//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dana Dhamma  (Read 51332 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Dana Dhamma
« Reply #180 on: 24 December 2010, 05:16:25 PM »
Betul, kira-kira seperti itu. Perbedaan mendasarnya hanyalah dhamma ini adalah pemahaman/ilmu yang membawa pada akhir dari dukkha.
Apa itu dhamma dan hal apa saja yang termasuk dhamma?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dana Dhamma
« Reply #181 on: 24 December 2010, 05:23:33 PM »
Apa itu dhamma dan hal apa saja yang termasuk dhamma?

mau tanya dhamma itu apa ya???
Dhamma secara umum adalah kebenaran/fenomena. Secara khusus, jika dalam konteks Ajaran Buddha adalah kebenaran tentang dukkha dan padamnya dukkha.


Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Dana Dhamma
« Reply #182 on: 24 December 2010, 06:14:23 PM »
Bagaimana jika saya dana Tipitaka ke seorang tukang sayur di pasar yang buta huruf dan setiap hari 1 halaman sutta dijadikan bungkus kacang? Apakah dana dhamma telah terjadi?
Iya,telah terjadi...tapi dana dhamma yang tidak bijaksana dan tidak bermanfaat.

Quote
Berarti terjadi atau tidaknya dana, tergantung penerima juga, bukan? Sama seperti menanam jagung, kalau ditaruh di semen, tentu kita tidak mengatakan itu adalah menanam.
Itu namanya meletakkan.Penerima yang bagaimana bro maksud?Jika sekarang kita diminta menyumbang dengan cara memasukkan disebuah kotak yang dibuat berdiri.Saat kita memasukkan uang ke kotak itu,apakah kita sudah berdana materi?

Quote
Ini hanyalah contoh kasus saja. Di sisi lain, kalau orangnya meninggal di posting 99, maka akan jadi hantu (peta) RAPB yang belum berkesempatan baca dhamma. Kebijaksanaan ini tidak bisa dibilang mutlak adalah baik, namun memang sekadar prosedur terbaik yang berlaku secara umum.
Saya tidak pernah mengatakan itu mutlak adalah baik.Tapi kita sudah berusaha bertindak bijaksana.Daripada dengan cara tindakan memberikan buku dhamma pada orang buta.

Quote
Itulah makanya berbeda antara spam dengan kebijaksanaan berdana dhamma. Orang spam itu tidak mengetahui siapa yang diajak bicara, tidak tahu kemampuannya, tidak tahu keseriusannya, tapi kirim2 terus saja. Kalau orang berniat dana dhamma, pasti ada usaha untuk mendukung dhamma tersampaikan dengan benar. Lagipula orang yang sudah paham dhamma tidak akan spam dhamma, karena mengetahui dhamma itu sifatnya halus dan sulit dipahami. Bahkan para Buddha begitu hati-hati terhadap dhamma maka ketika pencapaiannya, mereka tidak hendak mengajarkannya sampai diminta oleh para Brahma.

Apakah dhamma yang diberikan oleh Sang Buddha didepan kumpulan orang banyak memberikan reaksi atau manfaat yang sama pada tiap orang itu?Jelas tidak kan?Karena untuk mengerti dhamma bukan hanya tergantung dari pembabarnya tapi juga pendengar/pembacanya.Dan itu juga bergantung dengan kamma masa lampau mereka.Jika orang itu sudah waktunya menerima bahkan dengan cara spam sekalipun dia akan tergerak.

Quote
Oleh karena itu bisa saja terjadi orang membimbing dhamma secara langsung dan intensif, tapi tidak memahami dhamma dengan benar, tidak memahami orang yang diajarkan, maka tidak terjadi dana dhamma. Kita kembali ke contoh Culapanthaka. Karena para bhikkhu pengajar memang tidak memahaminya, maka apapun syair yang diajarkan, tidak bisa diingat, apalagi dipahami. Sedangkan Buddha hanya beri kain bersih saja dengan sebaris kalimat. Lalu apakah kita bisa mengatakan pemberian kain dan sepenggal kalimat nilainya lebih kecil dari bimbingan dhamma secara langsung?
Jika kamma dan jasa lampau culapanthaka itu belum mendukung,walaupun sang buddha yang turun tangan tetap tidak akan mengerti.



PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline willian

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 104
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Lakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati.
Re: Dana Dhamma
« Reply #183 on: 27 December 2010, 11:16:30 AM »
Dilbert, mksdnya ngajarin gmana ya?
Apapun yang sedan kamu lakukan, lakukanlah dengan sepenuh hati. Sebab apapun yang sedang kamu lakukan sekarang, itulah yang akan menentukan masa depanmu. Kita hidup untuk hari ini, bukan dari masa lalu dan bukan untuk masa depan..

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dana Dhamma
« Reply #184 on: 27 December 2010, 03:16:54 PM »
Iya,telah terjadi...tapi dana dhamma yang tidak bijaksana dan tidak bermanfaat.
Berarti di sini kita berbeda pandangan. Menurut saya, dana dhamma terjadi jika pengetahuan dhamma itu sengaja diberikan (pendana mengerti dan dengan pengertiannya mengajarkan), kemudian dimengerti oleh si penerima. Dengan kata lain, jika si 'penerima' memahami dhamma yang diberikan, maka barulah dana dhamma terjadi.


Quote
Itu namanya meletakkan.Penerima yang bagaimana bro maksud?
Sama seperti kita meletakkan benih jagung di semen, di mana tidak akan bertumbuh apa-apa, demikian pula kita memberikan dhamma ke orang yang tidak tepat dengan cara tidak tepat, maka tidak terjadi manfaat apa-apa. Perbuatan meletakkan benih di semen tidak bisa disebut menanam walaupun niatnya adalah menanam; demikian pula mengajarkan dhamma dengan cara salah pada orang yang tidak tepat, tidak dapat dikatakan dana dhamma walaupun niatnya adalah berdana dhamma.


Quote
Jika sekarang kita diminta menyumbang dengan cara memasukkan disebuah kotak yang dibuat berdiri.Saat kita memasukkan uang ke kotak itu,apakah kita sudah berdana materi?
Ya, dana sudah terjadi karena sudah ada yang menerima uang tersebut (pemilik kotak). Berbeda dengan dana dhamma, kadang omongannya terdengar, bukunya sudah diterima, namun pengertian dhammanya tidak tersampaikan.


Quote
Saya tidak pernah mengatakan itu mutlak adalah baik.Tapi kita sudah berusaha bertindak bijaksana.Daripada dengan cara tindakan memberikan buku dhamma pada orang buta.
Itu memang hanya contoh saja. Yang saya maksudkan adalah bagaimanapun kita mensortir penerima buku, tetap hasilnya belum tentu baik karena kita telah meng-generalisasi penilaian.


Quote
Apakah dhamma yang diberikan oleh Sang Buddha didepan kumpulan orang banyak memberikan reaksi atau manfaat yang sama pada tiap orang itu?Jelas tidak kan?
Dhamma yang diberikan oleh Buddha memang bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda. Namun, setiap kali Buddha berkhotbah, ia telah mengetahui orang mana saja yang bisa mendapatkan manfaatnya, bukan dengan tebak-tebakan. Apakah sama halnya ketika kita berdana buku kita mengetahui siapa saja yang akan membacanya, potensi para pembaca dan hasil dari membaca buku tersebut?


Quote
Karena untuk mengerti dhamma bukan hanya tergantung dari pembabarnya tapi juga pendengar/pembacanya.Dan itu juga bergantung dengan kamma masa lampau mereka.Jika orang itu sudah waktunya menerima bahkan dengan cara spam sekalipun dia akan tergerak.
Jika kamma dan jasa lampau culapanthaka itu belum mendukung,walaupun sang buddha yang turun tangan tetap tidak akan mengerti.
OK, yang ini adalah pembahasan dari sisi 'penerima dana'. Seseorang BISA mencapai suatu pengertian dhamma tertentu tanpa diajarkan. Biasanya orang ini memahami suatu fenomena dan memahaminya. Sebetulnya ada contoh di pembahasan lampau mengenai seorang bhikkhu yang ketika dalam perjalanan melihat hutan yang terbakar, maka ia mendapatkan suatu pengertian. Di sini, si pembuat kebakaran hutan TIDAK berdana dhamma. Si bhikkhu itu yang memang kebetulan memahami lewat fenomena tersebut.

Demikian pula jika seseorang spam tipitaka atau misalnya saja DC yang memberikan fasilitas Tipitaka di Perpustakaannya. Tuhan DC & 'pengikut2nya' di sini bukan berdana dhamma karena tidak memberikan pengertian, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan baca dan mengambil manfaatnya, namun telah memberikan dana berupa kemudahan akses pada dhamma. Memberikan akses pada dhamma itu adalah perbuatan yang sudah amat sangat bermanfaat, namun masih bukan dana dhamma yang dikatakan bisa membalas budi baik orang tua.

Saya rangkum sekali lagi definisi dana dhamma menurut saya. 
1. Dana dhamma bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dhamma, karena dhamma adalah pengertian, dan pengertian itulah yang diberikan.
2. Dana dhamma tidak terbatas pada bentuk materi/ide tertentu karena yang diberikan adalah pengertian, sedangkan medianya bisa berupa banyak hal seperti: khotbah/ceramah langsung, buku, kain bersih (Culapanthaka), perintah mencari lada (Kisa Gotami), atau janji mendapatkan Bidadari (Nanda). 
3. Dana dhamma terjadi jika penerima dana memahami dhamma yang disampaikan tersebut. Ini kira-kira sama saja dengan dana materi, kalau materi tersebut tidak sampai pada penerima, maka tidak dikatakan sebagai dana. Demikian juga pengertian dhamma jika tidak sampai pada penerima, maka dana dhamma tidak terjadi.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Dana Dhamma
« Reply #185 on: 28 December 2010, 12:34:30 PM »
menurut bro bagaimana?dengan segala objeknya,dengan segala perenungannya....apakah itu dhamma?

Petapa Kaladeva yang hidup pada jaman Buddha Gautama memiliki kemampuan mencapai Jhana tertinggi, tetapi karena tidak mengikuti Jalan (magga) tetap tidak bisa merealisasikan Hasil (Phala) yaitu pembebasan tertinggi (Nibbana)... Dhamma dalam hal ini tentu-nya adalah Dhamma ajaran PARA BUDDHA yang bisa menuntuk pada pembebasan tertinggi (Nibbana).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Dana Dhamma
« Reply #186 on: 29 December 2010, 12:12:36 PM »
Berarti di sini kita berbeda pandangan. Menurut saya, dana dhamma terjadi jika pengetahuan dhamma itu sengaja diberikan (pendana mengerti dan dengan pengertiannya mengajarkan), kemudian dimengerti oleh si penerima. Dengan kata lain, jika si 'penerima' memahami dhamma yang diberikan, maka barulah dana dhamma terjadi.

Sama seperti kita meletakkan benih jagung di semen, di mana tidak akan bertumbuh apa-apa, demikian pula kita memberikan dhamma ke orang yang tidak tepat dengan cara tidak tepat, maka tidak terjadi manfaat apa-apa. Perbuatan meletakkan benih di semen tidak bisa disebut menanam walaupun niatnya adalah menanam; demikian pula mengajarkan dhamma dengan cara salah pada orang yang tidak tepat, tidak dapat dikatakan dana dhamma walaupun niatnya adalah berdana dhamma.

Ya, dana sudah terjadi karena sudah ada yang menerima uang tersebut (pemilik kotak). Berbeda dengan dana dhamma, kadang omongannya terdengar, bukunya sudah diterima, namun pengertian dhammanya tidak tersampaikan.

Itu memang hanya contoh saja. Yang saya maksudkan adalah bagaimanapun kita mensortir penerima buku, tetap hasilnya belum tentu baik karena kita telah meng-generalisasi penilaian.

Dhamma yang diberikan oleh Buddha memang bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda. Namun, setiap kali Buddha berkhotbah, ia telah mengetahui orang mana saja yang bisa mendapatkan manfaatnya, bukan dengan tebak-tebakan. Apakah sama halnya ketika kita berdana buku kita mengetahui siapa saja yang akan membacanya, potensi para pembaca dan hasil dari membaca buku tersebut?

OK, yang ini adalah pembahasan dari sisi 'penerima dana'. Seseorang BISA mencapai suatu pengertian dhamma tertentu tanpa diajarkan. Biasanya orang ini memahami suatu fenomena dan memahaminya. Sebetulnya ada contoh di pembahasan lampau mengenai seorang bhikkhu yang ketika dalam perjalanan melihat hutan yang terbakar, maka ia mendapatkan suatu pengertian. Di sini, si pembuat kebakaran hutan TIDAK berdana dhamma. Si bhikkhu itu yang memang kebetulan memahami lewat fenomena tersebut.

Demikian pula jika seseorang spam tipitaka atau misalnya saja DC yang memberikan fasilitas Tipitaka di Perpustakaannya. Tuhan DC & 'pengikut2nya' di sini bukan berdana dhamma karena tidak memberikan pengertian, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan baca dan mengambil manfaatnya, namun telah memberikan dana berupa kemudahan akses pada dhamma. Memberikan akses pada dhamma itu adalah perbuatan yang sudah amat sangat bermanfaat, namun masih bukan dana dhamma yang dikatakan bisa membalas budi baik orang tua.

Saya rangkum sekali lagi definisi dana dhamma menurut saya. 
1. Dana dhamma bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dhamma, karena dhamma adalah pengertian, dan pengertian itulah yang diberikan.
2. Dana dhamma tidak terbatas pada bentuk materi/ide tertentu karena yang diberikan adalah pengertian, sedangkan medianya bisa berupa banyak hal seperti: khotbah/ceramah langsung, buku, kain bersih (Culapanthaka), perintah mencari lada (Kisa Gotami), atau janji mendapatkan Bidadari (Nanda). 
3. Dana dhamma terjadi jika penerima dana memahami dhamma yang disampaikan tersebut. Ini kira-kira sama saja dengan dana materi, kalau materi tersebut tidak sampai pada penerima, maka tidak dikatakan sebagai dana. Demikian juga pengertian dhamma jika tidak sampai pada penerima, maka dana dhamma tidak terjadi.

IMO
jika penerima mengerti dan kemudian latihan serta praktek Buddha Dhamma dengan serius, disinilah terjadi Dana Dhamma yang tertinggi

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Dana Dhamma
« Reply #187 on: 29 December 2010, 04:05:09 PM »
Berarti di sini kita berbeda pandangan. Menurut saya, dana dhamma terjadi jika pengetahuan dhamma itu sengaja diberikan (pendana mengerti dan dengan pengertiannya mengajarkan), kemudian dimengerti oleh si penerima. Dengan kata lain, jika si 'penerima' memahami dhamma yang diberikan, maka barulah dana dhamma terjadi.

Sama seperti kita meletakkan benih jagung di semen, di mana tidak akan bertumbuh apa-apa, demikian pula kita memberikan dhamma ke orang yang tidak tepat dengan cara tidak tepat, maka tidak terjadi manfaat apa-apa. Perbuatan meletakkan benih di semen tidak bisa disebut menanam walaupun niatnya adalah menanam; demikian pula mengajarkan dhamma dengan cara salah pada orang yang tidak tepat, tidak dapat dikatakan dana dhamma walaupun niatnya adalah berdana dhamma.

Ya, dana sudah terjadi karena sudah ada yang menerima uang tersebut (pemilik kotak). Berbeda dengan dana dhamma, kadang omongannya terdengar, bukunya sudah diterima, namun pengertian dhammanya tidak tersampaikan.

Itu memang hanya contoh saja. Yang saya maksudkan adalah bagaimanapun kita mensortir penerima buku, tetap hasilnya belum tentu baik karena kita telah meng-generalisasi penilaian.

Dhamma yang diberikan oleh Buddha memang bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda. Namun, setiap kali Buddha berkhotbah, ia telah mengetahui orang mana saja yang bisa mendapatkan manfaatnya, bukan dengan tebak-tebakan. Apakah sama halnya ketika kita berdana buku kita mengetahui siapa saja yang akan membacanya, potensi para pembaca dan hasil dari membaca buku tersebut?

OK, yang ini adalah pembahasan dari sisi 'penerima dana'. Seseorang BISA mencapai suatu pengertian dhamma tertentu tanpa diajarkan. Biasanya orang ini memahami suatu fenomena dan memahaminya. Sebetulnya ada contoh di pembahasan lampau mengenai seorang bhikkhu yang ketika dalam perjalanan melihat hutan yang terbakar, maka ia mendapatkan suatu pengertian. Di sini, si pembuat kebakaran hutan TIDAK berdana dhamma. Si bhikkhu itu yang memang kebetulan memahami lewat fenomena tersebut.

Demikian pula jika seseorang spam tipitaka atau misalnya saja DC yang memberikan fasilitas Tipitaka di Perpustakaannya. Tuhan DC & 'pengikut2nya' di sini bukan berdana dhamma karena tidak memberikan pengertian, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan baca dan mengambil manfaatnya, namun telah memberikan dana berupa kemudahan akses pada dhamma. Memberikan akses pada dhamma itu adalah perbuatan yang sudah amat sangat bermanfaat, namun masih bukan dana dhamma yang dikatakan bisa membalas budi baik orang tua.

Saya rangkum sekali lagi definisi dana dhamma menurut saya. 
1. Dana dhamma bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dhamma, karena dhamma adalah pengertian, dan pengertian itulah yang diberikan.
2. Dana dhamma tidak terbatas pada bentuk materi/ide tertentu karena yang diberikan adalah pengertian, sedangkan medianya bisa berupa banyak hal seperti: khotbah/ceramah langsung, buku, kain bersih (Culapanthaka), perintah mencari lada (Kisa Gotami), atau janji mendapatkan Bidadari (Nanda). 
3. Dana dhamma terjadi jika penerima dana memahami dhamma yang disampaikan tersebut. Ini kira-kira sama saja dengan dana materi, kalau materi tersebut tidak sampai pada penerima, maka tidak dikatakan sebagai dana. Demikian juga pengertian dhamma jika tidak sampai pada penerima, maka dana dhamma tidak terjadi.


Arti Dhamma bagi saya:segala sesuatu yang diajarkan Sang Buddha tentang kebenaran. Apakah itu tentang kamma,atau tentang sila atau nibbana dan lainnya?

Tapi jika ditanya kepada saya, apakah dengan memberikan buku  berisikan dhamma maka anda sudah memberikan dana dhamma terbaik/tertinggi? Jawaban saya sudah pasti tidak.

Tapi jika ditanya kepada saya, apakah dengan memberikan buku  berisikan dhamma maka anda sudah memberikan dana dhamma ? Jawaban saya sudah pasti iya.

Saya setuju jika dikatakan membuat orang itu mengerti dan terbebas dari penderitaan adalah dana dhamma terbaik. Karena dari manfaat/hasil-nya sudah jelas kelihatan beda.

Bagaimana jika saya berdana untuk rumah seseorang.Yang atapnya sudah bocor.Saya berikan seng 1 kodi dan sudah saya serahkan kepada orang tersebut. Apakah saya sudah berdana untuk perbaikan rumah tersebut?
Bagaimana jika terjadi seperti dibawah ini:
- Seng diterima dan dijual untuk main judi
- Seng diterima dan dibiarkan saja teronggok dirumahnya
- Seng diterima dan dipasang ditempat yang seharusnya.

Pembahasan ini tidak ada bedanya dengan pembahasan fangsen antara bro Kainyn dengan bro Elsol. Yang membedakan cuma kebijaksanaan kalau menurut saya.

Tapi jika dibilang mencetak buku dhamma,memberikan pada orang buku dhamma, bukan dana dhamma. Terus apa? Dana buku? Kenapa kita tidak beli saja buku kosong dan dibagikan kepada anak-anak miskin.

Ada cerita di RAPB, orang yang membagi-bagikan hartanya supaya orang ke vihara dan mendengarkan dhamma. Bagaimana menurut bro?

Sekarang saya balikkan ke diri saya, jika pikiran saya tentang dhamma seperti bro.Maka saya tidak akan menyumbang untuk dana dhamma. Kenapa? Karena saya tidak mengerti dhamma,untuk apa saya lakukan dana seperti itu?

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)