//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen  (Read 19304 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« on: 09 April 2008, 09:30:00 PM »
MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen

Saat Terbaik adalah saat ini

Setiap hari adalah awal untuk menjadi manusia baru, setiap detik adalah saat
yang tepat untuk mengalahkan diri sendiri.

Waktu dapat membentuk watak, menyelesaikan pekerjaan, dan… memupuk pahala
kebajikan.

Hidup adalah apa yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang usianya. Karenanya
berpaculah dengan waktu, jangan biarkan ia melewatimu.

Setiap detik, berjuanglah demi kebaikan.

Di saat-saat kita bebas melakukan sesuatu, seringkali kita tertipu oleh
kebebasan itu, dan membuang-buang waktu tanpa sadar.

Orang bijaksana menggunakan waktu seperti permata berharga. Tapi bagi orang
bodoh, waktu tak ubahnya segenggam tanah liat yang tak berharga.

Buddha mengatakan, “Hidup ini tak ubahnya nafas.” Manusia tidak dapat
mengatur panjang-pendek hidupnya, atau menghindar dari kematian. Dan karena
hidup ini hanya sementara, kita harus menghargainya. Gunakanlah ia, kembangkan,
dan tunjukkan nilainya yang sejati, pancarkanlah kebaikan dan keindahannya.

Justeru karena hidup ini amat singkat, ia jadi sangat berharga. Dan karena
sulit untuk terlahir sebagai manusia, kita harus bertanya pada diri sendiri,
adakah kita telah mengembangkan potensi kemanusiaan kita dan tidak hanya
mengejar kekayaan dalam hidup ini?

Orang harus sigap dalam melakukan perbuatan baik, dan harus sampai tuntas.
Seperti memasak air ; sebelum ia mendidih apinya jangan dipadamkan, kalau tidak
mau mengulanginya lagi dari awal.

Didorong oleh rasa takut akan berlalunya hari, kita cenderung menghabiskan
energi memikirkan berbagai cara untuk mengisi waktu. Akibatnya kita malah
kehilangan banyak waktu, dan tetap tidak menghasilkan apa-apa.

Banyak orang terpesona oleh kemampuan duniawi dan terobsesi olehnya. Waktu
atau umur yang panjang tidak ada gunanya bagi orang-orang seperti itu, karena
mereka tidak akan pernah mencapai kemajuan batin.

Dalam tahapan-tahapan hidup yang singkat ini, waktu untuk menjadi dan
menunaikan tugas sebagai manusia yang sempurna amatlah sedikit. Pekerja paling
keras sekalipun hanya akan mencapai sepertiga dari apa yang dicapainya.

Bila tidak ada yang dapat dilakukan, kita biasanya membiarkan waktu lewat
dengan percuma; kehidupan terus berjalan sementara kita tidur bermalas-malasan.
Begitu pula, orang yang membiarkan batinnya tertidur sepanjang hidupnya pantas
dijuluki “si pemalas”.

Selidikilah makna yang hakiki dari hidup ini dengan arif. Aturlah penggunaan
waktu dalam hidupmu dengan kekuatan ikrar ketetapan hati.

Karena hidup ini tidak kekal, kita harus mempercepat langkah dan terus maju.
Kita tidak sedang berjalan di atas lumpur – kebingungan, gamang, dan tidak
mantap – ketika sebelah kakimu telah menginjak tanah di depan, kakimu yang
sebelah lagi masih takut dan ragu-ragu melepaskan pijakannya. “Setelah satu kaki
melangkah, kaki yang lain menyusul.” Artinya kita harus melepaskan hari kemarin,
dan memusatkan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan sekarang.

Ciri orang bijaksana adalah bahwa ia bisa mengatur waktunya.

Betapapun derita dan kesulitan yang harus ditempuh untuk mencapai sesuatu,
jangan biarkan pikiranmu terikat pada hasil-hasil yang pernah kau capai.
Betapapun kita telah banyak memberi kepada orang lain, janganlah menuntut balas
atau ganjaran.

Kita tidak dapat menggenggam masa lalu, ataupun memastikan yang akan dating.
Jadi, hiduplah pada hari ini, saat ini.

Jika berpegang pada hari kemarin, maka niscaya akan muncul pikiran-pikiran
keruh dari batin yang ternoda. Dengan demikian masa lalu, sedikit demi sedikit
penderitaan, kemarahan, sakit-hati, dan kebencian akan bertambah.

Yang akan dating adalah mimpi di siang hari, masa lalu adalah kenangan palsu.
Kita harus memperhatikan batin sejati yang hadir saat sekarang, dan dengan
seksama menyelesaikan semua tugas.

Dalam hidup ini, tidak setiap permainan dapat dilakukan dengan baik, tapi
dengan latihan dan disiplin yang keras, seorang pemain dapat melakukannya dengan
cemerlang.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #1 on: 09 April 2008, 09:30:59 PM »
Seperti Rembulan, Cermin dan Air

Latihlah batinmu hingga sebening rembulan : di mana ada air, baying-bayang
bulan nampak di sana. Batin juga harus seperti langit : ketika mega-mega merebak
tampaklah langit yang bersih.

Tempalah batin dan jasmanimu, hingga ia laksana rembulan yang bercahaya lembut
dan indah. Luaskan wawasan batinmu dan nyalakan cahaya kebijaksanaamu.
Terangilah keluarga, masyarakat, dan setiap orang yang berhubungan denganmu,
seperti cahaya bulan yang sejuk dan menyenangkan.

Pandanglah dan dengarkan alam semesta dan segala isinya, dengan batin yang
hening.

Batin ini seperti cermin : meskipun bayangan yang dipantulkan selalu
berubah-ubah, permukaan ceriman tetap tidak berubah. Lingkungan sekitar kita
berubah, tetapi batin tak pernah berubah.

Apabila batin terus menerus berpaling pada dan mengikuti kondisi-kondisi di
luar, seseorang dapat tergoyahkan hanya karena gossip, dan kehilangan kendali
dirinya.

Ketika cermin digunakan untuk melihat bayangan suatu benda, cermin dan benda
itu harus ditaruh dalam suatu jarak tertentu agar bayangan yang dihasilkannya
nampak dengan jelas. Jika jaraknya terlalu dekat atau terlalu jauh, atau cermin
itu tertutup debu tebal, maka cermin yang paling bagus pun tidak dapat
memantulkan bayangan benda itu dengan jelas.

Hubungan antara manusia dan pikirannya seperti benda dan sebuah cermin. Di
satu pihak kita membutuhkan kearifan dan kemampuannya untuk mengenali fakta dan
hokum-hukum alam; tapi di lain pihak kita juga perlu mengambil jarak dari
pikiran kita sendiri, jika tidak ingin dikuasai olehnya.

Mereka yang lengah akan tercemar oleh pikirannya sendiri, sedangkan yang
mengambil jarak akan memperoleh padangan terang.

Batin kita seperti cermin ; ketika di hadapannya ada gunung, nampak bayangan
gunung; ada air, nampaklah air. Apabila ada debu tebal di permukaannya, kita
jadi tidak mengetahui apa yang ada di hadapan.

Jika kita dapat menjaga batin agar suci dan bersih, maka apapun yang ada di
sekitar kita akan selalu nampak indah dan baik.

Batin manusia seperti air, lemah dan lembut nampaknya, tapi mengandung
kekuatan besar yang tidak terkira.

Batin juga seperti tanah lapang. Jika ditanami benih unggul, engkau akan
mendapatkan hasil panen yang baik.

Jangan takut pada surga dan neraka, karena surga dan neraka diciptakan
perbuatan (karma) kita sendiri. Yang harus lebih ditakuti adalah kemerosotan
batin.

Pengendalian diri akan menjaga batin agar tidak tercemar oleh pikiran yang
buruk. Jika batin bersih, kejahatan tidak akan menghampiri.

Apabila pikiran baik, setiap hari dalam hidupmu akan menjadi hari baik. Jika
setiap saat dijalani dengan penuh perhatian, maka setiap waktu, arah dan tempat
menjadi penuh makna.

Tekad yang sesuai dengan jalan harus dikembangkan dan diperdalam. Jika tidak,
maka penelaahan yang mendalam atas kitab suci dan teori-filsafat hanya akan
menghasilkan bayangan bulan di dalam air, bunga di dalam cermin, baayang-bayang
semu yang tidak nyata; kosong.

Andaikan setiap jalan menghantar ke kedamaian abadi, orang yang kurang
bersemangat, labil, hanya mencari kesenangan, dan pikirannya tidak terpusat,
tetap saja tidak akan mencapainya.

Batin ini terombang ambing ke atas dan ke bawah, tenggelam dan terapung tiada
henti. Ia “tenggelam” saat kita mebuang-buang waktu dengan percuma, dipenuhi
energi-energi negatif seperti kemarahan, kemalasan, gemar tidur, dan enggan
melatih kesucian. Ia “terapung” dalam gelombang pikiran-pikiran buruk yang tiada
henti. Tanpa melepaskan dua keadaan batin ini, tertutup jalan menuju batin yang
hening.

Ketimbang gelisah dan bersedih, gunakanlah potensi bantinmu secara positif.

Penyakit jasmani mudah diobati; tapi penyakit batin sungguh menakutkan. Si
sakit tidak dapat merasa tenang ketika berjalan, berdiri, duduk, ataupun
berbaring. Sekujur tubuhnya terasa tidak nyaman, sukar baginya untuk memejamkan
mata dan tertidur.

Penyakit batin bagi orang kaya dan berkuasa, adalah rasa takut “kehilangan”
apa yang mereka miliki; sedangkan bagi orang miskin dan lemah, adalah rasa haus
untuk memperoleh “apa yang tidak mereka miliki”. Baik takut kehilangan maupun
kehausan untuk memperoleh keduanya sama membuat kita menderita.

Jika engkau tidak terikat pada suatu apapun, maka batinmu tidak akan
terbelenggu oleh konsep untung rugi yang menyertainya – dan dengan sendirinya
terbebas dari belenggu dan noda. Demikianlah batin orang bijaksana, tujuan dari
mereka yang menempuh Jalan.

Bila engkau melihat sesamamu dengan batin Buddha, setiap orang adalah Buddha.
Bila kau melihatnya dengan batin Mara, setiap orang adalah Mara.
(Mara = symbol nafsu dan kejahatan)

Batin orang awam membeda-bedakan masa lalu, kini, dan yang akan datang.

Dalam berlatih, orang awam menginginkan hal-hal gaib dan besar, karena itulah
batin mereka semakin kacau, mereka hanya mondar mandir di depan pintu gerbang
Dharma.

Sesungguhnya mudah saja memperoleh batin yang hening; cukup dengan melenyapkan
noda keserakahan.

Batin yang awam terbelenggu, ternoda dan terikat pada banyak hal. Batin yang
bersih tanpa noda memungkinkan tumbuhnya benih Kebuddhaan.
(Benih Kebuddhaaan = hakikat batin semua mahkluk)

Dalam gelap orang menyalakan lampu, tapi terang yang sejati ada di dalam
batin. Untuk itu engkau tidak perlu menyalakan lampu di depan altar Buddha;
terangilah batinmu sendiri.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #2 on: 09 April 2008, 09:32:04 PM »
Hatiku Pedih Melihat Penderitaan Itu

Hati yang welas-asih adalah tempat yang teduh dan tenang, ia adalah sumber
kegembiraan dan kebahagiaan bagi semua.

Welas-asih berarti simpati. Hati yang welas-asih dapat memaafkan, sabar, penuh
kasih dan toleransi. Berkah termulia dalam hidup ini adalah bila kita dapat
berbagi maaf dan simpati dengan sesama.

Upaya yang tanpa pamrih disebut “welas-asih agung” yang memiliki nilai tak
terbatas. Mengerjakan dan melayani dengan sukacita lebih dari sekedar “senang
berdana”.

Kalimat “murah hati berarti membagi kebahagiaan dengan sesama.” Mengajarkan
kepada orang kaya untuk memberi dan berdana. Pemberian yang dilakukan dengan
dasar welas-asih bersifat membebaskan, membantu si miskin untuk bangkit dari
kesusahannya.

Kasih yang murni adalah kebaikan hati bahkan kepada mereka yang tidak memiliki
hubungan apa-apa dengan kita – kasih yang memberi kebahagiaan dan membebaskan
mereka dari rasa takut.

Meskipun kita tidak memiliki hubungan dengan sesama, penderitaan mereka adalah
derita kita, dan kesedihan mereka adalah kesedihan kita. “Memang tubuh mereka
yang menderita, tapi hatiku tetap merasa sedih. Meski luka itu pada tubuh
mereka, rasa pedihnya terasa olehku.” Inilah yang disebut welas-asih yang tak
terbatas.

Welas-asih itu wajar, tak pernah berlebihan. Ia tidak menimbulkan kemarahan
atau kebencian, pun tidak membeda-bedakan dengan siapa kita berhubungan. Jangan
membelenggu kekasihmu dengan emosi, tapi sekuat tenaga untuk memahami dan
mengasihi orang yang tidak engkau sukai.

Welas-asih adalah sumber keselamatan, tapi tanpa kearifan, ia tak akan menjadi
welas-asih yang agung. Seperti sabda Buddha, “Welas-asih dan kebijaksanaan
berjalan seiring.”

Dharma yang agung tumbuh dari kebijaksanaan. Welas-asih sejati berkembang
bersama kearifan.

Kasih, kemanusiaan dan moralitas adalah isi ajaran welas-asih Sang Buddha,
sedangkan kelembutan, kebajikan, dan persahabatan adalah penerapannya.

Mereka yang menolong sesamanya disebut Bodhisattva. Jika engkau mengisi
hari-harimu dengan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama, maka pada hari itu
engkau adalah seorang Bodhisattva.
(Bodhisattva = mahkluk agung yang bertekad untuk mencapai pencerahan bagi
dirinya sendiri dan bagi semua mahkluk hidup)

Bodhisattva berusaha untuk selalu selaras dengan semua mahkluk, dan untuk itu
kita tidak bisa melulu bergantung pada teori, tapi harus mempraktekkannya.
Welas-asih dan tekad Bodhisattva adalah teori, sedangkan tindakan menolong
sesama adalah praktek. Kita harus mengubah welas-asih yang abstrak itu menjadi
tindakan nyata.

Nyatakanlah welas-asihmu dalam tindakan.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #3 on: 09 April 2008, 09:33:49 PM »
Sekuntum Teratai Nan Suci

Di dalam dirimu terdapat sekuntum teratai suci, sumber kebijaksanaan yang
tiada terbatas…. Kembangkanlah welas-asihmu dengan arif, maka kuntum terataimu
akan mekar.

Ketika batin mencapai samadhi, kearifan akan tumbuh dengan sendirinya.
Kebanyakan orang terpengaruh oleh situasi di luar, dan ini menunjukan kurangnya
kekuatan samadhi. Dewasa ini, samadhi dapat diartikan sebagai kepribadian yang
kuat dan semangat untuk maju.

Setelah mencapai Pencerahan, Buddha berusaha menolong semua mahkluk untuk
mengembangkan welas-asih dan kebijaksanaa, supaya mereka pun dapat mencapai
Pencerahan.

Banyak orang mengira bahwa kecerdasan adalah kebijaksanaan, padahal bukan
demikian halnya. Kecerdasan tidak selalu mengandung kebijaksanaan, tetapi
kebijaksanaan mencakup kecerdasan. Kecerdasan semata-mata sarana untuk mengukur
untung dan rugi, serta bercirikan keserakahan dan kekecewaan.

Orang yang cerdas memiliki keterikatan yang kuat pada untung-rugi. Orang
bijaksana memiliki tekad yang kuat untuk – dengan penuh keberanian – melepaskan
keterikatan pada segala materi dan nafsu keinginan.

Kita menjadi semakin arif karena pengalaman. Kearifan diuji oleh pengalaman
dan orang-orang dengan siapa kita bergaul. Apabila kita lari dari kenyataan,
mengasingkan diri dari orang-orang dan dari pergaulan, kita akan sulit
mengembangkan kebijaksanaan.

Mampu mengasihi sesama adalah berkah, mampu melenyapkan noda-noda batin adalah
kearifan.

Kearifan dan ketidaktahuan (batin yang tertutup noda) tak ubahnya seperti
telapak dan punggung tanganmu. Meskipun keduanya merupakan bagian dari tangan
yang sama, tetapi punggung tangan tidak dapat menggenggam apa-apa, sementara
telapak tangan sangat berguna.

Secercah pikiran jahat menanamkan sebutir benih buah yang pahit, sedangkan
secercah pikiran baik menanamkan sebutir benih buah yang manis. Berupayalah agar
batinmu selalu bersih tak bernoda.

Pada dasarnya manusia memiliki batin yang bersih. Tetapi nafsu keinginan untuk
memiliki menodainya, dari hari ke hari.

Tanamlah benih kebajikan di ladang batin kita, karena sebiji benih menghalangi
tumbuhnya sebatang rumput liar. Jika tidak ditanam dan dirawat dengan baik,
rumput liar akan tumbuh subur. Jadi perbuatan baik harus dilakukan setiap hari,
setiap saat, terus-menerus. Lakukanlah perbuatan sekecil apapun dengan pikiran
baik.

Janganlah berbuat baik untuk mencari kemasyhuran, atau untuk mengejar pahala.
Pahala sejati akan datang dengan sendirinya apabila perbuatan baik itu dilakukan
sekuat tenaga, tanpa pamrih.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
MENYELAM KE DASAR BATIN 5 – Master Cheng Yen
« Reply #4 on: 10 April 2008, 10:23:42 AM »
Kasih

Apa yang paling berharga dalam hidup ini? Kasih.

Mereka yang memiliki kasih sejati menolong sesamanya dengan riang gembira. Mereka selalu berbahagia sepanjang hidupnya yang indah dan penuh makna.

Mengasihi dan dikasihi adalah berkah. Mereka yang dapat mengasihi dan dikasihi adalah orang-orang yang beruntung.

Jangan memagari diri. Pancarkanlah kasih yang murni kepada orang lain supaya mereka juga berkesempatan untuk memberikan kasihya kepadamu.

Hargailah dirimu, dan engkau akan mengasihi sesamamu.

Mundurlah satu langkah ketika engkau sedang bertikai dengan orang lain, berbaik-hati dan penuh toleransi ketika sedang mencintai orang lain. Dengan cara ini, engkau akan berbahagia sepanjang hidupmu.

Bila kita selalu memperlakukan orang lain dengan ramah dan penuh kasih, kita tidak akan pernah benar-benar menderita. Terkadang kita harus bersedia menanggung sedikit kerugian, dan memang orang bijaksana kadang-kadang nampak seperti orang dungu.

Ubahlah kemarahan menjadi hati yang lemah-lembut, lalu menjadi Kasih. Dengan begitu, seisi dunia akan bergembira.

Memberi dan mempersembahkan dana bukanlah hak kaum berada saja, ia merupakan suatu kehormatan bagi hati yang tulus dan penuh kasih.

Perasaan paling menyedihkan dalam hidup ini adalah, “Orang lain berlimpah kasih-sayang, sedangkan aku merana sendirian.” Tapi hal itu tidak akan menimpa mereka yang menempuh Jalan Bodhisattva, yang memandang orang yang lebih tua sebagai orangtua dan menaruh hormat kepada mereka, memperlakukan yang sama-usia sebagai saudara, dan yang lebih muda sebagai anak kandung. Ini adalah kasih yang paling luhur, murni dan indah dalam hidup.

Jangan mencampur-adukkan Kasih dengan cinta duniawi, karena yang terakhir itu penuh noda dan belenggu.

Pancarkanlah kasih yang murni dan tidak bernoda, singkirkan konsep-konsep “untung dan rugi”. Bila kita mengasihi tanpa membelenggu, noda-noda itu tidak akan muncul. Kasih yang menuntut sesuatu sebagai imbalan tidak akan bertahan selamanya. Yang tidak lekang oleh waktu adalah kasih yang tidak berbentuk, tidak ternoda, dan tidak menuntut apa-apa.

Bila orangtua terlalu mencintai anak-anaknya, akibatnya cinta itu akan berubah menjadi kekecewaan. Jangan mencintai anak-anak secara berlebihan, karena hanya dengan demikian batin mereka bisa berkembang.

Secangkir teh yang harum, segar, penuh aroma, akan membangkitkan semangat. Tapi jangan menaruh daun teh terlalu banyak karena rasanya akan sangat pahit dan tidak dapat diminum. Begitu juga dengan cinta dan kasih-sayang.

Kebutuhan akan cinta dan kasih-sayang adalah kehausan yang tidak pernah dapat terpuasi.

Bila kita berbicara tentang perasaan, berbicaralah tentang perasaan yang abadi. Bila berbicara tentang cinta, bicaralah tentang cinta yang agung, tentang Kasih yang bebas dari keterikatan duniawi.

Buddha menganjarkan kita untuk melenyapkan sang “Aku” dan menghapus cinta-diri yang kerdil menuju Kasih yang agung dan menyatu dengan amam semesta. Jangan biarkan batinmu seperti anak kecil yang senang bermain di Lumpur yang kotor dan lengket.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #5 on: 10 April 2008, 03:05:00 PM »
Belajar dari Tumbuhan Padi
 
Buddha sering mengingatkan siswa-siswanya supaya tidak cepat puas dengan kemajuan batin yang telah dicapai. Kita harus bersikap seperti padi, makin matang dan berisi semakin merunduk.
 
Menjalani hidup dengan arif mencakup perilaku yang ramah dan lemah-lembut. Dengan kearifan, engkau dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang lurus dan yang menyimpang; tetapi tanpa welas-asih, engkau tidak akan mengalami hidup yang indah dan menyenangkan.
 
Tujuan utama kita adalah mencapai keadaan tanpa-aku. Jika engkau dapat mengendalikan batinmu sendiri dan menghargai orang lain, maka mereka akan menerima dan menghargaimu.
 
Hanya mereka yang menghargai diri sendiri, memiliki keberanian untuk melenyapkan egonya.
 
Dalam usaha untuk menghapus keakuan, kita harus menggunakan mata dan telinga orang lain sebagai ukuran. Lebih dari sekedar tidak menyakiti, belajarlah untuk membuat hati dan pikiran mereka berbahagia.
 
Jika engkau dapat membiarkan sebutir pasir menyakiti jari-jari kakimu dan sebutir kerikil menusuk hatimu, maka tak perlu diragukan lagi engkau tidak akan mudah jatuh oleh kejadian yang tidak menyenangkan.
 
Banyak orang yang tidak dapat menundukkan kepala mereka, didorong oleh rasa bangga-diri melihat prestasi yang dibuat di masa lalu.
 
Melihat kekerdilan diri adalah kearifan, merasa diri penting adalah keterikatan.
 
Orang sering dihinggapi rasa khawatir karena keterikatan mereka pada ego. Mereka menaruh ego sebagai titik pusat dalam pola pikir mereka, dan memberinya prioritas utama. Hal ini bukan hanya membuat mereka menderita, tetapi membawa serta orang-orang di sekitar mereka masuk ke dalam penderitaan. Hanya dengan melupakan ego, kita dapat memperoleh tubuh dan pikiran yang sehat, serta bisa memandang hidup ini dengan lebih bahagia.
 
Melakukan sembah-sujud adalah salah satu disiplin-diri. Ia akan mengurangi keterikatan pada “aku”, melemahkan tiga racun – keserakahan, kebencian, dan kebodohan, dan menghapus keangkuhan.
 
Cinta memang mengandung suatu kekuatan, tapi ia tidak cukup denga dirinya sendiri. Engkau harus pula memiliki kesabaran, sehingga tidak menyakiti orang lain.
 
Dalam pergaulan, perhatikanlah suara dan tingkah-lakumu. Kata-kata yang tepat, tekanan, dan sikap – pelajarilah semua itu dengan tekun dan sabar.
 
Satu hal yang paling mendasar bagi siswa yang berlatih adalah kesabaran dan hati yang bersih, karena bekal suatu latihan adalah diri sendiri.
 
Tidak punya uang, orang menderita. Punya uang, orang masih juga merasa susah. Terlalu sibuk atau bosan karena tidak ada yang dapat dikerjakan, sama membuat orang menderita. Siapakah yang tidak menderita di dunia ini? Tapi semua itu lebih disebabkan oleh tiadanya kesabaran. Penderitaan akan terasa lebih berat bagi mereka yang tidak dapat menghadapi masa-masa sulit dengan sabar.
 
Untuk dapat hidup dengan nyaman di dunia ini, milikilah kesabaran dan pengendalian diri.
 
Menahan penderitaan bukanlah cara terbaik. Apabila engkau telah memiliki kesabaran sedemikan hingga batinmu dapat menerima selaksa beban tanpa mengeluh, kita akan merasakan bahwa penderitaan itu adalah hal yang biasa.
 
Pertahankanlah integritas dan ketulusan hatimu dalam setiap tindakan. Kembangkanlah pengertian dan sikap lemah-lembut kepada sesamamu. Tunjukkanlah batin yang toleran dan mencerminkan pencerahan spiritual, dalam perilakumu.
 
Orang bijaksana memiliki batin yang teguh dan lemah lembut sekaligus. Keteguhannya terlihat dalam kelembutannya, dan di dalam keteguhan itu tercakup kelembutan. Kelembutannya menentramkan, sementara keteguhannya menguatkan.
 
Buddha bersabda kepada Rahula, putera Pangeran yang menanyakan warisannya, “Akan kuberikan segala milikku untukmu. Jika semua harta milik kerajaan dapat hancur dan rusak, maka Dharma yang akan kuberikan kepadamu, yaitu welas-asih dan kesabaran – kearifan yang lahir dari pencerahan – merupakan berkah dan kekayaan yang abadi.”
 
Jika setiap orang dapat berlaku sabar dan penuh welas-asih kepada sesamanya, maka seluruh dunia akan diliputi cahaya “kasih universal” yang hangat dan penuh berkah.
 
Berpaculah dengan waktu dalam “berbuat baik”. Berpaculah dengan diri sendiri, karena persaingan dengan orang lain akan cepat berbuah menjadi ajang saling menyakiti, yang dipenuhi hawa permusuhan.
 
Persaingan merupakan ladang subur bagi kejahatan. Dimana ada persaingan, di sana ada perbedaan antara sebelum dan sesudah, atas dan bawah, menang dan kalah. Maka ketenangan batin akan sukar dicapai.
 
Tanpa batin yang hening dan tenang, engkau tidak akan melihat kebenaran dengan jernih.
 
Berlatihlah agar batinmu tidak terlalu terikat dan membeda-bedakan. Jika engkau menarik batas yang jelas antara “milikmu” dan “milikku”, dan mulai mengejar apa yang kau sukai dengan penuh nafsu dan rasa cemburu, maka kemampuanmu untuk memahami orang lain akan berkurang. Dan benturan pun terjadi di mana-mana.
 
Sering orang berkata, “Berjuanglah agar dapat bertahan hidup.’ Pada kenyataannya, mereka yang memiliki kemampuan untuk itu sering pula membahayakan hidup orang lain.
 
Latihlah batinmu dengan baik, bukan untuk mencari kemasyhuran. Apa yang engkau peroleh dari dunia hanyalah perbandingan-perbandingan yang semu, sedangkan yang akan kau peroleh dari latihan dan mawas-diri adalah sesuatu yang nyata.
 
Banyak orang membandingkan dirinya dengan orang lain, dan terbelenggu oleh keinginan untuk mencapai kemasyuhran dan kekayaan. Berhentilah membanding-bandingkan, mulailah melepaskan diri dari belenggu keinginanmu.
 
Kata “harmoni” akan membawa sukses di dalam usaha apapun.

 _/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #6 on: 11 April 2008, 10:27:13 PM »
Penderitaan sebagai Ajang Latihan

Bila berada di tengah-tengah gossip dan lingkungan yang buruk, pertahankanlah
batinmu agar tetap dapat mengerti dan memaafkan.

Tidak ada yang mudah di dunia ini. Lagi pula, tidak ada gunanya menjadi martir
di lingkungan yang baik.

Dalam agama Buddha, lingkungan yang buruk dianggap sebagai “ajang latihan
tambahan.” Bergembiralah bila dihadapkan pada kondisi demikian, meskipun tidak
usah sengaja mencarinya.

Anggaplah segala kesukaran yang kau temui dalam hubunganmu dengan sesama
sebagai ujian. Sebilah pedangpun perlu diasah supaya tajam, dan sepotong batu
jade juga perlu digosok agar berkilau.

Berlatihlah, kendalikan dan tempa dirimu, disiplinkan, serta tenangkan
pikiranmu yang selalu bergerak. Latihlah batinmu agar tetap hening sekalipun
berada di tengah lingkungan yang kacau.

Berlatihlah setiap menit, tiap detik, hari demi hari, hingga tahun berganti
tahun, terus- menerus tanpa henti. Anggaplah setiap pekerjaan dan tindakan kita
sebagai latihan.

Banyak orang terpenjara oleh pandangan keliru dan menaruh egonya sebagai pusat
dunia. Mereka yang berada di dekatnya lebih dihargai ketimbang yang berada jauh
darinya.

Memang sulit bagi kita untuk melihat diri sendiri. Kita telah terbiasa membuka
mata mengawasi orang-orang di keliling, mengkritik dan menilai, lalu berteori
panjang-lebar tentang urusan-urusan duniawi, tanpa betul-betul mengetahui bahwa
kitapun termasuk di dalamnya. Hanya jika kita dapat melihat “diri” sendiri dan
menelitinya seperti kita meneliti orang lain, maka kita dapat membedakan dengan
jelas antara teori dengan kenyataan.

Maafkanlah mereka yang menyakitimu. Jangan menjadi orang yang mudah
tersinggung.

Jika engkau tidak dapat mempercayai kebaikan orang lain, maka sulit bagimu
untuk mencintai ataupun memaafkan kesalahan mereka.

Dengan tidak mempercayai orang lain, engkau telah kehilangan sebagian rasa
percaya dirimu. Bila engkau tidak mempercayai seisi dunia ini, rasa percaya
dirimu pun akan turut pudar.

Anggaplah celaan sebagai nasehat, dan pujian sebagai peringatan. Pandanglah
penolakan sebagai sarana mawas-diri, dan kesalahan sebagai pengalaman. Setiap
kritik adalah pelajaran yang berharga.

Mereka mencela saya, mereka tidak mengerti saya, mereka menghina saya, dan
saya tetap merasa bergembira. Saya berterima-kasih kepada mereka karena telah
membantu latihan saya.

Batin yang bersih dan bening tidak takut menghadapi hinaan, ia tetap tenang
dan baik. Tanpa memperdulikan betapa orang lain berlaku jahata, kita bahkan
menganggapnya sebagai kesempatan untuk menempa batin sendiri.

Bila menjumpai kesalahan, ubahlah ia hingga menjadi benar. Bila menjumpai
kejahatan, ubahlah ia menjadi kebaikan. Bila mendengar gossip tentang dirimu,
dengarlah itu sebagai suatu kesempatan untuk berlatih. Jangan biarkan mereka
tumbuh liar menjadi rumpun-ilalang kebodohan di dalam batinmu.

Masyarakat bisa tenang hanya jika setiap orang telah melenyapkan keangkuhan,
keterikatan pada “diri”, dan kebodohan.

Jangan membuat gossip tentang orang-orang atau kejadian. Karena pada
hakikatnya, alam semesta dan segala isinya adalah manifestasi dari Tripitaka.
(Tripitaka = kitab suci umat Buddha yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
sutra, vinaya dan abhidharma)


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #7 on: 12 April 2008, 09:45:39 AM »
Belenggu dan Bodhi

Dalam hidup ini, penyebab tidak harmonisnya hubungan kita dengan orang lain
adalah “keserakahan, kebencian dan kebodohan.” Tiga akar pikiran buruk inilah
yang menimbulkan kesulitan terus-menerus.

Keinginan adalah lubang yang tak berdasar, keserakahan tidak mengenal batas.
Keinginan “mencari” timbul dari pikiran untuk “memiliki”. Selanjutnya akan ada
kesenangan sementara karena memperoleh sesuatu, dan penderitaan karena
kehilangan sesuatu.

Benda yang ada di bawah hidung ini sungguh lebih luas dan dalam daripada
lautan : mulut sekecil apapun tidak pernah dapat terpuasi.

Dari keinginan, terjadi banyak perubahan. Apa yang kita miliki selalu
bertambah dan berkurang setiap harinya, dari tahun ke tahun. Kesenangan duniawi
yang semu sungguh menjemukan bagi orang bijaksana.

Di dunia ini, adakah sesuatu yang berjalan sepenuhnya menurut kehendak kita?
Kita tidak memperoleh apa yang kita sukai, yang kita peroleh tidak memuaskan
kita. Dari keinginan timbul penderitaan. Untuk mengurangi penderitaannya,
seseorang harus mengenal rasa cukup dan mengetahui saatnya untuk berhenti.

Dalam menjalani kehidupan ini, mereka yang memiliki ambisi besar harus
menggunakan energi yang besar pula untuk memuaskan kebutuhan mereka, sementara
mereka yang memiliki ambisi dan keingan sewajarnya, tidak banyak bercemas-diri
dan dapat menjalani hidupnya dengan tenang.

Pikiran yang baik menunjukkan batin yang bersih. Jika pikiran yang penuh
keinginan dibiarkan terus berkembang, ia akan mengotori batin. Bersihkanlah
batin dengan mengendalikan keinginan-keinginanmu. Bila batinmu bebas dari
keserakahan, segala sesuatunya jadi mudah, jalan menuju ketenangan dan kebebasan
terbuka sudah.

Apa yang kita sebut belenggu bukanlah suatu benda, melainkan keadaan batin
seseorang yang tidak pernah puas.

Kaya atau miskin, hina atau terhormat, tidak seorang pun dapat terlepas dari
penderitaan dan belenggu kehidupan.

Jangan terlalu terikat pada segala sesuatu. Alam semesta dan segala isinya
tidak lebih dari gabungan Empat Unsur (tanah, air, api dan udara). Kombinasi
unsur-unsur ini selalu berubah, tidak kekal, kotor, mengandung benih
penderitaan, dan tidak memiliki substansi.

Pada dasarnya, mahkluk hidup mampu membebaskan diri dari kemelekatan, untuk
mencapai kehidupan yang harmonis, bahagia, damai dan tenteram. Tapi semuanya
menjadi berantakan akibat prinsip yang menekankan “mengumpulkan
sebanyak-banyaknya demi laba”. Maka keterikatan datang dan kejahatan lahir,
semua karena “hasrat tak pernah terpuaskan”

Semua mengejar “kepunyaan”. Apa itu “kepunyaan”? Menjadi terjerat, itulah
“kepunyaan”

Janganlah berlebih-lebihan di kala menghadapi keperihan. Jika batinmu resah,
tak akan ada pembebasan.

Kubur keterikatan batin masa lampau, dan lahirkanlah kebebasan hari ini.

Berlatihlah hingga batinmu mencapai keheningan. Dengan batin yang tenang dan
hening, engkau dapat mengendalikan diri dalam situasi apapun.

Jika engkau dapat menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, engkau tidak
akan takut atau khawatir terhadap penderitaan.

Supaya hidupmu bahagia, jangan biarkan hubunganmu dengan sesama diwarnai oleh
pembicaraan yang tidak bermakna. Batinmu akan terbelenggu dan ternoda.

Perluas wawasan pikiranmu, dan engkau dapat melepaskan belenggu dengan wajar.
Mengapa orang terbelenggu? Karena wawasan pikirannya terlalu sempit, sehingga ia
tidak dapat menerima orang lain yang tidak “aku” sukai atau yang lebih daripada
“aku”

Marah adalah belenggu bagi dirimu dan orang lain. Ke dalam, engkau menumbuhkan
kegelisahan di dalam hatimu; ke luar, engkau membuat susah dan menanamkan benih
permusuhan di hati orang lain.

Belenggu batin muncul dalam hubungan kita dengan sesama, saat itulah kita
harus mengatasinya.

Hadapilah segala penderitaan dan kesulitan hidup sebahai sesuatu yang
“menyemarakkan” hidupmu, sebagai guru yang baik.

Menjalani hidup dari hari ke hari sama seperti membuka halaman baru sebuah
buku; orang-orang, kejadian, atau kekhawatiran yang kau jumpai setiap hari
adalah paragraf-paragraf yang ada di dalamnya.

Melalui kesulitan kita peroleh kearifan. Tapi ingat, hanya kesulitan macam itu
yang berguna.

Ada sebuah koan yang menunjukkan betapa rasa takut dan khawatir mengenai
hal-hal yang umum adalah manifestasi dari keterikatan yang dungu :
Ketika sedang bermeditasi, tiba-tiba seorang guru Zen melihat suatu figure
tanpa kepala. Ia berkata : “Tapa kepala, tidak pernah sakit kepala.” Selesai
bicara begitu, pemandangan itu lenyap. Tidak berapa lama, ia melihat sebuah
kepala dan kaki-tangan tanpa badan. Ia berkata ; “Tanpa hati dan perut, tidak
ada rasa lapar dan khawatir.” Kemudian itupun lenyap. Menyusul muncul dalam
benaknya, tubuh dan kepala tanpa kaki, dan ia berkata : “Tanpa kaki, tidak
berlari-lari dalam kebingungan.”
Akhirnya semua penampakan itu lenyap, guru Zen mencapai pencerahan…. Ternyata
noda-noda batin tidak memiliki substansi.

Penderitaan adalah Bodhi (Bodhi = Pencerahan)


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #8 on: 01 June 2008, 11:54:39 AM »
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #9 on: 21 February 2011, 09:00:27 AM »
 _/\_ _/\_ _/\_
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Dhamma Sukkha

  • Sebelumnya: Citta Devi
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.607
  • Reputasi: 115
  • kilesaa... .... T__T""" :) _/\_
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #10 on: 25 February 2011, 03:22:44 AM »
Org tzu chi?
ADD W LHAA... \:D/
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: MENYELAM KE DASAR BATIN –Master Cheng Yen
« Reply #11 on: 20 March 2013, 12:18:47 PM »
 _/\_ kata-kata inspiratif
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..