Apa perlunya? Pembuktian dengan melacak kebenaran yang dikatakan pada saat dihipnosis regresi sudah cukup. Apa2 yang disampaikan saat dalam hipnosis bisa dibuktikan keberadaannya dan hampir mustahil dikarang2 karena bahasa dan tulisan juga berbeda2.
saya juga bisa mengaku bahwa saya dulunya adalah Firaun, misalnya. dan dengan mempelajari sejarah, saya menambahkan beberapa khayalan ini itu untuk memperkuat tipuan saya.
Metode ini juga dilakukan oleh Prof. Ian Stevenson kan?
lalu so what dengan Prof. Ian Stevenson itu?
Bisa saja, tapi dengan probabilitas berapa? 0,000000000000000000000000001 % ?
Artinya nyaris mustahil.
nyaris mustahil tidak sama dengan tidak bisa terjadi
Sama mustahilnya dengan mengarang2 kesaksian di bawah hipnosis regresi sambil dengan tepat menyebut past livenya dengan rincian2 yg tepat hingga masa Mesir Kuno.
mungkin saja bukan si korban hipnotis yg melakukan tipuan, melainkan ada kongkalikong antara penipu dan korbannya.
Dia nggak terlahir sebagai dewa, karena selisih waktu tiap past livenya yg diregresi hanya beberapa puluh tahun atau paling banter ratus tahun. Sedangkan dewa hidupnya ribuan tahun.
kalau peta? peta yg mengganggu Raja Bimbisara itu masih mengingat kejadian pada masa Buddha Kassapa loh.
idem sama di atas.
justru ini yg tidak selaras dengan ajaran Buddha, dalam banyak sutta, misalnya dalam AN, dikatakan sbb:
(348) – (350) “Seperti halnya, para bhikkhu, di Jambudīpa ini, taman-taman, hutan-hutan, pemandangan-pemandangan yang indah adalah sedikit, sedangkan lebih banyak bukit-bukti dan lereng-lereng, sungai-sungai yang sulit diseberangi, tempat-tempat dengan tunggul-tunggul pohon dan duri, dan barisan pegunungan, demikian pula makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, kemudian terlahir kembali di tengah-tengah manusia lebih sedikit. Lebih banyak makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, kemudian terlahir kembali di neraka … di alam binatang … di alam hantu-hantu yang menderita.”
dan dalam Samyutta Nikaya 5, tertulis sbb:
105 (4) – 107 (6) Meninggal Dunia sebagai Manusia (4-6)
… “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan …”