Topik Buddhisme > Meditasi

40 objek meditasi

(1/6) > >>

Indra:
Sepuluh Kasina

1. Kasina Tanah,
2. Kasina air,
3. Kasina Api,
4. Kasina Angin,
5. kasina Biru-kehijauan,       
6. Kasina Kuning,
7. Kasina Merah,
8. Kasina Putih,
9. Kasina Cahaya, 
10. Kasina Ruang.

Sepuluh persepsi pembusukan mayat
11. Persepsi pembengkakan   
12. Persepsi kerusakan warna   
13. Persepsi bernanah   
14. Persepsi terpecah   
15. Persepsi tercabik   
16. Persepsi berserakan   
17. Persepsi terpotong dan berserakan   
18. Persepsi ternoda darah   
19. Persepsi berulat   
20. Persepsi tulang-belulang   

Sepuluh  Perenungan (Anussati)

21. Perenungan Buddha (Buddhanussati), 
22. Perenungan Dhamma (Dhammanussati), 
23. Perenungan Sangha (Sanghanussati),
24. Perenungan Moralitas (Silanussati),
25. Perenungan kedermawanan (Caganussati),
26. Perenungan Dewata (Devanussati),
27. Perenungan kematian (Maranassati),
28. Perhatian pada jasmani dan bagian-bagiannya untuk melihat keburukan, kekotoran dan kejijikannya (Kayagatasati),
29. Perhatian pada pernafasan (Anapanasati), dan
30. Perenungan Kedamaian (Upasamanussati)

Empat Alam Brahma (Brahmavihara)

31. Cinta kasih (Metta)
32. Belas kasihan (Karuna)
33. Kegembiraan altruistik (Mudita)
34. Keseimbangan (Upekkha)

Empat jhana tanpa bentuk (Arupa-jhana)

35. Ruang tanpa batas,
36. Kesadaran tanpa batas,
37. Kekosongan,
38. Bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

39. Perenungan kejijikan terhadap makanan

40. Perenungan empat unsur.

NB: penjelasan untuk masing2 objek di atas akan saya tambahkan satu demi satu kelak kapan2.

Indra:
BAGIAN PERTAMA

1. KASINA TANAH

T. Apakah kasiṇa tanah ? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utamanya? Apakah fungsinya? Apakah penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Apakah arti kasiṇa? Ada berapa jenis tanah? Apakah gambaran tanah? Bagaimana membuat maṇḍala? Apakah metode meditasi pada kasiṇa tanah?

Kasiṇa tanah, praktiknya, karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsung

J. Pikiran yang dihasilkan dengan mengandalkan gambaran tanah – ini disebut kasiṇa tanah. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Kegembiraan dalam keadaan terhubung dengan gambaran tanah adalah karakteristik utamanya. Tidak-melepaskan adalah fungsinya. Pikiran yang tidak membeda-bedakan adalah penyebab langsungnya.

Manfaat

Apakah manfaatnya ? Ada dua belas, yaitu, gambarannya mudah diperoleh melalui meditasi pada kasiṇa tanah; di setiap waktu dan dalam semua tindakan, aktivitas bathin tidak terhalangi; memperoleh kekuatan supernormal, seseorang dapat berjalan di atas air seperti berjalan di atas tanah dan dapat bergerak bebas di angkasa; ia memperoleh berbagai macam kekuatan supernormal, pengetahuan akan kehidupan lampau, telinga dewa dan pengetahuan duniawi yang lebih tinggi; ia memperoleh kemakmuran dan mendekati perbatasan surgawi.

Arti kasiṇa

T. Apakah arti kasiṇa?

J. Peresapan – ini disebut kasiṇa. Bahkan Sang Buddha mengajarkannya dalam syair:-

      “Ketika seseorang mengingat
         nilai dari ’mereka yang sadar’,
      Kegembiraan yang bersumber di dalam dirinya
         Membanjiri seluruh tubuhnya.
      Maka, ketika dengan memancarkan pikiran-tanah
         Pulau Jambu terliputi,
      Kondisi tanah-ciptaan bagaikan
         Tubuh yang diliputi kebahagiaan”.

Dengan bermeditasi demikian seseorang menyebabkan maṇḍala ini tersedia dimana-mana

Jenis-jenis tanah

T. Ada berapa jenis tanah? Mengambil tanah yang manakah sebagai gambaran untuk latihan seseorang?

J. Ada dua jenis tanah . 1. Tanah alami. 2. Tanah yang dipersiapkan. Kepadatan adalah sifat dari tanah alami. Ini disebut tanah alami. Apa yang dibuat dari tanah yang digali oleh diri sendiri atau oleh orang lain disebut tanah yang dipersiapkan. Tanah ada empat warna, yaitu, putih, hitam , merah dan warna fajar. Di sini, seorang yogi tidak boleh menambah apapun pada tanah alami. Ia harus mengeluarkan putih, hitam dan merah. Mengapa? Ketika ia bermeditasi pada tanah yang berwarna-warna ini, ia tidak akan mendapatkan gambaran bathin. Dengan berdiam dalam warna putih, hitam atau merah, ia melatih kasiṇa warna. Mengapa? Jika seorang yogi bermeditasi pada tanah alami atau tanah yang dipersiapkan, ia akan memperoleh gambaran (bathin). Jika tanah ini berwarna fajar, ia harus mengambil gambaran tersebut.

Tanah yang tidak dipersiapkan

T. Apakah gambaran tanah yang tidak dipersiapkan?

J. Tanah datar yang bebas dari semak belukar, bebas dari akar-akar pohon atau rumput, dalam jarak pandang dan yang membangkitkan aktivitas bathin yang stabil – ini adalah persepsi tanah. Ini disebut tanah yang tidak dipersiapkan.

Seorang yogi yang berlatih mendapatkan gambaran-bathin tanah menuruti cara yang sulit atau mudah, dan berdiam tanpa jatuh. Seorang pemula dalam meditasi, jhāna pertama menggunakan tanah yang dipersiapkan dan membuat maṇḍala. Ia sebaiknya tidak bermeditasi pada tanah yang tidak dipersiapkan.

Membuat maṇḍala

Jika seorang yogi ingin membuat sebuah maṇḍala di tanah, pertama-tama ia memilih suatu tempat yang tenang di vihara, atau gua, atau suatu tempat di bawah pohon, atau tempat yang sunyi, tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari, atau suatu tempat di jalan yang tidak dipakai. Di tempat-tempat demikian, sediakan tempat dengan luas kira-kira dua meter, sapu tempat itu dan bersihkan. Di tempat tersebut, dengan tanah liat berwarna fajar, siapkan tempat di tanah untuk membangkitkan gambaran. Letakkan jumlah yang secukupnya di dalam sebuah mangkuk, dengan hati-hati campur dengan air dan bersihkan dari rumput, akar dan kotoran. Dengan secarik kain, singkirkan segala kotoran yang mungkin ada di tempat yang telah disapu tersebut. Tutuplah tempat duduk dengan tirai untuk menghalangi cahaya, dan buatlah alas duduk meditasi. Buatlah sebuah lingkaran sesuai aturan, tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Lingkaran itu harus datar dan penuh dan tidak bertanda. Setelah itu, tuangkan tanah liat basah yang tidak bercampur dengan warna lain. Tanah liat tersebut harus ditutupi dan dijaga sampai kering. Ketika sudah kering, [413] harus dibingkai dengan warna lain. Boleh berukuran sebesar ayakan-beras, sebuah gong dan boleh berbentuk lingkaran, segi empat, segi tiga, atau bujur sangkar. Demikianlah seharusnya.

Menurut instruksi guru yang terkemuka, sebuah lingkaran adalah yang terbaik. Maṇḍala tersebut dapat dibuat di atas kain, di atas papan atau di dinding. Namun yang terbaik adalah di atas tanah. Ini adalah ajaran para guru masa lampau.

Metode meditasi kasiṇa tanah

T. Bagaimanakah seseorang bermeditasi pada kasiṇa tanah?

J. Seorang yogi yang ingin bermeditasi pada kasiṇa tanah pertama-tama harus merenungkan godaan keinginan-indria, dan juga harus merenungkan manfaat dari meninggalkan keduniawian.

Tekanan keinginan-indria diilustrasikan dalam dua puluh perumpamaan

T. Bagaimanakah ia merenungkan tekanan keinginan-indria?

J. Karena keinginan-indria menghasilkan sedikit kesenangan dan penderitaan yang hebat, keinginan-indria penuh dengan penderitaan . (1) Keinginan-indria diumpamakan sebagai sepotong tulang karena hanya sedikit memberikan kenikmatan; (2) keinginan-indria diumpamakan sebagai sekerat daging karena diikuti oleh banyak (penderitaan); (3) keinginan-indria diumpamakan sebagai obor (yang terbakar) yang dibawa menentang arah angin karena dapat membakar; (4) keinginan-indria diumpamakan sebagai celah berisi bara api yang menyala karena panasnya meskipun kecil (?); (5) keinginan-indria diumpamakan sebagai mimpi karena lenyap dengan segera; (6) keinginan-indria diumpamakan sebagai barang pinjaman karena tidak dapat dinikmati untuk waktu yang lama; (7) keinginan-indria diumpamakan sebagai sebatang pohon buah karena ditebang oleh orang lain; (8) keinginan-indria diumpamakan sebagai pedang karena dapat memotong; (9) keinginan-indria diumpamakan sebagai tombak karena dapat menusuk; (10) keinginan-indria diumpamakan sebagai kepala ular berbisa karena menakutkan ; (11) keinginan-indria diumpamakan sebagai segumpal kapas yang tertiup angin karena tidak mampu bertahan melawan tiupan angin; (12) keinginan-indria diumpamakan sebagai khayalan karena membingungkan si dungu; (13) keinginan-indria diumpamakan sebagai kegelapan karena membutakan; (14) keinginan-indria diumpamakan sebagai halangan karena merintangi jalan kebaikan; (15) keinginan-indria diumpamakan sebagai kedunguan karena menyebabkan hilangnya Perhatian Benar; (16) keinginan-indria diumpamakan sebagai kematangan karena akan segera menjadi busuk; (17) keinginan-indria diumpamakan sebagai belenggu karena mengikat; (18) keinginan-indria diumpamakan sebagai (pencuri) karena merampok nilai kebajikan; (19) keinginan-indria diumpamakan sebagai rumah kebencian karena memancing pertengkaran; (20) keinginan-indria diumpamakan sebagai sarang-kesakitan karena menimbulkan ujian yang tidak terhingga. Setelah merenungkan tekanan keinginan-indria, dengan cara ini, ia harus merenungkan manfaat-manfaat dari meninggalkan keduniawian.

Meninggalkan keduniawian dan manfaatnya

Meninggalkan keduniawian. Yaitu, praktik yang baik, seperti pada meditasi, jhāna pertama, sejak saat seseorang mengundurkan diri dari keduniawian – ini dinamakan meninggalkan keduniawian.

T. Apakah manfaat-manfaat dari meninggalkan keduniawian? J. keberpisahan dari rintangan-rintangan ; berdiam dalam kebebasan; kegembiraan dalam kesunyian; berdiam dalam kebahagiaan dan perhatian dan kemampuan menahankan penderitaan; penyempurnaan banyak kebaikan dan pencapaian landasan dari buah mulia; membantu dua tempat  melalui penerimaan persembahan. (Meninggalkan keduniawian) ini adalah kebijaksanaan yang dalam. Ini adalah yang terbaik dari semua tempat perhentian. Ini disebut ‘melampaui tiga dunia’.

Kemudian, apa yang disebut meninggalkan keduniawian adalah meninggalkan keinginan-indria. Ini adalah kesunyian. Ini adalah kebebasan dari semua rintangan. Ini adalah kebahagiaan. Ini adalah tidak adanya kekotoran. Ini adalah jalan yang luar biasa mulia. Ini mencuci kekotoran bathin. Melalui praktik ini, jasa dikumpulkan. Melalui praktik ini ketenangan di dalam dimenangkan.

Keinginan-indria adalah kasar; meninggalkan keduniawian adalah halus. Keinginan-indria adalah mengotori; meninggalkan keduniawian adalah tidak-mengotori; keinginan-indria adalah rendah; meninggalkan keduniawian adalah mulia; keinginan-indria berhubungan dengan kebencian; meninggalkan keduniawian adalah tidak berhubungan dengan kebencian. Keinginan-indria tidak bersahabat dengan buah; meninggalkan keduniawian adalah sahabat dari buah. Keinginan-indria diliputi oleh ketakutan; meninggalkan keduniawian adalah tanpa ketakutan.

Metode mempraktikkan kasiṇa tanah

Setelah dengan cara ini merenungkan tekanan  keinginan-indria dan manfaat dari meninggalkan keduniawian, seseorang mencapai kebahagiaan melalui meninggalkan keduniawian. Ia membangkitkan keyakinan dan penghormatan, dan bermeditasi pada yang tidak dipersiapkan atau yang dipersiapkan. Dengan makan secukupnya, ia melaksanakan peraturan sehubungan dengan mangkuk dan jubah, dengan baik. Baik secara jasmani maupun secara bathin ia tidak lengah, dan menerima sedikit.

Setelah makan secukupnya, ia mencuci tangan dan kaki, dan duduk bermeditasi pada Penerangan Sempurna  Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Melalui perbuatan-perbuatan baik dan melalui perenungan-perenungan ini, ia menjadi bahagia dan berpikir: “Sekarang adalah mungkin bagiku untuk memperoleh kesempurnaan. Jika aku tidak meninggalkan keduniawian, akan lama sekali sebelum aku mencapai kedamaian. Oleh karena itu, aku harus berusaha dengan tekun”. Dan membawa alas duduknya ke tempat yang tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat dari maṇḍala, yaitu, kira-kira setengah panjang bajak atau dua meter (dari maṇḍala), ia duduk bersila menghadap maṇḍala, menegakkan tubuhnya dan membangkitkan perhatian dari dalam dirinya, dengan mata terpejam.

Setelah beberapa saat, ia mampu mengeluarkan semua gangguan jasmani dan bathinnya, mengumpulkan pikirannya dan menyatukan bathinnya. Kemudian membuka matanya dengan tidak terlalu lebar juga tidak terlalu terpejam, ia harus menatap dengan kokoh ke arah maṇḍala.

Tiga cara menangkap gambaran

Seorang yogi bermeditasi pada bentuk maṇḍala dan menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan kokoh, keterampilan dan menetralisir gangguan.

T. Bagaimanakah melalui tatapan kokoh?

J. Ketika si yogi berdiam di dalam maṇḍala, ia tidak boleh membuka matanya terlalu lebar juga tidak boleh memejamkan matanya rapat-rapat. Demikianlah ia harus memandangnya. Jika ia membuka matanya terlalu lebar, matanya akan menjadi lelah, ia tidak akan dapat mengetahui sifat sejati dari maṇḍala, dan gambaran bathin tidak akan muncul. Jika ia menghadap maṇḍala dengan mata terpejam rapat, ia tidak akan melihat gambaran karena gelap, dan kelengahan akan muncul. Oleh karena itu, ia harus menghindari membuka mata lebar-lebar dan memejamkan mata rapat-rapat. Ia harus berdiam dengan sungguh-sungguh di dalam maṇḍala. Demikianlah si yogi harus berdiam (di dalam maṇḍala) untuk mendapatkan keterpusatan pikiran. Seperti halnya seseorang yang melihat wajahnya sendiri di dalam sebuah cermin karena cermin itu, yaitu, karena wajah itu dipantulkan oleh cermin, demikian pula si yogi yang berdiam dalam maṇḍala melihat gambaran konsentrasi yang muncul, karena maṇḍala. Demikianlah ia menangkap gambaran dengan memusatkan pikirannya melalui tatapan kokoh. Demikianlah seseorang menangkap gambaran melalui tatapan kokoh.

T. Bagaimanakah melalui keterampilan?

J. Yaitu, melalui empat cara. Pertama adalah menyingkirkan segala kekurangan internal; yang kedua adalah memandang maṇḍala secara persegi; yang ketiga adalah memunculkan sebagian atau setengah dari maṇḍala; (keempat) ketika pikirannya kacau dan menjadi lengah, ia harus berusaha seperti seorang pengrajin tembikar di roda tembikar  dan, saat pikirannya mencapai kekokohan, ia harus menatap maṇḍala, dan membiarkannya meliputi seluruh (pikirannya) dan tanpa kesalahan merenungkan ketenangan (?). demikianlah keterampilan dipahami.

T. Bagaimanakah, melalui menetralisir gangguan?

J. Ada empat jenis gangguan: pertama adalah usaha yang terlalu cepat; kedua adalah usaha yang terlalu lamban; ketiga adalah kegirangan; keempat adalah tekanan.

T. Apakah usaha yang terlalu cepat?

J. Yaitu latihan yang tergesa-gesa. Si yogi tidak sabar. Ia duduk (bermeditasi) di pagi hari. Malam harinya ia mengurangi (usahanya), karena keletihan tubuh. Ini disebut melakukan dengan tergesa-gesa.

T. Apakah usaha yang terlalu lamban?

J. Yaitu, meninggalkan meditasi. Walaupun si yogi melihat maṇḍala, ia tidak berdiam dalam penghormatan. Ia sering bangkit. Ia sering berbaring.

Ketika seorang yogi berusaha terlalu keras, tubuhnya menjadi letih dan pikirannya merosot. Atau, pikirannya mengembara dan kehilangan arah dalam berbagai macam pikiran. Ketika ia berusaha terlalu lamban, tubuh dan pikirannya menjadi tumpul dan malas dan rasa mengantuk menguasainya .

Kegirangan: ketika pikiran seorang yogi menjadi kendur karena kehilangan arah dalam berbagai macam pikiran, ia menjadi tidak puas dengan subyek meditasi tersebut. Jika ia, pada mulanya, tidak gembira dalam berbagai macam pikiran, pikirannya menjadi girang melalui kehendak. Atau, pikirannya menjadi girang, jika ia melakukan banyak perbuatan melalui kehendak akan keriangan dan kebahagiaan.

Tekanan: si yogi gagal karena kekacauan pikiran dan karena itu menjadi gelisah, dan tidak menyukai subyek meditasi. Jika ia tidak menyukai subyek meditasi sejak awal, ia menjadi tidak menyukai kegiatan itu dan, karenanya pikirannya menjadi letih akan permulaan dan kelangsungan pikiran, jatuh dari kemuliaan dan, karena keserakahan, menjadi tertekan.

Ketika pikiran yogi ini jatuh ke dalam kondisi kacau, dengan cepat, ia mengatasi dan meninggalkan kekacauan, dengan keterampilan perhatian dan keterampilan konsentrasi. Ketika pikirannya jatuh ke dalam kondisi lengah, ia harus mengatasi dan meninggalkan kondisi kelengahan-pikiran dengan keterampilan perhatian dan keterampilan usaha. Ketika orang yang berpikiran girang jatuh ke dalam kondisi nafsu, ia harus meninggalkan nafsu dengan segera. Ketika orang yang berpikiran tertekan jatuh ke dalam kondisi marah, ia harus meninggalkan kemarahan dengan segera. Dalam empat tempat ini seseorang menyempurnakan dan menjadikan pikirannya bergerak ke satu arah. Jika pikirannya bergerak ke satu arah, gambaran dapat dimunculkan.

Gambaran tangkapan

Ada dua jenis gambaran, yaitu, gambaran tangkapan dan gambaran-bathin. Apakah menangkap gambaran? Ketika seorang yogi, dengan pikiran yang tidak terganggu berdiam di dalam maṇḍala, ia memperoleh persepsi maṇḍala dan melihatnya seperti berada dalam ruang kosong, kadang-kadang jauh, kadang-kadang dekat, kadang-kadang di sebelah kiri, kadang-kadang di sebelah kanan, kadang-kadang besar, kadang-kadang kecil, kadang-kadang buruk, kadang-kadang indah. Kadang-kadang ia melihatnya banyak dan kadang-kadang sedikit. Ia, tanpa mengamati maṇḍala, menyebabkan gambaran tangkapan muncul melalui perenungan terampil. Ini yang disebut gambaran tangkapan.

Gambaran-bathin

Dengan mengikuti (gambaran tangkapan) berulang-ulang gambaran-bathin akan muncul. Gambaran-bathin artinya adalah: apa yang ketika seseorang merenungkan muncul bersama-sama dengan pikiran. Di sini, pikiran tidak memperoleh penyatuan melalui memandang maṇḍala, tetapi gambaran-bathin dapat terlihat dengan mata terpejam seperti sebelumnya (sewaktu menatap maṇḍala) hanya dalam pikiran. Jika ia ingin melihatnya jauh maka ia melihatnya jauh. Demikian pula jika melihatnya dekat, di sebelah kiri, di sebelah kanan, di depan, di belakang, di dalam, di luar, di atas, dan di bawah, semuanya sama. Gambaran-bathin ini muncul bersama dengan pikiran. Inilah yang disebut gambaran-bathin.

Gambaran

Apakah artinya gambaran?

Arti dari penyebab (yang mengkondisikan) adalah arti dari gambaran. Bahkan Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu: [414] “Semua kondisi kejahatan muncul bergantung pada gambaran” . Ini adalah arti dari penyebab yang mengkondisikan. Dan kemudian, disebutkan bahwa arti dari kebijaksanaan adalah arti dari gambaran. Sang Buddha menyatakan: “Dengan persepsi yang terlatih seseorang harus melepaskan” . Ini disebut kebijaksanaan. Dan kemudian, dikatakan bahwa arti dari bayangan adalah arti dari gambaran. Ini bagaikan pikiran seseorang saat melihat pantulan wajahnya. Gambaran-bathin sudah jelas.

Melindugi gambaran

Setelah mendapatkan gambaran, si yogi harus, dengan hati penuh hormat kepada gurunya, melindungi gambaran mulia tersebut. Jika ia tidak melindunginya, ia pasti, akan kehilangannya.

T. Bagaimanakah ia melindunginya?

J. Ia harus melindunginya melalui tiga jenis tindakan: melalui menghindari kejahatan, mempraktikkan yang baik dan melalui usaha terus-menerus.

Bagaimanakah seseorang menghindari kejahatan? Ia harus menghindari diri dari kesenangan bekerja, dari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dari tidur, dari banyak pertemuan, kebiasaan tidak bermoral; (ia harus menghindari diri dari) tidak menjaga indria-indria , berlebih-lebihan dalam hal makanan, tidak berlatih meditasi, jhāna, dan tidak waspada pada jaga pertama dan terakhir mala

Indra:
Meditasi-Pendahuluan

T. Apakah meditasi-pendahuluan?

J. Artinya seseorang mengikuti obyek tanpa dirintangi oleh kecenderungannya. Demikianlah ia mengatasi rintangan-rintangan. Tetapi ia tidak melatih permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan, keterpusatan pikiran dan lima kemampuan seperti keyakinan dan seterusnya. Walaupun ia memperoleh kekuatan-meditasi, berbagai macam gejala pikiran masih muncul. Ini disebut meditasi-pendahuluan.

Meditasi-kokoh, jhāna

Meditasi kokoh, jhāna, mengikuti pendahuluan. Kondisi ini mendapatkan kekuatan dari kemajuan bathin. Ini adalah kekuatan penempatan pikiran, keyakinan dan lain-lain. Kondisi ini tidak bergerak dalam obyek. Ini disebut meditasi-kokoh, jhāna.

T. Apakah perbedaan antara meditasi-pendahuluan dan meditasi-kokoh, jhāna?

J. Mengatasi lima rintangan adalah pendahuluan. Seseorang mengatasi lima ini dan dengan demikian memenuhi meditasi-kokoh, jhāna. Melalui pendahuluan seseorang mendekati keluhuran dalam meditasi, jhāna. Ketika keluhuran dicapai, itu adalah meditasi-kokoh, jhāna. Dalam meditasi-pendahuluan, bathin dan jasmani, belum mencapai ketenangan, tidak stabil bagaikan sebuah kapal di atas gelombang. Dalam meditasi-kokoh, jhāna, bathin dan jasmani telah mencapai ketenangan bagaikan sebuah kapal di atas air yang tenang. Dalam meditasi-pendahuluan, karena faktor-faktor  belum kuat, pikiran tidak berdiam lama di dalam obyek, seperti seorang anak kecil . Semua faktor-faktor3, karena kuat (dalam meditasi-kokoh, jhāna), maka seseorang berdiam di dalam obyek dengan damai dan lama, bagaikan seorang kuat4. Dalam meditasi-pendahuluan, seseorang tidak berlatih dengan lancar. Oleh karena itu yoga tidak dicapai. Hal ini seperti seorang pembaca-khotbah yang menjadi lupa karena lama  tidak (membacakannya). Dalam meditasi-kokoh, jhāna, latihan lancar, dan yoga tercapai. Hal ini seperti seorang pembaca-khotbah yang selalu berlatih, dan tidak lupa ketika membacakannya.

Jika seseorang tidak mengatasi (lima) rintangan, ia buta sehubungan dengan meditasi-pendahuluan . Ini adalah ajaran sehubungan dengan ketidak-murnian. Jika seseorang mengatasi rintangan-rintangan dengan baik, ia mendapatkan penglihatan (menjadi tidak buta).

Sehubungan dengan pencapaian meditasi-kokoh, jhāna, ini adalah ajaran kemurnian: -dari kondisi keterampilan di dalam gambaran hingga (kondisi) menghalau disebut pendahuluan. Terus-menerus menghalau rintangan disebut meditasi-kokoh, jhāna.

T. Apakah arti pendahuluan?

J. Karena mendekati meditasi, jhāna, maka disebut pendahuluan, bagaikan jalan di dekat desa disebut jalan desa. Artinya sama, meskipun sebutannya berbeda.

Apakah arti meditasi-kokoh, jhāna? Meditasi-kokoh, jhāna, artinya yoga. Meditasi kokoh, jhāna, bagaikan pikiran yang memasuki maṇḍala. Tidak ada perbedaaan dalam makna antara meninggalkan keduniawian, meditasi (jhāna) dan meditasi-kokoh (jhāna). Di sini, si yogi, yang berdiam di dalam meditasi penduhuluan, kokoh (jhāna) atau meditasi (jhāna) pertama harus meningkatkan kasiṇa.

Meningkatkan kasiṇa

T. Bagaimanakah ia meningkatkan kasiṇa?

J. Yaitu, kasiṇa yang pada awalnya berukuran empat jari, perlahan-lahan ditingkatkan. Demikianlah ia merenungkan; dan dengan keterampilan ia akan mampu meningkatkannya perlahan-lahan. Secara bertahap ia meningkatkannya menjadi berukuran sebuah roda, kanopi, bayangan sebatang pohon, sepetak sawah, sekelompok perumahan, sebuah desa, sebuah desa bertembok dan sebuah kota. Demikianlah ia mengembangkannya secara bertahap hingga ia memenuhi seluruh bumi ini. Ia tidak boleh merenungkan hal-hal seperti sungai, gunung, ketinggian, kedalaman, pohon-pohon dan gundukan, semua yang tidak rata. Meningkatkan dengan cara ini, ia akan mencapai keterampilan dalam meditasi.

Keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna.

Jika si yogi mencapai meditasi-pendahuluan tetapi tidak mampu mencapai meditasi-kokoh, jhāna, ia harus membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna, dalam dua cara: pertama, melalui penyebab; kedua, melalui “kemantapan”.

Sepuluh cara

Dengan sepuluh cara ia membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna, melalui penyebab: (1) Dengan merenungkan kebersihan landasan fisik. (2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha dari) kualitas-kualitas. (3) Dengan keterampilan dalam menangkap gambaran. (4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran. (5) Dengan menekan kelengahan. (6) Dengan (mengatasi) kemalasan pikiran. (7) Dengan menggirangkan pikiran. (8) Dengan memantapkan pikiran dan memenuhi keseimbangan. (9) Dengan keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi dan bergaul dengan para praktisi konsentrasi. (10) Dengan kesungguhan pada konsentrasi meditasi-kokoh .

(1) T. Apakah merenungkan kebersihan landasan fisik?

J. Melalui tiga jenis tindakan seseorang memenuhi kebersihan landasan fisik. Yaitu, dengan memakan makanan yang sesuai, menikmati kenyamanan cuaca yang menyenangkan dan mempraktikkan postur yang nyaman.

Perumpamaan kereta-kuda

(2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha) dari kualitas-kualitas, yaitu, keyakinan atau satu dari empat kualitas lainnya agar tidak jatuh, karena kelengahan. Ini diumpamakan sebagai laju kereta-kuda  yang cepat.

Perumpamaan benang-tinta

(3) Keterampilan dalam menangkap gambaran: indria-pikiran menangkap (gambaran) dengan baik, yaitu, tidak terlalu tergesa-gesa juga tidak terlalu lamban. Ini bagaikan seorang tukang kayu yang ahli, yang, setelah mengukur dengan baik, menarik seutas benang-tinta, melepaskannya pada saat yang tepat dan dengan demikian meninggalkan bekas berupa garis yang lurus, tidak melengkung.

(4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran: ada dua cara. Melalui dua ini, pikiran diatur: pertama, melalui usaha keras; kedua, melalui penyelidikan yang seksama terhadap lingkungan atau pikiran-pikiran yang beraneka ragam muncul, mengembara jauh ke alam yang tidak sesuai dan karena itu menjadi terganggu.

Melalui dua cara seseorang mengendalikan pikiran: ia membangkitkan usaha. Ia memakan (makanan) secukupnya setiap hari. Jika pikiran mengembara ke tempat-tempat dan obyek yang tidak sesuai, ia mengendalikan pikiran dengan cara merenungkan akibat buruk (dari perbuatan tersebut). Demikianlah ia mengatasinya dalam dua cara: melalui penyelidikan atas berbagai penderitaan dan melalui akibat dari perbuatan jahat.

(5) (6) dan (7). Dengan menekan kelengahan: Melalui dua cara kelengahan pikiran dipenuhi. Melalui ketidak-mahiran dalam konsentrasi dan melalui kemalasan pikiran. Jika terdapat banyak kelengahan, pikiran menjadi lamban dan tumpul. Ini berarti bahwa, jika si yogi tidak memperoleh kemahiran dalam konsentrasi, pikirannya terjerumus dalam kelengahan karena kemalasan pikiran. Melalui dua cara seseorang harus menekannya. Yaitu, melalui perenungan kebaikan dan melalui peningkatan usaha. Ia harus menekan kelengahan ketumpulan dan kemalasan pikiran dalam empat cara:- jika ia adalah orang yang rakus, ia merenungkan (cacat dari) kelengahan dan melatih empat pengendalian. Memusatkan pikirannya pada gambaran kecerahan, ia menetap di tempat yang basah atau lembab, membuat pikirannya gembira dan melepaskan kemelekatan. Melalui tiga cara kemalasan pikiran terjadi: melalui kurangnya kemahiran, melalui ketumpulan kecerdasan, tidak mendapatkan kenyamanan dalam kesunyian. Jika pikiran seorang yogi malas, ia membuatnya aktif dalam dua cara berikut: melalui ketakutan dan melalui kegembiraan.

Jika ia merenungkan kelahiran, usia tua, kematian dan empat alam sengsara, karena takut, cemas dan penderitaan bathin muncul dalam pikirannya . Jika ia melatih perenungan terhadap Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, moralitas, kedermawanan dan Dewata, ia melihat kebaikan dari obyek-obyek ini dan menjadi gembira.

(8) dengan pikiran yang menjadi kokoh dan memenuhi keseimbangan: melalui dua tindakan (pikiran) memenuhi meditasi-pendahuluan: dengan menghancurkan rintangan-rintangan, pikiran memenuhi keterpusatan. Atau, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) pada (kasiṇa) tanah yang telah dipersiapkan, pikiran mencapai keterpusatan.

Setelah si yogi mencapai ketenangan, ada dua kondisi yang harus ditinggalkan: yang menyebabkan kelengahan dan yang menyebabkan mundurnya kemahiran.

(9) Keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi artinya adalah orang yang belum mencapai meditasi-kokoh, meditasi-pendahuluan atau meditasi pengendalian, dan ia yang tidak melatih diri dalam hal-hal ini sebaiknya tidak dilayani. Pergaulan dengan para praktisi meditasi artinya bahwa jika seseorang telah mencapai meditasi-kokoh, jhāna, ia harus diikuti, darinya seseorang harus belajar. Ia adalah orang yang harus dilayani.

(10) Dengan kesungguhan pada meditasi-kokoh, jhāna, artinya bahwa si yogi selalu menghormati, menikmati (meditasi) dan banyak berlatih (menghormatinya) sebagai kedalaman yang terdalam, sebagai mata air dan sebagai tunas tumbuhan.

Dengan mempraktikkan sepuluh ini, meditasi-kokoh, jhāna, dicapai.

T. Bagaimanakah (si yogi) menghasilkan kemahiran dalam meditasi-kokoh, jhāna, dengan baik melalui kemantapan?

J. Yogi tersebut, setelah memahami penyebab (yang mendukung konsentrasi), memasuki  kesunyian. Dengan gambaran konsentrasi yang telah ia latih, ia mengarahkan, dalam pikirannya, menginginkan kenyamanan, dengan kemahiran. Melalui kondisi ini, pikirannya memperoleh kemantapan. Melalui munculnya kegembiraan, pikiran memperoleh kemantapan. [415] Melalui munculnya kenyamanan-jasmani, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui munculnya kecerahan, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui munculnya keamanan, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui ketenangan ini, pikiran memperoleh kemantapan. Dengan mengamati dengan baik, pikiran mencapai keseimbangan dan memperoleh kemantapan. Dengan alasan kebebasan, pikiran menyempurnakan satu-fungsi-dari-Ajaran  dan berlatih. Oleh karena itu, berkat keluhuran ini, pikiran mengalami peningkatan. Demikianlah dengan kemantapan, si yogi menyebabkan munculnya kemahiran dalam meditasi-kokoh, jhāna. Memahami penyebab dan kemantapan dengan baik, dengan cara ini, dalam waktu tidak lama, akan menghasilkan konsentrasi.

Meditasi, Jhāna, pertama

Si yogi, setelah memisahkan dirinya dari nafsu, setelah memisahkan dirinya dari kondisi-kondisi jahat, mencapai meditasi, jhāna, pertama yang disertai dengan permulaan dan kelangsungan pikiran, yang berasal dari kesunyian, dan penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan . Ini adalah manfaat dari kasiṇa tanah.

Tiga jenis keberpisahan dengan nafsu dan kondisi jahat

Sekarang, ada tiga jenis keberpisahan dengan nafsu, yaitu, dari jasmani, dari pikiran dan dari kekotoran-kekotoran .

T. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) jasmani?

J. (Seseorang) memisahkan dirinya dari keinginan, pergi ke bukit atau tanah yang tidak terpakai dan menetap di sana. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) pikiran? Dengan bathin yang murni seseorang mencapai kondisi kemahiran. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) kekotoran-kekotoran? Seseorang terputus dari keluarga, kelahiran dan kematian.

Dan selanjutnya, ada lima jenis keberpisahan, yaitu, keberpisahan-penindasan, keberpisahan-bagian, keberpisahan-pelenyapan, keberpisahan-ketenangan, keberpisahan-pembebasan. Apakah keberpisahan-penindasan? Yaitu, praktik meditasi,  jhāna, pertama, dan penindasan lima rintangan. Apakah keberpisahan-bagian? Yaitu, praktik konsentrasi-penembusan dan penindasan pandangan-pandangan. Apakah keberpisahan-pelenyapan? Yaitu, praktik Jalan Lokuttara dan memotong banyak kekotoran. Apakah keberpisahan-ketenangan? Yaitu, kegembiraan pada saat seseorang mencapai Buah (Mulia). Apakah keberpisahan-pembebasan? Yaitu, Nibbāna .

Dua jenis nafsu

Ada dua jenis nafsu: pertama adalah nafsu terhadap benda-benda; kedua adalah nafsu terhadap kesenangan. Nafsu terhadap istana-istana surgawi dan bentuk-bentuk, bau-bauan, rasa kecapan dan sentuhan yang disukai oleh orang disebut nafsu terhadap benda-benda. Seseorang melekat pada nafsu ini dan melayanninya . Keberpisahan dengan nafsu-nafsu ini melalui pikiran dan melalui penindasan – ini adalah kesunyian, ini adalah meninggalkan keduniawian, ini adalah kebebasan, ini adalah tidak bergaul, ini disebut keberpisahan dengan nafsu.

Akar kejahatan

T. Apakah keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat

J. Yaitu, ada tiga jenis akar kejahatan: pertama adalah nafsu, kedua adalah kebencian dan ketiga adalah kebodohan . Perasaan, persepsi, bentukan-bentukan dan kesadaran yang berhubungan dengan hal-hal ini dan tindakan jasmani, ucapan dan pikiran (yang berhubungan dengan hal-hal ini) disebut kondisi-kondisi jahat.

Menurut tradisi lain. Ada tiga jenis kejahatan: pertama adalah alami; kedua adalah hubungan; ketiga adalah dihasilkan oleh sebab. Tiga akar kejahatan disebut alami. Perasaan, persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran yang berhubungan dengan hal-hal ini disebut hubungan, tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang dihasilkan disebut dihasilkan oleh sebab. Keberpisahan dengan tiga kondisi kejahatan ini disebut meninggalkan keduniawian, kebebasan, tidak berhubungan. Ini disebut keberpisahan dengan kondisi-kondisi kejahatan. Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu artinya adalah keberpisahan dengan rintangan nafsu. Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah keberpisahan dengan rintangan-rintangan lainnya .

Alasan untuk memperlakukan nafsu dan kejahatan secara terpisah

T. Karena keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan dan nafsu sebagai suatu kondisi jahat juga termasuk di dalamnya, mengapa keberpisahan dengan nafsu diajarkan secara terpisah?

J. Nafsu ditaklukkan melalui kebebasan. Ajaran setiap Buddha dapat melenyapkan kekotoran dengan baik. “Keberpisahan dengan nafsu adalah meninggalkan keduniawian.”  Ini adalah ajaran Sang Buddha. Ini bagaikan pencapaian meditasi, jhāna, pertama. Pikiran yang berhubungan dengan persepsi nafsu berperan dalam kemunduran.

Dengan demikian nafsu berhubungan dengan kekotoran. Dengan membuyarkan nafsu, semua kekotoran menjadi buyar. Oleh karena itu, secara terpisah, keberpisahan dengan nafsu diajarkan.

Selanjutnya, berikut ini adalah keberpisahan dengan nafsu: setelah mencapai kebebasan, seseorang menyempurnakan keberpisahan dengan nafsu.

Keberpisahan dengan kondisi jahat

Keberpisahan dengan kondisi jahat adalah sebagai berikut: melalui pencapaian ketidak-bencian, seseorang memenuhi keberpisahan dengan kebencian; melalui pencapaian persepsi kecerahan, ia memenuhi keberpisahan dengan ketumpulan; melalui pencapaian ketidak-kacauan, ia memenuhi keberpisahan dengan kekacauan dan kekhawatiran; melalui pencapaian ketidak-kakuan, ia memenuhi keberpisahan dengan kekakuan; melalui pencapaian meditasi-kokoh, jhāna, ia memenuhi keberpisahan dengan keragu-raguan; melalui pencapaian kebijaksanaan, ia memenuhi keberpisahan dengan kebodohan; melalui pencapaian pikiran benar, ia memenuhi keberpisahan dengan perhatian salah; melalui pencapaian kebahagiaan, ia memenuhi keberpisahan dengan ketidak-bahagiaan; melalui pencapaian kebahagiaan ganda, ia memenuhi keberpisahan dengan penderitaan; melalui pencapaian semua kondisi baik, ia berpisah dengan semua kejahatan. Ini seperti yang diajarkan di dalam Tipiñaka sebagai berikut: “Ia penuh dengan keadaan-tanpa-nafsu, oleh karena itu ia memenuhi keberpisahan dengan nafsu. Ia penuh dengan ketidak-bencian dan ketidak-bodohan, oleh karena itu ia memenuhi keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat” .

Perbedaan antara nafsu dan kejahatan

Kemudian, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai kebebasan jasmani, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai kebebasan bathin.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran sensual, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran benci dan membahayakan.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai menjauhkan diri dari kenikmatan-indria, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai menjauhkan diri dari kelengahan melalui kesenangan jasmani.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai melepaskan enam kenikmatan indria dan kesenangan di dalamnya. Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran benci dan membahayakan, kekhawatiran dan penderitaan. Juga diajarkan sebagai (1) mengurangi kenikmatan, (2) sebagai ketidak-berbedaan.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu adalah kebahagiaan sekarang karena kebebasan dari tekanan kenikmatan-indria, Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah kebahagiaan sekarang karena kebebasan dari tidak menyerah pada penderitaan.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu adalah menyeberangi banjir-indria seluruhnya, Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah melampaui semua kekotoran lainnya yang menyebabkan kelahiran kembali di (alam-alam) indria dan berbentuk.

Permulaan dan kelangsungan pikiran

Disertai dengan permulaan dan kelangsungan pikiran: Apakah permulaan pikiran? Merasakan, memikirkan, menenangkan, memeriksa dan bercita-cita yang benar, meskipun tanpa pemahaman, merupakan permulaan pikiran. Demikianlah kualitas permulaan pikiran. Karena pemenuhan permulaan pikiran terdapat permulaan pikiran dalam meditasi, jhāna, pertama. Selanjutnya, seseorang berdiam di dalam kasiṇa tanah dan merenungkan gambaran tanah tanpa terputus. Ini seperti menghafalkan khotbah.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari permulaan pikiran?

J.  …………………………………………………………………………………….

Apakah kelangsungan pikiran? Jika seseorang melatih kelangsungan pikiran, pikiran berdiam dalam ketidak-berbedaan mengikuti apa yang diselidiki oleh kelangsungan pikiran. Keadaan ini disebut kelangsungan pikiran. Dalam hubungannya dengan hal ini seseorang mencapai meditasi, jhāna, pertama. Meditasi, jhāna, pertama digabungkan dengan kelangsungan pikiran. Selanjutnya, meditator yang berdiam dalam kasiṇa tanah merenungkan banyak aspek yang terlihat oleh pikirannya ketika bekerja pada gambaran tanah. Ini adalah kelangsungan pikiran.

T.  Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kelangsungan pikiran?

J. Perenungan yang mengikuti penyelidikan adalah karakteristik utamanya. Mencerahkan pikiran – ini adalah fungsinya. Penglihatan yang mengikuti permulaan pikiran -  ini adalah penyebab langsungnya.

Indra:
Membedakan Permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran

T. Apakah perbedaan antara permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran?

Perumpamaan lonceng, dan lain-lain

A. ini diumpamakan bagaikan memukul lonceng. Bunyi pertama adalah permulaan pikiran. Gaungnya yang mengikuti merupakan kelangsungan pikiran. Kemudian, diumpamakan sebagai hubungan pikiran dengan obyeknya. Pada awalnya adalah permulaan pikiran; selebihnya adalah kelangsungan pikiran. Dan kemudian, ingin bermeditasi, jhāna, adalah permulaan pikiran; mempertahankannya adalah kelangsungan pikiran. Selanjutnya, mengingat adalah permulaan pikiran; berdiam dalam perenungan adalah kelangsungan pikiran. Dan kemudian, keadaan pikiran yang kasar adalah permulaan pikiran dan keadaan pikiran yng halus adalah kelangsungan pikiran. Di mana ada permulaan pikiran, di sana ada kelangsungan pikiran, tetapi di mana ada kelangsungan pikiran, di sana mungkin ada dan mungkin tidak ada permulaan pikiran. Diajarkan dalam Tipiñaka sebagai berikut: “Pikiran yang mulai berdiam dalam apapun adalah permulaan pikiran. Jika setelah mendapatkan permulaan pikiran, pikiran masih belum terpusat, itu adalah kelangsungan pikiran” . Melihat seseorang datang dari jauh, tanpa mengetahui apakah ia laki-laki atau perempuan dan untuk membedakan bentuk laki-laki atau perempuan adalah permulaan pikiran. Setelah itu, merenungkan apakah ia adalah orang yang baik atau tidak, apakah kaya atau miskin, mulia atau hina, adalah kelangsungan pikiran. Permulaan pikiran memerlukan (suatu benda), menariknya dan mendekatinya . Kelangsungan pikiran mempertahankannya, menggenggamnya, mengikutinya, mengejarnya.

Perumpamaan burung dan lain-lain

Bagaikan seekor burung yang terbang dari sebuah bukit mengepakkan sayapnya, ini adalah permulaan pikiran dan gerakan melayang (dari burung tersebut di angkasa) adalah kelangsungan pikiran. Pertama kali merentangkan (sayap) adalah permulaan pikiran. (Sayap) yang terentang terus-menerus dalam waktu yang lama adalah kelangsungan pikiran . Dengan permulaan pikiran seseorang melindungi; dengan kelangsungan pikiran seseorang mencari; dengan permulaan pikiran seseorang merenungkan; dengan kelangsungan pikiran seseorang meneruskan perenungan. Orang yang berjalan dalam permulaan pikiran tidak memikirkan hal-hal buruk. Orang yang berjalan dalam kelangsungan pikiran mengarah kepada meditasi.

Kelangsungan pikiran adalah bagaikan seseorang yang mampu, sambil menghafalkan khotbah, juga memahami artinya. Permulaan pikiran adalah bagaikan seseorang yang melihat apa yang ingin ia lihat dan setelah melihat, ia memahaminya dengan baik. Kemahiran dalam pengetahuan tentang asal usul kata dan dialektika adalah permulaan pikiran; kemahiran dalam hal teori dan praktik adalah kelangsungan pikiran . Menilai perbedaan adalah permulaan pikiran; memahami perbedaan adalah kelangsungan pikiran. Demikianlah perbedaan antara permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran.

Kesunyian

Lahir dari kesunyian. Disebut kesunyian karena keberpisahan dengan lima rintangan. Ini dinamakan kesunyian. Kemudian, ini adalah kualitas-kebajikan dari alam berbentuk. Selanjutnya, ini diajarkan sebagai pendahulan dari meditasi, jhāna, pertama. Kemudian lagi, ini diajarkan sebagai pikiran-meditasi. Apa yang dihasilkan dari ini disebut kesunyian, bagaikan bunga yang tumbuh di atas daratan disebut bunga-daratan dan bunga yang tumbuh di air disebut bunga-air.

Kegembiraan dan kebahagiaan

Kegembiraan dan kebahagiaan. Pikiran saat ini menjadi sangat gembira dan nyaman. bathin diliputi oleh kesejukan. Ini disebut kegembiraan.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kegembiraan dan ada berapa jenis kegembiraan?

J. Kegembiraan: diliputi kegembiraan adalah karakteristik utamanya; menggembirakan adalah fungsinya; mengatasi gangguan bathin adalah manifestasinya; keriangan adalah penyebab langsungnya.

Ada berapa jenis kegembiraan? Ada enam jenis kegembiraan: satu yang berasal dari nafsu; satu, dari keyakinan; satu, dari ketidak-kakuan; satu dari kesunyian; satu, dari konsentrasi dan satu, dari faktor-faktor penerangan sempurna.

Yang manakah, dari nafsu? Kegembiraan nafsu dan kegembiraan yang berhubungan dengan kekotoran disebut kegembiraan yang berasal dari nafsu.

Yang manakah, dari keyakinan? Kegembiraan seseorang yang berkeyakinan kuat dan kegembiraan yang dihasilkan saat melihat pengrajin tembikar .

Yang manakah, dari ketidak-kakuan? [416] Kegembiraan dari orang yang baik dan berhati murni.

Yang manakah, dari kesunyian? Kegembiraan dari individu yang memasuki meditasi,  jhāna, pertama .

Yang manakah, dari konsentrasi? Kegembiraan dari individu yang memasuki meditasi,  jhāna, kedua .

Yang manakah, dari faktor-faktor penerangan sempurna? Kegembiraan yang mengikuti jejak Jalan Lokuttara dalam meditasi, jhāna, kedua.

Lima jenis kegembiraan

Selanjutnya, diajarkan bahwa ada lima jenis kegembiraan, yaitu, gemetar, kegembiraan sesaat, kegembiraan mengalir, kegembiraan cepat berlalu, kegembiraan yang meliputi semuanya .

Gemetar adalah bagaikan berdirinya bulu badan karena basah oleh hujan gerimis. Kegembiraan sesaat muncul tiba-tiba dan berlalu tiba-tiba. Seperti hujan meteor di malam hari. Kegembiraan mengalir bagaikan minyak yang mengalir melintasi tubuh tanpa menyebar. Kegembiraan cepat berlalu adalah kegembiraan yang menyebar dalam pikiran dan lenyap tak lama kemudian. Seperti gudang penyimpanan si orang miskin. Kegembiraan yang meliputi semuanya menyerap ke seluruh tubuh, terus-menerus. Bagaikan awan yang dipenuhi air hujan. Demikianlah gemetar dan kegembiraan sesaat menyebabkan munculnya pendahuluan melalui keyakinan. Kegembiraan mengalir yang menguat menyebabkan munculnya pendahuluan. Kegembiraan cepat berlalu yang berdiam di dalam maṇḍala menyebabkan munculnya baik dan buruk, dan bergantung pada keterampilan. Kegembiraan yang meliputi semuanya dihasilkan dalam keadaan meditasi kokoh.

Kebahagiaan

T. Apakah kebahagiaan?

J. Hubungan dengan yang menyenangkan dan memberikan-kenyamanan adalah kebahagiaan.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kebahagiaan? Ada berapa jenis kebahagiaan? Apakah perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan? J. fungsinya adalah juga karakteristik utamanya. Ketergantungan pada obyek yang menyenangkan – ini adalah fungsi yang menyenangkan. Ajakan kedamaian adalah manifestasinya. Ketenangan adalah penyebab langsungnya.

Lima jenis kebahagiaan

Ada berapa jenis kebahagiaan? Ada lima jenis kebahagiaan, yaitu, kebahagiaan yang disebabkan, kebahagiaan mendasar, kebahagiaan dari kesunyian, kebahagiaan dari ketidak-kotoran, kebahagiaan perasaan.

Apakah yang disebut kebahagiaan yang disebabkan? Menurut ajaran Buddha: “Kebahagiaan dari moralitas bertahan lama”. Ini disebut kebahagiaan yang disebabkan. Ini adalah kebajikan dari kebahagiaan. Berikut ini adalah kebahagiaan mendasar menurut ajaran Buddha: “Yang mencapai Penerangan Sempurna menghasilkan kebahagiaan duniawi” . Kebahagiaan dari kesunyian adalah pengembangan konsenstrasi-ketidak-berbedaan dan rusaknya meditasi, jhāna. Kebahagiaan dari ketidak-kotoran menurut ajaran Buddha adalah “Nibbāna tertinggi” . Kebahagiaan kediaman pada umumnya disebut kebahagiaan kediaman. Menurut naskah ini, kebahagiaan kediamaan boleh dinikmati .

Perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan

Apakah perbedaan antara kebahagiaan dan kegembiraan? Keriangan adalah kegembiraan, kenyamanan bathin adalah kebahagiaan. Ketenangan bathin adalah kebahagiaan. Konsentrasi pikiran adalah kegembiraan. Kegembiraan adalah kasar; kebahagiaan adalah halus. Kegembiraan adalah milik kelompok-bentuk; kebahagiaan adalah milik kelompok-perasaan. Di mana ada kegembiraan, di sana ada kebahagiaan, tetapi di mana ada kebahagiaan, di sana mungkin ada atau mungkin tidak ada kegembiraan.

Meditasi (Jhāna) pertama

Yang pertama adalah landasan untuk mencapai yang kedua. Setelah menyempurnakan pendahuluan, seseorang memasuki meditasi, jhāna, pertama. Faktor-faktor meditasinya adalah permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan dan keterpusatan pikiran.

Apakah meditasi, jhāna? Yaitu meditasi kesetaraan pada sebuah obyek, yaitu mencabut lima rintangan. Yaitu bermeditasi dan mengatasi.

Memasuki meditasi,  jhāna, pertama dan mencapai kemantapan: setelah mencapai, setelah menyentuh, setelah membuktikan, ia berdiam.

Dan kemudian, demikianlah keberpisahan dengan nafsu dan kondisi-kondisi jahat: meditasi, jhāna, pertama disebut karakteristik istimewa dari keberpisahan dengan dunia indria. Meditasi, jhāna, kedua memiliki karakteristik istimewa keberpisahan dengan permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran. Dalam kesunyian ada kegembiraan dan kebahagiaan; oleh karena itu kegembiraan dan kebahagiaan disebut karakteristik istimewa dari kesunyian .

Dan kemudian, demikianlah keberpisahan dengan nafsu dan kondisi-kondisi jahat: ini adalah melenyapkan dengan baik, mengatasi dengan baik.

Dengan permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran: ini dikatakan karakteristik dari meditasi, jhāna (pertama).

Kegembiraan dan kebahagiaan terlahir dari kesunyian: kondisi ini menyerupai meditasi.

Mencapai kemantapan dan berdiam: seseorang mencapai meditasi, jhāna, pertama berpisah dengan lima faktor, memenuhi lima faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karaktreristik , dan menyempurnakan dua puluh lima kebajikan. Dengan kebajikan ini seseorang dapat memperoleh kelahiran kembali di alam Brahma atau alam dewa .

Lima rintangan

Keberpisahan dengan lima faktor: ini adalah keberpisahan dari lima rintangan. Apakah lima itu? Keinginan-indria, kebencian, kekakuan dan kelambanan, kekacauan dan kegelisahan, keragu-raguan .

Keinginan-indria: (ini merujuk pada) bathin yang dikotori oleh debu nafsu. Kebencian: ini adalah praktik dari sepuluh kekotoran. Kekakuan: ini adalah kelengahan pikiran. Kelambanan: ini adalah keinginan untuk tidur karena keletihan tubuh. Ada tiga jenis kelambanan: pertama, karena makanan; kedua, karena waktu; ketiga, karena pikiran. Jika, karena pikiran, seseorang dapat mengatasinya melalui meditasi. Jika karena makanan dan waktu seperti yang terjadi para para Arahat, karena tidak berasal dari pikiran, maka itu bukanlah rintangan. Jika berasal dari makanan dan waktu, seseorang memotongnya dengan usaha seperti yang diajarkan oleh Yang Mulia Anuruddha: “Sejak pertama aku menghancurkan kekotoran selama lima puluh lima tahun, aku belum pernah tidur yang berasal dari pikiran. Dan selama rentang waktu lima puluh lima tahun, aku telah melenyapkan tidur yang berasal dari makanan dan waktu” .

T. Jika kelambanan adalah kondisi jasmani, bagaimanakah hal tersebut menjadi kekotoran bathin? J. Jasmani dihasilkan hanya oleh kekotoran bathin. Seperti seseorang yang meminum anggur dan memakan makanan. Demikianlah penjelasannya.

T. Jika kelambanan adalah kondisi jasmani dan kekakuan adalah sifat dari bathin, bagaimanakah dua kondisi ini menjadi satu rintangan? J. Kedua kondisi ini memiliki satu obyek dan satu fungsi. Inilah yang disebut kelambanan dan kekakuan menjadi satu. Kekacauan adalah ketidak-tenangan pikiran; kegelisahan adalah ketidak-stabilan pikiran; karakteristik dari hal-hal ini adalah sama. Oleh karena itu, kedua ini menjadi satu rintangan, keragu-raguan adalah kemelekatan pikiran terhadap berbagai obyek. Ada empat jenis keragu-raguan: yang pertama adalah rintangan terhadap ketenangan , kedua, terhadap pandangan terang , ketiga, terhadap kedua hal tersebut, dan keempat, terhadap hal-hal diluar ajaran.

Di sini, apakah ketenangan dicapai dengan mengakhiri keragu-raguan ini, atau apakah mungkin atau tidak mungkin mencapai ketenangan selagi masih memiliki keragu-raguan ini atau keragu-raguan sehubungan dengan diri? Jika seseorang memiliki keragu-raguan demikian, maka ini disebut rintangan terhadap ketenangan; keragu-raguan sehubungan dengan Empat Kebenaran Mulia dan tiga alam disebut rintangan terhadap Pandangan Terang; keragu-raguan terhadap Sang Buddha, Dhamma dan Sangha disebut rintangan terhadap keduanya. Keragu-raguan terhadap hal-hal seperti negara, kota, desa, jalan, nama seorang laki-laki atau perempuan disebut rintangan terhadap hal-hal di luar Dhamma. Keragu-raguan sehubungan dengan khotbah-khotbah disebut rintangan terhadap kesunyian. Demikianlah penjelasannya. Apakah arti rintangan? Rintangan terhadap kendaraan ; menghalangi, kekotoran, belenggu. Hal-hal ini menjadi jelas.

T. Ada banyak belenggu seperti itu yang merupakan kekotoran-kekotoran, dan lainnya. Semua itu adalah belenggu. Kalau begitu, mengapakah hanya lima rintangan ini yang diajarkan?

J. Karena lima ini mencakup seluruhnya. Dan lagi, kemelekatan terhadap keinginan-indria termasuk semua kemelekatan terhadap nafsu; semua kondisi jahat (kebencian) termasuk dalam kemelekatan terhadap kemarahan; dan semua kondisi jahat kedunguan termasuk dalam kemelekatan terhadap kekakuan dan kelambanan, kekacauan dan kegelisahan. Demikianlah semua kekotoran termasuk dalam kemelekatan terhadap lima rintangan ini. Karena itu, lima rintangan ini diajarkan.

Lima faktor

Lima faktor: hal-hal ini dipenuhi (melalui pemenuhan) permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan, dan keterpusatan pikiran.

T. Disebutkan bahwa lima faktor bersama-sama merupakan meditasi, jhāna, pertama. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan bahwa ada meditasi (jhāna) diluar lima faktor ini. Jika ada meditasi, jhāna, diluar lima faktor ini, bagaimanakah dapat dikatakan bahwa meditasi, jhāna, pertama terdiri dari lima faktor ini?

Perumpamaan kereta dan pasukan

J. Melalui meditasi, jhāna, faktor-faktor meditasi (jhāna) dipenuhi. Tidak ada meditasi (jhāna), tanpa faktor-faktor meditasi (jhāna). Meditasi, jhāna, demikian tidak ada. Seseorang dapat menyebut kereta karena semua bagian-bagian kereta tersebut . Tidak ada kereta diluar bagian-bagian tersebut. Karena seluruh bagian dari suatu pasukan, maka seseorang dapat menyebut pasukan. Tidak ada pasukan tanpa bagian-bagian tersebut. Karena itu, karena faktor-faktor meditasi (jhāna), maka disebut meditasi, jhāna. Tidak ada meditasi, jhāna, tanpa faktor-faktor meditasi (jhāna) ini . Faktor-faktor yang tergabung ini disebut meditasi, jhāna. Secara terpisah disebut faktor-faktor. Diajarkan bahwa obyeknya adalah meditasi, jhāna, dan ciri-cirinya adalah faktor-faktor. Secara suku, disebut meditasi, jhāna. Secara kasta, disebut faktor-faktor.

T. Walaupun telah ada perhatian, usaha dan lain-lainnya, mengapa hanya lima faktor ini yang diajarkan?

J. Karena melalui gabungan dari lima ini, tercapai meditasi, jhāna.

T. Apakah karakteristik dari gabungan ini?

J. Permulaan pikiran mengikuti obyek pikiran dan mencapai meditasi-kokoh. Kelangsungan pikiran beriringan dengan pikiran yang menyelidiki. Ketika permulaan dan kelangsungan pikiran terpisah, maka muncullah keterampilan. Jika seseorang terampil, maka ia memunculkan kegembiraan dan kebahagiaan. Jika seseorang terampil, ia akan menghasilkan hati yang gembira, dan setelah meningkatkan itu, menghasilkan hati yang bahagia. Dengan empat kualitas ini, pikiran menjadi damai. Jika pikiran menjadi damai, maka tercapai konsentrasi. Ini disebut karakteristik gabungan. Dengan demikian, lima ini, melalui penggabungan, tercapai (meditasi, jhāna).

Kemudian, rintangan-rintangan diatasi oleh kesempurnaan dari lima ini. Mengatasi rintangan pertama adalah meditasi, jhāna pertama. Demikianlah, mengatasi lima rintangan menghasilkan lima meditasi, jhāna. Dalam meditasi, jhāna pertama, permulaan pikiran adalah faktor istimewa; melalui permulaan pikiran, nafsu ditinggalkan. Jika permulaan pikiran memasuki konsentrasi benar, faktor-faktor lainnya juga dibangkitkan. Di antara lima faktor, kelangsungan pikiran adalah awal dari meditasi kedua; kegembiraan, dari meditasi ketiga; kebahagiaan, dari keempat; dan keterpusatan pikiran, dari kelima. Ini adalah faktor-faktor istimewa dari meditasi, jhāna.

Selanjutnya, dengan mengatasi lima rintangan, lima dipenuhi, seperti diajarkan dalam Tipiñaka: “Keterpusatan pikiran mengatasi nafsu keinginan, kegembiraan mengatasi kemarahan, permulaan pikiran mengatasi kekakuan dan kelambanan; kebahagiaan mengatasi kekacauan dan kegelisahan, kelangsungan pikiran mengatasi keragu-raguan” . Demikianlah, dengan mengatasi rintangan-rintangan, lima dipenuhi.

T. Dengan bermeditasi pada gambaran kasiṇa tanah, [417] bagaimanakah seorang yogi dapat membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan?

J. Kasiṇa tanah tidak menghasilkan kegembiraan dan kebahagiaan. Kegembiraan dan kebahagiaan akan secara alami mengikuti keberpisahan dengan lima rintangan. Demikianlah putera kebenaran  menyebabkan munculnya kegembiraan dan kebahagiaan.

T. Kalau begitu, mengapakah putera kebenaran tidak membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan dalam meditasi, jhāna keempat.

J. Karena kondisinya tidak sesuai, dan karena si yogi melenyapkan kegembiraan dan kebahagiaan dalam meditasi, jhāna keempat. Kemudian lagi, karena ia telah dengan terampil mencabut kegembiraan dan kebahagiaan yang ia munculkan dalam meditasi pertama, dan karena, ia melihat penderitaan dari kebahagiaan, meninggalkannya, dan melekatkan dirinya erat-erat dalam ketenangan. Karena alasan-alasan ini, ia tidak membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan.

Tiga jenis kebaikan

Tiga jenis kebaikan: yaitu, kebaikan tahap awal, pertengahan dan akhir. Kemurnian latihan adalah tahap awal; peningkatan keseimbangan adalah tahap pertengahan; bergembira adalah tahap akhir . Apakah kemurnian latihan? Ini adalah landasan dari semua kebaikan. Apakah peningkatan keseimbangan? Yaitu meditasi kokoh. Apakah bergembira? Yaitu perenungan . Demikianlah ada tiga jenis kebaikan dalam meditasi, jhāna pertama.

Sepuluh karakteristik

Pemenuhan sepuluh karakteristik: ini terdiri dari tiga karakteristik dari kemurnian latihan, tiga karakteristik dari peningkatan keseimbangan dan empat karakteristik kegembiraan . Apakah tiga karakteristik dari kemurnian latihan? J. Pikiran yang memurnikan dirinya sendiri dari rintangan terhadap meditasi, jhāna. Karena kemurnian, pikiran mencapai gambaran pertengahan dari ketenangan, dan dari sana pikiran melompat ke depan. Ini disebut tiga karakteristik kemurnian latihan.

T. Apakah tiga karakteristik dari peningkatan keseimbangan?

J. jika pikiran murni, maka kesimbangan terpenuhi; jika mencapai kesunyian, maka keseimbangan terpenuhi; jika berdiam dalam satu obyek, maka keseimbangan terpenuhi. Ini disebut tiga karakteristik. T. Apakah empat karakteristik kegembiraan? J. Dari sepuluh karakteristik, ada kegembiraan karena kondisi-kondisi yang dihasilkan muncul perlahan-lahan; ada kegembiraan karena fungsi-fungsi indria menjadi satu; ada kegembiraan karena memiliki usaha; dan ada kegembiraan karena kesetiaan (kepada kondisi-kondisi ini). Ini disebut empat karakteristik. Demikianlah, dalam meditasi, jhāna pertama, sepuluh karakteristik dipenuhi.

Indra:
Dua puluh lima manfaat

Dua puluh lima manfaat: dalam meditasi pertama, permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan dan keterpusatan pikiran tercapai. Keyakinan, usaha, perhatian, konsentrasi dan kebijaksanaan tercapai. Tahap awal, pertengahan dan akhir (dari kebaikan) tercapai ……………  tercapai. Latihan tercapai. Kesunyian tercapai. Kebergantungan tercapai. ……………3 tercapai. ……………. tercapai 4. perenungan tercapai. ……………………5 . kekuatan tercapai. Kebebasan tercapai. Kemurnian tercapai, dan kemurnian yang sungguh luhur tercapai. Demikianlah seseorang berdiam bersama dengan dua puluh lima manfaat. Ini adalah situasi luhur dari para dewata. Manfaat-manfaat ini dihasilkan dari ketenangan dan disebut alam kegembiraan dan kebahagiaan. Di dalam alam yang luhur tersebut, melampaui alam manusia, para dewata berdiam. Karena itu, Yang Mulia Sang Buddha, menyatakan kepada para bhikkhu:

Perumpamaan pelayan-mandi

“Bagaikan seorang pelayan-mandi yang terampil atau pembantunya menumpuk bubuk-mandi dalam ember tembaga yang indah, menambahkan air, mengaduknya dan membuatnya berbentuk seperti bola, membuatnya merata penuh hingga benar-benar penuh dan tidak berserakan, demikian pula seorang bhikkhu, setelah menenangkan jasmani dan bathinnya, menghasilkan kegembiraan dan kebahagiaan dan membiarkannya melembab merata dan memenuhi (dirinya) sedemikian sehingga tidak ada bagian dari dirinya yang tidak dipenuhi oleh kegembiraan dan kebahagiaan. Tidak ada tempat dalam jasmani atau bathinnya yang tidak dipenuhi oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari kesunyian” . Yang bagaikan si pelayan-mandi terampil atau pembantunya adalah si yogi. Ember tembaga adalah gambaran kasiṇa. Demikianlah agar dimengerti.

T. Apakah gambaran kasiṇa? J. Seperti ember tembaga yang berisikan bubuk-mandi padat yang dibuat agar halus dan cerah, demikian pula gambaran kasiṇa berisikan (tanah) padat yang menghasilkan kegembiraan yang halus dan murni dan karena itu juga cerah. Karena pikiran dan kelompok-kelompok bathin memenuhi obyek, ember tembaga dikatakan seperti gambaran kasiṇa. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin seperti bubuk-mandi. Demikianlah agar dimengerti.

T. Mengapakah bubuk-mandi disamakan dengan pikiran dan kelompok-kelompok bathin?

J. Bubuk-mandi, karena bersifat kasar, tidak menyatu dan berserakan oleh tiupan angin, demikian pula pikiran dan kelompok-kelompok bathin ketika dipisahkan dari kegembiraan dan kebahagiaan. Dan jika dipisahkan dari konsentrasi, maka pikiran dan kelompok-kelompok bathin akan berserakan oleh tiupan angin lima rintangan. Oleh karena itu dikatakan bahwa bubuk-mandi seperti pikiran dan kelompok-kelompok bathin. Apakah yang diumpamakan dengan air? Yaitu, kegembiraan dan kebahagiaan dan konsentrasi. Karena air melembabkan, melunakkan, membuat seperti bola, demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan melembabkan dan melunakkan pikiran dan kelompok-kelompok bathin, dan menghasilkan konsentrasi. Oleh karena itu air seperti kegembiraan dan kebahagiaan. Bagaikan mengaduk bubuk-mandi di air adalah permulaan dan kelangsungan pikiran. Demikianlah agar dimengerti.

T. Apakah yang diumpamakan dengan seperti bola?

J. Yaitu, permulaan dan kelangsungan pikiran. Bagaikan seorang pelayan-mandi yang terampil memasukkan bubuk-mandi ke dalam ember tembaga, mencampurnya dengan air, membuatnya bulat seperti bola dengan tangannya, dan setelah membuatnya bulat, ia membuatnya lebih bulat lagi dengan lebih banyak bubuk basah dan memasukkannya ke dalam ember tanpa membuatnya berserakan, demikian pula si yogi menempatkan pikiran dan kelompok-kelompok bathin ke dalam obyek dan menghasilkan ketenangan dengan baik. Dalam meditasi, jhāna pertama, kegembiraan dan kebahagiaan harus diperlakukan seperti air, permulaan dan kelangsungan pikiran seperti tangan yang mengaduk dan membuat (bubuk itu) menjadi bulat. Demikianlah seseorang dapat menghasilkan ketenangan dengan baik. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin menjadi bulat dengan kegembiraan dan kebahagiaan dan tidak berserakan karena pikiran yang terpusat pada obyek meditasi. Dengan demikian kebulatan bubuk-mandi adalah seperti permulaan dan kelangsungan pikiran. Bagaikan bubuk-mandi dilembabkan secara merata dan bagaikan bubuk-mandi, setelah dibulatkan, tidak akan berserakan, demikian pula si yogi dalam meditasi, jhāna pertama, dipenuhi dengan kegembiraan dari kepala hingga kaki dan dari kaki hingga kepala, kulit dan rambut, dan berdiam tanpa terjatuh. Demikianlah seseorang berdiam di alam Brahma.

T. Kegembiraan dan kebahagiaan disebut sebagai kondisi tanpa bentuk. Bagaimanakah kegembiraan dan kebahagiaan dapat memenuhi tubuh?

J. Bathin bergantung pada jasmani. Jasmani bergantung pada bathin. Oleh karena itu, jika bathin penuh dengan kegembiraan, jasmani juga penuh dengan kegembiraan. Jika bathin penuh dengan kebahagiaan, jasmani juga penuh dengan kebahagiaan. Dan kemudian, jasmani yang penuh kegembiraan, menghasilkan ketenangan jasmani, dan karena kebahagiaan jasmani, seluruh jasmani menjadi tenang. Dengan demikian tidak ada kontradiksi.

Tiga jenis kelahiran kembali

Kebajikan yang menghasilkan kelahiran kembali di alam Brahma adalah sebagai berikut: Dalam meditasi, jhāna pertama, ada tiga jenis: rendah, menengah dan tinggi. Ketika seseorang merenungkan tujuan khusus, tetapi tidak melenyapkan lima rintangan dengan baik dan tidak mencapai kondisi kebebasan, ini disebut meditasi, jhāna rendah. Ketika seseorang merenungkan tujuan khusus dan melenyapkan lima rintangan dengan baik, tetapi tidak mencapai kondisi kebebasan, ini disebut meditasi, jhāna menengah. Ketika seseorang merenungkan tujuan khusus, melenyapkan lima rintangan dengan baik dan mencapai kondisi kebebasan, ini disebut meditasi, jhāna tinggi. Jika seorang yogi mencapai meditasi, jhāna pertama yang rendah, setelah kematiannya ia akan bergabung dengan para pengikut Brahma, dan umur kehidupannya adalah sepertiga kappa; jika ia berlatih meditasi, jhāna pertama yang menengah, setelah kematiannya, ia akan terlahir sebagai seorang pemimpin Brahma. Dan umur kehidupannya adalah setengah kappa; jika ia berlatih meditasi, jhāna pertama yang tinggi, ia akan terlahir sebagai Brahma Agung, dan umur kehidupannya adalah satu kappa .

Meditasi yang berperan dalam kemunduran, kestabilan, keluhuran dan penembusan

Ada empat jenis individu yang memperoleh jasa terlahir kembali di alam Brahma. Seorang yang berperan dalam kemunduran, seorang yang berperan dalam kestabilan, seorang yang berperan dalam keluhuran dan seorang yang berperan dalam penembusan .

Seseorang yang memiliki kemampuan yang tumpul yang menyebabkan munculnya meditasi, jhāna tetapi lengah. Kemudian, melalui dua jenis perbuatan dalam meditasi, jhāna, seseorang berperan dalam kemunduran: - (1) Karena rapatnya ketidak-murnian  yang mengepung, ia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kejahatan berbagai macam pikiran yang ia munculkan di masa lampau. Demikianlah, karena rapatnya kepungan ketidak-murnian., ia mundur. (2) Atau, seseorang yang berkeinginan untuk bermeditasi, jhāna, di ajak berbicara, ketagihan tidur, dan tidak berusaha. Karena itu ia mundur.

T. Siapakah yang terjatuh dan bagaimana?

J. Ada pendapat bahwa jika seseorang menjadi berpikiran tidak murni, ia akan terjatuh. Kemudian, ada juga pendapat: melalui pengotoran pikiran yang lambat, seseorang terjatuh. Kemudian, ada lagi pendapat: Jika seseorang kehilangan ketenangan, ia akan terjatuh. Dan masih ada pendapat lain: Jika seseorang tidak berlatih dalam waktu lama pada gambaran yang pernah ia munculkan di masa lampau, ia akan menjadi tidak mampu memunculkannya sesuai keinginannya dan tidak dapat mencapai konsentrasi. Karena itu ia terjatuh. Jika seseorang yang memiliki kemampuan tumpul berdiam dengan penuh perhatian, ia memperoleh ingatan atas kondisi tersebut dan berperan pada kestabilan dalam meditasi, jhāna. Jika seseorang yang memiliki kemampuan tajam berdiam dengan penuh perhatian, ia akan memperoleh keterampilan dalam meditasi, jhāna kedua yang tidak memiliki permulaan pikiran. Jika ia berlatih terus-menerus, ia mencapai keluhuran dalam meditasi, jhāna. Jika seseorang yang berkemampuan tajam berdiam dengan penuh perhatian, ia akan mencapai pandangan terang dengan mudah. Menaklukkan pikiran kacau dan kegelisahan, dan dengan mengembangkan lebih jauh lagi, melalui tidak-adanya nafsu, ia berperan pada penembusan dalam meditasi, jhāna.
 
*** Kasina Tanah Selesai ***

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version