//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?  (Read 82435 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #60 on: 18 July 2007, 10:28:28 PM »
wah, i no comment dah kalo Bhante yang nanya...

 #:-S

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #61 on: 18 July 2007, 10:36:50 PM »
Mengapa hanya 500 orang yang menyusun sutta? Dan semuanya adalah ex-kaum Brahmana.  Dan semuanya adalah hanya Bhikkhu.   :??   (:$

Halo Bhante,
Apakah yang dimaksud Bhante, yang hadir di Persamuhan Agung ke-1 ?


kalo ga salah mereka adalah para Bhikkhu (499 orang) yg telah mencapai Arahat dan Bhikkhu Ananda (karena menguasai Dhamma), dimana mereka semua (500 orang) adalah para Bhikkhu yg memiliki standar moral yg tinggi (Vinaya-nya terjaga, salah satunya adalah tidak berbohong) sebab itu mereka dipilih untuk mengikuti konsili ke-1 :D

mau tanya nih :
Apakah 84.000 kelompok Dhamma yg di tulis dan di kumpulkan dalam 3 keranjang besar merupakan murni perkataan dari Sang Buddha ?
Jika ya, mengapa baru di buku-kan setelah nya (konsili ke-4) dan muncul beberapa hal baru contoh Abhidhamma ?  Dhamma dan Vinaya diturunkan dengan cara menghapal dan mengulang kembali, apakah cara demikian dapat menjaga kemurniannya ?

mohon pencerahannya  _/\_

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #62 on: 19 July 2007, 12:20:06 AM »
Mengapa hanya 500 orang yang menyusun sutta? Dan semuanya adalah ex-kaum Brahmana.  Dan semuanya adalah hanya Bhikkhu.   :??   (:$

Halo Bhante,
Apakah yang dimaksud Bhante, yang hadir di Persamuhan Agung ke-1 ?


kalo ga salah mereka adalah para Bhikkhu (499 orang) yg telah mencapai Arahat dan Bhikkhu Ananda (karena menguasai Dhamma), dimana mereka semua (500 orang) adalah para Bhikkhu yg memiliki standar moral yg tinggi (Vinaya-nya terjaga, salah satunya adalah tidak berbohong) sebab itu mereka dipilih untuk mengikuti konsili ke-1 :D

mau tanya nih :
Apakah 84.000 kelompok Dhamma yg di tulis dan di kumpulkan dalam 3 keranjang besar merupakan murni perkataan dari Sang Buddha ?
Jika ya, mengapa baru di buku-kan setelah nya (konsili ke-4) dan muncul beberapa hal baru contoh Abhidhamma ?  Dhamma dan Vinaya diturunkan dengan cara menghapal dan mengulang kembali, apakah cara demikian dapat menjaga kemurniannya ?

mohon pencerahannya  _/\_

TAN:

Karena itu saya berpendapat bahwa tidak ada kitab suci yang murni. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hanya kanon kita saja yang valid. Tetapi sebagai umat Buddha, "murni" dan "tidak murni" nya sesuatu dilihat dari kaca mata apakah hal itu dapat mendatangkan kemajuan batin atau tidak.  Jadi pada akhirnya kembali lagi ke praktik.

Sebenarnya membuktikan otentisitas suatu kitab itu adalah tugas kaum scholar. Buddha pernah memberikan perumpamaan mengenai menghitung sapi milik orang lain, tetapi tetap saja sapi itu "milik orang lain." Kalau kita hanya jadi "scholar," maka ajaran yang terdapat dalam kitab suci itu tidak akan mendatangkan manfaat bagi kita sama sekali. Meskipun demikian, saya tidak menyatakan bahwa menjadi scholar itu buruk. Bagi saya keduanya tidak bertentangan.

Umat agama lain boleh saja mengkritisi kalau kitab suci saya "tidak murni," tetapi selama kitab yang saya pegang dapat mendatangkan manfaat, maka keyakinan saya tidak akan goyak sedikitpun.

Metta,

Tan

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #63 on: 19 July 2007, 08:37:08 AM »
Mengapa hanya 500 orang yang menyusun sutta? Dan semuanya adalah ex-kaum Brahmana.  Dan semuanya adalah hanya Bhikkhu.   :??   (:$

Halo Bhante,
Apakah yang dimaksud Bhante, yang hadir di Persamuhan Agung ke-1 ?


kalo ga salah mereka adalah para Bhikkhu (499 orang) yg telah mencapai Arahat dan Bhikkhu Ananda (karena menguasai Dhamma), dimana mereka semua (500 orang) adalah para Bhikkhu yg memiliki standar moral yg tinggi (Vinaya-nya terjaga, salah satunya adalah tidak berbohong) sebab itu mereka dipilih untuk mengikuti konsili ke-1 :D

mau tanya nih :
Apakah 84.000 kelompok Dhamma yg di tulis dan di kumpulkan dalam 3 keranjang besar merupakan murni perkataan dari Sang Buddha ?
Jika ya, mengapa baru di buku-kan setelah nya (konsili ke-4) dan muncul beberapa hal baru contoh Abhidhamma ?  Dhamma dan Vinaya diturunkan dengan cara menghapal dan mengulang kembali, apakah cara demikian dapat menjaga kemurniannya ?

mohon pencerahannya  _/\_

TAN:

Karena itu saya berpendapat bahwa tidak ada kitab suci yang murni. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hanya kanon kita saja yang valid. Tetapi sebagai umat Buddha, "murni" dan "tidak murni" nya sesuatu dilihat dari kaca mata apakah hal itu dapat mendatangkan kemajuan batin atau tidak.  Jadi pada akhirnya kembali lagi ke praktik.

Sebenarnya membuktikan otentisitas suatu kitab itu adalah tugas kaum scholar. Buddha pernah memberikan perumpamaan mengenai menghitung sapi milik orang lain, tetapi tetap saja sapi itu "milik orang lain." Kalau kita hanya jadi "scholar," maka ajaran yang terdapat dalam kitab suci itu tidak akan mendatangkan manfaat bagi kita sama sekali. Meskipun demikian, saya tidak menyatakan bahwa menjadi scholar itu buruk. Bagi saya keduanya tidak bertentangan.

Umat agama lain boleh saja mengkritisi kalau kitab suci saya "tidak murni," tetapi selama kitab yang saya pegang dapat mendatangkan manfaat, maka keyakinan saya tidak akan goyak sedikitpun.

Metta,

Tan


tepat... yg penting manfaat yg kita peroleh dari Tripitaka, toh tidak ada hal yg buruk/cacat yg kita jumpai di dalam Tripitaka (kecuali hal2 yg belum bisa di nalar, karena terbatasnya kemampuan kita) atau tidak ada hal yg mengajarkan/memberikan kesempatan pada kita untuk melakukan suatu perbuatan buruk.

so praktek Dhamma adalah hal yg memberikan kita jawaban atas Tripitika...  _/\_

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #64 on: 19 July 2007, 09:32:40 AM »
Ayo...ada yang mau jawab lagi?

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #65 on: 19 July 2007, 10:01:23 AM »

kalo ga salah mereka adalah para Bhikkhu (499 orang) yg telah mencapai Arahat dan Bhikkhu Ananda (karena menguasai Dhamma), dimana mereka semua (500 orang) adalah para Bhikkhu yg memiliki standar moral yg tinggi (Vinaya-nya terjaga, salah satunya adalah tidak berbohong) sebab itu mereka dipilih untuk mengikuti konsili ke-1 :D

Kita tidak tahu yang dimaksud oleh Bhante adalah Konsili 1 atau bukan. Kalau ya, nampaknya Bhante mempersoalkan mengapa hanya 500 orang dan kata Bhante semuanya ex-kaum Brahmana?

Saya sendiri belum tahu maksud Bhante dari “ex-kaum Brahmana”, apakah maksudnya adalah mereka yang berprofesi sebagai pandita kaum Brahmana atau hanya sekedar tahu ajaran Brahmanisme?

Quote
mau tanya nih :
Apakah 84.000 kelompok Dhamma yg di tulis dan di kumpulkan dalam 3 keranjang besar merupakan murni perkataan dari Sang Buddha ?
Jika ya, mengapa baru di buku-kan setelah nya (konsili ke-4) dan muncul beberapa hal baru contoh Abhidhamma ?  Dhamma dan Vinaya diturunkan dengan cara menghapal dan mengulang kembali, apakah cara demikian dapat menjaga kemurniannya ?

mohon pencerahannya  _/\_

Pertanyaan ini untuk saya apa untuk Bhante ya?? :-?
Kalau untuk saya, saya sendiri belum menghitung apa benar ada 84.000 kelompok Dhamma atau Dhammakhandha atau pokok Dhamma (bukan pintu Dharma) dalam Tipitaka. Tapi mengacu pada pernyataan Ananda di Theragatha:
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha.”
Jadi mungkin saja memang ada 84.000. Tapi masalah apakah 84.000 yang diterima Ananda sama persis dengan yang kita terima sekarang? Saya pikir ada yang berbeda.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #66 on: 19 July 2007, 10:59:26 AM »

kalo ga salah mereka adalah para Bhikkhu (499 orang) yg telah mencapai Arahat dan Bhikkhu Ananda (karena menguasai Dhamma), dimana mereka semua (500 orang) adalah para Bhikkhu yg memiliki standar moral yg tinggi (Vinaya-nya terjaga, salah satunya adalah tidak berbohong) sebab itu mereka dipilih untuk mengikuti konsili ke-1 :D

Kita tidak tahu yang dimaksud oleh Bhante adalah Konsili 1 atau bukan. Kalau ya, nampaknya Bhante mempersoalkan mengapa hanya 500 orang dan kata Bhante semuanya ex-kaum Brahmana?

Saya sendiri belum tahu maksud Bhante dari “ex-kaum Brahmana”, apakah maksudnya adalah mereka yang berprofesi sebagai pandita kaum Brahmana atau hanya sekedar tahu ajaran Brahmanisme?


kalo liat dari pertanyaannya "Mengapa hanya 500 orang yang menyusun sutta ?" adalah konsili ke-1 karena penyusunan Dhamma dan Vinaya sejak konsili ke-1

kalo mengapa hanya 500 orang ? tentunya mereka semua adalah Arahat atau minimal telah mencapai tingkat kesucian serta standar moral mereka yg tinggi. 499 Bhikkhu itu pun di pilih langsung oleh Maha Kassapa atas pilihan dan kesepakatan bersama para Bhikkhu dijaman itu...

ex-brahmana yg dimaksudkan mungkin adalah 500 orang itu dulunya berasal dari kaum Brahmana yg mengerti ajaran Brahmanisme...



mau tanya nih :
Apakah 84.000 kelompok Dhamma yg di tulis dan di kumpulkan dalam 3 keranjang besar merupakan murni perkataan dari Sang Buddha ?
Jika ya, mengapa baru di buku-kan setelah nya (konsili ke-4) dan muncul beberapa hal baru contoh Abhidhamma ?  Dhamma dan Vinaya diturunkan dengan cara menghapal dan mengulang kembali, apakah cara demikian dapat menjaga kemurniannya ?

Pertanyaan ini untuk saya apa untuk Bhante ya?? :-?
Kalau untuk saya, saya sendiri belum menghitung apa benar ada 84.000 kelompok Dhamma atau Dhammakhandha atau pokok Dhamma (bukan pintu Dharma) dalam Tipitaka. Tapi mengacu pada pernyataan Ananda di Theragatha:
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha.”
Jadi mungkin saja memang ada 84.000. Tapi masalah apakah 84.000 yang diterima Ananda sama persis dengan yang kita terima sekarang? Saya pikir ada yang berbeda.



pertanyaan itu untuk Bhante (jika berkenan jawab) dan semua rekan2 disini  ;D
hal yg diragukan oleh bro Kelana sama dengan saya, karena Dhamma dan Vinaya diturunkan dengan cara menghapal dan mengulang kembali, ada kemungkinan terjadi human error, ada jg kemungkinan Dhamma2 dari para Bhikkhu2 setelahnya yg dimasukkan ke dalam Tripitaka, contoh nya Milinda Panha...

hal ini jg terjadi di sekte/aliran2 lainnya seperti Mahayana yg byk memasukkan Dhamma2 dari para Bhikkhu2 setelahnya kedalam kitab suci. tapi untungnya sejauh ini tidak ada efek negatif (hal buruk akibat Dhamma baru yg dimasukkan kedalam kitab suci) karena manfaat nya jauh lebih terasa bagi kita

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #67 on: 19 July 2007, 11:12:44 AM »
Catatan pinggir : Khuddaka Nikaya 16-18 itu hanya ada di Tipitaka Burma. Milinda Panha itu Khudaka Nikaya 18.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #68 on: 19 July 2007, 12:36:02 PM »
Namo Buddhaya,

Kalau menurut saya, ada kemungkinan bahwa penyusunan Tipitaka pada konsili pertama itu bukan peristiwa sejarah. Itu adalah suatu legenda yang ditulis untuk menjelaskan asal usul Tipitaka. Dalam legenda konsili pertama disebutkan bahwa Tipitaka yang "ditulis" di atas daun lontar dikumpulkan dalam tiga keranjang dan disebutkan bahwa Abhidhamma sudah ada. Padahal Tipitaka menurut sejarahnya baru dituliskan beberapa ratus tahun setelah konsili pertama dan selain itu Abhidhamma baru ada belakangan.
Menurut selama proses yang beberapa ratus tahun itu, distorsi pasti ada. Buku History of Mindfulness memperlihatkan mengenai proses penyusunan Tipitaka. Saya juga ada buku YM. Bhante Mettanando yang membahas hal itu. Memang seharusnya umat Buddha tidak mengkeramatkan Tipitaka seperti halnya agama lain. Tetapi secara spiritual bagi saya semua "kelemahan" yang ada dalam Tipitaka itu bukanlah masalah, selama kita mengembalikannya sebagai wacana untuk mengolah batin. Kalau mau jujur Sutra-sutra Mahayana juga banyak yang "palsu." Namun bagi saya tetapi bermanfaat untuk kehidupan, jadi tak ada masalah. Karena inti semuanya tetap sila, samadhi, dan panna.
Mungkin ada pertanyaan apakah Tipitaka/ Tripitaka itu dapat diandalkan untuk mengembangkan sila, samadhi, dan panna? Ini semua kita butuh praktik. Kalau dengan intelektual kita menimbang-nimbang terus, maka kita tidak sampai pada tujuan pamungkas. Ibaratnya para pendaki gunung yang terus menerus memperdebatkan dan mempertimbangkan rute mana yang hendak diambil. Akhirnya mereka akan terus menerus berada di kaki gunung tanpa pernah sampai ke puncak.
Sebagai umat Buddha sudah menjadi tugas kita untuk berapologetika, yaitu mencari manfaat dari apa yang orang lain barangkali dianggap "sampah." Tugas seorang scholar adalah melakukan kritik naskah secara ilmiah, tetapi tugas seorang Buddhis adalah mencari manfaat dari naskah-naskah Buddhis, kendati para scholar menyatakannya tidak otentik. Otentik secara spiritual dan otentik secara fisik jelas adalah sesuatu yang berbeda.

Demikian sedikit tanggapan saya. Semoga YM. Bhante Upaseno bersedia memaparkan sedikit kebenaran di sini.

Metta,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #69 on: 19 July 2007, 12:46:00 PM »
KELANA:

Pertanyaan ini untuk saya apa untuk Bhante ya??
Kalau untuk saya, saya sendiri belum menghitung apa benar ada 84.000 kelompok Dhamma atau Dhammakhandha atau pokok Dhamma (bukan pintu Dharma) dalam Tipitaka. Tapi mengacu pada pernyataan Ananda di Theragatha:
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha.”
Jadi mungkin saja memang ada 84.000. Tapi masalah apakah 84.000 yang diterima Ananda sama persis dengan yang kita terima sekarang? Saya pikir ada yang berbeda.

TAN:

Nah itulah Sdr. Kelana. Kita tidak pernah tahu satu persatu ke-84.000 Dhammakhandha itu. Tetapi sebagai umat Buddha kita harus yakin bahwa apa yang tercantum dalam Tipitaka/ Tripitaka itu pasti sudah terdapat dalam 84.000 Dhammakhanda itu. Inilah bedanya agama dengan sains, tetapi harus ada unsur "belief." Kita harus menghargai "belief" masing-masing orang dan tidak semata-mata menjustifikasi bahwa "belief" itu salah. Kalama Sutta sebenarnya lebih mengarah pada "manfaat" suatu "belief" ketimbang untuk menyalahkan atau menganggap sesat "belief" lain. Suatu Dhamma bisa saja bermanfaat bagi kita - oleh karena itu kita laksanakan. Tetapi Dhamma yang sama dapat pula tidak bermanfaat bagi orang lain - karena itu mereka berhak tidak melaksanakannya, dan kita hendaknya menghormati pilihan orang lain yang tidak melaksanakan Dhamma itu, sebab mereka merasa tak mendapatkan manfaat darinya.

Metta,

Tan

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #70 on: 19 July 2007, 04:48:27 PM »
Nah itulah Sdr. Kelana. Kita tidak pernah tahu satu persatu ke-84.000 Dhammakhandha itu. Tetapi sebagai umat Buddha kita harus yakin bahwa apa yang tercantum dalam Tipitaka/ Tripitaka itu pasti sudah terdapat dalam 84.000 Dhammakhanda itu. Inilah bedanya agama dengan sains, tetapi harus ada unsur "belief." Kita harus menghargai "belief" masing-masing orang dan tidak semata-mata menjustifikasi bahwa "belief" itu salah. Kalama Sutta sebenarnya lebih mengarah pada "manfaat" suatu "belief" ketimbang untuk menyalahkan atau menganggap sesat "belief" lain. Suatu Dhamma bisa saja bermanfaat bagi kita - oleh karena itu kita laksanakan. Tetapi Dhamma yang sama dapat pula tidak bermanfaat bagi orang lain - karena itu mereka berhak tidak melaksanakannya, dan kita hendaknya menghormati pilihan orang lain yang tidak melaksanakan Dhamma itu, sebab mereka merasa tak mendapatkan manfaat darinya.


Aduh Sdr. Tan. Kalau ada indikasi logis kenapa tidak, walau bentuk akhirnya hanya sebagai penafsiran yang logis.

Dan sebagai umat Buddha kita tidak harus yakin bahwa apa yang tercantum dalam Tipitaka/ Tripitaka itu pasti terdapat dalam 84.000 Dhammakhanda itu. Kenapa harus? siapa yang paksa? ^-^
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #71 on: 19 July 2007, 04:58:34 PM »
Kelana

betul, tidak ada ancaman Sang Buddha bahwa jika tidak percaya kita akan terlahir di alam sengsara... ato.... neraka mungkin?  :P

pembelaan nih ye...  ^-^

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #72 on: 19 July 2007, 05:45:48 PM »
Juga tdk diharuskan membaca seluruh isi tipitaka selama 1 tahun. 
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #73 on: 19 July 2007, 06:42:49 PM »
KELANA:

Aduh Sdr. Tan. Kalau ada indikasi logis kenapa tidak, walau bentuk akhirnya hanya sebagai penafsiran yang logis.

Dan sebagai umat Buddha kita tidak harus yakin bahwa apa yang tercantum dalam Tipitaka/ Tripitaka itu pasti terdapat dalam 84.000 Dhammakhanda itu. Kenapa harus? siapa yang paksa?

TAN:

Benar sekali Sdr. Kelana. Saya setuju dengan pendapat Anda. Tidak ada paksaan bagi seseorang untuk meyakini bahwa apa yang terkandung dalam Tipitaka/ Tripitaka itu pasti tergolong dalam Dhammakhanda. Demikian pula, tidak pada larangan bagi seseorang untuk meyakini bahwa apa yang terkandung dalam Tipitaka/ Tripitaka itu termasuk ke dalam Dhammakhanda, bukan? Akhirnya balik lagi "belief" yang menentukan, bukan?
Memang inilah bagusnya Buddhadhamma. Sangat fleksibel. Semuanya dipulangkan pada masing2 individu.

Metta,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #74 on: 19 July 2007, 06:43:45 PM »
Juga tdk diharuskan membaca seluruh isi tipitaka selama 1 tahun. 

TAN:

Tetapi kalau Anda bisa membacanya selama setahun, mengapa tidak? Membaca Tipitaka adalah sangat bagus.

Metta,

Tan

 

anything