//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)  (Read 107692 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #75 on: 08 July 2010, 10:09:16 PM »
ayo bro ryu kedipin...:D
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #76 on: 08 July 2010, 10:20:32 PM »
haa... udah kicep2 neh
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #77 on: 08 July 2010, 10:23:07 PM »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #78 on: 08 July 2010, 10:35:25 PM »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #79 on: 08 July 2010, 10:39:32 PM »
Siapa Jiddu Krishnamurti?

by Cahya in Jiddu Krishnamurti

Saya banyak mengutip artikel dan tulisan mengenai Jiddu Krishnamurti, namun tidak sedikit yang bertanya-tanya, siapakah sosok Jiddu Krishnamurti ini. Mungkin sedikit uraian berikut dapat membantu.

Jiddu Krishnamurti

Jiddu Krishnamurti

“Pengajaran bukanlah sesuatu yang di luar sana – dalam sebuah buku; apa yang pengajaran katakan adalah, ‘Lihatlah diri Anda, pergilah ke dalam diri Anda, bertanya kepada apa yang ada di sana, memahaminya, dan melangkah melampauinya’, dan seterusnya. Pengajaran hanya bertujuan untuk penunjukan, menjelaskan, namun Anda harus memahami, bukan pengajaran, namun diri Anda.”

JIDDU KRISHNAMURTI lahir pada 12 Mei 1895 di Madanapalle, India Selatan. Semenjak 1929 hingga meninggal dunia pada 1986 beliau bepergian ke seluruh dunia berbicara secara spontan ke sejumlah besar pendengar. Ia terlibat dalam dialog dengan para pemimpin agama, ilmuwan, profesor, pengarang, psikolog, ahli komputer, dan masyarakat dari berbagai latar belakang yang secara mendalam mempertanyakan kehidupan keseharian mereka. Wejangan serta dialognya telah dikumpulkan dan diterbitkan ke dalam lebih dari 50 buku dan diterjemahkan ke sedemikan banyak bahasa. Bukunya meliputi Think on These Things, Education and the Significance of Life, The Awakening of Intelligence, dan The First and The Last Freedom.

Krishnamurti menyampaikan bahwa ia tidak terikat pada kasta, kebangsaan, agama, dan tradisi manapun. Ia mengatakan bahwa manusia haruslah membebaskan dirinya dari segala ketakutan, keterkondisian, otoritas, dan dogma melalui pengetahuan-diri dan ini akan memberikan tatanan serta mutasi psikologis. Konflik yang telah menyeret dunia ke dalam kekerasan, ia sarankan, tidak dapat diubah ke dalam suatu kehidupan penuh kebaikan, cinta, dan kasih dengan strategi politik, sosial atau ekonomi apapun, namun hanya melalui mutasi ini dalam individu yang tercipta melalui pengamatan mereka sendiri, tanpa meditasi dari guru atau agama terorganisir manapun.

Kualitas Krishnamurti sebagai seorang filsuf tulen, menarik pemikir dan filsuf tradisional maupun non-tradisional lainnya. Pimpinan berbagai organisasi religius mengadakan diskusi dengannya, hanya untuk mendengarkannya mengulangi tema sentralnya bahwa otoritas dalam agama formal, psikologis atau politis adalah suatu penghalang untuk melihat kebenaran; manusia haruslah menjadi guru bagi dirinya untuk membawa perubahan psikologis. Menghadiri ceramah Krishnamurti pada 1961, Aldous Huxley mengatakan,”Seperti sedang mendengarkan sebuah wejangan oleh Sang Buddha – kekuatan yang unik, …” Pada 1984 ia berbicara dengan ilmuwan ahli nuklir pada National Laboratory Research Center di Los Alamos, New Mexico, Amerika Serikat. David Bohm Ph.D., ahli fisika quantum dan sahabat Einstein, mendapati pembelajaran Krishnamurti pararel dengan teori revolusioner fisikia miliknya. Ini membawa dialog bertahun-tahun di antara mereka. Pada 1980 sejumlah percakapan antara Krishnamurti dan Bohm, yang dimulai dengan pertanyaan ‘Apakah manusia telah mengambil belokan yang keliru …?’ percakapan ini kemudian dimuat dalam sebuah buku, The Ending of Time.

Inti Pembelajaran

Inti pembelajaran Krishnamurti terkandung dalam pernyataan yang dibuatnya pada 1929 saat ia mengatakan: Kebenaran adalah suatu tanah tanpa jalan. Manusia tidak dapat mencapainya melalui organisasi apapun, melalui keyakinan apapun, melalui dogma, pendeta atau ritual apapun, tidak melalui pengetahuan filosofis atau teknik psikologis. Ia harus menemukannya melalui cermin hubungan, melalui pemahaman akan isi batinnya sendiri, melalui pengamatan dan bukan melalui analisis intelektual atau pembedahan introspektif. Manusia telah membangun di dalam dirinya citra sebagai suatu pagar keamanan religius, politis, personal. Ini bermanifestasi sebagai simbol-simbol, ide-ide, kepercayaan-kepercayaan. Beban akan citra-citra ini mendominasi pemikiran manusia, hubungannya, dan kehidupan kesehariannya. Citra-citra ini merupakan penyebab permasalahan kita oleh karena mereka membagi manusia dari manusia lainnya. Pandangannya akan kehidupan dibentuk oleh konsep-konsep yang telah didirikan di dalam batinnya. Isi kedarannya merupakan keseluruhan keberadaannya. Isi ini sama pada semua kemanusiaan. Individualitas merupakan nama, bentuk dan budaya permukaan yang ia peroleh dari tradisi dan lingkungan. Keunikan manusia tidak berada pada permukaan namun pada kebebasan seutuhnya dari segala isi kesedarannya, yang mana umum pada seluruh umat manusia. Jadi ia bukanlah individual.

Kebebasan bukanlah suatu reaksi; kebebasan bukanlah suatu pilihan. Adalah kepalsuan manusia bahwa karena ia dapat memilih maka ia bebas. Kebebasan adalah pengamatan murni tanpa arahan, tanpa ketakutan akan hukuman dan penghargaan. Kebebasan tanpa motif; kebebasan bukanlah pada akhir evolusi manusia namun terdapat pada langkah pertama keberadaannya. Dalam pengamatan seseorang mulai menemukan kurangnya kebebasan. Kebebasan ditemukan dalam kesadaran tanpa pilihan (choiceless awareness) akan keberadaan dan aktivitas harian kita.

Pikiran adalah waktu. Pikiran lahir dari pengalaman dan pengetahuan, yang mana tidak dapat dipisahkan dari waktu dan masa lalu. Waktu adalah musuh psikologis manusia. Tindakan kita berdasarkan pengetahuan dan itu adalah waktu, jadi manusia selalu seorang budak terhadap masa lalu. Pikiran selamanya terbatas dan demikian kita hidup dalam konflik dan pergulatan konstan. Tidak terdapat evolusi psikologis.

Saat manusia menjadi sadar akan pergerakan pikirannya sendiri, dia akan melihat pembagian antara pemikir dan pikiran, pengamat dan yang diamati, yang mengalami dan pengalaman. Ia akan menemukan bahwa pembagian ini adalah suatu ilusi. Maka hanya ada pengamatan murni yang mendalam tanpa bayangan akan masa lalu atau waktu. Pemahaman mendalam tanpa waktu ini membawa suatu mutasi dalam, radikal dalam batin.

Penyangkalan total merupakan esensi yang positif. Saat terdapat penyangkalan akan semua hal itu yang mana pikiran telah menimbulkan secara psikologis, hanya kemudian terdapat cinta, yang merupakan kasih dan kecerdesan.

Disadur dari: www.jkrishnamurti.org

Jiddu Krishnamurti adalah penulis dan pembicara yang cukup dikenal dalam filsafat fundamental dan subjek-subjek spiritual. Hampir selama 60 tahun ia berkeliling dunia, menunjukkan kepada orang-orang perlunya mentransformasi diri mereka melalui pengenalan sang diri (self knowledge), dengan menjadi sadar akan pikiran dan perasaan dalam kehidupan keseharian. Ia mengemukakan bahwa suatu perubahan fundamental dalam masyarakat hanya dapat terwujud melalui suatu perubahan radikal di dalam diri seseorang, karena masyarakat merupakan hasil interaksi individu-individu. Meski ia sangat hidup (selaras) dengan isu-isu kontemporer selama berpuluh tahun, jawabannya berakar dalam padangan tanpa batas waktu-nya akan kehidupan dan kebenaran.

Krishnamurti lahir dalam sebuah keluarga Brahmana Telugu, dan pada tahun 1909 bertemu C.W. Leadbeater pada sebuah pantai pribadi di kantor pusat masyarakat Teosofi, Adnyar-Chennai, India. Kemudian ia dibesarkan dalam asuhan Annie Besant dan C.W. Leadbeater, para pimpinan teosofi pada masa itu, yang percaya bahwa ia adalah “wahana” bagi “Jagad Guru” atau Guru Dunia yang dinantikan. Sebagai remaja muda, ia diasuh dalam ide ini dan sebuah organisasi tingkat dunia (The Order of The Star) didirikan untuk mendukungnya. Walau kemudian ia membubarkan organisasi tersebut sebagaimana pandangannya bahwa kebenaran tidak dapat diperoleh melalui organisasi manapun, dan tidak selayaknya juga sebuah organisasi dibentuk untuk tujuan itu. Seseorang haruslah menemukan kebenaran itu melalui pengamatan, tidak melalui dogma, ritual, otoritas, maupun guru. Tahun 1984 ia dianugrahi medali perdamaian PBB pada subjek perdamaian dan kesadaran.

Latar Belakang Keluarga dan Masa Anak-Anak

Krishnamurti lahir dari keluarga Brahmin yang berbahasa Telugu. Ayahnya Jiddu Narianiah, dipekerjakan sebagai petugas bidang administrasi pemerintah kolonial Inggris. Keluarga mereka merupakan vegetarian yang ketat, bahkan tidak mengkonsumsi telur.

Ia lahir pada 12 Mei 1895 (atau 11 Mei menurut kalender Bramana), pada sebuah kota kecil bernama Madanapalle di Distrik Chittoor – Andhra Pradesh sekitar 150 mil (250 km) Utara Madras (sekarang Chennai).

Pada tahun 1903, keluarganya berdiam di Cudappah dimana pada kediaman sebelumnya Krishnamurti terserang malaria, sebuah penyakit yang ia derita kambuh-kambuhan hingga beberapa tahun. Ia seorang anak yang sensitif dan sakit-sakitan: “pelamun dan tidak jelas”, dia sering dikatagorikan dalam retardasi mental, dan secara berkala memperoleh pukulan di sekolah oleh gurunya dan dirumah oleh ayahnya. Dalam memoir yang ia tulis saat ia berusia delapan belas, ia juga mendiskripsikan pengalaman fisik, telah “melihat” saudarinya setelah saudarinya meninggal pada 1904, sebagaimana ia melihat almarhum ibunya yang meninggal pada 1905 saat ia berusia sepuluh tahun.

Ayah Krishnamurti pensiun pada akhir 1907, dan, karena keadaan serba kekurangan, menulis kepada Annie Besant, yang kemudian adalah presiden Masyarakat Teosofi, mencari pekerjaan di lahan Kantor Pusat Teosofi seluas 260-acre di Adnyar. Ia kemudian dipekerjakan oleh Teosofi pada sebuah posisi kleris, dan keluarganya pindah ke sana pada Januari 1909.

“Penemuan” dan Konsekuensinya

Hanya beberapa bulan sejak kepindahan terakhir di mana Krishnamurti ditemukan oleh Teosofis peringkat atas dan okultis yang menonjol C.W. Leadbeater, yang dikenal mampu melihat aura (clairvoyance). Selama kunjungannya ke pantai Teosofi di akhir sungai Adnyar, Leadbeater memperhatikan Krishnamurti (yang juga sering ke pantai bersama yang lain), dan begitu terkagum dengan “aura terindah yang pernah ia saksikan tanpa setitik partikel keegoisan di dalamnya”. Kesan kuat ini tidak sesuai dengan penampilan luar Krishnamurti, yang mana, menurut kesaksian, cukup umum, tidak impresif, dan tidak rapi. Anak itu juga dipertimbangkan sebagai “orang bodoh tertentu”, ia sering memiliki “suatu ekspresi kosong” yang “memberikannya suatu penampilan hampir dungu”. Leadbeater tetap “tak tergoyah” bahwa anak itu akan menjadi seorang guru besar.

Selanjutnya pada 1911, sebuah organisasi baru disebut Order of the Star dibentuk oleh pimpinan Teosofi dengan tujuan mempersiapkan dunia untuk “kedatangan” Sang Guru (beberapa sumber menyebutnya sebagai Lord Maitreya). Krishnamurti ditunjuk sebagai ketuanya, dengan para Teosofi senior pada berbagai posisi. Keanggotaan terbuka bagi siapapun yang menerima doktrin kedatangan “Guru Dunia”. Kontroversi kemudian muncul setelahnya, baik di dalam maupun di luar masyarkat Teosofi, dalam lingkaran Hindu dan pemberitaan India.

Krishnamurti (atau Krishnaji sebagaimana ia sering disebut) dan adik laki-lakinya Nitya secara privat dibekali di perumahan Teosofi di Madras, dan kemudian dibawa ke suatu kehidupan yang lebih makmur di antara sebuah bagian masyarakat Eropa kelas atas dengan tujuan menyelesaikan pendidikan mereka. Selama masa ini, Krishnamurti membangun ikatan yang kuat dengan Annie Besant, hubungan ibu dan anak angkat. Ayahnya, ditekan ke latar belakang oleh pusaran keinginan di sekitar Krishnamurti, menuntut Masyarakat Teosofi pada 1912 untuk melindungi kepentingannya sebagai orang tua. Setelah perang legal berkepanjangan. Besant mengambil pengasuhan legal atas Krishnamurti dan adiknya Nitya. Sebagai hasil pemisahan ini dari keluarga dan rumahnya, Krishnamurti dan adiknya menjadi sangat dekat, dan pada tahun-tahun berikut mereka sering bepergian bersama.

Tumbuh Dewasa

Mary Lutyens, dalam Biografi Krishnamurti yang ditulisnya, menyebutkan bahwa terdapat suatu waktu saat K (baca:Krishnamurti) sepenuhnya percaya bahwa ia akan menjadi “Guru Dunia”, setelah pembenahan spiritual serta bimbingan sekuler dan pendidikan. Biografi lain mendiskripsikan program harian termasuk olah raga dan kegiatan ketat, pendiktean dalam berbagai subjek persekolahan, pembelajaran teosofis dan religius, yoga dan meditasi, sebagaimana instruksi pada higienitas selayaknya dan cara serta budaya masyarakat Inggris. Tidak seperti olah raga, di mana ia menunjukkan suatu bakat alami, Krishnamurti selalu mengalami masalah dengan sekolah formal dan tidak memiliki kecenderungan akademik. Ia akhirnya menyerah pada pendidikan universitas setelah beberapa kali mencoba memasuki. Ia berbicara bahasa asing, bahkan beberapa (bahasa Itali dan Prancis di antaranya) dengan fasih. Pada periode ini, ia tampaknya menikmati membaca bagian-bagian Old Testament, dan terkesan dengan beberapa (naskah) klasikal Barat, khususnya Shelley, Dostoyevsky, dan Nietzsche. Ia juga, sejak kanak-kanak, memiliki keahlian mekanik dan observasional, mampu membenahi bongkar pasang mesin-mesin rumit.

Citra publiknya, secara asli berasal dari para Teosofi. Namun, sejak Krishnamurti tumbuh dewasa, ia menunjukkan tanda-tanda pemberontakan kaum dewasa dan ketidakstabilan emosional, kesal pada aturan yang ditanamkan padanya, dan terkadang memiliki keraguan tentang masa depan yang digambarkan untuknya.

Pada 1922, Krishnamurti dan Nitya bepergian dari Sydney ke California dalam perjalanan mereka menuju Switzerland. Selama di California, mereka tinggal di sebuah kotage pada sebuah lembah terpencil dekat Ojai, ditawarkan pada mereka oleh seorang anggota Order of the Star berkebangsaan Amerika sebagai tempat khusus. Akhirnya sebuah kelompok, dibentuk oleh para pendukung, membelikan kotage dan properti di sekitarnya untuk mereka, yang kemudian menjadi tempat tinggal resmi Krishnamurti.

Bertempat di sana, pada Agustus 1922, Krishnamurti melalui suatu pengalaman (yang) “mengubah hidup” secara mendalam. Terjadi secara simultan, dan dengan tetap, dikarakteristik sebagai suatu pencerahan spiritual, suatu transformasi psikologis, dan suatu “pengkondisian” fisik. Krishnamurti dan mereka yang di dekatnya, menyebutnya sebagai “proses”, dan itu berlanjut, dalam interval yang sangat sering dan berbagai bentuk intensitas, hingga ia meninggal kemudian. Saksi mata mengingat bahwa itu dimulai pada tanggal 17, dengan sakit luar biasa pada tengkuknya, dan pembengkakan keras yang menyerupai bola. Beberapa hari selanjutnya, gejala memburuk, dengan peningkatan rasa sakit, ketidaknyamanan fisik yang luar biasa dan sensitivitas, kehilangan nafsu makan sepenuhnya dan terkadang berucap terputus-putus yang membingungkan. Kemudian, ia tampaknya jatuh pada keadaan tidaksadarkan diri; sesungguhnya, ia mengingat bahwa ia sangat sadar akan sekililingnya dan sementara pada keadaan tersebut, ia mengalami suatu “penggabungan mistikal”. Hari-hari selanjutnya gejala dan pengalaman semakin intensif, memuncak dengan suatu rasa akan “kedaimaian tak terkira”

“…Aku teramat bahagia, karena aku telah melihat. Tiada apapun kan dapat menjadi sama lagi. Aku telah masuk pada air-air yang bersih dan murni dan dahagaku telah terhapuskan … aku telah melihat sang Cahaya. Aku telah menyentuh kasih yang menyembuhkan semua kesedihan dan penderitaan; itu bukanlah bagi diriku, namun bagi dunia … cinta dalam segala kejayaannya telah meracuni hatiku; hatiku tak akan pernah mampu ditutup. Aku telah mabuk pada sumber kenikmatan dan keindahan abadi. Aku teracuni Tuhan.”

Kejadian serupa berlanjut dengan intermisi pendek hingga Oktober, dan kemudian akhirnya teresume secara teratur, selalu melibatkan beberapa derajat rasa sakit fisik untuk menandai mulainya “proses”, disertai oleh apa yang secara tetap dideskripsikan sebagai “kehadiran”, “pemberkatan”, “pemenuhan”, “pensakralan”, yang sering dilaporkan “terasa” oleh keberadaan lain.

Sejumlah penjelasan telah diajukan untuk kejadian pada 1922, dan “proses” pada umumnya. Leadbeater dan para Teosofi lainnya, meski mereka berharap “wahana” agar memiliki pengalaman paranormal tertentu, secara mendasar bingung pada perkembangan yang terjadi, dan pada hilangnya kemampuan untuk menjelaskan secara keseluruhan.

Akhirnya, kematian tidak terduga adiknya Nitya pada 11 November 1925 pada usia 27 dari tuberkulosis, setelah riwayat panjang dengan penyakit itu, secara fundamental mengejutkan kepercayaan dan keyakinan Krishnamurti pada Teosofi dan para pimpinan Masyarakat Teosofi. Pengalaman kematian adiknya memusnahkan ilusi yang masih tersisa, dan hal-hal tidak akan sama lagi.

“… Sebuah mimpi lama kini mati dan yang baru tengah lahir, selayaknya sekuntum bunga yang ditancapkan ke dalam bumi yang padat. Sebuah pandangan baru datang menjadi nyata dan sebuah kesadaran yang lebih besar sedang terungkapkan … sebuah kekuatan baru, lahir dari penderitaan, sedang berdenyut di dalam pembuluh dan sebuah simpati dan pengertian baru tengah lahir dari penderitaan masa lalu – sebuah hasrat yang lebih besar untuk melihat orang lain tidak menderita, dan, jika mereka harus menderita, melihat bahwa mereka menghadapinya secara terhormat dan keluar darinya tanpa terlalu banyak bekas luka. Saya telah menangis, namun saya tidak ingin orang lain menangis, namun jika mereka menangis, saya tahu apa maknanya.”

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #80 on: 08 July 2010, 10:40:11 PM »
Putus Dengan Masa Lalu

Pandangan baru dan kesadaran Krishnamurti terus berkembang dan mencapai klimaks pada 1929, saat ia menolak ajakan Leadbeater dan Besant untuk tetap bersama Order of the Star. Krishnamurti membubarkan Ordo pada perkemahan tahunan (annual Star camp) di Ommen, Belanda, pada 3 Agustus 1929, dimana di depan Annie Besant dan ratusan anggota, ia memberikan pidato, mengatakan beberapa hal di antaranya:

“Anda boleh mengingat cerita tentang bagaimana si iblis dan seorang temannya sedang berjalan di sebuah marga, saat mereka melihat ke depan, seorang pria menatap ke bawah dan mengambil sesuatu dari tanah, melihatnya, kemudian meletakkannya begitu saja ke dalam saku. Si teman berkata pada si iblis, ‘Apa yang pria itu pungut?’ ‘Ia memungut sepotong kebenaran,’ kata si iblis. ‘itu urusan yang sangat buruk buatmu nantinya,’ kata temannya. ‘Oh, tidak sama sekali,’ si iblis menjawab, ‘saya akan membantunya untuk mengelola itu.’ Saya tegaskan bahwa kebenaran adalah sebuah tanah tanpa jalan, dan Anda tidak dapat mencapainya melalui jalan apapun, melalui agama manapun, sekte apapun. Itulah titik pandang saya, dan saya melekat padanya secara absolut dan tidak terkondisi. Kebenaran, menjadi tiada berbatas, tidak terkondisi, tidak dapat dicapai oleh jalan apapun, tidak dapat diorganisasikan, tidak juga organisasi apapun dibentuk untuk menuntun atau mengerahkan orang-orang pada suatu jalan tertentu.”

Dan juga:

“Ini bukanlah perbuatan luar biasa, karena saya tidak menginginkan pengikut, dan saya bersunguh-sungguh dengan hal ini. Saat Anda mengikuti seseorang Anda berhenti mengikuti Kebenaran. Saya tidak peduli apakah Anda menaruh perhatian pada apa yang saya sampaikan ataukah tidak. Saya ingin melakukan hal tertentu di dunia dan saya akan melakukannya dengan konsentrasi tanpa keraguan. Saya beperhatian dengan hanya sebuah hal esensial: untuk membebaskan manusia. Saya ingin membebaskannya dari semua kurungan, dari segala ketakutan, dan bukan untuk mendirikan agama, sekte baru, dan bukan untuk membangun teori-teori baru atau filsafat-filsafat baru.”

Setelah pembubaran, Leadbeater dan Teosofi lainnya berbalik menentang Krishnamurti dan secara umum mengira apakah “Kedatangan telah keliru”. Mary Lutyens menyebutkan bahwa “… setelah bertahun tahun pemproklamiran Kedatangan, akan penekanan lagi dan lagi terhadap bahaya penolakan Guru Dunia saat ia datang karena ia terikat (untuk) mengatakan sesuatu yang seluruhnya baru dan tidak diharapkan, sesuatu yang bertolak belakang bagi kebanyakan ide lama dan harapan orang-orang, para pimpinan Teosofi, satu per satu, jatuh ke dalam perangkap terhadap yang mana mereka begitu tiada hentinya memperingati yang lain.”

Krishnamurti telah menolak semua kepercayaan terorganisir, anggapan akan “guru”, dan seluruh hubungan guru-pengikut, menyatakan sebaliknya (untuk) bekerja dalam membebaskan manusia sepenuhnya bebas. Dari waktu itu, ia mulai melepas dirinya dari masyarakat (Teosofi) serta pengajaran dan praktek Teosofi. Sebagaimana Lutyens mencatat, ia tidak pernah menolak menjadi Guru Dunia, berkata pada Lady Emily “Anda tahu Bu, saya tidak pernah menolaknya [menjadi Guru Dunia], saya hanya mengatakan itu tidaklah penting siapa atau apa saya, namun mereka harus mengamati apa yang saya katakan, yang mana tidak berarti bahwa saya menolak menjadi W.T.” saat seorang reporter menanyakan padanya jika ia adalah Kristus, ia menjawab “Ya, dalam rasa yang murni namun tidak pada rasa yang diterima secara tradisional akan kata.”

Krishnamurti merujuk ajaran-nya hanya sebagai “ajaran” dan bukan “ajaran saya”. Perhatiannya selalu mengenai “ajaran”: pengajar (guru) tidak memiliki kepentingan, dan autoritas spiritual ditolak.

“Semua autoritas akan apapun, khususnya dalam lapang pikiran dan pemahaman, adalah hal jahat yang paling menghancurkan. Pemimpin menghancurkan pengikut dan pengikut menghancurkan pimpinan. Anda harus menjadi guru dan murid anda sendiri. Anda harus mempertanyakan segala yang manusia telah terima sebagai bernilai, sebagai penting.”

Krishnamurti mengembalikan semua uang dan properti yang didonasikan pada Order of the Star – termasuk sebuak kastil di Belanda dan tanah sekitar 5.000 acre (±2023 hektar) – ke donatur mereka. Ia kemudian menghabiskan hidupnya mengadakan dialog dan memberikan pembicaraan publik berkeliling dunia pada kealamian akan kepercayaan, kebenaran, kesedihan, kebebasan, kematian, yang tampaknya pencarian abadi akan suatu kehidupan dengan pemenuhan spiritual, dan subjek-subjek terkait. Berangkat dari pengertian “tanah tanpa jalan”, ia tidak menerima pengikut maupun pemuja, melihat hubungan antara guru dan murid sebagai pendukung antitesa emansipasi spiritual – ketergantungan serta eksploitasi. Ia secara terus menerus mendorong orang-orang untuk berbipikir secara independen dan jernih serta mengeksplorasi dan mendiskusikan topik-topik spesifik bersama dengannya, “berjalan sebagai dua sahabat”. Ia menerima hadiah dan dukungan finansial secara bebas yang ditawarkan padanya oleh orang-orang yang terinsiprasi oleh karyanya, dan tanpa kenal lelah melanjutkan dengan tur ceramah serta publikasi buku-buku dan transkrip pembicaraan lebih dari setengah abad.

Tahun-Tahun Pertengahan

Dari 1930 hingga 1944, Krishnamurti terlibat dalam tur dialog dan publikasi pokok-pokok masalah atas bantuan “Star Publishing Trust “ (SPT) yang ia dirikan bersama sahabat dekatnya dari Order Of The Star, D. Rajagopal, dan istri Rajagopal, Rosalind Williams Rajagopal, bertempat di rumah yang kenal sebagai “Arya Vihara”. Bisnis dan pengelolaan SPT dikepalai oleh D. Rajagopal, karena Krishnamurti mendedikasikan waktunya untuk berceramah dan meditasi. Hingga tahun 1930-an, Krishnamurti berbicara di Eropa, Amerika Latin, India, Australia, dan Amerika Serikat.

Pada 1938, Karishnamurti berkenalan dengan Aldous Huxley yang baru saja tiba dari eropa selama 1937. Kedua orang ini pun memulai persahabat panjang selama bertahun-tahun. Mereka memiliki perhatian yang sama mengenai konflik berkepanjangan di Eropa yang mereka pandang sebagai hasil pengaruh merusak dari nasionalisme.

Pendirian Krishnamurti pada perang dunia II sering diterjamahkan sebagai pacifisme dan bahkan subversi selama masa semangat patriotik di Amerika Serikat dan untuk beberapa selang waktu ia berada di bawah pengawasan FBI. Ia tidak berbicara di hadapan publik selama periode sekitar empat tahun antara 1940 hingga 1944. Selama masa ini ia hidup dan bekerja dengan menyepi di Arya Vihara, yang selama perang dioperasikan sebagai suatu pertanian yang dikelola sendiri, produk lebihnya didonasikan untuk usaha perbaikan di Eropa.

Krishnamurti memecahkan kesunyiannya dari ceramah publik pada Mei 194 dengan serangkai pembicaraan di Ojai. Pembicaraan ini dan beberapa materi penyertanya dipublikasikan oleh “Krishnamurti Writing Inc.” (KWINC), penerus “Star Publishing Trust”. Ini adalah pusat entitas baru yang berhungan dengan Krishnamurti yang mendunia, yang tujuan tunggalnya penyebaran “ajaran”.

Saat di India setelah perang dunia II, banyak tokoh menonjol datang menemuinya, termasuk Perdana Menteri Jawaharlal Nehru. Dalam pertemua dengan Nehru ini, Krishnamurti memerinci ajaran, mengatakan dalam satu kalimat, “Memahami sang diri hanya timbul pada hubungan, dalam melihat diri Anda dalam hubungan dengan orang-orang, ide-ide, dan berbagai hal; terhadap pepohonan, bumi, dan dunia di sekitar dan di dalam diri Anda. Hubungan merupakan cermin di mana sang diri termunculkan. Tanpa pengetahuan-diri tidak terdapat dasar bagi pikiran dan tindakan yang benar.” Nehru menanyakan, “Bagaimana seseorang memulainya?” di mana Krishnamurti menjawab, “Mulailah (dari) di mana diri Anda. Baca setiap kata, setiap frase, setiap paragraf batin sebagaimana ia bekerja melalui pikiran.”

Tahun-Tahun Selanjutnya

Krishnamurti melanjutkan berbicara pada ceramah publik di seluruh dunia, dengan diskusi kelompok dan orang-orang yang menaruh perhatian. Pada akhir 1980, ia mengafirmasikan kembali elemen-elemen dasar pesannya dalam sebuah pernyataan tertulis yang kemudian di kenal sebagai “Core of The Teaching”, sebagaimana yang telah ditulis pada bagian sebelumnya pada inti pembelajaran.

Pada April 1985 ia berbicara sebagai undangan di markas PBB, New York, di mana ia dianugrahi Medali Perdamaian PBB 1984.

Pada November 1985 hingga Januari 1986 ia mengunjungi India untuk yang terakhir kalinya, mengadakan sejumlah pembicaraan dan diskusi “perpisahan”. Pembicaraan-pembicaraan terakhir termasuk berbagai pertanyaan fundamental yang telah ditanyakan padanya selama bertahun-tahun, sebagaimana juga perhatian-perhatian yang lebih baru terhadap kemajuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan cara mereka mempengaruhi umat manusia. Krishnamurti menyampaikan pada para sahabat bahwa ia tidak ingin mengundang kematian, namun tidak yakin berapa lama tubuhnya akan bertahan, dan saat ia tidak dapat lagi berbicara, ia tidak lagi memiliki tujuan apapun. Dalam permbicaraan terakhirnya pada 4 Januari 1986 di Madras, ia sekali lagi mengundang para pendengar untuk mengamati bersamanya kealamian mempertanyakan, efek teknologi, kealamian hidup dan meditasi, dan kealamian penciptaan:

“… Jadi, kita sedang mempertanyakan ke dalam apa yang menciptakan seekor burung. Apakah penciptaan di balik semua ini? Apakah Anda sedang menunggu saya untuk mendeskripsikannya, memasukinya? Apakah Anda menginginkan saya untuk memasukinya? Kenapa? [dari pendengar: untuk memahami apakah penciptaan itu]. Mengapa Anda menanyakan itu? Karena saya menanyakan? Tidak ada deskripsi yang akan pernah mendeskripsikan keaslian (asalnya). Aslinya tidak bernama; keaslian sepenuhnya hening, ia tidak menderu berisik. Penciptaan adalah sesuatu yang paling kudus, itu adalah hal paling sakral dalam kehidupan, dan jika Anda membuat kacau hidup Anda, rubahlah itu. Rubahlah itu hari ini, jangan esok, jika Anda tidak pasti, temukanlah mengapa dan jadilah pasti. Jika pemikiran Anda tidak lurus, berpikirlah lurus, secara logis. Jika tidak semua ini disiapkan, ditetapkan, Anda tidak bisa memasuki dunia ini, ke dalam dunia penciptaan.”

Krishnamurti juga berperhatian pada warisannya, tentang dengan tidak sengaja berubah ke dalam sebentuk orang penting yang ajarannya telah diturunkan ke individu-individu istimewa, daripada dunia seluruhnya. Ia tidak inginkan siapapun memposisikan diri sebagai seorang pentafsir ajaran. Ia mengingatkan orang-orang terdekat dan beberapa kenalan bahwa mereka tidak menghadirkan diri mereka sebagai pembicara atas namanya, atau sebagai penerus setelah kepergiannya.

Beberapa hari sebelum kematiannya, dalam sebuah pernyataan final, ia dengan tegas menyatakan bahwa “tidak seorangpun” di antara rekannya, atau masyarakat umum, telah memahami apa yang telah terjadi padanya (sebagai pembuluh ajaran), tidak juga mereka memahami ajaran itu sendiri. Ia menambahkan bahwa “energi maha besar” yang bekerja semasa hidupnya akan hilang bersama kematiannya, sekali lagi mengimplikasikan kemustahilan akan penerus. Bagaimanapun juga, ia menyampaikan dengan menyatakan bahwa orang-orang mampu mencapai energi itu, dan memperoleh setakar pemahaman “… jika mereka menghidupkan ajaran.”

J. Krishnamurti meninggal pada 17 Februari 1986 pada umur 90 tahun, akibat kanker pankreas. Yang tersisa darinya dikremasikan dan disebarkan oleh para sahabat dan mantan rekan di tiga negara di mana ia mengahabiskan sebagian besar masa hidupnya: India, Inggris dan Amerika Serikat.

Pengaruh

Pengaruh terakhir Krishnamurti begitu sulit diukur dalam suatu cara objektif; tidak terdapat entitas organisasi atau lainnya, berdasarkan pada “filosofi”-nya, yang kemajuannya dapat diukur. Pendiriannya bahwa tidak akan ada penerus atau penafsir sejauh ini mencegah individu maupun kelompok dari mengatashakkan untuk hadir sebagai penerus atau pemahaman unik akan filosofinya. Krishnamurti sendiri telah menandai pada 1929 saat pembubaran Order of The Star, bahwa ia tidak tertarik dengan jumlah, mengatakan “jika hanya ada lima orang yang akan mendengarkan, yang akan hidup, yang memalingkan wajah mereka ke arah keabadian, itu akan mencukupi.”

Bagaimana pun juga, ada, sebagaimana awal 2007, bukti anekdotal dan lainnya mengarah bahwa ketertarikan padanya dan “ajaran” tidak berkurang sejak kematiannya. Sejumlah besar buku, audio, video, dan materi komputer, masih tercetak dan disebarkan oleh sejumlah besar retailer tradisional dan online. Keempat yayasan resmi terus membenahi arsip-arsip, menerjemahkan karya-karya ke berbagai bahasa, mengkonversi ke dalam bentuk digital dan lainnya, menggarap situs internet, mensponsori program televisi, mengadakan pertemuan dan dialog dengan mereka yang tertarik dari seluruh dunia.

Karena ide-idenya dan era-nya, Krishnamurti datang untuk disaksikan sebagai seorang teladan bagi guru-guru spiritual modern yang menolak ritual-ritual formal serta dogma-dogma. Pemikirannya akan kebenaran merupakan tanah tanpa jalan, dengan kemungkinan pembebasan segera, tercerminkan dalam ajaran sebedanya seperti banyak orang, bahkan Dalai Lama yang menyebut Krishnamurti sebagai filsuf terbesar yang pernah ada.

Krishnamurti adalah sahabat dekat Aldous Huxley. Huxley menulis kata pembuka pada The First and Last Freedom. Krishnamurti juga merupakan sahabat Joseph Campbell Sang Mitilogis dan artis Beatrice Wood, pemikiran Krishnamurti juga mempengaruhi karya mereka, sebagaimana pengarang Deepak Chopra. Album Live, Mental Jewelry berdasarkan filosofi Krishnamurti. Samuel Aun Woer yang adalah filsuf gnostik dan okultis abad ke-20 memuji ajaran yang disampaikan Krishnamurti, menyatakan bahwa “jiwa di dalam”-nya adalah “Buddha yang amat tercerahkan.” Banyak tokoh yang tertarik ke dalam visinya seperti Enstein, Dalai Lama, Kahlil Gibran, dan Charlie Chaplin.

Di India, dengan tradisi panjangnya akan penantian orang “suci”, para pertama dan guru agama tersendiri. Krishnamurti menarik perhatian sejumlah besar orang dalam ceramah publik dan wawancara pribadi. Ia dianggap sebagai “Mahaguru” oleh tokoh-tokoh agama lainnya sebagaimana oleh mistikus Ramana Maharshi yang dihormati, guru spiritual Anandmai Ma, sebagaimana juga oleh tokoh yang dikenal baik oleh dunia Barat seperti Osho (Bhagavan Shri Rajnee). Meskipun memiliki suatu kelembutan khusus bagi seorang sanyasin atau bikhu buddhis sejati, kritiknya pada berbagai ritual, disiplin, dan kegiatan mereka begitu menghancurkan. Dalam sebuah contoh, Anandmai Ma bertanya padanya “Mengapa Anda menolak para guru? Anda yang adalah Sang Guru dari para Guru” di mana Krishnamurti menjawab, “Orang-orang menggunakan guru sebagai sebuah tongkat penyangga.”

Hingga kini Krishnamurti dikenal luas oleh mereka yang mengambil langkah hidup kerohanian, para penjelajah dunia meditasi. Ia dikenal sebagai “Jagad Guru”, “Guru Dunia”, “Mahaguru”, yang tidak berkenan dirinya disebut sebagai Guru, karena baginya semua itu bukanlah yang terpenting.

Adaptasi dari wikipedia.org

–0–

“Sahabat, jangan hiraukan siapa saya; Anda tak akan pernah tahu. Saya tak ingin Anda menerima apa saja yang saya katakan. Saya tak membutuhkan apa-apa dari siapapun; atau tak menginginkan popularitas; saya tak membutuhkan sanjungan Anda, atau Anda mengikuti. Karena saya mencintai kehidupan, saya tak memerlukan apapun. Masalah-masalah ini tidaklah terlalu penting; yang penting adalah fakta bahwa Anda mengikuti dan membiarkan pertimbangan anda dikotori oleh otoritas. Pertimbangan anda, batin anda, kasih sayang anda, kehidupan anda dikotori oleh hal-hal yang tiada bermakna, dan di sana terdapat duka.”

http://lhagima.wordpress.com/2010/01/12/siapa-jiddu-krishnamurti/
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #81 on: 08 July 2010, 10:45:01 PM »
(Diterjemahkan oleh Bpk.Hudoyo Hupudio)

Pewawancara BBC-TV (Bernard Levin): Kita berada
di Brockwood Park, Hampshire, di sebuah sekolah &
center yang dibangun oleh seorang yang disebut
filsuf, Guru, orang suci, dsb, dan yang menolak
semua gelar-gelar itu. Namun, lebih dari setengah
abad lamanya ia adalah salah seorang pemikir dan
guru yang paling berpengaruh, yang membawa
keabadian Timur ke dunia Barat yang gelisah:
Jiddu Krishnamurti. -- Krishnaji, apakah rahasia
Anda? Apakah yang Anda ketahui yang kita semua tidak ketahui?

JK: Oh, saya tidak tahu.

P: Tetapi pasti Anda tahu sesuatu. Lihatlah diri
Anda: tenang, sadar, puas, tanpa konflik.

JK: Tidak.

P: Bagaimana Anda me-manage semua itu? Apakah itu?

JK: Saya tidak pernah mempunyai konflik dalam hidup saya.

P: Tidak punya konflik?

JK: Sama sekali tidak.

P: Kalau begitu Anda pasti unik di antara manusia.

JK: Itu bukan karena lingkungan, bukan karena
saya dilindungi, bukan karena pengaruh luar yang
membuat saya aman. Saya rasa itu karena realisasi
bahwa konflik bukan hanya merusak batin, tetapi
konflik juga merusak seluruh kepekaan dari
kesadaran. -- Jadi saya tidak pernah punya
konflik. Ini tampaknya alamiah buat saya. Itu
bukan suatu daya upaya untuk tidak berada dalam konflik.

P: Tapi bagi kebanyakan dari kita itu suatu daya
upaya. Jadi bagaimana kita sampai ke situ?

JK: Saya rasa, itu muncul jika kita mempunyai
persepsi langsung mengenai sesuatu, bahwa konflik
menghancurkan martabat manusia, rasa kedalaman
manusia, dan sebagainya, dan kita mempunyai
kesadaran mendalam tentang itu, lalu itu berhenti seketika, bagi saya.

P: Oh, bagaimana dengan kami-kami ini?

JK: Ya, itu juga berlaku.

P: Bagi kita semua?

JK: <mengangguk> ...

P: Lalu bagaimana kita mencapainya? Itu terasa
seperti mencapai nirvana, mencapai tujuan tertinggi.

K: Bukan. Tujuan tertinggi--jika boleh kita
menamakannya demikian--adalah sesuatu yang
sepenuhnya suci, sepenuhnya tidak terkotori oleh pikiran.

P: Apakah pikiran mengotori?

JK: Ya.

P: Itu suatu konsep yang aneh.

JK: Itu bukan konsep. Itu aktualitas. Mengapa
Anda mereduksikannya menjadi konsep?

P: Yah, itu karena cara berpikir kita memang
begitu. Kita belajar berpikir, dan pikiran itu
sendiri adalah alat yang paling penting dan paling kuat yang kita miliki.

JK: Tentu saja.

P: Bukankah begitu?

JK: Tetapi pikiran itu sangat terbatas.

P: Teruskan. -- Mengapa?

JK: Oleh karena pikiran berasal dari pengetahuan,
dari ingatan, dari pengalaman; dan pengetahuan
tentang apa pun tidak pernah lengkap.

P: Kalau begitu, apakah yang lengkap? Anda
berkata, pikiran berasal dari ingatan, dari
pengetahuan, dari pengalaman, itu memang benar.
Tapi bagaimana kita mengatasinya?

JK: Saya rasa, itu muncul bila kita menempatkan
pikiran pada tempatnya yang benar. Anda
memerlukan pikiran untuk datang kemari; Anda
memerlukan pikiran untuk mengadakan semua lampu
dan kamera ini. Anda memerlukan pikiran untuk
membuat bom atom, membuat cruise missile, dsb,
dsb Tetapi pikiran--yang terbatas, yang
terkondisi oleh pengetahuan, yang tidak akan
pernah lengkap dalam keadaan apa pun juga--jika
kita menyadari bahwa pikiran mempunyai tempatnya
yang benar, maka secara psikologis ia tidak
membuat gambaran tentang diri sendiri, tentang
apa pun; kita melihat fakta-fakta seperti apa adanya.

P: Kita cenderung berpikir, kita melakukannya sepanjang waktu.

JK: Tidak, tidak. -- Lihat saja, misalnya,
agama-agama: kr****n, Hinduisme, Buddhisme, atau
Islam, semuanya didasarkan pada pikiran. Apa pun
yang diciptakan oleh pikiran tidaklah suci; semua
ritual, semua yang dilakukan manusia atas nama
Tuhan, dan sebagainya, tidaklah suci.

P: Tentang ritual, ya, struktur dan hirarki
Gereja dsb, memang demikian. Tetapi bagaimana
dengan ajaran asli dari agama itu sendiri? Apakah
Anda juga akan berkata begitu tentang ajaran Kristus atau Buddha, misalnya?

JK: Saya akan berkata, ya.

P: Ya?

JK: Oleh karena ajaran-ajaran itu telah
dituliskan oleh manusia, diterjemahkan oleh
manusia, untuk mengakomodasikan dirinya sendiri;
apa yang dinamakan “wahyu” dalam agama kr****n,
misalnya, dan dalam Buddhisme jelas telah
diturunkan dari Buddha kepada siswa-siswanya, dan
seterusnya. Tetapi itu tetap bukan pengalaman
langsung, bukan pemahaman langsung, pencerahan
langsung dan vital akan apa yang abadi.

P: Tetapi, kalau tidak, bagaimana ajaran-ajaran
itu bisa disebarkan? Bagaimana pun, Anda juga
menerbitkan berjilid-jilid buku berisi khotbah-khotbah Anda ...

JK: Ya ...

P: ... dan juga sekarang di televisi ini.

JK: Ya ...

P: Beginilah caranya hal-hal ini disebarluaskan.
Kalau tidak, bagaimana lagi kita menyebarkannya?

JK: Bukan; jika kita bisa melihat, misalnya,
bahwa kata bukanlah apa yang dikatakannya--bukan?
Kata, buku, apa pun yang dicetak, bukanlah
kenyataan sesungguhnya. Itu hanyalah cara
berkomunikasi dari orang-orang yang telah melihat
sesuatu, lalu mereka ingin mengkomunikasikannya
kepada orang lain; lalu dalam pengkomunikasian
itu menjadi terpiuh [distorted], dan orang yang
mengatakannya menjadi lebih penting daripada apa yang dikatakannya.

P: Itulah yang tadi saya katakan, Gereja. Gereja
melembagakan ajaran Guru Agung, Nabi Agung,
Pemimpin Agung, dan mendistorsikan ajarannya.
Tetapi sekali lagi, itu tidak menafikan
ajarannya. Ambillah, misalnya, ajaran yang kita
semua kenal, “Khotbah di Bukit”. Kristus
mengucapkannya, itu dituliskan, dan kita sekarang bisa membacanya sendiri.

JK: <berdiam diri agak lama> ... Dapatkah kita
meletakkannya secara lain: Orang harus menjadi cahaya bagi dirinya sendiri. ...

P: Hmm ... Teruskan.

JK: Dan kita tidak mungkin bergantung pada orang
lain. Anda tidak bisa memperoleh cahaya dari
orang lain. Cahaya itu tidak bisa dinyalakan oleh
orang lain, Anda tidak bisa dituntun oleh orang
lain, entah itu Tuhan, Juruselamat, Buddha; itu
tidak bisa diturunkan kepada orang lain. Kita
harus secara total, secara menyeluruh menjadi
cahaya bagi diri kita sendiri. Itu bukan berarti
mementingkan diri sendiri, bukan berarti kegiatan
egosentrik; sebaliknya, menjadi cahaya bagi diri
sendiri berarti memahami diri secara menyeluruh,
di mana dalam pemahaman itu tidak ada distorsi
sama sekali tentang apa adanya diri ini.

P: Apakah itu berarti bahwa tidak ada di antara
kita yang memerlukan ajaran yang diturunkan oleh
guru-guru itu, bahwa kita semua bisa mencapainya sendiri?

JK: Saya yakin, saya merasa pasti bahwa setiap
orang merupakan sejarah umat manusia; itu jelas.
Dan kalau kita tahu bagaimana membaca tentang
diri sendiri, sejarah diri kita sendiri, yang
sangat rumit, yang membutuhkan perhatian besar,
membutuhkan suatu batin yang tidak mendistorsikan
fakta yang dilihatnya sendiri, perhatian seperti
itu, keelingan yang peka dan penuh perhatian,
yang mudah dikembangkan, mudah dimiliki, maka
kita bisa membaca tentang diri kita sendiri, tanpa ilusi apa pun.

P: Tetapi saya rasa ada garis pemisah yang halus
antara apa yang Anda katakan tentang perhatian
dengan apa yang kita lakukan sepanjang waktu
dengan berkonsentrasi pada diri kita sendiri ...

JK: Ah, itu sekadar kegiatan egosentrik ...

P: Tentu saja, kita justru egosentrik.

JK: Karena kita egosentrik, dan itu menciptakan
kekacauan di dunia, mengapa kita tidak menyadari
kerusakan yang kita akibatkan di dunia?

P: Pertanyaan itu Andalah yang harus menjawabnya,
mengapa kita tidak menyadarinya?

JK: Entah orang sama sekali tidak peduli akan apa
yang terjadi di dunia, atau orang begitu asyik
dengan keinginan-keinginan dan
kenikmatan-kenikmatannya sendiri, sehingga tidak
penting apa yang terjadi selama kita memenuhi keinginan kita sendiri.

P: Tetapi tidak bolehkah kita mencari kebahagiaan?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #82 on: 08 July 2010, 10:45:22 PM »
JK: Bukan, kebahagiaan adalah hasil samping, itu bukan tujuannya sendiri.

P: Bukan; kebahagiaan yang tidak tergantung pada
penderitaan orang lain, yang tidak merugikan
orang lain; tidak bolehkah kita mencari
kebahagiaan seperti itu, mengkondisikan
kebahagiaan bagi diri kita sendiri, bahkan
mungkin bagi orang lain, orang-orang yang kita cintai?

JK: Apakah yang kita maksud dengan ‘kebahagiaan’?

P: Mungkin itu adalah “kenikmatan yang tidak salah” [innocent pleasure] ...

JK: Itulah. Selama kita mempunyai kenikmatan,
kita namakan itu “kebahagiaan”. Apakah cinta itu keinginan atau kenikmatan?

P: Ya, mungkin ...

JK: Tidak, tidak. ...

P: Itulah kita sekarang, itulah yang kita cari ...

JK: Ya, kita menerimanya. ...

P: Kita menerimanya ...

JK: Itulah kondisi manusia. Kita tidak pernah
menembus keluar dari situ. -- Nah, apakah yang
membuat manusia, di seluruh dunia, bisa keluar dari situ?

P: Tapi, mengapa kita harus keluar dai situ? --
Apakah cinta--saya tidak bermaksud mengajar Anda,
tapi saya ingin mendengar pendapat Anda--apakah
cinta bukan aspek yang paling bermanfaat bagi umat manusia?

JK: Memang, tetapi cinta itu sudah diidentikkan
dengan keinginan, dengan kenikmatan, dengan seks,
pemenuhan, hidup bersenang-senang, semua itu
disebut “cinta”. Saya rasa itu bukan cinta.

P: Jadi, apakah cinta itu?

JK: Saya rasa, kita bisa menyadari apa itu cinta
dan welas asih [compassion] dan bersama itu apa
yang disebut kecerdasan [intelligence] jika kita
menyadari apa yang bukan itu. Jelas itu bukan ambisi.

P: Tapi bagaimana dengan--saya bisa melihat
sikap mementingkan diri sendiri di dalam ambisi
atau keinginan untuk mengejar kekuasaan. Tetapi,
bagaimana dengan ambisi untuk berbuat baik, untuk membantu orang lain.

JK: Anda sekadar berbuat baik; bukan berambisi
untuk berbuat baik, kalau begitu, Anda
mementingkan diri sendiri. Bukan suatu kegiatan
yang berpusat pada diri, Anda sekadar berbuat baik, itu saja.

P: Tetapi kita hidup di dunia yang bergantung pada hal-hal ini.

JK: Kita hidup di sebuah dunia yang telah diciptakan oleh pikiran ...

P: Ya ...

JK: Kita hidup di sebuah dunia di mana kita
sangat mementingkan pikiran; dan pikiran telah
menciptakan semua masalah ini: bom atom, perang,
persiapan perang, pemisahan negara-negara, pemisahan keagamaan, ...

P: Memang hal-hal itu diciptakan oleh pikiran,
tetapi pikiran juga menciptakan hal-hal yang baik ...

JK: Ya, memang, ilmu bedah, kedokteran, ...

P: Seni ...

JK: Seni -- dan hal-hal lain. -- Tetapi, yang
paling destruktif dari pikiran adalah kondisi di
mana kita hidup: perang, perang abadi, dan tak
seorang pun dapat menghentikannya, tak seorang pun mau menghentikannya.

P: Tetapi, bagaimana kita bisa menghentikannya?
Saaya rasa, kita bisa menghentikannya mulai dari diri sendiri.

JK: Ya, betul.

P: Tapi bagaimana kita melakukannya?

JK: Pak, kesadaran manusia adalah kesadaran
seluruh umat manusia; bukan kesadaranku,
kesadaranmu, melainkan kesadaran seluruh umat
manusia. Dan isi dari kesadaran itu dibentuk oleh
pikiran: keserakahan, iri hati, ambisi, konflik,
kesengsaraan, penderitaan, rasa terasing luar
biasa, kesepian, keputusasaan, kegelisahan, semua
ada di situ di dalam kesadaran kita. Kepercayaan,
“Saya percaya pada Tuhan,” iman dsb.

P: Apakah Anda menolak kepercayaan itu sendiri?

JK: Ya.

P: Sungguh?

JK: Ya, seluruh kepercayaan. ...

P: Kalau begitu, Anda tidak punya banyak keistimewaan.

JK: Apa?

P: Anda tidak punya banyak keistimewaan.

JK: Sudah tentu tidak. -- Seperti saya katakan,
orang harus bebas dari semua ilusi yang
diciptakan oleh pikiran untuk bisa melihat apa
yang sungguh-sungguh suci, yang muncul dari meditasi yang benar.

P: Meditasi yang benar -- apakah meditasi yang
benar itu? Anda menyiratkan ada meditasi yang salah.

JK: Ah, semua meditasi yang ditawarkan oleh
berbagai Guru pada dewasa ini adalah nonsens.

P: Mengapa?

JK: Oleh karena lebih dulu Anda harus membereskan rumah.

P: Apakah itu bukan jalan untuk membereskan rumah?

JK: Ah, itu pemikiran yang keliru. Mereka mengira
bahwa dengan meditasi mereka dapat membereskan rumah.

P: Ya. Tidakkah begitu?

JK: Tidak.

P: Bukankah begitu?

JK: Tidak. Justru sebaliknya, Anda harus
membereskan rumah, diri Anda, lebih dulu. Kalau
tidak, meditasi akan menjadi pelarian.

P: Tetapi kita membutuhkan “pelarian” dari diri
kita, dari ego, dari keinginan, dari tuntutan
dalam diri kita. Keheningan dari meditasi adalah
bagian yang berharga darinya, bukan?

JK: Begini, masalah meditasi adalah rumit ...
<berdiam diri lama> ... kalau kita tidak lebih
dulu membereskan rumah, yang berarti tidak ada
ketakutan, memahami kenikmatan, mengakhiri
kesedihan, dari situ muncul welas asih,
kecerdasan; dan proses menuju ke situ--kalau
boleh saya namakan ‘proses’ untuk
sementara--adalah bagian dari meditasi. Lalu,
menemukan apakah pikiran bisa berhenti, yang
adalah waktu, harus berhenti. Lalu, dari situ
muncullah keheningan besar. Dan di dalam
keheningan itulah akan ditemukan apa yang suci.

P: Tetapi, menghentikan pikiran, saya yakin itu
adalah hal yang paling sulit dilakukan oleh
kebanyakan orang dalam hidup ini. Menghentikan pikiran, mematikan pikiran ...

JK: Lagi-lagi ini adalah hal yang rumit. --
Siapakah yang mematikan pikiran itu?

P: Tentu pikiran itu sendiri.

JK: Nah, jika kita menyadari bahwa si pengamat
adalah yang diamati, si pengendali adalah yang
dikendalikan, dia yang mengalami adalah yang
dialami, jika kita sungguh-sungguh secara aktual
menyadarinya--bukan secara intelektual atau
secara verbal, melainkan secara mendalam--maka
persepsi itu sendiri akan menghentikannya. Itu
seperti melihat bahaya; jika Anda melihat bahaya,
Anda akan menjauhinya dengan seketika.

P: Ya.

JK: Jadi, melihat bahaya -- jika Anda melihat
bahaya dari konflik, misalnya, bahaya psikologis
dari seorang manusia yang terus-menerus berada
dalam konflik--ia mungkin bermeditasi, ia mungkin
berbuat apa saja, tetapi konfliknya akan berjalan
terus--tetapi jika ia melihat bahayanya, seperti
bahaya sebuah racun, maka ia akan menghentikannya. Itulah akhirnya.

P: Dari apa yang Anda katakan, tampaknya tidak ada jalan menuju ke situ.

JK: Tidak.

P: Lalu bagaimana kita bisa sampai ke situ? Untuk
sampai ke suatu tempat tanpa suatu jalan apa pun,
menurut saya bukan suatu ide yang baik.

JK: Begini -- Jalan ini ditetapkan oleh
pikiran--bukan? Seluruh jalan pembebasan Hindu,
Buddhis, Islam, kr****n -- Kebenaran bukanlah
suatu titik tertentu yang menetap [fixed]. Jadi manakah jalan ke situ?

P: Tetapi tentu ada jalan, saya harap ada jalan,
menuju pengakhiran dari konflik.

JK; Ada -- bukan jalan, tetapi ada pengakhiran
konflik, kesedihan, dan sebagainya, bila orang
menyadari--ebih baik saya katakan begini--bila
terdapat aktualitas keelingan yang peka tentang
apa adanya diri kita, tanpa pendistorsian sedikit
pun, menyadarinya, tanpa pilihan apa pun; dan
dari situlah terdapat pengakhiran dari semua kekacauan ini.

P: Dari apa yang Anda katakan, bila terdapat
keelingan penuh akan diri kita, tanpa pilihan,
tanpa ilusi, tampaknya kita hanya perlu
duduk-duduk menunggu datangnya pencerahan seketika.

JK: Seluruh umat manusia telah duduk-duduk selama jutaan tahun ...

P: ... tepat sekali ...

JK: ... seperti yang kita lakukan ...

P: Ya.

JK: Saya rasa, kita harus menemukan apakah
tindakan itu. Adakah tindakan yang tidak
menghasilkan konflik, yang dalam keadaan apa
pun--entah di masyarakat miskin, entah di
masyarakat kaya--tindakan yang selalu benar?
Untuk menemukan itu, kita harus menyelidiki
masalah tindakan aktual di saat sekarang?
Tindakan itu entah bersifat idealistik, ke masa
depan; atau tindakan berdasarkan ingatan dari
masa lampau, yang adalah pengetahuan; atau adakah
tindakan yang bebas dari masa depan, dari waktu, itulah seluruh masalahnya.

P: Tetapi kita tidak bisa menghentikan waktu. ...
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #83 on: 08 July 2010, 10:45:45 PM »
JK: ... Tentu saja ...

P: ... Waktu berjalan terus.

JK: Waktu menurut arloji, menurut hari, berjalan
terus. Tapi adakah waktu psikologis, waktu
di-dalam? Itu tidak ada, itu kita ciptakan sendiri.

P: Jadi, tampaknya, apa pun hal itu, itu lengkap dan seketika.

JK: Ya.

P: Itu bukan sesuatu yang Anda bangun lapis demi lapis.

JK: Sama sekali bukan. -- Penerangan bukanlah
suatu proses yang berangsur-angsur; itu bukan
penerangan, bukan pencerahan, kalau Anda
membiarkan waktu, berangsur-angsur menjadi sesuatu.

P: Dalam hubungan ini, saya ingin menanyakan
kepada Anda ini: Anda mempunyai sekolah di sini,
apakah yang Anda ajarkan kepada anak-anak? Bila
Anda tidak bisa menjadi contoh bagi mereka--tua
dan muda, saya rasa--apakah yang Anda ajarkan?

JK: Mata ajaran-mata ajaran akademis.

P: Ya, tapi dalam bidang ini.

JK: Juga menunjukkan semua ini, bagaimana hidup secara benar.

P: Yah, para filsuf sepanjang zaman telah
mendiskusikan hal itu, bagaimana hidup secara
benar. Apakah hidup secara benar itu? Bisakah Anda mengajarkannya?

JK: Anda dapat menunjukkannya. Anda bisa berkata
kepada mereka: Anda jangan menjadi budak
masyarakat, Anda harus begini atau begitu. Tetapi
Anda harus menunjukkannya kepada mereka. Lalu terserah kepada mereka.

P: Tetapi dapatkah kita melakukan itu ketika kita
hidup di dunia nyata, di mana kita harus mengejar
kereta, pergi ke kantor, membeli makanan dsb.

JK: Ya, Pak. Saya telah mengalami semua itu.

P: Bagaimana kita memadukan semua tekanan itu ...

JK: Saya tidak akan melakukan apa pun di bawah tekanan.

P: Anda ...

JK: ... Tidak, secara intelektual dan psikologis
saya menolak berada di bawah tekanan apa pun. --
Saya tidak peduli lapar, saya tidak peduli tidak
punya pekerjaan, tetapi saya menolak berada di bawah tekanan apa pun.

P: Inilah yang saya tanyakan pada awal tadi. Saya
bertanya apa rahasianya, dan ketika Anda berkata
Anda menolak berada di bawah tekanan, saya bisa
melihatnya dan memahaminya, ketika saya melihat
Anda, membaca buku-buku Anda, mendengarkan
ceramah Anda. Tetapi bagaimana dengan kita-kita yang lain ini?

JK: Jika kita semua berkata, kita tidak mau ditekan ...

P: Tapi kita berada di bawah tekanan ...

JK: Tapi kita tidak mau ditekan ...

P: Bagaimana Anda bisa menolaknya. Anda hidup di
dunia nyata, pekerjaan Anda menunggu Anda, Anda
tidak boleh terlambat, Anda punya janji ...

JK: Kita harus menemukan, apakah masyarakat bisa diubah.

P: Tidak bisakah masyarat diubah?

JK: Bukan, menemukan apakah masyarakat bisa
diubah. Kaum komunis telah mencobanya, kaum
sosialis telah mencobanya, ada sistem-sistem
untuk mengubah masyarakat. -- Nah, apakah
masyarakat itu? Itu adalah abstraksi dari
hubungan-hubungan pribadi kita. Jika hubungan
pribadi kita berubah secara radikal, maka
masyarakat pun berubah. Tetapi kita tidak
berminat untuk berubah. Kita menerima perang,
kita menerima seluruh keadaan yang mengerikan ini.

P: Ya, kita menerimanya. Bagaimana kita menghentikannya?

JK: Berontaklah terhadap keadaan ini. Berontak
bukan berarti menjadi komunis dsb, tetapi secara
psikologis berontak terhadap keadaan ini.

P: Tetapi itu tentu harus dilakukan secara
individual, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara kolektif.

JK: Bukan. Lagi-lagi, apa yang dimaksud dengan ‘individu’?

P: Yah, kita semua adalah pribadi-pribadi yang berdiri sendiri dan terpisah.

JK: Betulkah demikian?

P: Apakah bukan demikian?

JK: Saya ragukan itu ...

P: Teruskan ...

JK: Kita bukan individu, kita adalah hasil dari
pengalaman dan ingatan kolektif dan sebagainya
selama berabad-abad. Kita mengira bahwa kita
adalah individu; kita mengira bahwa kita bebas,
tapi kita bukan demikian. Bagi kita, kebebasan
berarti pilihan. Pilihan berarti kebingungan.
Anda tidak memilih bila Anda jernih.

P: Anda pernah mengucapkan satu kalimat yang
sangat mencolok, kalau saya tidak salah ingat,
bahwa tujuan Anda adalah membebaskan manusia [to set man free].

JK: Ya.

P: Itu adalah sesuatu yang paling penting di
dunia. Tapi bagaimana kita melakukannya?
Bagaimana kita membebaskan diri kita?--karena
menurut penuturan Anda, saya simpulkan bahwa kita
harus membebaskan diri kita sendiri, Anda
menunjukkan bagaimana kita membebaskan diri kita sendiri.

JK: Menyadari keterkondisian kita.

P: Tetapi keterkondisian kita mengerikan ...

JK: Bukan, bukan. Apakah keterkondisian kita?

P: Itu bervariasi bagi setiap individu.

JK: Saya meragukannya.

P: Bukan?

JK: Bukan. Kita terkondisi oleh ketakutan ...

P: ... Ya ...

JK: ... yang sama bagi setiap orang. Kita
terkondisi oleh kenikmataan, yang sama bagi
setiap orang. Kita terkondisi oleh kegelisahan,
oleh rasa kesepian, oleh ketidakpastian yang
mencekam. Semua itu adalah faktor-faktor yang mengkondisikan batin.

P: Tidak bisakah kita mengesampingkannya?

JK: Tidak. Siapakah – Anda mengajukan pertanyaan
yang salah. – Jika kita melihat konsekuensi dari
semua keterkondisian ini, konsekuensi, kesakitan,
dan sebagainya, dengan sendirinya semua itu
berakhir. Tidak ada diri yang mengatakan “Saya
akan mengakhirinya.” Itulah kecerdasan.

P: Lalu apakah kita bebas?

JK: Apakah artinya ‘bebas”?

P:Menurut saya itu berarti lenyapnya ketakutan,
kegelisahan, keinginan yang mustahil.

JK: Ya, itulah kebebasan. Kalau kita tidak bebas
seperti itu, kita tidak mungkin menjadi cahaya
bagi diri kita. Kalau Anda tidak bebas seperti
itu, meditasi tidak ada artinya.

P: Tampaknya setiap orang berpikir sebaliknya. Dan Anda memutarbalikkannya.

JK: Tapi itu fakta.

P: Kita berpikir bahwa sistem, kepercayaan, iman,
jalan adalah cara untuk sampai pada kebebasan itu ...

JK: Bukan, kepercayaan membuat otak aus, mengulang, mengulang, mengulang ...

P: Jadi bisakah kita mencapainya dengan suatu
lompatan besar ke dalam kebebasan?

JK: Ya. Mempunyai pencerahan akan semua ini.

P: Dengan seketika?

JK: Ya.

P: Dan setiap orang bisa melakukannya?

JK: Setiap orang yang penuh perhatian,
menyelidik, menjelajah, mencoba memahami
kebingungan yang mengerikan dari kehidupan ini.

P: Pada semua umur?

JK: Tentu saja tidak, seorang bayi, seorang anak
kecil, tidak bisa melakukannya.

P: Tetapi kita tidak perlu menghabiskan seluruh hidup kita untuk melatihnya.

JK: Demi Tuhan, tidak. Dan itu telah menunggu kita ...

P: ... menunggu kita semua?

JK: Ya.

P: Terima kasih banyak, Krishnaji.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #84 on: 08 July 2010, 10:46:51 PM »
sepertinya krisnamurti itu jelas2 anti pada agama2 di dunia, tapi kenapa pa Hudoyo malah ingin merangkul semua agama, malah dengan menyamakan ajaran Buddha dengan ajaran J Krisnamurti ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline chocoedd

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 44
  • Reputasi: 3
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #85 on: 09 July 2010, 09:20:03 AM »
ya iyalah, kan dia butuh orang untuk ngisi MMDnya. makanya dia merekrut orang2 dari berbagai agama dengan cara ngambil sepotong2 ajaran masing2, lalu bikin pernyataan biar mereka tertarik. Buddha dari 2 sutta, Islam dari Tasawuf, kr****n dari mistismenya. Dia yang ngomong sendiri di milis SP.

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #86 on: 09 July 2010, 10:10:11 AM »
Dia ada jelaskan napa harus comot sana sini ?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #87 on: 09 July 2010, 10:43:46 AM »
Dia ada jelaskan napa harus comot sana sini ?
untuk merangkul orang2 dari berbagai aliran agama untuk memperkenalkan MMD perlu pendekatan agar orang itu mau ikut MMD :
untuk umat Buddha diambil tisutta (bahiya, malunkya, Mulapariyaya)
untuk kr****n : Aku telah mati disalibkan. Sekarang bukan aku lagi, melainkan Tuhan yang berada dalam aku
untuk islam : tasawuf
gak tau kalau mau rangkul agama lain juga.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #88 on: 09 July 2010, 12:22:33 PM »
http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/89400 => link meresahkan, menjatuhkan kredibilitas seseorang.

Re: I'm Riky Liau

Nah, anak saya sudah datang. Kamu gantikan ayah, Riky, melayani mereka yg masih
bisa diajak bicara. (Yang lain-lain masukkan keranjang sampah saja.)

Ayah akan berkonsentrasi menyiapkan e-book tentang debat di SP ini. Dalam waktu
beberapa jam lagi, akan tersebar di dunia maya.

Ayah

--- In samaggiphala [at] yahoogroups.com, "Riky" <rikydave2 [at] ...> wrote:
>
> Saya sering mendengar tentang "perdebatan tak sehat" di milis SP,salah 1 nya
adalah perdebatan dari LW[seorang pakar abhidhamma,yang sangat diragukan sekali
pengetahuan,bahkan dedikasinya,sampai pada "apakah dia ada masalah kejiwaan"?]
dan gurunya si P[yang "katanya" satu-satunya "pakar" Abhidhamma di
Indonesia,yang bisa marah-marah tak karuan,persis seperti LW,buah jatuh tak jauh
dari pohonnya kata orang]...
>
> Saya juga tidak lupa,di salah satu link di DC ,ada permintaan bantuan dana
untuk membantu Gurunya si LW yang terkena katarak sehingga harus operasi..[Saya
rasa semoga berkat kejadian tersebut,dia agaknya sadar dengan sikapnya didalam
komunitas Buddhisme yang tidak mencerminkan Buddhisme sama sekali ,yang
fundamentalnya sendiri adalah Metta dan Universal]..

>
> perubahan-perubahan didalam "tubuh" Buddhisme sendiri terjadi dikarenakan
banyaknya "orang sok tahu" dalam Buddhisme,menyatakan aliran ini sebagai sesat
dan aliran ini tidak sebagai sesat,atas dasar apa bilamana menggunakan rujukan
yang sama?
>
> sepertinya "cacian dan makian" sudah mencerminkan "Buddhisme saat ini",jadi
tidak ada salahnya dan tidak disalahkan juga,banyak yang "angkat kaki" dari
Buddhisme,dan akhirnya di lehernya berkalungkan salib,bahkan bukan "umat awam"
yang tidak tahu mengenai Buddhisme,pengurus fanatik dari Theravada sendiri pun
pindah agama,agaknya sebagai penerus-penerus Dhamma,kita semua diwajibkan sadar
mengenai hal ini...

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #89 on: 09 July 2010, 12:28:25 PM »
haa
CMIIW.FMIIW.