//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Peacemind

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 65
91
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 12 April 2011, 10:04:06 PM »
Mungkin  kita pernah mendengar dimana kekuatan khanika samadhi pada tahap tertentu saat bervipasana bisa sekuat/setara  jhana. (ada didalam buku meditasi Vipasana oleh Mahasi Sayadaw(bahasa indo) halaman 108). Jika ini dikatakan sebagai Vipasanna Jhana maka
Pertanyaanya : bisa setara/sekuat jhana ke berapa kekuatannya?(jika ada referensinya  akan lebih baik). _/\_





Saya pernah membaca bukun susunan Mahasi Sayadaw. Beliau mengatakan bahwa khanikasamādhi dalam vipassana hanya setara dengan upacarasamādhi / access concentration.

92
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:30:07 PM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^ Coba baca lagi dengan seksama syair ke 295. Sayir 295 dengan jelas mengatakan bahwa itu kiasan. Sedangkan syair 294 dan syair 295 berkaitan. Maaf Samanera hehehe....

Mettacittena,   _/\_

Syair 194:

Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca khattiye;
Raṭṭhaṃ sānucaraṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo.

Setelah membunuh ayah dan ibu, dua raja khattiya;
Menghancurkan kerajaan beserta penduduknya, Brahmana sejati  tidak menderita.

Syair 195:

Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca sotthiye;
Veyagghapañcamaṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo.

Setelah membunuh ayah dan ibu, dua raja makmur;
dan membunuh harimau sebagai yang kelima, Brahmana sejati tidak menderita.

Pernyataan bahwa syair 195 sebagai kiasannya mana nih?  Dua syair di atas akan terlihat sebagai kiasan  hanya ketika kita mengenal ajaran Buddha dan juga secara eksplisit mengacu kepada kitab komentar. ;D

93
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 09:02:08 PM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^  kan Samanera sendiri yang bilang kitab penjelasan bukan termasuk Tipitaka...? Jadi 35 juta belum kena kan....?  ;D

Mettacittena,    _/\_

Saya menyebutkan penjelasan kitab komentar karena dalam menanggapi dua syair Dhammapada yang dikutip Kainyn, anda juga menggunakan kitab komentar untuk mendukung bahwa syair tersbt hanya merupakan kiasan. ;D

94
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 12 April 2011, 08:45:06 PM »
sayati bukannya berbaring y bro ^^
supati= tidur

subha ??

Eh betul... sayati = berbaring. Subha = indah. Supinaṃ?

95
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 08:40:16 PM »
 [at] Fabian:

Bagi seorang puthujjana, semua bentuk mental akan mempengaruhi kondisi fisik. Jika pikiran muncul ketidak-senangan karena mendengarkan kata-kata yang tidak menyenangkan, jasmani pun akan terpengaruhi. Jasmani akan menjadi tegang, dada terasa sesak, hati menjadi panas. Ini juga merupakan luka jasmani.. hehehehe....... 

Btw, dalam kitab Komentar untuk Aggikkhandhasutta, dijelaskan bahwa sebelum memberikan khotbah ini, Sang Buddha terlebih dahulu sudah melihat akibat yang akan terjadi. Namun karena mempertimbangkan bahwa melalui khotbah tersebut 60 bhikkhu akan mencapai arahat, Beliau memberikan khotbah ini, meski Beliaupun tahu bahwa 60 bhikkhu akan memuntahkan darah segar. Nah kitab komentar dengan jelas memberikan indikasi bahwa terkadang melukai secara fisik dibenarkan jika ada keuntungan yang lebih besar. hehehe....

96
Game / Re: game bahasa Pali
« on: 12 April 2011, 07:36:26 PM »
rati = kesenangan, kemelekatan (tapi ngk yakin ...)

sayati ?

ia tidur...

supati?

97
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 07:28:36 PM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^  Sayang sekali saya harus mengecewakan Samanera lagi nih... Syair tersebut jelas hanya merupakan kiasan. Tak ada yang dilukai, tak ada yang mati. Hanya bentuk kiasan, bukan real secara fisik. Berikut saya copaskan syair tersebut dari Mettalanka:

Mataram pitaram hantva
rajano dye ca khattiye
rattham sanucaram hantva
anigho yati1 brahmano.

Mataram pitaram hantva
rajano dve ca sotthiye
veyagghapancamam2 hantva
anigho yati brahmano


Ini terjemahan bahasa Inggrisnya:

Verse 294: Having killed mother (i.e., Craving), father (i.e., Conceit), and the two kings (i.e., Eternity-belief and Annihilation-belief), and having destroyed the kingdom (i.e., the sense bases and sense objects) together with its revenue officer (i.e., attachment), the brahmana (i.e., the arahat) goes free from dukkha.

Verse 295: Having killed mother, father, the two brahmin kings and having destroyed the hindrances of which the fifth (i.e., doubt) is like a tiger-infested journey, the brahmana (i.e., the arahat) goes free from dukkha.


Sedangkan sayembaranya ditulis demikian:

"membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik"

Syair itu tidak dimaksudkan membunuh secara fisik, jadi saya masih aman. Ayo jangan menyerah Samanera... :))

Mettacittena,   _/\_



Yang disayembarakan tidak menyebutkan apakah harus mengecualikan'makna kiasan' ataukah tidak. Yang terpenting adalah 'pernyataan dalam Tipitaka'. Makna sesungguhnya dalam syair di atas dijelaskan dalam kitab komentar dan bukan Tipitakanya. Beberapa kata-kata yang ada dalam tanda kurung di terjemahan bahasa Inggris di atas diambil dalam Kitab komentar. Secara pernyataan, dengan melupakan makna yang tersembunyi di balik syair di atas, sudah memenuhi syarat untuk memenangkan sayembara di atas. hehe....

Sekarang juga mesti dibahas mengenai Abhāyarājākumārasutta, Majjhimanikāya terutama ketika Sang Buddha mengklaim bahwa Beliau sendiri juga terkadang mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan (appiyā) dan tidak disetujui (amanāpā) kepada orang lain. Meskipun kata-kata yang diucapkan Beliau pada akhirnya bermanfaat bagi si pendengar, setidaknya, kata-kata tersebut pada awalnya melukai. Lihat saja dalam Aggikkhandhasutta, Aṇguttaranikāya. Ketika Sang Buddha membabarkan Sutta ini, ada 60 bhikkhu langsung memuntahkan darah ( Imasmiñca   pana   veyyākaraṇasmiṃ   bhaññamāne   saṭṭhimattānaṃ   bhikkhūnaṃ  uṇhaṃ  lohitaṃ  mukhato uggañchi). Di sutta ini, ada indikasi bahwa kata-kata yang melukai diperbolehkan jika pada akhirnya memberikan manfaat yang lebih besar. Bagaimana, 6 jutakah? hehehe....

98
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 02:20:48 PM »
Kisah Bhaddiya Thera, Si Orang Pendek


DHAMMAPADA XXI : 294, 295

Suatu ketika beberapa bhikkhu datang berkunjung dan memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana. Ketika mereka bersama Sang Buddha, Lakundaka Bhaddiya kebetulan lewat tidak jauh dari mereka.

Sang Buddha meminta mereka untuk memperhatikan Thera yang pendek itu dan berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, lihatlah kepada Thera itu. Ia telah membunuh kedua ayah dan ibunya, dan setelah membunuh orang tuanya ia pergi tanpa penderitaan lagi".

Para bhikkhu tidak dapat mengerti pernyataan yang telah diucapkan oleh Sang Buddha. Karena itu mereka memohon kepada Sang Buddha untuk menjelaskannya dan Beliau berkenan menjelaskan artinya.

Pernyataan di atas dibuat oleh Sang Buddha berkaitan dengan kehidupan arahat, yang telah melenyapkan nafsu keinginan, kesombongan, pandangan salah, dan kemelekatan pada indria dan objek indria. Sang Buddha telah membuat pernyataan metaforis. Istilah "ibu" dan "ayah" digunakan untuk menunjukkan nafsu keinginan dan kesombongan. Kepercayaan/pandangan tentang keabadian (sassataditthi) dan kepercayaan/pandangan tentang pemusnahan (ucchedaditthi) seperti halnya dua raja, kemelekatan seperti para menterinya, dan indria serta objek indria seperti halnya sebuah kerajaan.

Setelah menjelaskan arti pernyataan itu kepada mereka, Sang Buddha membabarkan syair 294 dan 295 berikut ini:


Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan),
serta dua orang ksatria (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan);
dan setelah menghancurkan negara (pintu-pintu indria)
bersama dengan para menterinya (kemelekatan),
maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.(294)


Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan),
serta dua raja yang arif (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan);
dan setelah menghancurkan lima jalan yang penuh bahaya (lima rintangan batin),
maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.(295)

http://www.w****a.com/forum/kumpulan-sutra-vinaya-buddhist/6495-kisah-kisah-dhammapada-bab-xxi-bunga-rampai-290-291-292-293-294-295-a.html

hehe sebagai member DC.... om Fabian 6 jt nya ditahan dulu ~ _/\_

Cerita di atas khan Dhammapada Aṭṭhakathā, dan bukan Dhammapadanya. Yang dijadikan sayembara adalah pernyataan yang ada dalam Tipitaka. Dhammapada Aṭṭhakathā bukan termasuk Tipitaka. Syair yang dicantumkan Kainyn sudah memenuhi syarat untuk menjawan posting awal. hehehe.....

99
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 11:40:22 AM »
Sudah saya siapkan nih nomor rekeningnya >:D


Spoiler: ShowHide
BCA No. Rek: 001-303-8888 a/n Kegiatan Sosial PEDULI KASIH Indosiar




Benar-benar mulia nih tujuannya. Padahal kalau saya dapat, mau bikin party. hehe...

100
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 11:33:22 AM »
Yang tertulis di sini, dengan membunuh (orang tua, raja, dsb), "anīgho yāti brāhmaṇo" (brahmana mengembara tanpa kebingungan). "Anigha" adalah tujuan dari berlatih, yaitu terhentinya dukkha. Jadi memang 'membunuh' di sini dianjurkan kok.


Kalaupun saya tidak dapat 6 juta, kayaknya Kainyn bisa dapat nih..... :D

101
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 11:12:38 AM »
Kutipan dari mettalanka: "Venerable sir, I will pull it out. If I could not take it out quickly, taking hold of the head with the left hand, would pull it out with the finger of the right hand, even while blood is spilt"

"Bhante, saya akan mengeluarkannya. Jika saya tak dapat mengeluarkannya dengan cepat, dengan memegang kepalanya ditangan kiri, saya akan menariknya dengan jari di tangan kanan, walaupun darah mengucur"

jadi jelas tidak ada kata-kata merobek mulut dsbnya.

Teman-teman sekalian, memang judul yang saya berikan belum sempurna, masukan dari teman-teman sungguh berharga, Mungkin harus ditambah lagi kondisinya untuk sayembara ini sehingga menjadi sempurna, teman-teman harap memberi masukan lebih jauh.....

 Mettacittena,  _/\_




Memang tidak ada kata-kata langsung 'merobek mulut', tetapi kalimat di atas mengandung unsur pemaksaan secara fisik yang mana si pelaku secara sangat sadar dan tahu bahwa cara tersebut akan melukai si bayi, dan.... Sang Buddha menyetujui cara tersebut. :D

102
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 11:07:22 AM »
Kutipan dari mettalanka: "Venerable sir, I will pull it out. If I could not take it out quickly, taking hold of the head with the left hand, would pull it out with the finger of the right hand, even while blood is spilt"

"Bhante, saya akan mengeluarkannya. Jika saya tak dapat mengeluarkannya dengan cepat, dengan memegang kepalanya ditangan kiri, saya akan menariknya dengan jari di tangan kanan, walaupun darah mengucur"

jadi jelas tidak ada kata-kata merobek mulut dsbnya.

Teman-teman sekalian, memang judul yang saya berikan belum sempurna, masukan dari teman-teman sungguh berharga, Mungkin harus ditambah lagi kondisinya untuk sayembara ini sehingga menjadi sempurna, teman-teman harap memberi masukan lebih jauh.....

 Mettacittena,  _/\_




Kalau kondisinya ditambah, ngga ada pemenangnya deh.. :D

103
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 11:05:57 AM »
Kalau Angulimala memang diceritakan membunuh dalam sutta, tapi memang tidak dibenarkan. Berbeda dengan syair dhammapada ini yang memang dikatakan oleh Buddha Gotama sendiri, terlepas dari makna 'tersembunyinya'.




Yes.....

104
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 10:51:36 AM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^  untunglah tidak tertulis demikian di Sutta tersebut jadi lima jutanya selamat hehehe....

 _/\_

Ya di sutta tidak mengatakan demikian secara langsung, tetapi kan intinya sama.... hehehe....

105
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 12 April 2011, 10:46:20 AM »
Dalam bayangan saya sih kalau namanya 'sengaja' itu adalah maksudnya memang niatnya melukai. Kalau orang ingin mengeluarkan batu dari mulut bayi, maka ia berusaha sebisa mungkin tidak melukainya. Namun walaupun melukai, tetap akan dilakukan juga jika terpaksa. Berbeda dengan yang sengaja dengan niat melukai. Tapi memang definisi dari TS masih kurang detail, jadi kalau mau dipaksakan, sepertinya bisa juga. Tergantung juri yang menilai.


Sengaja melukai tidak harus berarti berniat melukai secara negatif. Jika kerikil menyangkut ditenggorokan seorang bayi, seumpamanya bayi tersebut dibawa ke dokter, seorang dokter, dengan sengaja dan penuh sadar, harus memotong bagian tubuh (melukai bagian tubuh) sekitar tenggorokan bayi tersebut untuk mengeluarkan kerikil tersebut. Di sini ada unsur kesengajaan untuk melukai meskipun tujuan utamanya adalah demi menyelematkan bayi tersebut.

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 65