//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: 10 pandangan spekulatif  (Read 9473 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
10 pandangan spekulatif
« on: 17 October 2013, 02:55:11 PM »
dari MN 63 Cūḷamālunkya Sutta

1. ‘dunia adalah abadi’
2. ‘dunia adalah tidak abadi’
3. ‘dunia adalah terbatas’
4. ‘dunia adalah tidak terbatas’
5. ‘jiwa adalah sama dengan badan’
6. ‘jiwa adalah satu hal dan badan adalah hal lainnya’
7.  ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’
8. ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’
9. ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’
10. ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian.’

Ini adalah 10 pandangan spekulatif yg dihindari oleh Sang Buddha.

saya bisa memahami bahwa hampir semua pandangan itu berhubungan dengan Ekstrim Nihilisme atau Eternelisme. yg menjadi pertanyaan saya, jika 7,8 dan 9 adalah invalid, maka 10 seharusnya valid. Dan saya melihat bahwa no.10 itu jelas tidak termasuk dalam kedua ekstrim itu. kenapa Sang Buddha juga menolak pandangan no. 10 itu?

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #1 on: 17 October 2013, 03:03:12 PM »
yang dibicarakan bukan mengenai jawaban mana yang benar, melainkan batin penanya yang berspekulasi mencari jawaban intelektual.

apapun jawaban yang benar, si penanya tetap sama "bodohnya" seperti sebelum pertanyaan itu (apabila) dijawab karena pengetahuan itu hanyalah intelektual yang akan menjadi kelekatan baru...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #2 on: 17 October 2013, 03:09:15 PM »
dari MN 63 Cūḷamālunkya Sutta

1. ‘dunia adalah abadi’
2. ‘dunia adalah tidak abadi’
3. ‘dunia adalah terbatas’
4. ‘dunia adalah tidak terbatas’
5. ‘jiwa adalah sama dengan badan’
6. ‘jiwa adalah satu hal dan badan adalah hal lainnya’
7.  ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’
8. ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’
9. ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’
10. ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian.’

Ini adalah 10 pandangan spekulatif yg dihindari oleh Sang Buddha.

saya bisa memahami bahwa hampir semua pandangan itu berhubungan dengan Ekstrim Nihilisme atau Eternelisme. yg menjadi pertanyaan saya, jika 7,8 dan 9 adalah invalid, maka 10 seharusnya valid. Dan saya melihat bahwa no.10 itu jelas tidak termasuk dalam kedua ekstrim itu. kenapa Sang Buddha juga menolak pandangan no. 10 itu?


10 pandanagn yg dhindari .?? Mksd na gmn k ???  10 pandangan yg dhinidari sang Buddha itu napa ???
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #3 on: 17 October 2013, 03:13:54 PM »
yang dibicarakan bukan mengenai jawaban mana yang benar, melainkan batin penanya yang berspekulasi mencari jawaban intelektual.

apapun jawaban yang benar, si penanya tetap sama "bodohnya" seperti sebelum pertanyaan itu (apabila) dijawab karena pengetahuan itu hanyalah intelektual yang akan menjadi kelekatan baru...


mengenai alasan Sang Buddha tidak menjawab, dalam SN 44:8 dijelaskan:


Pengembara Vacchagotta mendekati Sang Bhagavà dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika mereka mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau:

“Bagaimanakah, Guru Gotama, apakah dunia abadi?” … (seperti di atas) …

“Apakah, Guru Gotama, sebab dan alasan mengapa, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ atau ‘Dunia adalah tidak abadi’ … atau ‘Sang Tathàgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’?  Dan apakah sebab dan alasan mengapa, ketika Petapa Gotama ditanya demikian,  Beliau tidak memberikan jawaban demikian?”

“Vaccha, para pengembara dari sekte lain menganggap bentuk sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk, atau bentuk sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk. Mereka menganggap perasaan sebagai diri … persepsi sebagai diri … bentukan-bentukan kehendak sebagai diri … kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathàgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Tetapi Vaccha, Sang Tathàgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, tidak menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika Sang Tathàgata ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian.”


tapi tetap saja untuk pertanyaan "apakah ... bukan ... dan juga bukan ..." ini seharusnya answerable

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #4 on: 17 October 2013, 03:14:24 PM »
dari MN 63 Cūḷamālunkya Sutta

1. ‘dunia adalah abadi’
2. ‘dunia adalah tidak abadi’
3. ‘dunia adalah terbatas’
4. ‘dunia adalah tidak terbatas’
5. ‘jiwa adalah sama dengan badan’
6. ‘jiwa adalah satu hal dan badan adalah hal lainnya’
7.  ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’
8. ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’
9. ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’
10. ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian.’

Ini adalah 10 pandangan spekulatif yg dihindari oleh Sang Buddha.

saya bisa memahami bahwa hampir semua pandangan itu berhubungan dengan Ekstrim Nihilisme atau Eternelisme. yg menjadi pertanyaan saya, jika 7,8 dan 9 adalah invalid, maka 10 seharusnya valid. Dan saya melihat bahwa no.10 itu jelas tidak termasuk dalam kedua ekstrim itu. kenapa Sang Buddha juga menolak pandangan no. 10 itu?


Empat pandangan terakhir berhubungan logika tetralema (catuskoti), yaitu logika berunsur empat yang digunakan filosofi Buddhis (atau India kuno pada umumnya). Misalkan terdapat suatu proposisi X maka terdapat empat kemungkinan pernyatan logika tetralemma:

1. X (afirmasi)
2. - X (negasi)
3. X dan - X (afirmasi dan negasi)
4. Bukan X dan bukan -X (bukan afirmasi juga bukan negasi)

Penjelasan tentang penolakan logika tetralema ini dalam sutta-sutta selengkapnya bisa dibaca di http://alexanderjay.blogspot.com/2012/04/tetralemma.html

Dijelaskan juga dalam komentar DN 1 Brahmajala Sutta, Sang Buddha menolak keempat pandangan tsb  dengan alasan sbb:

1. "Tathagata ada setelah kematian" adalah pandangan eternalisme (keabadian) yang menyatakan ada suatu diri yang kekal abadi yang bertahan setelah kematian.

2. "Tathagata tidak ada setelah kematian" adalah pandangan nihilisme (ketiadaan) yang menyatakan tidak ada diri sehingga setelah kematian diri ini lenyap total.

3. "Tathagata ada dan tidak ada setelah kematian" adalah pandangan semi-eternalisme yang menyatakan diri ada yang kekal dan ada yang tidak kekal/lenyap setelah kematian.

4. "Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian" adalah pandangan "berbelit-belit" di mana para penganutnya ketika ditanya apakah diri ada setelah kematian, akan menjawab tidak ada; ketika ditanya apakah diri tidak ada setelah kematian, akan menjawab ada; atau mereka akan menjawab dengan berbagai pernyataan menghindar.

Dalam SN 44.1 Khema Sutta, alasan penolakan ini dikatakan sbb:

“Bagaimanakah ini, Bhikkhunī? Ketika ditanya, ‘Bagaimanakah, Yang Mulia, apakah Sang Tathāgata ada setelah kematian?’ … Dan ketika ditanya, ‘Kalau begitu, Yang Mulia, apakah Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian?’ – pada setiap pertanyaan engkau mengatakan: ‘Baginda, Sang Bhagavā tidak pernah menyatakan ini.’ Sekarang apakah, [376] Bhikkhunī, sebab dan alasan mengapa ini tidak pernah dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
 
 “Baiklah, Baginda, aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu mengenai persoalan yang sama. Jawablah sesuai apa yang menurutmu benar. Bagaimana menurutmu, Baginda? Apakah engkau memiliki seorang akuntan atau juru hitung atau matematikawan yang dapat menghitung butir-butir pasir di Sungai Gangga sebagai berikut: ‘Ada butiran pasir sebanyak ini,’ atau ‘Ada seberapa ratus butiran pasir,’ atau ‘Ada seberapa ribu butiran pasir,’ atau ‘Ada seberapa ratus ribu butiran pasir’?”
 
 “Tidak, Bhikkhunī.”
 
 “Kalau begitu, Baginda, apakah engkau memiliki seorang akuntan atau juru hitung atau matematikawan yang dapat menghitung jumlah air di samudera raya sebagai berikut: ‘Ada seberapa ratus galon air,’ atau ‘Ada seberapa ribu galon air,’ atau ‘Ada seberapa ratus ribu galon air’?”
 
 “Tidak, Bhikkhunī. Karena alasan apakah? Karena samudera raya sangat dalam, tidak terbatas, sukar diukur.”
 
 “Demikian pula, Baginda, bentuk yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya telah ditinggalkan oleh Sang Tathāgata, dipotong diakarnya, dibuat menjadi seperti tunggul pohon kelapa, dilenyapkan sehingga tidak mungkin muncul kembali di masa depan. Sang Tathāgata, Baginda, terbebaskan dari sebutan dalam hal bentuk; Beliau sangat dalam, tidak terbatas, sukar diukur bagaikan samudera raya. ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku.
 
 “Perasaan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya [377] … Persepsi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Bentukan-bentukan kehendak yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Kesadaran yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya telah ditinggalkan oleh Sang Tathāgata, dipotong diakarnya, dibuat menjadi seperti tunggul pohon kelapa, dilenyapkan sehingga tidak mungkin muncul kembali di masa depan. Sang Tathāgata, Baginda, terbebaskan dari sebutan dalam hal kesadaran; Beliau sangat dalam, tidak terbatas, sukar diukur bagaikan samudera raya. ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku.”
« Last Edit: 17 October 2013, 03:17:40 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #5 on: 17 October 2013, 03:20:22 PM »
Empat pandangan terakhir berhubungan logika tetralema (catuskoti), yaitu logika berunsur empat yang digunakan filosofi Buddhis (atau India kuno pada umumnya). Misalkan terdapat suatu proposisi X maka terdapat empat kemungkinan pernyatan logika tetralemma:

1. X (afirmasi)
2. - X (negasi)
3. X dan - X (afirmasi dan negasi)
4. Bukan X dan bukan -X (bukan afirmasi juga bukan negasi)

Penjelasan tentang penolakan logika tetralema ini dalam sutta-sutta selengkapnya bisa dibaca di http://alexanderjay.blogspot.com/2012/04/tetralemma.html

Dijelaskan juga dalam komentar DN 1 Brahmajala Sutta, Sang Buddha menolak keempat pandangan tsb  dengan alasan sbb:

1. "Tathagata ada setelah kematian" adalah pandangan eternalisme (keabadian) yang menyatakan ada suatu diri yang kekal abadi yang bertahan setelah kematian.

2. "Tathagata tidak ada setelah kematian" adalah pandangan nihilisme (ketiadaan) yang menyatakan tidak ada diri sehingga setelah kematian diri ini lenyap total.

3. "Tathagata ada dan tidak ada setelah kematian" adalah pandangan semi-eternalisme yang menyatakan diri ada yang kekal dan ada yang tidak kekal/lenyap setelah kematian.

4. "Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian" adalah pandangan "berbelit-belit" di mana para penganutnya ketika ditanya apakah diri ada setelah kematian, akan menjawab tidak ada; ketika ditanya apakah diri tidak ada setelah kematian, akan menjawab ada; atau mereka akan menjawab dengan berbagai pernyataan menghindar.

Dalam SN 44.1 Khema Sutta, alasan penolakan ini dikatakan sbb:

“Bagaimanakah ini, Bhikkhunī? Ketika ditanya, ‘Bagaimanakah, Yang Mulia, apakah Sang Tathāgata ada setelah kematian?’ … Dan ketika ditanya, ‘Kalau begitu, Yang Mulia, apakah Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian?’ – pada setiap pertanyaan engkau mengatakan: ‘Baginda, Sang Bhagavā tidak pernah menyatakan ini.’ Sekarang apakah, [376] Bhikkhunī, sebab dan alasan mengapa ini tidak pernah dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
 
 “Baiklah, Baginda, aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu mengenai persoalan yang sama. Jawablah sesuai apa yang menurutmu benar. Bagaimana menurutmu, Baginda? Apakah engkau memiliki seorang akuntan atau juru hitung atau matematikawan yang dapat menghitung butir-butir pasir di Sungai Gangga sebagai berikut: ‘Ada butiran pasir sebanyak ini,’ atau ‘Ada seberapa ratus butiran pasir,’ atau ‘Ada seberapa ribu butiran pasir,’ atau ‘Ada seberapa ratus ribu butiran pasir’?”
 
 “Tidak, Bhikkhunī.”
 
 “Kalau begitu, Baginda, apakah engkau memiliki seorang akuntan atau juru hitung atau matematikawan yang dapat menghitung jumlah air di samudera raya sebagai berikut: ‘Ada seberapa ratus galon air,’ atau ‘Ada seberapa ribu galon air,’ atau ‘Ada seberapa ratus ribu galon air’?”
 
 “Tidak, Bhikkhunī. Karena alasan apakah? Karena samudera raya sangat dalam, tidak terbatas, sukar diukur.”
 
 “Demikian pula, Baginda, bentuk yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya telah ditinggalkan oleh Sang Tathāgata, dipotong diakarnya, dibuat menjadi seperti tunggul pohon kelapa, dilenyapkan sehingga tidak mungkin muncul kembali di masa depan. Sang Tathāgata, Baginda, terbebaskan dari sebutan dalam hal bentuk; Beliau sangat dalam, tidak terbatas, sukar diukur bagaikan samudera raya. ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku.
 
 “Perasaan yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya [377] … Persepsi yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Bentukan-bentukan kehendak yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya … Kesadaran yang dengannya seseorang yang menggambarkan Sang Tathāgata dapat menggambarkannya telah ditinggalkan oleh Sang Tathāgata, dipotong diakarnya, dibuat menjadi seperti tunggul pohon kelapa, dilenyapkan sehingga tidak mungkin muncul kembali di masa depan. Sang Tathāgata, Baginda, terbebaskan dari sebutan dalam hal kesadaran; Beliau sangat dalam, tidak terbatas, sukar diukur bagaikan samudera raya. ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata ada dan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku; ‘Sang Tathāgata bukan ada dan bukan tidak ada setelah kematian’ tidak berlaku.”


ini juga masih tidak menjawab kegundahan saya.

Tathagata ada -> invalid
Tathagata tidak ada -> invalid
Tathagata ada dan tidak ada -> invalid
maka yg terisa satu2nya seharusnya valid

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #6 on: 17 October 2013, 03:22:18 PM »
tapi tetap saja untuk pertanyaan "apakah ... bukan ... dan juga bukan ..." ini seharusnya answerable
memang answerable tapi tidak (mau) dijawab karena tidak bikin batin penanya jadi lebih "pinter", malah sebaliknya, menjadi penghambat kemajuan batin.

sekali lagi sutta itu tidak membahas jawaban mana yang bener, juga tidak mengatakan semuanya adalah jawaban salah...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #7 on: 17 October 2013, 03:24:41 PM »
memang answerable tapi tidak (mau) dijawab karena tidak bikin batin penanya jadi lebih "pinter", malah sebaliknya, menjadi penghambat kemajuan batin.

sekali lagi sutta itu tidak membahas jawaban mana yang bener, juga tidak mengatakan semuanya adalah jawaban salah...

di atas saya sudah menampilkan alasan Sang Buddha tidak menjawab itu, tampaknya bukan karena soal batin si penanya. dan kalo merujuk pada alasan itu, sepertinya adalah karena alasan atta, yg saya pikir pandangan spekulasi terakhir dapat dengan aman dijawab dengan "YES"

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #8 on: 17 October 2013, 03:30:46 PM »
ini juga masih tidak menjawab kegundahan saya.

Tathagata ada -> invalid
Tathagata tidak ada -> invalid
Tathagata ada dan tidak ada -> invalid
maka yg terisa satu2nya seharusnya valid
Sebab baik ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada itu adalah jawaban dari pertanyaan yang tidak valid. Pertanyaan itu didasari dari pandangan 'atta', mereka tanyakan "attanya arahant (tathagata) itu waktu mati ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada?", jadi tidak dijawab.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #9 on: 17 October 2013, 03:34:20 PM »
Sebab baik ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada itu adalah jawaban dari pertanyaan yang tidak valid. Pertanyaan itu didasari dari pandangan 'atta', mereka tanyakan "attanya arahant (tathagata) itu waktu mati ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada?", jadi tidak dijawab.


nah jika pertanyaan "ada" atau "tidak ada" adalah tidak valid, maka sebaliknya tentu valid yaitu "bukan ada juga bukan tidak ada"

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #10 on: 17 October 2013, 03:35:12 PM »
Sebab baik ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada itu adalah jawaban dari pertanyaan yang tidak valid. Pertanyaan itu didasari dari pandangan 'atta', mereka tanyakan "attanya arahant (tathagata) itu waktu mati ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada?", jadi tidak dijawab.
betul juga ya ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #11 on: 17 October 2013, 03:37:06 PM »
ini juga masih tidak menjawab kegundahan saya.

Tathagata ada -> invalid
Tathagata tidak ada -> invalid
Tathagata ada dan tidak ada -> invalid
maka yg terisa satu2nya seharusnya valid

Ingat pelajaran matematika dulu, om, tentang diagram Venn? Seperti pada gambar di bawah ini:



Nah keempat pandangan tersebut bisa digambarkan dalam diagram Venn tsb:

1. Tathagata ada -> himpunan A
2. Tathagata tidak ada -> himpunan B
3. Tathagata ada dan tidak ada -> himpunan A irisan B (A ∩ B)
4. Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada -> himpunan di luar A dan B [A' ∩ B' = (A U B)']

Jadi keempat pandangan tsb masih berada dalam semesta diagram Venn tsb (dapat digambarkan dalam kotak diagram Venn, bukan di luarnya).

Dalam Buddhis semua yang berada dalam semesta diagram Venn berarti masih berkondisi (dapat digambarkan dalam istilah lima khanda), sedangkan keadaan seorang Tathagata itu tidak berkondisi (tidak dapat digambarkan dalam istilah lima khanda) -> di luar diagram Venn. Oleh sebab itu pandangan keempat pun (bukan ada dan bukan tidak ada) ditolak.

Mudah2an mengena dan dapat dipahami  _/\_
« Last Edit: 17 October 2013, 04:05:24 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #12 on: 17 October 2013, 03:42:07 PM »
nah jika pertanyaan "ada" atau "tidak ada" adalah tidak valid, maka sebaliknya tentu valid yaitu "bukan ada juga bukan tidak ada"
Berarti Buddha menyetujui pertanyaannya dan ada suatu 'atta' yang tidak bisa dijelaskan (atau bisa dijelaskan dengan geliat belut no. 10 itu).

Mirip pertanyaan (5) jiwa sama dengan bodi, kalau ga sama, seharusnya (6) jiwa beda sama bodi adalah benar. Tapi karena pertanyaannya sudah asumsi jiwa itu 'ada', maka tidak dijawab.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #13 on: 17 October 2013, 03:43:44 PM »
Ingat pelajaran matematika dulu, om, tentang diagram Venn? Seperti pada gambar di bawah ini:



Nah keempat pandangan tersebut bisa digambarkan dalam diagram Venn tsb:

1. Tathagata ada -> himpunan A
2. Tathagata tidak ada -> himpunan B
3. Tathagata ada dan tidak ada -> himpunan A irisan B (A ∩ B)
4. Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada -> himpunan di luar A dan B [A' ∩ B' = (A U B)']

Jadi keempat pandangan tsb masih berada dalam semesta diagram Venn tsb (dapat digambarkan dalam kotak diagram Venn, bukan di luarnya).

Dalam Buddhis semua yang berada dalam semesta diagram Venn berarti masih berkondisi (dapat digambarkan dalam istilah lima khanda), sedangkan keadaan seorang Tathagata itu tidak berkondisi (tidak dapat digambarkan dalam istilah lima khanda) -> di luar diagram Venn. Oleh sebab itu pandangan keempat pun (bukan ada dan bukan tidak ada) ditolak.

Mudah2an mengena dan dapat dipahami  _/\_

jika ada C di luar kotak segi empat itu, bagaimana menghubungkannya dengan A dan B? apakah pernyataan "C adalah bukan A juga bukan B" adalah salah?
« Last Edit: 17 October 2013, 04:06:12 PM by Shinichi »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: 10 pandangan spekulatif
« Reply #14 on: 17 October 2013, 03:45:34 PM »
Berarti Buddha menyetujui pertanyaannya dan ada suatu 'atta' yang tidak bisa dijelaskan (atau bisa dijelaskan dengan geliat belut no. 10 itu).

Mirip pertanyaan (5) jiwa sama dengan bodi, kalau ga sama, seharusnya (6) jiwa beda sama bodi adalah benar. Tapi karena pertanyaannya sudah asumsi jiwa itu 'ada', maka tidak dijawab.

pertanyaan ada... tidak ada... ada dan tidak ada -> setuju bahwa ini memang berhubungan dengan atta,
tapi
..bukan ada juga bukan tidak ada ... -> ini bagi saya tampaknya lebih ke anatta.

 

anything