada nggak mau ngakuin Lu Shengyen jadinya lulusan mana ya agak nggak jelas juga.

Karmamudra adanya di Vajrayana yang melibatkan praktik Anuttarayoga-Tantra. Sedangkan Vajrayana Shingon di Jepang yang hanya sampai Yoga Tantra tidak ada praktik karmamudra.

Dulu di Jepang pernah ada aliran Buddhis gado-gado bernama Tachikawa-Ryu [pecahan dari Shingon] yang menganjurkan Sex untuk Liberation, tapi dianggap sesat oleh umat Buddhis Mahayana di Jepang sehingga akhirnya aliran tersebut di-ban. Secara Anuttarayoga pula sebenarnya sex di Tachikawa-Ryu sendiri memang sudah menyimpang, yang mana praktisi aliran tersebut mengesampingkan moralitas, melakukan seks bebas dan malah mendewakan seks itu sendiri.

Di Tibet, Atisha Dipamkara yang berpengatahuan dalam mengenai Sutra, Tantra dan Vinaya melakukan reformasi Buddhisme Tibet disebabkan kemerosotan moral praktisi Tantra diakibatkan pemahaman yang salah akan karmamudra. Jadi karmamudra ini sebenarnya hanya boleh dilakukan dalam koridor moral Buddhis yaitu sila ketiga, seperti yang Vajra Tip Tantra sebutkan bahwa praktisi Tantra sekalipun harus menaati sila ketiga dari Pancasila / Pratimoksha. Contoh yang paling ideal adalah Bodhisattva Siddharta yang melakukan karmamudra dengan Gopa [Yasodhara], dalam ikatan pernikahan, dalam sebuah hubungan monogami yang mengasihi satu sama lain.

Sang Buddha dalam Shurangama Sutra pernah mengatakan:
"Praktisi akan kehilangan pikirannya yang tenang ... keliru menganggap seorang yang dikuasai Iblis Mara sebagai Bodhisattva sejati dan akan mengikutinya untuk melanggar sila-sila Buddha dengan bersenang-senang di dialam nafsu seksual. Orang ini akan mengatakan bahwa .... organ kelamin pria dan wanita adalah tempat dari Bodhi dan Nirvana, dan para pendengar yang bodoh akan mempercayai ajaran menyimpang ini."

Jadi apabila seseorang sembarangan menjadikan seks Tantrik sebagai alat pemuasan nafsu seksual, maka dapat dikatakan ia telah menyimpang. Tapi terkadang juga, umat Mahayana ada yang tidak dapat menerima karmamudra disebabkan oleh kutipan sutra Shurangama ini. Namun yang patut diingat dalam Vajrayana, karmamudra tidak ditujukan untuk kepuasan seksual, tapi untuk mencapai suatu tingkat batin pencerahan tertentu.

Vajrayana memang bagian dari Mahayana, tetapi biasanya orang-orang memisahkannya dengan pemikiran bahwa Mahayana adalah Paramitayana yang mana seseorang bertekad menjadi Bodhisattva berkalpa2 lamanya dan akhirnya menjadi Samyaksambuddha, sedangkan Vajrayana adalah Tantrayana yag mana dalam metodenya bisa mengantar seseorang menjadi Samyaksambuddha dalam beberapa kelahiran saja atau bahkan dalam 1 kelahiran.

Namun buahnya tentu berbeda. Buah pencapaian praktik Paramitayana adalah Samyaksambuddha Nirmanakaya Agung yang dilengkapi 32 tanda seperti layaknya Buddha Sakyamuni. Namun kalau Tantrayana beda, seseorang mencapai Samyaksambodhi namun bukan sebagai Nirmanakaya Agung. Karena tidak mungkin ada Samyaksambuddha Nirmanakaya Agung dalam satu masa di satu sistem tata surya.

Bhiksu Shaolin yang sekarang saya bilang sudah menyimpang karena malah memanfaatkan kungfu-nya untuk mencari nama tapi dalihnya menyebarkan kebudayaan Shaolin. Tapi pada zaman dahulu, terkadang untuk menaklukkan orang jahat yang keras kepala dan berhati keras serta sulit diubah, atau dengan tujuan melindungi banyak orang, bhiksu Shaolin menggunakan cara-cara keras tapi dengan motivasi welas asih, maka dari itu peraturan pertama adalah jangan sampai membunuh / membuat cacat orang yang dihajar, tetapi lumpuhkan untuk sementara, buat ia bertobat dan berlindung pada Triratna. Secara Vinaya, ini sudah pernah saya bahas, saya kutip lagi:

Di Shaolin ada dua macam Bhiksu:
1. Bhiksu yang menjalankan Vinaya dan menjalankan peraturan kebhiksuan sebagaimana adanya [Wenseng]
2. Bhiksu "prajurit" [Wuseng] yang mempraktekkan gongfu [kungfu] dan wugong

Namun keduanya sama-sama dipanggil sebagai "Heshang" / "Biqiu" yaitu bhiksu. Di Tiongkok, seseorang yang sepenuhnya menjadi bhiksu dan bhiksuni [anggota Sangha] harus menjalankan keseluruhan Vinaya Dharmaguptaka ditambah dengan Bodhisattva Sila yang ada dalam Brahmajala Sutra. Para bhiksu "prajurit" [Wuseng] hanya menjalankan Lima Sila [Pancasila] Umat Awam. Maka dari itu ada ditemui "bhiksu" Shaolin yang menikah.

Sedangkan ketika berada di Vihara, para bhiksu "prajurit" [Wuseng] harus menjalankan Dasasila [10 sila] sehingga menjadikannya setingkat Shramanera. Para "Wuseng" tidak pernah sepenuhnya menjadi Bhiksu Sangha, bahkan mungkin mereka hampir sederajat dengan umat awam. Namun tetap saja "Wuseng" berbeda dengan umat awam biasa yang mempraktekkan gongfu:
1. "Wuseng" adalah "Chujia Dizi" yaitu "umat awam" yang meninggalkan rumah.
2. Umat awam biasa adalah "Sujia Dizi" yang masih tinggal di rumah.

Bahkan para Bhiksu "Wuseng" tidak diharuskan mengambil Bodhisattva Sila, sehingga terkadang dijumpai ada "bhiksu" Shaloin yang makan daging. Jadi di vihara Shaolin ada dua jenis anggota Sangha yaitu Wenseng dan Wuseng. Wuseng belajar agama Buddha di Shaolin dan mempraktekkan Wugong [Shaolin Wugong - 少林武功] atau Gongfu. Sedangkan para Bhiksu "Wenseng" juga diperbolehkan mempraktekkan Wugong, namun hanya sampai pada tahap-tahap tertentu saja.

Batas-batas aliran disebut sebagai agama Buddha menurut Mahayana adalah aliran tersebut:
1. Menjadikan Triratna sebagai perlindungan utama
2. Guru utama adalah Sakyamuni Buddha
3. Memiliki konsep Sila, Samadhi dan Prajna
4. Mengajarkan Empat Kebenaran Mulia, Delapan Ruas Jalan, Pratityasamutpada

Kepala biara yang boleh menikah itu sendiri ada di aliran Jodo Shinshu (True Sukhavati) dan mereka tidak mengklaim diri mereka sebagai bhiksu, tapi pendeta "priest". Sedangkan maraknya bhiksu yang menikah di Jepang disebabkan karena waktu itu pemerintah Meiji menekan agama Buddha dan membebaskan para biksu dari larangan menikah. Akhirnya Sangha menjadi merosot dan banyak bhiksu yang menikah. Ini terjadi di berbagai aliran.

Lagipula saya sangat tidak setuju dengan apa yang anda sebutkan dengan "varian turunan". Memangnya bhiksu menikah di Jepang itu, turunan dari mana? Lalu juga tidak ada hubungan antara asal usul warrior monk di Enryakuji kemudian Ikko-Ikki [bhiksu prajurit aliran Jodo Shinshu yang senjatanya naginata itu], dengan vihara Shaolin.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 06:10:04 AM
Quote
Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN mereka,
jadi kita tidak salah apabila menghormati para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati

Ooh... berarti apakah anda bernamaskara pada Triratna itu - cuma sekedar menghormati? Apakah berlindung itu sama dengan menghormati? Umat K dan I aja bisa hormat sama Triratna, tapi apa mereka berlindung, kan ya nggak toh!

Menghormati dewa memang adalah hal yang baik, ini menunjukkan kalau kita sebenarnya punya etika untuk menghormati orang yang banyak melakukan kebajikan. Maka dari itu saya bernamaste pada para dewa, yang mana saya lakukan karena saya menghormati mereka.

Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 28 November 2009, 07:12:19 AM
Quote
Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN mereka,
jadi kita tidak salah apabila menghormati para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati

Ooh... berarti apakah anda bernamaskara pada Triratna itu - cuma sekedar menghormati? Apakah berlindung itu sama dengan menghormati? Umat K dan I aja bisa hormat sama Triratna, tapi apa mereka berlindung, kan ya nggak toh!

Menghormati dewa memang adalah hal yang baik, ini menunjukkan kalau kita sebenarnya punya etika untuk menghormati orang yang banyak melakukan kebajikan. Maka dari itu saya bernamaste pada para dewa, yang mana saya lakukan karena saya menghormati mereka.

Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.

 _/\_
The Siddha Wanderer
:)) kepada orangtuanya yg masih hidup tidak namaste tapi kepada seongok tulang namaste (liat di sutra bakti yang palsu :)) ) ko gak di ceritain tulangnya pecah :))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 28 November 2009, 07:17:08 AM
Quote
ya memang saya masih bingung, soal faktor pertama itu apa bedanya dengan misalkan seseorang itu meminta2 kepada dewa .... atau dewi ....? atau bahkan kepada Penciptanya?

Minta pada para dewa dan Sang pencipta kagak perlu Bodhicitta boss..... huehuehue...... asal dikasih berbagai persembahan dan puja2 udah bakalan senang si makhluk alam dewa.

Bedanya ada satu lagi..... kalau di agama lain kan gak ada faktor karma! Di agama H aja Tuhannya bisa ngehapus karma buruk..... hmmmm.....

 _/\_
The Siddha Wanderer
loh apa bedanya? bukankah di sutra2 sering di sebut asal memperbanyak sutra maka karma buruk bisa hilang, apalagi kalau baca liamkeng beribu2 X.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 07:17:33 AM
Quote
laugh kepada orangtuanya yg masih hidup tidak namaste tapi kepada seongok tulang namaste (liat di sutra bakti yang palsu laugh ) ko gak di ceritain tulangnya pecah laugh

Maklum Sutra Palsu  ;D

Yang soal Samyaksambuddha tidak menghormat pada ayahnya itu, saya dapet dari sumber Theravada.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 07:18:50 AM
Quote
loh apa bedanya? bukankah di sutra2 sering di sebut asal memperbanyak sutra maka karma buruk bisa hilang, apalagi kalau baca liamkeng beribu2 X.

Baca ini bos:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,4958.msg225477.html#msg225477

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 28 November 2009, 07:33:19 AM
sudah dibaca, sayangnya di sutra2 yang di perbanyak tidak ada kek gitu boss,  cuma adanya perbanyak sutra doang yang di tegaskan :))

Sebenarnya penjelasan2 seperti itu tidak ada bedanya dengan ajaran lain yang katanya asal percaya masuk surga (itu juga ada penjelasannya dan tidak akan beda jauh sama penjelasan di link itu)

nah kenapa yang populernya itu yang gampangnya saja?bukan yang keterangan2 itu?  tidak beda jauh khan? yang populer itu perbanyak sutra, baca liamkeng, trus kalo ga salah ada san bu yi pai (buat nebus dosa juga yak?) ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 07:47:42 AM
Quote
sudah dibaca, sayangnya di sutra2 yang di perbanyak tidak ada kek gitu boss,  cuma adanya perbanyak sutra doang yang di tegaskan laugh

Sebenarnya penjelasan2 seperti itu tidak ada bedanya dengan ajaran lain yang katanya asal percaya masuk surga (itu juga ada penjelasannya dan tidak akan beda jauh sama penjelasan di link itu)

nah kenapa yang populernya itu yang gampangnya saja?bukan yang keterangan2 itu?  tidak beda jauh khan? yang populer itu perbanyak sutra, baca liamkeng, trus kalo ga salah ada san bu yi pai (buat nebus dosa juga yak?) Grin

Ya makanya kalau orang mau belajar, harus sungguh-sungguh dan secara holistik, jangan sepenggal2, apalagi belajar Sutra...hehe....

Jangan pake kata2 "nebus dosa" ah, istilah "purifikasi karma" lebih cocok.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 28 November 2009, 08:09:00 AM
Bukan soal mau atau tidak belajar, sejauh mana sutra2 itu berkembang di indonesia? Dan sejauh mana penjelasan2 nya di berikan kepada umat? Dan sejauh mana pembuktian sutra2 itu benar2 di sabdakan oleh Buddha?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 08:25:54 AM
Quote
Bukan soal mau atau tidak belajar, sejauh mana sutra2 itu berkembang di indonesia? Dan sejauh mana penjelasan2 nya di berikan kepada umat? Dan sejauh mana pembuktian sutra2 itu benar2 di sabdakan oleh Buddha?

Memang saya akui masih kurang penjelasan akan Mahayana di Indo ini.

Yah maka dari itu kita harus menggalakkan pengetahuan yang benar ttg Sutra2 Mahayana bukan? Menulis di forum ini dan membuat ebook di DC juga sekaligus menjadi sarana bagi saya untuk mencoba menyebarkan pemahaman Mahayana yang sebenarnya itu seperti apa, tentunya sesuai dengan kapasitas saya yang juga masih terbatas ini.

Usaha sobat dharma dan DC untuk menerjemahkan dan mencetak riwayat Han-Shan juga turut dipuji. Mungkin literatur Mahayana yang bagus2 bisa lebih banyak dicetak, sehingga bisa meningkatkan pemahaman yang benar akan Mahayana.

Jadi ya nggak hanya Ko Ong Kwan Sie Im Keng aja yang banyak...hahahha.... di kelenteng2 sampe buanyak keleleran gak ada yang ngambil..... what a waste....

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 28 November 2009, 08:35:58 AM
Kakakakak lupa harusnya di belakang buku di tambah untuk memperbanyak buku =))
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 28 November 2009, 08:36:41 AM
Quote
kenapa tidak? apa orang dari agama lain yang batinnya baik tidak pernah ditemukan reliknya? apa pernah ada yang coba melihat relik dari agama lain?

Karena setahu saya relik di agama lain nggak kaya sharira di agama Buddha.... misalnya relik para Santo kan bukan hasil dibakar, karena dalam paham Kristianitas harus dikubur, sedangkan sharira kan ditemukan setelah kremasi.... bentuknya pun saya lihat beda. Di tradisi Jain dan Hindu setahu saya juga tidak ada sharira.

Lagipula relik [sharira] itu hanya muncul dari tubuh seseorang yang telah mencapai Nirvana...

 _/\_
The Siddha Wanderer


IMO, relik hanyalah sisa2 jasmani setelah pemakaman, sama sekali tidak berhubungan dengan nirvana,
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2009, 08:48:23 AM
Quote
IMO, relik hanyalah sisa2 jasmani setelah pemakaman, sama sekali tidak berhubungan dengan nirvana,

Apa semua orang bisa menghasilkan relik ketika dikremasi?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Indra on 28 November 2009, 08:51:52 AM
Quote
IMO, relik hanyalah sisa2 jasmani setelah pemakaman, sama sekali tidak berhubungan dengan nirvana,

Apa semua orang bisa menghasilkan relik ketika dikremasi?

 _/\_
The Siddha Wanderer

jika pembakaran menggunakan cara tradisional, pake kayu bakar, biasanya masih banyak tulang belulang yang tidak habis terbakar. itu juga relik
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 08:55:07 AM
Quote
sudah dibaca, sayangnya di sutra2 yang di perbanyak tidak ada kek gitu boss,  cuma adanya perbanyak sutra doang yang di tegaskan laugh

Sebenarnya penjelasan2 seperti itu tidak ada bedanya dengan ajaran lain yang katanya asal percaya masuk surga (itu juga ada penjelasannya dan tidak akan beda jauh sama penjelasan di link itu)

nah kenapa yang populernya itu yang gampangnya saja?bukan yang keterangan2 itu?  tidak beda jauh khan? yang populer itu perbanyak sutra, baca liamkeng, trus kalo ga salah ada san bu yi pai (buat nebus dosa juga yak?) Grin

Ya makanya kalau orang mau belajar, harus sungguh-sungguh dan secara holistik, jangan sepenggal2, apalagi belajar Sutra...hehe....

Jangan pake kata2 "nebus dosa" ah, istilah "purifikasi karma" lebih cocok.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Bukannya Aliran Mahayana Nichiren di Jepang memang memegang keyakinan bila membaca Saddharma Pundarika Sutra pada pagi, siang, sore dan malam bisa menghapus karma buruk?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 28 November 2009, 09:22:42 AM
Quote
Tujuan saya bernamaskara 3x, adalah
kepada Buddha, Mengormati Beliau adalah Guru Agung
kepada Dhamma, Menghormati Ajaran yang dapat menuntun tuk mencapai Pencerahan/Kebebasan Sejati (Nibbana)
kepada Sangha, Menghormati Sangha Bhikkhu karena melestarikan Buddha Dhamma, Sangha Bhikkhu Mempratekkan kehidupan Suci, Sangha Bhikkhu Menjalakan Vinaya & Sila dengan Sempurna

Dan jika ada umat yang menghormati para Dewata, itu juga perbuatan Baik, tidak peduli para Dewa sudah mencapai kesucian atau tidak !

Emang ada manusia biasa yang bisa tahu ada dewa yang sudah mencapai kesucian atau tidak ?

Dapat menjadi Makhluk Dewa(penghuni Surga), adalah karena KEBAJIKAN mereka,
jadi kita tidak salah apabila menghormati para Dewata, baik dengan namaskara maupun cara lain ataupun disuruh menghormati


Ooh... berarti apakah anda bernamaskara pada Triratna itu - cuma sekedar menghormati? Apakah berlindung itu sama dengan menghormati? Umat K dan I aja bisa hormat sama Triratna, tapi apa mereka berlindung, kan ya nggak toh!

Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Quote
Menghormati dewa memang adalah hal yang baik, ini menunjukkan kalau kita sebenarnya punya etika untuk menghormati orang yang banyak melakukan kebajikan. Maka dari itu saya bernamaste pada para dewa, yang mana saya lakukan karena saya menghormati mereka.

Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.

Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  :)

 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 09:30:40 AM
Saya mau tanya ke pihak Mahayanis... :)

Jubah bhikkhu di Theravada dan bhiksu di Mahayana kan berbeda. Kenapa bisa berbeda seperti itu? Kadang seorang bhiksu di Mahayana juga memakai jubah yang lengkap dengan berbagai aksesoris spiritual lainnya. Dan antar sub-aliran di Mahayana sendiri, juga terdapat perbedaan di jubahnya. Misalnya bhiksu Aliran Zen di Jepang memakai jubah berwarna hitam, sedangkan bhiksu Aliran Sukhavati di Taiwan memakai jubah berwarna kelabu.

Apa yang menyebabkan perbedaan ini?

 - Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 09:47:09 AM
 [at] at adi lim, bro, seorang penulis, atau kontributor itu bisa menulis secara panjang, kadang bisa menulis garis besarnya, kebetulan gandalf itu lebih suka kearah tulisan panjang dari pada garis besarnya, maksudnya supaya detail, memang kalo di internet tulisan panjang  itu malas dibaca,

Kalau saya pribadi bisa panjang detail, bisa pendek garis besar, ada perbedaan, panjang detail adalah hasil analisa dari baca, terjung lapangan, wawacara, dan sebagainya, kalau pendek itu garis besarnya saja, sisanya anda harus cari sendiri,

Kalau saya kebetulan lagi tidak sempat tulis panjang detail, biasanya suka, karena terbatas waktu jadi garis besar saja saya kasih, dulu saya nulis detail, banyak yang dulunya nulis detail, sekarang banyak yang tidak sanggup, karena faktor usia produktif, nulis di milis atau forum udah tidak sanggup, karena nulis di milis atau forum tidak dibayar alias gratis, jadi hargai yang masih mau nulis secara detail,memang perlu perbaikan, tidak ada satu penulis itu sempurna dalam penulisannya, termasuk peneliti sekalipun.

Bro gandalf termasuk penulis muda, hargai dia, jarang penulis usia muda mau nulis gratis di milis atau forum secara detail. Penulis yang udah kaliber sudah tidak sempat lagi, bahkan sudah tidak ada waktu, bagi waktu buat berbagi saja sudah keberuntungan bagi si penulis.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 10:01:56 AM
- Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Setahu saya saat ini tidak ada Aliran Theravada di India. Kalau di Sri Lanka, memang Aliran Theravada eksis...

Jubah bhikkhu Aliran Theravada di tiap negara itu sama. Mungkin ada perbedaan yang ketara hanya di pola warna. Misalnya jubah bhikkhu di Myanmar warnanya kuning agak kemerahan, kalau di Sri Lanka warnanya kuning agak kejinggaan, kalau di Thailand dan Indonesia warnanya kuning agak kecoklatan. Ini mungkin hanya karena perbedaan bahan pewarna kain saja. Dan memang dalam cara pakainya juga, ada yang membuka bahu sebelah kanan, ada juga yang menutup bahu sebelah kanan.

Lalu kenapa jubah bhiksu di Aliran Mahayana berbeda dengan jubah bhikku dari aliran ortodoks? Apa yang menyebabkan bhiksu di Aliran Mahayana memakai jubah yang tidak sama dengan jubah yang dipakai oleh Sang Buddha Gotama dulu?

Sebelumnya saya sudah bertanya tapi belum dijawab. Saya coba tanyakan lagi di sini...
Beberapa bhiksu memakai ornamen jubah yang mewah. Beberapa memakai mahkota yang berhiaskan properti indah. Beberapa memakai tongkat yang kelihatan anggun. Apakah fungsi dari semua itu? Dan siapa yang mempelopori hal ini?

Apakah ada perbedaan jubah bhiksu Aliran Mahayana di Asia Timur dengan bhiksu Aliran Mahayana di sekitar India dulu?

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 28 November 2009, 10:09:15 AM
Quote
Di kehidupan bermasyarakat pula kita menghormati ornag-orang juga dengan cara yang berbeda. Bila ketemu bhiksu kita bahkan bernamaste dan bernamaskara, nah kalau kita ketemu ulama atau pastor ya apa kita bernamaste dan bernamaskara? Kan ya nggak toh? Demikain juga kita sebgaai umat Buddhis yang bernamaskaranya pada Triratna, kalau pada dewa dewi duniawi yang nggak jelas tercerahkan atau belum ya cukup namaste saja.

Dewa sudah tercerahkan atau belum, sementara kita hanya tahu lewat teks-teks Buddhis saja, baik yang diucapkan oleh Sang Buddha maupun guru-guru yang tercerahkan lainnya. karena setidaknya ada patokannya.

Tapi bukan berarti kalau nggak ada dalam catatan maka dewanya tidak tercerahkan. Tidak, bukan begitu. Tapi setidaknya kita mencari jalan amannya saja, karena kita tahu bahwa dewa dewi duniawi bisa memunculkan niat buruk juga, contohnya lihat Mara Putradewa. Apa mau anda saya suruh namaskara pada Mara Putradewa alias Vessavati Mara? Bahkan bernamaste aja orang belum tentu mau.

Maka dari itu ketika guru2 agung tercerahkan sudah memastikan bahwa sang dewa telah berlindung pada Triratna dan mencapai tingkat kesucian, setidaknya kita sudah ada dasar yang jelas, tidak sembarang main hormat, nanti salah2 pada dewa yang hatinya jelek juga kita hormati! Nah lho?

Maka dari itu sebenarnya Tripitaka dan anjuran guru2 yang tercerahkan itu setidaknya dapat menjadi pegangan bagi kita2 yang belum memiliki divyacakshu atau mencapai tingkat-tingkat pencerahan.

Bahkan Sang Buddha yang menghormati ayahnya saja, tidak bernamaskara pada beliau karena tidak mungkin seorang Samyaksambuddha menghormat pada umat awam dengan cara demikian, karena akan menyebakan kepala orang yang dihormati menjadi terbelah. Mahasiddha Virupa yang tercerahkan ketika dipaksa oleh umat Hindu untuk menghormat patung dewa Shiva, merangkapkan kedua tangannya beranjali menghormat pada Shiva sembari mengucapkan Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya di hadapan rupang Shiva. Tapi setelah mengucapkan hal tersebut, rupang Shiva malah hancur berantakan.

Maka dari itu jangan menggampangkan arti dari sebuah tindakan namaskara.

Kalau saya, saya bernamaskara terhadap Triratna tidak hanya menghormati, namun juga dengan keyakinan dan perlindungan pada Sang Triratna. Dan tampaknya pandangan Buddhis juga demikian.

Kalau sembarang, bisa2 umat Buddhis namaskara di gereja, namaskara di mesjid, namaskara di pura, yah katanya menghormati, ya dinamaskara aja semua. Kita juga nggak tahu pasti Tuhan mereka tercerahkan atau tidak.
_/\_
Quote
:)) kepada orangtuanya yg masih hidup tidak namaste tapi kepada seongok tulang namaste (liat di sutra bakti yang palsu :)) ) ko gak di ceritain tulangnya pecah :))

Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! ;D
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah ! yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara ! jangan di tawa in. :))
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: K.K. on 28 November 2009, 10:17:01 AM
- Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)


 [at]  upasaka
Mengenai perbedaan jubah, sepertinya karena pengaruh situasi dan tempat. Jika para bhiksu Mahayana di tempat dingin menggunakan jubah seperti di tradisi Theravada, tentu tidak sesuai. Begitu juga dengan Tibetan yang tempatnya di pegunungan tinggi, jubahnya perlu penyesuaian. Mengenai ornamennya juga dipengaruhi tradisi dan budaya setempat. Salah satu ciri khas penyebaran Buddhisme adalah sama sekali tidak menggeser budaya setempat (baca: tidak menjajah budaya orang lain).

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 10:19:10 AM
^ at g setuju
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 10:22:46 AM
- Ada yang lupa jawab yang ini, saking asiknya bahas shaolin kungfu, Perbedaan pakaian atau jubah tidak hanya mahayana saja tapi juga teravada juga. dalam lingkungan di India jubah teravada berbeda kita temui di thailand, birma, maupun kamboja, biasanya kalo di India Full jubahnya, sementara kalo yang di thailand dsbnya, samping bahunya terbuka, semua tergantung dari adat istiadat dan wilayah.

- Dalam lingkungan mahayana Seperti China,jepang korea dan Taiwan, itu hampir sama, kewajiban menggunakan jubah warna kuning sebenarnya, kalau warna kelabu atau coklat biasanya kalo tidak sedang upacara, atau sedang santai, kalau upacara besar diwajibkan kuning, Warna kelabu dipakai kalau dia sedang tidak mengadakan upacara besar atau sembayang, kalau upacara besar sudah dipastikan diharuskan warna kuning.

- Dalam lingkungan vajrayana biasanya bajunya warnanya merah, pakaian kalau sedang umum biasanya warnanya kuning, kadang merah, kadang orannye.

garis besarnya seperti itu .

Setahu saya saat ini tidak ada Aliran Theravada di India. Kalau di Sri Lanka, memang Aliran Theravada eksis...

Jubah bhikkhu Aliran Theravada di tiap negara itu sama. Mungkin ada perbedaan yang ketara hanya di pola warna. Misalnya jubah bhikkhu di Myanmar warnanya kuning agak kemerahan, kalau di Sri Lanka warnanya kuning agak kejinggaan, kalau di Thailand dan Indonesia warnanya kuning agak kecoklatan. Ini mungkin hanya karena perbedaan bahan pewarna kain saja. Dan memang dalam cara pakainya juga, ada yang membuka bahu sebelah kanan, ada juga yang menutup bahu sebelah kanan.

Lalu kenapa jubah bhiksu di Aliran Mahayana berbeda dengan jubah bhikku dari aliran ortodoks? Apa yang menyebabkan bhiksu di Aliran Mahayana memakai jubah yang tidak sama dengan jubah yang dipakai oleh Sang Buddha Gotama dulu?

Sebelumnya saya sudah bertanya tapi belum dijawab. Saya coba tanyakan lagi di sini...
Beberapa bhiksu memakai ornamen jubah yang mewah. Beberapa memakai mahkota yang berhiaskan properti indah. Beberapa memakai tongkat yang kelihatan anggun. Apakah fungsi dari semua itu? Dan siapa yang mempelopori hal ini?

Apakah ada perbedaan jubah bhiksu Aliran Mahayana di Asia Timur dengan bhiksu Aliran Mahayana di sekitar India dulu?


Saya rasa hanya perbedaan wilayah dan tradisi, kalau ada perbedaan sudah pasti. Kalo tidak salah di india mahayananya mengunakan baju warna orange, mirip pakaian teravada, terkadang kita tidak bisa membedakan dia mahayana atau teravada kalau di india. Kalau di daerah utara seperti cina dsbnya, ketara banget perbedaannya dengan di selatan, kayak myanmar
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 28 November 2009, 10:24:51 AM
Quote
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)

Kalau begitu, Bhikkhu Theravada ada masalah !
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: K.K. on 28 November 2009, 10:26:23 AM
Quote
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)

Kalau begitu, Bhikkhu Theravada ada masalah !
 _/\_

Semua orang juga punya masalah. Tidak bisa lebih spesifik?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 10:26:35 AM
Jubah bhikkhu Aliran Theravada di tiap negara itu sama. Mungkin ada perbedaan yang ketara hanya di pola warna. Misalnya jubah bhikkhu di Myanmar warnanya kuning agak kemerahan, kalau di Sri Lanka warnanya kuning agak kejinggaan, kalau di Thailand dan Indonesia warnanya kuning agak kecoklatan. Ini mungkin hanya karena perbedaan bahan pewarna kain saja. Dan memang dalam cara pakainya juga, ada yang membuka bahu sebelah kanan, ada juga yang menutup bahu sebelah kanan.

==> daerah selatankan daerah tropis, g setuju pandangan kaiyn, kalo misal teravada masuk ke utara pasti lain cara berpakaiannya. maklum aliran kedua ini besar dilokasi berbeda
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: dilbert on 28 November 2009, 10:38:39 AM
Quote
Quote from: bond on 20 November 2009, 09:48:20 PM

Di Tibet, Atisha Dipamkara yang berpengatahuan dalam mengenai Sutra, Tantra dan Vinaya melakukan reformasi Buddhisme Tibet disebabkan kemerosotan moral praktisi Tantra diakibatkan pemahaman yang salah akan karmamudra. Jadi karmamudra ini sebenarnya hanya boleh dilakukan dalam koridor moral Buddhis yaitu sila ketiga, seperti yang Vajra Tip Tantra sebutkan bahwa praktisi Tantra sekalipun harus menaati sila ketiga dari Pancasila / Pratimoksha. Contoh yang paling ideal adalah Bodhisattva Siddharta yang melakukan karmamudra dengan Gopa [Yasodhara], dalam ikatan pernikahan, dalam sebuah hubungan monogami yang mengasihi satu sama lain.

Sang Buddha dalam Shurangama Sutra pernah mengatakan:
"Praktisi akan kehilangan pikirannya yang tenang ... keliru menganggap seorang yang dikuasai Iblis Mara sebagai Bodhisattva sejati dan akan mengikutinya untuk melanggar sila-sila Buddha dengan bersenang-senang di dialam nafsu seksual. Orang ini akan mengatakan bahwa .... organ kelamin pria dan wanita adalah tempat dari Bodhi dan Nirvana, dan para pendengar yang bodoh akan mempercayai ajaran menyimpang ini."

_/\_
The Siddha Wanderer
Bro Gandalf, Mohon penjelasan lebih rinci, pada waktu kapan-kah dikatakan Bodhisatva Siddharta melakukan karmamudra dengan Gopa (Yasodhara) ? Karena ini bisa menimbulkan interpretasi yang berlainan jika karmamudra dilakukan dari periode periode tertentu.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 10:48:32 AM
Quote from: Kainyn_Kutho
Setahu saya kalau masalah "full" atau tidak, tergantung situasi. Ketika berada di tempat yang memiliki simbol Buddha (Gotama) DAN tidak ada simbol lainnya, para bhikkhu "membuka" pundak kanan sebagai penghormatan. (Ini berarti di kelenteng di mana ada Rupang Buddha namun banyak rupang dewa lainnya, seorang bhikkhu tidak "membuka" pundak kanannya.)


 [at]  upasaka
Mengenai perbedaan jubah, sepertinya karena pengaruh situasi dan tempat. Jika para bhiksu Mahayana di tempat dingin menggunakan jubah seperti di tradisi Theravada, tentu tidak sesuai. Begitu juga dengan Tibetan yang tempatnya di pegunungan tinggi, jubahnya perlu penyesuaian. Mengenai ornamennya juga dipengaruhi tradisi dan budaya setempat. Salah satu ciri khas penyebaran Buddhisme adalah sama sekali tidak menggeser budaya setempat (baca: tidak menjajah budaya orang lain).

Dalam tradisi di India dahulu, membuka bahu sebelah kanan merupakan bentuk penghormatan. Namun bhikkhu dahulu tidak setiap saat membuka bahunya. Adakalanya mereka menutup bahu dan membukanya hanya di saat-saat tertentu.

Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa jubah Mahayana didesain untuk beradaptasi dengan iklim. Jubah Mahayana justru lebih tipis dari jubah Theravada. Kalau pun dikatakan jubah Mahayana bisa menghangatkan tubuh, itu karena seorang bhiksu memakai baju dalaman yang berlapis-lapis sehingga terasa hangat. Kalau mau dicoba, justru bahan jubah Theravada lebih tebal dan lebar. Kalau dipakai juga lebih hangat. Jangan hanya karena melihat jubah Theravada bisa dibuka bahu kanannya, maka muncul kesan kalau jubah itu lebih dingin. Sama sekali tidak saya katakan. Di India ada tiga musim, salah satunya adalah musim hujan yang dingin. Sejak dahulu bhikkhu di India juga bisa bertahan dengan kain pembungkus mayat saat berdiam di dalam hutan.

Bhikkhu Theravada yang tinggal di London juga bisa bertahan meskipun tinggal di lingkungan yang dingin. Sekadar info, suhu lingkungan di London juga bisa lebih dingin dari suhu di Antartika. Tetapi kita bisa melihat bahwa tidak ada masalah jika seorang bhikkhu memakai jubah Theravada saat hidup dalam kondisi seperti itu.

- Suhu London (http://www.inilah.com/berita/teknologi/2009/01/08/74076/london-lebih-dingin-dari-antartika/)

Bhiksu di Tibet malah memakai jubah yang lebih terbuka dari jubah Theravada. Padahal lingkungan Tibet itu gersang dan dingin.

Oke, sekarang marilah kita asumsikan jubah Mahayana itu didesain untuk mengatasi dinginnya suhu di Asia Timur. Kalau keragaman jubah itu didesain hanya untuk beradaptasi dengan lingkungan, seharusnya bhiksu Mahayana yang tinggal di daerah hangat / tropis bisa bertahan dengan jubah "original" Sang Buddha dong. Apakah [mau] bisa?

Berasimilasi dengan kebudayaan setempat sebenarnya tidak masalah. Tapi perlu dipertanyakan apabila:
- Beradaptasi sampai kehilangan karakter dari jubah murid Sang Buddha itu sendiri.
- Beradaptasi sampai melahirkan karakter jubah yang cukup fashionable


Quote from: Purnama
Saya rasa hanya perbedaan wilayah dan tradisi, kalau ada perbedaan sudah pasti. Kalo tidak salah di india mahayananya mengunakan baju warna orange, mirip pakaian teravada, terkadang kita tidak bisa membedakan dia mahayana atau teravada kalau di india. Kalau di daerah utara seperti cina dsbnya, ketara banget perbedaannya dengan di selatan, kayak myanmar

Benar. Saya juga melihat bahwa ada perbedaan di antara Aliran Mahayana di Asia Timur dan Aliran Mahayana "asli" di sekitar India. Bisakah Anda mengutip lagi perbedaan-perbedaannya?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 10:48:55 AM
Ada beberapa perbedaan Mahayana dan Theravada. Coba dicermati poin-poin berikut ini yang saya ambil dari http://bharadvaja.wordpress.com/ (http://bharadvaja.wordpress.com/):

Kekosongan
Mahayana: makhluk-makhluk dianggap ilusi dan tak nyata, karena yang ada cuma kosong.
Theradava: makhluk-makhluk tetap nyata dan bukan ilusi, karena dianggap kosong cuma karena tak ada intinya.

Pencapaian tertinggi
Mahayana: Menolong orang baru menolong diri sendiri.
Theravada: Menolong diri sendiri baru menolong orang.

Interpretasi
Mahayana: Cenderung tak seimbang dan hasil pemikiran tak terlatih.
Theravada: Selalu seimbang dan hasil pemikiran terlatih.

Dasar asli manusia
Mahayana: Zat Buddha.
Theravada: Bodoh, tamak, benci.

Vegetarian
Mahayana: Mengatakan Buddha menyuruh menjadi vegetarian.
Theravada: Mengatakan Buddha tak menyuruh menjadi vegetarian.

Kebahagiaan
Mahayana: Banyak ceria dan menolong orang.
Theravada: Ketaktergangguan.

Diri
Mahayana: Dibagi menjadi diri kecil, yang diartikan “pikiran yang mementingkan kepentingan sendiri” (sama seperti filsafat psikology barat) dan diri besar yaitu zat Buddha.
Theravada: Tak ada, selain kebenaran yang bersifat duniawi tentang panggilan terhadap lima aggregat. Selain itu tak ada lagi Diri Besar.

Kosmos
Mahayana: Ada tiga tubuh.
Theravada: Tak ada pembagian tubuh. Sang Buddha cuma pernah menyebut dirinya sebagai tubuh Dhamma.

Perbuatan tertinggi
Mahayana: Kasih.
Theravada: Vipassana.

Buddha sesudah Nibbana
Mahayana: Masih ada entah dimana.
Theravada: Tak ada lagi, selain kekosongan itu sendiri.

Buah latihan
Mahayana: Filsuf dan bhikku-bhikkuan.
Theravada: Bhikku dan Buddha.
Dalam rangka berat sebelah pada ide akan kebaikan (berhubung ketiadaan upekkha) para bhikku keduabelah pihak lalu bersama-sama berkumpul mencari kesamaan. Misalnya, sama-sama punya dua mata, dua telinga, dst.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 11:05:41 AM
Buddha sesudah Nibbana
Mahayana: Masih ada entah dimana.
Theravada: Tak ada lagi, selain kekosongan itu sendiri.

Bro itu yang masih ada entah dimana vajrayana.

saya rasa kutipannya garis besarnya saja, masih ada beberapa yang di koreksi, mau lengkap mendingan bukunya bro tan punya, dia lebih lengkap, penulisannya juga berdasarkan tesis
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 11:09:25 AM
Buddha sesudah Nibbana
Mahayana: Masih ada entah dimana.
Theravada: Tak ada lagi, selain kekosongan itu sendiri.

Bro itu yang masih ada entah dimana vajrayana.

saya rasa kutipannya garis besarnya saja, masih ada beberapa yang di koreksi, mau lengkap mendingan bukunya bro tan punya, dia lebih lengkap, penulisannya juga berdasarkan tesis

Tidak apa-apa. Saya menyisipkan poin-poin itu bukan untuk diterima bahwa perbedaan itu dihasilkan dari tesis yang panjang. Saya hanya menyisipkan poin-poin perbedaan yang paling sering diangkat dalam diskusi.

Dan menurut saya, "Buddha sesudah Parinibbana masih ada tapi entah di mana" itu memang cukup kongruen dengan konsep Mahayana; juga Vajrayana.

Kalau menurut Anda tidak benar, coba kita semua diskusikan dan lihat kesimpulannya.
Semua orang bisa berkomentar bahwa konsep itu tidak ada pada Mahayana. Tapi coba kita bahas, dan nanti kita bisa lihat bersama benar atau tidaknya. :)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 28 November 2009, 11:20:05 AM
Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa jubah Mahayana didesain untuk beradaptasi dengan iklim. Jubah Mahayana justru lebih tipis dari jubah Theravada. Kalau pun dikatakan jubah Mahayana bisa menghangatkan tubuh, itu karena seorang bhiksu memakai baju dalaman yang berlapis-lapis sehingga terasa hangat. Kalau mau dicoba, justru bahan jubah Theravada lebih tebal dan lebar. Kalau dipakai juga lebih hangat. Jangan hanya karena melihat jubah Theravada bisa dibuka bahu kanannya, maka muncul kesan kalau jubah itu lebih dingin. Sama sekali tidak saya katakan. Di India ada tiga musim, salah satunya adalah musim hujan yang dingin. Sejak dahulu bhikkhu di India juga bisa bertahan dengan kain pembungkus mayat saat berdiam di dalam hutan.

==> ada peraturan sangha bro, begini, dalam aturan tera memang dilarang memakai baju berlapis lapis, sementara dalam lingkungan mahayana diperbolehkan karena kondisi iklim disana

Bhikkhu Theravada yang tinggal di London juga bisa bertahan meskipun tinggal di lingkungan yang dingin. Sekadar info, suhu lingkungan di London juga bisa lebih dingin dari suhu di Antartika. Tetapi kita bisa melihat bahwa tidak ada masalah jika seorang bhikkhu memakai jubah Theravada saat hidup dalam kondisi seperti itu.

==> pakai mesin penghangat badan kali bro, jaman dulu mana ada mesin penghangat badan, u tulis kan jaman modern punya berita, kalo didaerah tibet terus terang aja g ngak ahli vajra, loe tanya sama ahlinya si gandalf.


Benar. Saya juga melihat bahwa ada perbedaan di antara Aliran Mahayana di Asia Timur dan Aliran Mahayana "asli" di sekitar India. Bisakah Anda mengutip lagi perbedaan-perbedaannya?

-
ini g mesti liat buku lagi bro, hari ini g ngak bawa, ada sih tulisan mengenai jubah mahayana nama namanya dan kegunaannya, masalah aksesoris adalah masalah budaya saja bro, Kalau di lingkungan Tiongkok, memang kalo kepala bhiku yang masa vassanya 40 tahun memakai aksesoris seperti mahkota, jubah merah dan sebagainya itu diperuntukan hanya pada acara kebaktian besar, itu hanya menunjukan seorang pemimpin kebaktian, dalam budaya tiongkok pakaian tersebut untuk bertemu dengan orang besar, seperti kaisar, atau Buddha, tandanya menghormati sang Buddha itu dalam budaya tionghoa saja.

Garis besarnya kayak gt
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 28 November 2009, 11:23:19 AM
Sebenarnya hanya sebuah Jubah mo seperti apa, asal tau fungsi dasar jubah bagi seorang bhikkhu sebagai jubah itu sudah cukup.

Sayangnya walaupun Sang Buddha telah memberi sinyal kepada YM. Ananda untuk menanyakan vinaya mana yg boleh ditiadakan dan vinaya mana yang harus dipertahankan tidak sempat dan terlintas untuk ditanyakan.( kalau saya memilih tetap pada vinaya konsili 1).

Oleh karena itu kalo mau ikutin vinaya sesuai konsili 1 Bhikkhu Theravada sulit beradaptasi pada iklim di pegunungan Himalaya, kecuali punya abinna tertentu.

Ada seorang yogi namanya Sunyogi(masih hidup) bertapa dipegunungan Himalaya bersalju tapi memakai hanya selembar kain untuk atas dan bawah selayaknya pertapa.  Nah kalo ada bhikkhu sakti seperti dia maka bisa dicoba.

Sehingga masalah vinaya sering diperdebatkan sekalipun dari Konsili 1 telah ditetapkan.

Quote
kalau gak salah ada vinaya yang menyebutkan gak boleh pake warna hitam
Kalau ini penyebabnya apa ya ngak boleh warna hitam?
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 11:37:15 AM
Quote from: Purnama
==> ada peraturan sangha bro, begini, dalam aturan tera memang dilarang memakai baju berlapis lapis, sementara dalam lingkungan mahayana diperbolehkan karena kondisi iklim disana

Ada delapan perlengkapan bhikkhu dalam tradisi Theravada, yaitu:
- jubah luar
- jubah dalam
- kain bawah
- ikat pinggang
- mangkuk
- pisau
- jarum
- saringan air

Di Theravada juga ada jubah dalaman. Jadi bhikkhu juga bisa beradaptasi di lingkungan dingin.
Kalau saya melihat bahwa jubah Mahayana tidak didesain semata-mata hanya untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan. Tapi juga ada faktor lainnya.


Quote from: Purnama
==> pakai mesin penghangat badan kali bro, jaman dulu mana ada mesin penghangat badan, u tulis kan jaman modern punya berita, kalo didaerah tibet terus terang aja g ngak ahli vajra, loe tanya sama ahlinya si gandalf.

Bukan perihal zaman dulu atau zaman sekarang. Yang ingin saya sampaikan adalah: kalau mau beradaptasi di lingkungan yang bersuhu dingin dengan memakai jubah "original", asalkan ada niat pasti bisa.


Quote from: Purnama
ini g mesti liat buku lagi bro, hari ini g ngak bawa, ada sih tulisan mengenai jubah mahayana nama namanya dan kegunaannya, masalah aksesoris adalah masalah budaya saja bro, Kalau di lingkungan Tiongkok, memang kalo kepala bhiku yang masa vassanya 40 tahun memakai aksesoris seperti mahkota, jubah merah dan sebagainya itu diperuntukan hanya pada acara kebaktian besar, itu hanya menunjukan seorang pemimpin kebaktian, dalam budaya tiongkok pakaian tersebut untuk bertemu dengan orang besar, seperti kaisar, atau Buddha, tandanya menghormati sang Buddha itu dalam budaya tionghoa saja.

Garis besarnya kayak gt

Baiklah, itu mungkin hanya sisi luar. Saya lebih tertarik dengan sisi dalamnya, yaitu kandungan ajaran. Kalau Bro sempat, tolong sharing di sini mengenai perbedaan kandungan ajaran antara Mahayana di Asia Timur dengan Mahayana "asli" di India.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: K.K. on 28 November 2009, 12:01:10 PM
Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa jubah Mahayana didesain untuk beradaptasi dengan iklim. Jubah Mahayana justru lebih tipis dari jubah Theravada. Kalau pun dikatakan jubah Mahayana bisa menghangatkan tubuh, itu karena seorang bhiksu memakai baju dalaman yang berlapis-lapis sehingga terasa hangat. Kalau mau dicoba, justru bahan jubah Theravada lebih tebal dan lebar. Kalau dipakai juga lebih hangat. Jangan hanya karena melihat jubah Theravada bisa dibuka bahu kanannya, maka muncul kesan kalau jubah itu lebih dingin. Sama sekali tidak saya katakan. Di India ada tiga musim, salah satunya adalah musim hujan yang dingin. Sejak dahulu bhikkhu di India juga bisa bertahan dengan kain pembungkus mayat saat berdiam di dalam hutan.

Bhikkhu Theravada yang tinggal di London juga bisa bertahan meskipun tinggal di lingkungan yang dingin. Sekadar info, suhu lingkungan di London juga bisa lebih dingin dari suhu di Antartika. Tetapi kita bisa melihat bahwa tidak ada masalah jika seorang bhikkhu memakai jubah Theravada saat hidup dalam kondisi seperti itu.

- Suhu London (http://www.inilah.com/berita/teknologi/2009/01/08/74076/london-lebih-dingin-dari-antartika/)

Bhiksu di Tibet malah memakai jubah yang lebih terbuka dari jubah Theravada. Padahal lingkungan Tibet itu gersang dan dingin.
Menurut saya, tidak bisa dipukul rata. Ada kisah seorang bhikkhu yang memiliki penyakit kulit dan tidak ingin mengotori kutinya. Selama musim dingin, ia tidur di udara terbuka hanya dengan modal jubahnya saja. Ia berkata bisa bertahan karena memiliki "kebahagiaan pikiran" (yang mungkin merujuk pada jhana). Tetapi tidak bisa dibilang semua bhikkhu harus bisa hidup demikian. Mungkin saya salah, tetapi setahu saya, sedingin-dinginnya di India, tidak ada daerah yang sampai turun salju walaupun sedang musim dingin.


Quote
Oke, sekarang marilah kita asumsikan jubah Mahayana itu didesain untuk mengatasi dinginnya suhu di Asia Timur. Kalau keragaman jubah itu didesain hanya untuk beradaptasi dengan lingkungan, seharusnya bhiksu Mahayana yang tinggal di daerah hangat / tropis bisa bertahan dengan jubah "original" Sang Buddha dong. Apakah [mau] bisa?

Berasimilasi dengan kebudayaan setempat sebenarnya tidak masalah. Tapi perlu dipertanyakan apabila:
- Beradaptasi sampai kehilangan karakter dari jubah murid Sang Buddha itu sendiri.
- Beradaptasi sampai melahirkan karakter jubah yang cukup fashionable
Yang ini saya kurang tahu. Di India, ada "tradisi" mengambil kain pembungkus mayat sebagai jubah. Di Tibet, mayat "dicincang", diberi "bumbu" dan diberikan ke burung bangkai, jadi sepertinya "tradisi" tersebut tentu hilang. Lalu para bhikkhu juga hidup dari pemberian umat. Kalau umatnya di tempat berbeda, kemungkinan juga memberikan jubah dengan "fashion" yang berbeda, mungkin yang dianggap sesuai dengan mereka.

Kalau saya lebih cenderung pada pola pikir, bukan tampilan luar. Biarpun seorang memakai jubah penuh kemewahan, namun tidak ada lagi kesombongan dalam hatinya, maka ia bisa tetap dikatakan "murid Buddha", misalnya seperti Santathi yang parinibbana dalam jubah kebesaran menteri. Sebaliknya seseorang yang hanya menggunakan kain pembungkus mayat sebagai jubah, makan sehari hanya sekali, namun pikirannya tetap angkuh, maka belum bisa dikatakan sebagai "murid Buddha", misalnya Devadatta yang menerapkan peraturan keras dan memecah Sangha.

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 12:28:01 PM
Quote from: Kainyn_Kutho
Menurut saya, tidak bisa dipukul rata. Ada kisah seorang bhikkhu yang memiliki penyakit kulit dan tidak ingin mengotori kutinya. Selama musim dingin, ia tidur di udara terbuka hanya dengan modal jubahnya saja. Ia berkata bisa bertahan karena memiliki "kebahagiaan pikiran" (yang mungkin merujuk pada jhana). Tetapi tidak bisa dibilang semua bhikkhu harus bisa hidup demikian. Mungkin saya salah, tetapi setahu saya, sedingin-dinginnya di India, tidak ada daerah yang sampai turun salju walaupun sedang musim dingin.

Di lereng Himava (Gunung Himalaya), itu merupakan tempat yang dingin. Dikatakan bahwa Puncak Himalaya adalah salju abadi.

Tentu bhikkhu tidak perlu bertindak bodoh bila ia kedinginan. Ia bisa saja menghangatkan dirinya sembari bertahan hidup dengan cara yang baik.

Yang sering diartikan keliru oleh orang lain adalah kaum ortodoks itu terlalu kaku, sehingga seperti katak yang mati-matian tidak mau keluar dari tempurung. Padahal yang perlu dipahami adalah seorang bhikkhu harus tegas dalam prinsip, tapi fleksibel dalam metode.


Quote from: Kainyn_Kutho
Yang ini saya kurang tahu. Di India, ada "tradisi" mengambil kain pembungkus mayat sebagai jubah. Di Tibet, mayat "dicincang", diberi "bumbu" dan diberikan ke burung bangkai, jadi sepertinya "tradisi" tersebut tentu hilang. Lalu para bhikkhu juga hidup dari pemberian umat. Kalau umatnya di tempat berbeda, kemungkinan juga memberikan jubah dengan "fashion" yang berbeda, mungkin yang dianggap sesuai dengan mereka.

Kalau saya lebih cenderung pada pola pikir, bukan tampilan luar. Biarpun seorang memakai jubah penuh kemewahan, namun tidak ada lagi kesombongan dalam hatinya, maka ia bisa tetap dikatakan "murid Buddha", misalnya seperti Santathi yang parinibbana dalam jubah kebesaran menteri. Sebaliknya seseorang yang hanya menggunakan kain pembungkus mayat sebagai jubah, makan sehari hanya sekali, namun pikirannya tetap angkuh, maka belum bisa dikatakan sebagai "murid Buddha", misalnya Devadatta yang menerapkan peraturan keras dan memecah Sangha.

Saya tidak menyinggung soal batin dalam konteks ini. Dalam menghormati seseorang, yang perlu kita junjung tinggi adalah moralitas dan kebijaksanaannya. Saya sendiri menjunjung-tinggi para bhiksu sesepuh Mahayana yang tinggi moralitas dan kebijaksanaannya.

Yang sedang saya bahas adalah perbedaan busana antara anggota Sangha Theravada dengan Mahayana. Dan dalam poin ini, saya mempertanyakan faedah dari keindahan jubah dan ornamennya di Mahayana.

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: K.K. on 28 November 2009, 01:07:40 PM
Di lereng Himava (Gunung Himalaya), itu merupakan tempat yang dingin. Dikatakan bahwa Puncak Himalaya adalah salju abadi.

Tentu bhikkhu tidak perlu bertindak bodoh bila ia kedinginan. Ia bisa saja menghangatkan dirinya sembari bertahan hidup dengan cara yang baik.

Yang sering diartikan keliru oleh orang lain adalah kaum ortodoks itu terlalu kaku, sehingga seperti katak yang mati-matian tidak mau keluar dari tempurung. Padahal yang perlu dipahami adalah seorang bhikkhu harus tegas dalam prinsip, tapi fleksibel dalam metode.
Ada pihak-pihak tertentu menyalahkan "ubah-ubah peraturan", sedangkan di lain pihak ada yang mencibir mengatakan "terlalu kaku". Hal ini sudah tidak ada "obat"-nya kecuali masing-masing mau mengerti satu sama lain.

Ya, saya setuju seseorang harus bijaksana dalam vinaya. Seseorang yang terlalu kaku dan merugikan diri sendiri adalah tidak dianjurkan, namun juga seseorang yang menahan lapar karena mematuhi peraturan tidak makan setelah tengah hari, dikatakan mulia. Kembali pada masing-masing kitanya saja.



Quote
Saya tidak menyinggung soal batin dalam konteks ini. Dalam menghormati seseorang, yang perlu kita junjung tinggi adalah moralitas dan kebijaksanaannya. Saya sendiri menjunjung-tinggi para bhiksu sesepuh Mahayana yang tinggi moralitas dan kebijaksanaannya.

Yang sedang saya bahas adalah perbedaan busana antara anggota Sangha Theravada dengan Mahayana. Dan dalam poin ini, saya mempertanyakan faedah dari keindahan jubah dan ornamennya di Mahayana.
OK. Kalau begitu, no comment.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Nevada on 28 November 2009, 01:23:52 PM
Di lereng Himava (Gunung Himalaya), itu merupakan tempat yang dingin. Dikatakan bahwa Puncak Himalaya adalah salju abadi.

Tentu bhikkhu tidak perlu bertindak bodoh bila ia kedinginan. Ia bisa saja menghangatkan dirinya sembari bertahan hidup dengan cara yang baik.

Yang sering diartikan keliru oleh orang lain adalah kaum ortodoks itu terlalu kaku, sehingga seperti katak yang mati-matian tidak mau keluar dari tempurung. Padahal yang perlu dipahami adalah seorang bhikkhu harus tegas dalam prinsip, tapi fleksibel dalam metode.
Ada pihak-pihak tertentu menyalahkan "ubah-ubah peraturan", sedangkan di lain pihak ada yang mencibir mengatakan "terlalu kaku". Hal ini sudah tidak ada "obat"-nya kecuali masing-masing mau mengerti satu sama lain.

Ya, saya setuju seseorang harus bijaksana dalam vinaya. Seseorang yang terlalu kaku dan merugikan diri sendiri adalah tidak dianjurkan, namun juga seseorang yang menahan lapar karena mematuhi peraturan tidak makan setelah tengah hari, dikatakan mulia. Kembali pada masing-masing kitanya saja.



Quote
Saya tidak menyinggung soal batin dalam konteks ini. Dalam menghormati seseorang, yang perlu kita junjung tinggi adalah moralitas dan kebijaksanaannya. Saya sendiri menjunjung-tinggi para bhiksu sesepuh Mahayana yang tinggi moralitas dan kebijaksanaannya.

Yang sedang saya bahas adalah perbedaan busana antara anggota Sangha Theravada dengan Mahayana. Dan dalam poin ini, saya mempertanyakan faedah dari keindahan jubah dan ornamennya di Mahayana.
OK. Kalau begitu, no comment.


Kembali ke fungsi dari jubah itu sendiri... Fungsinya hanya untuk menutupi aurat, dan melindungi tubuh dari lingkungan. Sang Buddha hanya memakai sebentang kain sebagai jubah-Nya, karena Beliau tidak ingin dan tidak memiliki kemelekatan pada pakaian. Jika memang untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan, sebaiknya jubah yang didesain baru itu tetap tidak melewati koridor dasar ini. Misalnya, saya pikir jubah yang dipakai oleh Bhiksu Hai Dao di bawah ini tidak masalah. :)

(http://old.tzuchi.or.id/images/bazaar/20050709_Anand/Kunjungan%20Bhiksu%20Hai%20Tao%20dari%20Taiwan%20ke%20bazar_29.jpg)
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 28 November 2009, 03:14:13 PM
Quote
sudah dibaca, sayangnya di sutra2 yang di perbanyak tidak ada kek gitu boss,  cuma adanya perbanyak sutra doang yang di tegaskan laugh

Sebenarnya penjelasan2 seperti itu tidak ada bedanya dengan ajaran lain yang katanya asal percaya masuk surga (itu juga ada penjelasannya dan tidak akan beda jauh sama penjelasan di link itu)

nah kenapa yang populernya itu yang gampangnya saja?bukan yang keterangan2 itu?  tidak beda jauh khan? yang populer itu perbanyak sutra, baca liamkeng, trus kalo ga salah ada san bu yi pai (buat nebus dosa juga yak?) Grin

Ya makanya kalau orang mau belajar, harus sungguh-sungguh dan secara holistik, jangan sepenggal2, apalagi belajar Sutra...hehe....

Jangan pake kata2 "nebus dosa" ah, istilah "purifikasi karma" lebih cocok.

 _/\_
The Siddha Wanderer
lanjuttttt, bagaimana pandangan mahayana apabila ada komentar seperti link ini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,8021.msg132275.html#msg132275
tapi Tuhan nya di ganti sama Buddha (mau amitabha atau bhaisajyaguru atau avalokitesvara) :D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: marcedes on 28 November 2009, 07:30:50 PM
Quote
Hmm.... sampai bernamaskara segala....

Ngomong2 dewa apa itu? Apa secara Buddhisme Thai sang dewa sudah bertekad untuk melindungi Buddha Dhamma dan berlindung pada Tiratana? Apakah sang dewa telah mencapai tingkat-tingkat kesucian?

Kalau memang sudah, maka umat bernamaskara bisa dimaklumi, namun kalau berlindung saja dewanya nggak, kesucian aja belum nyampe, maka namaskara ini patut dipertanyakan. Bagaimana bisa umat Buddhis yang berlindung pada Tiratana menghormat dewa dewi duniawi seperti menghormat pada Tiratana?

Kalau saya, sama dewa dewi duniawi biasanya saya cuma namaste, kalau terhadap para Buddha, Bodhisattva dan para Dewa Pelindung Dharma saya baru bernamaskara.
maksud bikkhu tersebut adalah, semoga keinginan kita akan terpenuhi dan di bantu oleh para dewata.....
bukan namaskara lantas bertekad mau mencoba menjadi suci...

yah,mirip minta-minta kepada sang dewa lah gitu...sambil berusaha,kemudian mencari berkat.. ;D
namanya juga puttujana :hammer:

-------------------------------------------
Quote
Kalau anda memakai terjemahan yang salah maka ya bisa saja anda menemukan bahwa Ananda sudah Arhat sebelum Sang Buddha Parinirvana.
yg di pakai adalah terjemahan dari www.nshi.org
jadi itu terjemahan salah yah?

-------------------------------------------------------------------

Quote
Pencapaian tertinggi
Mahayana: Menolong orang baru menolong diri sendiri.
Theravada: Menolong diri sendiri baru menolong orang.
apabila ini benar, maka dalam pandangan Tipitaka, mahayana adalah sebuah Ajaran yang layak di cela... ref Lohicca sutta.

Quote
2.17. ‘Kemudian, ada seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian … tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran, dengan mengatakan: “ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Muridnya ingin memerhatikan, mereka mendengarkan, [231] mereka membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru tidak dicemooh. Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian …” Ini bagaikan, meninggalkan ladangnya sendiri, ia memikirkan ladang orang lain yang perlu dikerjakan. Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan … ini adalah guru ke dua yang layak dicela .…’

-------------------------------------------------------
Quote
Buddha sesudah Nibbana
Mahayana: Masih ada entah dimana.
Theravada: Tak ada lagi, selain kekosongan itu sendiri.

Bro itu yang masih ada entah dimana vajrayana.

saya rasa kutipannya garis besarnya saja, masih ada beberapa yang di koreksi, mau lengkap mendingan bukunya bro tan punya, dia lebih lengkap, penulisannya juga berdasarkan tesis
dalam Sutra sendiri dikatakan bahwa memang SangBuddha akan muncul lagi entah di kalpa mana mengajarkan dharma...ini merupakan bagian dari Tripitaka....jadi merujuk pada mahayana loh.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 29 November 2009, 06:32:25 AM
Quote
Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Wah baru kali ini saya menemukan ada umat Buddhis yang tidak peduli kata perlindungan atau penghormatan.

Quote
Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

Huahahaha..... kata anda suka2 saya mau ngomong apa lah kemudian anda kok malah protes??? wkwkwkwk.....

Dan katanya anda menghargai tulisan saya, tapi ternyata di balik itu mencela saya itu pura2 bagus dalam menjelaskan, suka bermain kata2 hingga membuat bingung...... sikap macam apa ini?  ^-^  ^-^ Lucu banget misalnya kalau anda menghargai sesuatu yang anda anggap tidak benar...  ^-^  ^-^ ... ini semakin menunjukkan suatu ketidakkonsistenan dan menggambarkan sebuah permainan kata2 yang sesungguhnya...

Yah emang bukan kata2, tapi tanpa kata2 apa batin anda bisa mengerti? Tanpa kata2 di dalam Tripitaka atau tanpa kata2 yang diucapkan pada saat pembabaran Dharma apa anda bisa anda memahami Dharma? Tanpa kata2 apakah anda bisa mengetahui makna / cara berlindung dan menghormati?

Ah konyol.

Quote
maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  Smiley

Wkwkwkwk..... namaskara itu yang memang sudah tradisi Buddhis sejak zaman dahulu untuk menghormati Sang Triratna. Oleh karena itu umat lain yang tidak mengerti lalu mencela ya sah2 aja karena mmg tidak ada tradisi demikian dalam agama mereka.

Nah tapi dalam agama Buddha sesungguhnya nggak ada yang namanya tradisi namaskara sama dewa dewi duniawi (kalau pada para Dewa Pelindung Dharma yang telah mencapai tingkat keuscian tertentu, baru ada). Nah kalau umat Buddhis berusaha meluruskan hal ini, maka itu adalah hal yang wajar. Anda menghormati guru dan ortu pun dengan cara yang berbeda, anda menghormati teman dan saudara pun juga dengan cara yang berbeda pula, demikian juga ketika anda menghormati orang dari dalam negeri sendiri dengan luar negeri juga menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan konteks / peran sosial masing2.

Demikian juga dalam agama Buddha, sebaiknya semuanya dilakukan menurut tata cara yang udah ada yang dibentuk oleh para guru2 agung (yang memang setelah dianalisa kita sendiri, itu memang baik dan bermanfaat untuk dilakukan), ini menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang arogan dalam bertindak.

Kalau semuanya itu pikiran, berarti biar aja kalau kita pake baju gembel ke pesta pernikahan teman kita. Orang2 yang melihat akan berpikir bahwa kita benar2 tidak hormat bahkan mungkin sinting, diketawain. Tapi kitanya sendiri secara arogan berpikir, "Ah yang penting kan pikiranku hormat." Dalam kehidupan bermasayarakat, ini suatu perilaku dan pemikiran yang patut dipertanyakan.

Quote
Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! Grin
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah !  jangan di tawa in. laugh

Semuanya pikiran... pikiran... pikiran... tau nggak sih kenapa kok bisa sampai muncul istilah "pikiran / sifat seseorang itu tercermin dari tindakannya!"

Ya sudah kalau menurut anda nggak papa... silahkan anda namaskara itu urusan anda sendiri toh... sekalian juga sama Mara Devaputra... kan yang penting kata anda itu... "pikiran ketika bernamaskara"... sedangkan kaidah namaskara dalam konteks sosial maupun relijius anda abaikan beserta objek dewanya siapa juga anda abaikan.

Saya menggunakan contoh Sang Buddha itu untuk menunjukkan bahwa kita seharusnya tidak semudah itu menggampangkan makna namaskara .... bahkan ada hukum alam yang mengatur "namaskara" seorang Buddha bukan? Ini menunjukkan betapa namaskara itu memiliki makna yang cukup penting kedudukannya.

Quote
yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara !

Woww.... berarti ketika kita bertindak keliru dan ada orang yang mencela kita, kita bisa dengan mudah mengatakan "ah itu kan pikiranmu yang kotor".

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 29 November 2009, 06:39:18 AM
Quote
lanjuttttt, bagaimana pandangan mahayana apabila ada komentar seperti link ini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,8021.msg132275.html#msg132275
tapi Tuhan nya di ganti sama Buddha (mau amitabha atau bhaisajyaguru atau avalokitesvara) Cheesy

Buddha / Bodhisattva kan nggak memegang kuasa atas nasib kita dan segala sesuatunya, ya beda lah.... :hammer:

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 29 November 2009, 06:47:44 AM
Quote
yg di pakai adalah terjemahan dari www.nshi.org
jadi itu terjemahan salah yah?

-------------------------------------------------------------------

Bisa saja demikian, makanya kalau mau meneliti bener2, ya jangan dari satu sumber saja, absurd.

Quote
Quote
Pencapaian tertinggi
Mahayana: Menolong orang baru menolong diri sendiri.
Theravada: Menolong diri sendiri baru menolong orang.
apabila ini benar, maka dalam pandangan Tipitaka, mahayana adalah sebuah Ajaran yang layak di cela... ref Lohicca sutta.

Ya itu yang nulis blognya sendiri yang kurang paham.

Tidak ada yang namanya menolong orang lain baru menolong diri sendiri.... ini bodo amat kalau bener.

Yang bener adalah dalam Mahayana kita dan orang lain bersama-sama saling tolong-menolong, bahu membahu dalam menggapai Bodhi. Sambil mengkultivasi / melatih diri sendiri, kita juga turut serta membantu orang lain sesuai kapasitas kita.

Jadi misalnya kalau diperbandingkan secara sederhana A = diri sendiri, B = orang lain, maka
Kalau Theravada itu A > B
Kalau Mahayana A = B
Kalau pandangan tirthika / sesat A < B

Bahkan di dalam Theravada, menurut saya sendiri, A = B itu sendiri bisa2 aja  :)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 29 November 2009, 07:34:13 AM
Quote
lanjuttttt, bagaimana pandangan mahayana apabila ada komentar seperti link ini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,8021.msg132275.html#msg132275
tapi Tuhan nya di ganti sama Buddha (mau amitabha atau bhaisajyaguru atau avalokitesvara) Cheesy

Buddha / Bodhisattva kan nggak memegang kuasa atas nasib kita dan segala sesuatunya, ya beda lah.... :hammer:

 _/\_
The Siddha Wanderer
bukan memegang kuasa tapi soal permintaan, manusia khan kadang suka meminta2 kepada "sesuatu".
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 29 November 2009, 07:45:05 AM
Quote
bukan memegang kuasa tapi soal permintaan, manusia khan kadang suka meminta2 kepada "sesuatu".

Yah seperti kata Master Shengyen kan... adalah manusiawi kalau manusia terkadang merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tertentu.... setegar2nya dia, nah pada saat itu ia dapat meminta pertolongan Bodhisattva.

Namun seorang praktisi sejati tidak pernah meminta2, idealnya seperti itu, meskipun kita bisa meminta pertolongan para Bodhisattva, pada prinsipnya kita jangan manja... apa2 minta pertolongan..... tetap saja kita harus berpraktik sendiri untuk mencapai Bodhi.

Seperti kita hidup di dunia ini kita berusaha mandiri, segala sesuatu kalau bisa kita lakukan sendiri, baru kalau memang tidak mampu, minta pertolongan orang lain. Ini wajar, krn manusia tdk dapat hidup sendiri dalam hal apapun.  ;)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: ryu on 29 November 2009, 07:55:18 AM
Quote
bukan memegang kuasa tapi soal permintaan, manusia khan kadang suka meminta2 kepada "sesuatu".

Yah seperti kata Master Shengyen kan... adalah manusiawi kalau manusia terkadang merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tertentu.... setegar2nya dia, nah pada saat itu ia dapat meminta pertolongan Bodhisattva.

Namun seorang praktisi sejati tidak pernah meminta2, idealnya seperti itu, meskipun kita bisa meminta pertolongan para Bodhisattva, pada prinsipnya kita jangan manja... apa2 minta pertolongan..... tetap saja kita harus berpraktik sendiri untuk mencapai Bodhi.

Seperti kita hidup di dunia ini kita berusaha mandiri, segala sesuatu kalau bisa kita lakukan sendiri, baru kalau memang tidak mampu, minta pertolongan orang lain. Ini wajar, krn manusia tdk dapat hidup sendiri dalam hal apapun.  ;)

 _/\_
The Siddha Wanderer
kalau antar manusia itu suatu hal yang wajar dan dapat di buktikan kebenarannya, sedangkan antar manusia => Boddhisatva? darimana tau itu Boddhisatva yang mengabulkan permohonan bukannya dari Mara?
Apabila terjawab permohonannya manusia bisa bilang Boddhisatva menjawab doanya apabila tidak terjawab manusia bisa bilang yang lain lagi, terdengar bagi saya itu adalah suatu pembenaran atau suatu penghiburan bukan suatu kebenaran ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 29 November 2009, 09:43:46 AM
Quote
kalau antar manusia itu suatu hal yang wajar dan dapat di buktikan kebenarannya, sedangkan antar manusia => Boddhisatva? darimana tau itu Boddhisatva yang mengabulkan permohonan bukannya dari Mara?
Apabila terjawab permohonannya manusia bisa bilang Boddhisatva menjawab doanya apabila tidak terjawab manusia bisa bilang yang lain lagi, terdengar bagi saya itu adalah suatu pembenaran atau suatu penghiburan bukan suatu kebenaran

Umat Buddhis memiliki ajaran karma, jadi tentu umat Buddhis yang paham akan mengerti bahwa terkabulnya permohonannya bukanlah campur tangan Sang Bodhisattva saja, namun juga tergantung karmanya sendiri. Karmanya yang menentukan apakah Sang Bodhisattva akan menolongnya atau tidak, karmanya yang menentukan apakah Sang Bodhisattva sanggup menolongnya atau tidak. Semua adalah balik ke karma masing-masing, usaha sendiri, niat kita sendiri, ketulusan kita sendiri, Bodhicitta kita sendiri, penyesalan kita sendiri.

Poin akhir dari ajaran Buddhis yang menekankan keyakinan pd "other power" adalah balik ke diri sendiri (self power).
Sedangkan poin akhir dari ajaran K atau I yang juga sangat menekankan keyakinan pd "other power" itu tetap saja baliknya ke "other power" (objek lain di luar diri).

Itu perbedaan agama Buddha dengan agama Samawi. Satu balik ke diri sendiri, satu balik ke entitas di luar diri. Maka dari itu apabila doa umat Buddhis pada Bodhisattva tidak terkabulkan, ia tidak menyesal karena ia paham bahwa semua ini tergantung karmanya sendiri. Sedangkan kalau umat agama lain, wajar saja kalau mereka menyalahkan Tuhan mereka, karena Tuhan mereka Maha Kuasa, Pengatur Segalanya dll, beda dengan Bodhisattva yang membantu seseorang tp tergantung usaha / karma orang itu sendiri.

Maka dari itu dikatakan ketika seorang Buddhis memohon di hadapan rupang Guanyin / Bodhisattva lainnya, ia sebenarnya memohon pada dirinya sendiri, karena semua ya tergantung usahanya sendiri.

Untuk pembenaran atau tidak, bisa saja pembenaran, tapi bisa saja kebenaran. Siapa yang tahu? Kalau memang Bodhisattva-nya yang memang benar-benar mengabulkan, memangnya anda bisa tahu? Mencap sesuatu sebagai pembenaran tanpa anda bisa membuktikan terlebih dahulu bahwa hal tersebut adalah benar-benar pembenaran adalah terlalu terburu-buru. Yang namanya agama pasti punya koridor faith (keyakinan). Apa anda bisa membuktikan kalau Bodhisattva itu benar-benar tidak ada atau mengabulkan atau tidak? Kalau tidak bisa, maka jangan serta merta mencap tindakan seseorang sebagai pembenaran.

Lagipuila mau pembenaran gimana, saya juga bingung, karena semuanya ya balik ke karmanya sendiri. Maka dri itu kayanya perlu bagi mereka yang doanya terkabul untuk menjawab, "Oh, ini berkat pertolongan Guanyin sekaligus karma saya sendiri sebagai penentu utama."

Sudah banyak kemujizatan yang ditimbulkan oleh Sang Bodhisattva Guanyin, buktinya, Guanyin menjadi deity Buddhis yang paling banyak dipuja di seantero Tiongkok, melebihi dewa dewi Tao apapun, Demikain juga Avalokitesvara juga banyak dipuja di Jepang, Korea, Asia Tenggara pada zaman dahulu, Tibet dan lainnya. Sudah banyak umat Buddhis yang merasakan pertolongan-Nya dan para bhiksu yang memiliki abhijna secara jelas nyata melihat Sang Bodhisattva menolong mereka. Tapi ini semua ya memang dalam koridor faith yang ada baik di Thera, Maha maupun Vajra.

Bahkan kadang karmapun bisa jadi pembenaran kalau kita memandangnya dari sisi ilmiah yang mana sangat menegasikan adanya karma.
Misal si A ngomong: "Loh hebat ya kamu B bisa sembuh, ini memang karma baik kamu."
Si B: Ah ada2 aje, ya ini kan karena obatnya cocok maka saya bisa sembuh. Obatnya juga dari dokter dan saya juga kaya makanya dapet tuh obatnya. Saya bisa dapet tuh obat ya dari usaha saya sendiri. Terus kenapa saya begitu beruntung bisa sembuh ya ini karena faktor luck saja, di mana saya bisa mendapatkan  kemungkinan dari sejumlah kemungkinan yg lain. Lgpl kamu bisa membuktikan bahwa karma itu ada secara nyata? Apa kamu bisa melihat karma?
===Yah jawaban si A anda teruskan sendiri deh.  ;)

Biasanya kalau orang nggak percaya karma, maka rasanya juga sulit untuk percaya bahwa ada Bodhisattva datang menolong, karena kan kita tidak dapat membuktikan kebenaran Bodhisattva salah satunya oleh karena kita tak dapat melihatnya.

Seperti Nirvana juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya menurut kita2 ini yang masih prthagjana. Tapi umat Buddhis kok berjuang mencapai Nirvana la wong kebenarannya nggak bisa dibuktikan? Berarti umat Buddhis itu melakukan usaha sia-sia untuk mengejar sesuatu yang tidak pernah ada? Dr kacamata ilmiah, emosi negatif itu adalah wajar dan bisa digunakan / diubah menjadi sesuatu yang positif, justru kalau sampai nggak bisa marah, terus nggak bsia sedih, sisi ilmiah tidak dapat menerimanya, karena itu ciri2 robot bukan manusia.

Apabila Mara yang mengabulkan permohonan, sudah jelas akibatnya malah akan meningkatkan LDM, tapi kalau Bodhisattva, sudah pasti tidak. Ingat, dalam tiap agama punya koridor faith (keyakinan), kita berjuang untuk mencapai Nirvana itu karena kita memiliki keyakinan bahwa Nirvana itu ada, meskipun seringkali kita menyodorkan Kalama Sutta, tapi pada akhirnya kita juga "yakin" kalau Kalama Sutta itu sabda Sang Buddha, padahal bukti historis ya kagak ada tapi kok bisa yakin pada Kalama Sutta itu sabda Sang Buddha? Misalnya kalau Sang Buddha sebenarnya tidak pernah bersabda ttg Kalama Sutta dan Tipitaka, apa kita masih percaya pada Tiratana?

Maka dari itu bila kita berusaha membuktikan dari sisi pandang manusia biasa dan dari sisi ilmiah, maka faith dalam suatu agama itu kebanyakan tidak bisa dibuktikan. Tapi kalau kita membutikannya sendiri lewat cara Buddhis yaitu meditasi, kita bisa tahu dengan pasti bahwa Nirvana dan tindakan para Bodhisattva itu ada.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 29 November 2009, 10:36:40 AM
Mengenai permohonan kepada dewa, bodhisatva bahkan kepada Buddha pun adalah hal yang wajar sepanjang itu bisa dikabulkan ^-^

Adakalanya minta tolong dewa beneran ditolongin lho.

Sama orang biasa saja kita sering minta permohonan. Misal "eh tolongin gue ambilin minum dong"

Kalau minta tolong kepada Bodhisatva tetapi ternyata setan yang tolongin kita (dalam hal ini kebaikan). Kenapa harus ditolak, apalagi dikasi duit :))

Yang penting tidak dikit2 mohon dengan membabi buta.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 29 November 2009, 10:44:36 AM
Quote
bukan memegang kuasa tapi soal permintaan, manusia khan kadang suka meminta2 kepada "sesuatu".

Yah seperti kata Master Shengyen kan... adalah manusiawi kalau manusia terkadang merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tertentu.... setegar2nya dia, nah pada saat itu ia dapat meminta pertolongan Bodhisattva.

Namun seorang praktisi sejati tidak pernah meminta2, idealnya seperti itu, meskipun kita bisa meminta pertolongan para Bodhisattva, pada prinsipnya kita jangan manja... apa2 minta pertolongan..... tetap saja kita harus berpraktik sendiri untuk mencapai Bodhi.

Seperti kita hidup di dunia ini kita berusaha mandiri, segala sesuatu kalau bisa kita lakukan sendiri, baru kalau memang tidak mampu, minta pertolongan orang lain. Ini wajar, krn manusia tdk dapat hidup sendiri dalam hal apapun.  ;)

 _/\_
The Siddha Wanderer
kalau antar manusia itu suatu hal yang wajar dan dapat di buktikan kebenarannya, sedangkan antar manusia => Boddhisatva? darimana tau itu Boddhisatva yang mengabulkan permohonan bukannya dari Mara?
Apabila terjawab permohonannya manusia bisa bilang Boddhisatva menjawab doanya apabila tidak terjawab manusia bisa bilang yang lain lagi, terdengar bagi saya itu adalah suatu pembenaran atau suatu penghiburan bukan suatu kebenaran ;D

Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.
Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: GandalfTheElder on 29 November 2009, 11:39:56 AM
Quote
Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.
Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

 :jempol: :jempol:

Itulah dikatakan mengapa Bodhsiattva membantu seseorang itu dalam batin, membuat orang menyadari Pikiran Sejatinya, karena pertolongan yang diberikan itu yang penting adalah nilainya, untuk kemudian dipakai sebagai alat untuk menyadari hakekat pikiran.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 29 November 2009, 11:36:27 PM
Quote
Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.

Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

 :jempol: :jempol:

Itulah dikatakan mengapa Bodhsiattva membantu seseorang itu dalam batin, membuat orang menyadari Pikiran Sejatinya, karena pertolongan yang diberikan itu yang penting adalah nilainya, untuk kemudian dipakai sebagai alat untuk menyadari hakekat pikiran.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Maraku sayang, Maraku malang.. Ternyata selama ini Mara-lah yg menolong dan memicu agar orang berbuat ke arah kusala karma, sebaliknya Bodhisattva memicu agar orang berbuat ke arah akusala karma. =))

Sungguh indah, Bro Chingik dan Bro Gandalf, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana.
Thanks penjelasannya 2 sesepuh.. Jelas sudah..  ^:)^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 30 November 2009, 12:02:13 AM
Quote
Sebenarnya praktisi Mahayana yang sejati tidak melihat seseorang dari aspek "status"nya, melainkan "nilai"nya. Apa kriteria untuk mengetahui bahwa itu adalah bodhisatva atau bukan , bukanlah dilihat dari wujudnya. Maka mengapa diajarkan konsep Sunyata, dan menekankan tentang ilusifitas segala wujud fenomena.
Dengan memahami prinsip ini , menjadi tidak penting yang datang menolong itu siapa sosoknya. Yang penting adalah  "nilai-nilai" pertolongannya, dan dari situ kita belajar mengembangkan batin kita. Dan bagaimana cara penilainnya? Tidaklah susah utk mengetahuinya, hanya ada 2 kemungkinan dan anda akan tahu manakah yang benar bodhisatva atau mara.  Anda membuat permohonan, dan hingga suatu saat buah pertolongan itu datang, namun bila hasil pertolongan itu justru menambah kekokotan batin anda, memicu untuk bertindak ke arah kusala karma,  maka jelaslah sudah itu adalah mara.
Dan bila sebaliknya, maka itulah bodhisatva.

Ingat , prinsip mahayana menekankan aspek nilai, bukan wujud fenomena yang mengelabui. Oleh karena itu, belajar dharma bukan menilai orang dari status. Siapapun yg mengeluarkan kata-kata yang bijak, mengarah ke tujuan pembebasan, dll, walaupun dia seorang perampok , sesaat dari ucapan itu telah membuat dia menjadi "bodhisatva" dalam makna "nilai". Bahkan ketika Mara datang dan mengucapkan kata-kata yang baik, Mara tidaklah sebagai Mara. Ketika seorang mafia kelas kakap datang menyuapi anaknya yg masih bayi, sesaat itu mafia adalah "ibu yg baik" dalam aspek nilainya. Maka seorang praktisi sejati tidak memandang orang dari statusnya. Mau dewa, hantu, binatang, bodhisatva,  tidak penting. Seseorang disebut jahat bukan karena sosoknya, tapi bentukan2 batin yg dimunculkannya sesaat itu juga.
Ketika seorang praktisi mahayana memohon pada bodhisatva, dia melihat bodhisatva dari aspek batinnya, batin yang bajik, suci barulah dapat kita jadikan topang agar kita dapat mengikuti jejaknya. Maka sesungguhnya, memohon pada bodhisatva harus ditujukan ke tujuan agar dapat terbebas dari samsara. Bukan mempertabal LDM. Dan permohonan itu bukan dalam arti kita minta disulap jadi suci, karena kita juga memahami tidak ada prinsip seperti itu.    (hehe...jadi bertele2 yach) okelah, mudah2an memahaminya

 :jempol: :jempol:

Itulah dikatakan mengapa Bodhsiattva membantu seseorang itu dalam batin, membuat orang menyadari Pikiran Sejatinya, karena pertolongan yang diberikan itu yang penting adalah nilainya, untuk kemudian dipakai sebagai alat untuk menyadari hakekat pikiran.  :)

_/\_
The Siddha Wanderer
Maraku sayang, Maraku malang.. Ternyata selama ini Mara-lah yg menolong dan memicu agar orang berbuat ke arah kusala karma, sebaliknya Bodhisattva memicu agar orang berbuat ke arah akusala karma. =))

Sungguh indah, Bro Chingik dan Bro Gandalf, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana.
Thanks penjelasannya 2 sesepuh.. Jelas sudah..  ^:)^


yaa..kesalahan teknis, yg benar akusala.  :P
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: Jerry on 30 November 2009, 12:13:11 AM
hihi.. iya santai aja bro. ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: adi lim on 30 November 2009, 05:51:02 AM
Quote
Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Wah baru kali ini saya menemukan ada umat Buddhis yang tidak peduli kata perlindungan atau penghormatan.

Quote
Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

Huahahaha..... kata anda suka2 saya mau ngomong apa lah kemudian anda kok malah protes??? wkwkwkwk.....

Dan katanya anda menghargai tulisan saya, tapi ternyata di balik itu mencela saya itu pura2 bagus dalam menjelaskan, suka bermain kata2 hingga membuat bingung...... sikap macam apa ini?  ^-^  ^-^ Lucu banget misalnya kalau anda menghargai sesuatu yang anda anggap tidak benar...  ^-^  ^-^ ... ini semakin menunjukkan suatu ketidakkonsistenan dan menggambarkan sebuah permainan kata2 yang sesungguhnya...

Yah emang bukan kata2, tapi tanpa kata2 apa batin anda bisa mengerti? Tanpa kata2 di dalam Tripitaka atau tanpa kata2 yang diucapkan pada saat pembabaran Dharma apa anda bisa anda memahami Dharma? Tanpa kata2 apakah anda bisa mengetahui makna / cara berlindung dan menghormati?

Ah konyol.

Quote
maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  Smiley

Wkwkwkwk..... namaskara itu yang memang sudah tradisi Buddhis sejak zaman dahulu untuk menghormati Sang Triratna. Oleh karena itu umat lain yang tidak mengerti lalu mencela ya sah2 aja karena mmg tidak ada tradisi demikian dalam agama mereka.

Nah tapi dalam agama Buddha sesungguhnya nggak ada yang namanya tradisi namaskara sama dewa dewi duniawi (kalau pada para Dewa Pelindung Dharma yang telah mencapai tingkat keuscian tertentu, baru ada). Nah kalau umat Buddhis berusaha meluruskan hal ini, maka itu adalah hal yang wajar. Anda menghormati guru dan ortu pun dengan cara yang berbeda, anda menghormati teman dan saudara pun juga dengan cara yang berbeda pula, demikian juga ketika anda menghormati orang dari dalam negeri sendiri dengan luar negeri juga menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan konteks / peran sosial masing2.

Demikian juga dalam agama Buddha, sebaiknya semuanya dilakukan menurut tata cara yang udah ada yang dibentuk oleh para guru2 agung (yang memang setelah dianalisa kita sendiri, itu memang baik dan bermanfaat untuk dilakukan), ini menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang arogan dalam bertindak.

Kalau semuanya itu pikiran, berarti biar aja kalau kita pake baju gembel ke pesta pernikahan teman kita. Orang2 yang melihat akan berpikir bahwa kita benar2 tidak hormat bahkan mungkin sinting, diketawain. Tapi kitanya sendiri secara arogan berpikir, "Ah yang penting kan pikiranku hormat." Dalam kehidupan bermasayarakat, ini suatu perilaku dan pemikiran yang patut dipertanyakan.

Quote
Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! Grin
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah !  jangan di tawa in. laugh

Semuanya pikiran... pikiran... pikiran... tau nggak sih kenapa kok bisa sampai muncul istilah "pikiran / sifat seseorang itu tercermin dari tindakannya!"

Ya sudah kalau menurut anda nggak papa... silahkan anda namaskara itu urusan anda sendiri toh... sekalian juga sama Mara Devaputra... kan yang penting kata anda itu... "pikiran ketika bernamaskara"... sedangkan kaidah namaskara dalam konteks sosial maupun relijius anda abaikan beserta objek dewanya siapa juga anda abaikan.

Saya menggunakan contoh Sang Buddha itu untuk menunjukkan bahwa kita seharusnya tidak semudah itu menggampangkan makna namaskara .... bahkan ada hukum alam yang mengatur "namaskara" seorang Buddha bukan? Ini menunjukkan betapa namaskara itu memiliki makna yang cukup penting kedudukannya.

Quote
yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara !

Woww.... berarti ketika kita bertindak keliru dan ada orang yang mencela kita, kita bisa dengan mudah mengatakan "ah itu kan pikiranmu yang kotor".

 _/\_
The Siddha Wanderer
;D

Tambah Parah !
Selesai Bro gandalf, Semoga Anda Berbahagia ya ! ^:)^
 _/\_
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 30 November 2009, 09:27:21 AM
 [-o<

Om gate-gate parasamgate Bodhisvaha.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 30 November 2009, 09:35:30 AM
[-o<

Om gate-gate parasamgate Bodhisvaha.

Tidak pake Om pak, Juga ngak pake tante, ^-^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 30 November 2009, 09:37:32 AM
[-o<

Om gate-gate parasamgate Bodhisvaha.



Tidak pake Om pak, Juga ngak pake tante, ^-^

Ssst lagi belajar liam keng  ^-^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: naviscope on 30 November 2009, 09:46:36 AM
mantra jangan dimain-in

tunjukan kalau kita ini forum yang menghargai ke beragaman

Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: bond on 30 November 2009, 10:23:18 AM
^
^
Sorry pak, kalau ente tersinggung.Ngak ada niat mainin. Saya cuma komentarin om purnama supaya suasana lebih santai.
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: No Pain No Gain on 30 November 2009, 10:37:33 AM
mantra jangan dimain-in

tunjukan kalau kita ini forum yang menghargai ke beragaman



setuju sekali...kayakna ini bukan diskusi..tetapi ada kesan saling "memojokkan", arogansi , dan egoisme..


Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: chingik on 30 November 2009, 10:39:30 AM
 
Quote


Tambah Parah !
Selesai Bro gandalf, Semoga Anda Berbahagia ya ! ^:)^
 _/\_

wah separah apa nih  ;D
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: purnama on 30 November 2009, 10:48:57 AM
^
^
Sorry pak, kalau ente tersinggung.Ngak ada niat mainin. Saya cuma komentarin om purnama supaya suasana lebih santai.

OMMMMMMM  :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'(. Gara gara uik nih  :whistle: :whistle: :whistle:
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: kur0bane on 22 April 2010, 10:33:07 PM
sama2 ajaran dari sakyamuni buddha kok gan. silahkan ehipassiko aja. kalo belum di ehpassiko kayaknya lebih afdol dari pada di jelasin ^-^
Title: Re: perbedaan mahayana ama theravada
Post by: themomentnotice on 28 July 2010, 06:11:12 PM
great answers guys!