Makin byk org yg beli 'bangkai', penjual akan semakin banyak membunuh untuk memenuhi permintaan pasar.
Demikian jg ....
Semakin banyak org yg pemakan sayur, maka para petani akan semakin menjaga kwalitas sayuran dengan obat anti hama.
Sebetulnya saya bahas tentang 'kemurnian' makan daging dan bodhicitta.
Tapi ga apalah, karena ini juga masih sangat berhubungan.
Kalau lihat logika sederhana, maka memang betul: tidak ada permintaan daging, maka tidak ada penyediaan daging.
Jika kita hidup di masyarakat yang masih sederhana, terbatas, terlokalisir, sepertinya memang bisa langsung dilihat bahwa kalau satu komunitas itu tidak makan daging, maka tidak akan ada penyediaan daging.
Tapi kalau kita lihat masyarakat industri yang pasarnya adalah global, otomatis menjadi tidak sesederhana itu. Misalnya anggaplah produsen makanan. Setiap hari mereka memproduksi sesuai kemampuan produksi mereka per hari. Soal makanan itu akan di-ke-manakan, dibuat apa, terpakai berapa, terbuang berapa, itu bukan masalah si produsen lagi. Di UK, misalnya, persentase makanan yang dibuang adalah lebih dari 30% (
source), bahkan di US, menurut beberapa artikel, bisa sampai 50%.
Makanan terbuang itu tentu mencakup daging dan non-daging. Jadi tanpa mengatakan makan daging/non-daging itu bagus/jelek, saya pikir ada baiknya kita tidak secara naif mengatakan 'turunnya konsumsi PASTI menyebabkan turunnya produksi'. Bukan 'pasti tidak pengaruh', tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan. Dan juga tentu saja kalau mengatakan 'tidak makan daging = mengurangi pembunuhan' adalah tidak tepat, kecuali, sekali lagi, dalam konteks masyarakat tertutup, terbatas, dan tidak global.