//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho  (Read 3609 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« on: 23 October 2008, 10:24:08 AM »
saya tertarik membaca judul artikel ini, ketika membongkar file2 lama..
dan menurut saya, pembahasan Dharmanya diuraikan secara sederhana dan menarik..
sehingga saya berminat untuk share kpd anggota DC..
semoga yang beruntung membacanya, merenungkan dan mempraktikkannya, dapat menggunakan manfaat dari kelahiran sebagai seorang manusia yang berharga ini untuk menjadi lebih baik.
Semoga berbahagia!
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« Reply #1 on: 23 October 2008, 10:24:38 AM »
Beginilah Apa Adanya
Ajahn Sumedho

Berapa banyak dari anda yang sedang berlatih hari ini untuk berusaha menjadi sesuatu ‘saya harus melakukan ini…. atau menjadi itu.. atau melenyapkan sesuatu….’ Sifat kompulsif itu telah mengambil alih, bahkan di dalam pelatihan Dhamma kita. Sebalikya, sebuah sikap ‘Beginilah apa adanya’ bukanlah sikap fatalistik yang tidak peduli atau tidak mau tahu, tetapi ini adalah sebuah keterbukaan nyata terhadap segala sesuatu apa adanya pada saat ini. Sebagai contoh, pada saat ini, inilah apa adanya dan ia tidak dapat menjadi lain pada saat ini. Ini begitu jelas kan?

Sekarang ini, tidak peduli apa anda merasa bersemangat atau loyo atau mantap, gembira atau tertekan, tercerahkan atau sepenuhnya terdelusi, setengah cerah, setengah terdelusi, tiga-perempat, seperempat cerah, penuh harapan atau putus asa, inilah apa adanya dan ini tidak dapat menjadi lain pada saat ini.

Bagaimana perasaan tubuh anda? Perhatikan saja bahwa tubuh ini ya begini. Berat, menumpu pada tanah, kasar, lapar, panas dan dingin, menjadi sakit. Kadang merasa sangat enak, kadang sungguh tidak nyaman. Inilah apa adanya. Tubuh manusia adalah seperti ini, sehingga tendensi untuk menjadi yang lain pun runtuh. Ini tidak berarti kita tidak membuat sesuatu menjadi lebih baik, tetapi kita melakukannya melalui pemahaman dan kebijaksanaan, bukan dari sebuah keinginan berlandaskan pada kebodohan.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« Reply #2 on: 23 October 2008, 10:25:38 AM »
Dunia ini adalah seperti ini dan sesuatu terjadi, dan salju turun dan matahari terbit, dan orang datang dan pergi, orang-orang bersalah paham, perasaan orang tersakiti. Orang menjadi malas dan terinspirasi dan orang merasa depresi atau bingung, orang bergosip dan saling mengecewakan satu sama lain. Ada percabulan dan ada pencurian, kemabukan, ketergantungan pada obat-obatan, ada perang dan ini juga akan terus berlangsung.

Di dalam komunitas seperti Amaravati kita dapat melihat segala sesuatu apa-adanya. Sekarang ini akhir minggu dan banyak orang datang untuk mempersembahkan dana makanan. Suasana juga lebih ramai dan bising dan kadang-kadang ada anak-anak berlari ke sana ke mari berteriak-teriak dan orang-orang menumbuk sayur-sayuran dan memotong-motongnya dan segalanya bertaburan di mana-mana.

Anda dapat mengamati ‘Inilah apa adanya, daripada berkomentar ‘Orang-orang ini mempengaruhi ketenangan saya’. ‘Saya tidak ingin menjadi seperti itu, saya menginginkan yang sebaliknya’ mungkin muncul sebagai reaksi jika anda menyukai keteraturan yang senyap waktu makan, pada saat tidak ada hal-hal yang terjadi dan pada saat tidak ada suara keras atau bising. Tetapi hidup adalah seperti ini, ini adalah cara hidup, ini adalah eksistensi manusia. Jadi di dalam pikiran, kita mencakup perubahan dan gerakan dari kesunyian menuju kebisingan, dari situasi terkontrol dan teratur ke suasana bingung dan kacau.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« Reply #3 on: 23 October 2008, 10:26:25 AM »
Seseorang dapat menjadi buddhis yang sangat egois dan menginginkan hidup yang sangat senyap dan menginginkan untuk mampu ‘berlatih’ dan memiliki banyak waktu untuk duduk [meditasi], banyak waktu untuk mempelajari Dhamma dan ‘Saya tidak harus menerima tamu atau berbicara kepada orang tentang sesuatu yang konyol dan saya tidak mau……bla bla bla’ Anda dapat menjadi seorang bhikkhu budhis yang sangat-sangat egois. Anda dapat menginginkan dunia untuk sesuai dengan impian-impian dan harapan ideal anda dan ketika ini tidak terjadi, anda tidak menginginkannya lagi.Tetapi daripada berusaha membuat sesuatu dengan cara yang anda inginkan, jalan Buddha adalah jalan untuk mengenali sesuatu apa adanya. Dan merupakan suatu kelegaan besar pada saat anda menerima apa adanya, bahkan jika sesuatu itu tidak enak, karena penderitaan yang paling nyata adalah menolak sesuatu apa adanya.

Apakah sesuatu berjalan dengan tidak begitu baik atau baik, jika kita tidak menerima sesuatu apa adanya, maka pikiran cenderung menciptakan semacam bentuk penderitaan. Jadi, jika anda terikat kepada sesuatu yang berjalan dengan baik, maka anda akan mulai mengkhawatirkan hal itu tidak akan berjalan begitu baik lagi, meskipun jika sebenarnya ia baik-baik saja. Saya telah mengamati hal itu pada hal-hal kecil, seperti pada saat cuaca cerah dan seseorang kegirangan – maka pikiran selanjutnya adalah ‘tetapi di Inggris, anda tahu, matahari dapat hilang dengan cepat setelah itu [Cuaca di Inggris sangatlah cepat berubah - Red].

Seketika saat kita menangkap/melekat pada sebuah persepsi tentang matahari yang cerah maka kita dapat melompat kegirangan. Selanjutnya pikiran tidak nyaman akan juga otomatis muncul, mengkhawatirkan cuaca cerah yang tidak akan bertahan lama. Kepada apapun anda terikat akan membuat anda mengkhawatirkan hal kebalikannya. Dan pada saat sesuatu tidak berjalan dengan baik, pikiran cenderung berpikir ‘Saya menginginkan yang lebih baik dari ini’. Penderitaan muncul pada saat ada genggaman keinginan ini.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« Reply #4 on: 23 October 2008, 10:27:26 AM »
Dunia sensori adalah menyenangkan dan menyakitkan, cantik, jelek, netral; ada semua gradasi, semua kemungkinan di dalamnya. Ini hanyalah pengalaman sensori. Tetapi ketika ada kebodohan (moha) dan pandangan diri yang bekerja, saya hanya menginginkan kenyamanan dan saya tidak mau rasa sakit. Saya hanya ingin kecantikan dan saya tidak mau keburukan. ‘Oh Tuhan, tolong beri saya kesehatan, beri saya wajah yang halus, fisik yang menarik, biarkan saya muda selama waktu yang panjang, mendapatkan banyak uang, kemakmuran dan kekuatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada kanker, banyak kecantikan di sekitar saya, kelilingi saya dengan kecantikan dan kesenangan sensual yang terbaik’. Kemudian rasa takut akan datang dan berpikir bahwa mungkin saya akan mendapatkan yang terburuk. Saya mungkin mendapatkan penyakit lepra, AIDS atau Parkinson atau kanker. Dan saya mungkin ditolak, diasingkan, dipermalukan dan ditinggalkan sendirian dalam kedingingan, kelaparan, sakit dan bahaya, dengan serigala-serigala yang bersahut-sahutan dan deru angin.

Jadi kita mencondongkan diri kita kepada rasa aman, benarkan? Tempat kecil yang nyaman dengan listrik, pemanas sentral, asuransi dan garansi akan segalanya – tagihan yang terbayar dan kontrak legal. Semua ini memberikan kita sebuah perasaan aman. Kita mencari rasa aman emosional. ’Katakanlah bahwa anda akan selalu mencintai saya sayang. Katakanlah anda akan mencintai saya walaupun anda tidak sungguh-sungguh mencintai saya’. Buat segalanya aman dan terjamin. Dan di dalam permintaan-permintaan itu akan selalu ada kegelisahan karena genggaman erat pada keinginan.

Jadi kita mengembangkan cahaya di sekitar penegakan semangat manusiawi daripada jaminan materiil. Sebagai pengembara yang berpindapatta, anda mengambil resiko bahwa anda tidak akan mendapatkan apapun untuk makan.  Anda mungkin tidak akan menemukan tempat berteduh, anda mungkin tidak memiliki obat yang baik, anda mungkin tidak akan mendapatkan pakaian yang bagus. Orang terkadang sangatlah murah hati, tetapi sebagai pertapa kita tidak menganggap enteng pemberian ini, beranggapan bahwa kita patut mendapatkannya. Kita bersyukur akan segala yang diberikan dan mengembangkan sikap berkeinginan secukupnya. Kita harus mempersiapkan diri meninggalkan segalanyanya di setiap momen, untuk memiliki sikap pikiran yang tidak berpikir ’Ini rumah saya, saya ingin dijamin selama hidup saya’
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« Reply #5 on: 23 October 2008, 10:27:55 AM »
Tidak peduli ke mana arah situasi bergerak, kita beradaptasi, terhadap hidup, waktu dan tempat, ketimbang membuat permintaan-permintaan. Kemanapun situasi pergi, inilah apa adanya. Terhadap penyakit apapun yang kita dapat, tragedi atau katastropi atau sukses atau yang terbaik menjadi yang terburuk, seseorang dapat berkata ’Inilah apa adanya’. Dan di dalamnya ada rasa penerimaan dan tiada kemarahan, tiada keserakahan dan kemampuan untuk mencakup segala aspek kehidupan yang berlaku.

Kita tidak di sini untuk menjadi sesuatu atau mengenyahkan sesuatu, untuk merubah apapun atau membuat apapun untuk diri kita atau menuntut permintaan, tetapi untuk bangun dan sadar terus menerus, untuk merefleksikan, mengamati dan mengenali Dhamma. Jangan khawatir bahwa situasi akan berubah menjadi lebih buruk. Bagaimanapun situasi berubah, kita memiliki kebijaksanaan untuk beradaptasi terhadapnya. Dan saya dapat melihat bahwa inilah sikap tanpa takut sejati kehidupan pertapa. Kita dapat beradaptasi, kita dapat secara bijaksana belajar dari segala kondisi karena rentang waktu kehidupan ini bukanlah rumah kita yang sejati.

Rentang hidup ini adalah sebuah transisi yang melibatkan tubuh dan pikiran kita. Ini adalah sebuah perjalanan melalui dunia sensori dan di dalam dunia sensori ini tidak ada sarang yang nyaman, tidak ada rumah dan tidak ada perlindungan. Ini semua sangatlah tidak kekal, subyek dari kehancuran dan perubahan di setiap momen. Inilah hakikat alaminya. Inilah apa adanya. Tidak ada hal yang menyedihkan jikalau anda tidak menuntut permintaan jaminan keamanan di dalamnya.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Beginilah Apa Adanya, Ajahn Sumedho
« Reply #6 on: 23 October 2008, 10:28:21 AM »
Realitas eksistensi adalah tiada rumah perlindungan apapun di sini. Jadi kehidupan tanpa rumah ini, menuju langsung pada kehidupan pertapa disebut sebagai pesan dari langit, karena semangat religius tidak lagi berbagi dengan delusi pikiran duniawi yang sangat ngotot untuk mendapatkan keamanan dan jaminan materiil. Anda memiliki keyakinan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha dan ajaran. Anda memiliki keyakinan kepada kesempatan sebagai seorang meditator dan pertapa agar mendapatkan kebijaksanaan dan pehamanan untuk membebaskan pikiran dari kegelisahan yang disebabkan oleh keterikatan pada dunia sensori dan menganggapnya sebagai sebuah rumah tempat berlindung.

Ide untuk memiliki dan bergantung kepada hal-hal seperti ini adalah ilusi dari kehidupan duniawi. Pandangan diri mengirim semua delusi ini sehingga kita berpikir untuk melindungi diri kita setiap waktu. Kita selalu merasa terancam, selalu ada sesuatu yang dikhawatirkan, sesuatu yang ditakutkan. Tetapi pada saat ilusi dibocorkan oleh kebijaksanaan, maka akan ada rasa tanpa takut; kita akan melihat ini sebagai sebuah perjalanan, sebuah transisi/perubahan dalam dunia sensori. Kita menjadi bersedia untuk belajar dari apapun yang diajarkannya kepada kita. Apapun dan seberapa pahitnya pelajaran tersebut.

Diterjemahkan dari buku ‘The Way It Is’, (halaman 49), catatan ceramah-ceramah Ajahn Sumedho Dalam Retret-Retret Meditasi – Redaksi


Sumber : Dharma Manggala 43 – Maret 2007.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]