[belut kulit minyak kelapa mode]Buddha mengatakan penjudi tersebut bijaksana maksudnya karena tidak menelan dadu. Moral dari cerita: penjudi pinter: tidak telan dadu; penjudi bodoh: telan dadu. Penjelasan: karena dadunya selain tidak enak ditelan, berisiko:
1. tercemar kuman karena yang main itu belum tentu cuci tangan sebelum judi
2. dibuat oleh pabrik yang tidak higienis di mana tikus berkeliaran dan 'menyampah' di mana-mana
3. mengandung bahan tercemar radiasi dari kebocoran PLTN di Fukushima
4. diolesi racun oleh saingan
[/belut kulit minyak kelapa mode]
Dari keseluruhan cerita, Buddha mengatakan Dirinya sebagai penjudi bijaksana di kehidupan lampau bukan karena Beliau tidak menelan dadu, melainkan karena Beliau berhasil memberikan pelajaran ke penjudi yang satunya dengan melukainya melalui racun yang dioleskan di dadu. Sang Buddha juga tidak mengatakan bahwa penjudi tersebut bodoh.
Ok, sekarang lupakan alasan yang berbelit-belit, dan kita kembali kepada pertanyaan yang disayembarakan. Pertanyaan yang disayembarakan adalah siapapun yang menemui pernyataan di dalam Tipitaka yang menyetujui / membenarkan perbuatan yang dengan sengaja melukai atau membunuh makhluk secara fisik akan diberi hadiah.
Syair yang saya kutip adalah PERNYATAAN. Pernyataan ini terdapat dalam TIPITAKA. Pernyataan ini juga MEMBENARKAN PERBUATAN YANG DENGAN SENGAJA MELUKAI MAKHLUK LAIN apalagi dengan adanya kata 'GILA' yang mana merupakan ungkapan suruhan untuk menelan. Ini menunjukkan suatu perbuatan dengan sengaja untuk melukai makhluk lain yang dalam hal ini adalah seorang penjudi jahat (pāpadhuttaka). Sesuai dengan ketentuan pertanyaan yang disayembarakan, semua persyaratan sudah ada.