http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.059.than.html -- Anatta-lakkhana-sutta
"Melihat demikian, murid yang ariya ... berpaling dari nama-rupa. Setelah berpaling, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'"
"Karena itu, para bhikkhu, siapapun dimasa lampau, masa depan, atau masa sekarang; didalam atau diluar; kasar atau halus; biasa atau indah; jauh atau dekat; siapapun dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Sensasi apapun...
"Persepsi apapun...
"Bentukan apapun...
"Kesadaran apapun dimasa lampau, masa depan, atau masa sekarang; didalam atau diluar; kasar atau halus; biasa atau indah; jauh atau dekat: setiap kesadaran dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Melihat demikian, murid mulia yang telah diinstruksikan dengan baik menjadi kecewa pada tubuh, kecewa pada sensasi, kecewa pada persepsi, kecewa pada bentukan, kecewa pada kesadaran. Setelah kecewa, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'"
Nah ... jadi yang bisa melihat 'Ini bukan milikku; ini bukan aku; ini bukan diri/atta-ku,' HANYALAH seorang ariya ... Dengan kata lain, FAKTA 'anatta' HANYA bisa dilihat oleh seorang ariya. ...Tapi instruksi demikian utk melihat seperti itu kepada yang belum arahant, bisa mencerahkan.
Ada 'atta' atau tidak ada 'atta' bukan menjadi soal di dalam ajaran Sang Buddha, karena itu tidak lebih dari masalah metafisikal. Sang Buddha tidak mengajarkan paham metafisikal yang mana pun; semua paham metafisikal dinamakannya "rimba pendapat". Kepada petapa Vacchagotta, beliau menolak menyatakan 'atta' itu ada atau tidak ada.
"Wujud, para bhikkhu, adalah bukan diri. Jika wujud adalah diri, wujud ini tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Akan mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan wujud, 'Wujud ini demikian. Wujud ini tidak demikian.' Tetapi karena wujud bukan diri, wujud membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Dan tidak mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan wujud, 'Wujud ini jadi demikian. Wujud ini tidak jadi demikian.'
"Sensasi bukanlah diri...
"Persepsi bukanlah diri...
"Bentukan [batin] bukanlah diri...
"Kesadaran bukanlah diri. Jika kesadaran adalah diri, kesadaran ini tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Adalah mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan kesadaran, 'Kesadaranku demikian. Kesadaranku tidak demikian.' Tetapi karena kesadaran bukan diri, kesadaran membiarkan dirinya menjadi tidak nyaman. Dan tidak mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan kesadaran, 'Kesadaranku jadi demikian. Kesadaranku tidak jadi demikian.'
Jika seseorang memahami bahwa atta itu ada, maka dia akan melekat terus pada atta tersebut. Dia tidak akan pernah terbebaskan.
Orang tersebut perlu "instruksi" dna mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada atta. Dengan demikian dia mencoba mengamati dan menyadari bahwa tidak ada atta disana, dengan demikian dia tidak memegang itu dan melepas kemelekatannya. Disanalah pembebasan terjadi.
"Whether or not these four arguments are in fact true to the Buddha's teachings" - Thanissaro Bhikkhu
Hal tersebut beliau sendiri katakan pada not self strategy. Mungkinkah hal tersebut diragukan sendiri oleh Bhante Thanissaro? Selain itu dengan penerjemahan dukkha menjadi stress, dan berbagai macam tulisan beliau yang kadang bagus kadang ..., saya memilih lebih berpihak kepada para penulis klasik.
Klo ga salah tangkep dari pernyataan pak Hud, kita diharapkan untuk tidak terjebak pada pemahaman teoritis (yang didapat dari membaca) tentang atta dan anatta. Karena pengetahuan secara teoritis mengenai anatta (diri) bukanlah pengetahuan yang sebenarnya.
Karena itulah ada pesan berhati-hati.
Apa benar begitu pak Hud? Apa ada yang laen?
Hal tersebut beliau sendiri katakan pada not self strategy. Mungkinkah hal tersebut diragukan sendiri oleh Bhante Thanissaro? Selain itu dengan penerjemahan dukkha menjadi stress, dan berbagai macam tulisan beliau yang kadang bagus kadang ..., saya memilih lebih berpihak kepada para penulis klasik.
menurut saya, penerjemahan dukkha ---> stress memiliki arti lebih baik daripada suffering :)
mungkin hanya saya yg berpendapat demikian ;)
suffering/penderitaan sering kali dapat langsung disangkal bahwa saya tidak sedang menderita.
ada momen dimana kita tidak sedang menderita, melainkan sedang berbahagia.
sedangkan stress, saya translate kecemasan...
yg saya sadari adalah, kecemasan seseorang tidak pernah berhenti.
walau dalam keadaan bahagia dan menderita, seseorang tetap mencemaskan sesuatu.
Wei, kalau anda perhatikan tulisan Pak Hudoyo, MMD berdasarkan ajaran Krishna Murti, yang ditemukan persamaannya dengan ajaran Sang Buddha.
Nah, bagaimana Pak Hudoyo bisa beranggapan bahwa Sutta ini benar, sutta ini palsu, sutta ini begini, sutta ini begitu...
Sory ikut nimbrung, namun jika saya salah mohon diperbaiki...
Saya kira setiap dari kita punya konsep 'Aku' didalam diri kita sendiri. Untuk bisa melepaskan diri dari 'Aku' sepertinya bakal butuh perjuangan dan latihan vipassana yang amat keras. Selama latihan vipassana juga bisa muncul 'Aku'. Bukan berarti setelah latihan vipassana maka 'Aku'-nya telah hilang kan???? Hanya saja pada latihan vipassana, kita bisa melihat konsep 'anatta' didalam diri kita.
Contohnya: Ketika mengalami rasa sakit pada anggota tubuh, kita dapat menyadari bahwa rasa sakit berada diluar kuasa diri kita untuk mengatur. Itukah yang dinamakan 'Anatta'?
Saya rasa saudara semit telah membuktikan post Pak Hudoyo bahwa MMD didekati dari Khrisnamurti, yang anda samakan dengan Buddha atau apapun namanya.
Jadi gimana dong? Gimana caranya menentukan mana yg benar? Sy sudah pernah posting dulu soal ini.
Barometernya adalah:
1. Jika dengan mempraktikkan ajaran tsb bermanfaat bagi perkembangan/perbaikan mental diri sendiri
2. Jika si pengajar (guru) memperlihatkan dirinya telah sesuai dengan apa yg diajarkannya
3. Murid2nya yg lain memperlihatkan progress yg baik
Suatu ajaran yg baik pasti akan bermanfaat dan tercermin pada diri sendiri, Sang Guru dan beberapa murid2nya...... :)
Pak hud, esensi dari anattalakkhana sutta adalah nama rupa itu bukan atta, dengan demkian tidak layak dilekati. Demikian pula di dalam bahiya sutta dan sutta2x lainnya. Yang terdengar hanya ada yg didengar... dst (tanpa adanya atta disana). Walaupun tidak spesifik dikatakan ini anatta, tapi isinya adalah demikian. Kita coba lihat esensinya bukan label2x suttanya.
Tujuan dari itu semua adalah untuk melepaskan kemelekatan itu sendiri.
Panutan hidup JK (katanya sebagai bukti bahwa Tanpa campur tangan ajaran sang Buddha bisa mencapai pencerahan) dan Sang Buddha yang mencapai pencerahan dengan usaha sendiri :)
Anatta itu bukannya secara gamblang terdefinisi sebagai rangkaian rangkaian yang menghidupkan nama seseorang seperti kita terusun dari zat-zat,trus anggota tubuh,trus berbagai macam yang kalau dipisahkan semuanya ibarat bermain lego trus kita pecah semuanya apakah kita akan menemukan yang namanya inti diri(atta),jadi apakah yang disebut sebagai seorang nyanadhana itu sendiri hanyalah paduan dari unsur-unsur dan berbagai macam jeroan yang membangun tubuh ini sehingga kita berasa seolah-olah diri ini memiliki roh,jiwa namun ketika kita pisahkan mulai dari rambut sampai kuku jari,kita tidak menemukan siapapun yang bernama nyanadhana disana.
Saya sharing berdasarkan pemahaman pribadi atas anatta,silahkan koreksi _/\_
Oh iya Pak Hudoyo, kalo menurut bapak, emang Murid2 Sang Buddha/yang mengikuti ajaran sang Buddha yang tercerahkan lebih sedikit atau lebih banyak dari pada orang2 yang bukan murid2 sang Buddha/yang tidak mengenal ajaran sang Buddha :))
Kita coba tilik kembali kisah anattalakkhana sutta,
5 pertapa yang sotapanna mendengar anattalakkhana sutta lalu mencapai arahant.
Apakah ada vipassana disana? Apakah hanya intelektual/menghafal? Apakah mengerti? Apakah memahami langsung?
Atau seperti kata pak hud dulu waktu kita ketemu pertama kali *jadi nostalgia :)) * saya pernah bertanya pertanyaan senada lalu dijawab itu karena kharisma Sang Buddha?
Perlu saya kemukakan bahwa pendekatan MMD ini saya pelajari dari J
Krishnamurti, yang menurut hemat saya adalah seorang yang telah mencapai
pencerahan & pembebasan sempurna dalam hidupnya di abad ke-20 lalu--entah
apa pun namanya: arahat, buddha, insan kamil, hidup di dalam Allah, apa pun.
Salam,
Hudoyo
Sory saya sangat meragukan bahwa J krishnamurti telah mencapai pembebasan sempurna. Karena dari apa yg pernah saya baca beliau terlibat perselingkuhan dan aborsi(mudah-mudahan salah :) ). Arahat dan Buddha tidak pernah melakukan hal demikian dalam kehidupan Ariyanya.
Maksudnya MMD berdiri dari inspirasi JK yang mencapai pencerahan mirip dengan ajaran sang Buddha tanpa mengenal ajaran sang Buddha iya khan (dan MMD juga dapat inspirasi juga dari sang Buddha khan) :))Panutan hidup JK (katanya sebagai bukti bahwa Tanpa campur tangan ajaran sang Buddha bisa mencapai pencerahan) dan Sang Buddha yang mencapai pencerahan dengan usaha sendiri :)
Maksudnya apa ini? ... Tolong dijelaskan. :)
Pak hud, esensi dari anattalakkhana sutta adalah nama rupa itu bukan atta, dengan demkian tidak layak dilekati. Demikian pula di dalam bahiya sutta dan sutta2x lainnya. Yang terdengar hanya ada yg didengar... dst (tanpa adanya atta disana). Walaupun tidak spesifik dikatakan ini anatta, tapi isinya adalah demikian. Kita coba lihat esensinya bukan label2x suttanya.
Tujuan dari itu semua adalah untuk melepaskan kemelekatan itu sendiri.
Esensi Anattalakkhana-sutta saya setuju dengan pendapat Anda.
Esensi Bahiya-sutta tidak seperti Anda tulis. ... Tambahan yang ditaruh dalam tanda kurung adalah kesimpulan Anda yang sudah terdistorsi oleh ajaran yang sudah Anda pelajari sebelumnya ... Seorang non-Buddhis yang membaca Bahiya-sutta, dan Bahiya sendiri yang belum pernah mendengar ajaran tilakkhana, tidak akan berkesimpulan seperti itu ...
Tujuan dari semua itu memang sudah saya katakan begitu.
"Then, Bahiya, you should train yourself thus: In reference to the seen, there will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized. That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are neither here nor yonder nor between the two. This, just this, is the end of stress."
Perlu saya kemukakan bahwa pendekatan MMD ini saya pelajari dari J
Krishnamurti, yang menurut hemat saya adalah seorang yang telah mencapai
pencerahan & pembebasan sempurna dalam hidupnya di abad ke-20 lalu--entah
apa pun namanya: arahat, buddha, insan kamil, hidup di dalam Allah, apa pun.
Salam,
HudoyoQuoteSory saya sangat meragukan bahwa J krishnamurti telah mencapai pembebasan sempurna. Karena dari apa yg pernah saya baca beliau terlibat perselingkuhan dan aborsi(mudah-mudahan salah Smiley ). Arahat dan Buddha tidak pernah melakukan hal demikian dalam kehidupan Ariyanya.
Persepsi bisa berbeda karena asumsi berbeda. ... Di dalam Theravada yang puritan, seks dan pencerahan tidak kompatibel. ... Di dalam Mahayana lain lagi: ada sumpah Bodhisattva yang menyatakan, bahwa seorang Bodhisattva bersedia MELANGGAR SILA demi cinta kasih. ... Di dalam Vajrayana, lain lagi: seks malah menjadi instrumen bagi tercapainya pencerahan.
Perlu saya kemukakan bahwa pendekatan MMD ini saya pelajari dari J
Krishnamurti, yang menurut hemat saya adalah seorang yang telah mencapai
pencerahan & pembebasan sempurna dalam hidupnya di abad ke-20 lalu
cek aja bos disini http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.059.than.html
Sory saya sangat meragukan bahwa J krishnamurti telah mencapai pembebasan sempurna. Karena dari apa yg pernah saya baca beliau terlibat perselingkuhan dan aborsi(mudah-mudahan salah :) ). Arahat dan Buddha tidak pernah melakukan hal demikian dalam kehidupan Ariyanya.
Persepsi bisa berbeda karena asumsi berbeda. ... Di dalam Theravada yang puritan, seks dan pencerahan tidak kompatibel. ... Di dalam Mahayana lain lagi: ada sumpah Bodhisattva yang menyatakan, bahwa seorang Bodhisattva bersedia MELANGGAR SILA demi cinta kasih. ... Di dalam Vajrayana, lain lagi: seks malah menjadi instrumen bagi tercapainya pencerahan.
To conclude, within the Vajrayana, sex - as most of us understand and experience it - is not part of the path to Enlightenment at all. Sexual language within the Vajrayana is strictly metaphorical, strictly symbolic: not to be taken literally. Indeed, if taken literally, some Vajrayana writings will not lead us to Enlightenment, but will sink us more deeply in the mire of greed, hatred, and delusion.
Sory saya sangat meragukan bahwa J krishnamurti telah mencapai pembebasan sempurna. Karena dari apa yg pernah saya baca beliau terlibat perselingkuhan dan aborsi(mudah-mudahan salah :) ). Arahat dan Buddha tidak pernah melakukan hal demikian dalam kehidupan Ariyanya.
Persepsi bisa berbeda karena asumsi berbeda. ... Di dalam Theravada yang puritan, seks dan pencerahan tidak kompatibel. ... Di dalam Mahayana lain lagi: ada sumpah Bodhisattva yang menyatakan, bahwa seorang Bodhisattva bersedia MELANGGAR SILA demi cinta kasih. ... Di dalam Vajrayana, lain lagi: seks malah menjadi instrumen bagi tercapainya pencerahan.
http://fwbo.org/articles/tantric_sex.htmlQuoteTo conclude, within the Vajrayana, sex - as most of us understand and experience it - is not part of the path to Enlightenment at all. Sexual language within the Vajrayana is strictly metaphorical, strictly symbolic: not to be taken literally. Indeed, if taken literally, some Vajrayana writings will not lead us to Enlightenment, but will sink us more deeply in the mire of greed, hatred, and delusion.
Referensi tulisan di link tersebut adalah :
References
1.Thinley Norbu, The Small Golden Key, p.24
2. Stephan Beyer, The Buddhist Experience, p. 258
3. Herbert V. Guenther, The Life' and Teaching of Naropa, pp. 161-162
4. Ven. Sangharaks**ta, 'Masculinity' and 'Femininity' in the Spiritual Life, p.24
"The Small Golden Key" ditulis oleh HH Dungse Thinley Norbu Rinpoche, pengetahuan Beliau mengenai Vajrayana tampaknya cukup dalam, karena dari profile Beliau di wikipedia, tercatat sebagai "a pre-eminent teacher of the Nyingma lineage of Tibetan Buddhism and he is patron of the Vajrayana Foundation".
Untuk "'Masculinity' and 'Femininity' in the Spiritual Life" bisa dilihat di http://www.dharmachakra.com/talks/details?num=69
Posting buat bahan referensi aja, kalo mau dibahas silahkan buka thread http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=219.0.
Selanjutnya silahkan kembali ke topik:
"Hati-hati membaca Anattalakkhana-sutta"
Di dalam Mahayana lain lagi: ada sumpah Bodhisattva yang menyatakan, bahwa seorang Bodhisattva bersedia MELANGGAR SILA demi cinta kasih. ... Di dalam Vajrayana, lain lagi: seks malah menjadi instrumen bagi tercapainya pencerahan.
Harap berhati-hati membaca Anatta-lakkhana-sutta. ... Sebagian besar umat Buddha terperosok ketika membaca sutta itu, sehingga merasa memahami FAKTA 'anatta', padahal sebenarnya mereka hanyalah memegang DOKTRIN 'anatta'.Ini adalah rasa takut yang berlebihan dimana masih banyak doktrin atau ajaran lain juga demikian. Semua ajaran apapun selama masih hanya sebatas menghafal tentu tidak berguna. Contohnya ilmu memasak dan memasak beneran.
Kunci untuk memahami Anatta-lakkhana dengan benar terletak pada bagian akhir sutta itu:Kuncinya adalah keseluruhannya. Pada sutta ini merupakan dialog tanya jawab dimana Sang Buddha membawa diskusi dari awal sampai akhir yang berhubungan. Dengan jelas diawal dikatakan satupersatu bahwa nama-rupa bukan diri.
"Setiap fenomena nama-rupa apa pun ... dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Melihat demikian, murid yang ariya ... berpaling dari nama-rupa. Setelah berpaling, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'"
Nah ... jadi yang bisa melihat 'Ini bukan milikku; ini bukan aku; ini bukan diri/atta-ku,' HANYALAH seorang ariya ... Dengan kata lain, FAKTA 'anatta' HANYA bisa dilihat oleh seorang ariya. ...Ini terbalik. Setelah melihat dia baru tercerahkan. Jadi bukan menjadi ariya baru melihat, justru setelah melihat dia, dia kecewa lalu tidak melekat, baru tercerahkan.
Loh koq kesimpulan saya yg sudah terdistorsi? ini ada di suttanya koqQuote"Then, Bahiya, you should train yourself thus: In reference to the seen, there will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized. That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are neither here nor yonder nor between the two. This, just this, is the end of stress."Tema-nya sama.
btw semua pernyataan Pak Hud juga sudah terdistorsi oleh ajaran MMD hehehehe
An-atta = tanpa inti yang kekal atau tanpa diri / roh ? karena kedua-nya seharusnya berbeda.
cek aja bos disini http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.059.than.html
...
Melihatkah Anda bedanya KONSEP anatta dengan FAKTA anatta? ... Itulah yang saya katakan sejak semula, banyak sekali umat Buddha terjebak pada KONSEP anatta tanpa menembus FAKTA anatta. ... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhi.
...
Quote from: hudoyobos kok nyelonong sampe ke yg laen2?? pembicaraannya kan pendekatan MMD ^-^ mengalihkan yak :DQuote from: bondSory saya sangat meragukan bahwa J krishnamurti telah mencapai pembebasan sempurna. Karena dari apa yg pernah saya baca beliau terlibat perselingkuhan dan aborsi(mudah-mudahan salah Smiley ). Arahat dan Buddha tidak pernah melakukan hal demikian dalam kehidupan Ariyanya.Persepsi bisa berbeda karena asumsi berbeda. ... Di dalam Theravada yang puritan, seks dan pencerahan tidak kompatibel. ... Di dalam Mahayana lain lagi: ada sumpah Bodhisattva yang menyatakan, bahwa seorang Bodhisattva bersedia MELANGGAR SILA demi cinta kasih. ... Di dalam Vajrayana, lain lagi: seks malah menjadi instrumen bagi tercapainya pencerahan.
Saya belum pernah baca tentang "khanika samadhi" dalam Sutta. Boleh minta referensinya, Pak?
QuotePerlu saya kemukakan bahwa pendekatan MMD ini saya pelajari dari Jhaa... ? ? ?
Krishnamurti, yang menurut hemat saya adalah seorang yang telah mencapai
pencerahan & pembebasan sempurna dalam hidupnya di abad ke-20 lalu
http://fwbo.org/articles/tantric_sex.htmlQuoteTo conclude, within the Vajrayana, sex - as most of us understand and experience it - is not part of the path to Enlightenment at all. Sexual language within the Vajrayana is strictly metaphorical, strictly symbolic: not to be taken literally. Indeed, if taken literally, some Vajrayana writings will not lead us to Enlightenment, but will sink us more deeply in the mire of greed, hatred, and delusion.
wah... ini menarik sekali, thanks Bro Hokben,
yang mana yang benar nih, bisakah Sdr. Hudoyo memberikan referensi mengenai kalimat Di dalam Vajrayana, lain lagi: seks malah menjadi instrumen bagi tercapainya pencerahan.
Saya belum pernah baca tentang "khanika samadhi" dalam Sutta. Boleh minta referensinya, Pak?
Saya tidak merujuk ke sutta. ... 'khanika-samadhi' saya pelajari dari Mahasi Sayadaw, dan saya buktikan sendiri dalam pengalaman vipassana.
... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhi
Tergantung sumbernya pak. Tergantung teks Mahayana yang mana. Ada Sutra Mahayana yang bilang Bodhisattva bila melanggar sila akan jatuh dari Sangha Bodhisattva.
Seks dalam Vajrayana sudah pernah dibahas di sini. Tergantung dari aliran mana (Vajrayana ada banyak, nyingma, kadampa, sakya, dll). Hal ini bahkan tidak dibahas di kalangan Vajrayana sendiri, Tetapi pak hudoyo bisa dengan baik menggeneralisir keadaan tersebut.
Saya ingin sekedar komentar. Jika saya melakukan upaya kausalya, tetapi setiap thread yang saya buat menimbulkan pertanyaan "ini ajaran Sang Buddha bukan ya?", bahkan sampai timbul perdebatan yang melibatkan pribadi, sebaiknya saya bertanya dulu ke dalam, apakah ini upaya kausalya atau bukan.
It is impossible, it cannot come to pass that a man possessed of (right) view would treat any dhamma as self - this situation does not occur. MN iii 64
The world, as a rule, is fettered by attachment and clinging to things, and is firmly adhering to them. But the learned and noble disciple does no longer attach himself, cling firmly, adhere and incline to the thoughts: 'I have an attā,' and he knows: 'Merely dukkha arises, merely dukkha vanishes.' SN II 17 SN III 135
“ ‘The self, the self,’ bhikshus, thinks the untaught worldling, misapprehending concepts. But there is no self and what belongs to self. This suffering, arising, arises; this suffering, ceasing, ceases. Samskaras, arising, arise, samskaras ceasing, cease.” (Chinese Madhyama Agama, MA, 62, 498b)
If I - being asked by Vacchagotta the wanderer if there is a self - were to answer that there is a self, would that be in keeping with the arising of knowledge that all phenomena [dhammas] are not-self? SN iv 401
"All dhammas are not-self" is said when Nibbāna is included. NiddA. 7
Selain dari Bodhicitta dan Tathagathagarbha dalam Mahayana, adakah disebutkan anatta sebagai sesuatu yang tidak benar? Atau cuma spekulasi dan gerak-gerik pikiran?
Kaulsalya apa artinya om :)
Sesuai topik dan dibanyak thread yg selalu mempertanyakan "apakah Ini Ajaran Sang Buddha" dan pengertian sutta yg diartikan sesuka hati, bukanlah EHIPASIKO yg membawa kemajuan batin, tetapi telah terperangkap dalam vicikicha dan micchaditthi yg mendalam. Entah disadari atau tidak time will tell.... _/\_
Intermezooo
Ada sebuah kisah Zen, dan namanya kisah Zen kebanyakan adalah untuk direnungkan karena maknanya yang dalam. Saya ambil dari buku Zen dan mengisahkannya secara bebas, jadi kalau ada yang ingin berargumen saya tidak bisa menanggapi karena yang bikin kisahnya bukan saya.
Demikian kisahnya.
Suatu hari ada seorang bhiksu muda yang telah mempelajari Prajnaparamita menemui gurunya dan duduk di hadapan gurunya.
Bhiksu muda:
Guru, semuanya adalah kosong, tidak ada. Wujud adalah kosong, persepsi, bentuk pikiran, kesadaran, perasaan adalah kosong. (menguraikan apa yang ia pahami setelah mempelajari Prajnaparamita)
Guru:
(mendengarkan sampai bhiksu muda itu selesai, kemudian tiba-tiba sang Guru memencet hidung bhiksu muda itu sekeras-kerasnya…) TET !
Bhiksu muda:
Wadauuu!!! Sakit!! Dasar tua bangka, [at] !#$%!
Guru:
He..he..he… jika semuanya kosong, tidak ada, lalu dari mana datangnya rasa sakit itu?
Bhiksu muda:
?!! (tercerahkan)
--
Dalam penjelasan dikatakan bahwa bhiksu muda itu belum memahami benar apa itu kekosongan.
Intermezooo
Ada sebuah kisah Zen, dan namanya kisah Zen kebanyakan adalah untuk direnungkan karena maknanya yang dalam. Saya ambil dari buku Zen dan mengisahkannya secara bebas, jadi kalau ada yang ingin berargumen saya tidak bisa menanggapi karena yang bikin kisahnya bukan saya.
Demikian kisahnya.
Suatu hari ada seorang bhiksu muda yang telah mempelajari Prajnaparamita menemui gurunya dan duduk di hadapan gurunya.
Bhiksu muda:
Guru, semuanya adalah kosong, tidak ada. Wujud adalah kosong, persepsi, bentuk pikiran, kesadaran, perasaan adalah kosong. (menguraikan apa yang ia pahami setelah mempelajari Prajnaparamita)
Guru:
(mendengarkan sampai bhiksu muda itu selesai, kemudian tiba-tiba sang Guru memencet hidung bhiksu muda itu sekeras-kerasnya…) TET !
Bhiksu muda:
Wadauuu!!! Sakit!! Dasar tua bangka, [at] !#$%!
Guru:
He..he..he… jika semuanya kosong, tidak ada, lalu dari mana datangnya rasa sakit itu?
Bhiksu muda:
?!! (tercerahkan)
--
Dalam penjelasan dikatakan bahwa bhiksu muda itu belum memahami benar apa itu kekosongan.
Bagus. ... Mudah-mudahan semua pembaca terbuka matanya. ... "Anatta, anatta" ... ketika imannya tersinggung, naik pitam dia.
boleh saya simpulkan dari diskusi ini?
Ini adalah rasa takut yang berlebihan dimana masih banyak doktrin atau ajaran lain juga demikian. Semua ajaran apapun selama masih hanya sebatas menghafal tentu tidak berguna.
Contohnya ilmu memasak dan memasak beneran.
Utk memasak perlu petunjuk dahulu baru bisa memasak.
tentang MMD, walaupun saya sebenarnya tidak setuju membahas MMD disini karena bukan tempatnya, petunjuk pak Hud menurut saya adalah salah satu bentuk doktrin/ajaran juga
Kuncinya [Anattalakkhana-sutta] adalah keseluruhannya. Pada sutta ini merupakan dialog tanya jawab dimana Sang Buddha membawa diskusi dari awal sampai akhir yang berhubungan. Dengan jelas diawal dikatakan satupersatu bahwa nama-rupa bukan diri.
QuoteNah ... jadi yang bisa melihat 'Ini bukan milikku; ini bukan aku; ini bukan diri/atta-ku,' HANYALAH seorang ariya ... Dengan kata lain, FAKTA 'anatta' HANYA bisa dilihat oleh seorang ariya. ...Ini terbalik. Setelah melihat dia baru tercerahkan. Jadi bukan menjadi ariya baru melihat, justru setelah melihat dia, dia kecewa lalu tidak melekat, baru tercerahkan.
Quote from: hudoyoBagus. ... Mudah-mudahan semua pembaca terbuka matanya. ... "Anatta, anatta" ... ketika imannya tersinggung, naik pitam dia.Itu bisa terjadi pada kedua belah pihak lho Pak :))
Andai semua yang belajar MMD gitu semua pak :))Quote from: hudoyoBagus. ... Mudah-mudahan semua pembaca terbuka matanya. ... "Anatta, anatta" ... ketika imannya tersinggung, naik pitam dia.Itu bisa terjadi pada kedua belah pihak lho Pak :))
Betul. ... Oleh karena itu saya selalu berkata, "Buang semua iman apa pun" ... Baru orang tidak akan pernah naik pitam.
Berarti pernyataan di bawah ini:Quote... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhijuga merupakan opini pribadi?
Andai semua yang belajar MMD gitu semua pak :))
Lucu ... setiap kali saya terlibat perdebatan panas dengan seseorang, selalu reputasi saya turun satu angka.
:)) :)) :))
Saya sendiri tidak pernah memberi BRP kepada seseorang hanya karena debat panas. :)
Apanya yang "biasanya karena apa"? ... Saya tidak mengerti pertanyaan Anda.
Oh, kalau yang Anda tanyakan berkaitan dengan perkataan saya: "Saya sendiri tidak pernah memberi BRP kepada seseorang hanya karena debat panas", jawabannya: Saya tidak pernah memberikan BRP.
hehehe ... jawabannya ada di atas posting Anda ini ... modifikasi dari posting saya sebelumnya.
Maksudnya 'terdistorsi', Anda telah membaca Bahiya-sutta dengan KONSEP anatta. ... Coba bayangkan seorang non-Buddhis membaca Bahiya-sutta .... tidak ada KONSEP anatta dalam pikirannya ...hmm saya jadi tidak jelas ini maksud konsep anatta itu apa....
Di dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan KONSEP anatta kepada Bahiya. ... Alih-alih, Sang Buddha mengajarkan agar Bahiya 'melihat apa adanya', tanpa konsep apa pun. ... Baru pada akhir sutta itu, Sang Buddha mengatakan, bahwa--apabila Bahiya bisa 'melihat apa adanya'--maka 'kamu tidak ada lagi' (anatta), ini FAKTA anatta bukan KONSEP anatta. ... Di sini Sang Buddha memberitahu Bahiya, bahwa bila ia bisa 'melihat apa adanya' ... maka ia menembus FAKTA anatta.
Melihatkah Anda bedanya KONSEP anatta dengan FAKTA anatta? ... Itulah yang saya katakan sejak semula, banyak sekali umat Buddha terjebak pada KONSEP anatta tanpa menembus FAKTA anatta. ... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhi.
Dalam Bahiya-sutta, 'kamu tidak ada' (anatta) bukan topik utama, bukan KONSEP melainkan FAKTA ... pesan utama Sang Buddha dalam sutta itu adalah 'melihat apa adanya'.
Salam,
hudoyo
Kalau ini sudah cucok, boro2x ajaran, aku nya aja sudah dilepas apalagi ajarannya ;Dboleh saya simpulkan dari diskusi ini?
Ini adalah rasa takut yang berlebihan dimana masih banyak doktrin atau ajaran lain juga demikian. Semua ajaran apapun selama masih hanya sebatas menghafal tentu tidak berguna.
Kalau mau bebas, semua ajaran harus dilepas.
QuoteContohnya ilmu memasak dan memasak beneran.
Utk memasak perlu petunjuk dahulu baru bisa memasak.
Pembebasan tidak bisa disamakan dengan memasak. Pembebasan tidak memerlukan ilmu pembebasan apa pun.
sip :)Quotetentang MMD, walaupun saya sebenarnya tidak setuju membahas MMD disini karena bukan tempatnya, petunjuk pak Hud menurut saya adalah salah satu bentuk doktrin/ajaran juga
Kalau anjuran saya 'lepaskan semua ajaran' Anda anggap sebagai ajaran juga, silakan.
respon dipostingan sebelumnya pak.QuoteKuncinya [Anattalakkhana-sutta] adalah keseluruhannya. Pada sutta ini merupakan dialog tanya jawab dimana Sang Buddha membawa diskusi dari awal sampai akhir yang berhubungan. Dengan jelas diawal dikatakan satupersatu bahwa nama-rupa bukan diri.
Setuju. Memang Anattalakkhana-sutta merupakan analisis nama-rupa dilihat dari kacamata DOKTRIN anatta. ... Itu SALAH SATU jalan untuk menembus FAKTA anatta pada akhir sutta itu.
Tapi itu bukan SATU-SATUNYA jalan. ... Ada JALAN LAIN. ... Dalam Bahiya-sutta orang menembus FAKTA anatta tanpa melalui analisis nama-rupa, tanpa melalui DOKTRIN ANATTA, melainkan melalui 'melihat apa adanya'. ... Ini yang saya gunakan dalam retret MMD ... tidak pernah saya mengajarkan DOKTRIN anatta dalam retret MMD ... Dan hasilnya, banyak teman-teman, Buddhis dan non-Buddhis, berhasil membebaskan diri dari kelekatan kepada pikiran/aku dalam khanika-samadhi.QuoteQuoteNah ... jadi yang bisa melihat 'Ini bukan milikku; ini bukan aku; ini bukan diri/atta-ku,' HANYALAH seorang ariya ... Dengan kata lain, FAKTA 'anatta' HANYA bisa dilihat oleh seorang ariya. ...Ini terbalik. Setelah melihat dia baru tercerahkan. Jadi bukan menjadi ariya baru melihat, justru setelah melihat dia, dia kecewa lalu tidak melekat, baru tercerahkan.
Yang Anda ceritakan adalah metode Anattalakkhana-sutta. ... Yang saya ceritakan adalah pendekatan Bahiya-sutta.
hmm saya jadi tidak jelas ini maksud konsep anatta itu apa....
di anattalakkhana sutta saya baca sih tidak ada konsep apapun juga. disana hanya instruksi utk melihat apa adanya juga. Persis sama dengan bahiya sutta.
Disuruh melihat bahwa... tidak ada diri/kamu/aku disana.
maksudnya konsep anatta pak hud itu kek apa yah?
Instruksi Sang Buddha pada lima pertapa itu adalah resep. Petunjuk sang buddha pada bahiya adalah resep.
Tanpa khotbah itu 5 pertapa dan bahiya apakah bisa tercerahkan?
Konsep anattanya yg mana pak?
Di Anattalakkhana-sutta, instruksinya adalah untuk menganalisis nama-rupa dengan konsep anatta dari sejak awal.
Di Bahiya-sutta, instruksinya adalah melihat apa adanya (tanpa konsep anatta sejak awal) ... Tentang 'kamu tidak ada' (fakta anatta), itu ditambahkan oleh Sang Buddha pada akhir instruksi itu sebagai uraian tentang hasil yang tercapai apabila instruksi itu dilaksanakan ... Dengan demikian, 'kamu tidak ada' dalam Bahiya-sutta itu bukan konsep anatta yang menjadi bagian dari instruksi tentang apa yang harus dikerjakan sejak awal.Atau di bahiya sutta, konsep "melihat apa adanya" atau "tiada kamu disana" ?
Saya menggunakan instruksi Sang Buddha dalam Bahiya-sutta dalam retret MMD bagi teman-teman yang non-Buddhis. Mereka tidak punya konsep anatta sama sekali ketika melaksanakan 'melihat hanya melihat, mendengar hanya mendengar ...". Justru dalam keadaan tanpa konsep anatta, banyak di antara mereka masuk dalam khanika-samadhi, di mana fakta anatta ditembus.Kalau menurut saya sih saya tidak mengenal yang namanya khanika samadhi, jadi yah tidak relevan buat saya pak.
Rekan Sumedho, cobalah bayangkan dengan cermat seorang non-Buddhis membaca & melaksanakan instruksi Sang Buddha dalam Bahiya-sutta ... Mudah-mudahan Anda bisa melihat bedanya pikiran seorang non-Buddhis dan pikiran seorang Buddhis ketika membaca Bahiya-sutta.
Kalau sampai sejauh ini Anda masih juga belum bisa membedakan antara 'konsep anatta' dengan 'fakta anatta' ... ya sudah, saya angkat tangan, saya tidak mampu menjelaskan lebih jauh lagi kepada Anda ... Ternyata MMD bukan buat Anda ... Kembalilah berpegang pada Anattalakhana-sutta.
[at] AdminIni dilema memang. Tapi sekarang ini kita sedang mencoba menggunakan tenggang waktu 30 menit dahulu nih. :)
Saya merasakan bahwa fitur "Modify" yang hanya dibatasi selama 30 menit sangat membatasi tulisan saya. ... Saya termasuk member yang sering kali menulis secara panjang lebar dengan materi yang sangat informatif. ... Tulisan yang panjang lebar seperti itu sering kali perlu diperbaiki, disempurnakan, mungkin diubah atau ditambah, setelah dibaca kembali beberapa saat kemudian. ... Semua itu saya lakukan demi kesempurnaan artikel itu, yang akan terpasang di forum ini untuk dibaca teman-teman Buddhis di masa depan yang panjang. ...
Adanya pembatasan fitur 'Modify' membuat saya tidak bisa lagi memperbaiki, menyempurnakan artikel saya sesudah 30 menit. Ini sayang sekali. ... Sering kali ketika artikel itu saya copas untuk saya kirim ke forum atau milis lain, saya membuat perubahan-perubahan yang lebih menyempurnakan artikel itu, lebih lancar dibaca dsb, yang tidak bisa dilakukan pada artikel aslinya di Forum DC.
Bahwa fitur 'Modify' yang tidak terbatas bisa digunakan oleh seorang member untuk 'membalikkan makna' tulisannya di kemudian hari memang tidak bisa dihindarkan. ... Tetapi saya rasa perbuatan itu tidak bertanggung jawab, dan cepat atau lambat akan diketahui oleh member lain. ... Namun, kemungkinan kecil ini bukan alasan yang cukup kuat untuk membatasi penggunaan fitur "Modify".
Salam,
hudoyo
Di Anattalakkhana-sutta, instruksinya adalah untuk menganalisis nama-rupa dengan konsep anatta dari sejak awal.Konsep anattanya yg mana pak?
Atau di bahiya sutta, konsep "melihat apa adanya" atau "tiada kamu disana"?
semua itu hanya instruksi, bukan konsep2xan pak.
Kalau menurut saya sih saya tidak mengenal yang namanya khanika samadhi, jadi yah tidak relevan buat saya pak.
Buat saya sih sama saja. Jika mereka memang siap dan puzzle nya terisi oleh instruksi atau "hint" dari Sang Buddha itu, mereka akan tercerahkan.
antara anattalakkhana dan bahiya sutta menurut saya sejalan saja. hanya beda bahasa.
btw, bahiya sutta bukan milik MMD pak :) jadi yah kalau penafsiran pak hud tentang kedua sutta itu berbeda dengan saya yah tidak apa2x. Kalau menurut pak hud (sebagai pendiri MMD) saya tidak cocok yah tidak apa2x :) Saya punya jalan sendiri. MMD jg tidak ada relevansinya disini pak. Kita kan bahas sutta nya bukan MMD.
Walaupun Konsep Anatta tidak sama dengan Fakta Anatta, bisakah mendekati Fakta Anatta dengan konsep Anatta ??
Harap berhati-hati membaca Anatta-lakkhana-sutta. ... Sebagian besar umat Buddha terperosok ketika membaca sutta itu, sehingga merasa memahami FAKTA 'anatta', padahal sebenarnya mereka hanyalah memegang DOKTRIN 'anatta'.
Kunci untuk memahami Anatta-lakkhana dengan benar terletak pada bagian akhir sutta itu:
"Setiap fenomena nama-rupa apa pun ... dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Melihat demikian, murid yang ariya ... berpaling dari nama-rupa. Setelah berpaling, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. , Dengan terbebas penuh disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'"
[at] Admin
Saya merasakan bahwa fitur "Modify" yang hanya dibatasi selama 30 menit sangat membatasi tulisan saya. ... Saya termasuk member yang sering kali menulis secara panjang lebar dengan materi yang sangat informatif. ... Tulisan yang panjang lebar seperti itu sering kali perlu diperbaiki, disempurnakan, mungkin diubah atau ditambah, setelah dibaca kembali beberapa saat kemudian. ... Semua itu saya lakukan demi kesempurnaan artikel itu, yang akan terpasang di forum ini untuk dibaca teman-teman Buddhis di masa depan yang panjang. ...
Adanya pembatasan fitur 'Modify' membuat saya tidak bisa lagi memperbaiki, menyempurnakan artikel saya sesudah 30 menit. Ini sayang sekali. ... Sering kali ketika artikel itu saya copas untuk saya kirim ke forum atau milis lain, saya membuat perubahan-perubahan yang lebih menyempurnakan artikel itu, lebih lancar dibaca dsb, yang tidak bisa dilakukan pada artikel aslinya di Forum DC.
Bahwa fitur 'Modify' yang tidak terbatas bisa digunakan oleh seorang member untuk 'membalikkan makna' tulisannya di kemudian hari memang tidak bisa dihindarkan. ... Tetapi saya rasa perbuatan itu tidak bertanggung jawab, dan cepat atau lambat akan diketahui oleh member lain. ... Namun, kemungkinan kecil ini bukan alasan yang cukup kuat untuk membatasi penggunaan fitur "Modify".
Salam,
hudoyo
saya kok afdol kali dengan kalimat yang di bold biru diatas, DISANA ADA PENGETAHUAN, "terbebas sepenuhnya".
kali ini kata kunci yang menjembatani antara FAKTA dan KONSEP ?? apakah FAKTA = ketika ada pengetahuan ??
gpp pak, latihan utk perhatian sebelum memposting sesuatu..
mungkin perlu di cross check dgn bermeditasi sampai khanika-samadhi dulu sebelum posting..
hanya pendapat pribadi saya loh pak hud.
By : Zen
saya kok afdol kali dengan kalimat yang di bold biru diatas, DISANA ADA PENGETAHUAN, "terbebas sepenuhnya".
kali ini kata kunci yang menjembatani antara FAKTA dan KONSEP ?? apakah FAKTA = ketika ada pengetahuan ??
'Pengetahuan' yang dimaksud di sini bukan pengetahuan intelektual dari pikiran sehari-hari, melainkan yang disebut 'nyana', atau insight atau 'pencerahan' ... yang bukan berasal dari pikiran.
gpp pak, latihan utk perhatian sebelum memposting sesuatu..
mungkin perlu di cross check dgn bermeditasi sampai khanika-samadhi dulu sebelum posting..
hanya pendapat pribadi saya loh pak hud.
By : Zen
Anda pernah menulis buku atau artikel yang panjang? ... Kalau pernah, Anda akan mengerti apa yang saya maksud.
Ketika orang disuruh melihat anatta padahal dalam batinnya masih ada atta, itulah yang saya namakan 'konsep anatta'.Pak Hud, batin itu bukan atta, tetapi pandangannya saja yg salah. nama rupa bukan atta. ini yg saya takutkan orang salah tangkap. ada atta lalu atta dihancurkan, padahal atta itu tidak ada dalam nama rupa dan yg ada hanya pandangan salah saja.
'Melihat apa adanya' bukan konsep bagi orang yang menjalankannya. ...jadi,
'Anatta' adalah konsep bagi orang yang belum menembus faktanya. ...
Anda tidak mengenal khanika-samadhi ...yang saya kenal Samma-Samadhi pak :)
saya mengalami khanika-samadhi ...
Instruksi dalam Anattalakkhana-sutta tidak sama dengan instruksi dalam Bahiya-sutta ... Dalam Anattalakkhana-sutta, menganalisis nama-rupa pakai pikiran ... Dalam Bahiya-sutta, melihat apa adanya tidak pakai pikiran
"Kemudian, Bahiya, engkau harus melatih dirimu demikian: Didalam yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Didalam yang didengar, hanya ada yang didengar. Didalam yang dirasakan, hanya ada yang dirasakan, Didalam apa yang diketahui, hanya ada yang diketahui. Demikianlah caranya engkau melatih dirimu. Ketika untuk dirimu hanya ada yang dilihat didalam apa yang dilihat, hanya yang didengar didalam apa yang didengar, hanya ada yang diketahui didalam apa yang diketahui, kemudian, Bahiya, tidak ada engkau yang berhubungan dengan hal tersebut. Ketika tidak ada engkau yang berhubungan dengan hal tersebut, tidak ada engkau disana. Ketika tidak ada engkau disana, engkau tidak ada disini ataupun diluar ataupun diantaranya. Inilah, hanya ini, akhir dari ketidakpuasan.Yang saya tangkap disini masih menggunakan pikiran. Tidak ada dindikasi tidak menggunakan pikiran sama sekali. Disini Sang Buddha memberikan petunjuk utk menyadari bahwa tidak ada dirinya. Sama seperti pada anattalakkhana sutta. Bukan latihan utk menghentikan pikiran ataupun meruntuhkan atta (yang padahal pada nama rupa tidak ada).
Dengan mendengarkan penjelasan Dhamma singkat dari Yang Terberkahi, batin Bahiya pertapa berbaju kulit kayu saat itu juga terbebaskan dari kotoran karena tanpa kemelekatan. Setelah memberikan petunjuk pada Bahiya pertapa berbaju kulit kayu dengan penjelasan Dhamma singkat, Yang Terberkahi pergi.
Bahiya-sutta adalah milik pelaksananya, entah itu di MMD entah di luar MMD ...Pointnya pak, jangan semua dianggap MMD. kita sedang membahas sutta.
Bahiya-sutta bukan milik orang yang cuma membacanya tanpa melaksanakannya ...
MMD tidak relevan bagi orang yang bukan praktisi MMD ...
MMD sangat relevan bersama Bahiya-sutta bagi praktisinya ...
OK, Rekan Sumedho, ternyata pikiran saya tidak nyambung dengan pikiran Anda. ... Sampai di sini saja ...Ok pak :)
Silakan Anda berjalan di jalan Anda, saya berjalan di jalan saya ...
mungkin perlu di cross check dgn bermeditasi sampai khanika-samadhi dulu sebelum posting..
Ketika "pikiran" runtuh, terdapatlah pengetahuan, "An-atta"
setahu saya, kalau bebas dr konsep2, kan ga perlu panjang kali lebar kali tinggi buat jawab pertanyaannya.
Pak Hud, batin itu bukan atta, tetapi pandangannya saja yg salah. nama rupa bukan atta. ini yg saya takutkan orang salah tangkap. ada atta lalu atta dihancurkan, padahal atta itu tidak ada dalam nama rupa dan yg ada hanya pandangan salah saja.
kalau demikian, orang yg diinstruksikan "there is no you in terms of that" padahal dia masih ada pandangan demikian, apakah itu berkonsep "there is no you" ? Artinya bahiya demikian? lah wong dia masih belum tercerahkan. dia masih berpandangan "the is me in term of ...".
Quote from: hudoyo'Melihat apa adanya' bukan konsep bagi orang yang menjalankannya. ...jadi,
'Anatta' adalah konsep bagi orang yang belum menembus faktanya. ...
'Melihat apa adanya' hanya sebuah konsep bagi yg belum menjalankannya.
'Anatta' adalah fakta bagi yang telah melihatnya.
Sama saja kedua itu. Permainan kata saja :)
Quote from: hudoyoAnda tidak mengenal khanika-samadhi ...yang saya kenal Samma-Samadhi pak :)
saya mengalami khanika-samadhi ...
Quote from: hudoyoInstruksi dalam Anattalakkhana-sutta tidak sama dengan instruksi dalam Bahiya-sutta ... Dalam Anattalakkhana-sutta, menganalisis nama-rupa pakai pikiran ... Dalam Bahiya-sutta, melihat apa adanya tidak pakai pikirancoba kita lihat bahiya sutta:
"Kemudian, Bahiya, engkau harus melatih dirimu demikian: Didalam yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Didalam yang didengar, hanya ada yang didengar. Didalam yang dirasakan, hanya ada yang dirasakan, Didalam apa yang diketahui, hanya ada yang diketahui. Demikianlah caranya engkau melatih dirimu. Ketika untuk dirimu hanya ada yang dilihat didalam apa yang dilihat, hanya yang didengar didalam apa yang didengar, hanya ada yang diketahui didalam apa yang diketahui, kemudian, Bahiya, tidak ada engkau yang berhubungan dengan hal tersebut. Ketika tidak ada engkau yang berhubungan dengan hal tersebut, tidak ada engkau disana. Ketika tidak ada engkau disana, engkau tidak ada disini ataupun diluar ataupun diantaranya. Inilah, hanya ini, akhir dari ketidakpuasan."
Yang saya tangkap disini masih menggunakan pikiran. Tidak ada dindikasi tidak menggunakan pikiran sama sekali. Disini Sang Buddha memberikan petunjuk utk menyadari bahwa tidak ada dirinya. Sama seperti pada anattalakkhana sutta. Bukan latihan utk menghentikan pikiran ataupun meruntuhkan atta (yang padahal pada nama rupa tidak ada).
Quote from: hudoyoBahiya-sutta adalah milik pelaksananya, entah itu di MMD entah di luar MMD ...Pointnya pak, jangan semua dianggap MMD. kita sedang membahas sutta.
Bahiya-sutta bukan milik orang yang cuma membacanya tanpa melaksanakannya ...
MMD tidak relevan bagi orang yang bukan praktisi MMD ...
MMD sangat relevan bersama Bahiya-sutta bagi praktisinya ...
Quote from: hudoyoOK, Rekan Sumedho, ternyata pikiran saya tidak nyambung dengan pikiran Anda. ... Sampai di sini saja ...Ok pak :)
Silakan Anda berjalan di jalan Anda, saya berjalan di jalan saya ...
Btw yang nyusun Bahiya sutta tuh sapa yah? kenapa pa Hudoyo tidak merasa ada penambahan/pengurangan dalam sutta ini sedangkan sutta yang lain seakan2 Pasti ada penambahan2 ;D
Kalo melihat isi sutta diatas aye mah merasa gak ada perasaan apa2 :)) itu hanya cerita tentang Bahiya, bisa saja itu dilebih2kan atau dikurang2i juga khan :)) apa bisa dipastikan 100% cerita Bahiya itu sesuai dengan yang terjadi saat itu :))
Btw yang nyusun Bahiya sutta tuh sapa yah? kenapa pa Hudoyo tidak merasa ada penambahan/pengurangan dalam sutta ini sedangkan sutta yang lain seakan2 Pasti ada penambahan2 ;D
Karena Bahiya-sutta sesuai dengan pengalaman meditasi saya. ... Begitu pula sutta-sutta yang lain tidak sesuai dengan pengalaman meditasi saya. ... Jadi bagi saya, pengalaman meditasi pribadi itulah ukuran dari Dhamma yang benar, bukan apa yang tertulis dalam Tipitaka. Ini sesuai Kalama-sutta.QuoteKalo melihat isi sutta diatas aye mah merasa gak ada perasaan apa2 :)) itu hanya cerita tentang Bahiya, bisa saja itu dilebih2kan atau dikurang2i juga khan :)) apa bisa dipastikan 100% cerita Bahiya itu sesuai dengan yang terjadi saat itu :))
Kalau Anda tidak merasa apa-apa ketika membaca Bahiya-sutta, berarti nasehat dalam sutta itu bukan buat Anda. ... Jadi, abaikan saja Bahiya-sutta. :) ... Carilah sutta yang cocok dengan pengalaman batin Anda.
Btw yang nyusun Bahiya sutta tuh sapa yah?
Btw yang nyusun Bahiya sutta tuh sapa yah? kenapa pa Hudoyo tidak merasa ada penambahan/pengurangan dalam sutta ini sedangkan sutta yang lain seakan2 Pasti ada penambahan2 ;D
Karena Bahiya-sutta sesuai dengan pengalaman meditasi saya. ... Begitu pula sutta-sutta yang lain tidak sesuai dengan pengalaman meditasi saya. ... Jadi bagi saya, pengalaman meditasi pribadi itulah ukuran dari Dhamma yang benar, bukan apa yang tertulis dalam Tipitaka. Ini sesuai Kalama-sutta.
Tidak sama. "Melihat Anatta" bukan seperti Anda atau saya melihat anatta. "Melihat anatta" hanya terjadi pada seorang arahat. Anda dan saya hanya melihat konsep anatta.Apakah bukan Arahat (puthujjana) yang mengalami khanika samadhi adalah pengecualian, atau sama saja "masih dalam tataran konsep"?
Prinsip prinsip meditasi Vipassana
Kembali pada pokok bahasan kita kali ini, pengembangan batin (bhavana) ada dua macam, yaitu Samatha (meditasi ketenangan) dan Vipassana meditasi pandangan terang.
Saya yakin semua netter sudah sangat hafal mengenai hal ini, tetapi yang ingin saya tekankan disini adalah. Dalam kedua system meditasi ini Samadhi (konsentrasi) diperlukan agar berkembang, dan Samadhi tidak bisa dicapai secara spontan, samadhi berkembang sesuai bakat (disebabkan parami), usaha yang dilakukan, kondisi yang medukung dsbnya.
Bagi mereka yang melatih Samadhi, maka mereka akan mampu melihat segala sesuatu apa adanya sekarang kita simak khotbah dari Sang Buddha mengenai pentingnya, melatih Samadhi, nanti akan saya jelaskan mengapa hanya orang yang telah memiliki Samadhi yang kuat yang mampu melihat segala sesuatu apa adanya. Saya yakin semua netter disini memiliki bahasa Inggris yang cukup baik,dan memiliki kemampuan bahasa Inggris (minimum secara pasif), ehm…. Untuk lebih jelas… maksudnya saya malas menerjemahkannya karena terlalu panjang, mungkin rekan-rekan yang lain dapat membantu.[/color]
"Develop concentration, monks. A concentrated monk discerns things as they actually are present. And what does he discern as it actually is present?
"He discerns, as it actually is present, that 'The eye is inconstant'... 'Forms are inconstant'... 'Eye-consciousness is inconstant'... 'Eye-contact is inconstant'... 'Whatever arises in dependence on eye-contact, experienced either as pleasure, as pain, or as neither-pleasure-nor-pain, that too is inconstant.'
"He discerns, as it actually is present, that 'The ear is inconstant'... 'The nose is inconstant'... 'The tongue is inconstant'... 'The body is inconstant"...
"He discerns, as it actually is present, that 'The intellect is inconstant'... 'Ideas are inconstant'... 'Intellect-consciousness is inconstant'... 'Intellect-contact is inconstant'... 'Whatever arises in dependence on intellect-contact, experienced either as pleasure, as pain, or as neither-pleasure-nor-pain, that too is inconstant.'
"So develop concentration, monks. A concentrated monk discerns things as they actually are present."(Samadhi Sutta (SN XXXV.99) — Concentration)
Disini secara gamblang Sang Buddha menjelaskan bahwa mereka yang telah mengembangkan konsentrasi baru mampu melihat segala sesuatu apa adanya. Melihat segala sesuatu apa adanya yang bagaimana? Yaitu mampu melihat karakteristik (lakkhana) yang sama dari semua fenomena, yaitu segala sesuatu tidak kekal , selalu berubah (inconstant / anicca), dan ini bisa “dilihat” atau “diselami” oleh seorang meditator sesuai dengan tingkat perkembangan konsentrasinya, bila konsentrasi semakin kuat maka semakin jelas karakteristiknya.
Seperti apakah Samadhi yang dimaksud oleh Sang Buddha? Samadhi yang dimaksud oleh Sang Buddha adalah perhatian kuat yang tidak terdistracted oleh keadaan lain, jadi dengan kata lain Samadhi yang kuat adalah Samadhi yang hanya memperhatikan satu objek terus-menerus, pada Vipassana inilah yang dimaksud dengan Khanika Samadhi, yaitu perhatian kuat pada karakteristik (lakkhana dari setiap landasan perhatian) yang bersifat anicca, inilah yang selalu terlihat, dan inilah yang dimaksud dengan melihat apa adanya.
Untuk lebih memperjelas mengenai Samadhi, saya memuat salah satu sutta yang penting yang sangat berguna bagi para meditator yang berlatih meditasi baik Vipassana maupun Samatha,
The Blessed One said, "Suppose, monks, that a large crowd of people comes thronging together, saying, 'The beauty queen! The beauty queen!' And suppose that the beauty queen is highly accomplished at singing & dancing, so that an even greater crowd comes thronging, saying, 'The beauty queen is singing! The beauty queen is dancing!' Then a man comes along, desiring life & shrinking from death, desiring pleasure & abhorring pain. They say to him, 'Now look here, mister. You must take this bowl filled to the brim with oil and carry it on your head in between the great crowd & the beauty queen. A man with a raised sword will follow right behind you, and wherever you spill even a drop of oil, right there will he cut off your head.' Now what do you think, monks: Will that man, not paying attention to the bowl of oil, let himself get distracted outside?"(Samyutta Nikaya XLVII.20 Sedaka Sutta)
Jelas sekarang bahwa yang dimaksud dengan Samadhi adalah berkonsentrasi pada satu objek, pada Samatha yaitu hingga menyerap gambaran batin (nimitta) sehingga mencapai jhana, dan pada Vipassana yaitu konsentrasi hingga yang terlihat selalu karakteristik saja (anicca/ timbul tenggelam/ denyut/ perubahan), dan dengan memiliki konsentrasi kuat baru dapat melihat perubahan tersebut.
Anak SD yang hanya mengenal kali, bagi, tambah dan kurang, tak mungkin mengerti kalkulus bila belum mempelajari mengenai persamaan dsbnya.
Sesuai dengan judul topik ini, untuk melatih dan mengembangkan batin menuju pandangan terang, maka diperlukan faktor-faktor pendukungnya. Faktor pendukung yang dimaksud yaitu Jalan ariya berunsur delapan, mengapa jalan mulia berunsur delapan ini sangat penting? Mereka yang bermeditasi sudah cukup dalam baru dapat mengerti bahwa bila kita tidak melaksanakan Jalan ariya berunsur delapan maka, sulit menundukkan kekotoran-kekotoran batin yang muncul, apalagi melenyapkannya.
Bila kita bermeditasi tetapi tidak melaksanakan Jalan Ariya berunsur delapan maka kita tak akan mencapai kesucian, ini sesuai dengan komentar Sang Buddha ketika beliau menjawab pertanyaan siswa terakhir Beliau, yaitu pertapa Subhadda pada hari terakhir sebelum Beliau Parinibbana (wafat).berikut ini,
And the Blessed One spoke, saying: "In whatsoever Dhamma and Discipline, Subhadda, there is not found the Noble Eightfold Path, neither is there found a true ascetic of the first, second, third, or fourth degree of saintliness. But in whatsoever Dhamma and Discipline there is found the Noble Eightfold Path, there is found a true ascetic of the first, second, third, and fourth degrees of saintliness.54 Now in this Dhamma and Discipline, Subhadda, is found the Noble Eightfold Path; and in it alone are also found true ascetics of the first, second, third, and fourth degrees of saintliness. Devoid of true ascetics are the systems of other teachers. But if, Subhadda, the bhikkhus live righteously, the world will not be destitute of arahats.(Digha Nikaya 16, Maha-parinibbana Sutta)
Jelas-jelas Sang Buddha mengatakan disini, bahwa bila dalam suatu ajaran (Dhamma dan Vinaya) ada jalan Ariya berunsur delapan maka bisa ditemukan pencapaian tingkat kesucian Sotapatti hingga Arahat. Sebaliknya bila suatu ajaran tidak mengajarkan Jalan ariya berunsur delapan maka tak akan ditemukan pencapaian tingkat kesucian Sotapatti hingga Arahat.
Karena meditasi vipassana atau meditasi pandangan terang identik dengan tujuan akhir pencapaian tingkat kesucian dari Sotapatti hingga Arahat (Nibbana), maka meditasi Vipassana tak bisa terlepas dari Jalan ariya berunsur delapan dan harus berlandaskan Jalan ariya berunsur delapan, bila tidak berlandaskan Jalan Ariya berunsur delapan maka bukan Vipassana…!!!
Mengapa demikian? Karena bila tidak berlandaskan Jalan ariya berunsur delapan maka Empat kebenaran Ariya menjadi hanya tiga Kebenaran Ariya karena Kebenaran Ariya yang keempat dengan jelas menyatakan bahwa untuk bisa terbebas, maka diperlukan Jalan ariya beunsur delapan.!!! Ini seusai (sinkron) dengan pernyataan Sang Buddha dalam Bhumija Sutta berikut-,
"Certainly, Bhumija, in answering in this way when thus asked, you are speaking in line with what I have said, you are not misrepresenting me with what is unfactual, and you are answering in line with the Dhamma so that no one whose thinking is in line with the Dhamma will have grounds for criticizing you. For any priests or contemplatives endowed with wrong view, wrong resolve, wrong speech, wrong action, wrong livelihood, wrong effort, wrong mindfulness, & wrong concentration: If they follow the holy life even when having made a wish [for results], they are incapable of obtaining results. If they follow the holy life even when having made no wish, they are incapable of obtaining results. If they follow the holy life even when both having made a wish and having made no wish, they are incapable of obtaining results. If they follow the holy life even when neither having made a wish nor having made no wish, they are incapable of obtaining results. Why is that? Because it is an inappropriate way of obtaining results.(Majjhima Nikaya 126, Bhumija Sutta)
Jadi secara jelas Sang Buddha mengatakan, bila seseorang tidak mengikuti Jalan ariya berunsur delapan, maka keadaan batin apapun yang menyertainya, entah punya harapan, entah tak punya harapan, tak akan mendapatkan hasil, karena ia berlatih dengan cara yang tidak tepat...!! Sebaliknya jika melatih dengan cara yang benar, entah berharap…entah tidak berharap…. Tetap akan mendapatkan hasil.
Salah satu faktor yang penting dalam melatih Vipassana yaitu usaha benar, bila tidak berusaha dengan benar maka kita tak akan maju dalam meditasi, yang manakah yang harus dikembangkan? Dalam meditasi Vipassana kita harus mengembangkan empat landasan perhatian (cattaro satipatthana), empat usaha benar, empat landasan kekuatan, lima kekuatan batin (panca bala), tujuh faktor penerangan (satta bhojanga) dan Jalan ariya berunsur delapan. Sebagaimana ada dalam sutta berikut ini,
"Even though this wish may occur to a monk who dwells without devoting himself to development -- 'O that my mind might be released from effluents through lack of clinging!' -- still his mind is not released from the effluents through lack of clinging. Why is that? From lack of developing, it should be said. Lack of developing what? The four frames of reference, the four right exertions, the four bases of power, the five faculties, the five strengths, the seven factors for Awakening, the noble eightfold path.
"Suppose a hen has eight, ten, or twelve eggs: If she doesn't cover them rightly, warm them rightly, or incubate them rightly, then even though this wish may occur to her -- 'O that my chicks might break through the egg shells with their spiked claws or beaks and hatch out safely!' -- still it is not possible that the chicks will break through the egg shells with their spiked claws or beaks and hatch out safely. Why is that? Because the hen has not covered them rightly, warmed them rightly, or incubated them rightly.
In the same way, even though this wish may occur to a monk who dwells without devoting himself to development -- 'O that my mind might be released from effluents through lack of clinging!' -- still his mind is not released from the effluents through lack of clinging. Why is that? From lack of developing, it should be said. Lack of developing what? The four frames of reference, the four right exertions, the four bases of power, the five faculties, the five strengths, the seven factors for Awakening, the noble eightfold path.(Samyutta Nikaya XXII 101, Nava Sutta)
Kita lihat pada satu Sutta Sang Buddha hanya menerangkan mengenai perlunya Jalan ariya berunsur delapan, sedangkan pada sutta lainnya Beliau juga mengutarakan perlunya mengembangkan faktor-faktor yang lain, tidak hanya Jalan ariya berunsur delapan. Dan disini kita lihat bahwa batin perlu dikembangkan (diumpamakan dengan penghangatan), begitu juga kebebasan dari kemelekatan tak akan tercapai jika kita tidak mengembangkan faktor-faktor tersebut.
Setelah mengembangkan faktor-faktor batin tersebut maka meditator akhirnya mampu mengatasi rintangan batin, rintangan batin jelas harus diatasi, karena jelas menghalangi konsentrasi, sesuai dengan sutta mengenai rintangan batin (nivarana sutta) yang diuraikan oleh Sang Buddha berikut ini,
"Monks, there are these five hindrances. Which five? Sensual desire as a hindrance, ill will as a hindrance, sloth & drowsiness as a hindrance, restlessness & anxiety as a hindrance, and uncertainty as a hindrance. These are the five hindrances.
"To abandon these five hindrances, one should develop the four frames of reference. Which four? There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world. He remains focused on feelings in & of themselves ... mind in & of itself ... mental qualities in & of themselves -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world. To abandon the five hindrances, one should develop these four frames of reference."(Nivarana Sutta (AN IX.64) — Hindrances)
Sang Buddha secara langsung mengatakan untuk mengatasi rintangan batin maka kita mengembangkan empat landasan perhatian dan hanya memperhatikan batin dan jasmaninya saja, dan mengacuhkan segala hal yang berkenaan dengan kebahagiaan maupun penderitaan di dunia, yaitu mengembangkan empat landasan perhatian (four foundation of mindfulness/ cattaro satipatthana) atau menurut istilah bhikkhu Thanissaro yaitu: four frames of reference
Mengarahkan batin atau tidak?
Ini adalah contoh paradoks yang jelas antara penguraian secara teori dengan keadaan faktual seorang meditator pemula, teori dengan mudah mengatakan bahwa apapun yang terjadi hanya diperhatikan saja, ini adalah teori muluk yang tak akan tercapai oleh seorang meditator pemula, mengapa demikian? Karena kita telah terbiasa mengikuti fenomena yang muncul pada batin dan jasmani, sehingga kita tak dapat bertahan tanpa terseret oleh keadaan batin tersebut, sehingga yang terjadi adalah sesuai dengan Samadhi Sutta.
Umumnya batin meditator pemula mudah tereseret, karena ia terlibat dengan isi, ini bisa dimaklumi, karena bagi orang yang sedikit praktek, dan lebih banyak teori maka ia tidak bisa melihat semua objek batin yang muncul dari bentuk luarnya, oleh karena itu ia selalu terlibat di dalamnya. Kita simak sutta berikut ini,
Ven. Maha Kaccana said this: "Concerning the brief statement the Blessed One made, after which he entered his dwelling without analyzing the detailed meaning -- i.e., 'A monk should investigate in such a way that, his consciousness neither externally scattered & diffused, nor internally positioned, he would from lack of clinging/sustenance be unagitated. When -- his consciousness neither externally scattered & diffused, nor internally positioned -- from lack of clinging/sustenance he would be unagitated, there is no seed for the conditions of future birth, aging, death, or stress' -- I understand the detailed meaning to be this:
"How is consciousness said to be scattered & diffused? There is the case where a form is seen with the eye, and consciousness follows the drift of (lit.: 'flows after') the theme of the form, is tied to the attraction of the theme of the form, is chained to the attraction of the theme of the form, is fettered & joined to the attraction of the theme of the form: Consciousness is said to be externally scattered & diffused.
(suttanya lupa, maaf males nyari… :) tapi ini copian dari access to insight juga)[/i]
"There is the case where a sound is heard with the ear... an aroma is smelled with the nose... a flavor is tasted with the tongue... a tactile sensation is felt with the body... an idea is cognized with the intellect, and consciousness follows the drift of the theme of the idea, is tied to the attraction of the theme of the idea, is chained to the attraction of the theme of the idea, is fettered & joined to the attraction of the theme of the idea: Consciousness is said to be externally scattered & diffused.
Bersambung kebagian ke 2...
Lanjutan prinsip prinsip meditasi Vipassana 2
Setahu saya semua meditasi Buddhist setuju, bahwa diperlukan samadhi untuk melihat segala sesuatu apa adanya (maksudnya akan muncul dengan sendirinya seperti tertulis dalam Samadhi Sutta), dan Samadhi yang benar selalu mensyaratkan konsentrasi, termasuk guru meditasi dari Myanmar yang baru-baru ini datang dan mengajar di Cibodas (U Tejaniya Sayadaw).
Saya mengenal baik salah satu meditator yang pernah secara langsung meditasi di center Shwe Oo Min di Myanmar (Shwee Oo Min sayadaw adalah murid dari Mahasi Sayadaw, kalau tidak salah beliau diajarkan untuk memperhatikan keluar masuk nafas di hidung, karena mungkin lebih efektif bagi Beliau) teman tersebut belajar di centre Shwee Oo Min selama hampir setahun.
Ia juga mengatakan bahwa Samadhi diperlukan dalam Vipassana, mungkin ada juga yang mengenal Bhante Thitayanyo yang juga bermeditasi disana kalau tidak salah selama kurang lebih dua tahun, mungkin bisa minta konfirmasi kepada beliau.
Jalan lambat atau jalan cepat itu tidak bersifat prinsipil, waktu pertama kali bermeditasi saya juga berjalan agak cepat dan konsentrasi juga tetap berkembang.
Selain konsentrasi penuh, seorang meditator juga harus berusaha dengan rajin dan penuh semangat, Beliau memberikan khotbah khusus untuk membangkitkan semangat para Bhikkhu untuk berlatih. Seperti yang termaktub dalam sutta berikut ini,
"Monks, there are these eight grounds for laziness. Which eight?
"There is the case where a monk has some work to do. The thought occurs to him: 'I will have to do this work. But when I have done this work, my body will be tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the first grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk has done some work. The thought occurs to him: 'I have done some work. Now that I have done work, my body is tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the second grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk has to go on a journey. The thought occurs to him: 'I will have to go on this journey. But when I have gone on the journey, my body will be tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the third grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk has gone on a journey. The thought occurs to him: 'I have gone on a journey. Now that I have gone on a journey, my body is tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fourth grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does not get as much coarse or refined food as he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have not gotten as much coarse or refined food as I need to fill myself up. This body of mine is tired & unsuitable for work. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fifth grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does get as much coarse or refined food as he he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have gotten as much coarse or refined food as I need to fill myself up. This body of mine is heavy & unsuitable for work, as if I were many months pregnant. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the sixth grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk comes down with a slight illness. The thought occurs to him: 'I have come down with a slight illness. There's a need to lie down.' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the seventh grounds for laziness.
"Then there is the case where a monk has recovered from his illness, not long after his recovery. The thought occurs to him: 'I have recovered from my illness. It's not long after my recovery. This body of mine is weak & unsuitable for work. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the eighth grounds for laziness.
"These are the eight grounds for laziness.
"There are these eight grounds for the arousal of energy. Which eight?
"There is the case where a monk has some work to do. The thought occurs to him: 'I will have to do this work. But when I am doing this work, it will not be easy to attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the first grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk has done some work. The thought occurs to him: 'I have done some work. While I was doing work, I couldn't attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the second grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk has to go on a journey. The thought occurs to him: 'I will have to go on this journey. But when I am going on the journey, it will not be easy to attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the third grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk has gone on a journey. The thought occurs to him: 'I have gone on a journey. While I was going on the journey, I couldn't attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fourth grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does not get as much coarse or refined food as he he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have not gotten as much coarse or refined food as I need to fill myself up. This body of mine is light & suitable for work. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fifth grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does gets as much coarse or refined food as he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have gotten as much coarse or refined food as I I need to fill myself up. This body of mine is light & suitable for work. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the sixth grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk comes down with a slight illness. The thought occurs to him: 'I have come down with a slight illness. Now, there's the possibility that it could get worse. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the seventh grounds for the arousal of energy.
"Then there is the case where a monk has recovered from his illness, not long after his recovery. The thought occurs to him: 'I have recovered from my illness. It's not long after my recovery. Now, there's the possibility that the illness could come back. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the eighth grounds for the arousal of energy.
"These are the eight grounds for the arousal of energy."(Anguttara Nikaya VIII.80 Kusita-Arambhavatthu Sutta)
dalam bagian lain dari sutta selain dalam Maha Satipatthana sutta, Cula Malunkyaputta sutta, Bhikkunupassaya sutta berikut ini dan berbagai sutta suta yang lain selalu Sang Buddha menekankan Ardent (atapi) yaitu berusaha dengan penuh semangat pantang menyerah, Mindful (sati) yaitu penuh perhatian dan fully aware (sampajanno) yaitu berusaha dengan penuh kewaspadaan.
Here, Ananda, a monk abides contemplating body as body* — ardent, fully aware, mindful — leading away the unhappiness that comes from wanting the things of the world. And for one who is abiding contemplating body as body,* a bodily object arises, or bodily distress, or mental sluggishness, that scatters his mind outward. Then the monk should direct his mind to some satisfactory image. When the mind is directed to some satisfactory image, happiness is born. From this happiness, joy is then born. With a joyful mind, the body relaxes. A relaxed body feels content, and the mind of one content becomes concentrated
. He then reflects: "The purpose for which I directed my my mind has been accomplished. So now I shall withdraw [directed attention from the image]." He withdraws, and no longer thinks upon or thinks about [the image]. He understands: "I am not thinking upon or thinking about [anything]. Inwardly mindful, I am content." This is directed meditation.
And what is undirected meditation? Not directing his mind outward, a monk understands: "My mind is not directed outward." He understands: "Not focused on before or after; free; undirected." And he understands: "I abide observing body as body — ardent, fully aware, mindful — I am content." This is undirected meditation.
(Samyutta Nikaya XLVII.10 Bhikkhunupassaya Sutta)[/i]
Jika anda berlatih meditasi Vipassana dengan benar, suatu ketika anda akan mampu melihat dan mengalami dengan sendirinya, bahwa segala sesuatu bersifat tidak kekal, bahwa segala sesuatu cepat atau lambat pasti akan berubah.
Apakah anatta adalah konsep?
Tergantung siapa yang menjawab, bila yang menjawab adalah orang yang hanya belajar teori maka Anatta hanya diketahuinya sebatas konsep, tetapi bila ia adalah seorang praktisi maka Anatta adalah pengetahuan pengalaman langsung, yang kulminasinya adalah pada saat lenyapnya sakkaya ditthi.
“Ada pencerahan yang dicapai, tetapi tak ada yang mencapainya”.
Mungkin ada teman netter yang masih ingat mengenai komentar ini. Ini adalah suatu pernyataan tepat yang dialami oleh meditator yang telah berhasil menyelami anatta yang sesungguhnya, sehingga konsekuensi logis dari pencapaian itu adalah lenyapnya sakkaya ditthi (pandangan salah mengenai aku, roh, jiwa).
Sebenarnya pada pencapaian Magga tak ada atta yang dihancurkan, bila ada atta yang dihancurkan maka itu adalah pandangan salah, yaitu sama saja dengan bunuh diri. Yang benar adalah demikian, harap teman-teman para netter mengingat ini baik-baik,
“Setelah suatu ketika dalam meditasi yang dalam, meditator mengalami sendiri bahwa yang disebut Atta ternyata tidak ada (karena hakekat mahluk hidup yang sesungguhnya adalah merupakan kumpulan faktor batin dan jasmani yang saling berkaitan, ini hanya bisa dilihat dengan teliti bila kita memiliki Samadhi yang dalam) maka dengan demikian lenyaplah pandangan salah mengenai atta (lenyapnya sakkaya ditthi) Inilah yang disebut melenyapkan sakkaya ditthi dengan panna atau kebijaksanaan. Pernyataan ini bisa dikonfirmasi dengan para ahli Abhidhamma maupun ahli Sutta.
Mari kita simak sutta berikut,
"There is the case, monk, where an uninstructed, run-of-the-mill person -- who has no regard for noble ones, is not well-versed or disciplined in their Dhamma; who has no regard for men of integrity, is not well-versed or disciplined in their Dhamma -- assumes form to be the self, or the self as possessing form, or form as in the self, or the self as in form.
"He assumes feeling to be the self, or the self as possessing feeling, or feeling as in the self, or the self as in feeling. He assumes perception to be the self, or the self as possessing perception, or perception as in the self, or the self as in perception. He assumes (mental) fabrications to be the self, or the self as possessing fabrications, or fabrications as in the self, or the self as in fabrications. He assumes consciousness to be the self, or the self as possessing consciousness, or consciousness as in the self, or the self as in consciousness.
"He does not discern, as it actually is, inconstant form as 'inconstant form.' He does not discern, as it actually is, inconstant feeling as 'inconstant feeling' ... inconstant perception as 'inconstant perception' ... inconstant fabrications as 'inconstant fabrications' ... inconstant consciousness as 'inconstant consciousness.'
"He does not discern, as it actually is, stressful form as 'stressful form' ... stressful feeling as 'stressful feeling' ... stressful perception as 'stressful perception' ... stressful fabrications as 'stressful fabrications' ... stressful consciousness as 'stressful consciousness.'
"He does not discern, as it actually is, not-self form as 'not-self form' ... not-self feeling as 'not-self feeling' ... not-self perception as 'not-self perception' ... not-self fabrications as 'not-self fabrications' ... not-self consciousness as 'not-self consciousness.'
"He does not discern, as it actually is, fabricated form as 'fabricated form' ... fabricated feeling as 'fabricated feeling' ... fabricated perception as 'fabricated perception' ... fabricated fabrications as 'fabricated fabrications' ... fabricated consciousness as 'fabricated consciousness.(Samyutta Nikaya XXII.55 Udana Sutta)
Disini nampak jelas, bahwa Sang Buddha menegaskan bahwa bila ada orang yang menganggap ada aku, entah pada persepsi atau kesadaran atau pada bagian lain dari kelima unsur kemelekatan (panca khandha), maka ia tidak melihat segala sesuatu apa adanya, yaitu bentuk inconstant sebagai inconstant (anicca), ia tidak melihat segala sesuatu apa adanya, yaitu segala sesuatu stressful sebagai stressful (dukkha) dan segala sesuatu not self sebagai not self (anatta).
Pada bagian lain dari sutta Sang Buddha juga mengatakan hal yang sama, seperti dalam Isidatta sutta berikut ini,
– assumes form (the body) to be the self, or the self as possessing form, or form as in the self, or the self as in form. He assumes feeling to be the self, or the self as possessing feeling, or feeling as in the self, or the self as in feeling. He assumes perception to be the self, or the self as possessing perception, or perception as in the self, or the self as in perception. He assumes (mental) fabrications to be the self, or the self as possessing fabrications, or fabrications as in the self, or the self as in fabrications. He assumes consciousness to be the self, or the self as possessing consciousness, or consciousness as in the self, or the self as in consciousness. This is how self-identity view comes into being.”
(Samyutta Nikaya XLI.3 Isidatta Sutta)
Sang Buddha mengatakan bahwa merupakan pandangan salah, bila menganggap bahwa kesadaran adalah aku, atau aku memiliki kesadaran, atau kesadaran ada dalam aku, atau aku ada dalam kesadaran (berlaku juga untuk persepsi / sanna, bentuk batin / sankhara, materi / rupa dan perasaan / vedana).
Berlanjut pada bagian 3...
Betul. Namaste Itu yang disebut ~naana (nyana): insight, pencerahan. Teks aslinya:
"Vimuttasmi.m, vimuttami 'ti ~naa.na.m hoti" -- "Dalam bebas, ia tahu (nyana), 'Aku bebas."
8-> namaku disebut....hehehehehe.....OOT
Quote from: hudoyoKalau Anda tidak merasa apa-apa ketika membaca Bahiya-sutta, berarti nasehat dalam sutta itu bukan buat Anda. ... Jadi, abaikan saja Bahiya-sutta. :) ... Carilah sutta yang cocok dengan pengalaman batin Anda.Jadi yang disimpulkan adalah bahwa dari Bahiya Sutta, Malunkyaputta sutta dan mulapariyaya sutta, pak hudoyo mendapatkan manfaat, sedangkan sutta yang lain tidak. (bukan dalam artian pasti tidak benar). begitu pak hudoyo ? soalnya kalau dibilang selain 3 sutta yang disebutkan, sutta yang lainnya TIDAK BENAR... bakal RAMAI tuh...
Dari pengalaman saya dan beberapa rekan, seseorang yang sudah terdogma oleh "pengalamannya sendiri" dan menemukan sutta yang seakan-akan cocok dengan "pengalamannya sendiri" maka ia akan langsung menganggap hanya sutta itu yang benar sedang yang lain salah.
Kalo sutta2 lain ada yang sesuai dengan pengalaman orang lain, tetapi tidak sesuai dengan pengalaman Pak Hudoyo, bagaimana?
Quote from: hudoyoTidak sama. "Melihat Anatta" bukan seperti Anda atau saya melihat anatta. "Melihat anatta" hanya terjadi pada seorang arahat. Anda dan saya hanya melihat konsep anatta.Apakah bukan Arahat (puthujjana) yang mengalami khanika samadhi adalah pengecualian, atau sama saja "masih dalam tataran konsep"?
Btw yang nyusun Bahiya sutta tuh sapa yah? kenapa pa Hudoyo tidak merasa ada penambahan/pengurangan dalam sutta ini sedangkan sutta yang lain seakan2 Pasti ada penambahan2 ;D
Karena Bahiya-sutta sesuai dengan pengalaman meditasi saya. ... Begitu pula sutta-sutta yang lain tidak sesuai dengan pengalaman meditasi saya. ... Jadi bagi saya, pengalaman meditasi pribadi itulah ukuran dari Dhamma yang benar, bukan apa yang tertulis dalam Tipitaka. Ini sesuai Kalama-sutta.QuoteKalo melihat isi sutta diatas aye mah merasa gak ada perasaan apa2 :)) itu hanya cerita tentang Bahiya, bisa saja itu dilebih2kan atau dikurang2i juga khan :)) apa bisa dipastikan 100% cerita Bahiya itu sesuai dengan yang terjadi saat itu :))
Kalau Anda tidak merasa apa-apa ketika membaca Bahiya-sutta, berarti nasehat dalam sutta itu bukan buat Anda. ... Jadi, abaikan saja Bahiya-sutta. :) ... Carilah sutta yang cocok dengan pengalaman batin Anda.
Berarti pernyataan di bawah ini:Quote... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhijuga merupakan opini pribadi?
Bukan opini pribadi, melainkan pengalaman pribadi
mungkin perlu di cross check dgn bermeditasi sampai khanika-samadhi dulu sebelum posting..
Menilik dari posting-posting Anda sebelum ini, tampaknya Anda belum pernah mengalami khanika-samadhi. ... Jadi, maaf saja, nasehat Anda terkesan kosong ... gak perlu dipertimbangkan.
setahu saya, kalau bebas dr konsep2, kan ga perlu panjang kali lebar kali tinggi buat jawab pertanyaannya.
Kadang-kadang perlu penjabaran panjang lebar untuk menjelaskan kepada umat yang masih berada dalam level pikiran. ... Lihat saja sutta-sutta dari Digha Nikaya, sangaaaaaat paaaaaanjang.
Entah kalau di forum ini ada yang berpendapat bahwa vipassana versinya adalah yang paling benar dengan merujuk kepada puluhan sutta dari Tipitaka Pali, sebagaimana dicopas oleh Rekan Semit dari thread sebelah. ... Ini yang memprihatinkan. ... Sutta-sutta digunakan untuk membenarkan diri sendiri sambil menyerang pandangan orang lain. (Saya masih menunggu selesainya uraian yang panjang lebar itu sebelum menjawabnya.)
membaca tulisan ini, tiba2 saya ingat cermin..
mari kita gunakan cermin dengan baik.. ^_^
melihat jauh ke dalam..
By : Zen
Kalo sutta2 lain ada yang sesuai dengan pengalaman orang lain, tetapi tidak sesuai dengan pengalaman Pak Hudoyo, bagaimana?
Silakan baca tanggapan saya kepada Rekan Dilbert di atas ini. ... Bagaiamana?
Saya tidak pernah mengklaim pengalaman & pemahaman saya cocok untuk semua orang. ... Malah, ingatkah Anda bahwa saya selalu mengatakan: Tidak ada satu metode vipassana yang cocok untuk SEMUA orang?
QuoteQuote from: hudoyoTidak sama. "Melihat Anatta" bukan seperti Anda atau saya melihat anatta. "Melihat anatta" hanya terjadi pada seorang arahat. Anda dan saya hanya melihat konsep anatta.Apakah bukan Arahat (puthujjana) yang mengalami khanika samadhi adalah pengecualian, atau sama saja "masih dalam tataran konsep"?
Saya tidak mengerti maksud pertanyaan ini ... mohon dijelaskan.
Melihatkah Anda bedanya KONSEP anatta dengan FAKTA anatta? ... Itulah yang saya katakan sejak semula, banyak sekali umat Buddha terjebak pada KONSEP anatta tanpa menembus FAKTA anatta. ... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhi.
Pengalaman yg kita dapatkan dari meditasi tidak serta merta bisa diklaim sebagai kebenaran universal.
Seperti contohnya disini, Pak Hud mengklaim bahwa Khanika Samadhi dalam MMD adalah suatu 'Penembusan Anatta' (sebagai catatan, siapa saja yg sudah menembus anatta adalah seorang sotapanna alias orang suci/ariya sangha). Nanti akan sy bahas mengapa Kahnika Samadhi ini agak janggal jika dihubungkan dengan vipassana, apalagi jika dihubungkan dengan penembusan anatta.
Pertama, dasar pemikiran Pak Hud bahwa penyebab penderitaan kita semua adalah si AKU (pikiran). Mensinonimkan 'AKU = Pikiran' ini adalah suatu kefatalan, yg akan menyebabkan kesalahan tempuh jalan selanjutnya, yakni: berusaha menyingkirkan 'pikiran' ini (karena menganggap pikiran adalah AKU, si penyebab penderitaan). Usaha untuk menyingkirkan/memadamkan pikiran ini dapat kita lihat dari praktik yg mendasari MMD, yaitu: lihatlah apa adanya, tidak ada perbuatan baik dan buruk, sadari saja… meditasi dengan cara ini dilabeli dengan ‘tanpa usaha’ / ‘tanpa konsep’.
Sesungguhnya, apa yg terjadi ketika dalam proses mengamati gerak-gerik batin ini kita BERUSAHA (tidak berusaha) menghilangkan pelabelan terhadap setiap gerak-gerik batin tsb? Hasilnya adalah KOSONGNYA PIKIRAN (yg dikalim sebagai 'Padamnya Pikiran). Meditasi yg mengosongkan pikiran akan menimbulkan berbagai sensasi dengan cepat. Apakah sensasi-sensasi ini yg kemudian di klaim sebagai Khanika Samadhi?
Nah, sekarang kita bahas mengenai Khanika Samadhi yg oleh para meditator MMD dipegang sebagai barometer ‘penembusan paham anatta’.
Apakah Khanika Samadhi tsb? Apa yg terjadi ketika kita dalam Khanika Samadhi? Apakah benar benar ketika Khanika Samadhi kita merealisasi anatta?
Berbagai pertanyaan tsb akan terjawab jika kita memahami perbedaan meditasi Samatha dan Vipassana. ... blablabla ...
Sekarang kita lihat MMD:
~ ada saat masuk ‘Khanika Samadhi’ (saat masuk ini ‘si meditator merealisasi ‘Anatta’)
~ ketika keluar dari Khanika Samadhi, si meditator kembali seperti sedia kala (tidak merealiasi ‘Anatta’ dalam kesehariannya)
Dari defenisi diatas, saya simpulkan MMD lebih condong ke Samatha, meditasi dilandasi ‘Mengosongkan Pikiran’ (meskipun diistilahkan ‘tanpa label’), sehingga akan timbul sensasi-sensasi kosmos yg disalahtanggapi sebagai ‘Khanika Samadhi’. Jadi dapat dimengerti mengapa MMD hanya bisa cocok dengan sedikit sutta tertentu dan berlawanan dengan banyak sutta lainnya. Karena sudah ‘salah dari sono’nya sehingga bentrok dengan source-nya. Akibat yg timbul adalah, ‘Buah’ menyalahkan ‘Akar’nya. Ini ibarat agama tetangga yg pondasinya memang tidak kuat, sehingga setiap penemuan pengetahuan baru bentrok dengan alkitab.
Padahal, Vipassana sesungguhnya, adalah pengikisan kebodohan batin yg permanen secara bertahap.
membaca tulisan ini, tiba2 saya ingat cermin..
mari kita gunakan cermin dengan baik.. ^_^
melihat jauh ke dalam..
By : Zen
Ingin cermin atau ingin bercermin. ^-^
Dan semoga dengan bercermin, kita tidak terlalu gegabah mengatakan adanya sebuah penyerangan ketika adanya sebuah perbandingan. Hanya orang-orang yang pikirannya terserang ego-lah yang berpendapat dirinya diserang.
Kebodohan yang paling kuat dilekati oleh umat Buddha adalah melekat pada kitab suci, bahkan setelah Sang Buddha mengajarkan Kalama-sutta.
saya hanya memberi nasehat sesuai dengan 'kepercayaan' anda, pak hudoyo.
omong2, gmn tanda2nya org yg pernah mengalami khanika-samadhi, romo?
membaca tulisan ini, tiba2 saya ingat cermin..
mari kita gunakan cermin dengan baik.. ^_^
melihat jauh ke dalam..
Ingin cermin atau ingin bercermin. ^-^
Dan semoga dengan bercermin, kita tidak terlalu gegabah mengatakan adanya sebuah penyerangan ketika adanya sebuah perbandingan. Hanya orang-orang yang pikirannya terserang ego-lah yang berpendapat dirinya diserang.
Semuanya pada akhirnya berbalik kepada diri sendiri :)
Ingin cermin atau ingin bercermin. ^-^
Dan semoga dengan bercermin, kita tidak terlalu gegabah mengatakan adanya sebuah penyerangan ketika adanya sebuah perbandingan. Hanya orang-orang yang pikirannya terserang ego-lah yang berpendapat dirinya diserang.
Pembandingan adalah menyampaikan sudut pandang versi meditasinya sendiri berdampingan dengan versi meditasi orang lain. ... Tapi kalau sudah berkata ... "tidak mungkin ..." tentang versi meditasi orang lain, padahal tidak pernah mencobanya sendiri, itu sudah penyerangan namanya.
Ini pendapat saya saja. Memang saya setuju dengan pernyataan "tidak ada yang cocok untuk semua orang", tetapi kalau sedang berdiskusi mengenai "anatta" yang berdasarkan metoda vipassana dan sutta lain, Pak Hudoyo cenderung mengatakan itu hanyalah konsep, dan konsep tentu saja bukan realita. Dan realita (yang bukan konsep) itu hanya bisa didapat dengan "menghentikan pikiran" yang seperti dijelaskan pada Mulapariyaya sutta. Jadi akhir2nya kembali pada Mulapariyaya sutta dan metodanya (yang sama dengan MMD).
Pertama dijelaskan bahwa hanya Arahat yang bisa melihat "anatta" yang bukan konsep. Lalu Pak Hudoyo mengatakan Fakta "anatta" itu bisa ditembus dalam khanika samadhi. Jadi pertanyaan saya adalah, apakah selain Arahat, orang (walaupun masih puthujjana) yang mengalami khanika samadhi bisa menembus "anatta" yang bukan konsep?
membaca tulisan ini, tiba2 saya ingat cermin..
mari kita gunakan cermin dengan baik.. ^_^
melihat jauh ke dalam..
Ya, Anda bercermin ... dan saya bercermin ... setuju?
Nasehat yang cuma bersifat teoretis tidak ada gunanya. ... Capailah sendiri khanika-samadhi lebih dulu sebelum menasehati orang lain.
Dalam retret MMD saja, tidak pernah saya menjawab pertanyaan seperti itu. ... Alih-alih, saya selalu bilang amatilah pikiranmu, gerak-gerik aku-mu, ... nanti kamu akan tahu sendiri apa itu khanika-samadhi.
akur bro ryu..
amat mudah mencari kesalahan orang lain,
sungguh sulit mencari kesalahan diri sendiri.
Tambahan saja. Walaupun sudah pernah mencoba, alangkah baiknya tidak bilang sesuatu itu "pasti tidak bisa" atau "pasti begini/begitu". Kita mungkin tidak bisa melakukannya karena keterbatasan kita, orang lain mungkin bisa.
Nasehat yang cuma bersifat teoretis tidak ada gunanya. ... Capailah sendiri khanika-samadhi lebih dulu sebelum menasehati orang lain.pak hud, apakah utk memberi resep obat, seorang dokter harus mencicipi dulu semua obat yg mau dia berikan ke pasien?
ya, terima kasih atas nasehatnya romo.
saya akan coba latihan bermeditasi.
Kebodohan yang paling kuat dilekati oleh umat Buddha adalah melekat pada kitab suci, bahkan setelah Sang Buddha mengajarkan Kalama-sutta.:)) umat Buddha yang mana yah :))
Kebenaran perlahan telah menampakan dirinya sendiri dan semua kabut telah mulai tersibak sehingga terlihatnya sang mentari dan ada secercah harapan bertahannya Dhamma yg dibabarkan Sang Tathagatta ^-^membaca tulisan ini, tiba2 saya ingat cermin..Ingin cermin atau ingin bercermin. ^-^
mari kita gunakan cermin dengan baik.. ^_^
melihat jauh ke dalam..
Dan semoga dengan bercermin, kita tidak terlalu gegabah mengatakan adanya sebuah penyerangan ketika adanya sebuah perbandingan. Hanya orang-orang yang pikirannya terserang ego-lah yang berpendapat dirinya diserang.
Nasehat yang cuma bersifat teoretis tidak ada gunanya. ... Capailah sendiri khanika-samadhi lebih dulu sebelum menasehati orang lain.pak hud, apakah utk memberi resep obat, seorang dokter harus mencicipi dulu semua obat yg mau dia berikan ke pasien?
Setidaknya dokter itu pernah belajar sekian tahun lamanya, mempelajari efek obat itu pada berbagai eksperimen, baru meresepkannya. ... Bukan kok mencomot dari sesuatu yang cuma didengarnya sepintas lalu.
Sip Pak.
Sudah ada dokter itu.. namanya Sang Buddha, sudah terbukti keampuhan resepnya dan pasien2nya yg telah 'sembuh' :)
tidak perlu dokter2 lainnya yg belum terbukti resepnya
Saya mengatakan, perlu dibedakan antara 'konsep' anatta dan fakta' anatta. Ini berlaku baik untuk MMD maupun vipassana versi lain. (Tapi banyak umat Buddha yang tidak bisa membedakan ini.) ... Itulah sebabnya dalam MMD saya tidak pernah membicarakan 'anatta', karena itu cuma konsep sebelum orang merealisasikannya ("menembusnya"). ... Bahwa perealisasian anatta itu harus tercapai dengan lenyapnya gerak pikiran/aku sesuai Mulapariyaya-sutta & Bahiya-sutta, memang demikian adanya; ajaran dalam kedua sutta itu sesuai dengan pengalaman saya. ... Tapi saya menghargai uraian panjang lebar Rekan Fabian, misalnya, yang mempunyai pendekatan lain. ... Apa lagi yang kurang? ...Tidak ada yang kurang kok. :)
Bisa. Prinsipnya ialah, dalam kesadaran di mana pikiran & aku berhenti, di situ orang berada dalam keadaan faktual anatta (bukan konsep anatta). ... Bedanya arahat dan puthujjana ialah: dalam batin puthujjana yang mencapai khanika-samadhi kondisi anatta itu hanya berlangsung sementara waktu, sedangkan dalam batin arahat kondisi anatta itu sudah menetap/permanen.
Bacalah dengan teliti Mulapariyaya-sutta, dan bandingkan bagian bagian II dan bagian III nya. Dalam bagian II Sang Buddha berkata, dalam batin orang yang sedang berlatih hendaknya tidak muncul pikiran & aku (ma ma~n~ni). Dalam bagian III Sang Buddha berkata, dalam batin seorang arahat, pikiran & aku tidak muncul lagi (na ma~n~nati). ... Itulah maka saya katakan, seorang puthujjana yang berada dalam khanika-samadhi, ia mencicipi nibbana para arahat.
akur bro ryu..
amat mudah mencari kesalahan orang lain,
sungguh sulit mencari kesalahan diri sendiri.
Bagus ... Saya bercermin pada kata-kata itu ... Anda juga bercermin padanya. ... setuju?
Nasehat yang cuma bersifat teoretis tidak ada gunanya. ... Capailah sendiri khanika-samadhi lebih dulu sebelum menasehati orang lain.pak hud, apakah utk memberi resep obat, seorang dokter harus mencicipi dulu semua obat yg mau dia berikan ke pasien?
Setidaknya dokter itu pernah belajar sekian tahun lamanya, mempelajari efek obat itu pada berbagai eksperimen, baru meresepkannya. ... Bukan kok mencomot dari sesuatu yang cuma didengarnya sepintas lalu.
Sip Pak.
Sudah ada dokter itu.. namanya Sang Buddha, sudah terbukti keampuhan resepnya dan pasien2nya yg telah 'sembuh' :)
tidak perlu dokter2 lainnya yg belum terbukti resepnya
Semua orang sepakat, Sang Buddha adalah dokter yang utama.
Yang runyam ialah semua orang berdebat, apa sebetulnya yang diresepkan oleh dokter itu.
:)) dan ada yang ambil 1 resep, dianggap bisa menyembuhkan dan resep yang lain dianggap tidak valid :))
Dokter utama khan bikin resep banyak tuh :))
Selain khanika samadhi, apakah ada cara lain? Atau setidaknya, apakah Pak Hudoyo percaya ada hal lain selain khanika samadhi yang bisa membawa orang pada pemahaman "anatta" yang bukan konsep?
Iya betul tapi 1 resep itupun bisa over dosis tuh pak kalao pemakaiannya berlebihan :)):)) dan ada yang ambil 1 resep, dianggap bisa menyembuhkan dan resep yang lain dianggap tidak valid :))
Dokter utama khan bikin resep banyak tuh :))
Kalau 1 resep cocok bagi seseorang sampai sembuh, buat apa ia repot-repot dengan semua resep yang lain? ... Resep-resep yang lain mungkin saja valid bagi orang lain (lihat diskusi saya dengan Rekan Sumedho), tapi bagi orang yang sudah sembuh dengan 1 resep, resep-resep yang lain TIDAK RELEVAN. (Ia tidak mempersoalkan valid-tidaknya resep-resep yang lain.)
Sayangnya, banyak umat Buddha merasa bangga dengan banyaknya resep yang diresepkan oleh Sang Buddha, tapi tidak pernah memakan obatnya sedikit pun.
jd kesimpulannya perlu "BELAJAR" kan pak hud?
gmn caranya memberi nasehat/resep ke orang lain, kalo ga ada yg "dipelajari"?
menurut saya, tergantung penyakitnya ya pak..
kalo sakit cacar, yg dipake resep obat batuk..
buat apa diminum pak?
toh ga sembuh dr penyakit cacarnya..
Selain khanika samadhi, apakah ada cara lain? Atau setidaknya, apakah Pak Hudoyo percaya ada hal lain selain khanika samadhi yang bisa membawa orang pada pemahaman "anatta" yang bukan konsep?
Saya hanya bisa berspekulasi di sini, karena saya tidak tahu persis pengalaman batin orang lain ... Menurut penuturannya, Bernadette Roberts mencapai lenyapnya aku dan Tuhan begitu saja, secara spontan, ketika tidak berlatih apa-apa, tidak mengharapkan apa-apa. ... Anda sudah pernah baca bukunya? ... Saya punya e-booknya.
Salam,
hudoyo
Pengalaman pribadi seseorang tidak bisa jadi patokan pak, kalau cerita2 gitu juga bisa ditambah2i atau dikurangi khan pak jangan percaya 100% :))Selain khanika samadhi, apakah ada cara lain? Atau setidaknya, apakah Pak Hudoyo percaya ada hal lain selain khanika samadhi yang bisa membawa orang pada pemahaman "anatta" yang bukan konsep?
Saya hanya bisa berspekulasi di sini, karena saya tidak tahu persis pengalaman batin orang lain ... Menurut penuturannya, Bernadette Roberts mencapai lenyapnya aku dan Tuhan begitu saja, secara spontan, ketika tidak berlatih apa-apa, tidak mengharapkan apa-apa. ... Anda sudah pernah baca bukunya? ... Saya punya e-booknya.
Salam,
hudoyo
Iya betul tapi 1 resep itupun bisa over dosis tuh pak kalao pemakaiannya berlebihan :))
:)) satu penyakit hilang,muncul penyakit lainnya apakah resepnya sama?
Misal sakit pilek sembuh, lalu muncul kusta, apakah resepnya sama?
Apakah Pak Hud sudah sembuh total dengan satu resep itu dan tidak akan pernah terjangkiti penyakit lainnya?
_/\_
:)) dan ada yang ambil 1 resep, dianggap bisa menyembuhkan dan resep yang lain dianggap tidak valid :))
Dokter utama khan bikin resep banyak tuh :))
Kalau 1 resep cocok bagi seseorang sampai sembuh, buat apa ia repot-repot dengan semua resep yang lain? ... Resep-resep yang lain mungkin saja valid bagi orang lain (lihat diskusi saya dengan Rekan Sumedho), tapi bagi orang yang sudah sembuh dengan 1 resep, resep-resep yang lain TIDAK RELEVAN. (Ia tidak mempersoalkan valid-tidaknya resep-resep yang lain.)
Sayangnya, banyak umat Buddha merasa bangga dengan banyaknya resep yang diresepkan oleh Sang Buddha, tapi tidak pernah memakan obatnya sedikit pun.
:)) satu penyakit hilang,muncul penyakit lainnya apakah resepnya sama?
Misal sakit pilek sembuh, lalu muncul kusta, apakah resepnya sama?
Apakah Pak Hud sudah sembuh total dengan satu resep itu dan tidak akan pernah terjangkiti penyakit lainnya?
_/\_
Di sini cuma ada satu penyakit, yaitu 'dukkha' dan 'sumber dukkha' ... cuma ternyata resepnyalah yang bermacam-macam ...
Saya sih belum sembuh total, baru "setengah sembuh" ... :) ... Tapi saya yakin, kalau resepnya saya makan terus maka saya akan sembuh total ... Mengapa yakin? ... Karena saya sudah pernah merasakan 'sembuh total' sekalipun cuma sementara. ...
OK, terima kasih atas penjelasannya! :)
Bernadette Roberts pernah disinggung dalam thread2 lain, jadi saya pernah baca sedikit. Kalo boleh, jika ada yang menurut Pak Hudoyo menarik atau bisa memberikan masukan, mungkin Pak Hudoyo bisa post di forum?
Pengalaman pribadi seseorang tidak bisa jadi patokan pak, kalau cerita2 gitu juga bisa ditambah2i atau dikurangi khan pak jangan percaya 100% :))
itu khan bisa saja klaim sepihak :)
Sayang umat/praktisi MMD belum sadar makan satu resep sembuh tapi muncul penyakit lainnya dan tetap makan resep yg sama, akhirnya beneran sakit berkepanjangan. ;D
:)) dan ada yang ambil 1 resep, dianggap bisa menyembuhkan dan resep yang lain dianggap tidak valid :))
Dokter utama khan bikin resep banyak tuh :))
Kalau 1 resep cocok bagi seseorang sampai sembuh, buat apa ia repot-repot dengan semua resep yang lain? ... Resep-resep yang lain mungkin saja valid bagi orang lain (lihat diskusi saya dengan Rekan Sumedho), tapi bagi orang yang sudah sembuh dengan 1 resep, resep-resep yang lain TIDAK RELEVAN. (Ia tidak mempersoalkan valid-tidaknya resep-resep yang lain.)
Sayangnya, banyak umat Buddha merasa bangga dengan banyaknya resep yang diresepkan oleh Sang Buddha, tapi tidak pernah memakan obatnya sedikit pun.
Sayang umat/praktisi MMD belum sadar makan satu resep sembuh tapi muncul penyakit lainnya dan tetap makan resep yg sama, akhirnya beneran sakit berkepanjangan. ;D
ya kritis boleh sih pak ;D kalo bagi aye sutta itu mo dikritis in apanya itu hanyalah sebuah kitab dan ajaran sang Buddha, itu saja toh tidak lain , bukan untuk di tafsir2 kan dan di kritis2 segala, apa untungnya :))Pengalaman pribadi seseorang tidak bisa jadi patokan pak, kalau cerita2 gitu juga bisa ditambah2i atau dikurangi khan pak jangan percaya 100% :))
itu khan bisa saja klaim sepihak :)
Saya tidak berpatokan pada pengalaman Bernadette Roberts kok. ...
Tentang membaca pengalaman orang lain, saya selalu bersikap kritis, baik terhadap buku Bernadette Roberts maupun terhadap Tipitaka, karena saya tahun Tipitaka baru ditulis EMPAT RATUS TAHUN setelah Sang Buddha wafat.
jd kesimpulannya perlu "BELAJAR" kan pak hud?
gmn caranya memberi nasehat/resep ke orang lain, kalo ga ada yg "dipelajari"?
Di sini, 'belajar' itu sekaligus 'menerapkan'. ... Tidak perlu belajar teori apa-apa. ... Apa yang diterapkan? ... Amati pikiran dan gerak-gerik aku-mu.
Quotemenurut saya, tergantung penyakitnya ya pak..
kalo sakit cacar, yg dipake resep obat batuk..
buat apa diminum pak?
toh ga sembuh dr penyakit cacarnya..
Maap, ini sudah OOT.
ya kritis boleh sih pak ;D kalo bagi aye sutta itu mo dikritis in apanya itu hanyalah sebuah kitab dan ajaran sang Buddha, itu saja toh tidak lain , bukan untuk di tafsir2 kan dan di kritis2 segala, apa untungnya :))
ya kritis boleh sih pak ;D kalo bagi aye sutta itu mo dikritis in apanya itu hanyalah sebuah kitab dan ajaran sang Buddha, itu saja toh tidak lain , bukan untuk di tafsir2 kan dan di kritis2 segala, apa untungnya :))
Kalau Anda mengidentikkan Tipitaka dengan "ajaran Buddha", silakan saja.
Di situ saya bersikap kritis ... bagi saya, tidak semua yang ada Tipitaka "ajaran Buddha".
Di sini, 'belajar' itu sekaligus 'menerapkan'. ... Tidak perlu belajar teori apa-apa. ... Apa yang diterapkan? ... Amati pikiran dan gerak-gerik aku-mu.yg saya bold ini kayaknya teori juga ya, pak hud. :)
setahu saya, masih nyambung ama topik koq pak hud.
penyakit2 batin, itu banyak macem loh pak..
ada kebencian, ada keserakahan, ada kebodohan, ada iri hati, ada kesombongan, ada tidak peduli, dll..
Sang Buddha, sebagai dokter ahli meresepkan berbagai obat utk mengatasi setiap penyakit yang ada, karena Beliau memahami bahwa setiap orang memiliki penyakit yang berbeda-beda.
tujuannya sama, agar mereka yg mempelajari dan mempraktekkannya bebas dari 'Dukkha' dan sebab 'Dukkha'.
kalau itu pendapat pribadi, pak hudoyo.
bagi saya silahkan saja.
sah2 saja utk berargumen ttg isi Tipitaka.
jd inget bro morpheus. :)
lihat yang di bold, jadi biarlah itu menjadi HANYA ajaran bukan kebenaran, itu sudah menjadi kebenaran apabila itu sudah diaplikasikan kepada kita dan berhasil juga ke SEMUA orang hingga menjadi kebenaran SEJATI :)ya kritis boleh sih pak ;D kalo bagi aye sutta itu mo dikritis in apanya itu hanyalah sebuah kitab dan ajaran sang Buddha, itu saja toh tidak lain , bukan untuk di tafsir2 kan dan di kritis2 segala, apa untungnya :))
Kalau Anda mengidentikkan Tipitaka dengan "ajaran Buddha", silakan saja.
Di situ saya bersikap kritis ... bagi saya, tidak semua yang ada Tipitaka "ajaran Buddha".
lihat yang di bold, jadi biarlah itu menjadi HANYA ajaran bukan kebenaran, itu sudah menjadi kebenaran apabila itu sudah diaplikasikan kepada kita dan berhasil juga ke SEMUA orang hingga menjadi kebenaran SEJATI :)
Mau tanya juga kalo tanpa sutta Bahiya dan apa tuh lupa lagi :P MMD khan masih bisa jalan, buat apa pake referensi SUTTA2 itu :)) , Kadang saya baca di thread MMD , bapak pun kadang melakukan pendekatan sesuai dengan keyakinan si orang itu :)lihat yang di bold, jadi biarlah itu menjadi HANYA ajaran bukan kebenaran, itu sudah menjadi kebenaran apabila itu sudah diaplikasikan kepada kita dan berhasil juga ke SEMUA orang hingga menjadi kebenaran SEJATI :)
Saya mengaplikasikan Kalama-sutta terhadap Tipitaka, dan hasilnya saya share dengan teman-teman di MMD.
Mau tanya juga kalo tanpa sutta Bahiya dan apa tuh lupa lagi :P MMD khan masih bisa jalan, buat apa pake referensi SUTTA2 itu :)) , Kadang saya baca di thread MMD , bapak pun kadang melakukan pendekatan sesuai dengan keyakinan si orang itu :)
MMD ada karena pengalaman batin praktisinya ... MMD tidak bergantung pada ajaran apa pun, entah itu ajaran Buddha entah ajaran Krishnamurti ...
Kalau saya menggunakan Mulapariyaya-sutta & Bahiya-sutta itu hanya untuk konsumsi intelektual para praktisi yang Buddhis ... seperti saya mengutip ayat-ayat Alkitab, atau pepatah-pepatah Sufi untuk konsumsi intelektual Keristen atau Muslim. ... Itu yang disebut upaya-kausalya.
Melekat pada MMD juga merupakan akar penderitaan.
upaya-kausalya ataukah upaya menembus pasar itu di permukaan tampak sama lho Pak :)
Puff puff, kemana-mana kok jadi bahas MMD terus. pusing deh.
oh iya bang hudoyo, thread sebelah kan g ada tanya kagak dijawab, eh malahan dijawab disiniMMD ada karena pengalaman batin praktisinya ... MMD tidak bergantung pada ajaran apa pun, entah itu ajaran Buddha entah ajaran Krishnamurti ...Sudah jelas deh. makasih yah bang sudah dijawab. MMD BUKAN Buddhisme.
Kalau saya menggunakan Mulapariyaya-sutta & Bahiya-sutta itu hanya untuk konsumsi intelektual para praktisi yang Buddhis ... seperti saya mengutip ayat-ayat Alkitab, atau pepatah-pepatah Sufi untuk konsumsi intelektual Keristen atau Muslim. ... Itu yang disebut upaya-kausalya.
kalau bukan Buddhisme, jangan disama-samakan. pasti tidak akan sama. gitu aja koq repot.
Hayo bubar.
.[at] Arale
... Jadi saling menghargai pandangan masing-masing, tapi tidak gado-gado.
klik report to moderator ah
... Jadi saling menghargai pandangan masing-masing, tapi tidak gado-gado.
Mengapa pendekatan intelektual yang disebut 'gado-gado' tidak boleh? ... saya rasa, tidak ada salahnya 'gado-gado' ... apalagi kalau disadari ketika pikiran berhenti dalam meditasi, maka yang 'gado-gado' dan yang 'bukan gado-gado' pun runtuh.
Kalau gado-gado jadi banyak yang komentar kayak arale pak. Ini cuma sekedar pemikiran saya saja koq. Sekata-kata namanya usul. ;D
Memang tidak ada usul atau ada usul, ini kan cuma gerak-gerik pikiran aja. Tapi memang ini tempatnya gerak-gerik pikiran kan? Dan juga saling menghargai, MMD ada tempatnya, yang mau diskusi umum ada tempatnya, mau yang diskusi sesuai tradisi ada tempatnya. Kecuali kalau memang saling menghargai itu cuma gerak-gerik pikiran aja pak. ;D
upaya-kausalya ataukah upaya menembus pasar itu di permukaan tampak sama lho Pak :)
Ya, betul, Rekan Tesla, dua-duanya tidak ada salahnya kok. ... :) ... Upaya seorang ayah yang berusaha menyelamatkan anak-anaknya dari rumah terbakar dengan memberikan berbagai iming-iming yang disukai (Saddharmapundarika-sutra), sama dengan upaya saya untuk menarik orang agar mau menengok ke dalam batin sendiri dengan berbagai iming-iming intelektual yang disukai peserta retret.
Mungkin kalo pendekatan "gado-gado" dibahas di thread tersendiri saja? Karena memang kalau pembelajaran tercampur2, cenderung bikin bingung. Jadi yang memang khusus membahas intelektualitas dan eksperensial, "murni" dan "gado-gado", masing2 ada threadnya sendiri.
Kalau 1 resep cocok bagi seseorang sampai sembuh, buat apa ia repot-repot dengan semua resep yang lain? ... Resep-resep yang lain mungkin saja valid bagi orang lain (lihat diskusi saya dengan Rekan Sumedho), tapi bagi orang yang sudah sembuh dengan 1 resep, resep-resep yang lain TIDAK RELEVAN. (Ia tidak mempersoalkan valid-tidaknya resep-resep yang lain.)
Sayangnya, banyak umat Buddha merasa bangga dengan banyaknya resep yang diresepkan oleh Sang Buddha, tapi tidak pernah memakan obatnya sedikit pun.
Tah itu dia pak masalahnya. Ada yang merasa MMD dispesialkan.
Jadi cemana menurut bapak?
Kalau saya sih merasa Theravada gak bisa dikelompokan dengan Mahayana, makanya memang cucok ada forum masing-masing. Kalau ada Theravada yang merasa tradisi atau pemikirannya unipersal dan ngotot maksa di forum Mahayana cemana jadinya?
Mungkin kalo pendekatan "gado-gado" dibahas di thread tersendiri saja? Karena memang kalau pembelajaran tercampur2, cenderung bikin bingung. Jadi yang memang khusus membahas intelektualitas dan eksperensial, "murni" dan "gado-gado", masing2 ada threadnya sendiri.
Saya rasa, tidak bisa begitu. ... Kalau orang berdiskusi tentang meditasi, maka ada kalanya orang mendekati dari segi intelektual, ada kalanya mendekati dari segi pengalaman, ada kalanya mendekati dari segi sutta secara patuh, ada kalanya mendekati dari segi sutta secara kritis ... kalau masing-masing diberi thread sendiri dan tidak boleh melewati batas kapling yang ditetapkan untuknya, maka diskusi tentang meditasi itu sendiri menjadi terpasung dan tidak bisa berkembang....
ok deh, mmd itu sesuai dengan beberapa sutta menurut interpretasi bang hudoyo sendiri. dah puas bang?
Memang bingung juga sih. Kalau diklasifikasi begitu, masalahnya nanti akan banyak sekali threadnya. Nanti ada khusus doktrin, perbandingan dengan meditasi, ilmu pengetahuan dsb. Dan yang pasti, selalu ada berhubungan antara satu dengan lainnya. ;D
Ya, terserah gimana jadinya saja deh. :)
Perasaan saya, hanya Pak Hud yg mempersoalkan resep2 yg lain loh...
Hanya Bapak yg mempersoalkan JMB-8 dan resep2 lainnya 'tidak valid dari mulut Sang Buddha' dll...
Padahal banyak yg sembuh dgn JMB-8 dan mereka2 ini tidak pernah mempersoalkan sutta2 lainnya....
Opini "Umat Buddha hanya bangga saja dan tidak pernah memakan obat" adalah suatu opini yg terlalu terburu-buru, mengeneralisasi dan spekulatif.
Nah itu diya. Soalnya buanyak buanget yang protes, dan selalu hot sih. Kayak jaman dulu Maitreya.
;D
Yah sudah. bahas nya jangan bawa-bawa meditasi mengenal diri atau mmd yah bang. bahas nya yang objektifok deh, mmd itu sesuai dengan beberapa sutta menurut interpretasi bang hudoyo sendiri. dah puas bang?
MMD sesuai atau tidak sesuai dengan sutta ini-itu itu tidak penting. ... yang penting adalah sadar akan nama-rupa tanpa dicampuri oleh pikiran ... Itu yang penting ... Bahkan nama MMD itu sendiri tidak penting.
Yah sudah. bahas nya jangan bawa-bawa meditasi mengenal diri atau mmd yah bang. bahas nya yang objektifok deh, mmd itu sesuai dengan beberapa sutta menurut interpretasi bang hudoyo sendiri. dah puas bang?
MMD sesuai atau tidak sesuai dengan sutta ini-itu itu tidak penting. ... yang penting adalah sadar akan nama-rupa tanpa dicampuri oleh pikiran ... Itu yang penting ... Bahkan nama MMD itu sendiri tidak penting.
Yah sudah. bahas nya jangan bawa-bawa meditasi mengenal diri atau mmd yah bang. bahas nya yang objektif
Saya usulkan Meditasi Mengenal Tanpa Diri ;D
Saya usulkan Meditasi Mengenal Tanpa Diri ;DMMTD =))
Vipassana yah pencerahan bang.Yah sudah. bahas nya jangan bawa-bawa meditasi mengenal diri atau mmd yah bang. bahas nya yang objektif
Menurut Anda, vipassana itu apa? Bukankah vipassana itu meditasi mengenal diri, mengenal gerak-gerik nama-rupa?
Vipassana yah pencerahan bang.
tuh kan. vipassana koq meditasi mengenal diri? abc deh
Vipassana yah pencerahan bang.Yah sudah. bahas nya jangan bawa-bawa meditasi mengenal diri atau mmd yah bang. bahas nya yang objektif
Menurut Anda, vipassana itu apa? Bukankah vipassana itu meditasi mengenal diri, mengenal gerak-gerik nama-rupa?
tuh kan. vipassana koq meditasi mengenal diri? abc deh
pencerahan itu ketika tidak ada kemelekatan. hilangnya avijja. hilangnya kekotoran batin.Vipassana yah pencerahan bang.
tuh kan. vipassana koq meditasi mengenal diri? abc deh
Apa itu pencerahan? Bagaimana orang bisa tercerahkan tanpa mengenal batinnya sendiri?
Di sini, 'belajar' itu sekaligus 'menerapkan'. ... Tidak perlu belajar teori apa-apa. ... Apa yang diterapkan? ... Amati pikiran dan gerak-gerik aku-mu.yg saya bold ini kayaknya teori juga ya, pak hud. :)
Pertanyaan ini sudah sering ditampilkan orang ... Jawabannya:
Selama orang cuma berteori tanpa menerapkannya itu memang teori. ... Inilah yang terjadi pada sebagian besar umat BUddha: berteori tanpa menerapkan.
Silakan mencari obat yang cocok dengan penyakit Anda. ...
Saya sudah menemukan obat yang cocok bagi saya ...
"Setiap fenomena nama-rupa apa pun ... dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Melihat demikian, murid yang ariya ... berpaling dari nama-rupa. Setelah berpaling, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'"
Ada pengetahuan? Ada penilaian gitu? Yang mengetahui itu apa/siapa? :)
Dearest Bros & Sis,
kebanyakan kebingungan disebabkan oleh "lupa" mempertanyakan dulu "dasar/basis/pijakan" yang dipakai untuk melakukan penilaian itu (!!!).
sepanjang "yang relatif" itu ditarik setinggi-tingginya ke "dataran mutlak-ideal" , maka "yang relatif" itu menjadi "tidak ada/ tidak terpisah diantara subyek-obyek" (!!!), dan sebaliknya, jika "yang mutlak-ideal-tanpa muka" itu ditarik sedemikian rendahnya masuk ke "dataran sementara-dualisme subyek-obyek" , maka "muka-muka" itu menjadi "bermunculan" (!!!).
ika.
QuoteOm Hud say: Contohnya ilmu memasak dan memasak beneran.
Utk memasak perlu petunjuk dahulu baru bisa memasak.
Pembebasan tidak bisa disamakan dengan memasak. Pembebasan tidak memerlukan ilmu pembebasan apa pun.
benarkah begitu? lalu kenapa ada orang yg menderita insomnia? apakah itu karena perintah? kenapa ada orang terpeleset ketika berjalan? dll
brarti apakah boleh saya artikan tubuh ini bisa dibuktikan bukanlah diri karena tidak bisa diperintahkan untuk berubah sesuai keinginan kita, misal: tubuh diperintahkan tidak boleh sakit, tubuh berubahlah jadi ini, jadi itu.
tapi yang aneh, tubuh kan bisa saya perintahkan untuk tidur, jalan, ambil barang. Kenapa contoh ini tidak dimasukkan bukti bahwa tubuh ini bisa kita kendalikan?
saya denger penceramah juga kalo kotbah membuktikannya dengan contoh ini, "Tubuh bukan milik kita karena ketika tubuh sakit,kita tidak bisa perintahkan jadi sehat."
bukannya kalo dengan kemajuan ilmu kedokteran kita bisa sehat terus ya? (bukan berarti abadi lho)
kenapa penceramah tidak pakai contoh, "Tubuh ini bukan aku, bukan milikku, buktinya saya ga bisa pegang gelas."
bukannya contoh tubuh sakit itu ada karena teknologinya belum maju ya?
kita kan memang bisa kendalikan tubuh, mau makan minum tidur, belajar, ngetik...kalau tidak bisa kita kendalikan berarti kan ada kerusakan syaraf.
tapi mengapa pakai contoh sakit? sakit kan minum obat bukannya malah menyimpulkan tubuh ini bukan diri.
kalau saya sih lebih suka bilang anatta itu = tanpa inti...
atau mungkin penafsiran saya keliru ni? (kayaknya nih..ha3)
kalau ada kesalahan tolong saya dikasi tau
thanks