Sang Bhagavā berkata kepadanya:
Kepala desa, janganlah membiarkan keragu-raguan muncul dalam dirimu. Mengapa tidak? Disebabkan keragu-raguan, kebimbangan muncul. Kepala desa, engkau sendiri tidak memiliki pengetahuan murni tentang apakah terdapat kehidupan berikunya atau tidak ada kehidupan berikutnya. Juga, kepala desa, engkau tidak memiliki pengetahuan murni sehubungan dengan mana cara berbuat yang jahat dan mana cara berbuat yang bermanfaat. Kepala desa, terdapat suatu meditasi Dharma yang disebut peninggalan. Melalui meditasi ini engkau dapat mencapai perhatian benar, engkau dapat mencapai keterpusatan pikiran. Dengan cara ini engkau dapat melenyapkan keragu-raguan pada masa kehidupan ini dan mencapai kemajuan.
Kemudian, Pāṭaliya sang kepala desa, bangkit lagi dari tempat duduknya, mengatur pakaiannya sehingga memperlihatkan satu bahu dan, dengan menyatukan telapak tangannya [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, berkata kepada Sang Bhagavā:
Gotama, apakah meditasi Dharma yang disebut peninggalan, yang melaluinya aku dapat mencapai perhatian benar dan dapat mencapai keterpusatan pikiran, dan dengan cara itu dapat memotong pada masa kehidupan ini dan mencapai kemajuan?
Sang Bhagavā berkata kepadanya:
Kepala desa, seorang siswa mulia yang terpelajar menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar. Selama siang hari ia mengajarkan orang-orang untuk bertani dan mengolah lahan, dan ketika sore hari datang, ia beristirahat dari hal ini dan pergi ke dalam rumah untuk bermeditasi. Ketika malam telah berakhir, saat fajar, ia berpikir:
Aku telah menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, aku telah meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar.
Kemudian ia memeriksa dirinya sendiri: “Aku telah meninggalkan sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat, dan telah menyadari sepuluh jalan perbuatan bermanfaat.” Ketika ia melihat sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat ini ditinggalkan dalam dirinya sendiri dan sadar terhadap sepuluh jalan perbuatan bermanfaat, sukacita muncul dalam dirinya; dengan sukacita yang telah muncul, kegembiraan muncul; dengan kegembiraan yang telah muncul, tubuh menjadi tenang; dengan tubuh yang telah menjadi tenang, ia mengalami kenikmatan dengan tubuh; dengan tubuh yang telah mengalami kenikmatan, ia mencapai keterpusatan pikiran.
Kepala desa, seorang siswa mulia yang telah mencapai keterpusatan pikiran, memenuhi pikirannya dengan cinta-kasih dan berdiam [dengan pikiran] meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu dan kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, mulia, tak terukur, dan berkembang dengan baik.
Kemudian ia merenungkan demikian: “Terdapat para pertapa dan brahmana yang memegang pandangan ini dan membuat pernyataan ini:”
Tidak ada persembahan, tidak ada pengorbanan, tidak ada mantra-mantra; tidak ada perbuatan bermanfaat atau tidak bermanfaat, tidak ada akibat perbuatan bermanfaat atau tidak bermanfaat; tidak ada dunia ini ataupun dunia lain, tidak ada ayah dan ibu; tidak ada para Manusia Sejati di dunia yang menuju pencapaian tertinggi, yang pergi dengan baik dan diarahkan dengan baik, yang dengan diri mereka sendiri mengetahui dan merealisasi dunia ini dan dunia lain, yang telah dengan diri mereka sendiri secara langsung merealisasi dan menyempurnakannya dan berdiam di sana.
Jika para pertapa dan brahmana ini mengatakan kebenaran, maka aku tidak berbuat kesalahan terhadap yang menakutkan ataupun yang tanpa ketakutan di dunia. Aku selalu memiliki belas kasih dan empati terhadap seluruh dunia. Terhadap [semua] makhluk pikiranku telah bebas dari perselisihan, tidak ternoda, dan bergembira.
Sekarang aku telah mencapai Dharma dari yang tiada bandingnya (yaitu, Sang Buddha),<94> mencapai kemajuan dan suatu kediaman yang membahagiakan; ini disebut meditasi Dharma peninggalan. Apakah yang dikatakan para pertapa dan brahmana ini mungkin benar atau salah; tetapi [apakah] ini benar atau salah, aku telah mencapai ketenangan pikiran internal.
Kepala desa, ini adalah meditasi Dharma yang disebut peninggalan. Melalui meditasi ini engkau dapat mencapai perhatian benar, engkau dapat mencapai keterpusatan pikiran. Dengan cara ini engkau dapat memotong keragu-raguan pada masa kehidupan ini dan mencapai kemajuan.
Lagi, kepala desa, seorang siswa mulia yang terpelajar menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar. Selama siang hari ia mengajarkan orang-orang untuk bertani dan mengolah lahan, dan ketika sore hari datang, ia beristirahat dari hal ini dan pergi ke dalam rumah untuk bermeditasi. Ketika malam telah berakhir, saat fajar, ia berpikir:
Aku telah menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar.
Kemudian ia memeriksa dirinya sendiri: “Aku telah meninggalkan sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat dan telah menyadari sepuluh jalan perbuatan bermanfaat.” Ketika ia melihat sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat ini ditinggalkan dalam dirinya sendiri dan sadar terhadap sepuluh jalan perbuatan bermanfaat, sukacita muncul dalam dirinya; dengan sukacita yang telah muncul, kegembiraan muncul; dengan kegembiraan yang telah muncul, tubuh menjadi tenang; dengan tubuh yang telah menjadi tenang, ia mengalami kenikmatan dengan tubuh; dengan tubuh yang telah mengalami kenikmatan, ia mencapai keterpusatan pikiran.
Kepala desa, seorang siswa mulia yang telah mencapai keterpusatan pikiran memenuhi pikirannya dengan belas kasih dan berdiam [dengan pikiran] meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih, bebas dari belenggu-belenggu dan kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, mulia, tak terukur, dan berkembang dengan baik.
Kemudian ia merenungkan demikian:
Terdapat para pertapa dan brahmana yang memegang pandangan ini dan membuat pernyataan ini: Terdapat persembahan, terdapat pengorbanan, terdapat mantra-mantra; terdapat perbuatan bermanfaat atau tidak bermanfaat, terdapat akibat perbuatan bermanfaat atau tidak bermanfaat; terdapat dunia ini dan dunia lain, terdapat ayah dan ibu; terdapat para Manusia Sejati di dunia yang menuju pencapaian tertinggi, yang pergi dengan baik dan diarahkan dengan baik, yang dengan diri mereka sendiri mengetahui dan merealisasi dunia ini dan dunia lain, yang telah dengan diri mereka sendiri secara langsung merealisasi dan menyempurnakannya dan berdiam di sana.
Jika para pertapa dan brahmana itu mengatakan kebenaran, maka aku tidak berbuat salah terhadap yang menakutkan ataupun yang tanpa ketakutan di dunia. Aku selalu memiliki belas kasih dan empati terhadap seluruh dunia. Terhadap [semua] makhluk pikiranku telah bebas dari perselisihan, tidak ternoda, dan bergembira. Sekarang aku telah mencapai Dharma dari yang tiada bandingnya, mencapai kemajuan dan suatu kediaman yang membahagiakan; ini disebut meditasi Dharma peninggalan. Apakah yang dikatakan para pertapa dan brahmana ini mungkin benar atau salah; tetapi [apakah] ini benar atau salah, aku telah mencapai ketenangan pikiran internal.
Kepala desa, ini adalah meditasi Dharma yang disebut peninggalan. Melalui meditasi ini engkau dapat mencapai perhatian benar, engkau dapat mencapai keterpusatan pikiran. Dengan cara ini engkau dapat memotong keragu-raguan pada masa kehidupan ini dan mencapai kemajuan.
Lagi, kepala desa, seorang siswa mulia yang terpelajar menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar. Selama siang hari ia mengajarkan orang-orang untuk bertani dan mengolah lahan dan, ketika sore hari datang, ia beristirahat dari hal ini dan pergi ke dalam rumah untuk bermeditasi. Ketika malam telah berakhir, saat fajar, ia berpikir:
Aku telah menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar.
Kemudian ia memeriksa dirinya sendiri: “Aku telah meninggalkan sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat dan telah menyadari sepuluh jalan perbuatan bermanfaat.” Ketika ia melihat sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat ini ditinggalkan dalam dirinya sendiri dan sadar terhadap sepuluh jalan perbuatan bermanfaat, sukacita muncul dalam dirinya; dengan sukacita yang telah muncul, kegembiraan muncul; dengan kegembiraan yang telah muncul, tubuh menjadi tenang; dengan tubuh yang telah menjadi tenang, ia mengalami kenikmatan dengan tubuh; dengan tubuh yang telah mengalami kenikmatan, ia mencapai keterpusatan pikiran.
Kepala desa, seorang siswa mulia yang telah mencapai keterpusatan pikiran, memenuhi pikirannya dengan kegembiraan empatik dan berdiam [dengan pikiran] meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegembiraan empatik, bebas dari belenggu-belenggu dan kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, mulia, tak terukur, dan berkembang dengan baik.
Kemudian ia merenungkan demikian:
Terdapat para pertapa dan brahmana yang memegang pandangan ini dan membuat pernyataan ini: Ia yang berbuat atau mengajarkan orang lain untuk berbuat; ia yang menghancurkan atau mengajarkan orang lain untuk menghancurkan; ia yang menyiksa atau mengajarkan orang lain untuk menyiksa, [yang menyebabkan] kesengsaraan, kekesalan, kesedihan, pemukulan dada, keputusasaan, ratap tangis, dan kebingungan; seseorang yang membunuh makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, terlibat dalam perilaku seksual yang salah, mengatakan kebohongan, meminum minuman keras, merusak tembok untuk membuka gudang, menyusup ke dalam wilayah orang lain, menghancurkan desa dan kota kecil, memusnahkan kota besar dan kerajaan-kerajaan – seseorang yang melakukan dengan cara ini tidak melakukan kejahatan.
Lagi, jika dengan menggunakan roda besi setajam pisau cukur, seseorang dalam satu hari, memotong menjadi potongan-potongan dan membunuh semua makhluk hidup di bumi ini, mengirisnya menjadi potongan-potongan dan menjadikan mereka menjadi tumpukan daging; tidak ada karma buruk karena hal ini, tidak ada akibat karma buruk karena hal ini. Jika seseorang pergi ke tepi selatan sungai Gangga dengan membunuh, menghancurkan, dan menyiksa, dan kembali sepanjang tepi utara sungai Gangga dengan membuat persembahan, mengadakan pengorbanan, dan melantunkan mantra-mantra; maka tidak ada pelanggaran dan tidak ada jasa karena hal ini, tidak ada akibat pelanggaran atau jasa karena hal ini. Membuat persembahan, menjinakkan [diri sendiri], menjaga [diri sendiri], mengendalikan [diri sendiri], dengan menghormati, memberi manfaat, kedermawanan, berkata menyenangkan, melakukan kebajikan, dan membagikan keuntungan, tidak ada jasa karena hal ini, tidak ada akibat jasa karena hal ini.
Jika para pertapa dan brahmana itu mengatakan kebenaran, maka aku tidak berbuat salah terhadap yang menakutkan ataupun yang tanpa ketakutan di dunia. Aku selalu memiliki belas kasih dan empati terhadap seluruh dunia. Terhadap [semua] makhluk pikiranku telah bebas dari perselisihan, tidak ternoda, dan bergembira. Sekarang aku telah mencapai Dharma dari yang tiada bandingnya, mencapai kemajuan dan suatu kediaman yang membahagiakan; ini disebut meditasi Dharma peninggalan. Apakah yang dikatakan para pertapa dan brahmana ini mungkin benar atau salah; tetapi [apakah] ini benar atau salah, aku telah mencapai ketenangan pikiran internal.
Kepala desa, ini adalah meditasi Dharma yang disebut peninggalan. Melalui meditasi ini engkau dapat mencapai perhatian benar, engkau dapat mencapai keterpusatan pikiran. Dengan cara ini engkau dapat memotong keragu-raguan pada masa kehidupan ini dan mencapai kemajuan.
Lagi, kepala desa, seorang siswa mulia yang terpelajar menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar. Selama siang hari ia mengajarkan orang-orang untuk bertani dan mengolah lahan dan, ketika sore hari datang, ia beristirahat dari hal ini dan pergi ke dalam rumah untuk bermeditasi. Ketika malam telah berakhir, saat fajar, ia berpikir:
Aku telah menghindari diri dari pembunuhan dan meninggalkan pembunuhan, meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan ... perilaku seksual yang salah ... ucapan salah ... (dan seterusnya sampai dengan) meninggalkan pandangan salah dan mencapai pandangan benar.
Kemudian ia memeriksa dirinya sendiri: “Aku telah meninggalkan sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat dan telah menyadari sepuluh jalan perbuatan bermanfaat.” Ketika ia melihat sepuluh jalan perbuatan tidak bermanfaat ini ditinggalkan dalam dirinya sendiri dan sadar terhadap sepuluh jalan perbuatan bermanfaat, sukacita muncul dalam dirinya; dengan sukacita yang telah muncul, kegembiraan muncul; dengan kegembiraan yang telah muncul, tubuh menjadi tenang; dengan tubuh yang telah menjadi tenang, ia mengalami kenikmatan dengan tubuh; dengan tubuh yang telah mengalami kenikmatan, ia mencapai keterpusatan pikiran.
Kepala desa, seorang siswa mulia yang telah mencapai keterpusatan pikiran, memenuhi pikirannya dengan keseimbangan dan berdiam [dengan pikiran] meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan keseimbangan, bebas dari belenggu-belenggu dan kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, mulia, tak terukur, dan berkembang dengan baik.
Kemudian ia merenungkan demikian:
Terdapat para pertapa dan brahmana yang memegang pandangan ini dan membuat pernyataan ini: Ia yang berbuat atau mengajarkan orang lain untuk berbuat; ia yang menghancurkan atau mengajarkan orang lain untuk menghancurkan; ia yang menyiksa atau mengajarkan orang lain untuk menyiksa, [yang menyebabkan] kesengsaraan, kekesalan, kesedihan, pemukulan dada, keputusasaan, ratap tangis, dan kebingungan; seseorang yang membunuh makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, terlibat dalam perilaku seksual yang salah, mengatakan kebohongan, meminum minuman keras, merusak tembok untuk membuka gudang, menyusup ke dalam wilayah orang lain, menghancurkan desa dan kota kecil, memusnahkan kota besar dan kerajaan-kerajaan – seseorang yang melakukan dengan cara ini melakukan kejahatan.
Lagi, jika dengan menggunakan roda besi setajam pisau cukur, seseorang dalam satu hari, memotong menjadi potongan-potongan dan membunuh semua makhluk hidup di bumi ini, mengirisnya menjadi potongan-potongan dan menjadikan mereka menjadi tumpukan daging; terdapat karma buruk karena hal ini, terdapat akibat karma buruk karena hal ini. Jika seseorang pergi ke tepi selatan sungai Gangga dengan membunuh, menghancurkan, dan menyiksa, dan kembali sepanjang tepi utara sungai Gangga dengan membuat persembahan, mengadakan pengorbanan, dan melantunkan mantra-mantra; maka terdapat pelanggaran dan terdapat jasa karena hal ini, tidak ada akibat pelanggaran atau jasa karena hal ini. Membuat persembahan, menjinakkan [diri sendiri], menjaga [diri sendiri], mengendalikan [diri sendiri], dengan menghormati, memberi manfaat, kedermawanan, berkata menyenangkan, melakukan kebajikan, dan membagikan keuntungan, terdapat jasa karena hal ini, terdapat akibat jasa karena hal ini.
Jika para pertapa dan brahmana itu mengatakan kebenaran, maka aku tidak berbuat salah terhadap yang menakutkan ataupun yang tanpa ketakutan di dunia. Aku selalu memiliki belas kasih dan empati terhadap seluruh dunia. Terhadap [semua] makhluk pikiranku telah bebas dari perselisihan, tidak ternoda, dan bergembira. Sekarang aku telah mencapai Dharma dari yang tiada bandingnya, mencapai kemajuan dan suatu kediaman yang membahagiakan; ini disebut meditasi Dharma peninggalan. Apakah yang dikatakan para pertapa dan brahmana ini mungkin benar atau salah; tetapi [apakah] ini benar atau salah, aku telah mencapai ketenangan pikiran internal.
Kepala desa, ini adalah meditasi Dharma yang disebut peninggalan. Melalui meditasi ini engkau dapat mencapai perhatian benar, engkau dapat mencapai keterpusatan pikiran. Dengan cara ini engkau dapat memotong keragu-raguan pada masa kehidupan ini dan mencapai kemajuan.
Ketika Dharma ini diajarkan, mata Dharma yang tidak ternoda dan murni sehubungan dengan semua fenomena muncul dalam diri Pāṭaliya sang kepala desa. Pāṭaliya sang kepala desa melihat Dharma, mencapai Dharma, merealisasi Dharma yang cemerlang dan murni; ia memotong keragu-raguan dan pergi melampaui kebingungan; ia tidak bergantung pada para guru lainnya; ia tidak akan pernah mengikuti orang lain; dan ia bebas dari kebimbangan. Setelah mengembangkan pencapaian buah, ia mencapai keberanian dalam Dharma yang diajarkan Sang Bhagavā. Ia bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, dan berkata:
Sang Bhagavā, aku sekarang pergi berlindung kepada Buddha, Dharma, dan komunitas para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam! Sejak hari ini sampai kehidupan berakhir aku pergi berlindung [kepada beliau].
Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, kepala desa Pāṭaliya dan para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.