//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!  (Read 46933 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #30 on: 06 May 2008, 07:15:42 PM »
Sumedho,

Ya, persepsi orang semua berbeda. Tapi saya juga setuju bahwa dukkha adalah ketidak-puasan, dan yang bisa menyadari ketidakpuasan itu, bukan hanya orang2 dalam kondisi tertentu. Dari orang super melarat sampai orang super kaya juga bisa saja menyadarinya. Itu juga yang menjadi alasan 4 kesunyataan mulia itu tidak 'klop' kalo dibalik-balik. Tidak cocok orang mempromosikan obat lebih dulu, sebelom memberi tahu adanya penyakit.

Tidak cocok orang mempromosikan obat lebih dulu, sebelom memberi tahu adanya penyakit.

Wah, ini perumpamaan yang sangat tepat ... Kalau orang memberikan obat lebih dulu sebelum tahu apa penyakitnya, itu seperti orang memberikan Panadol tanpa tahu penyakitnya apa. Bisa orang terlena dalam rasa puas karena 'merasa mengerti ajaran Sang Buddha', padahal tidak menyadari bahwa penyakitnya sebetulnya adalah dirinya sendiri.

Salam,
hudoyo


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #31 on: 06 May 2008, 07:28:43 PM »
Saya tidak tahu maksud Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur..

Di buku Ajahn Brahm yang lain (dan juga beberapa ceramahnya), dikatakan bahwa:
"Joy at last to know that there is no happiness in the world"
(kalau tidak salah, ini kutipan ucapan Ajahn Chah)

"Joy at last to know that there is no happiness in the world", jika diteliti bukankah bertentangan dan lucu? :P
[...]

Justru ucapan Ajahn Chah ini memperlihatkan pengertian yang jauh lebih mendalam daripada pemahaman Ajahn Brahm sendiri. Bukankah kebenaran yang mendalam itu penuh paradoks?

Saya juga pernah menulis kepada Ajahn Brahm mempertanyakan ajaran beliau tentang perlunya jhana, yang saya lihat bertentangan dengan ajaran Ajahn Chah, gurunya sendiri, yang pernah secara eksplisit mengatakan 'absorption' itu tidak perlu. Ajahn Brahm menjawab dengan menyanggah bahwa Ajahn Chah pernah berkata demikian kepada umum; menurut Ajahn Brahm pernyataan Ajahn Chah itu hanya ditujukan kepada Jack Kornfield sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Jack (yang lepas jubah dan menulis buku tanya-jawab dengan Ajahn Chah, kalau tidak salah, judulnya "Bodhinyana") -- jadi, maksud Ajahn Brahm, Ajahn Chah tidak bermaksud pernyataannya itu ditujukan bagi umum, melainkan hanya berlaku untuk Jack Kornfield yang lepas jubah dan bukan bhikkhu lagi. -- Mendapat jawaban seperti itu, saya tidak meneruskan diskusi itu. Bagi saya, ucapan-ucapan Ajahn Chah yang terkandung dalam "Bodhinyana" cukup memberikan informasi bagaimana sebenarnya ajaran Ajahn Chah, daripada "penjelasan" Ajahn Brahm.

Sebaliknya, saya tahu maksud Ajahn Brahm membalikkan Empat Kebenaran Luhur itu. Tidak lain beliau hendak mempromosikan jhana sebagai kebahagiaan tertinggi. Itulah obsesi beliau sejak dulu. :)

Salam,
Hudoyo

« Last Edit: 06 May 2008, 07:37:07 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #32 on: 06 May 2008, 08:01:54 PM »
Mungkin persepsi orang berbeda2x. Kalau menurut saya Dukkha itu adalah ketidak-puasan. Semua berubah dan tanpa inti yang tidak memuaskan untuk dipegang *baca: dilekati*.

Saya tidak begitu suka menerjemahkan 'anatta' dengan 'tanpa inti' (insubstantiality), sebagaimana sering diajarkan kepada anak-anak sekolah minggu. Pengertian 'tanpa inti' hanya menggeser masalah 'anatta' menjadi wacana metafisikal, bukan lagi wacana eksistensial. -- Coba, apa bahasa Pali-nya 'tanpa inti'? :)

Secara eksistensial, masalahnya bukanlah 'ada inti' atau 'tanpa inti', masalahnya adalah memahami 'aku' ini sebagai 'anicca' dan 'dukkha' atau tidak. Kata Sang Buddha: "Segala sesuatu yang anicca (tidak kekal) adalah dukkha (tidak memuaskan); dan segala sesuatu yang dukkha adalah anatta (bukan-aku, tanpa-aku)." Jadi, pemahaman 'anatta' itu datang dari pemahaman akan 'anicca' dan 'dukkha'. -- Ini tidak bisa dipahami oleh anak-anak di level sekolah minggu. Tapi 'anatta' sebagai 'tanpa inti' lebih tidak dipahami lagi oleh anak-anak itu, dan hanya menjadi hafalan sampai mereka besar.


Quote
Sedari kecil saya memang agak 'aneh' dan punya cara pandang berbeda. Ini dimulai ketika mencari tujuan hidup. Saya tidak bisa memutuskan apa tujuan hidup kita karena didalam evaluasi dan mencari2x apa yang terbaik utk dijadikan tujuan *Ataupun diraih* itu semua tidak ada yang memuaskan, semua semu :) *klise yah*

Apakah sekarang Rekan Sumedho sudah punya "tujuan hidup"? Yang dipegang erat-erat? ;D

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 06 May 2008, 08:04:59 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #33 on: 06 May 2008, 08:19:50 PM »
soal 4 Kebenaran Luhur versi Ajahn Brahm,

menurut saya, trik promosi ini lebih banyak menghasilkan efek mirip Buddhist cung cung cep.

Saya rasa, trik promosi ini tidak akan menghasilkan lebih banyak umat Buddha menembus Dhamma. Kalau Buddhis "cung cung cep" mungkin. ... Lalu berdebat dengan umat keristen. ;D


Quote
yah mudah2an deh, dari cung cung cep, sedikit demi sedikit bisa bertemu dg essensi 4 Kebenaran Luhur versi Sang Buddha :)

Apa iya proses penembusan Dhamma itu bisa terjadi "sedikit demi sedikit"? ... Saya kok ragu? ... :)

Menurut pengalaman saya pribadi, dulu saya mengalami transformasi, memahami Dhamma itu secara 'mendadak', langsung, tanpa proses sedikit demi sedikit. ... Itulah yang membuat saya pindah dari Muslim menjadi Buddhis. ... Baru belakangan saya belajar Dhamma secara teoretis dari buku-buku.

Yang berproses "sedikit demi sedikit" adalah pengetahuan Dhamma secara teoretis, yang dipelajari dari kitab suci. ... Tapi itu bukan awal dari penyadaran Dhamma, penyadaran akan fakta anicca dan dukkha. ... Dan pengetahuan buku itu tidak ada hubungannya dengan penembusan Dhamma.

Saya rasa begitu pula yang terjadi dengan teman-teman Buddhis yang "cung cung cep". ... Sebagian kecil dari mereka akan mengalami transformasi, tiba-tiba menyadari fakta anicca dan dukkha, dan tidak "cung cung cep" lagi ... :)

« Last Edit: 06 May 2008, 08:21:38 PM by hudoyo »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #34 on: 06 May 2008, 08:43:40 PM »
Mungkin persepsi orang berbeda2x. Kalau menurut saya Dukkha itu adalah ketidak-puasan. Semua berubah dan tanpa inti yang tidak memuaskan untuk dipegang *baca: dilekati*.

Saya tidak begitu suka menerjemahkan 'anatta' dengan 'tanpa inti' (insubstantiality), sebagaimana sering diajarkan kepada anak-anak sekolah minggu. Pengertian 'tanpa inti' hanya menggeser masalah 'anatta' menjadi wacana metafisikal, bukan lagi wacana eksistensial. -- Coba, apa bahasa Pali-nya 'tanpa inti'? :)

Secara eksistensial, masalahnya bukanlah 'ada inti' atau 'tanpa inti', masalahnya adalah memahami 'aku' ini sebagai 'anicca' dan 'dukkha' atau tidak. Kata Sang Buddha: "Segala sesuatu yang anicca (tidak kekal) adalah dukkha (tidak memuaskan); dan segala sesuatu yang dukkha adalah anatta (bukan-aku, tanpa-aku)." Jadi, pemahaman 'anatta' itu datang dari pemahaman akan 'anicca' dan 'dukkha'. -- Ini tidak bisa dipahami oleh anak-anak di level sekolah minggu. Tapi 'anatta' sebagai 'tanpa inti' lebih tidak dipahami lagi oleh anak-anak itu, dan hanya menjadi hafalan sampai mereka besar.
Sebenarnya yg saya point itu bukan anatta sih pak. tanpa inti yg saya rujuk sebenarnya lebih kepada tanpa point/pointless atau tanpa substansi yg bisa dipegang, seperti kekayaan, gelar, pangkat, kemasyuran. Semua itu hanya temporer, jadi terlihat bodoh kalau mengejar itu setengah mati lalu kemudian hilang dan berpisah.

Quote
Quote
Sedari kecil saya memang agak 'aneh' dan punya cara pandang berbeda. Ini dimulai ketika mencari tujuan hidup. Saya tidak bisa memutuskan apa tujuan hidup kita karena didalam evaluasi dan mencari2x apa yang terbaik utk dijadikan tujuan *Ataupun diraih* itu semua tidak ada yang memuaskan, semua semu :) *klise yah*

Apakah sekarang Rekan Sumedho sudah punya "tujuan hidup"? Yang dipegang erat-erat? ;D

Salam,
hudoyo
*bisik2x, off the record, nanti di flame orang lagi* Sebelumnya sudah pak, tapi yah jadi pointless juga. Sekarang nga punya lagi :)) Kata orang sih, udah cabe deh.
There is no place like 127.0.0.1

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #35 on: 06 May 2008, 09:18:59 PM »
Dari: milis_buddha [at] yahoogroups.com

Quote from: Ong Ming Swe
Pak Hudoyo Yth,
Saya sebagai Pemula yang sedang belajar Ajaran Buddha ingin sharing pengalaman saya yang beberapa kali mengikuti Buddha Teaching yang dilakukan oleh Para Bhikku dan Renpoche sebagai berikut:
 
1. Setiap kali pembukaan Four Noble Truth selalu dimulai dengan bahwa Kita hidup dalam Penderitaan yaitu sejak lahir sampai meninggal, disinilah saya merasakan sesuatu yang MISS/ HILANG dalam terjemahaannya maupun penyampaiannya.

Justru itulah ajaran Buddha: Seluruh kehidupan ini, eksistensi ini adalah dukkha, tidak memuaskan. Tidak ada kebahagiaan yang sejati selama masih ada aku/diri.

Ajaran Sang Buddha tidak kenal kompromi dalam hal ini. Yang Anda rasakan "missed" atau "hilang" itu adalah hiburan-hiburan seperti yang ada dalam agama-agama lain, seperti 'Tuhan', 'Surga', 'Juruselamat', dsb.

Apakah Anda bisa menerima ini sekarang, atau tidak? :)

 
Quote
2. Saya pernah bertanya, kalau memang kita hidup hanya untuk menghadapi penderitaan, kenapa kita ingin dilahirkan dan berevolusi dalam kehidupan ini??? dan jawabannya selalu tidak menjawab pertanyaan saya.

Jawabannya sederhana saja: karena kita tidak menyadari dan tidak menerima bahwa hidup ini dukkha; kita mengira bahwa bagaimana pun juga kita akan mencapai kebahagiaan sejati dalam hidup ini tanpa melepaskan aku/diri; singkatnya, karena kita diliputi kegelapan, avijja.

Ajaran Sang Buddha tidak mengenal kompromi: eksistensi ini dukkha, diterima atau tidak. ... Jawaban ini jelas tidak memuaskan bagi Anda. :)


Quote
3. Dan menurut saya yang masih Awam ini adalah bahwa kita hidup untuk berevolusi dan menuju ke dimensi yang lebih tinggi pada saat kita meninggal dan pulang sebagai Energy, dan memang betul bahwa didalam kehidupan ini kita akan menghadapi Derita yang mana datangnya dari Kontak (ke 5 indera + indera ke 6), sehingga didalam kehidupan ini tidak selalu kita menderita seperti yang disampaikan atau yang saya dengar.

Yang dinamakan 'kebahagiaan' di dunia ini pun dukkha, karena tidak ada kebahagiaan yang kekal. Sang Buddha bilang, "Apa yang tidak kekal itulah dukkha." Dan Sang Buddha tidak berkompromi dalam hal ini.

Sang Buddha tidak mengajarkan "evolusi" atau "dimensi yang lebih tinggi", "pulang sebagai Energy" (pulang ke mana?) ... dan semua ajaran New Age itu. ... Sang Buddha mengajarkan dukkha, yang adalah kelekatan kepada badan & batin ini sebagai diri/aku, dan Sang Buddha mengajarkan pembebasan dari dukkha, yakni pembebasan dari kelekatan pada badan & batin ini. Tidak kurang dari itu. Sang Buddha tidak menutup-nutupi dukkha ini dengan pengertian-pengertian seperti "evolusi", "dimensi yang lebih tinggi", "pulang ke rumah" dsb dsb.

Mungkin bagi Anda, semua ini kedengarannya "pesimistik", dan Anda ingin mencari penjelasan lain atau mencari ajaran lain yang lebih memuaskan intelek Anda. Kalau begitu, silakan saja. :)


Quote
4. Pola Ajahn Brahmavamso untuk menyampaikan Four Noble Truth dengan cara seperti yang Bapak sampaikan dibawah ini, saya merasakan sesuatu yang sangat baik sehingga semua orang bisa menerimanya dan yang paling essential dalam hal ini adalah tercapainya Inner Happiness dari setiap orang dengan menjalankan Noble Eightfold Path.
 
Demikian pendapat saya dan mohon maaf bila tidak berkenan.
 
Salam,
Ong

Inilah salah satu contoh nyata bahwa "ajaran" Ajahn Brahmavamso menjadi alternatif bagi mereka yang tidak bisa menerima kenyataan tentang dukkha. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Inner Happiness" yang Anda sebut-sebut itu tidak lain adalah impian, fatamorgana selama Anda masih punya diri/aku. Tidak lebih dari itu.

Jadi, yang penting adalah: amatilah si aku ini, sampai ia tidak berdaya lagi mencari kebahagiaan, "inner happiness" dalam kehidupan di dunia ini. Kalau si aku ini sudah tidak berdaya, ia akan diam, akan padam dengan sendirinya ... di situlah, dan hanya di situlah, pembebasan tercapai, kebahagiaan pemadaman (nirwana) tercapai, ketika tidak ada aku/diri ini lagi.

Ingatlah pula akan ajaran Ajahn Chah: "Suka cita akhirnya adalah kesadaran bahwa tidak ada kebahagiaan di dunia ini."

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 06 May 2008, 09:49:10 PM by hudoyo »

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #36 on: 06 May 2008, 09:29:56 PM »
Apakah sekarang Rekan Sumedho sudah punya "tujuan hidup"? Yang dipegang erat-erat? ;D

Maaf OOT. Pertanyaan itu memang bukan ditujukan kepada saya, tetapi pertanyaan itu juga merupakan pertanyaan setidaknya beberapa hari terakhir ini saya tanyakan kepada diri sendiri. Walaupun hanya "tujuan sementara hidup", tapi sudah cukup merepotkan. Banyak keragu-raguan yang menyebabkan saya belum dapat menjawabnya. Ragu dan takut, apakah jawaban yang akan saya pilih ini merupakan jawaban yang tepat? Dan keragu-raguan itu rasanya tidak enak sekali. Semakin ditunda untuk dijawab, semakin tidak enak dan menjadi beban..
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #37 on: 06 May 2008, 09:34:32 PM »
Apakah sekarang Rekan Sumedho sudah punya "tujuan hidup"? Yang dipegang erat-erat? ;D

Maaf OOT. Pertanyaan itu memang bukan ditujukan kepada saya, tetapi pertanyaan itu juga merupakan pertanyaan setidaknya beberapa hari terakhir ini saya tanyakan kepada diri sendiri. Walaupun hanya "tujuan sementara hidup", tapi sudah cukup merepotkan. Banyak keragu-raguan yang menyebabkan saya belum dapat menjawabnya. Ragu dan takut, apakah jawaban yang akan saya pilih ini merupakan jawaban yang tepat? Dan keragu-raguan itu rasanya tidak enak sekali. Semakin ditunda untuk dijawab, semakin tidak enak dan menjadi beban..
So, ucapkan dengan lantang.... TIDAK PUNYA  :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #38 on: 06 May 2008, 09:41:27 PM »
Dari: Anton Siura [antonsiura [at] yahoo.com]

Quote from: Anton Siura
Hi Pak Hud,

Saya sendiri pernah mengikuti ceramah dhamma beliau (Ajahn Brahm) secara langsung dua kali, Yang pertama sekitar dua tahun lalu di Mendut dan yang terakhir dua bulan yang lalu di Singapore". Sama, kedua ceramahnya sangat menghibur umat.

Pada waktu di Mendut Bhante Jotthi dan Bhante Pannavaro berlaku sebagai penerjemah bahasa secara langsung kepada umat dan kalau saya tidak salah VCD rekaman ceramah beliau juga disebarkan oleh pengurus Vidyasana.

Dalam ceramah tersebut, Ajahn Brahm juga sempat mengeluarkan pernyataan sama seperti yang diposting pada milis ini, dan kebetulan bhante Panna yang menerjemahkannya, pada waktu itu respon umat sangat terkejut dan terhibur karena merupakan sesuatu yang baru didengar.
Kalau Saya tidak salah Ajahn Brahm konsisten menggunakan versi four noble truth-nya dalam ceramah-ceramahnya.

Banyak umat yang terhibur dengan ceramah beliau yang sangat interaktif terutama dari cerita-cerita bukunya "Membuka Pintu Hati". Teman saya yang non-buddhist juga membeli bukunya (Opening The Door of Your Heart) dan sempat mengikuti ceramahnya di Singapore. Teman saya menikmati ceramahnya seakan-akan itu bukan ceramahnya Buddhis

Komen saya pak, ceramah ceramah Ajahn sangat "menghibur", saya sendiri merasakannya. dan tentu kontras sekali dengan ceramah-ceramahnya JK yang juga "menghibur".

Pak Hud, orang suka sekali mencari penghiburan spiritual dari mendengar ceramah atau buku orang terkenal..atau bahkan dari posting posting milis ini, seakan merasa "aman", merasa "tenang" tapi hanya pada momen itu saja dan sekitar momen itu..

Setelah itu kembali bergelut dengan konflik batin

berulang dan berulang
kurang mengamati ya Pak?
hehehe

Salam
Anton

Setuju sekali, Rekan Anton. ... :) Dengan kata lain, Ajahn Brahm sangat lihay dalam apa yang saya namakan Dhamma-tainment. Lihat saja bukunya "Who Brings This Truckload of Dung?". -- Di Indonesia pun mulai banyak Romo dan Bhante yang mulai mengembangkan Dhamma-tainment. Lama-lama kebaktian Buddhis pun akan diisi dengan band & musik sebagai bagian dari Dhamma-tainment. :)

Memang lain sekali dengan ceramah Krishnamurti yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang serius. Bahkan lain sekali dengan khotbah-khotbah Sang Buddha yang gemanya bisa kita baca dalam sutta-sutta, yang berkata: "Para bhikkhu, aku hanya mengajarkan satu hal, yakni dukkha dan pembebasan dari dukkha."

Umat awam akan bosan dengan ceramah-ceramah seperti itu, karena tidak mengerti. :)

Salam,
Hudoyo

« Last Edit: 06 May 2008, 09:43:19 PM by hudoyo »

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #39 on: 06 May 2008, 09:45:00 PM »
Apakah sekarang Rekan Sumedho sudah punya "tujuan hidup"? Yang dipegang erat-erat? ;D

Maaf OOT. Pertanyaan itu memang bukan ditujukan kepada saya, tetapi pertanyaan itu juga merupakan pertanyaan setidaknya beberapa hari terakhir ini saya tanyakan kepada diri sendiri. Walaupun hanya "tujuan sementara hidup", tapi sudah cukup merepotkan. Banyak keragu-raguan yang menyebabkan saya belum dapat menjawabnya. Ragu dan takut, apakah jawaban yang akan saya pilih ini merupakan jawaban yang tepat? Dan keragu-raguan itu rasanya tidak enak sekali. Semakin ditunda untuk dijawab, semakin tidak enak dan menjadi beban..
So, ucapkan dengan lantang.... TIDAK PUNYA  :)

Belum berani untuk mengucapkannya.. :|
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #40 on: 07 May 2008, 01:14:45 AM »
Saya rasa begitu pula yang terjadi dengan teman-teman Buddhis yang "cung cung cep". ... Sebagian kecil dari mereka akan mengalami transformasi, tiba-tiba menyadari fakta anicca dan dukkha, dan tidak "cung cung cep" lagi ... :)
yah... benar juga, transformasi balik arah...
tapi fakta anicca, dukkha apalagi anatta, udah tau teorinya pun masih banyak yg menolak realita ini (termasuk saya dulunya :P)
tapi melalui kejadian sehari-harinya (ini yg dimaksud sedikit demi sedikit), kita mulai menyadari, ternyata orang ini (Buddha) berkata benar...

anyway, makasih atas koreksinya ^:)^
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #41 on: 07 May 2008, 08:02:43 AM »
[...]
tapi melalui kejadian sehari-harinya (ini yg dimaksud sedikit demi sedikit), kita mulai menyadari, ternyata orang ini (Buddha) berkata benar...

anyway, makasih atas koreksinya ^:)^

Ya ... selama "sedikit demi sedikit mulai menyadari" itu masih sebatas pengertian intelektual, belum meresap ke seluruh batin, belum ada transformasi ... memang orang lebih sering datang ke vihara, lebih sering ikut meditasi ... lebih banyak berdana ... dsb dsb ... tapi belum ada transformasi dalam batin.

Tapi begitu kesadaran akan aniccam, dukkkham & anatta itu menembus ke seluruh batin, maka terjadilah transformasi ... yang akan mengubah seluruh pandangan hidupnya ... Transformasi itu selalu terjadi secara mendadak, atau dalam hitungan hari.

Salah satu contoh nyata pencerahan transformatif yang baru-baru ini terjadi pada seorang peserta baru MMD, ialah pada Rekan Andi Cahya, 26 tahun, Muslim. ... Ia mengikuti MMD akhir pekan di Cipanas bulan lalu ... lalu setelah lama berdiam diri ... kemarin muncul dengan tulisan tentang kematian (saya forward di thread: MMD forum ini). Silakan baca tulisannya di thread MMD.

Salam,
Hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #42 on: 07 May 2008, 09:04:53 AM »
Quote
Saya rasa, maksud Rekan Willibordus jauh lebih dalam:

* "Dhamma hanya dapat diselami oleh mereka yang melihat dukkha di dalam dirinya": 'dukkha' di sini bukan hanya 'kesedihan', 'kesengsaraan', 'penderitaan', melainkan juga semua kesenangan & kenikmatan, yang tidak pernah kekal. Kata Sang Buddha: "Yad aniccam, tam dukkham ..." ("Apa yang tidak kekal, adalah dukkha ...") Kalau orang melihat itu, dalam keadaan apa pun ia berada, maka ia mulai mengerti Dhamma.

* "Dhamma tidak akan dapat benar2 dipahami oleh orang yg sedang dalam zona nyaman": 'zona nyaman' maksudnya adalah orang yang sedang terlena, terbuai oleh kebahagiaan & kesenangannya, tanpa melihat bahwa itu tidak kekal.

Pak Hudoyo,
Ya, sebetulnya dari awal saya juga merasa maksud rekan willibordus bukan begitu. "Zona nyaman" ini sekarang 'kan banyak bentuknya, dari 'financial freedom', 'kerjaan tetap', sampai 'pasangan ideal'. Saya hanya 'protes' karena untuk orang yang tidak mengerti maksud dari rekan willibordus akan berpikir bahwa dhamma adalah 'tempat pelarian' orang2 gagal dalam hidup (menurut idealisme mereka). Jadi sebetulnya saya hanya ingin mengatakan bahwa dalam 'puncak kenikmatan' duniawi sekalipun orang bisa menyadari adanya 'dukkha', seperti halnya Pangeran Siddhatta.

Jika 'zona nyaman'-nya dijelaskan seperti yang Pak Hudoyo jelaskan, maka tentu saja saya tidak bisa tidak setuju.  :)

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #43 on: 07 May 2008, 09:28:11 AM »
Sang Buddha menjelaskan pemahaman Dhamma sesuai dengan tingkatan pengertian(acceptance) manusia...Kadang mungkin hanya dengan melihat Sang Buddha,seorang bisa tercerahkan,melalui suara Sang Buddha,seorang bisa tercerahkan,dan Sang Buddha selalu menyesuaikan pemahaman seseorang akan Dhamma. ada yang suka cerita maka Sang Buddha bercerita lalu dimasukan pemahaman akan Dhammanya
Mungkinkah Ajahn Brahm juga berpikir seperti itu? Pemikiran ini luas,dan semakin luas.
Saya melihat kita lebih sering mengquote hanya sepenggal kata orang tanpa melihat secara keseluruhan apa yang ingin dia sampaikan. maaf...kita bukan agama Karesten yang mengquote secara kata per kata lalu disampaikan dengan pemikiran/penafsiran masing-masing. Sebuah Dhamma haruslah ditilik dari faktor kondisi ,tempat ,audience ,intipermasalahan dan keadaan masing-masing.

Menurut gw sendiri, saya tidak akan menggonta ganti Dhamma dengan berpikir bahwa orang-orang mungkin tidak akan mengerti(bukankah ini pandangan pesimistis) namun lebih baik jika kondisi orang itu merasa Buddhist pesimistis,kita jelaskan dengan baik dulu pemahaman Buddhist mengenai Dukkha,Asal Mula Dukkha,Lenyapnya Dukkha dan Jalan menuju Lenyapnya Dukha.  _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« Reply #44 on: 07 May 2008, 10:10:17 AM »
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=300
Quote
Kisah Nanda Thera

Suatu ketika Sang Buddha menetap di Vihara Veluvana, Rajagaha. Waktu itu ayah-Nya, Raja Suddhodana, berulangkali mengirim utusan kepada Sang Buddha, meminta beliau mengunjungi kota Kapilavatthu. Memenuhi permintaan ayahnya, Sang Buddha mengadakan perjalanan dengan diikuti oleh sejumlah besar arahat.

Saat tiba di Kapilavatthu, Sang Buddha bercerita tentang Vessantara Jataka di hadapan pertemuan saudara-saudaranya. Pada hari kedua, Sang Buddha memasuki kota, dengan mengucapkan syair berawal "Uttitthe Nappamajjeyya..." (artinya seseorang harus sadar dan tidak seharusnya menjadi tidak waspada...). Beliau menyebabkan ayah-Nya mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Ketika tiba di dalam istana, Sang Buddha mengucapkan syair lainnya berawal "Dhammam Care Sucaritam..." (artinya seseorang seharusnya mempraktekkan Dhamma...), dan sang raja berhasil mencapai tingkat kesucian sakadagami.

Setelah bersantap makanan, Sang Buddha menceritakan tentang Candakinnari Jataka, berkenaan kisah kebajikan ibunya Rahula.

Pada hari ketiga, di istana berlangsung upacara pernikahan Pangeran Nanda, sepupu Sang Buddha. Sang Buddha pergi ke sana untuk menerima dana makanan (pindapatta), dan memberikan mangkok-Nya kepada pangeran Nanda. Kemudian Sang Buddha pergi meninggalkannya tanpa meminta kembali mangkok-Nya.

Karena itu sang pangeran, sambil memegangi mangkok, berjalan mengikuti Sang Buddha. Pengantin putri, Janapadakalyani, melihat sang pangeran pergi mengikuti Sang Buddha, terus berlari dan berteriak pada sang pangeran untuk kembali secepatnya. Ketika tiba di vihara, Sang Pangeran diterima dalam Sangha sebagai seorang bhikkhu.

Kemudian Sang Buddha berpindah ke vihara yang didirikan oleh Anathapindika, di hutan Jeta dekat Savatthi.

Selama tinggal di sana Nanda merasa tidak senang, dan setengah kecewa serta menemukan sedikit kesenangan dalam hidup sebagai seorang bhikkhu. Ia ingin kembali pada kehidupan berumah-tangga, karena ia terus teringat kata-kata dari Putri Janapadakalyani, memohonnya untuk kembali secepatnya. Hatinya menjadi goyah. Dan semakin goyah.

Mengetahui hal tersebut, Sang Buddha dengan kemampuan batin luar biasa, memperlihatkan kepada Nanda beberapa dewi yang cantik dari surga Tavatimsa, jauh lebih cantik daripada putri Janapadakalyani.

Sang Buddha bertanya kepada Nanda, "Siapakah yang lebih cantik, putri Janapadakalyani atau para dewi yang berdiri di hadapanmu itu?"

"Tentu saja mereka jauh lebih cantik dibandingkan dengan putri Janapadakalyani," jawab Nanda.

Sang Buddha berkata lagi kepada Nanda, "Apabila engkau tekun dalam mempraktekkan Dhamma, Aku berjanji untuk membantumu memiliki dewi-dewi itu."

Mendengar pernyataan itu, Nanda tertarik dan sekali lagi berjanji akan mematuhi Sang Buddha.

Bhikkhu-bhikkhu yang lain menertawakan Nanda, dengan berkata bahwa ia seperti orang bayaran, yang mempraktekkan Dhamma demi memperoleh wanita cantik, dan sebagainya.

Nanda merasa sangat tertekan dan malu. Karena itu dalam kesendirian, ia mencoba dengan keras mempraktekkan Dhamma, dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat.

Sebagai seorang arahat, batinnya bebas dari semua ikatan dan keinginan. Dan Sang Buddha juga bebas dari janji-Nya kepada Nanda. Semua ini telah diketahuiNya sejak awal.

Bhikkhu-bhikkhu yang lainnya, yang semula mengetahui bahwa Nanda tidak gembira menjalani hidup sebagai bhikkhu, kembali bertanya bagaimana ia bisa mengatasinya.

Nanda Thera menjawab, bahwa sekarang ia tidak lagi terikat dengan kehidupan berumah-tangga. Mereka berpikir Nanda tidak berkata yang sebenarnya. Karena itu mereka mencari keterangan perihal masalah itu kepada Sang Buddha, dengan menyatakan keragu-raguan mereka.

Sang Buddha menjelaskan kepada mereka bahwa sebelumnya, kenyataan alamiah Nanda, sama seperti atap rumah yang bocor, tetapi sekarang rumah itu telah dibangun dengan atap rumah yang baik.

Penjelasan itu diakhiri dengan syair 13 dan 14 berikut ini:

Bagaikan hujan,
yang dapat menembus rumah beratap tiris.
demikian pula nafsu,
akan dapat menembus pikiran yang tidak dikembangkan dengan baik.

Bagaikan hujan,
yang tidak dapat menembus rumah beratap baik.
demikian pula nafsu,
tidak dapat menembus pikiran yang telah dikembangkan dengan baik.

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=884
Quote
3.2 Nanda

   Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, [2] putra bibi (dari pihak ibu) yang membesarkannya, memberitahukan sejumlah bhikkhu demikian: "Saya tidak puas menjalani kehidupan suci, sahabat-sahabat. Saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah." [3]

   Kemudian seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata: "Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, dari bibi yang membesarkan Nya, memberitahu sejumlah bhikkhu demikian : "Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ..... saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah."

   Kemudian Sang Bhagava berbicara kepada seorang bhikkhu: O, bhikkhu, atas namaku beritahukan bhikkhu Nanda, "Guru memanggilmu, sahabat Nanda."

   "Baiklah, Bhante," jawab bhikkhu itu. Dia mendekati Yang Ariya Nanda dan berkata, "Guru memanggilmu, sahabat Nanda."

   "Baiklah, sahabat," Yang Ariya Nanda menjawab, dan mendatangi Sang Bhagava, dia bersujud dan duduk di satu sisi. Sang Bhagava kemudian berkata kepadanya: "Apakah benar Nanda, bahwa kamu memberitahu sejumlah bhikkhu demikian: "Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ..... saya akan kembali ke kehidupan rendah ?"

   "Ya, Bhante."

   "Tetapi mengapa, Nanda, kamu tidak puas dengan menjalani kehidupan suci?"

   "Ketika berangkat dari rumah, Bhante, seorang gadis Sakya yang tercantik di negeri ini, dengan rambutnya setengah tersisir, memandang saya dan berkata "Kembalilah segera, Tuan." [4] Ketika mengingat kembali hal itu, Bhante, saya tidak puas menjalani kehidupan suci ....., saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah."

   Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda, dan persis seperti seorang laki-laki kuat yang menjulurkan tangannya yang lentur atau melenturkan tangannya yang terjulur, demikianlah mereka lenyap dari hutan Jeta dan muncul di antara para dewa di surga Tavatimsa. Pada saat itu, kira-kira 500 bidadari berkaki merah muda datang untuk melayani Sakka, penguasa para dewa. Dan Sang Bhagava berkata kepada Yang Ariya Nanda, "Apakah kamu melihat 500 bidadari yang berkaki merah muda itu?"

   "Ya, Bhante."

   "Apa pendapatmu, Nanda, siapakah yang lebih cantik, lebih indah untuk dipandang, dan lebih menggiurkan - gadis Sakya yang tercantik di seluruh negeri atau 500 bidadari yang berkaki merah muda ini ?"

   "Bhante, dibanding dengan 500 bidadari yang berkaki merah muda ini, gadis Sakya, yang tercantik di seluruh negeri itu, seperti seekor monyet betina buntung [5] yang hidung dan telinganya dipotong. Dia tidak masuk hitungan; dia tidak cukup berharga dibandingkan dengan para bidadari itu; sama sekali tidak dapat dibandingkan. Lima ratus bidadari ini jauh lebih cantik, jauh lebih indah untuk dipandang, dan jauh lebih menggiurkan."

   "Bergembiralah, Nanda, bergembiralah Nanda! Saya jamin kamu akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda."

   "Bhante, jika Sang Bhagava menjamin bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda ini, saya akan puas menjalani kehidupan suci dibawah bimbingan Sang Bhagava."

   Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda ..... dan dengan demikian mereka lenyap dari antara para dewa di surga Tavatimsa dan muncul di hutan Jeta.

   Para bhikkhu mendengar: "Dikatakan bahwa Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuhnya, menjalani kehidupan suci demi para bidadari. Dikatakan bahwa Sang Bhagava telah menjamin bahwa dia akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda."

   Kemudian sahabat-sahabat bhikkhu dari Yang Ariya Nanda, berkeliling dengan menyebutnya "orang jaminan" dan "orang rendah", dengan mengatakan: "Yang Ariya Nanda adalah orang jaminan! Yang Ariya Nanda adalah orang rendah! Dia menjalani hidup suci demi para bidadari! Dikatakan bahwa Sang Bhagava menjamin dia akan mendapat 500 bidadari berkaki merah muda!"

   Maka Yang Ariya Nanda merasa terhina, malu, dan sedih karena sahabat-sahabatnya menyebutnya "orang jaminan" dan "orang rendah". Dengan hidup menyendiri, menyepi, rajin,bersemangat dan penuh tekad, dia segera menyadari, bahkan di sini dan saat ini juga melalui pengetahuan langsungnya sendiri, tujuan kehidupan suci yang tiada bandingnya itu dimana putra keluarga baik-baik sudah pada tempatnya pergi dari keadaan berumah ke keadaan tidak berumah, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya. Dan dia tahu: "Selesailah sudah kelahiran, telah dijalani kehidupan suci, telah dilakukan apa yang harus dilakukan, tidak akan ada keadaan seperti ini lagi." Dan Yang Ariya Nanda menjadi salah seorang Arahat.

   Kemudian, setelah malam semakin larut, seorang dewata yang tampan sekali menyinari seluruh hutan Jeta, mendekati Sang Bhagava, bersujud dan berdiri di satu sisi. Sementara berdiri di sana, Sang Dewata berkata kepada Sang Bhagava: "Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuh Nya, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya". Dalam batin Sang Bhagava pun muncul pengertian: "Nanda, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya".

   Ketika malam itu telah berakhir, Yang Ariya Nanda mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, mengenai jaminan Sang Bhagava bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda tersebut, saya membebaskan Sang Bhagava dari janji itu."

   "Tapi, Nanda, dengan memahami jalan pikiranmu melalui pikiranku, pada saat itu saya tahu: 'Nanda telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan'. Juga seorang dewata memberitahu saya: 'Yang Ariya Nanda, Bhante, telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan'. Nanda, ketika batinmu telah terbebas dari noda-noda tanpa kemelekatan, dengan demikian saya bebas dari janji itu."

   Kemudian karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

    Bhikkhu yang sudah melewati lumpur,
    Menghancurkan duri nafsu indria,
    Dan mencapai pemusnahan ketidaktahuan,
    Tak lagi terganggu oleh kesenangan dan rasa sakit.
Ternyata ada juga yang digiurkan terlebih dahulu dengan iming-iming surga.

Ajahn Brahm...  ^:)^
Pak Hudoyo...  ^:)^

Tiap orang ada kebijakan masing-masing. Apakah cara itu benar atau salah, saya gak punya kemampuan mengetahui. Yang penting niatnya baik. Saya rasa Ajahn Brahm niatnya baik.

BTW, OOT nih ;D
dr. Hudoyo ada salam dari papa
« Last Edit: 07 May 2008, 10:15:02 AM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

 

anything