Saya pernah bertanya tentang penjelasan anatta kepada Bhante, inti jawaban dari beliau adalah penembusan pengertian. Kalau tidak ditembus sendiri biarpun dijelaskan oleh orang yang sudah benar-benar mengerti, pengertiannya akan menjadi berbeda atau tidak mengerti.
Kelihatannya benar-benar pertanyaan yang jawabannya harus ditemukan sendiri.
Soal ketidak-kekalan, kebingungan bro Menyan senada dengan saya.
Awalnya saya menyangka bahwa sesuai dengan teori fisika "kekekalan energi", mustinya kekekalan itu ada di dunia ini. Bahkan benda materi pun "harusnya" dipandang sebagai kekal, karena tidak ada yang hilang dari materi, benda materi "pada kenyataannya hanya berubah wujud", tidak benar-benar hilang atau binasa.
Selagi mempelajari Buddhism, trutama tentang ketidakkekalan, sangat berat bagi saya untuk paham karena hal diatas. Namun setelah saya renungkan begini,
"sesuatu yang berubah-ubah atau tidak tetap, apakah pantas di sebut dengan kekal?"
Saya jawab sendiri, "tidak pantas!"
Kemudian saya mencoba kalimat yang lain lagi berdasarkan pandangan diatas (perubahan wujud benda dan energi yang saya sebut sebagai "kekal").
"sesuatu yang "kekal" (dalam artian tidak hilang atau binasa) namun selalu berubah-ubah, setiap saat, pantaskah disebut dengan kekal?
Saya jawab lagi, "tidak pantas!"
Kesadaran di dalam kelahiran yang baru tidak sama dengan kesadaran di dalam hidup yang telah lewat dan juga tidak berbeda, karena sekarang dan lampau masih dalam sebuah proses aliran kehidupan.
ibarat keju, berasal dari susu namun keju tidak sama dengan susu,
Kesadaran yang tidak sama dengan yg sebelumnya...
Namun juga tidak berbeda...
Hm....
Dengan kata lain,
Kesadaran yang baru, mewarisi kesadaran yang lama... (walaupun tidak sepenuhnya)
seperti contoh keju en susu...
Ada unsur-unsur yang diwariskan dari susu kedalam keju...
Bukankah hal ini berarti ada "unsur" yang kekal...
Bukankah hal ini berarti ada "sebagian atta" yang kekal...
Benarkah demikian?
Tentang keju dan susu, tidak ada satu bagian dari keju yang dapat kita sebut tetap walaupun keju tersebut berasal dari susu, tidak ada yang kekal. Bahkan cilakanya, didalam proses menjadi keju, si susu tadi benar2 tidak tetap/sama di setiap detiknya. Dengan berjalannya waktu si susu itu sendiri selalu berubah. Tidak ada yang tetap. So, walaupun keju berasal dari susu, keju bukanlah susu, keju benar-benar berbeda dengan susu, namun keju merupakan kelanjutan proses dari susu.
Apabila kita hubungkan dengan manusia, kita setiap saat berubah, tidak ada satu momentpun dari apa yang kita sebut sebagai diri sebagai tetap. Pada taraf jasmani, setiap saat sel2 dalam tubuh berubah, kuku dan rambut semakin panjang, kulit setiap waktu ber-regenerasi, dan sebagainya. Dalam taraf batin pikiran, perasaan, dsb-nya berubah setiap saat. Tidak ada satupun yang tetap.
Kembali pada pertanyaan diatas, "sesuatu yang selalu berubah-ubah, apakah pantas di katakan sebagai kekal/tetap".
Andai keju dapat mengingat (andai lho !!
) dirinya sebagai susu, ingatan tadi hanyalah data dan kenangan yang tidak nyata, yang malahan justru karena ada data sebagai susu sebelum keju menguatkan unsur perubahan/ketidakkekalan tersebut.
walaupun mungkin si "Sesuatu" ini menjadi semakin bijak, semakin berkilau... ataupun menjadi semakin ganas...
akan tetapi... "sesuatu" selalu ikut...
Bukankah ini menjadikan, ada "Roh" yang berpindah
Saya jelas belum menembus pengertian anatta, namun kira-kira yang bro Kemenyan katakan sebagai "sesuatu" itulah yang merupakan "aku/diri/roh/inti yang kekal". "sesuatu" yang dikatakan sebagai awan hitam yang menutupi rembulan.