Steve Jobs, Januari 2008.
oleh James Hookway
Saat pendiri Apple Steve Jobs meninggal tahun lalu setelah berjuang melawan kanker, seorang insinyur peranti lunak bernama Tony Tseung mengirimkan surat elektronik ke sebuah kelompok sekte Buddha di Thailand. Tseung ingin tahu apa yang terjadi kepada mantan bosnya setelah Jobs meninggalkan dunia ini.
Bulan ini, Tseung akhirnya mendapat jawaban. Jobs telah bereinkarnasi sebagai seorang pejuang-pemikir di kahyangan, kata perwakilan sekte Dhammakaya. Jobs kini tinggal di sebuah istana kaca mistis yang mengawang di atas kantor pusat Apple, lanjutnya.
Kematian Jobs bulan Oktober tahun lalu memicu gelombang kesedihan di seluruh dunia. Beberapa pihak melihat banjir simpati itu sebagai aksi penghormatan kepada seorang nabi sekuler, pencetus inovasi yang mengubah gaya hidup jutaan orang.
Saat ini, Phra Chaibul Dhammajayo, biarawan di Kuil Dhammakaya di sebelah utara Bangkok, mengklaim Jobs telah terlahir kembali.
“Setelah Steve Jobs wafat, ia bereinkarnasi sebagai sosok setengah dewa dengan pengetahuan dan apresiasi mengenai ilmu pengetahuan dan seni,” kata Phra Chaibul, pemimpin Dhammakaya, dalam khotbah yang disiarkan ke seluruh dunia.
Klaim Phra Chaibul ini tidak mungkin diverifikasi. Khotbahnya telah mengundang kritik tajam, di antaranya yang menuding hal ini hanyalah trik untuk mencari dana. Phra Chaibul menyatakan Jobs—yang sudah terlahir kembali—kini menghabiskan waktunya bersantai di sebuah istana kaca yang tampak seperti toko Apple. Ia juga berkata sang pendiri Apple itu dikelilingi oleh 20 pelayan, yang terlihat mirip dengan para “Genius,” staf Apple Store yang membantu pelanggan memilih dan melakukan setup iPhone.
Pihak Kuil Dhammakaya menolak permintaan komentar.
Warga Thailand umumnya mengetahui minat yang dimiliki Jobs terhadap agama Buddha. Buku-buku biografi Jobs sudah diterjemahkan ke bahasa Thailand dan cukup laris di toko buku. Majalah-majalah setempat juga memajang fotonya di sampul.
Visi Apple, yang melihat teknologi sebagai sarana untuk membuat hubungan antar manusia semakin akrab, juga tidak menyimpang dari ajaran Dhammakaya. Aliran ini adalah sebuah bentuk kepercayaan Buddha yang lebih condong ke arah duniawi dan teknologi. Menurut sekte ini, menumpuk kekayaan bukanlah perbuatan dosa—asalkan kita menyumbangkan sebagian harta untuk keperluan Dhammakaya.
Para ahli antropologi umumnya melihat kelompok Dhammakaya tidak jauh berbeda dengan para pengkhotbah agama kr****n di televisi, alias televangelist, yang sering terlihat di negara seperti AS, Brasil, dan Filipina.
“Kuil Dhammakaya menetapkan jati diri sebagai ‘kuil modern untuk era modern,’” tulis Rachelle Scott, peneliti dari University of Tennessee, dalam sebuah buku tentang aliran keagamaan di Thailand. “Mereka menunjukkan citra modern dalam cara tertentu, misalnya dengan menerapkan nilai estetika kontemporer, memanfaatkan teknologi baru, atau menafsirkan doktrin dan ritual penting melalui kacamata modern.”
Tapi dengan memakai Jobs untuk membantu menyebarkan ajaran mereka, Dhammakaya mengundang hujan kritik, termasuk dari penganut Buddha sendiri.
Beberapa pemimpin Buddha di Thailand melihat khotbah itu sebagai trik untuk memikat tambahan pengikut Dhammakaya. “Kalaupun [isi khotbahnya] benar, ini adalah aksi pamer yang tak ada hubungannya dengan ajaran Siddharta Gautama,” kata Phra Payom Kallayano, seorang pemuka Buddha terkenal di Thailand.
–Dengan kontribusi dari Wilawan Watcharasakwet.
sumber :http://re*ltime.wsj.c*m/indonesia/2012/09/03/reinkarnasi-steve-jobs/
gnt * dengan a dan o