Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: seniya on 03 May 2012, 07:48:03 AM

Title: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: seniya on 03 May 2012, 07:48:03 AM
Bagaimana pandangan Buddhis terhadap jati diri? Apakah bertentangan dg ajaran Anatta?

Utk pengertian jati diri menurut pandangan umum bisa dilihat di http://andriewongso.com/artikel/catatan_andrie_wongso/4215/Mengenal_Jati_Diri_Kita_Sebagai_Manusia/ (http://andriewongso.com/artikel/catatan_andrie_wongso/4215/Mengenal_Jati_Diri_Kita_Sebagai_Manusia/)
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Indra on 03 May 2012, 07:56:17 AM
itu jadi diri menurut pandangan wongso, bukan pandangan umum. secara buddhis jelas tidak ada diri apakah yg dari jati atau dari mahoni dll.
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: seniya on 03 May 2012, 08:15:21 AM
:)

Itu kan cuma contoh yg mewakili pandangan umum aja....
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Ms. Q on 03 May 2012, 10:15:09 AM
itu jadi diri menurut pandangan wongso, bukan pandangan umum. secara buddhis jelas tidak ada diri apakah yg dari jati atau dari mahoni dll.

om andrie itu buddhist kk...
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Rico Tsiau on 03 May 2012, 10:23:51 AM
om andrie itu buddhist kk...

lalu? kenapa?
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Indra on 03 May 2012, 10:56:25 AM
om andrie itu buddhist kk...

benar, lalu kenapa? sptnya saya tidak sedang membahas soal apakah seseorang adalah buddhis atau bukan buddhis, melainkan lebih kepada topik "jati-diri", posisi Buddhism dalam hal DIRI sudah saya sampaikan di atas
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: adi lim on 04 May 2012, 05:25:41 AM
om andrie itu buddhist kk...

ya, selain om andrie masih banyak orang yang harus diakui buddhist kk... :))
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: GandalfTheElder on 04 May 2012, 06:55:17 AM
 [at] ariyakumara

Tidak bertentangan. Saya prnh bertanya pada Ajahn Brahm: "Ajahn, kenapa para bhikkhu terkadang ngomong tidak ada aku (anatta) tetapi terkadang juga ngomong jadilah diri kita sendiri?" Ajahn Brahm menjawab: "Itu berarti anda dapat menjadi apapun yang anda inginkan! Karena tidak ada aku (anatta), maka jadilah apapun yang kita suka." Seorang ayah bisa juga adalah seorang anak, demikian sebaliknya. Seorang pelukis bisa saja seorang arsitek atau koki. Jati diri yang manakah kita? Karena Anatta kita dapat terus beradaptasi.

Dalam pandangan Mahayana juga demikian. Justru karena semua bersifat Anatman dan Sunyata, maka berbagai potensi dan kemungkinan bisa muncul dalam "diri" kita. Seperti yg dikatakan Andrie Wongso, banyak potensi di dalam diri kita, kualitas-kualitas yang baik. Dahulu di board Mahayana saya pernah bahas ini, bahwa Shunyata adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa hidup ini selalu berubah-ubah, dinamis dan penuh potensi.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19035.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19035.0)

Perumpamaan Andrie ttg air dan ombak sebenarnya adalah pengertian anitya. Setiap waktu sellau berubah-ubah, air bisa jadi ombak.

Andrie juga berkata, kita sama-sama manusia, tidak ada alasan menjadi kerdil. Dalam filsafat Tiantai, setiap manusia memiliki 10 dunia di dalamnya, dari Buddha sampai neraka. Semua manusia sama, memiliki potensi 10 alam, menjadi Buddha, Bodhisattva, Arhat, Dewa, Manusia, Hewan, Asura, Preta atau masuk ke Neraka. Semuanya sederajat, semuanya mempunyai potensi tertinggi menjadi Buddha, jangan kita jadi kerdil lagi. 10 Dunia ini adalah potensi dari Anatman. Ada potnesi kemampuan yang luar biasa dalam diri kita untuk menjadi Dewa (berkelimpahan, kekayaan) bahkan sampai untuk menjadi Buddha.

 _/\_
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: tesla on 04 May 2012, 09:18:32 AM
Bagus banget kata ajahn Brahm. Krn anatta kita bisa menjadi apa saja. Cuma nasehatin utk menjadi diri sendiri saya ga setuju. Tujuan akhir umat Buddha adalah berhenti menjadi. (Tentunya ini ga akan cocok dibicarakan motivator)
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: ryu on 04 May 2012, 09:51:46 AM
Bagus banget kata ajahn Brahm. Krn anatta kita bisa menjadi apa saja. Cuma nasehatin utk menjadi diri sendiri saya ga setuju. Tujuan akhir umat Buddha adalah berhenti menjadi. (Tentunya ini ga akan cocok dibicarakan motivator)
kalau tujuan menjadi bodisatwa itu tujuan umat buda bukan?
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: tesla on 04 May 2012, 12:09:52 PM
menjadi bodhisatwa itu tujuan akhirnya menjadi Buddha juga.

jadi harusnya sarannya:
jadilah arahat atau jadilah Buddha ;)
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 04 May 2012, 03:34:58 PM
Diri yang sebenarnya hanya lah perpaduan, kondisi yang saling mendukung. Tapi karena terjebak pandangan salah maka menganggap diri itu ada dan nyata.

Manusia membuat jati diri karena mencari tujuan hidup. Dan itu akan semakin membuat pandangan akan diri semakin nyata.(melekat pada pandangan diri)
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: seniya on 04 May 2012, 06:07:33 PM
[at] ariyakumara

Tidak bertentangan. Saya prnh bertanya pada Ajahn Brahm: "Ajahn, kenapa para bhikkhu terkadang ngomong tidak ada aku (anatta) tetapi terkadang juga ngomong jadilah diri kita sendiri?" Ajahn Brahm menjawab: "Itu berarti anda dapat menjadi apapun yang anda inginkan! Karena tidak ada aku (anatta), maka jadilah apapun yang kita suka." Seorang ayah bisa juga adalah seorang anak, demikian sebaliknya. Seorang pelukis bisa saja seorang arsitek atau koki. Jati diri yang manakah kita? Karena Anatta kita dapat terus beradaptasi.

Dalam pandangan Mahayana juga demikian. Justru karena semua bersifat Anatman dan Sunyata, maka berbagai potensi dan kemungkinan bisa muncul dalam "diri" kita. Seperti yg dikatakan Andrie Wongso, banyak potensi di dalam diri kita, kualitas-kualitas yang baik. Dahulu di board Mahayana saya pernah bahas ini, bahwa Shunyata adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa hidup ini selalu berubah-ubah, dinamis dan penuh potensi.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19035.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19035.0)

Perumpamaan Andrie ttg air dan ombak sebenarnya adalah pengertian anitya. Setiap waktu sellau berubah-ubah, air bisa jadi ombak.

Andrie juga berkata, kita sama-sama manusia, tidak ada alasan menjadi kerdil. Dalam filsafat Tiantai, setiap manusia memiliki 10 dunia di dalamnya, dari Buddha sampai neraka. Semua manusia sama, memiliki potensi 10 alam, menjadi Buddha, Bodhisattva, Arhat, Dewa, Manusia, Hewan, Asura, Preta atau masuk ke Neraka. Semuanya sederajat, semuanya mempunyai potensi tertinggi menjadi Buddha, jangan kita jadi kerdil lagi. 10 Dunia ini adalah potensi dari Anatman. Ada potnesi kemampuan yang luar biasa dalam diri kita untuk menjadi Dewa (berkelimpahan, kekayaan) bahkan sampai untuk menjadi Buddha.

 _/\_

Terima kasih, suatu pengertian yg baru bagi saya... :)

Diri yang sebenarnya hanya lah perpaduan, kondisi yang saling mendukung. Tapi karena terjebak pandangan salah maka menganggap diri itu ada dan nyata.

Manusia membuat jati diri karena mencari tujuan hidup. Dan itu akan semakin membuat pandangan akan diri semakin nyata.(melekat pada pandangan diri)

Jika tidak ada tujuan hidup, bagaimana kita menjalankan hidup ini? Apakah seperti musafir yg berkelana tanpa tujuan?
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: adi lim on 04 May 2012, 09:02:35 PM
Terima kasih, suatu pengertian yg baru bagi saya... :)

Jika tidak ada tujuan hidup, bagaimana kita menjalankan hidup ini? Apakah seperti musafir yg berkelana tanpa tujuan?

...
Inilah, o para Bhikkhu, Kebenaran Ariya tetang asal mula penderitaan (dukkasamudaya ariyasacca), yakni kesenangan (tanha), inilah, yang membuat kelahiran kembali, yang disertai dengan hawa nafsu dan kegemaran, yang menggemari objek disana sini, yakni :
kamatanha : kesenangan terhadap nafsu indrawi
bhavatanha : kesenangan terhadap kemenjadian
vibhavatanha : kesenangan  terhadap ketidak-menjadian
....
cuplikan Dhammacakka-Pavattana Sutta
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: GandalfTheElder on 05 May 2012, 06:12:41 AM
 [at] tesla (and ariyakumara)

Saya kira "menjadi diri sendiri" ini adalah bahasa awam untuk membuat orang-orang mengerti. Seperti yang Buddha sendiri katakan, pengertian Tathagatagarbha atau Diri Sejati (Mahatman) sebenarnya adalah upaya terampil untuk menjelaskan Shunyata / Anatman bagi mereka yang masih belum mengerti / masih terikat pandangan Atman sehingga lbh mudah mencerna.

Kalu Rinpoche pernah berkata:
"Take a break. Be yourself. When you are trying to be like someone, it doesn't make you a Buddha. When you be yourself, you are the Buddha"

Ajahn Brahm pernah berkata:
Your true home is inside of yourself. You can see that in your meditation. Home is a place where you can just be yourself, be at peace, be at ease, be nothing, just empty and free.

Itulah makna menjadi diri sendiri dalam Buddhisme: diri sejati yang bebas, kosong, tidak ada apa-apa alias Buddha. Ini adalah pengertian Anatman / Anatta. Kita beristirahat di dalam Alaya, kita berada saat ini, dan beristirahat dalam momen ini, sadar akan diri kita sepenuhnya, be yourself.

Tentu dalam Buddhisme kita mempunyai tujuan hidup. Seperti kata Ajahn Chah, kita menggunakan keinginan untuk mencapai non-keinginan. Kita  berusaha menjadi / menemukan tujuan hidup untuk mencapai sesuatu yang "tanpa tujuan" dan "tanpa kemenjadian"

Desire is a defilement. But we must first have desire in order to start practicing the Way. Suppose you went to buy coconuts at the market and while carrying them back home someone asked: "Why did you buy those coconuts?" "I bought them to eat," you reply. "Are you going to eat the shells, too?" "Of course not!" "I don't believe you," he insists. "If you're not going to eat the shells, then why did you buy them?" Well, what do you say? How are you going to answer that question?

We practice with desire to begin with. If we didn't have desire, we wouldn't practice. Contemplating in this way can give rise to wisdom, you know. For example, those coconuts: Are you going to eat the shells as well? Of course not. Then why do you take them? They're useful for wrapping the coconuts in. If after eating the coconuts you throw the shells away, there is no problem. Our practice is the same. We keep desire first, just like we do with the coconut shells, for it's still not time to "throw" it away. This is how the practice is. If somebody wants to accuse us of eating coconut shells, that's their business. We know what we're doing.
(Ajahn Chah)

Tapi tentu "tanpa tujuan" dan "tanpa kemenjadian" seharusnya tidak dimaknai secara negatif. Pemahamannya adalah: kita bisa bebas sepenuhnya menentukan tujuan dan mau menjadi apa, tanpa TERIKAT "diriku itu sebenarnya begini, tidak bisa kalau begitu, atau ooo seharusnya diriku gini, aku percaya diriku gini, maka aku harus seperti itu (rata2 orang kaya gini)."

Jadi kita bisa fleksibel sepenuhnya dan mampu menggunakan potensi yang tidak terbatas dari pikiran kita, inilah kebijaksanaan atau prajna.

 _/\_
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Indra on 05 May 2012, 08:58:22 AM
DIRI (menurut pandangan seorang Zen Master)
Dalam Buddhadharma, diri itu dapat dilihat dengan 3 cara (tingkatan): diri kecil, diri universal dan tanpa diri. Kebanyakan orang merasa diri mereka sebagai diri sejati, mereka itu ditutupi kekelirutahuan (delusi).
Diri kecil adalah: proses penilaian terus menerus terhadap apa yang kita tangkap (persepsi) dan kita nilai, seperti, "ini kotaku, temanku, sukuku, situasiku, ...". Dan ini menciptakan rasa diri kecil.
Diri besar atau universal tampaknya kekal abadi. Dalam dhyana dan samadhi, seseorang dapat mengalami diri spiritual yang absolut dan kekal. Tetapi diri besar sebenarnya tidaklah kekal, ia berubah.
Diri besar adalah pengalaman yang datang dan pergi, seperti orang-orang yang mengalami wahyu religius atau spiritual. Disaat itu, mereka merasa bersatu dengan alam semesta - seolah-olah mereka adalah jagad raya. Setelah pengalaman itu pergi, mereka akan biasa kembali, tetapi kesan serta perasaannya bakal tetap bertahan, dan mereka bakal merasa lebih lega, lebih tenang, penuh kasih, dan percaya diri.
Tanpa diri maksudnya : Tidak ada kemelekatan dan rasa diskriminasi (pilih kasih) yang membeda-bedakan. Contohnya misalkan seorang Buddhist yang tidak punya kemelekatan terhadap gagasan 'umat Buddhist' tersebut, maka ketika ia berinteraksi dengan orang beragama lain, tidak ada rasa membeda-bedakan. Jadi tidak ada kemelekatan pada rasa identitas, misalnya rasa: suku, ras, golongan, agama, sekte, aliran, negara dll.
Orang yang mencapai pencerahan sempurna punya kebijaksanaan dan kebajikan, tetapi mereka sendiri MALAH tidak melihatnya seperti itu. Kalau mereka berfikir, "Aku punya kebijaksanaan dan kebajikan", itu berarti mereka justru melekat pada suatu diri, dan mereka belum benar-benar terbebas.
(Zen Wisdom, by Ch'an Master Sheng Yen, penerbit Suwung)
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 27 July 2015, 05:10:27 PM
Kalau semuanya dicampur aduk jadi gado-gado.Kebenaran sejatinya yang mana?
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Alexis on 27 July 2015, 11:49:02 PM
Namo Buddhaya  _/\_

Diri = Nama & Rupa

IMO :
Bila dilihat dari sisi "Rupa"  / secara Jasmaniah - Diri itu ada "Jati Diri", nyata, ini Aku...
Bila dilihat dari sisi "Nama" / secara Bathiniah   - Diri itu tidak ada inti, hanya perpaduan unsur, tidak ada "Aku"...

 _/\_
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 28 July 2015, 02:56:29 AM
Jadi seperti pohon ada yang punya inti dan ada yang tidak.Ada pohon nama dan ada pohon rupa.
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Alexis on 28 July 2015, 04:26:23 AM
Jadi seperti pohon ada yang punya inti dan ada yang tidak.Ada pohon nama dan ada pohon rupa.

Salam  _/\_

IMO :
Secara riil, nyata, dilihat secara Fisik / Jasmani
Pohon mempunyai akar, batang, daun,dll.
Begitupun manusia mempunyai jantung, kepala, otak, dll.

Pohon mempunyai inti atau tidak, tergantung dilihat dari sudut pandang (persepsi / konsep / pemikiran / bathin) seseorang.
Bisa saja seseorang dengan sudut pandang yg berbeda mengatakan bahwa inti pohon itu ada di akar, ada di batang, atau di daun.
(Bagaimana dengan batang kangkung, sedotan, donat. Dimana letak intinya...)
Atau dengan sudut pandang yg berbeda mengatakan bahwa Manusia intinya ada di jantung, ada di kepala, atau di otak.
Semua ini tergantung dari cara pandang yg menilai.

Bila seseorang telah memahami Dhamma = Kebenaran yg telah diajarkan oleh Sang Buddha,
Seseorang akan memahami :
Pohon itu tidak ada inti, hanya perpaduan unsur antara akar, batang, daun, dll.
Manusia juga merupakan perpaduan unsur dari panca khanda = rupa + bentuk bentuk pikiran = nama

 _/\_


Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 28 July 2015, 05:16:01 AM
Jawabannya cukup "manis" untuk diingat,tapi apa ada yang lebih "manis" lagi dari ini?
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: seniya on 28 July 2015, 01:02:44 PM
Wah, thread lebih dr 3 tahun yg lalu di-up lagi, padahal sekarang TS-nya sudah tidak mencari jati diri lagi ;D
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Alexis on 29 July 2015, 12:47:45 AM
Wah, thread lebih dr 3 tahun yg lalu di-up lagi, padahal sekarang TS-nya sudah tidak mencari jati diri lagi ;D

Salam  _/\_

Tidak apa apa kk...
Semoga thread ini cukup membantu "aku" (atau pembaca lainnya) agar tidak "melekat"...
mudah2an bisa membantu sedikit demi sedikit untuk "melepas"....

 _/\_
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Alexis on 29 July 2015, 01:01:20 AM
Jawabannya cukup "manis" untuk diingat,tapi apa ada yang lebih "manis" lagi dari ini?

Salam  _/\_

IMO :
"Manis" menurut kk dengan "aku" bisa berbeda lho...  ;D

Contoh :
Secangkir teh atau kopi bila ditaburi dengan gula sebanyak satu sendok makan...
Bisa terasa "manis"... atau kurang "manis"... bahkan tidak "manis"...
tergantung "rasa" bagi yang mencicipinya, apakah sudah cukup "manis" atau tidak...  :)

 _/\_
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 29 July 2015, 03:26:41 AM
Kalau sudah dikasih "sepotong hati" seharusnya berterima kasih.Tapi kalau mau dikasih lebih juga tidak masalah.
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Alexis on 29 July 2015, 04:43:21 AM
Kalau sudah dikasih "sepotong hati" seharusnya berterima kasih.Tapi kalau mau dikasih lebih juga tidak masalah.

Salam  _/\_

IMO :
Setelah mengetahui "sepotong hati"...
Walaupun "ber dukkha hati"...
Berusahalah "se penuh hati"...
Maka akan menuju "ke kosong an hati"

Setelah memahami,
"sepotong hati"
"ber dukkha hati"
"se penuh hati"
"ke kosong an hati"


"lepaskanlah hati"

 _/\_
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: cumi polos on 29 July 2015, 07:53:00 AM
Bagaimana pandangan Buddhis terhadap jati diri? Apakah bertentangan dg ajaran Anatta?

Utk pengertian jati diri menurut pandangan umum bisa dilihat di http://andriewongso.com/artikel/catatan_andrie_wongso/4215/Mengenal_Jati_Diri_Kita_Sebagai_Manusia/ (http://andriewongso.com/artikel/catatan_andrie_wongso/4215/Mengenal_Jati_Diri_Kita_Sebagai_Manusia/)
bagaimana jati diri terbentuk ?
 :P
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: cumi polos on 29 July 2015, 08:43:18 AM
selain jadi diri....

3 komponen yang sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang, komponen tersebut antara lain :

1.      Diri Ideal.Dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan orangtua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). dalam setiap ujian

2.      Citra Diri.Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan gambar yang muncul dalam cermin/citra diri anda.

3.      Harga Diri.Semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga & bermakna, maka semakin tinggi harga diri anda.


bgaimana mnrut anda ?
         
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Alexis on 30 July 2015, 11:09:36 PM
Salam  _/\_

bagaimana jati diri terbentuk ?
 :P

Kalau ini tanya sama kk Seniya...  ^-^

selain jadi diri....

3 komponen yang sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang, komponen tersebut antara lain :

1.      Diri Ideal.Dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan orangtua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). dalam setiap ujian

2.      Citra Diri.Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan gambar yang muncul dalam cermin/citra diri anda.

3.      Harga Diri.Semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga & bermakna, maka semakin tinggi harga diri anda.


bgaimana mnrut anda ?
         

IMO :
1. Pengetahuan - ini yg dicari (tujuan manusia)
2. Kepribadian   - sesuai dengan yg dicari
3. "Aku" (ego)   - jangan dicari (fangshen) ^-^

 _/\_



Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 31 July 2015, 02:39:44 AM
Kesi,tongkat pikiran,tongkat perbuatan,tongkat bicara.
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 01 August 2015, 12:09:03 AM
Jati diri versi Buddha 1,karena ada masa lalu maka ada masa sekarang.
Title: Re: Jati Diri Menurut Ajaran Buddha
Post by: Sostradanie on 04 June 2019, 01:27:30 PM
Salam  _/\_

IMO :
Setelah mengetahui "sepotong hati"...
Walaupun "ber dukkha hati"...
Berusahalah "se penuh hati"...
Maka akan menuju "ke kosong an hati"

Setelah memahami,
"sepotong hati"
"ber dukkha hati"
"se penuh hati"
"ke kosong an hati"


"lepaskanlah hati"

 _/\_
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Yang ini fangshen ...tapi tidak fangshen juga mereka . banyak dibawah halusinasmu sampai hilang kemanusiaan mereka tedy bear?

DIRI (menurut pandangan seorang Zen Master)
Dalam Buddhadharma, diri itu dapat dilihat dengan 3 cara (tingkatan): diri kecil, diri universal dan tanpa diri. Kebanyakan orang merasa diri mereka sebagai diri sejati, mereka itu ditutupi kekelirutahuan (delusi).
Diri kecil adalah: proses penilaian terus menerus terhadap apa yang kita tangkap (persepsi) dan kita nilai, seperti, "ini kotaku, temanku, sukuku, situasiku, ...". Dan ini menciptakan rasa diri kecil.
Diri besar atau universal tampaknya kekal abadi. Dalam dhyana dan samadhi, seseorang dapat mengalami diri spiritual yang absolut dan kekal. Tetapi diri besar sebenarnya tidaklah kekal, ia berubah.
Diri besar adalah pengalaman yang datang dan pergi, seperti orang-orang yang mengalami wahyu religius atau spiritual. Disaat itu, mereka merasa bersatu dengan alam semesta - seolah-olah mereka adalah jagad raya. Setelah pengalaman itu pergi, mereka akan biasa kembali, tetapi kesan serta perasaannya bakal tetap bertahan, dan mereka bakal merasa lebih lega, lebih tenang, penuh kasih, dan percaya diri.
Tanpa diri maksudnya : Tidak ada kemelekatan dan rasa diskriminasi (pilih kasih) yang membeda-bedakan. Contohnya misalkan seorang Buddhist yang tidak punya kemelekatan terhadap gagasan 'umat Buddhist' tersebut, maka ketika ia berinteraksi dengan orang beragama lain, tidak ada rasa membeda-bedakan. Jadi tidak ada kemelekatan pada rasa identitas, misalnya rasa: suku, ras, golongan, agama, sekte, aliran, negara dll.
Orang yang mencapai pencerahan sempurna punya kebijaksanaan dan kebajikan, tetapi mereka sendiri MALAH tidak melihatnya seperti itu. Kalau mereka berfikir, "Aku punya kebijaksanaan dan kebajikan", itu berarti mereka justru melekat pada suatu diri, dan mereka belum benar-benar terbebas.
(Zen Wisdom, by Ch'an Master Sheng Yen, penerbit Suwung)
Permulaan terkena kesaktian lebih tinggi.
Pemicu tercepat karena makanan dan minuman. Sudah waktunya kr di kontrol....cuma meninggalkan jejak waktu sejarah . karena baru dapat hal yang sama sambil memantau cara kerja...dan perilaku siluman dulu. .

Mata terasa sakit karena berusaha memaksa persepsi...aku bisa ingat nanti per kondisi kejadian . tidak lama setelah aku ini berubah2 lho. ..mengontrol setiap hari korbannya. ..hahaha....