Salam semuanya,
Kalian semua selalu berkomentar bahwa "Keyakinan ku lah yang paling benar, karena sesuai dengan..."
Ok, anggap saja kalian semua benar. Saya sudah pernah membandingkan bagaimana cara kerja Aliran Maitreya dengan Keyakinan "Sang Buddha" yang kalian teladani. Semuanya sama saja. Kalian berkeyakinan dari sesuatu yang dianggap "SUPER" dan tidak bisa dijamah atau dijawab oleh manusia. Sekarang saya tanya kepada kalian semua, kenapa harus berfanatik dengan sesuatu yang kalian belum bisa mencapainya atau membuktikannya. Anggaplah diantara kalian sudah menjalankan PANCASILA atau SILA-SILA tertentu. Apakah kalian merasa diri kalian paling benar? Apakah diri kalian sudah menjalankan dengan baik? Jadi bisa memutuskan yang mana yang baik dan yang mana yang jahat?
Saya pernah mempelajari sejarah "SANG BUDDHA" yang kalian teladani. Hal ini sama dengan GAOTAMA, dia harus mempelajari semua ilmu yang ia anggap bahwa ilmu tersebut dapat menemukan jawabannya. Sekarang kalian baru mendapatkan satu ilmu yang belum dicapai penuh dan menguasainya. Kalian sudah mencap hal tersebut sebagai hal yang salah/benar.
Mempelajari apakah aliran yang kalian anggap sesat apakah benar-benar sesat. Mempelajari apakah keyakinan yang kalian anggap benar apakah benar-benar benar. Hal itu perlu "PEMBELAJARAN"
[at] whatthe
Setiap pribadi memiliki kedaulatan untuk berbuat di dalam hidupnya sendiri. Ini tidak bisa dipaksakan. Dan karenanya, meyakini (atau beragama) adalah hak asasi yang tidak bisa dipaksakan. Semua adalah kehendak dari pribadi yang bersangkutan.
Anda benar. Kita harus berpikiran terbuka dan menelaah semua konsep yang ada, sebelum akhirnya memutuskan mengambil suatu konsep yang benar. Saya rasa rekan2 di sini pun sudah melakukannya. Namun tingkat pemahaman terhadap konsep2 ini di antara sesama rekan tentunya tidak sama. Berangkat dari sinilah makanya keberagaman komentar dan argumen pun bermunculan. Anda sebaiknya jangan langsung men
judge bahwa Uamt Buddhis di sini semuanya fanatik dan mencela Aliran Maitreya. Itu tidak etis...
Tidak hanya di Buddhisme, banyak orang lain yang juga mendapatkan kedamaian di dalam konsep spiritual lainnya. Namun ada perbedaan jelas yang mendasar di sini. Sebagaian besar umat agama lain merasakan kedamaian dalam memeluk kepercayaannya dalam bentuk rumusan berserah. Mereka yakin kalau ketakutan yang mereka rasakan akan berubah menjadi kedamaian ketika menyerahkan dirinya untuk berada di jalur yang sudah dijanjikan. Ketakutan mereka berasimilasi dengan pengharapan. Dari kulit luar terlihat bahwa orang ini sudah ditekan oleh iman, yang bila dipegang teguh justru lebih dikenal dengan istilah fanatisme.
Paham ini pun dicangkok oleh Aliran Maitreya. Konsep spiritual yang belum teruji dan mengambang ini jelas memberi daya tarik bagi Umat Buddhis, karena Aliran Maitreya memakai landasan Buddhisme + Taoisme.
Umat Buddhis tidak dengan mudah menerima doktrin2 yg tertera di Tipitaka. Kami semua mengkajinya dan mencoba untuk mengalaminya sesuai dengan tingkat pemahaman kami sendiri. Kami percaya apa yang sudah terbukti, dan mengkaji apa yang belum terbukti. Kami tidak berlandaskan pada iman. Dari kontiniutas inilah kami pun semakin jeli melihat konsep yang benar dan konsep yang kurang benar. Dan karena inilah kami pun memiliki kepercayaan (saddha).
Khusus mengenai Aliran Maitreya, kami Umat Buddhis tidak melihat ajarannya sebagai yang menyesatkan kemanusiaan. Kami melihat banyak nilai2 kebaikan yang ditanamkan pada setiap individu. Namun kami tahu, bahwa konsep Aliran Maitreya sudah menyimpang jauh dari konsep Buddhisme. Ini hanyalah perbedaan konsep, bukannya penyesatan konsep.