waduh, dijadikan tempat berantem...
kalo gitu saya simpulkan aja menurut saya sendiri:
* kemungkinan cerita jataka di atas original: satu per 1000 trilyun.
* tipitaka merupakan hasil kompilasi mulai dari masa early buddhisme (sesudah Sang Buddha parinibbana) sampai pada masa konsili yang dipimpin moggaliputta tissa dan disponsori oleh raja asoka. bukan sulap, proses kompilasi ini berlangsung dalam beberapa gelombang, mulai dari sutta-sutta "tua" dari masa early buddhism sampai pada penambahan-penambahan yang lebih "muda". dalam hal ini, tentunya naskah-naskah yang lebih tua memiliki kemungkinan yang lebih besar sebagai ajaran yang mendekati ajaran yang diajarkan langsung oleh Sang Buddha, sedangkan bagian-bagian yang lebih muda --seperti jataka dan abhidhamma-- kemungkinan besar merupakan penambahan dan karangan belakangan setelah masa perpecahan
* jangan terpengaruh pada otoritas keajaiban-keajaiban maupun asumsi-asumsi --seperti kemampuan memori fotografis hasil jhana, gak bisa salah inget sampe ke abc...z dan titik-koma, pengucaran tanpa henti oleh sekian ratus arahat, bumi bergoncang dan dewa-dewi-brahma berseru gembira-- yang melatarbelakangi pembuatan buku-buku suci. bacalah buku-buku suci --termasuk seluruh isi tipitaka-- itu dengan seksama, kritis dan netral. jangan langsung menganggapnya sebagai kebenaran mutlak dan merasa yg sudah dibaca itu final
* pertanyaan yg belum konklusif dan blom terjawab tuntas:
"bagaimana halnya dengan beberapa perbedaan pendapat dan penafsiran sutta2 yg melahirkan berbagai macam metode meditasi? seperti anda ketahui, banyak perbedaan pendapat mengenai samadhi, jhana, vipassana dan sati, mulai dari definisinya, urutan2 sampai kepada praktiknya. masing2 pendapat mencoba menjelaskan berbasiskan sutta2 sendiri. apakah tool-tool itu (e.g. gotami sutta, dsb) bisa memisahkan mana yang otentik, mana yg tidak, mana praktik yg diajarkan Sang Buddha? kalau bisa, saya pikir tidak akan terjadi perbedaan pendapat tadi."
menurut sumedho: setidaknya ada panduan, gak bisa yakin 100% (dengan kata lain, gak bisa tau pasti --morp).
indra: (diem dan kasih thanks to sumedho, artinya setuju --morp).
menurut morpheus: gak bisa tau, sehingga tidak ada jalan lain, dicoba dan dipraktikkan, lalu bandingkan dengan pengalaman dan pengamatan anda sendiri, mana diantara teori2 itu yang cocok.