//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.  (Read 1821196 times)

0 Members and 21 Guests are viewing this topic.

Offline Yani Puk

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.208
  • Reputasi: 37
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sacheng hampir di SEBERANGKAN !
« Reply #5625 on: 28 September 2010, 09:51:41 AM »
Quote
16-09-10 20:32 STT

You have received an infraction at WXYZ - Forum Diskusi Agama Buddha.

Reason: Merusak kedamaian forum, peringatan ke 3



Quote from: postingnya sacheng
gw pingin tau Rollex Limited edition itu apa memang bisa dibakar?
kalau bakar kertas uang utk orang mati itu sering ditemukan....
ini malah besi dibakar ?....mahal lagi... aduh aduuh aduuhhh

mau komentar jadi segen dehhh gwwwww
mau komentar jadi salah tingkah dehhhhh

tapi sharing dehhhh
Biksu Mahayana favorite gw pernah memberi ceramah di depan ribuan umat...
katanya Buddhist yg bener bukan bakar2 duit kertas org mati....

nah gimana kalau bakar Rollex Limited edition... bukankah itu udah....

TER TER TER ....ke TER ke TER...
L
a
L
u
A
n ?

Kapan master bakal bakar Rollex lagi, gw pingin lihat dehhh!

Apakah posting ini dpt merusak kedamaian forum ?


to : Forte, Ryu, hatRed, OceanHeart, Hendra S, Indra, Virya,
      Sunkmanitu, Upasaka, Kainyn_Kutho, nyanadhana, Jerry, dst.... ohh padpad & pukpuk juga ya

sedikit lagi nyawa sacheng melayang...gara2 posting diatas....pls pls help!
rasanya 3x peringatan itu yg terakhir ya?
 ~X(  ~X(  ~X(

mohon masukannya maupun diskusinya gimana cara mengkritik master tanpa berakibat FATAL....?  :'(
gua gak pernah dgr bakar besi ya.. karena percuma jg u bakar besi mending u kasi gua trus gua kiloin deh seperti kata si siapa itu..
Nah bakar uang utk org mati itu juga bukan tradisi buddhist dan tidak diajarkan dalam agama Buddha. Itu hanya tradisi umat chinese aja alias kepercayaan turun temurun. Klo loe bakar uang dua gepok atau bergepok2 juga percuma klo org yang u sembahyangin itu karma buruknya segunung bahkan melebihi gunung.
Jadi saran dari bhikkhu yang pernah g dgr ceramahnya pas patidanna di Taman Anggrek, kita berdana jubah ke sangha dg hati tulus disertai pembacaan paritta dengan hati sungguh2 untuk mengantar arwah leluhur atau arwah siapapun yang anda sembahyangin agar arwah tersebut dapat pergi dengan damai.

Mau lanjutannya, telepon gua aje. Capek nulis panjang lebar,. wkwkwk

Offline Yani Puk

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.208
  • Reputasi: 37
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5626 on: 28 September 2010, 09:54:31 AM »
Quote
Fredy (murid ZFZ) :
Aliran Tantra adalah aliran yang paling cepat untuk mencapai Nibbana. Ibaratnya yang lain masi pake motor ato mobil, Tantra pake pesawat terbang.

kalau member DC pakai apa utk mencapai Nibbana ya ?

pake sapu FIREBOLT
aneh deh nanya pake apa mencapai nibbana..
Itu jelas2 pertanyaan yg gk butuh jawaban

Offline Yani Puk

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.208
  • Reputasi: 37
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5627 on: 28 September 2010, 09:55:25 AM »
Ayo, 3K! Lepaskanlah!

Omong-omong, kok Bro Kainyn memanggil dengan nick "3K". Apa kepanjangannya?
3 Kilo = 3.000.
Kalo 3.000.000, panggilanny 3M (3 Mega). :D


3 kilo = 3072,
jadi 3000 = 3 kilo kurang
caisim kali 3 kilo :P

Offline Yani Puk

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.208
  • Reputasi: 37
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5628 on: 28 September 2010, 10:05:57 AM »
3 kilo = 3072,
jadi 3000 = 3 kilo kurang

Ini kilo hitungan umum, ga terbatas pada byte. Belum tahu juga sih 3000 di nick Johan3000 itu merujuk pada apa yah?

bahasan yg gak penting banget

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5629 on: 28 September 2010, 10:14:24 AM »
Kalau tidak salah, larangannya adalah bhikkhu tidak boleh masak di tempat yang bukan tempat masak. Tempat tinggal bhikkhu (kuti) tidak termasuk tempat masak, sedangkan tempat tinggal umat awam termasuk tempat yang dibolehkan memasak. Bhikkhu juga tidak memasak untuk diri sendiri dan tidak menyimpan makanan. Tapi ada satu kisah sepertinya Buddha menyuruh Ananda mengolah gandum yang diberikan umat. Mungkin itu pengecualian?

tolong babarkan di kitab mana dan ayat berapa? ???

Vinaya, Mahavagga VI.17.3:
"Tidak boleh memakan apa yang disimpan dalam ruangan, memasak dalam ruangan, atau memasak sendiri."
Ruangan adalah tempat tinggal bhikkhu yang memang bukan tempat masak.

Dalam kasus bencana kelaparan, di tempat yang gersang, atau gagal panen, banyak peraturan yang dibuat pengecualian. Salah satunya tentang memasak ini.



bolehkah?
apakah bahan makanan yg tanpa olah lagi?
sepengetahuan saya (cmiiw) dilarang menerima persembahan daging mentah.. << bener gak?
Ya, bahan makanan yang belum dimasak dan daging mentah tidak boleh diterima oleh bhikkhu. Namun dalam kasus bencana kelaparan, sepertinya ini juga dikecualikan.


Offline Yani Puk

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.208
  • Reputasi: 37
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: arti Persembahan dalam ZFZ
« Reply #5630 on: 28 September 2010, 10:17:00 AM »
Quote
STTP:
Di sini saya ngin meluruskan pendapat Sdr.Fredy dan beberapa member lain mengenai Persembahan. PErlu anda ketahui bahwa Sadhana Tantra adalah sangat berharga dan bukan untuk diperjual belikan, jadi kurang tepat bila dikatakan membayar, pernyataan seperti ini selain akan mengundang kritikan, juga akan menjadi celah bagi orang yang ingin menjelekkan Ajaran Tantra dan y ang lebih penting lagi adalah Sadhana Tantra yang berharga tidak dapat dinilai dengan uang. BErikut ini saya berikan sebuah kutipan:
"
Pada suatu hari, Raja Tibet mengundang Padmasambhava menuju ke istana, duduk diatas Dharmasana, setelah memberikan banyak persembahan, dia memohon : “Wahai Guru Rinpoche yang agung ! Saya telah mempersembahkan semua harta tanpa kecuali, mohon setiap saat berwelas asih lah, wariskanlah pada saya ajaran Tantra yang melampaui sebab dan akibat, untuk mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan sekarang dan yang tiada tandingannya.” Kemudian dia bersujud pada Sang Guru delapan puluh satu kali.

Padmaguru menjawab : “Maharaja ! semua pewarisan tantra perlu jodoh karma, bukannya karena harta benda maka tantra diwariskan. Andaikata Aku mewariskan tantra untuk ditukarkan dengan harta benda, maka sumpah samaya mula Ku akan hancur, baik Aku maupun Anda semua akan menerima akibatnya, setelah habis masa hidup akan terjerumus ke neraka. Bila hendak membuka pintu Mahatantra, harus menunggu matangnya jodoh, jika tidak ada orang berbakat yang berjodoh, maka tidak boleh sembarang diwariskan !”

Mendengar jawaban Padmaguru, Raja Tibet menjatuhkan diri dan bersujud menghadap Padmaguru, serta menangis : “Guru ! bahkan saya ini sang raja, tidak memenuhi syarat sebagai penerus tantra ! siapa lagi yang mampu ?” Sehabis berkata-kata, dia menangis pilu, menghempaskan tubuh ke lantai.

Padmaguru menjawab : “Maharaja ! rahasya dalam tantra, adalah menjadi rahasya yang tersembunyi bagi yang berkebijaksanaan kecil dan berpandangan sesat, bagi orang yang berpikiran sempit dan melekat pada ajaran kecil, tantra akan tertutup. Jika Anda ingin arus Dharma terus mengalir tanpa putus, harus mempunyai keyakinan yang tulus dan ikrar yang suci. Nidana pembangkitnya adalah karuna dan prajna serta sunya. Tidak boleh ada nafsu keinginan.”
"

MElalui kutipan dapat diketahui bahwa Sadhana Tantra bukanlah barang yang diperdagangkan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Persembahan yang diberikan oleh seorang Murid kepada Guru Nya, merupakan bentuk Devosi seorang Murid kepada Guru dan sebagai bentuk MEnghargai Dharma (Ajaran) yang diberikan oleh Guru, juga untuk mengajarkan agar tidak melekat kepada Materi. HAl ini sangat perlu diperhatikan. Oleh karena itu Maha Guru dia dalam buku nya yang ke - 154, yang berjudul Cahaya Kebijaksanaan sangat jelas mengatakan ini:
"
Pada Bab 11 yang berjudul Persembahan (I) MAha Guru sangat jelas mengatakan
"Kebiasaan Saya, persembahan seorang murid kepada saya adalah bersifat sukarela! Namun tolong jangan keliru mengira bahwa Sadhana Tantra saya ini tidak berharga, atau tidak langka, atau bukan yang terbaik, atau bukan ajaran yang luar biasa, sehingga bersifat sukarela. Untuk hal ini saya punya alasan tersendiri. Bagi saya, Sadhana Tantra adalah suatu Sadhana yang mahatinggi. Sadhana yang saya peroleh ini sama sekali bukan sesuatu yang dapat ditukarkan dengan uang, perhiasan, berlian, mobil mewah, atau rumah mewah.
Sedangkan persembahan yang saya inginkan dari para siswa yaitu setiap hari menjaga kebersihan perbuatan, ucapan, dan pikiran diri; kemudian bersadhana denagn sungguh - sungguh agar cepat mencapai keberhasilan dan mampu membabarkan Dharma; memperoleh pencerahan baik untuk diri sendiri maupun sesama umat.
Persembahan Dharma seperti inilah yang merupakan persembahan terbesar untuk saya."

Pada Bab 12 yang berjudul Persembahan (II) Grand MAster Lu sheng Yen juga dengan sangat jelas mengatakan
"Saya tegaskan, umat Zhen Fo Zong tidak perlu mempersembahkan dana atau barang - barang berharga kepada saya selaku Mula Acarya. Tetapi tekunilah Sadhana Tantra Satya Buddha dengan sungguh - sungguh. karena bagi saya itulah persembahan terbaik dari seorang siswa kepada saya."
"
Satu lagi himbauan kepada semua Murid Zhen Fo Zong yang sedang berdiskusi di sini, nda jangan pernah terpancing oleh orang yang mengajak anda berdiskusi, namun memiliki tujuan yang buruk, hal ini dapat anda lihat dari cara berdiskusinya

bagaimana hubungannya dgn kentut wangi yg diceritakan master ?
(kalau gak salah... yg penting punya duit... kalau punya duit banyak, walaupun kita kentut, org lain bilang WANGI!)

wangi
wangi
wangi

hei... mana Rolls Royce nya... gw mau cium asap yg keluar dari Rolls Royce apa terasa beda ?

pertanyaan :
apakah akan laku kalau asap kenalpot Rolls Royce master gw masuk kedalam kaleng... dan kemudian dijual.
supaya orang2 bisa merasakan gimana sih baunya asap Rolls Royce ?

mohon masukannnya!  ^:)^ ^:)^
STTP sapa? perasaan postingan dia bagus tuh.. masa diselewengkan sih ajaran baik3 gitu?!

Offline Yani Puk

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.208
  • Reputasi: 37
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5631 on: 28 September 2010, 10:20:20 AM »
Kalau tidak salah, larangannya adalah bhikkhu tidak boleh masak di tempat yang bukan tempat masak. Tempat tinggal bhikkhu (kuti) tidak termasuk tempat masak, sedangkan tempat tinggal umat awam termasuk tempat yang dibolehkan memasak. Bhikkhu juga tidak memasak untuk diri sendiri dan tidak menyimpan makanan. Tapi ada satu kisah sepertinya Buddha menyuruh Ananda mengolah gandum yang diberikan umat. Mungkin itu pengecualian?

tolong babarkan di kitab mana dan ayat berapa? ???

Vinaya, Mahavagga VI.17.3:
"Tidak boleh memakan apa yang disimpan dalam ruangan, memasak dalam ruangan, atau memasak sendiri."
Ruangan adalah tempat tinggal bhikkhu yang memang bukan tempat masak.

Dalam kasus bencana kelaparan, di tempat yang gersang, atau gagal panen, banyak peraturan yang dibuat pengecualian. Salah satunya tentang memasak ini.



bolehkah?
apakah bahan makanan yg tanpa olah lagi?
sepengetahuan saya (cmiiw) dilarang menerima persembahan daging mentah.. << bener gak?
Ya, bahan makanan yang belum dimasak dan daging mentah tidak boleh diterima oleh bhikkhu. Namun dalam kasus bencana kelaparan, sepertinya ini juga dikecualikan.
ini tertulis di kitab mana dan ayat berapa? Ntar saya cari di kitabnya dan diskusikan ke bhiku setempat, thanks ^:)^

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5632 on: 28 September 2010, 11:17:55 AM »
Quote
STTP:
Di sini saya ngin meluruskan pendapat Sdr.Fredy dan beberapa member lain mengenai Persembahan. PErlu anda ketahui bahwa Sadhana Tantra adalah sangat berharga dan bukan untuk diperjual belikan, jadi kurang tepat bila dikatakan membayar, pernyataan seperti ini selain akan mengundang kritikan, juga akan menjadi celah bagi orang yang ingin menjelekkan Ajaran Tantra dan y ang lebih penting lagi adalah Sadhana Tantra yang berharga tidak dapat dinilai dengan uang. BErikut ini saya berikan sebuah kutipan:
"
Pada suatu hari, Raja Tibet mengundang Padmasambhava menuju ke istana, duduk diatas Dharmasana, setelah memberikan banyak persembahan, dia memohon : “Wahai Guru Rinpoche yang agung ! Saya telah mempersembahkan semua harta tanpa kecuali, mohon setiap saat berwelas asih lah, wariskanlah pada saya ajaran Tantra yang melampaui sebab dan akibat, untuk mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan sekarang dan yang tiada tandingannya.” Kemudian dia bersujud pada Sang Guru delapan puluh satu kali.

Padmaguru menjawab : “Maharaja ! semua pewarisan tantra perlu jodoh karma, bukannya karena harta benda maka tantra diwariskan. Andaikata Aku mewariskan tantra untuk ditukarkan dengan harta benda, maka sumpah samaya mula Ku akan hancur, baik Aku maupun Anda semua akan menerima akibatnya, setelah habis masa hidup akan terjerumus ke neraka. Bila hendak membuka pintu Mahatantra, harus menunggu matangnya jodoh, jika tidak ada orang berbakat yang berjodoh, maka tidak boleh sembarang diwariskan !”

Mendengar jawaban Padmaguru, Raja Tibet menjatuhkan diri dan bersujud menghadap Padmaguru, serta menangis : “Guru ! bahkan saya ini sang raja, tidak memenuhi syarat sebagai penerus tantra ! siapa lagi yang mampu ?” Sehabis berkata-kata, dia menangis pilu, menghempaskan tubuh ke lantai.

Padmaguru menjawab : “Maharaja ! rahasya dalam tantra, adalah menjadi rahasya yang tersembunyi bagi yang berkebijaksanaan kecil dan berpandangan sesat, bagi orang yang berpikiran sempit dan melekat pada ajaran kecil, tantra akan tertutup. Jika Anda ingin arus Dharma terus mengalir tanpa putus, harus mempunyai keyakinan yang tulus dan ikrar yang suci. Nidana pembangkitnya adalah karuna dan prajna serta sunya. Tidak boleh ada nafsu keinginan.”
"

MElalui kutipan dapat diketahui bahwa Sadhana Tantra bukanlah barang yang diperdagangkan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Persembahan yang diberikan oleh seorang Murid kepada Guru Nya, merupakan bentuk Devosi seorang Murid kepada Guru dan sebagai bentuk MEnghargai Dharma (Ajaran) yang diberikan oleh Guru, juga untuk mengajarkan agar tidak melekat kepada Materi. HAl ini sangat perlu diperhatikan. Oleh karena itu Maha Guru dia dalam buku nya yang ke - 154, yang berjudul Cahaya Kebijaksanaan sangat jelas mengatakan ini:
"
Pada Bab 11 yang berjudul Persembahan (I) MAha Guru sangat jelas mengatakan
"Kebiasaan Saya, persembahan seorang murid kepada saya adalah bersifat sukarela! Namun tolong jangan keliru mengira bahwa Sadhana Tantra saya ini tidak berharga, atau tidak langka, atau bukan yang terbaik, atau bukan ajaran yang luar biasa, sehingga bersifat sukarela. Untuk hal ini saya punya alasan tersendiri. Bagi saya, Sadhana Tantra adalah suatu Sadhana yang mahatinggi. Sadhana yang saya peroleh ini sama sekali bukan sesuatu yang dapat ditukarkan dengan uang, perhiasan, berlian, mobil mewah, atau rumah mewah.
Sedangkan persembahan yang saya inginkan dari para siswa yaitu setiap hari menjaga kebersihan perbuatan, ucapan, dan pikiran diri; kemudian bersadhana denagn sungguh - sungguh agar cepat mencapai keberhasilan dan mampu membabarkan Dharma; memperoleh pencerahan baik untuk diri sendiri maupun sesama umat.
Persembahan Dharma seperti inilah yang merupakan persembahan terbesar untuk saya."

Pada Bab 12 yang berjudul Persembahan (II) Grand MAster Lu sheng Yen juga dengan sangat jelas mengatakan
"Saya tegaskan, umat Zhen Fo Zong tidak perlu mempersembahkan dana atau barang - barang berharga kepada saya selaku Mula Acarya. Tetapi tekunilah Sadhana Tantra Satya Buddha dengan sungguh - sungguh. karena bagi saya itulah persembahan terbaik dari seorang siswa kepada saya."
"
Satu lagi himbauan kepada semua Murid Zhen Fo Zong yang sedang berdiskusi di sini, nda jangan pernah terpancing oleh orang yang mengajak anda berdiskusi, namun memiliki tujuan yang buruk, hal ini dapat anda lihat dari cara berdiskusinya

bagaimana hubungannya dgn kentut wangi yg diceritakan master ?
(kalau gak salah... yg penting punya duit... kalau punya duit banyak, walaupun kita kentut, org lain bilang WANGI!)

wangi
wangi
wangi

hei... mana Rolls Royce nya... gw mau cium asap yg keluar dari Rolls Royce apa terasa beda ?

pertanyaan :
apakah akan laku kalau asap kenalpot Rolls Royce master gw masuk kedalam kaleng... dan kemudian dijual.
supaya orang2 bisa merasakan gimana sih baunya asap Rolls Royce ?

mohon masukannnya!  ^:)^ ^:)^
STTP sapa? perasaan postingan dia bagus tuh.. masa diselewengkan sih ajaran baik3 gitu?!

Kalau tidak salah feeling saya, STTP = Sitatapatra = member di forum tetangga... Umat ZFZ juga
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5633 on: 28 September 2010, 12:08:21 PM »
yakin? coba cek dulu peraturan bhikkhu boleh masak kagak
Kalau tidak salah, larangannya adalah bhikkhu tidak boleh masak di tempat yang bukan tempat masak. Tempat tinggal bhikkhu (kuti) tidak termasuk tempat masak, sedangkan tempat tinggal umat awam termasuk tempat yang dibolehkan memasak. Bhikkhu juga tidak memasak untuk diri sendiri dan tidak menyimpan makanan. Tapi ada satu kisah sepertinya Buddha menyuruh Ananda mengolah gandum yang diberikan umat. Mungkin itu pengecualian?
bolehkah?
apakah bahan makanan yg tanpa olah lagi?
sepengetahuan saya (cmiiw) dilarang menerima persembahan daging mentah.. << bener gak?

bukan hanya daging mentah, beras juga tidak diterima

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5634 on: 28 September 2010, 12:17:22 PM »
Kalau tidak salah, larangannya adalah bhikkhu tidak boleh masak di tempat yang bukan tempat masak. Tempat tinggal bhikkhu (kuti) tidak termasuk tempat masak, sedangkan tempat tinggal umat awam termasuk tempat yang dibolehkan memasak. Bhikkhu juga tidak memasak untuk diri sendiri dan tidak menyimpan makanan. Tapi ada satu kisah sepertinya Buddha menyuruh Ananda mengolah gandum yang diberikan umat. Mungkin itu pengecualian?

tolong babarkan di kitab mana dan ayat berapa? ???

Vinaya, Mahavagga VI.17.3:
"Tidak boleh memakan apa yang disimpan dalam ruangan, memasak dalam ruangan, atau memasak sendiri."
Ruangan adalah tempat tinggal bhikkhu yang memang bukan tempat masak.

Dalam kasus bencana kelaparan, di tempat yang gersang, atau gagal panen, banyak peraturan yang dibuat pengecualian. Salah satunya tentang memasak ini.



bolehkah?
apakah bahan makanan yg tanpa olah lagi?
sepengetahuan saya (cmiiw) dilarang menerima persembahan daging mentah.. << bener gak?
Ya, bahan makanan yang belum dimasak dan daging mentah tidak boleh diterima oleh bhikkhu. Namun dalam kasus bencana kelaparan, sepertinya ini juga dikecualikan.



Memang sekarang ini banyak yang 'melanggar' Vinaya dengan alasan ada terkecuali !
dan juga Vinaya boleh on kadang boleh off, tergantung yang menjalankan mud lagi bagus atau tidak, karena sudah menjiwai Vinaya itu, hebatkan !!  :))

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5635 on: 28 September 2010, 12:22:04 PM »

Ya, bahan makanan yang belum dimasak dan daging mentah tidak boleh diterima oleh bhikkhu. Namun dalam kasus bencana kelaparan, sepertinya ini juga dikecualikan.
ini tertulis di kitab mana dan ayat berapa? Ntar saya cari di kitabnya dan diskusikan ke bhiku setempat, thanks ^:)^
Kutipan Digha Nikaya 2, Sāmaññaphala Sutta, tentang kesempurnaan sila seorang bhikkhu:

"'Ia menahan diri untuk tidak merusak benih-benih dan tumbuh-tumbuhan. Ia makan sehari sekali, tidak makan setelah tengah hari. Ia menahan diri dari menonton pertunjukan-pertunjukan, tari-tarian, nyanyian dan musik. Ia menahan diri dari penggunaan alat-alat kosmetik, karangan-karangan bunga, wangi-wangian dan perhiasan-perhiasan. Ia menahan diri dari penggunaan tempat tidur yang besar dan mewah. Ia menahan diri dari menerima emas dan perak. Ia menahan diri dari menerima gandum (padi) yang belum dimasak. Ia menahan diri dari menerima daging yang belum dimasak. Ia menahan diri dari menerima wanita dan perempuan-perempuan muda [...]'"

Mengenai pengecualian ketika bencana kelaparan, gagal panen, dsb, referensinya di Vinaya, Khandaka, Mahavagga VI.17.7. Karena saya tidak punya kitabnya, saya tidak bisa beri kutipannya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5636 on: 28 September 2010, 12:28:40 PM »
Memang sekarang ini banyak yang 'melanggar' Vinaya dengan alasan ada terkecuali !
dan juga Vinaya boleh on kadang boleh off, tergantung yang menjalankan mud lagi bagus atau tidak, karena sudah menjiwai Vinaya itu, hebatkan !!  :))

 _/\_
Vinaya memang ada pengecualian. Misalnya di tempat yang dilanda kekeringan, ada peraturan tambahan tentang mandi. Di tempat yang jalanannya sulit, ada pengecualian tentang alas kaki.
Vinaya juga bisa kadang on kadang off tergantung kondisi, misalnya sakit. Di musim hujan juga vinaya tentang bawa satu pakaian bisa "off" ketika bepergian. Tetapi semua itu ada aturannya, bukan diubah-ubah seenak perut dan tergantung mood, atau dengan alasan-alasan filosofis namun tak logis.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5637 on: 28 September 2010, 12:36:07 PM »
Memang sekarang ini banyak yang 'melanggar' Vinaya dengan alasan ada terkecuali !
dan juga Vinaya boleh on kadang boleh off, tergantung yang menjalankan mud lagi bagus atau tidak, karena sudah menjiwai Vinaya itu, hebatkan !!  :))

 _/\_
Vinaya memang ada pengecualian. Misalnya di tempat yang dilanda kekeringan, ada peraturan tambahan tentang mandi. Di tempat yang jalanannya sulit, ada pengecualian tentang alas kaki.
Vinaya juga bisa kadang on kadang off tergantung kondisi, misalnya sakit. Di musim hujan juga vinaya tentang bawa satu pakaian bisa "off" ketika bepergian. Tetapi semua itu ada aturannya, bukan diubah-ubah seenak perut dan tergantung mood, atau dengan alasan-alasan filosofis namun tak logis.



pengecualian itu juga harus sesuai vinaya, dan sptnya tidak ada pengecualian dengan alasan GAUL

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5638 on: 28 September 2010, 01:16:49 PM »
Memang sekarang ini banyak yang 'melanggar' Vinaya dengan alasan ada terkecuali !
dan juga Vinaya boleh on kadang boleh off, tergantung yang menjalankan mud lagi bagus atau tidak, karena sudah menjiwai Vinaya itu, hebatkan !!  :))

 _/\_
Vinaya memang ada pengecualian. Misalnya di tempat yang dilanda kekeringan, ada peraturan tambahan tentang mandi. Di tempat yang jalanannya sulit, ada pengecualian tentang alas kaki.
Vinaya juga bisa kadang on kadang off tergantung kondisi, misalnya sakit. Di musim hujan juga vinaya tentang bawa satu pakaian bisa "off" ketika bepergian. Tetapi semua itu ada aturannya, bukan diubah-ubah seenak perut dan tergantung mood, atau dengan alasan-alasan filosofis namun tak logis.



pengecualian itu juga harus sesuai vinaya, dan sptnya tidak ada pengecualian dengan alasan GAUL
Sebetulnya kalau memang ingin menjalankan hidup sebagai petapa, untuk apa masih memusingkan "gaul" atau tidaknya? Membingungkan.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #5639 on: 28 September 2010, 01:22:26 PM »
Memang sekarang ini banyak yang 'melanggar' Vinaya dengan alasan ada terkecuali !
dan juga Vinaya boleh on kadang boleh off, tergantung yang menjalankan mud lagi bagus atau tidak, karena sudah menjiwai Vinaya itu, hebatkan !!  :))

 _/\_
Vinaya memang ada pengecualian. Misalnya di tempat yang dilanda kekeringan, ada peraturan tambahan tentang mandi. Di tempat yang jalanannya sulit, ada pengecualian tentang alas kaki.
Vinaya juga bisa kadang on kadang off tergantung kondisi, misalnya sakit. Di musim hujan juga vinaya tentang bawa satu pakaian bisa "off" ketika bepergian. Tetapi semua itu ada aturannya, bukan diubah-ubah seenak perut dan tergantung mood, atau dengan alasan-alasan filosofis namun tak logis.



pengecualian itu juga harus sesuai vinaya, dan sptnya tidak ada pengecualian dengan alasan GAUL
Sebetulnya kalau memang ingin menjalankan hidup sebagai petapa, untuk apa masih memusingkan "gaul" atau tidaknya? Membingungkan.

mungkin cuplikan dari MN 82 Raṭṭhapāla Sutta dapat memberikan gambaran mengenai motivasi seseorang menjadi bhikkhu.

Quote
29. “Guru Raṭṭhapāla, ada empat jenis kehilangan. Karena mereka mengalami empat jenis kehilangan ini, beberapa orang mencukur rambut dan janggut mereka, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Apakah empat ini? Yaitu kehilangan karena penuaan, kehilangan karena penyakit, kehilangan kekayaan, dan kehilangan sanak saudara.

30. “Dan apakah kehilangan karena penuaan? Di sini, Guru Raṭṭhapāla, seseorang menjadi tua, jompo, terbebani tahun demi tahun, lanjut dalam usia, sampai pada tahap terakhir kehidupan. Ia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Aku sudah tua, jompo, terbebani tahun demi tahun, lanjut dalam usia, sampai pada tahap terakhir kehidupan. Tidaklah mudah bagiku untuk memperoleh kekayaan yang belum diperoleh atau untuk menambah kekayaan yang telah diperoleh. Bagaimana jika aku mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah.’ Karena ia mengalami kehilangan karena penuaan itu, ia mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ini disebut kehilangan karena penuaan. Tetapi Guru Raṭṭhapāla saat ini masih muda, seorang pemuda berambut hitam yang memiliki berkah kemudaan, dalam tahap utama kehidupan. Guru Raṭṭhapāla tidak mengalami kehilangan apapun karena penuaan. Apakah yang telah ia ketahui atau ia lihat atau ia dengar sehingga ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah?

31. “Dan apakah kehilangan karena penyakit? Di sini, Guru Raṭṭhapāla, seseorang menjadi sakit, menderita, dan sakit parah. Ia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Aku sakit, menderita, dan sakit parah. Tidaklah mudah bagiku untuk memperoleh kekayaan yang belum diperoleh … [67] … menjalani kehidupan tanpa rumah.’ Karena ia mengalami kehilangan karena penyakit itu … ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ini disebut kehilangan karena penyakit. Tetapi Guru Raṭṭhapāla saat ini bebas dari penyakit dan kesakitan; ia memiliki pencernaan yang baik yang tidak terlalu dingin juga tidak terlalu panas melainkan sedang. Guru Raṭṭhapāla tidak mengalami kehilangan apapun karena penyakit. Apakah yang telah ia ketahui atau ia lihat atau ia dengar sehingga ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah?

32. “Dan apakah kehilangan kekayaan? Di sini, Guru Raṭṭhapāla, seseorang yang kaya, memiliki banyak harta, memiliki banyak kepemilikan. Perlahan-lahan kekayaannya menyusut. Ia mempertimbangkan sebagai berikut: “Sebelumnya aku kaya, memiliki banyak harta, memiliki banyak kepemilikan. Perlahan-lahan kekayaanku menyusut. Tidaklah mudah bagiku untuk memperoleh kekayaan yang belum diperoleh … menjalani kehidupan tanpa rumah.’ Karena ia telah mengalami kehilangan kekayaan … ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ini disebut kehilangan kekayaan. Tetapi Guru Raṭṭhapāla tidak mengalami kehilangan kekayaan. Apakah yang telah ia ketahui atau ia lihat atau ia dengar sehingga ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah?

33. “Dan apakah kehilangan sanak saudara? Di sini, Guru Raṭṭhapāla, seseorang memiliki banyak teman dan sahabat, sanak saudara dan kerabat. Perlahan-lahan sanak saudaranya itu menyusut. Ia mempertimbangkan sebagai berikut: “Sebelumnya aku memiliki banyak teman dan sahabat, sanak saudara dan kerabat. Perlahan-lahan sanak saudaranya itu menyusut. Tidaklah mudah bagiku untuk memperoleh kekayaan yang belum diperoleh … [68] … menjalani kehidupan tanpa rumah.’ Karena ia telah mengalami kehilangan sanak saudara … ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ini disebut kehilangan sanak saudara. Tetapi Guru Raṭṭhapāla tidak mengalami kehilangan sanak saudara mana pun. Apakah yang telah ia ketahui atau ia lihat atau ia dengar sehingga ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah?

34. “Guru Raṭṭhapāla, ini adalah empat jenis kehilangan itu. Karena mereka mengalami empat jenis kehilangan ini, beberapa orang mencukur rambut dan janggut mereka, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Guru Raṭṭhapāla tidak mengalami salah satu dari empat ini. Apakah yang telah ia ketahui atau ia lihat atau ia dengar sehingga ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah?”

 

anything