//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: The Tiger and the Strawberry  (Read 36237 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #45 on: 21 November 2008, 11:39:08 AM »
 [at] markosprawira

ney persepsi saya pribadi ya, bener gak?
An-Atta itu menjelaskan konsep tidak ada AKU

yang bukan berarti AKU itu sebenarnya ada tetapi tidak ada di dalam diri,
melainkan AKU itu hanyalah fantasi yang memang sebenarnya tidak ada sama sekali dari dulu,
kita hanya memvisualisasikan Tanha dan Avijja yang didalam diri kita saja ke bentu AKU itu.

mohon dikoreksi.
i'm just a mammal with troubled soul



Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #46 on: 21 November 2008, 02:27:59 PM »
MOHA adalah kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah.....

karena moha itulah, semua hal menjadi "keliru" krn kita tidak tahu mana yg salah dan mana yg benar. Yg salah dianggap benar dan yg benar dianggap salah

demikian juga dengan AKU.
betul yg anda bilang, bhw AKU hanyalah "fantasi"
kita yg menganggap bhw AKU yg terdiri dari batin dan fisik ini sebagai sesuatu yg eksis.
Padahal setiap saat, pikiran/citta kita selalu berubah2
setiap saat, cetasika/faktor batin kita selalu berganti2
bahkan setiap saat, unsur2 dalam fisik kita (mahabutha 4), selalu berfluktuasi komposisinya

itu yg saya tanyakan kpd Petrus dan tidak dijawab sampai saat ini :

Seperti apakah ROH itu? spt anda wkt bayi? wkt anda umur 3 thn? wkt jadi anak SD? wkt jadi mahasiswa? atau kapan?
ini karena konsep ROH itu adalah sesuatu yg eksis dan kekal, tidak ada perubahan apapun padanya

kembali disini jika kita mau jujur, sudah jelas bhw ROH itu tidaklah eksis bahkan si "markosprawira" ini saja pun tidak eksis karena setiap saat terus mengalami mati dan hidup

Ini yg pernah disebut dengan "tidak ada kamma karena tidak ada si pembuat"

Namun ini bukan berarti bhw segala sesuatu itu "sunya" atau "kosong" yah.
Konsep keliru ini bnyk dipegang oleh para meditator

Sesungguhnya segala sesuatu itu adalah proses yg terus berkelanjutan, yg tidak jelas pangkal dan ujung selama kita tidak mau berusaha memotongnya

Itu yg disebut dengan "lingkaran samsara" seperti tersebut dalam paticca samuppada.

Semoga bisa dimengerti dan mohon masukan dari rekan2 lainnya.........

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #47 on: 21 November 2008, 02:34:55 PM »
MOHA adalah kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah.....

karena moha itulah, semua hal menjadi "keliru" krn kita tidak tahu mana yg salah dan mana yg benar. Yg salah dianggap benar dan yg benar dianggap salah

demikian juga dengan AKU.
betul yg anda bilang, bhw AKU hanyalah "fantasi"
kita yg menganggap bhw AKU yg terdiri dari batin dan fisik ini sebagai sesuatu yg eksis.
Padahal setiap saat, pikiran/citta kita selalu berubah2
setiap saat, cetasika/faktor batin kita selalu berganti2
bahkan setiap saat, unsur2 dalam fisik kita (mahabutha 4), selalu berfluktuasi komposisinya

itu yg saya tanyakan kpd Petrus dan tidak dijawab sampai saat ini :

Seperti apakah ROH itu? spt anda wkt bayi? wkt anda umur 3 thn? wkt jadi anak SD? wkt jadi mahasiswa? atau kapan?
ini karena konsep ROH itu adalah sesuatu yg eksis dan kekal, tidak ada perubahan apapun padanya

kembali disini jika kita mau jujur, sudah jelas bhw ROH itu tidaklah eksis bahkan si "markosprawira" ini saja pun tidak eksis karena setiap saat terus mengalami mati dan hidup

Ini yg pernah disebut dengan "tidak ada kamma karena tidak ada si pembuat"

Namun ini bukan berarti bhw segala sesuatu itu "sunya" atau "kosong" yah.
Konsep keliru ini bnyk dipegang oleh para meditator

Sesungguhnya segala sesuatu itu adalah proses yg terus berkelanjutan, yg tidak jelas pangkal dan ujung selama kita tidak mau berusaha memotongnya

Itu yg disebut dengan "lingkaran samsara" seperti tersebut dalam paticca samuppada.

Semoga bisa dimengerti dan mohon masukan dari rekan2 lainnya.........

Bro Markosprawira, kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah itu adalah Avijja, bukannya Moha.

Karena ketidaktahuan (tidak tahu akan hal2 yg vital dalam menuju Pembebasan), maka makhluk2 terkontaminasi Lobha, Dosa dan Moha.

Lobha -> keserakahan, mencakup rasa egois untuk terus memiliki (nafsu) dan ketertarikan terhadap sesuatu

Dosa -> kebencian, mencakup rasa egois untuk angkuh, marah dengki pada orang lain, dan penolakan terhadap sesuatu

Moha -> kebodohan (stupidity), mencakup rasa egois untuk tidak peduli terhadap kebenaran, dan menganggap diri sendiri adalah benar

Contoh Moha yg mengendap di pikiran orang adl sbb :
Si A sudah diajarkan bahwa membunuh itu tidak baik sejak kecil. banyak orang yg menasehatinya terus dan dia pun sudah paham akan konsekuensinya. Namun Si A tetap membunuh makhluk hidup. Dalam hal ini sifat Moha-nya sangat dominan, dan mungkin disertai dengan Lobha (senang membunuh) dan Dosa (benci terhadap makhluk ybs).

 _/\_

NB : Orang yg sudah dijelaskan bahwa suatu hal yg dilakukan adalah tidak berguna, tetap saja tidak peduli dan malah tetap melakukannya, itulah orang bodoh dan tidak bijaksana (MOHA).
« Last Edit: 21 November 2008, 02:37:44 PM by upasaka »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #48 on: 21 November 2008, 02:58:55 PM »
MOHA adalah kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah.....

karena moha itulah, semua hal menjadi "keliru" krn kita tidak tahu mana yg salah dan mana yg benar. Yg salah dianggap benar dan yg benar dianggap salah

Bro Markosprawira, kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah itu adalah Avijja, bukannya Moha.

Karena ketidaktahuan (tidak tahu akan hal2 yg vital dalam menuju Pembebasan), maka makhluk2 terkontaminasi Lobha, Dosa dan Moha.

Lobha -> keserakahan, mencakup rasa egois untuk terus memiliki (nafsu) dan ketertarikan terhadap sesuatu

Dosa -> kebencian, mencakup rasa egois untuk angkuh, marah dengki pada orang lain, dan penolakan terhadap sesuatu

Moha -> kebodohan (stupidity), mencakup rasa egois untuk tidak peduli terhadap kebenaran, dan menganggap diri sendiri adalah benar

Contoh Moha yg mengendap di pikiran orang adl sbb :
Si A sudah diajarkan bahwa membunuh itu tidak baik sejak kecil. banyak orang yg menasehatinya terus dan dia pun sudah paham akan konsekuensinya. Namun Si A tetap membunuh makhluk hidup. Dalam hal ini sifat Moha-nya sangat dominan, dan mungkin disertai dengan Lobha (senang membunuh) dan Dosa (benci terhadap makhluk ybs).

 _/\_

NB : Orang yg sudah dijelaskan bahwa suatu hal yg dilakukan adalah tidak berguna, tetap saja tidak peduli dan malah tetap melakukannya, itulah orang bodoh dan tidak bijaksana (MOHA).

dear upasaka,

moha adalah dasar segalanya, dasar dari semua akusala....... kegelapan batin yg membuat tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah

avijja yg disebabkan oleh Moha, adalah ketidak tahuan akan 4 kebenaran mulia, jalan utama berunsur 8, tilakkhana.....

jika anda melihat dari sisi batin, setiap ada Lobha, PASTI ada moha
dan setiap ada Dosa, pun PASTI ada Moha

Tapi Moha bisa berdiri sendiri tanpa didampingi Lobha maupun Dosa (bisa dilihat di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4378.0)

Dalam paticca samuppada, memang moha bisa diindentikkan dengan avijja
Namun dalam hakekat yg sesungguhnya sebagaimana saya sebut diatas, moha jauh lebih luas dibanding avijja

semoga bisa dimengerti yah......

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #49 on: 21 November 2008, 03:42:08 PM »
you disini tanha juga karena tanha adalah pembuat, misalnya petrus menginginkan baju (misalnya yah kan bisa saja kue). nah di plototin deh tuh baju sampai terbawa mimpi. ini menjadi kemelekatan nah besok nya misalnya (amit amit yahh) you kecelakan gitu tapi pas lagi mejelang ajal pikiran nya melekat terus di baju itu.

maka petrus yang sekarang ada akan hilang dan mungkin lahir sebagi kutu di baju tersebut(karena keinginan yang melekat pada baju tersebut).

kan ada di nasarani tidak boleh mengidolakan sesuatu kenapa karena sebab ini lah (memang di nasarni lebih singkat)

tanha itu kan penyebab dukkha, siapa penyebab tanha ??

baju harus dipakaikan supaya yang mati bahagia, gak usah repot-repot menghilangkan keiinginan segala.  ^-^


siapa penyebab tanha, yang menciptakan dong, karena penciptaan komplit dengan tanha
Jadi enakkan tanha sesuai dengan kehendaknya, jadi yg punya tanha gak salah loh.

Itu susahnya kalo keinginan yang mati juga telah didesain dan diciptakan seperti itu, jadi walaupun udah pake baju masih.....ingin. hehehehee


Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #50 on: 21 November 2008, 09:58:42 PM »
MOHA adalah kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah.....

karena moha itulah, semua hal menjadi "keliru" krn kita tidak tahu mana yg salah dan mana yg benar. Yg salah dianggap benar dan yg benar dianggap salah

Bro Markosprawira, kegelapan batin yg membuat kita tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah itu adalah Avijja, bukannya Moha.

Karena ketidaktahuan (tidak tahu akan hal2 yg vital dalam menuju Pembebasan), maka makhluk2 terkontaminasi Lobha, Dosa dan Moha.

Lobha -> keserakahan, mencakup rasa egois untuk terus memiliki (nafsu) dan ketertarikan terhadap sesuatu

Dosa -> kebencian, mencakup rasa egois untuk angkuh, marah dengki pada orang lain, dan penolakan terhadap sesuatu

Moha -> kebodohan (stupidity), mencakup rasa egois untuk tidak peduli terhadap kebenaran, dan menganggap diri sendiri adalah benar

Contoh Moha yg mengendap di pikiran orang adl sbb :
Si A sudah diajarkan bahwa membunuh itu tidak baik sejak kecil. banyak orang yg menasehatinya terus dan dia pun sudah paham akan konsekuensinya. Namun Si A tetap membunuh makhluk hidup. Dalam hal ini sifat Moha-nya sangat dominan, dan mungkin disertai dengan Lobha (senang membunuh) dan Dosa (benci terhadap makhluk ybs).

 _/\_

NB : Orang yg sudah dijelaskan bahwa suatu hal yg dilakukan adalah tidak berguna, tetap saja tidak peduli dan malah tetap melakukannya, itulah orang bodoh dan tidak bijaksana (MOHA).

dear upasaka,

moha adalah dasar segalanya, dasar dari semua akusala....... kegelapan batin yg membuat tidak tahu mana yg benar dan mana yg salah

avijja yg disebabkan oleh Moha, adalah ketidak tahuan akan 4 kebenaran mulia, jalan utama berunsur 8, tilakkhana.....

jika anda melihat dari sisi batin, setiap ada Lobha, PASTI ada moha
dan setiap ada Dosa, pun PASTI ada Moha

Tapi Moha bisa berdiri sendiri tanpa didampingi Lobha maupun Dosa (bisa dilihat di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4378.0)

Dalam paticca samuppada, memang moha bisa diindentikkan dengan avijja
Namun dalam hakekat yg sesungguhnya sebagaimana saya sebut diatas, moha jauh lebih luas dibanding avijja

semoga bisa dimengerti yah......

Berarti Moha itu bukan salah satu dari 3 akar kejahatan...?
Lalu bukankah Avijja itu yg menyebabkan semua makhluk tidak tahu akan perbuatan2 yg menghasilkan buah kamma?

Saya agak bingung neh...
Secara Avijja itu 'kan 'ketidaktahuan' -> artinya tidak tahu hakikat kehidupan / kegelapan batin
Kalau Moha itu 'kan 'kebodohan' -> artinya tidak peduli atau kebodohan batin

Jadi maksudnya karena 'tidak tahu', maka semua makhluk berbuat aksi (kamma, baik maupun buruk). Dan kamma buruk dilakukan karena ada 3 akar kejahatan (keserakahan, kebencian dan kebodohan).

Kalau seseorang sudah 'tahu' akan kebenaran tapi tetap melakukan perbuatan yg tercela (yg tidak dimuliakan oleh Para Bijaksana), itu artinya dia Moha, bukan...?

Dari dulu saya selalu mendapat persepsi yg tumpang-tindih seperti ini dari banyak teman2 saya.

Mohon penjelasan dari Anda  _/\_
« Last Edit: 21 November 2008, 10:01:08 PM by upasaka »

Offline Petrus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 312
  • Reputasi: -26
  • Gender: Male
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #51 on: 22 November 2008, 03:40:18 PM »
Dari timbulnya avijja muncul pula tanha (hasrat rendah) dan upadana (kemelekatan, khususnya kemelekatan pada “keakuan”). Dengan kata lain, dengan munculnya ketidaktahuan (avijja) maka muncul pula kegelapan batin (kamasava-kekotoran batin yang berupa nafsu indera, bhavasava-kekotoran batin yang berupa hasrat untuk menjadi dan ditthasava-kekotoran batin yang berupa kemelekatan terhadap pandangan keliru). Artinya, ketika istilah avijja digunakan, maka mencakup pula hasrat rendah (tanha) dan kemelekatan (upadana). Dalam hal ini, avijja merupakan sebab lampau, sedangkan tanha dan upadana sebagai sebab di masa kini, mengandung arti yang sama. Namun avijja diklasifikasikan sebagi penentu dari yang lampau, sedangkan tanha dan upadana diklasifikasikan sebagai penentu dari masa kini, untuk menujukkan setiap faktor tersebut berperan di dalam keterkaitannya dengan faktor lain pada Paticca Samuppada.

apa penyebab avijja ? apakah avijja termasuk kamma masa lalu ?

kayaknya muter-muter nih  :)

avijja bukanlah penyebab utama. avijja hanyalah ketidaktahuan / pandangan keliru. ketika kita memiliki pandangan benar, maka avijja pun tidak ada lagi. untuk terlepas dari avijja hanya dibutuhkan pemahaman benar dan komitmen, jadi avijja muncul hanya karena seseorang belum memahami kebenaran dan tidak ada komitmen untuk menjalani kehidupan dengan benar.

muter2..? wah, masa segitu aja dah puyeng..???
itu mah relativitas, anak kecil ja dah banyak yg ngerti loh waktu saya yg jelasin...  ;D

jawaban yang sebenarnya adalah anda tidak tahu karena dalam diri anda ada ketidaktahuan/avijja


Lah memang saya diliputi avijja. Namun saya sedang berusaha mengikisnya...
Lebih baik orang yg dengan lantang mengakui dirinya tidak tahu, daripada tidak merasa dirinya tidak tahu...
 _/\_

ini absurd.

aku tidak tahu apakah ada panu dibadanku, bagaimana aku mau mengikisnya ?
orang lain juga tidak tahu.

bagaimana mungkin kamu menghapuskan sesuatu yang tidak kamu ketahui ....?   :-?


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #52 on: 22 November 2008, 04:17:17 PM »

ini absurd.

aku tidak tahu apakah ada panu dibadanku, bagaimana aku mau mengikisnya ?
orang lain juga tidak tahu.

bagaimana mungkin kamu menghapuskan sesuatu yang tidak kamu ketahui ....?   :-?



Oleh sebab itu, terminologi DOSA di dalam ajaran BUDDHIS tidak sama dengan terminologi DOSA di dalam agama agama lain khususnya agama SAMAWI. Di dalam ajaran BUDDHIS bahwa avijja (ketidaktahuan) memegang peranan yang paling penting di dalam perjalanan hidup makhluk-makhluk di dalam SAMSARA.

Ketika sdr.petrus menganalogikan bahwa TIDAK TAHU ada PANU di tubuhnya, bagaimana mengikisnya ?? Jika memang BENAR TIDAK TAHU, baik karena tidak nampak oleh INDRA MATA, ataupun masih belum dirasakan oleh INDRA SENTUHAN (gatal), maka PANU itu tidak "EKSIS" bagi sdr.petrus... Kadang MATA melihat duluan ketimbang INDRA PERASA (gatal), atau bisa juga INDRA PERASA (gatal) duluan tahu ketimbang MATA. Karena ada sebab sebab itulah, maka dicari pemecahan permasalahannya...

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #53 on: 22 November 2008, 05:45:52 PM »

ini absurd.

aku tidak tahu apakah ada panu dibadanku, bagaimana aku mau mengikisnya ?
orang lain juga tidak tahu.

bagaimana mungkin kamu menghapuskan sesuatu yang tidak kamu ketahui ....?   :-?



Oleh sebab itu, terminologi DOSA di dalam ajaran BUDDHIS tidak sama dengan terminologi DOSA di dalam agama agama lain khususnya agama SAMAWI. Di dalam ajaran BUDDHIS bahwa avijja (ketidaktahuan) memegang peranan yang paling penting di dalam perjalanan hidup makhluk-makhluk di dalam SAMSARA.

Ketika sdr.petrus menganalogikan bahwa TIDAK TAHU ada PANU di tubuhnya, bagaimana mengikisnya ?? Jika memang BENAR TIDAK TAHU, baik karena tidak nampak oleh INDRA MATA, ataupun masih belum dirasakan oleh INDRA SENTUHAN (gatal), maka PANU itu tidak "EKSIS" bagi sdr.petrus... Kadang MATA melihat duluan ketimbang INDRA PERASA (gatal), atau bisa juga INDRA PERASA (gatal) duluan tahu ketimbang MATA. Karena ada sebab sebab itulah, maka dicari pemecahan permasalahannya...



Saya ingin menambahkan...

Sdr. Petrus, seumpamanya Anda dilahirkan dan sampai detik ini Anda tidak mengenal ajaran kebaikan / kebenaran (atau Agama), apakah Anda tahu nilai hidup Anda?

Ketidaktahuan (avijja) adalah tidak tahu akan hakikat hidup. Atau kalau dalam konteks Agama Anda, Anda tidak tahu setelah hidup akan ke mana, adakah Surga-Neraka, apa faedah dari berbuat baik, dsb...

Karena kita sadar (lihat, saya menggunakan kata 'sadar') kita belum tahu, maka kita mencari tahu. Setelah Anda mengetahui kebenaran, Anda tidak lagi tertutupi ketidaktahuan (avijja)...

Sekarang apakah Anda sudah tahu maksud saya, Sdr. Petrus?
« Last Edit: 22 November 2008, 05:57:18 PM by upasaka »

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #54 on: 22 November 2008, 07:06:10 PM »
ini absurd.

aku tidak tahu apakah ada panu dibadanku, bagaimana aku mau mengikisnya ?
orang lain juga tidak tahu.

bagaimana mungkin kamu menghapuskan sesuatu yang tidak kamu ketahui ....?   :-?



Ya, Petrus. Anda benar bagaimana kita mengobati Panu di badan kita kalau kita tidak tahu ada Panu di badan kita??

tetapi di seorang Buddhist, dia tahu ada Panu di badan kita, karena ada yang memberitahu, dialah Sang Buddha  (kita anggap saja orang yang tau/paham/sudah membuktikan bahwa disetiap makhluk yg berwujud pasti punya Panu (dengan kata lain Dukkha) dan dia juga sudah menemukan obat panu (dengan kata lain Nibbana) tersebut).

nah walau begitu, jangan karena mentang2 Sang Buddha yg memberitahu maka kita langsung percaya saja (hal inilah yang membuat saya kecewa dengan banyaknya masy Buddhist sekarang).

tetapi mereka seharusnya tidak langsung membeli obat dulu.Lihat dulu apa benar ada panu, trus Sang Buddha juga selain memberitahu ada Panu (aka. Dukkha). juga memberi Obatnya (aka. Nibbana),

dan sekali lagi, juga jangan langsung percaya akan obat yg di tawarkan Sang Buddha (ini juga yg kebanyakan Buddhist salah kaprah :mentang2 Sang Buddha yg katakan sendiri, langsung aja Percaya/melakukan).

Kalau anda lebih hebat lagi, ketahuilah Panu anda dan Carilah Obat sendiri, dan ada loh orang yang bisa, dan mereka disebut sebagai Paccekha Buddha

CMIIW. (it's just my percept)
i'm just a mammal with troubled soul



Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #55 on: 22 November 2008, 07:09:08 PM »
ini absurd.

aku tidak tahu apakah ada panu dibadanku, bagaimana aku mau mengikisnya ?
orang lain juga tidak tahu.

bagaimana mungkin kamu menghapuskan sesuatu yang tidak kamu ketahui ....?   :-?



Ya, Petrus. Anda benar bagaimana kita mengobati Panu di badan kita kalau kita tidak tahu ada Panu di badan kita??

tetapi di seorang Buddhist, dia tahu ada Panu di badan kita, karena ada yang memberitahu, dialah Sang Buddha  (kita anggap saja orang yang tau/paham/sudah membuktikan bahwa disetiap makhluk yg berwujud pasti punya Panu (dengan kata lain Dukkha) dan dia juga sudah menemukan obat panu (dengan kata lain Nibbana) tersebut).

nah walau begitu, jangan karena mentang2 Sang Buddha yg memberitahu maka kita langsung percaya saja (hal inilah yang membuat saya kecewa dengan banyaknya masy Buddhist sekarang).

tetapi mereka seharusnya tidak langsung membeli obat dulu.Lihat dulu apa benar ada panu, trus Sang Buddha juga selain memberitahu ada Panu (aka. Dukkha). juga memberi Obatnya (aka. Nibbana),

dan sekali lagi, juga jangan langsung percaya akan obat yg di tawarkan Sang Buddha (ini juga yg kebanyakan Buddhist salah kaprah :mentang2 Sang Buddha yg katakan sendiri, langsung aja Percaya/melakukan).

Kalau anda lebih hebat lagi, ketahuilah Panu anda dan Carilah Obat sendiri, dan ada loh orang yang bisa, dan mereka disebut sebagai Paccekha Buddha

CMIIW. (it's just my percept)

ini aku setuju soalnya masalah panu ini ada dimana bagi setiap orang mungkin tempat nya beda beda (makanya ada macam macam obyek meditasi)

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #56 on: 22 November 2008, 08:33:55 PM »
kelihatannya PANU bisa memberi pencerahan...


 :))

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #57 on: 22 November 2008, 08:48:39 PM »
sorry mo ralat dikit.


Quote from: hatRed
Kalau anda lebih hebat lagi, ketahuilah Panu anda dan Carilah Obat sendiri, dan ada loh orang yang bisa, dan mereka disebut sebagai Paccekha Buddha

hal yg saya katakn tadi, itu agak menyesatkan. mungkin yg bener

Samma Sambuddha

sedangkan Paccekha Buddha, bedanya dia gak memberitahukan kepada orang lain


jadi Baik Paccekha Buddha dan Samma Sambuddha itu orang yang mengetahui Panunya dan nyari Obat sendiri.

sedangkan perbedaannya yaaa........


sedangkan Paccekha Buddha, bedanya dia gak memberitahukan kepada orang lain


gitu gak ya. tolong donk dikoreksi, bis lupa2 inget neh
i'm just a mammal with troubled soul



Offline nobby_ta

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 205
  • Reputasi: 11
  • Gender: Female
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #58 on: 22 November 2008, 09:02:23 PM »
Quote
aku tidak tahu apakah ada panu dibadanku, bagaimana aku mau mengikisnya ?
orang lain juga tidak tahu.

Ok. Misalkan seseorang tidak tahu menderita panu. Dia diberitahu oleh temannya karena ada bercak putih di punggungnya. Dia menjadi malu. Panu  itu membuat dia kesal karena merusak kosmetik dan gatal terus (apalagi kalau berkeringat). Dia menggaruk terus sehingga mengganggu aktivitasnya. Tapi gatalnya tdk menghilang juga, timbullah kemarahan, keinginan untuk menggaruk semakin besar. Maka garuk2 terus, bahkan membuat kulitnya luka karena garukan itu. Karena orang itu tidak mengetahui penyebab dari panu. Dia mengoleskan balsem di panunya dengan berpikiran kuman panu akan musnah karena panasnya balsem sehingga kulitnya kembali mulus. Dia langsung ke warung beli balsem tanpa tanya2 orang lain atau baca buku. Setelah dioleskan, ternyata panunya tidak menghilang, kulit disekitar panu merah, dan panas. Penderitaannya bukan menghilang bahkan bertambah.

Kalao boleh diibaratkan, panu adalah penderitaan (dukkha). Keinginan untuk menggaruk dan menghilangkan bercak putih adalah kemelekatan (tanha). Anggapan bahwa panu disebabkan oleh kuman dan angapan setelah dikasih balsem, kulitnya akan mulus lagi adalah pandangan salah (sakkaya-ditthi atau atta-ditthi). Tidak mencari tahu lebih jauh mengenai panu, bagaimana mengilangkannya adalah kebodohan batin (moha).
Kalo tidak ada kebodohan batin, tidak ada pandangan salah, tidak ada kemelekatan, tidak ada penderitaan, sehingga terwujudlah kebebasan penderitaan. dalam kasus ini panu.  ^-^

Berikut saya post kutipan dari buku .........
Quote
Meditas Vipassana oleh Sayadaw U Janakabhivamsa.

Buddha menemukan sebab dari penderitaan (dukkha). Menurut ajaran Beliau, segala sesuatu muncul karena suatu kondisi. Apapun yang ada di dunia ini mempunyai sebab; tidak ada sesuatu yang muncul tanpa sebab. Ketika Buddha ingin menghentikan penderitaan (dukkha), Beliau harus menemukan penyebabnya. Ketika penyebabnya telah dimusnahkan, maka tidak akan ada akibat. Ketika Buddha yang Maha Tahu mencapai penerangan sempurna, Beliau menemukan penyebab dari penderitaan adalah "kemelekatan" (tanha). Pengertian dari kata tanha adalah keserakahan, nafsu, keinginan, pendambaan, dan kesukaan. Cendikiawan agama Buddha menterjemahkan tanha sebagai kemelekatan sehingga hal itu meliputi semua bentuk keinginan. Jadi, di dalam bahasa Indonesia, kami menggunakan kata kemelekatan untuk tanha.

Tanha atau kemelekatan adalah penyebab dari penderitaan. Bila ada tanha pasti ada penderitaan (dukkha). Ketika seseorang dapat melenyapkan tanha, dia pasti dapat melenyapkan penderitaan (dukkha). Tanha muncul karena suatu sebab. Jika tidak ada sebab, tanha tidak akan muncul. Tanha adalah keadaan mental dan proses mental yang terkondisi. Buddha yang Maha Tahu menemukan bahwa penyebab dari kemelekatan adalah pandangan salah, misalnya pandangan salah terhadap jiwa, diri, 'aku' atau 'kamu', kepribadian atau individu yang dikenal sebagai sakkaya-ditthi atau atta-ditthi. Jadi sakkaya-ditthi atau atta-ditthi adalah sebab dari tanha yang menyebabkan penderitaan (dukkha) muncul. Lalu apa yang menjadi sebab dari pandangan salah ini (sakkaya-ditthi atau atta-ditthi)?

Buddha yang Maha Tahu menunjukan bahwa kebodohan batin (moha atau avijja dalam bahasa pali) dari proses alamiah batin dan jasmani yang menjadi penyebab dari pandangan salah terhadap jiwa atau diri. Sehingga dengan merealisasi atau pengertian benar tentang proses batin dan jasmani secara almiah, kita akan membasmi kebodohan batin. Kemudian kita dapat menyimpulkan hubungan dari sebab dan akibat seperti ini: kebodohan batin sebagai sebab, pandangan salah (sakkaya-ditthi atau atta-ditthi) sebagai akibat. Pandangan salah sebagai sebab, kemelekatan sebagai akibat. Kemelekatan sebagai sebab, penderitaan sebagai akibat..

Kemudian kita mengetahui, jika proses batin dan jasmani dapat di mengerti dengan benar, pengertian benar ini akan membasmi kebodohan batin. Ketika kebodohan batin telah dibasmi, maka tidak akan ada pandangan salah terhadap jiwa, diri, seseorang, dan makhluk. Ketika pandangan salah telah dimusnahkan, maka kemelekatan tidak akan muncul. Ketika kemelekatan telah dimusnahkan, maka tidak akan ada penderitaan. Lalu kita mencapai tingkat dimana semua penderitaan tidak akan muncul, berhentinya penderitaan dicapai (Nirodha-sacca).

 _/\_

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: The Tiger and the Strawberry
« Reply #59 on: 22 November 2008, 09:07:54 PM »
 [at] noby_ta

wawawaawaw............. kkereeeeennnnn

setuju banget gitu lohhh................
i'm just a mammal with troubled soul



 

anything